Anda di halaman 1dari 3

HILANGNYA RASA KEPEDULIAN DI DALAM

JIWA PEMUDA MASA KINI

Oleh:

Mauliya Rohma

Kelompok: Al-Fatih

Pada zaman milenial saat ini komunikasi sangatlah penting. Setiap harinya berkembang
terus-menerus teknologi komunikasi yang tiada hentinya salah satunya internet. Internet memang
sangatlah dibutuhkan saat ini, namun kembali lagi kepada penggunanya mampu
menggunakannya dengan bijak atau tidak. Dikarenakan hal seperti itu banyak anak-anak yang
kecanduan bermain internet salah satunya Handphone. Sedikit-sedikit handphone, apa-apa
handphone, tidak bisa lepas dari handphone. Hal itulah yang menyebabkan pemikiran anak-anak
zaman sekarang selalu ke handphone. Meniru apa saja yang dilihatnya dari handphone tanpa
memilah mana yang baik dan mana yang buruk.

Peran orang tua disini sangalah dibutuhkan untuk membimbing anaknya agar tidak terjadi
hal tersebut, namun apa? Masih banyak yang terjadi karan kelalaian orang tua itu sendiri
membuat masa depan anak tersebut menjadi kacau. Hilangnya rasa kepedulian para remaja masa
kini dengan sekitarnya menjadi perbincangan atau topik hangat para ilmuwan, profesor dan lain
sebagainya. Hilangnya rasa kepedulian terhadap bela negara, hilangnya kepedulian terhadap adat
istiadat atau kebudayaan, bahkan kurangnya kepedulian terhadap sesama makhluk sosial.

Oleh karena itu pentingnya Wawasan Kebangsaan yang diajarkan kepada para generasi
muda sejak kecil jangan pernah sampai lupa dan hilang. Masa depan suatu negara sangatlah
ditentukan oleh para pemuda suatu negara, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa
ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya. Pemuda merupakan suatu faktor penting
yang sangat diandalkan dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Penurunan kesadaran akan
pentingnya bela negara hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya persoalan yang terjadi saat ini,
banyaknya pemuda yang lebih bangga dengan kebudayaan negara lain daripada negara sendiri.
Rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya kurang tertanam di generasi muda
Indonesia saat ini. Minat mereka untuk mempelajarinya kurang. Mereka lebih tertarik belajar
kebudayaan asing. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya informasi kekayaan yang
dimiliki Bangsa Indonesia. Padahal Indonesia memiliki 7 (tujuh) warisan budaya, 3 (tiga)
diantaranya waarisan budaya dunia.

Hilangnya sikap sopan santun para pemuda pun masih dipertanyakan. Sopan santun
terhadap yang lebih tua, sopan santun terhadap orang tua, sopan santun terhadap guru/dosen,
bahkan sopan santun terhadap teman sebaya. Bukankah Indonesia telah dikenal sebagai salah
satu negara yang memiliki rasa/sikap sopan santun terhadap sesama yang tinggi? Karena inilah
pentingnya pendidikan karakter yang harus ditanamkan kepada anak semnjak mereka masih
kecil. Tetapi tidak hanya karena hal itu saja anak dapat kehilangan rasa sopan santunnya, bisa
juga karena faktor eksternal yang terealisasikan secara realita kebudayaan yang terus berubah-
ubah karena banyaknya budaya barat yang masuk dan akan mempersulit mempertahankan sopan
santun dimanapun dan kapanpun. Faktor Internal yang mempengaruhi hilangnya sopan santun
siswa Indonesia pada diri siswa itu sendiri, keluarga, lingkungan, tempat nongkrong, lingkungan
sekolah, ataupun media massa.

Pengetahuan sopan santun yang memang kurang dari orang tua dan tidaknya
mendengarkan pelajaran di kelas sehingga siswa minim sekali pengetahuan tentang sopan santun
juga memicu hilangnya budaya sopan santun di Indonesia.

Setiap ada masalah pasti ada penyelesaiannya bukan? Untuk para remaja yang mulai
kehilangan kepedulian atau respect terhadap sesama mulai sekarang belajarlah dulu dari hal-hal
kecil seperti peduli dulu dengan diri sendiri dengan membiasakan diri mandi 2 kali sehari,
membereskan tempat tidur atau kamar sendiri setelah itu mulailah menjadi pendengar yang baik
untuk teman, atau keluarga. Mulai peduli dengan lingkungan sekitar, memberi perhatian orang
lain. Bentuk perhatian bisa berupa hal kecil atau dapat dilakukan dengan cara yang simpel,
seperti memperhatikan lawan bicara ketika sedang berbicara. Membiasakan diri membantu
sesama. Dengan melakukan atau memperhatikan hal-hal kecil tersebut mampu memupuk sedikit
demi sedikit rasa kepedulian yang ada didalam diri kita, karena kitan adalah makhluk sosial yang
pastinya masih dan akan terus membutuhkan orang lain.

Sedangkan untuk menumbuhkan atau memperbaiki sikap/rasa sopan santun dalam diri
kita bisa dimulai dari faktor internal. Ya, keluarga yang berperan paling penting dalam
kehidupan seorang harus mampu memberikan contoh melalui etikanya yang baik, mengajarkan
etika dari hal-hal kecil di rumah, memberi apresiasi ketika anak melakukan hal baik, mengoreksi
dan mengingatkan anak ketika berbuat salah dengan menegurnya pelan-pelan dan memberikan
pemahaman yang baik agar anak mampu mengerti dan memahaminya. Memberitahukan manfaat
sopan santun kepada anak, bermain seni peran dengan tema sopan santun bersama keluarga.
Mengajarkan kepada anak 3 hal sederhana terima kasih, tolong dan maaf. Konsisten,
memberikan perhatian, dan kenalkan Nilai Agama.
Cuku sampai disini artikel yang saya buat. Mohon maaf apabila ada salah yang kurang
berkenan di hati pembaca. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf, terima kasih, tetap semangat
dan selamat membaca. Bye….

Anda mungkin juga menyukai