PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya yang cenderung
budaya luar secara berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian anak-anak kita.
Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai
budaya luar secara arif dan bertanggung jawab. Tak dipungkiri pula, kehadiran
teknologi yang serba digital dewasa ini banyak menjebak Anak-anak kita untuk
mengikuti perubahan.
Tsanawiyah. Mereka adalah anak-anak yang sedang dalam fase anak-anak awal.
Pada fase usia SMP/MTs, mereka sudah mulai cenderung susah untuk diatur dan
tampak sekali bertolak belakang dengan tata tertib yang dibuat oleh sekolah yang
cenderung mengikat siswa dengan berbagai aturan kaku. Tentu saja, aturan dalam
tata tertib sekolah ini sangat membelenggu mereka, sehingga mereka cenderung
untuk melakukan pelanggaran itu. Contoh aturan yang sering mereka langgar
ketat, rok yang agak pendek, baju yang agak ketat, tidak memakai lambang/badge
1
2
manfaat buat pendidikan sekolah, dan mana yang tidak. Mereka lebih sering
sosial lainnya.
memang membawa banyak dampak baik. Tapi seringkali dampak buruk pun
mengikutinya di belakang. Jika kita amati foto-foto anak-anak tempo dulu. Kita
nilai mereka dari aspek berpakaian. Sebagian besar mereka kelebihan bahan
(tertutup). Memang ada satu dua yang memilih pakaian terbuka di era lalu, namun
kebanyakan para pelaku entertainer, kalau sekarang tak peduli entertainer atau
Degradasi moral sudah tak dihiraukan lagi. Masih mending jika yang
mengalami degradasi mereka yang sudah dewasa. Sebab setidaknya usia produktif
mereka akan segera habis. Namun bila anak-anak yang mengalami degradasi
Bagaimana nanti saat dia dewasa Takutnya nanti malah semakin menjadi. Terus
bagaimana jalan negeri ini bila dipimpin oleh mereka yang kurang bermoral Perlu
diingat, yang menyerang moral anak-anak bukan hanya dalam cara berpakaian,
diimbangi dengan pengetahuan dan tindakan preventif yang kuat dari masyarakat
itu sendiri. Namun sayangnya masih banyak diantara kita termasuk anak-anak
yang kurang bisa menyaring budaya mana saja yang baik dan sesuai dengan
entah dari gaya berpakaian, tingkah laku sehari-hari serta gaya hidup yang
dibanggakan jika kita dapat menirukannya. Lalu fenomena Anak-anak apa saja
1. Budaya hedonisme, yang tinggi Budaya Barat tidak hanya memiliki dampak
positif di dalamnya, namun mereka juga memiliki budaya negatif yang patutu
dihindari masyarakat kita salah satunya adalah budaya hedonisme atau suka
tahun lalu, saat ini kita lebih sering menjumpai Anak-anak perempuan
menggunakan pakaian yang serba mini seperti memakai hotpants dan tanktop.
tubuh terutama kaki saat ini sudah dianggap lumrah oleh mereka, padahal yang
namanya pikiran laki-laki terhadap wanita yang memakai pakaian mini dari
dulu sampai saat ini sama saja. Namun dengan mencontoh budaya dari luar,
4
Contohnya saja, saat ada seorang anak berjalan melewati orang tua sedang
duduk, tak jarang kita menemukan bahwa sebagian dari Anak-anak tidak
menundukan badan ataupun kepala saat berjalan. Bahkan ada beberapa yang
pengaruh Globalisasi yang berarti kemerosotan moral yang terjadi pada orang-
orang yang terpengaruh oleh Globalisasi itu sendiri seperti Anak-anak dan juga
moral yang saat ini dialami dalam lingkungan kita. Hal yang menyebabkan
terjadinya degradasi moral ini karena adanya globalisasi yang semakin masuk ke
Indonesia.
menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar, namun malah
mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang
lagi aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidakseimbangan itulah yang pada
moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu
bangsa. Kesepuluh tanda tersebut adalah: (1) meningkatnya kekerasan pada Anak-
5
anak. (2) penggunaan kata-kata yang memburuk. (3) pengaruh peer group (rekan
narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) kaburnya batasan moral baik-buruk. (6)
menurunnya etos kerja. (7) rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru. (8)
rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. (9) membudayanya
Sapolohe tempat saya lahir dan berkembang itu dulunya adalah Desa
tempat saya tinggal ini dikenal dengan desa yang damai dimana semua
masyarakatnya saling menghormati satu sama lain, menaruh hormat kepada pak
RT atau petinggi petinggi lainnya. Hampir kita tak pernah melihat kekerasan di
daerah ini semua masyarakatnya hidup tentram. Minuman keras tak pernah
berhasil masuk di desa ini. Setiap pagi jika para nelayan mendapat banyak hasil
jatah atau meminta sedikit hasil tangkapan ikan. Kebiasaan Gotong royong masih
terasa sangat kental waktu itu sampai sekarang tapi sudah agak jarang kita temui.
