Anda di halaman 1dari 33

PEMUDA MUHAMMADIYAH

Sejarah Perkembangan Pemuda Muhammadiyah di Jawa Barat


Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, sebagai organisasi otonom keorganisasiannya pada awalnya belum tertata secara tertib
seperti sekarang ini. Mengalami pasang surut, dengan bermula dibentuk di kota Garut, pada tahun 1936.
Empat tahun setelah keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-12 di Makassar, yang memutuskan dibentuknya Ortom Pemuda
Muhammadiyah. Maka perkembangan Pemuda Muhammadiyah tumbuh seriring pertumbuhan dan perkembangan
gerakan Muhammadiyah itu sendiri.
Ketika itu Indonesia masih dalam belenggu kolonial Belanda, dan Enam (6) tahun kemudian, pemerintah kolonial Belanda
berganti dengan kedatangan balatentara Jepang (1942), dimana pada saat itu kebijakan pemerintahan pendudukan Jepang disatu
sisi membutuhkan rakyat, khususnya kalangan pemuda untuk menjadi pasukan menghadapi pasukan sekutu, tetapi di sisi lain
mereka menjalankan aturan yang ketat untuk mengontrol setiap perkumpulan atau gerakan rakyat, termasuk pemuda.
Pada masa ini gerakan dakwah Muhammadiyah termasuk mengalami tantangan dan kesulitan, bahkan diharuskan menutup setiap
kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa. Pengajian-pengajian Muhammadiyah mendapat pengawasan tentara Jepang, hanya
sekolah dan panti asuhan yang dibolehkan aktif.
Selain itu dinamika sosial dan kebangsaan sejak memasuki era 1945-1965, selama 20 tahun mengalami pasang surut, dan
mempengaruhi dinamika gerakan Muhammadiyah, yang tentu saja berdampak terhadap kiprah gerakan Pemuda Muhammadiyah,
selaku salah satu organisasi otonomnya.
Dalam kondisi Pemuda Muhammadiyah di Jawa Barat yang masih belia dan mengalami pasang-surut, upaya-upaya membangun
Pemuda Muhammadiyah terus dilakukan, salahsatunya pada tanggal 1 Oktober 1954, Pemuda Muhammadiyah Garut dibentuk
dengan Ketuanya Mamun Syamsuddin, yang mendapat pengesahan resmi dari Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah di
Yogyakarta pada tanggal 14 September 1955 dengan status sebagai Pimpinan Cabang.
Empat tahun berikutnya, tahun 1958, di Garut diselenggarakan Konperensi Pemuda Muhammadiyah, pada saat itu muncul
kembali wacana pembentukan organisasi pelajar Muhammadiyah, yang sejak tahun 1919 tidak banyak dibicarakan lagi. Realisasi
dari Konperensi Pemuda Muhammadiyah ini ditindaklanjuti dalam Muktamar Pemuda Muhammadiyah II di Yogyakarta (1960)
yang memutuskan membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Kemudian dimatangkan lagi dengan Konperensi Pemuda
Muhammadiyah di Surakarta tahun 1961 sehingga terpilih Ketua, Hermawan Helimi Farid dan Sekretaris, Muh. Wirsyam
Hasan.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, di kota Bandung kiprah Pemuda Muhammadiyah bergairah dan terbentuk, dimana pemuda
Muhdiat, Juhudiat dan lain-lainnya merupakan salah satu kader Pemuda yang mendapat bimbingan dari orang tua
(Muhammadiyah) seperti Khaidar Anwar, Machmud Yunus dan Muchtar Nur untuk membentuk Pemuda Muhammadiyah.
Sebagai organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, kelahiran dan perkembangan Pemuda Muhammadiyah sedikit banyak
dipengaruhi oleh dinamika gerakan Muhammadiyah. Termasuk dalam perkembangan secara struktural organisasinya,
dipengaruhi oleh perkembangan struktur Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah terdiri dari groep (ranting), cabang dan daerah,
maka Pemuda Muhammadiyah pun ada dalam tingkatan tersebut (ranting, cabang dan daerah).
Semenjak berdiri Pemuda Muhammadiyah tingkat pusat tahun 1932, dan kemudian di Jawa Barat berdiri cabang Pemuda
Muhammadiyah Garut tahun 1936, maka Pemuda Muhammadiyah waktu itu baru memiliki struktur kepengurusan pada tingkat
ranting, cabang dan daerah.
Sementara untuk tingkat provinsi, belum terbentuk kepengurusan secara structural, sebab pada saat ini, Muhammadiyah pun
belum memiliki struktur kepengurusan sampai tingkat wilayah (propinsi), dimana dari kepengurusan tingkat
karesidenan langsung ke tingkat pusat (nasional).
Maka tak mengheranka, jika Pimpinan Pemuda Muhammadiyah tingkat Wilayah Jawa Barat (PWPM), belum dikenal sampai
tahun 1966, karena kegiatan pemuda Muhammadiyah masih dalam tingkat cabang.

Geliat Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, tampak kepermukaan, ketika diselenggarkan Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke3 yang berlangsung di kota Garut pada 24-28 Juli 1963. Acara Muktamar berlangsung di Gedung Nasional. Selain Agenda
Muktamar Pemuda Muhammadiyah, juga terselip acara tambahan Musyawarah PSHWI (Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan
Indonesia) dan peresmian Masjid Muhammadiyah Lio yang baru direhab serta digelar pertandingan Sepakbola antara PSHWI,
Pemuda Muhammadiyah dan beberapa klub sepakbola terkenal di Stadion Jayaraga. Diantara panitia yang paling berjasa dalam
perhelatan tingkat nasional ini, ditingkat pusat diketuai oleh Azan Syarbini dan Sekretarisnya, Moh. Aslan. Sedangkan panitia
lokal adalah Mamun Syamsuddin (Ketua) dan Sekretarisnya, Moh. Miskun (perintis Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Garut). Tak terlupakan bahwa dalam Muktamar Pemuda ini dihadiri pula oleh ulama terkenal Buya Hamka,
sebagai Penasehat PP Muhammadiyah.
Oleh Karena prestasi kepemimpinan Mamun Syamsuddin di Pemuda Muhammadiyah Garut cukup mumpuni, maka dia
dipercaya memegang amanah kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Priangan untuk tahun 1963-1965, yang wilayah
kerjanya meliputi beberapa kabupaten di Priangan.
Periodisasi Kepengurusan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat
1. Tahun 1966-1973 Faisal Leboe
Sejak adanya perubahan struktur organisasi dalam tubuh Muhammadiyah, maka struktur organisasi Pemuda Muhammadiyah pun
mengalami perubahan. Sehingga untuk Pimpinan Cabang yang semula setara daerah kota/kabupaten menjadi setara kecamatan.
Sedangkan pimpinan yang setara kota/kabupaten menjadi Pimpinan Daerah. Untuk yang setara tingkat Karesidenan, dihilangkan.
Adapun yang setara tingkat Propinsi yang sebelumnya disebut Konsul (untuk di Muhammadiyah), maka menjadi Pimpinan
Wilayah.
Namun demikian dalam prakteknya di lapangan hasil Keputusan Muktamar Muhammadiyah Bandung Juli 1965, tidak bisa
langsung secara lancar terwujudkan dalam restrukturisasi organisasi Muhammmadiyah tersebut. Butuh kesiapan sosialiasi dan
kesiapan sumber daya manusia di dalamnya.
Pada periode ini Pemuda Muhammadiyah Wilayah dipimpin Ketuanya oleh Faisal Leboe. Ketua 1, M Yaris Rusli. Dan Ketua 2,
Muhdiat. Pada periode ini Muhdiat merangkap sebagai Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Kota Bandung. Sejak ini masa periode
kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah itu berlangsung 3 tahun. Jadi pada periode 1 ini, Pimpinan Pemuda Muhammadiyah
Wilayah Jawa Barat berlangsung dari tahun 1966-1968.
Pada periode ini kegiatan-kegiatannya adalah pembinaan-pembinaan perkaderan seperti lewat pengajian-pengajian. Meskipun
sudah terbentuk kepemimpinan secara strukturan, namun dalam prakteknya belum seperti sekarang tertata secara tertib
administrasi yang rapih. Masih dalam proses transisi (penyesuaian atas perubahan).
Kegiatan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat pada paruh kedua tahun 1960-an ini dipengaruhi situasi sosial politik
nasional yang sangat jelas berpengaruh pada situasi sosial politik dan kebijakan pemerintah di bawahnya (provinsi Jawa Barat).
Situasi hubungan pemerintah dengan umat Islam yang ketika itu mendukung pemerintahan transisi orde lama menuju orde baru,
berpengaruh juga pada situasi stabilitas kegiatan Muhammadiyah dan ortomnya.
Dalam situasi kebijakan pemerintahan orde baru yang demikian, periode kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat
dalam kurun tahun 1966-1973 kiprahnya dalam aspek keumatan/kebangsaan terbatas. Pemuda Muhammadiyah lebih bisa
berkiprah dalam konteks persyarikatan, dan membina secara internal kader-kadernya. Dengan pola pembinaan pengkaderan pun
yang bersifat kultural. Belum secara formil seperti sekarang ini.
Meskipun demikian pola pembinaan kader Pemuda Muhammadiyah seperti demikian memiliki keunggulan tersendiri. Yaitu
terjalinnya komunikasi yang hangat antara sesama anggota pemuda dan juga komunikasi yang hangat dengan orang tua
(Muhammadiyah). Suasana pembinaan yang akrab secara kekeluargaan, layaknya antara anak dengan bapak. Suasana demikian
terus bertahan hingga di periode setelahnya juga.
Demikian, dalam prakteknya di lapangan, penataan Pemuda Muhammadiyah dari pola lama Konsul Muhammadiyah menjadi
Wilayah belum bisa direalisasikan. Bahkan sampai tahun 1971/1972. Pemuda Muhammadiyah masih kegiatannya bersifat
pembinaan internal belum tertata secara organisasi seperti sekarang.
Keterbatasan sumber daya manusianya. Dan keterbatasan kemampuan serta fasilitas yang ada, seperti belum memiliki kantor
sendiri. Mengakibatkan kegiatan dan pertemuan atau rapat itu sering kali di lakukan dimana ketuanya berada. Ini pun bukan saja
di Pemuda Muhammadiyah. Tetapi pula Muhammadiyah pun masih seperti itu.
Selain itu tantangan ekternal, Pemuda Muhammadiyah periode ini pun seperti dihadapi organisasi lainnya, berada pada situasi
krisis pasca peristiwa G30S/PKI. Kemudian dihadapkan pada situasi kebijakan pemerintah orde baru yang lambat-laut mengarah
ke represip.
Sehingga Pemuda Muhammadiyah dalam kiprah kegiatannya masih menguatkan kondisi internal eperti pembinaan kader. Belum
bisa berkiprah untuk pemberdayaan atau menjadi fasilitator pemberdayaan masyarakat seperti sekarang.. Memasuki tahun 1970
kepengurusan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat beralih pada M. Yaris Rusli. Ketua periode ini berasal berasal dari
Padang (Sumatera Barat). Adapun Muhdiat tetap menjadi wakil ketua sebagaimana periode sebelumnya. Pada masa ini peralihan
kepemimpinan masih secara bergilir.
Ini menunjukan bahwa sistem keorganisasian secara formal di kalangan Pemuda waktu itu masih belum seperti sekarang. Karena
kondisi sumber daya manusia pun masih terbatas. Rupanya baru pada periode berikutnya (1973-1977) Pemuda Muhammadiyah
Wilayah Jawa Barat, terbentuk secara lebih rapih. Dalam arti mengalami proses Musyawarah yang terselenggara secara resmi
(formil).
Kegiatan-kegiatan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat periode ini pun tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Masih
bersifat sederhana dengan kegiatan-kegiatan pembinaan kekaderan dalam bentuk pengajian-pengajian pembinaan.

Ini wajar, karena untuk Muhammadiyah tingkat Wilayah Jawa Barat pun saat itu masih mengalami masa transisi perubahan
struktur keorganisasian secara perlahan. Maka pantas jika Pemuda Muhammadiyah pun kemudian tidak bisa serta-merta
terbentuk penataan organisasi secara rapih sebagaimana hasil Muktamar tersebut. Sehingga wajar jika antara tahun 1966 sampai
awal tahun 1970-an kondisinya masih dalam proses peralihan atau perubahan dalam hal penataan organisasi secara perlahan.
Pada periode ini kegiatan lebih terfokus pada perkaderan. Waktu ini diadakan majelis bimbingan Pemuda Muhammadiyah atau
AMM. Kegiatan-kegiatan bersifat periodik mengadakan perkaderan. Biasanya diadakan di tiap daerah seperti di Bandung, Garut
dll. Rata-rata diadakan satu kali kegiatan dalam setahun atau dua kali dalam setahun.
Kegiatan pertemuan AMM, seperti Pemuda, NA, IMM dan IPM diadakan secara periodik. Ketika itu pemuda suka memberikan
masukan (kalau ada masalah), memberikan masukan kepada orangtua (Muhammadiyah).
Ini menunjukan adanya suasana psikologi keakraban komunikasi antara kalangan muda dengan kalangan tua. Kegiatan
pembinaan anggota Pemuda Muhammadiyah secara internal pada kader-kadernya itu menjadi kegiatan rutin pada periode ini.
Dengan pola pembinaan pengkaderan bersifat cultural seperti periode sebelumnya ini berdampak positip. Yakni terjalinnya
komunikasi yang akrab diantara sesama anggota pemuda dan juga komunikasi yang hangat dengan orang tua (Muhammadiyah).
Suasana komunikasi dan silaturahim yang tidak dibuat-buat. Suasana keakraban yang bukan karena kepentingan sesaat. Tapi
karena memang itulah yang diajarkan oleh agama dan dicontohkan orang tua kita (Muhammadiyah).
Kedekatan Pemuda Muhammadiyah dengan orang tua (Muhammadiyah) pun semakin akrab terlebih situasi sosial politik
kebijakan pemerintah orde baru mengakibatkan para pimpinan Muhammadiyah untuk berkonsentrasi pada pengelolaan
persyarikatan Muhammadiyah.
Terutama setelah muncul keputusan Muktamar di Ponorogo (1970) yang dikenal dengan Muhammadiyah kembali kepada Khittah
perjuangannya, yaitu sebagai Gerakan Dakwah, yang menjaga jarak yang sama kepada partai politik.
Artinya Muhammadiyah tidak terlibat langsung dalam politik praktis, seperti sebelumnya yang sempat amat dekat dengan partai
Masyumi. Yang bukan sekedar kader-kader/pimpinannya memasuki partai Masyumi, tapi Muhammadiyah secara resmi menjadi
anggota Istimewa Masyumi. Karena sejak awal pendirian Masyumi 7-8 November 1945 kader Pimpinan Muhammadiyah banyak
menjadi pelopornya. Bahkan pendirian Masyumi ini dilakukan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, dalam
Kongres Muslimin Indonesia.
Upaya rehabilitasi Masyumi di masa orde baru, yang tidak disetujui pemerintah orde baru sempat menimbulkan kekecewaan
kalangan Muhammadiyah pula. Yang kemudian melahirkan partai Islam Parmusi (Partai Muslimin Indonesia), lagi-lagi, Partai ini
pun tidak direstui jika dipimpinan kalangan mantan pimpinan Masyumi. Maka akhirnya Ketuanya disepakati Djarnawi
Hadikusumo dan Lukman Harun. Ini pun ternyata masih dikhawatirkan pemerintahan orde baru. Maka terjadilah intrik politik,
Parmusi kepemimpinannya digeserkan oleh J.Naro, orang yang dekat dengan pemerintahan orde baru.
Hal ini mengingatkan kembali memori para pemimpin Muhammadiyah, bahwa lapangan perjuangan Muhammadiyah tidak dalam
politik praktis.
Terlebih bila menelaah sikap dan strategi gerakan pendirinya. KH Ahmad Dahlan, beliau ini tidak pernah menjadikan
Muhammadiyah sebagai partai politik praktis. Muhammadiyah hanya sebagai organisasi gerakan dakwah sosial dan pendidikan,
tetapi walaupun demikian para pengurusnya tidak buta politik. Kalau pun kader-kadernya berkiprah politik praktis itu
lapangannya di luar Muhammadiyah. Inilah latarbelakang kembalinya Muhammadiyah pada Khittah Perjuangan Awal yang
dinyatakan dalam Muktamar di Ponorogo tahun 1970.
Situasi begini mempengaruhi situasi dan kebijakan kegiatan para Pemuda Muhammadiyah di Jawa Barat. Mereka masih tetap
melakukan kegiatan pertemuan silaturahim pembinaan kader/anggota. Juga pertemuan pembinaan pimpinan seperti yang suka
diadakan di rumahnya Pak Fajar, di kawasan Dago.
Pada masa ini Pemuda Muhammadiyah tidak masuk ke politik praktis seperti Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), yang waktu
itu Ketuanya adalah Haji Djarnawi Hadikusumo. Meskipun waktu itu Haji Adang Affandi memberikan tugas kepada Pemuda
Wilayah untuk mendatangi/menjajaki kebersamaan dengan kalangan Persis, PUI dan lain-lain. Pada masa ini salahsatu dari
kalangan Persis, Rusyad Nurdin (Ketua I PP Persis) tampil menjadi Ketua Parmusi Jawa Barat. Karena upaya yang dilakukan
pemuda ini hanya menyerap informasi yang hasilnya kemudian disampaian kepada Majelis Hikmah Muhammadiyah yang ketika
itu dipimpin oleh Kamawidjaya dan Sihabuddin.
Dalam situasi seperti inilah periode 1970-1973 Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat menjalankan amanah
kepemimpinannya, dengan Ketuanya Yaris Rusli. Dengan dukungan kalangan Sumberdaya manusia kalangan pemuda yang
masih terbatas jumlahnya, belum banyak berkembang seperti sekarang.
Keterbatasan sumber daya manusia di masa transisi dalam penataan struktur organisasi Muhammadiyah yang membutuhkan
waktu pasca Muktamar Muhammadiyah 1965, dalam kurun waktu 5 tahun kiprah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat tingkat
perkembangannya belum seperti sekarang. Ruang gerak dan kiprahnya pun masih terbatas. Dan lebih banyak bersifat pembinaan
internal anggota serta pembinaan pimpinan secara kultural. Bahkan kegiatan-kegiatan Pemuda Muhammadiyah masih banyak
yang dilakukan bersama dengan Muhammadiyah. Hal ini sangat wajar, karena keterbatasan sarana pra-sarana pun turut
mempengaruhinya.
Di balik keterbatasan dan kekurangannya ini, ada keunggulannya. Yaitu suasana kultural dalam silaturahim membuat kedekatan
hati dan keakraban antara kalangan Pemuda Muhammadiyah dengan Muhammadiyah atau pun dengan Aisyah. Sehingga Pemuda
Muhammadiyah dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah seperti hubungan komunikasi dalam sebuah keluarga.
2. Tahun 1973-1977 H. M. Muhdiat
Pada periode ini, Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat baru dalam tahapan awal perubahan struktur organisasi yang
sebelumnya. Tahap penertiban secara struktur organisasi dan penataan kegiatan-kegiatan. Sebelumnya masih bersifat temporer,
belum tersusun program secara rapih. Artinya masih bersifat tradisional.

Susunan Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat periode ini, Ketua: MA Muhdiat, Wakil Ketua, Uud Sudjita,
Sekretaris: Kafi, Wakil Sekretaris: Suwandoyo Sidik, Bendahara: Rahmat Sambas. Dan juga Wakil Ketua lainnya adalah: Tajuli
(putera HM Fadjri) dan Tabri Akma.
MA Muhdiat pada saat ini merangkap pula dengan Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PMD) kota Bandung. Sedangkan
Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah kota Bandung pada periode ini, Ketuanya Tjutju Sachrum.
Kegiatan-kegiatan Periode Tahun 1973-1977
Sentral kegiatan seluruh Pemuda Muhammadiyah dan Muhammadiyah pada waktu ini diadakan di Panti Asuhan, yang sekarang
menjadi lokasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB) jalan Banteng. Karena pada waktu itu Masjid Mujahidin masih
dalam wujud rangka bangunan, yang peletakan batu pertamanya tahun 1956. Baru bisa digunakan shalat berjamaah dan shalat
Jumatan saja. Dan Masjid Mujahidin ini baru bisa selesai tahun 1991, pada masa kepemimpinan KH Sulaeman Faruq. Salahsatu
satunya perkembangan pembangunan Masjid Mujahidin ini tidak lepas dari jasa bantuan Haji Arifin. Selain di Panti Asuhan,
Jalan Banteng, kegiatan Muhammadiyah pun suka dilakukan di jalan Mangunsarkoro ( kini jalan Lodaya). Karena di sinilah
tempat Pimpinannya, karena pada masa ini biasanya kantor kegiatan itu mengikuti di mana ketua terpilihnya yang memimpinnya,
di sanalah di pasang plang (papan nama) kantor. Ini menunjukan bahwa Muhammadiyah belum memiliki fasilitas kantor yang
representatip untuk saat itu. Belum seperti sekarang ini.
Pada periode ini kegiatan Pemuda Muhammadiyah, masih sering bersatu dengan kegiatan Muhammadiyah. Meskipun Pemuda
Muhammadiyah itu organisasi otonom. Karena pada saat itu meskipun keputusan Muktamar Muhammadiyah di Bandung (1965)
menghasilkan restrukturisasi organisasi Muhammadiyah sehingga lebih tertata lagi secara organisatoris, tetapi realita perwujudan
di lapangan tidak bisa serta merta.
Maka dengan demikian, perkembangan Pemuda Muhammadiyah pun tidak serta merta cepat berkembang. Karena pola
perkembangan ortom termasuk Pemuda Muhammadiyah, mengikuti perkembangan indunya (Muhammadiyah). Meskipun
demikian, kegiatan-kegiatan Pemuda Muhammadiyah tetap bisa dijalankan, hanya bentuk kegiatannya lebih terfokus pada
pembinaan internal (kekaderan). Bagaimana menumbuh-kembangkan potensi kader sehingga bisa berkiprah dalam membangun
Persyarikatan.
Dalam konteks keumatan dan kebangsaan, sesungguhnya Pemuda Muhammadiyah pun melakukan kegiatan yang bersifat respons
atas situasi sosial yang berkembang. Misalnya ketika terjadi peralihan kebijakan pemerintah, yang semula kebijakan
pemerintahan orde lama kepada orde baru.
Pasca keputusan Muktamar Ponorogo 1970, yang menyatakan Muhammadiyah Kembali ke Khittahnya sebagai Gerakan Dakwah
dan menjaga jarak yang sama ke semua partai politik. Keputusan ini menjadi pedoman kalangan pimpinan dan anggota
Muhammadiyah, termasuk Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat dalam menjalankan kegiatannya.
Pada periode yang dipimpin oleh Muhdiat ini, pemerintahan di provinsi Jawa Barat masih gubernurnya Solihin GP. Periode di
masa kepemimpinan HM Muhdiat, Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat. Dianggap sebagai tonggak awal penataan
Pemuda Muhammadiyah. Meskipun pada periode ini pun Pemuda Muhammadiyah dalam kiprah kegiatannya masih bersifat
pembinaan secara konvensional, kegiatan bersifat internal, kegiatan pembinaan pengajian-pengajian dan kegiatan kepemudaan
lainnya. Tetapi bisa dikatakan periode ini sebagai awal penataan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, karena proses menentukan
kepemimpinannya sudah melalui mekanisme permusyawarahan.
Sedangkan sebelumnya, Pimpinan Pemuda Muhammadiyah seolah-olah masih dibentuk (ditunjuk) oleh Pimpinan Wilayah.
Sehingga bisa dikatakan mulai cikal-bakal tertib organisasi itu pembenahannya di mulai periode ini. Awal perubahan struktur
organisasi yang sebelumnya. Tahap penertiban secara struktur organisasi dan penataan kegiatan-kegiatan. Sebelumnya masih
bersifat temporer, belum tersusun program secara rapih seperti sekarang.
3. Tahun 1977-1981 H.M.S. Hasan Syarif
Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat pada masa kepemimpinan Hasan Syarif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
mengembangkan hobi di kalangan para pemuda. Misalnya mengadakan perlombaan sepakbola, dengan terbentuknya PSHW. Juga
kegiatan pembinaan tabligh. Kegiatan lainnya berupa kaderisasi pelajar serta kegiatan yang menjaga keseimbangan internal dan
eksternal. (wawancara dengan HMS Hasan Syarif, 5 Oktober 2009).
Periode ini Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat dipimpin Hasan Syarif. Seorang pemuda yang sebelumnya menjadi Pimpinan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Barat. Pada masa ini Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah dihadapkan pada
tantangan kebijakan pemerintah orde baru yang tampaknya berupaya memenangkan Golkar sebagai partai pemerintah. Situasi
demikian menimbulkan sikap kritis dari sebagian kalangan Muhammadiyah, termasuk Pemuda Muhammadiyah.
Tetapi Pemuda Muhammadiyah Jabar tetap bisa akrab dan berdialog dengan pemerintahan, seperti dengan Gubernur.
Pimpinannya pun bisa akrab berkomunikasi dengan pimpinan militer seperti Pangdam dan Kapolda. Maka dalam kegiatankegiatan yang diselenggarakan Pemuda Muhammadiyah seperti Perkaderan, Pemuda Muhammadiyah terbuka, mengundang
Gubernur diminta untuk mengisi sambutan. Sedangkan untuk mengisi akidah itu dari ulama. Kegiatan perkaderan dan pengajianpengajian.
Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat pada masa ini sedang ada dalam situasi tantangan demikian tadi. Kebijakan pemerintahan
orde baru mulai tampak represif atas kemunculan kalangan kritis. Pada periode ini kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa
Barat mengambil sikap kebijakan yang tetap sesuai kaidahnya sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang sudah mapan dan
dikenal bergerak untuk kemajuan umat dan bangsa. Mungkin inilah salahsatunya, sehingga Pemuda Muhammadiyah disegani dan
dijadikan panutan kalangan pemuda lainnya di Jawa Barat.
Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat pada masa ini selain melakukan pembinaan dan tabligh-tabligh, juga berhasil
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat mengembangkan hobi di kalangan para pemuda. Misalnya mengadakan

perlombaan sepakbola, dengan terbentuknya PSHW (Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan). Kegiatan lainnya berupa kaderisasi
pelajar serta kegiatan yang menjaga keseimbangan internal dan eksternal.
Dalam situasi pemerintahan yang bersikap represip, kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode 1977-1981 ini
menghadapi tantangan yang berat. Karena kebijakan demikian ini bisa menjadi hambatan dalam kegiatan-kegiatannya menjadi
kurang nyaman (kondusip). Untung saja pimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode ini seorang yang bijaksana.
Sehingga dalam masa-masa sulit ini bisa menghadapi tantangan-tantangan ini dengan baik.
4. Tahun 1981-1985 Drs.H. Irfan Anshory
Kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode 1981-1985 dipimpin ketuanya oleh Irfan Anshory. Seorang pemuda
yang asalnya dari Sumatera Selatan, tepatnya Lampung. Seorang yang sejak muda aktip di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
Lampung dan juga di Pelajar Islam Indonesia (PII). Ketika Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat Ketuanya Hasan Syarif, Irfan
Anshory sudah aktip di Pemuda Muhammadiyah kota Bandung. Di Pemuda Muhammadiyah kota Bandung, Irfan Anshory aktip
bersama-sama dengan Kasvul Anwar, Jaenuri, Jalaluddin Rakhmat, Mursalin Dahlan (wawancara dengan Drs.H.Irfan Anshory,
18 Nopember 2009).
Dalam Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah tahun 1981, Irfan Anshory terpilih menjadi tiga besar bersama Farid
Maruf Noor dan Jaenuri, untuk memimpin Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat. Karena Farid Maruf dan Jaenuri aktif
di partai (PPP), maka Irfan Anshory diprioritaskan memimpin Pemuda Muhammadiyah periode 1981-1985. Farid Maruf dan
Jaenuri termasuk salah satu ketua dengan sekretarisnya Rafani Akhyar.
Periode ini Pemuda Menghadapi situasi yang berat. Ketika pemerintah orde baru memberlakukan asas tunggal pancasila yang
asalnya untuk organisasi partai politik, kemudian melebar kepada ormas-ormas. Reaksi pun bermunculan dari ormas, sehingga
ormas-ormas Islam pun beberapa diantaranya ada yang terpecah demi mempertahankan asas ini. Pemuda Muhammadiyah pada
waktu itu dihadapkan pula pada hal tersebut. Sehingga Muktamar Pemuda Muhammadiyah yang seharusnya dilaksanakan 4
tahun sekali, harus tertunda dari tahun 1978 hingga tahun 1985. Karena Muhammadiyah dan ortom-ortomnya seperti NA, IPM,
IMM harus bersama-sama mengadakan Muktamarnya. Ini dalam rangka mengambil keputusan bersama dalam menyikapi
pemberlakukan asas tunggal ini. Ketika itu kepemimpinan Pusat Muhammadiyah ketuanya Kyai Haji AR Fachrudin. Maka
muktamar tahun 1985 di Solo ini merupakan muktamar seluruhnya. Setelah sempat pro-kontra tentang penerimaan Pancasila ini
sebagai asas, akhirnya terjadi kesepakatan dengan Pancasila diakui sebagai asas dan Islam dinyatakan sebagai aqidah organisasi
Muhammadiyah dan ortom-ortomnya. (wawancara dengan Drs.H.Irfan Anshory, 18 November 2009)
Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat pada periode 1981-1985 ini menjalankan kegiatan-kegiatannya antara lain dengan
pendekatan seni dan olahraga. Ini banyak manfaatnya dalam menjalin kebersamaan dan kedekatan dengan kader-kader di daerah,
misalnya dengan terbentuknya PSHW dan penyelenggaraan perlombaan seleksi antar daerah.
Pada masa ini Pemuda Muhammadiyah tidak berhaluan politik praktis sehingga Pemuda Muhammadiyah menjadi terkonsentrasi
pada kegiatan-kegiatan Persyarikatan Muhammadiyah selaku Pelopor Pelangsung Cita-cita Gerakan Muhammadiyah.
Kegiatan pelatihan-pelatihan mubaligh pun kontinyu dilakukan, juga kegiatan Darul Arqam serta pengajian-pengajian di daerahdaerah berlangsung. Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Wilayah seperti Irfan Anshory, Farid Maruf dan Jaenuri misalnya, itu
biasa berkeliling ke daerah-daerah dalam rangka pembinaan kader Pemuda Muhammadiyah.
Karena semaraknya kegiatan pengajian Pemuda Muhammadiyah, seolah-olah terjadi fastabiqul khairat (berlomba-lomba
dalam kebaikan antara pengajian Muhammadiyah dengan pengajian Pemuda Muhammadiyah. Ketika itu Irfan Anshory dan
Farid Maruf, juga Agus Al Wafir (Cirebon), sudah terjun ke daerah-daerah untuk menggerakan pengajian. Itu di tengah situasi
pemerintahan yang terus mengawasi gerakan-gerakan kumpulan massa. Tapi hanya diawasi saja, kegiatan tetap berlangsung tidak
ada hambatan dihalang-halangi.
Pada periode ini Pemuda Muhammadiyah suka pula mengadakan kegiatan bersama dengan organisasi Pemuda Islam lainnya,
terutama ketika menghadapi persoalan keumatan.
Dengan nada kritis Irfan Anshory menegaskan makna semboyan Pemuda Pelopor Pelangsung Amal Usaha Muhammadiyah itu,
bagaimana pemuda bisa menjadi pelopor pelangsung cita-cita Muhammadiyah jika semboyan itu tidak diserap serta tidak
dilakukan komunikasi Pemuda dengan orangtua (Muhammadiyah)?.
Dalam pandangan Irfan Anshory, kalau pun tampak kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pemuda dengan orangtua
(Muhammadiyah), hal ini muncul sejak Pimpinan Muhammadiyah sudah bersifat praktis (praktis-pragmatis) begitu pun dengan
yang terjadi pada Pemuda Muhammadiyahnya.
Ketika Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat dalam kepemimpinannya Irfan Anshory, para Pimpinan Muhammadiyah Wilayah
Jawa Barat waktu itu seperti Pak Sulaeman Faruq, Pak Asikin dll itu betul-betul menunjukan pimpinan yang ikhlas. Juga Pak
Hambali, Pak Iping mereka itu menunjukan sikap yang ikhlas. Mereka menempatkan jabatan sebagai amanah. Sehingga Pemuda
Muhammadiyah pun termotivasi saat itu. Dan berkomunikasi dengan orang tua (Muhammadiyah) pun terjalin dengan baik.
Kegiatan lainnya periode ini adalah diadakannya kegiatan-kegiatan perkaderan baik tingkat wilayah ataupun pengiriman kader
pada kegiatan perkaderan di tingkat pusat. Dalam satu periode ini sampai 3 kali ada pengkaderan tingkat nasional. Termasuk
pernah diadakan perkaderan tingkat nasional di Bandung. Misalnya pada tahun 1984 pernah ada seminar perkaderan di Bandung,
sebelum Muktamar tahun 1985. Waktu itu Amien Rais baru 2 tahun pulang dari Amerika, juga Syafii Maarif dan Watik
Pratiknyo baru pulang studi doktor-nya dari luar negeri.
Adapun perkaderan non-formal itu berupa praktek di lapangan, seperti itu Taufik Rahman itu hasil perkaderan di periode ini.
Taufik Rahman yang sekarang suka mengisi di radio. Juga Agus Kusnadi itu dicetaknya juga di periode ini (1981-1985).
Pada periode ini, kalau yang dikader misalnya 20 orang, maka yang jadi bertahan 9 orang, hampir setengahnya. Berbicara
kekaderan menurut Irfan Anshory, dalam periode kepemimpinannya kekaderan itu dengan menghidupkan 3 sumber kader:

Pertama, ortom antara lain IPM juga IMM, merupakan sumber kader. Mereka itu diajak untuk aktip di Pemuda
Muhammadiyah. Kedua, putera-putera aktivis Muhammadiyah. Mereka dihubungi dan diajak aktip dalam kegiatan pengkaderan
dan menjadi anggota di Pemuda Muhammadiyah. Orangtuanya pun dihubungi diajak bicara supaya bisa menghimbau puteraputeranya aktip di Pemuda Muhammadiyah. Ketiga, siswa-siswa perguruan Muhammadiyah. Mereka diajak dihidupkan lagi
untuk menggerakan ortom Pemuda. Jadi otomatis, orang tua (Muhammadiyah) sendiri melihat bagaimana kiprah gerakan
Pemuda Muhammadiyah. Ini secara tidak langsung memudahkan bagi rekruitmen dalam membantu Muhammadiyah. Misalnya
ketika Musywil Muhammadiyah dan setelahnya dalam kepengurusan Muhammadiyah, sudah bisa diinventarisir pemuda-pemuda
yang bisa direkrut.
Maka tak heran, misalnya pada periode ini dari Pemuda Muhammadiyah sudah terpilih masuk anggota pleno 13 Pimpinan
Muhammadiyah, Farid Maruf. Sementara Irfan Anshory di Majelis. Ini karena kapasitasnya sebagai pemuda diakui orangtua
(Muhammadiyah).
Jadi karena perkaderan berjalan baik, tumbuh sendiri potensi-potensi Pemuda Muhammadiyah itu tergantung prestasinya. Di
periode ini bermunculan kader, Irfan Anshory pun kemudian di waktu kemudian tahun 1990 jadi PWM jadi Ketua Majelis
Tabligh. Tahun 1995 menjadi Wakil Ketua PWM, dengan suara nomer dua dibawah pak Hidayat Salim. Padahal waktu itu Irfan
Anshory dari pemuda. Tidak ada waktu itu tim sukses-tim sukses. Tidak tahu, setelah reformasi jadi ada yang macam-macam.
Jadi menurut Irfan Anshory, pemuda Muhammadiyah harus bergeliat dengan karya nyata.
Selain memberikan pandangannya tentang kekaderan Pemuda Muhammadiyah. Irfan Anshory pun selaku mantan ketua Pemuda
Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat, periode 1981-1985 sempat melontarkan usulan/masukan supaya mantan-mantan ketua
Pemuda Muhammadiyah itu bisa bersilaturahmi dengan difasilitasi Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat sekarang.
5. Tahun 1985-1989 Drs. H. Tjutju Sachrum
Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, masa bakti tahun 1985-1989, Ketuanya Tjutju Sachrum. Selain itu, Arif
Nuruddin, Rafani Akhyar, Sidik Hasan, Hasan Arif, Iwan Heryadi, Hidayat Zaeni. Pada periode sebelumnya yang menonjol itu
prestasi person-person, maka pada periode ini mengupayakan kebersamaan satu tim yang mana situasi saat itu membutuhkan
kebersamaan, terlebih dihadapkan pada masalah utama waktu itu, masalah dana.
Kepemimpinan Pemuda Muhamamdiyah Jawa Barat itu mandiri, tidak ada bantuan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa
Barat yang rutin, maka dalam mengadakan acara itu pendanaan dilakukan secara mandiri.
Itu menunjukan memang situasinya saat itu masih kekurangan fasilitas berupa materi. Karena pendanaan waktu itu baru
bersumber dari pendidikan. Rumah Sakit waktu itu belum bisa membantu pendanaan, karena baru bisa membantu pendanaan
pimpinan pada tahun 1990. Sehingga pada periode ini (1985-1989), kalau akan melaksanakan kegiatan pengkaderan seperti
Training Centra Taruna Melati I, II, para pimpinan dan kader berusaha mencari uang.
Dalam periode kepemimpinan Tjutju Sachrum ini, yang paling menonjol kegiatan adalah even kegiatan olahraga, seperti Pekan
Olahraga Hizbul Wathan (POR HW). Sekitar tahun 1980-an, tepatnya tahun 1982 diadakan PORNAS di Klaten. Pemuda
Muhammadiyah Jawa Barat mengirimkan tim. Di seksi olahraga itu dipimpin pak Edo. Yang pada even setelah tahun 1985. Seksi
olahraga ini membawa tim Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat termasuk juara ke-2.
Kegiatan Pemuda Muhammadiyah dengan melalui pendekatan seni dan olahraga karena secara internal bisa merekat kedekatan
emosi antar sama kader. Sedangkan secara eksternal, kebetulan pasca kebijakan pemerintah mengusung asas tunggal Pancasila,
membuat ormas termasuk ortom Pemuda Muhammadiyah menjauhi yang berbau politik. Pemuda Muhammadiyah lebih
melaksanakan kegiatan yang bersifat pembinaan dan kemasyarakatan.
Selain itu menurut pandangan Ketua Pemuda Muhammadiyah periode ini, gerakan Pemuda Muhamamdiyah itu harus bisa
menjangkau seluruh aspek yang menyangkut kepemudaan. Karena itulah pada periodenya, aspek seni budaya pun tetap di garap.
Karena bagaimana pun pemuda ini merupakan jenjang pengkaderan sebelum masuk ke Muhammadiyah. Karena bagaimana pun
Pemuda Muhammadiyah itu bersifat heterogen latarbelakangnya, dari latarbelakang pendidikan SD hingga sarjana. Karena
menghadapi kemajemukan pemuda yang heterogen. Maka dalam menghadapi Pemuda Muhammadiyah itu dibutuhkan
kepemimpinan yang lebih matang lagi. Sedangkan dari kalangan pelajar (IPM) dan mahasiswa (IMM) latarbelakangnya
homogen.
Maka Pelatihan Leadership Kebangsaan itu menjadi lebih tepat diadakan di Pemuda Muhammadiyah, karena kemajemukan
pemuda tersebut. Maka pada periode ini diadakan pelatihan atau training serta pelatihan coaching instruktur. Pelatihan-pelatihan
yang bersifat membentuk keahlian dalam bidang pekerjaan seperti praktek sablon dan pelatihan life skill lainnya.
Pada periode ini kegiatan Pemuda Muhammadiyah yang bersifat kerjasama dengan organisasi kepemudaan lainnya terjalin,
misalnya dengan bergabungnya dalam KNPI. Waktu itu belum ada ormas-ormas pemuda Islam.
Kerjasama lainnya pernah pula dilakukan dengan pemerintahan, misalnya dalam kegiatan bidang olahraga. Juga semacam
kegiatan penataran (P4). Periode ini hubungan dengan pemerintah meskipun tidak dekat sekali, karena gaya birokrasi
pemerintahan saat itu, Pemuda Muhammadiyah bisa menjalin komunikasi misalnya dengan gubernur Jawa Barat (Yogi S
Memet). Sehingga Pemuda Muhammadiyah untuk yang pertama kali menerima secara langsung bantuan dana sebesar lima (5)
juta rupiah untuk Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat yang akan mengikuti Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Palembang
tahun 1989. Padahal sebelumnya tidak demikian, karena pemerintahan cenderung birokratis.
Pada masa kepemimpinan periode 1985-1989 ini, Pemuda Muhammadiyah dihadapkan pada tantangan birokrasi kalau akan
menyelenggarakan kegiatan mengumpulkan massa termasuk untuk mengadakan pengajian yang harus meminta izin. Tetapi ini
semua akhirnya bisa dilalui dengan baik. Terbukti kalau akan mengadakan kegiatan-kegiatan ketika terkendala dana, Pemuda
Muhammadiyah waktu ini bisa meminta bantuan kepada Pangdam, Polisi, Kodim.. Itu menjalin hubungan kedekatan dengan
mereka diperlukan, karena itu kalau ada pergantian Pangdam baru, Kapolda baru pasti Pemuda Muhammadiyah melakukan
sowan (wawancara dengan Drs.H.Tjutju Sachrum, 8 Oktober 2009).

Stuktur kepemimpinan pengurus Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode 1985-1989 sudah banyak sesuai jumlah Pimpinan
Daerah Muhammadiyah (PDM), ada kabupaten/kota Bandung, Bogor, Cirebon, Serang, Pandeglang (Banten) masih bergabung
dengan Jawa Barat, juga Tangerang. Jadi sekitar 20-an daerah yang ada dalam Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa
Barat.
Di periode ini Pemuda Muhammadiyah masih seperti dulu. Secara politik Pemuda Muhammadiyah ada yang aktip di PPP,
kecuali daerah Indramayu yang sudah dekat ke Golkar. Bahkan waktu itu bupatinya juga orang Muhammadiyah.
Pemuda Muhammadiyah dalam masa kepemimpinan Tjutju Sachrum ini, tampaknya berbeda dengan sebelumnya, salah satunya
dalam penggalian dana untuk kegiatan-kegiatan yang berupaya mandiri. Artinya tidak mengandalkan dari induk Persyarikatan
(Muhammadiyah).
Dalam hal perkaderan pada tiap departemen relatip berjalan 90%. Pada periode ini pengkaderan Pemuda Muhammadiyah itu
berlangsung hingga satu minggu. Selain pelatihan kader, Pemuda Muhammadiyah juga mengadakan kursus mubaligh yang
dilakukan rutin setiap hari Sabtu dan Ahad selama 6 bulan berjalan.
Bahkan meskipun tak punya uang (dana), kegiatan terselenggara juga. Salah satu caranya dengan mendekati ibu-ibu Aisyiyah.
Karena komunikasi yang baik dengan mereka, setiap ibu-ibu Aisyiyah bisa membantu kegiatan dengan 10-20 bungkus nasi
sehingga jatah makan para peserta kegiatan terpenuhi
Selain itu Pemuda Muhammadiyah pun melakukan kunjungan silaturahim ke Pa Arhatha, salah seorang pleno Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Jawa Barat, yang juga kebetulan Asisten Gubernur. Selain itu juga silaturahmi ke Pak Iyeng Wirasaputera, dosen
IKIP.
6. Periode 1989-1993 Drs. H. Kosasih Natawijaya
Kosasih Natawijaya mendapat amanah untuk memimpin Pemuda Muhammadiyah periode tahun 1989-1993, sebagai hasil
Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah di Indramayu tahun 1989. Periode ini sampai terselenggaranya Muktamar
Pemuda Muhammadiyah di Bandung, sehingga kemudian periode ini Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat mengirimkan
kadernya ke Pimpinan Pusat yaitu Kosasih Natawijaya dan Rizal Fadhilah. Pada saat Pimpinan Pemuda Pusat, Hajriyanto Tohari.
Periode kepemimpinan tahun 1989-1993 ini Ketuanya, Kosasih Natawijaya, kemudian pimpinan lainnya yaitu: Asep Suparman
Asmorowati (Wakil Ketua), Arif Nurudin (sekretaris), Murlan Effendi (Bendahara).
Situasi waktu itu masih kuatnya pemerintahan orde baru, sehingga Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat harus berada dibawah
organisasi KNPI tingkat Wilayah dan Pemuda Muhammadiyah menempatkan wakilnya di KNPI yaitu saudara Makhmud Syafei.
Dalam masa kepemimpinan periode ini lebih berorientasi dengan menekankan pada penyegaran kepemimpinan, yang saat itu
hampir setiap daerah itu mengalami stagnasi sebagai akibat dampak kebijakan pemerintah orde baru, yang mewaspadai dan
berusaha mengendalikan organisasi pemuda juga.
Untuk itu dibentuk tim yang bertugas menghidupkan kembali pemuda-pemuda Muhammadiyah di kota/kabupaten di Jawa Barat.
Hasilnya tampak, pada periode ini Pemuda Muhammadiyah di kota/kabupaten ada PDPM bergerak lagi. Dan karena aktivitas dan
gerakannya yang berkembang dalam periode ini, mendorong keberanian Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat mengajukan untuk
menjadi tuan rumah Muktamar Pemuda Muhammadiyah yang disampaikan pada Tanwir Pemuda Muhammadiyah di Malang.
Akhirnya Muktamar Pemuda Muhammadiyah terselenggara di Bandung. Untuk itu sering bertemu Pimpinan Pemuda juga
dengan orang tua (Muhammadiyah), untuk menggugah ortom dan orang tua (Muhammadiyah) di Wilayah.
Selain itu, Pemuda Muhammadiyah melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain waktu itu, di daerah ada yang menggarap
perkebunan, kursus keterampilan, dan kreativitas pemuda mandiri lainnya dalam rangka menggali dana supaya tidak
mengandalkan dari induk Persyarikatan saja.
Dalam hal pengkaderan,Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jabar periode ini melangsungkan beberapa pelatihan kader untuk
tingkat wilayah dan daerah. Misalnya di daerah diadakan di Garut, Sumedang, Purwakarta. Serta beberapa kali mengadakan
pelatihan kader Pemuda Muhammadiyah tingkat daerah dan wilayah.
Juga ada program unggulan pemberdayaan usaha ekonomi perkebunan. Yang dilakukan kerjasama dengan pemerintah, yang itu
dilaporkan kepada gubernur. Semacam program unggulan untuk ditiru di daerah-daerah untuk pemuda mandiri. Selain itu ada
kegiatan pelatihan service televisi dan radio, seperti yang dilaksanakan di Sumedang.
Kegiatan lainnya periode ini adalah pelatihan Mubaligh Muda dari Departemen Dakwah. Juga penyegaran para Mubaligh Muda
Muhammadiyah itu dengan cara mengirim mereka ke tingkat daerah. Sehingga waktu itu Pemuda Muhammadiyah Cirebon
pernah turun ke Kuningan, Pemuda Muhammadiyah Indramayu turun ke Cirebon. Apalagi di daerah Garut, banyak kader-kader
dakwah banyak membantu pengkaderan Muhammadiyah. Sehingga banyak Pemuda Muhammadiyah aktip di Majelis Tabligh
Wilayah. Ketika itu Majelis Tabligh PP Muhammadiyah sedang dipimpin Dr.HM. Amien Rais. Sedangkan Majelis Tabligh
Wilayah waktu itu dipimpin Farid Maruf Noor.
Dinamika gerakan dakwah Jamaah Dakwah waktu itu tampak terasa jelas. Dari mulai tingkat nasional hingga ke daerah-daerah.
Gerakan dakwah yang dalam arti luas. Bukan sekedar dakwah diartikan ceramah di atas mimbar. Pada masa ini aktivis cabang
atau ranting itu para pionirnya adalah angkatan muda. Yang sekarang ini angkatan muda tersebut rata-rata sudah pada duduk di
tingkat PDM-PDM.
Kemudian aktivitas Pemuda Muhammadiyah demikian, mengalami penurunan. Tampaknya kelihatan sekali setelah mengalami
euphoria politik (pasca reformasi). Kader-kader Gerakan Dakwah dan Jamaah Dakwah tersebut memudar.
Pemuda Muhammadiyah dengan geliat seperti disebutkan di atas rupanya perlu dikaji ulang. Bisa dijadikan pertimbangan untuk
merumuskan kembali arah kebijakan Pemuda Wilayah Muhammadiyah ke depan.
Dalam membina dan mengembangkan kader Pemuda Muhammadiyah, Kosasih Natawijaya, memiliki pandangan bahwa:
pertama, kampus-kampus jangan ditinggalkan Angkatan Muda. Ranting-ranting Muhammadiyah juga jangan ditinggalkan
Angkatan Muda. Bahkan alat-alat atau media seperti alat kesenian pun jangan ditinggalkan Angkatan Muda.

Pada masa kepemimpinan Kosasih Natawijaya, (1989-1993) Pemuda Muhammadiyah itu tidak menutup sama sekali terhadap
politik praktis. Banyak juga kader Pemuda Muhammadiyah yang juga aktip di partai PPP atau di Golkar. Baik di tingkat daerah
atau pun di tingkat wilayah. Tetapi sebagian yang aktip di parpol itu, menghadapi kebijakan pemerintah yang saat itu masih
represip, ini membuat suasana banyak juga yang tidak betah di wilayah politik praktis.
Tetapi ketika partai politik dibuka los (masa reformasi) banyak Pemuda Muhammadiyah yang masuk ke wilayah politik praktis.
Ini pada sisi lain berdampak pada situasi dinamika Muhammadiyah di bawah. Misalnya kini untuk mencari Ketua Cabang saja
terasa kesulitan. Dan yang mengerikan ketika kader-kader yang kembali dari ranah politik praktis itu kembali ke persyarikatan
dengan membawa karakter cara-cara politik praktis ke dalam persyarikatan.
Padahal persyarikatan Muhammadiyah sudah punya cara-cara atau mekanismenya tersendiri selaku ormas. Semestinya dalam
mengelola orang atau dalam menentukan pilihan dan sikap harus dijaga dengan cara-cara Muhammadiyah. Bukan dengan caracara partai politik.
Maka orientasi Pemuda Muhammadiyah atau ortom harus kembali kepada orientasi dakwah Persyarikatan, dalam arti yang luas.
Tidak sekedar dengan politik praktis saja.Karena sesungguhnya fenomena kelangkaan kader, sesungguhnya bukan itu yang
terjadi. Tetapi kehilangan kader karena suasan internal dan eksternal. Ini dinamika yang harus ditangkap oleh AMM.
Pandangan tentang Kekaderan
Dalam pandangan Kosasih Natawijaya, sekarang ini ada kesan ortom kurang bergairah. Dalam arti menghidup-hidupkan gerakan
Muhammadiyah. Ini harus ada yang membangunkan kembali sehingga Pemuda Muhammadiyah melakukan konsolidasi dalam
berkiprah bagi persyarikatan dan bangsa.
Dalam menatap kekaderan khususnya yang berkaitan dengan angkatan muda, Kosasih Natawijaya memiliki pandangan bahwa
belum adanya upaya memaksimalkan potensi-potensi yang ada di kantong-kantong Muhammadiyah.
Yaitu,pertama di ortom-ortom. Kedua, di Amal Usaha Muhammadiyah. Kalau ketiga kantong kader itu dimaksimalkan ini akan
luar biasa. Misalnya, guru perempuan wajib menghidupkan NA. Guru laki-laki wajib menghidupkan Pemuda.
Ketiga, keluarga-keluarga Muhammadiyah. Putera-putera keluarga Muhammadiyah itu dihimbau, dan diberikan teladan oleh
orang tuanya supaya bisa aktip dalam gerakan yang menginduk pada persyarikatan Muhammadiyah.
Kekaderan dan tujuan pendidikan dalam Muhammadiyah itu sangat erat. Karena pada hakekatnya tujuan pendidikan
Muhammadiyah itu adalah menuju pada tujuan Muhammadiyah. Bagaimana akan sampai pada tujuan Muhammadiyah, jika guruguru di sekolah Muhammadiyah nya tidak mengerti apa Muhammadiyah. Sementara tujuan awal pendidikan Muhammadiyah
pada hakekatnya dalam rangka kaderisasi.
Dan sudah semestinya sekolah-sekolah Muhammadiyah itu jadi model dan dijadikan keberhasilan sosial seperti kaderisasi. SD
Antapani bisa dijadikan model. SD Cianjur bisa dijadikan model. Sekarang banyak SMP-SMP Muhammadiyah hampir tutup.
Kenapa selesai sekolah mereka tidak dievaluasi. Semestinya mereka itu dipersiapkan menjadi kader..
Diantara kata kunci keberhasilan kekaderan di Muhammadiyah dalam pandangan Kosasih Natawijaya, adalah silaturahmi dan
konsolidasi lintas organisasi otonom. Silaturahmi dibutuhkan untuk mendekatkan suasana ketenangan hati.
7. Periode 1993-1997 Drs. H. Mahmud Syafei (Prof. DR. MA, M,PdI)
Kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat periode tahun 1993-1997, terdiri dari Ketua: Makhmud Syafei,
Undang Ahkam (Wakil Ketua), Dadang Syaripudin (Wakil Ketua), Zulfahmi (Wakil Ketua), Rahmat Rusmayadi (Sekretaris),
Rahmat Kurnia (Wakil Sekretaris), Murlan Effendi Muluk (Bendahara) dan Ade Kheruddin (Wakil Bendahara) dan anggota Uum
Syarif Usman yang masuk di periode pertengahan (dari IMM) serta Ugas Rahmansyah demikianpun kepengurusan diisi oleh
komposisi perwakilan daerah diantaranya dari Cirebon Agus Al Wafir dan Ratija Bratamanggala, Sugandi. Abdul Rozak, Amin
Permana Muslim (Indramayu), Nana Sutisna (Ciamis), Osih Kosasih, Undang Mahfud, Iip Syarif (Tasikmalaya). Kemudian
berikutnya, Herman Mustofa, Iso (Garut), Aceng Hasbandi, Maman Suryaman, Ade Khaeruddin, Idin Wahidin (kabupaten
Bandung), Dayat Hidayat (Purwakarta), Cecep Suplihat (Bogor), Abdurahman Fatah (Subang), Entis Sutisna (Sukabumi), Muhi
Muhas, Syafii Zakaria ( Banten), Azhar, Abdurahman (Purwakarta). Juga Saputra, Karman, Arif Nurudin, Salim Baraba, Suhada,
Priono, Eko Widodo. Kepengurusan banyak menyeluruh hampir 90 orang.
Dalam kepengurusan ini dihadapkan pada dinamika internal dalam pembentukan kepengurusan, maklum masih muda sehingga
perlu beberapa kali rapat. Kemudian pula periode ini dihadapkan pada masalah keuangan, pasca Muktamar Pemuda di Bandung.
Akhirnya bisa diselesaikan pula setelah berusaha melibatkan unsur PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah) dan juga bantuan
Gubernur Jawa Barat waktu itu, R Nuriana.
Tahun 1995 rintisan kegiatan periode ini mulai berjalan dimulai dengan konsolidasi ke majelis-majelis terkait. Menata sarana
internal ruangan kegiatan. Kemudian menyelenggarakan Pelatihan Dasar militer langsung menghidupkan kembali KOKAM yang
dilatih RINDAM, ketika Panglimanya Mayjen Tayo Tarmadi. Kegiatan ini diikuti 183 peserta Pemuda Muhammadiyah se-Jawa
Barat. Ketika PWM masih dalam kepemimpinan Prof. Dr. H. Hidayat Salim. Pelatihan ini merupakan wujud dari Pemuda
Muhammadiyah yang hadir bukan sekedar untuk Persyarikatan Muhammadiyah tapi juga untuk bangsa. Ini bentuk sikap
kebangsaan dari Pemuda Muhammadiyah.
Kegiatan berikutnya tahun 1995-1996 Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat mengadakan Pelatihan Darul Arqam Madya
sampai Dewasa. Kemudian dilanjutkan kegiatan Pelatihan Kamtibmas di Jakarta. Sebuah pelatihan tentang manajemen sosial
secara lengkap. Kemudian Pemuda Muhammadiyah pun mengikuti kompetisi kepemimpinan di KNPI Jawa Barat, dengan
mengirim kadernya, Makhmud Syafei, Murlan, dan Dindin. Dan yang masuk ke KNPI Makhmud Syafei, sebagai Wakil Ketua
KNPI.
Periode kepemimpinan Makhmud Syafei, Pimpinan Pemuda Muhammadiyah biasa berkumpul setiap pekan hari Sabtu-Minggu.
Kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat kali ini tetap bisa menjaga hubungannya dengan Pimpinan Muhammadiyah
secara baik.

Kegiatan lainnya, Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat periode Makhmud Syafei, mengadakan pentas seni pelajar SMA
se-Jawa Barat. Pertandingan Olahraga Tenis Meja Pemuda Muhammadiyah se-Jawa Barat. Pentas seni pelajar se-Bandung raya,
itu sekitar tahun 1997.
Ketika masa Reformasi, hampir semua ikut berpartisipasi mendirikan PAN. Makhmud Syafei, selaku (mantan) Ketua Pemuda
Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat termasuk salahsatu deklarator pendirian PAN di wilayah Jawa Barat. Tetapi setelah keluar
UU tentang Parpol No.1 tahun 1999 yang mengatur PNS tidak boleh aktip di partai manapun, dia memilih tetap sebagai PNS.
Sementara kawan-kawannya yang lain banyak yang aktip di partai (PAN).
Sebelum itu ketika jelang Reformasi, beberapa personal Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat ikut aktip dalam menggalang
gerakan, hingga keberangkatan ke Senayan, Jakarta. Sekitar sepuluh orang kader Pemuda Muhammadiyah . Mereka mendukung
secara positip perubahan tapi bersifat personal, bukan kelembagaan. Kader-kader Pemuda Muhammadiyah tidak diam, tapi
aktip termasuk menggalang pertemuan dalam situasi Reformasi tersebut.
Kemudian setelah itu, Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat mendorong kader-kadernya yang berminat aktip di Partai politik atau
yang menjadi menghendaki aktip menjadi birokrat. Diantara kader Pemuda Muhammadiyah yang kemudian tampil sebagai
birokrat adalah Ugas Rahmansyah. Kader lain yang aktip di partai politik dan pemerintahan adalah Uum Syarif Usman, Abdul
Razak, Agus Al Wafier. Agus Al Wafier ini yang menjadi Wakil walikota Cirebon dari PAN. Meskipun langkah-langkah upaya ini
bersifat personal, tetapi selaku Pimpinan Pemuda Muhammadiyah merespons dan mendukung mereka dengan jalan berembug
supaya bisa mendistribusikan kadernya yang sesuai.
Namun hal ini berdampak positip dan negatip, contohnya jika kader kita keluar dari aturan, maka nama institusi Pemuda pun ikut
terbawa. Karena banyak orang yang tidak bisa membedakan mana PAN dan mana Pemuda Muhammadiyah. Dalam periode ini
jelas, Pemuda Muhammadiyah terbuka memberikan peluang kepada kader-kadernya yang mau berkiprah di wilayah politik
praktis. Bahkan akhirnya banyak kader-kader Pemuda Muhammadiyah yang berkualitas kemudian satu persatu meninggalkan
Pemuda Muhammadiyah, karena lebih memilih aktip di partai politik.
Pada saat yang bersamaan, pada periode ini Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat dihadapkan pada situasi internal kader yang
mengalami penurunan. Misalnya dalam hal kader khusus seperti Tarjih dan Tabligh, di kalangan Pemuda terasa kurang. Ini amat
berbeda dengan kader di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), yang belum dilakukan pengkaderan juga sudah ada. Ini
menunjukan kader yang tidak berimplikasi dengan sesuatu yang instan itu seperti kader Tarjih dan Tabligh terasa cukup sulit.
Meskipun demikian, Pemuda Muhammadiyah terus melakukan upaya pelatihan kader seperti Pelatihan Darul Arqam dengan
mengadakan kader khusus pada masyarakat terpinggir yaitu kader damping advokasi.
8. Periode 1998-2002 Drs. H. Uum Syarif Usman
Periode ini (1998-2002) merupakan masa transisi kepemimpinan nasional. Ketika itu Jawa Barat sedang dipimpin oleh R Nuriana
sebagai Gubernur (1993-2003). Waktu itu merupakan era perubahan dari zaman orde baru memasuki babak baru Reformasi.
Situasi Reformasi ini yang membedakan periode Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat ini dengan periode-periode sebelumnya.
Tentu saja ini mempengaruhi terhadap dinamika internal dan eksternal Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat. Terlebih salah satu
figur yang ditokohkan identik dengan reformasi adalah Amin Rais, mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Wajar jika nuansa seputar Reformasi mewarnai situasi aktivitas kalangan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat yang
berkedudukan di Bandung ini. Bersama pimpinan ortom lainnya seperti Nasyiatul Aisyiyah (NA), Mutia Umar, dan Pimpinan
IPM Jawa Barat, Enjang Tedi, beserta kader-kader AMM lainnya, mereka mendukung gerakan Reformasi dengan berporos di
Masjid Mujahidin. Pemuda Muhammadiyah bersama AMM lainnya, aktif menggalang massa menggelar mimbar bebas dan
berdemontrasi ke kawasan Gedung Sate, mendukung gerakan Reformasi dan Amien Rais.
Dalam periode kepemimpinan Uum Syarif Usman ini, terjadi dinamika politik yang tinggi dan terbuka. Sehingga para kader
Pemuda Muhammadiyah pun berpartisipasi aktif dengan masuk dalam Partai Amanat Nasional (PAN).
Kegiatan lain, Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode 1998-2002 ini selain membangun dinamika kepemudaan berupa
Perkaderan dan kegiatan kepemudaan lain, juga pada periode ini, mampu menciptakan suatu terobosan dan tingkat keberhasilan
baru di Pemuda Muhammadiyah diantaranya :
1.Mampu berkiprah dalam kegiatan sosial berupa pemberian bantuan kemanusian pada komunitas muslim di Ambon, pasca
kerusuhan etnis tahun 2000, yang mana pada kesempatan tersebut saudara Suparno Suhud diberangkatkan ke Ambon dan
sepulangnya beliau membawa serta anak-anak Muslim Ambon yang terlantar tingkat pendidikannya ke Bandung dengan tujuan
untuk dilakukan pembinaan pendidikannya serta tingkat kemampuannya. Pasca tindakan kemanusiaan tersebut dengan
kedatangannya anak-anak muslim Ambon sebanyak 20 orang tersebut, PW. Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat mampu
mendirikan Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati yang untuk sementara dirumahkan di Komplek Leuwi Anyar,
Leuwipanjang, Bojongloa Kidul, Kota Bandung dengan meminjam Rumah Invetaris Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
Namun selanjutnya Panti tersebut mampu mengontak rumah sendiri di Jl. Gatot Subroto (sekarang samping barat Bandung
Super Mall)
Namun dikarenakan telah adanya rencana pembangunan Gedung Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati, maka pembinaan
anak-anak asuh dialihkan ke Jl. Batu Raden II, Komplek Komplek Batu Raden, Ciwastra, Rancasari, Kota Bandung.
Para Pembina yang mampu memberikan kelangsungan operasional Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati adalah :
1.Semasa di Komplek Leuwi Anyar, Leuwipanjang : Sdr. Drs. H. Uum Syarif Usman, Sdr. Suparno Suhud, S.Ag, Sdr. Yusuf
Afifudin, S.Ag, Sdr. Encep Solahudin, S.Ag, sdr. Wawan Setiawan, S.Ag.
2.Semasa Jl. Gatot Subroto : Sdr. Drs. H. Uum Syarif Usman, Sdr. Suparno Suhud, S.Ag, Sdr. Ahmad Mustadjid, Sdr. Encep
Solahudin, S.Ag, sdr. Wawan Setiawan, S.Ag, Acep Muharom T. Syam, SH
3.Semasa Jl. Batu Raden II, Komplek Komplek Batu Raden : Sdr. Drs. H. Uum Syarif Usman, Sdr. Suparno Suhud, S.Ag, Sdr.
Ahmad Mustadjid, sdr. Wawan Setiawan, S.Ag, Acep Muharom T. Syam, SH

2.Mampu menerima Wakaf Tanah dari Keluarga Bapak Drs. H. Bambang Ayudo, MM seluas 300 M 2 bertempat di Jl. Batu Raden
IX Komplek Batu Raden, Ciwastra, Rancasari, Kota Bandung, yang diperuntukan bagi lahan pembangunan Gedung Panti
Sosial Asuhan Anak Tunas Melati.
3.Mampu merintis pengurugan lahan tanah wakaf bagi pembangunan Gedung Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati yang
dimotori oleh sdr. Encep Solahudin, S.Ag (sekarang Hakim Agama), Sdr. Suparno Suhud, S.Ag, Sdr. Achmad Mustadjid dan
Acep Muharom T. Syam, SH.
4.Menjadi Juara Umum Tingkat Nasional turnamen olahraga sepakbola, tenis meja, dan badminton antar Pemuda
Muhammadiyah se Indonesia.
5.Mampu mendirikan Lembaga Bantuan Keadilan Hukum (LBKH) PWPW Jawa Barat tahun 2000 berkantor di Jl. Gatot
Subroto- Kota Bandung, samping Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati, yang dimotori oleh sdr. Acep Muharom T. Syam,
SH, Encep Solahudin, S.Ag (sekarang Hakim Agama), sdr. Iwan Supriatna, SH, sdr. Maszen Muhamad, SH, Hikmat Priadi, SH
dll, dimana mampu menangani berbagai Kasus diantaranya terlibat dalam Tim Pembela / Penasehat Hukum Kasus Bom
Antapani, Tim Pembela / Penasehat Hukum Kasus Drs. H. Ukman Sutaryan (RS. Al-Ikhsan Bale Endah), Tim Kuasa Hukum
Kasus Perburuhan Karyawan Pabrik Cat di Ujung Berung, Tim Kuasa Hukum PW. Aisyiyah Jawa Barat Kasus Perburuhan
mantan Karyawan SPK Aisyiyah Bandung, Tim Kuasa Hukum PWM. Jawa Barat, PW. Aisyiyah Jawa Barat, PWPM Jawa
Barat, DPD IMM Jawa Barat dan PW. IRM Jawa Barat dalam Kasus Gugatan Praperadilan Pelaku Video Porno Mahasiswa
Itenas dan Unpad terhadap Kejaksaan Negeri Bandung dan POLDA Jawa Barat, Tim Kuasa Hukum Ahli Waris Undang dkk,
dll.
6.Mampu mendorong Ketuanya Sdr. Drs. H. Uum Syarif Usman menjadi salah satu pengurus DPD KNPI Jawa Barat sebagai
Sekretaris Umum.
Kepengurusan Priode 1998-2002
Ketua
Drs. Uum Syarif Usman, (H)
Wakil Ketua
Drs. H. Dadang Syarifudin (MA)
Wakil Ketua
Drs. Rahmat Rusmayadi (MM)
Wakil Ketua
Suparno Suhud, S.Ag
Wakil Ketua
H. Ade Khaerudin, SE
Wakil Ketua
Drs. Ugas Rahmansyah (H. S.Sos,
Wakil Ketua
M.Si)
Sekertaris
Drs. Warmin Permana
Drs. Jamjam Erawan, (H)
Wk Sekertaris
Rahmat Kurnia, S.E
Wk Sekertaris
Yusuf Afifudin, S.Ag
Wk Sekertaris
Yusuf Kurnia
Bendahara
Budi Sadarman, SE
Wk Bendahara
Dindin Setiawan, Amd
Departemen Kader :
Drs. Karman, Nana Mulyana, Hendar Riyadi, S.Ag, Encep Solahudin, S.Ag, Asep Ahmad Hidayat
Departemen Pengkajian Agama dan Masyarakat :
Aan Radiana, Radea Yulia A. Hambali, Moch. Alfan, Ayi Yunus
Departemen Organisasi :
Nanang Sugiri, S.Ag, Asep Ramdan H, S.Ag, Anton Atoilah, Zaini Abdul Malik, S.Ag
Departemen Tabligh :
Ating Suwardi, S.Ag, Jajang Nasution, Firdaus, Solehudin Hasibuan, S.Ag, Tarsa Ahmad Fauziah.
Departemen KOKAM :
Agus Gunawan, Ii Somantri, Nanang, Hamzah, Kurniawan.
Departemen Olah Raga, Seni dan Budaya :
Yusuf Safari, S.Pd, Achmad Mustadjid, Komar Deni, Yahya, Tata Suntana.
Departemen Kesehatan dan Ling. Hidup :
Dr. Hamdan, dr. Asad, Agus Sugiarto, dr. Saefullah Wewengkang.
Departemen Hukum :
Rahmat, SH, Acep Muharom T. Syam, SH, Makki Yuliawan, SH, Reza Fahlevi.
Departemen Hikmah & Komunikasi Ummat :
Enjang Tedi, S.Sos, Asep Rahmat Nugraha, Syahid Arsalan, S.Ag, Yuse Rizal Bachtiar, S.Ag.
Departemen Ekonomi dan Kewirausahaan :
Wawan Setiawan, S.Ag, Asep Rusdayat, Arif Bijaksana, Rodhiyat Fajar Salim.
Departemen Sosial :
Hafidudin, ST, Gunawan, Iim Ruhimat, Purnomo, Hidayatullah.
9. Periode 2002-2006 Drs. H. Ugas Rahmansyah, S. Sos, M.Si

Periode 2002-2005, merupakan kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat hasil Musyawarah Wilayah ke XII Pemuda
Muhamaadiyah Jawa Barat di Cirebon tangal 1-3 Nopember 2003. Ketika pemerintahan Jawa Barat dipimpin Gubernur Dani
Setiawan (2003-2008). Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode ini ketuanya, Ugas Rahmansyah.
Kegiatan kepengurusan periode ini dimulai dengan mengadakan silaturahmi pimpinan untuk merumuskan susunan pengurus.
Setelah itu menyiapkan rancangan program kerja. Baik itu program kerja 5 tahun maupun program kerja tahunan. Selanjutnya
diselenggarakan rapat pimpinan. Kemudian juga ditanfizkan dan juga menggelindinglah program kerja yang telah dipersiapkan.
Pada saat kepemimpinan periode ini proses di atas waktu itu bergerak cepat.
Periode ini berada pada saat pasca reformasi sedang masa reformasi. Dan menjelang Pemilihan Presiden Putaran Pertama tahun
2004. Situasi Pemilihan Presiden yang bersifat baru dengan sistem pemilihan langsung. Dimana pada periode ini mantan
Pimpinan PP Muhammadiyah Amien Rais, tampil sebagai salah satu kontestan calon Presiden yang bersanding dengan Siswono
Yudhohusodo.
Situasi demikian, mempengaruhi kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah periode ini. Sehingga program Pemuda
Muhammaidyah Jawa Barat juga tersita waktu juga untuk perhatiannya ke politik mutakhir saat itu, yatiu dengan
mencalonkannya Dr.Amien Rais sebagai calon presiden, dan wakil presidennya adalah dari HKTI, Siswono Yudhohusodo.
Saat itu Pemuda Muhamamdiyah Jawa Barat aktip terlibat seperti juga Muhammadiyah dalam proses tersebut. Bahkan sebagai
Ketua Pemuda Muhammadiyah, Ugas Rahmansyah, menjadi koordinator pelaksana daerah. Dalam proses pemilihan tersebut
untuk kota Bandung suara Pak Amien Rais itu menang.
Periode Pemuda Muhammadiyah saat itu dibagi kepada kegiatan-kegiatan seperti itu, yang itu sebuah keniscayaan. Terlebih itu
merupakan gairah baru pemilihan langsung presiden oleh rakyat, Kedua adalah salahsasatu pasangannya dari Muhammadiyah.
Mantan ketua umum Muhammadiyah Yaitu DR.Amien Rais.
Sehingga program Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat disamping melaksanakan amanah daripada program Muswil, juga
melaksanakan yang sifatnya kondisional dalam arena percaturan politik nasional. Ya karena tuntutan situasinya begitu.
Meskipun demikian, program lainnya terlaksana. Proram kegiatan perkaderan pun terlaksana. Tertib organisasi terlaksana. Pada
periode ini Pemuda Muhammadiyah secara internal melakukan pembenahan sarana kegiatan. Memindahkan posisi ruangan
secretariat sekaligus mengisinya dengan sarana prasarana yang dibutuhkan layaknya kantor organisasi secara lengkap seperti ada
sekarang ini. Itu sebagai inventaris Pemuda Muhammadiyah.
Peralatan Administrasi, inventaris kantor, inventaris mebeler, komputer dan foto-foto Pimpinan jangan sampai hilang. Mantan
Ketua Pemuda periode 2002-2005 ini mengamanatkan untuk ditambah oleh periode berikutnya. Jadi ditambah, jangan sampai
hilang, kemudian yang namanya foto-foto pimpinan yang satu-satu itu, jangan dihilangkan, kalaupun ada rencana untuk
reproduksi baru itu jangan hilang tetap harus ada. Jadi itu amanat harus ada.
Lebih lanjut, dia berargumentasi bahwa secara rasional dan sudah merupakan kelaziman baik itu di organisasi professional
ataupun di organisasi ormas seperti ada foto pimpinan dari masa ke masa. Karena kalau tidak dirintis maka itu bisa gelap
Kader Pimpinan berikutnya itu. Dari satu periode ke periode kini waktunya itu masih dekat, jadi relatip masih kenal. Tapi kalau
ditanya dari mulai sejak kapan periode pertama selanjutnya periode kedua dan seterusnya, jika ada dokumentasi foto-foto
misalnya, maka itu mudah sekali untuk mengingatnya
Ragam Kegiatan dan tantangannya
Kepemimpinan Pemuda Muhammaidyah Jawa Barat dalam periode ini telah melakukan beragam kegiatan. Antara lain Kegiatan
Perkaderan, Pelatihan Administrasi, dan Pelaksanaan-pelaksanaan Program yang telah digariskan Musywil.
Kemudian juga Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat aktip dalam kegiatan Pemantauan Independen yang berkaitan dengan
Pilpres dan Pilkada. Kerja sama dengan JPPR dan kerjasama dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat pun mengadakan Pelatihan Korp Mubaligh Pemuda yang dilaksanakan di Cilengkrang.
Ketika itu Pak Endi Mulyadi sebagai Pimpinan yang membidanginya.
Kegiatan lainnya Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat menyelenggarakan acara-acara berkala dan berkesinambungan. Misalnya
dengan mengadakan acara seminar dan diskusi yang temanya dikaitkan dengan kondisi aktual saat itu.
Pemuda Muhammadiyah itu sudah ada asset. Karena Muhammadiyah itu bukan organisasi baru. Muhammadiyah sudah memilik
asset, sebagai organisasi yang sudah dibentuk sebelum adanya republik Indonesia. Ini satu hal yang menjadikan asset
Muhamadiyah itu asset sarana dan prasarana sumber daya daya insani yang saling dukung mendukung. Selain itu secara ekternal,
Muhammadiyah itu sudah dipercaya masyarakat. Ini modal atau asset sehingga Pemuda Muhammadiyah pun dipercaya
masyarakat.
Secara internal, tantangan Pemuda Muhammadiyah adalah kader-kader yang ada di Pemuda Muhammadiyah ini bukan anakanaknya sebagai kader yang sengaja diberikan (diwakafkan) oleh bapak-bapak aktivis Muhammadiyah kepada Pemuda
Muhammadiyah. Kader Pemuda Muhammadiyah ini adalah serta merta merupakan secara alamiah membentuk sendiri.
Tidak ada pengkaderan secara sengaja dari Muhammadiyah atau dari Aisyiyah dengan memberikan anak-anaknya supaya
dijadikan kader di Pemuda Muhammadiyah, untuk dibina didik dan diciptakan sebagai kader. jadi kita membentuk organisasi
secara alami.
Susunan Pengurus :
Sesuai SK. PP. Pemuda Muhammadiyah No. 1.5/100/1423 tanggal 14 Pebruari 2003 ditetapkan susunan pengurus PW. Pemuda
Muhammadiyah Jawa Barat periode 2002-2006 terdiri dari :
Ketua
Drs. Rahmansyah, (H. S.Sos.M.Si)
Wakil Ketua
Drs. H. Jamjam Erawan
Wakil Ketua
Drs. Karman
Wakil Ketua
Enjang Tedi, S.Sos

Wakil Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris
Wakil Sekertaris
Wakil Sekertaris
Wakil Sekertaris
Wakil Sekertaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara

Encep Solahudin, S.Ag


Yusuf Afifudin, S.Ag
Drs. Moch. Umar
Suparno Suhud, S.Ag
Yusuf Kurnia, S.Ip
Ating Suwardi, S.Ag
Zaini Abdul Malik, S.Ag
Yusfitriadi, S.Ag
Binhuan Sori, ST
Acep Muharom T. Syam, SH
Wawan Setiawan, S.Ag
Abdullah Effendi
Achmad Mustadjid

Sesuai SK. PW. Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat No. 1.5/17/1424 tanggal 16 Mei 2003 ditetapkan susunan Personalia
Anggota Bidang terdiri dari :
1

Org dan Sistem Informasi

Hikmah - Hub.
Kelembagaan

Kader dan Pengemb. SDI

Ekonomi dan
Kewirausahaan

Rifqi Ali Mubarok, S.Ag


Rahmat Munandar
Ahmad Masome
E. Nurdin
Acep
Zainal Ikhsan
Sofwan Harist
Setiawan
Sunaryo Sarwoko
M. Ramdhani
Abdul Jalil
Erik Mubarok
Dindin Setiawan
H. Makki Yliawan
Syahid Arsalan
Tb. Maman Suherman
Maszen Muhamad, SH
Erik Wilanjana
Anton
Yudi Nurul Ihsan
Asep Burhan
Budiman Nugraha
Usep Saepudin
Ichsam Cahyana
Andri Yana, S.Ag
M. Rahman Ramdhani
Ayi Yunus Rusnaya
Naufal Ramadhian
Ahmad Zaki
Fauzan Jamal
Iman Nurdin
Elfi Najmuzzaman
Reza Alwan Sovnidar
Ahmad Firmansyah
Ujang Priyanto
Iwa Kurniawan
Arif Bijaksana
Komar Deni
Dedeng Mulyadi
Ade Irvan Nugraha
Ihsan Imadudin
Asep Rusdayat
Fadil Suharto
Mangun Rusnaya
Pepi Januar Pelita

Dakwah dan Kajian Agama

Kokam dan SAR

Kokam dan SAR

Seni, Budaya dan Olah


Raga

Lembaga Bantuan Keadilan


Hukum

10

Panti Sosial Asuhan Anak


Tunas Melati

Ahmad Dahlan
Agus Gunawan
Roni Tabroni
Jaenal Arifin
Ace Somantri
Deden Ibnu Rusmana
Yudi Daryadi
Ahmad Imam Mujahid Rais
Endi Mulyadi
Ruhiyat
Dadan Ramadhan
Hari Nugraha
Iwan Syarif
Arsyad
Sunardi
Ridwan Hilmi
Ii Somantri
Nana Suryana
Dayatulloh
Dede Solih
Endang Mahbub
Andrian Ramadhani
Nasrudin
Kurniawan
Warsa Sugianto
Agus Munawar
Sansan Hasanudin
Ii Somantri
Nana Suryana
Dayatulloh
Dede Solih
Endang Mahbub
Andrian Ramadhani
Nasrudin
Kurniawan
Warsa Sugianto
Agus Munawar
Sansan Hasanudin
Hidayatulloh Muin
Yusuf Safari
T. Tajudin
Heri Hidayat
Yusep Furqon
Arfan Amali
Salim Yusuf
Firdaus Esmazie
Satam
Juniardi Firdaus
Acep Muharom T. Syamsidin, SH
Maszen Muhamad, SH
Encep Solahudin, S.Ag
Iwan Supriatna, SH
Hikmat Pribadi, SH
Drs. Ugas Rahmansyah, Sos.M.Si
Yusup Kurnia, S.Ip
Acep Muharom T. Syamsudin,SH
Binhuan Sori, ST
Udin

PROGRAM KERJA
a. Bidang Organisasi dan Sistem Manajemen Informasi

Agenda konsolidasi dan kaderisasi secara terus menerus dilakukan, baik internal Pimpinan Wilayah, maupun ke Pimpinan
Daerah, secara formal maupun informal. Agenda konsolidasi organisasi menjadi prioritas untuk memantapkan dinamika
organisasi
serta memperkokoh
kader
Pemuda
Muhammadiyah
dalam
merespon
berbagai agenda dan problematika persyarikatan, umat dan bangsa.
Diantara program yang telah dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut:
1.Bersilaturahmi dengan PW. Muhammadiyah dan Ortom, Pemerintahan Daerah Propinsi Jawa Barat, OKP tingkat Jawa Barat,
dan lembaga lainnya.
2.Mengutus dan mendorong terselenggaranya Musyawarah Daerah dan Pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda
Muhammadiyah Se-Jawa Barat, bahkan ikut membidani didirikannya Pimpinan Daerah yang baru yaitu PDPM Cimahi.
3.Mengutus Peserta Rembug Nasional AMM terra "Leadership for Good Governance" pada tanggal 6-8 Pebruari 2004 di Jakarta.
4.Mengutus Peserta Musprop X Pemuda/KNPI Prop. Jawa Barat Periode 2004-2007 padatanggal 27-29 Pebruari 2004 di
Lembang.
5.Mengikuti Pelantikan Pengurus DPD KNPI Prop. Jawa Barat pada tanggal 16 April 2004 di Bandung.
6.Mengutus Peserta Rapimwil Muhammadiyah Jabar tanggal 4 September 2004 di Aula Mujahidin Bandung
7.Melaksanakan Program JPPR.
8.Mengikuti Rakornas Pemuda Muhammadiyah Agenda Pilpres Tahap 2 pada tanggal 4-5 September 2004 di Jakarta.
9.Menyelenggarakan Rakorwil Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat pada tanggal 17 September 2004 di Mujahidin.
10.Mengutus Peserta Tanwir II Pemuda Muhammadiyah di Banjarmasin tanggal 7-10 Oktober 2004.
11.Menyelenggarakan Refreshing Pimpinan dengan peserta PD. Pemuda Muhammadiyah Se-Jawa Barat tanggal 1-2 Januari
2005 di Garut.
12.Silaturahmi dan Dialog bersama Mantan Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat tanggal 1 April 2005 di
Komplek Masjid Raya Mujahidin dengan pembicara Dr. H. Mahmud Syafe'i, MA dan Drs. H. Tjutju Sachrum.
13.Menjadi peserta Kongres Angkatan Muda Muhammadiyah tanggal 3-5 Juni 2005 di Yogyakarta.
14.Menjadi Penggembira Muktamar Ke-45 di Malang Jawa Timur.
15.Menjadi peserta Rakornas MONEV BOS kerjasama PP. Pemuda Muhammadiyah dan Departemen Pendidikan Nasional di
Hotel Sofyan Jakarta.
16.Mengikuti Silaturahmi Muhammadiyah Jawa Barat tanggal 19 November 2005 di Mujahidin.
17.Mengikuti Pembukaan Muswil Aisyiyah Jawa Barat tanggal 3 Desember 2005 di Wisma Taruna.
b. Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama Masyarakat
Gerakan Pemuda Muhammadiyah, selain sebagai organisasi kader, juga sebagai organisasi dakwah Islam amar ma'ruf nahi
munkar. Ada beberapa program yang telah digagas oleh Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama Masyarakat yaitu sebagai
berikut:
1.Menyelenggarakan Tausiyah Kuliah tujuh Menit dalam setiap dimulai Rapat atau pertemuan Pimpinan Wilayah.
2.Mengisi Khutbah Jum'at dan Pengajian di Masjid-Masjid, khususnya di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung.
3.Menulis artikel di berbagai Buletin, Jurnal dan Media Massa Cetak.
4.Menghadiri Pengajian Pimpinan PWM Jawa Barat bersama Prof. Dr. H.M. Amien Rais pada tanggal 25 Januari 2004 di
Mujahidin.
5.Menghadiri Pengajian PWM Jabar bersama Prof Dr. Amien Rais, MA pada tanggal 7 Agustus 2004 di Mujahidin.
6.Menjadi Peserta Pengajian Ramadhan "Pengembangan Metodologi Istinbath Hukum Islam yang diselenggarakan oleh PW
Muhammadiyah Jawa Barat di Mujahidin tanggal 29-31 Okt. 2004.
7.Menyelenggarakan Pelatihan Da'i Muda tanggal 22-24 April 2005 di Gelanggang Generasi Muda Bandung.
c. Bidang Hikmah danHubunganAntar Lembaga
Sebagai kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa, maka Pemuda Muhammadiyah mempunyai tanggung jawab moral
terhadap berbagai dinamika pemerintahan dan perubahan sosial. Untuk meresponi berbagai agenda dan problematika keumatan
dan kebangsaan yang sedang mengemuka, maka Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga telah melakukan aktivitas
program sebagai berikut :
1.Menyampaikan pernyataan sikap PWPM Jabar tentang Pemilu Ulang, Perolehan Sementara Suara PAN dan Pencalonan
Amien Rais for President pads tanggal 12 April 2004.
2.