Pendek kata Desa Sapolohe adalah desa yang tentram. Tetapi setelah memasuki
zaman modern ada banyak yang berubah di Desa Sapolohe, sekarang minuman-
minuman keras sudah banyak di temukan di Desa ini dan sudah leluasa keluar
masuk di desa tersebut. Setiap kali jika para nelayan mendapat banyak tangkapan
ikan mereka merayakannya dengan pesta minuman keras. Tapi ada satu hal yang
juga begitu sangat terasa berubah di desa ini yaitu tata cara mereka dalam
berbicara kepada sesama masyarakat sapolohe. Bahasa kotor atau kasar sekarang
6
sudah menjadi kebiasaan di desa ini baik itu pada orang dewasa maupun anak-
anak, setiap berbicara sesama teman maupun orang yang lebih tua darinya bahasa
kotor selalu mengikut di belakangnya. Ini adalah salah satu perubahan yang besar
di sapolohe karena jika kita melihat kebelakang masyarakat sapolohe tak pernah
menggunakan bahasa kotor dalam berbicara. Dan sekarang banyak orang terutama
sapolohe itu orangnya kasar setiap kali berbicara dengan kata lain moralnya tidak
baik.
sekolah. Terlebih lagi saat anak berbicara dengan teman-teman sebaya cenderung
kata-kata kasar, sedangkan orang tua yang harusnya memberikan contoh yang
baik bagi anak, tapi justru mempertontonkan tuturan yang tidak santun. Secara
tidak sadar orang tua memberikan contoh tuturan yang tidak santun bagi anak.
Seorang anak yang dapat bertutur santun akan lebih disukai teman-temannya.
Dalam kehidupan sosial, orang akan lebih simpatik pada lawan tutur yang santun.
Anak yang dibiasakan sejak dini bertutur santun akan lebih mudah bersosialisasi.
kondisi ini juga mewabah di kalangan intelektual dan para pemegang kekuasaan.
kaum terpelajar dan para elit ini harus segera diatasi. Globalisasi dan kemajuan
etika terabaikan selama ini. Padahal sebenarnya, itu mutlak diperlukan dalam
parah, Moral Anak-anak dari tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas
atau degradasi. Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian
dan lain-lain. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan
terus berkembang.
Selain itu, Anak akan lebih bisa supel dan menghargai orang lain. Yahya (2011:
Keluarga tempat anak mendapatkan pengaruh pada masa yang sangat penting dan
dengan penggunaan bahasa yang baik dan santun akan mendorong anak
memberikan contoh yang kurang baik dalam bertutur, anak pun akan
menirukannya.
8
laku seorang anak-anak salah satunya yaitu seringnya menggunakan bahasa kotor
pada lawan bicaranya baik itu orang yang lebih tua maupun pada yang seumuran
dalam berinteraksi dengan yang lain. Bahasa adalah yang dipergunakan oleh
orang dewasa, remaja, dan anak-anak untuk bisa saling berkomunikasi sesama
mengidentifikasi diri atau Percakapan atau perkataan yang baik, tingkah laku yang
baik. Berbicara tentang tingkah laku, tentunya berhubungan dengan etika dan
merupakan alat komunikasi dalam berbagai bentuk interaksi. Bahasa adalah yang
dikeluarkan oleh alat ucap manusia yang mempunyai makna. Makna itu ada yang
bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Bahasa yang bersifat negatif yaitu
Bahasa kotor adalah bahasa yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia
yang mempunyai makna tidak baik atau bahasa makian. Bahasa kotor terkenal
sebagai bahasa yang bermakna tidak sopan seperti makian. Biasanya bahasa
makian digunakan pada dua situasi yang berbeda yakni pada situasi yang jelas
marah dan situasi normal yakni pada antar sesama teman atau sebaya. Pada
kondisi normal bahasa kotor digunakan bersamaan dengan bahasa yang baik oleh
generasi muda, sehingga terkesan pengucapan bahasa kotor atau kasar memiliki
nilai positif sama dengan bahasa dalam keperluan sehari-hari. Bahasa kasar atau
kotor ini sudah menjadi tradisi bagi generasi muda dalam berinteraksi. Bahasa
9
kotor atau kasar tidak hanya digunakan oleh Anak-anak pada saat marah, tetapi
hal biasa dalam berbicara baik itu sesama teman seumuran atau kepada orang
yang lebih Tua sekalipun. Begitupun pada lawan bicaranya perkataan itupun
seakan tidak ada pengaruhnya. Bahkan kata-kata kotor atau kasar lebih
2013: 103), ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam kesantunan
bertutur, yaitu
2. topik tuturan
Selain itu, menurut Chaer juga dipengaruhi oleh tujuan tuturan. Oleh
tuturan yang santun, sebaliknya pihak yang secara sosial dan kultural berada pada
posisi lebih rendah akan menggunakan tuturan yang lebih santun lagi (Rahardi,
mengacu pada aturan kesantunan bertutur guru dan pengasuh secara etika tidak
perlu bertutur terlalu santun kepada anak. Namun, tuturan imperatif yang
anak-anak tuturan layaknya anak-anak kepada orang dewasa. Jadi tuturan yang di
B. Rumusan Masalah
Kelurahan Sapolohe?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
berikut:
1. Secara teoritis dapat menambah informasi dan wawasan yang lebih konkrit
bagi Masyarakat dan Pemerintah juga bagi kita semua. dan hasil penelitian ini
pengembangan pengetahuan.
E. Definisi Operasional
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan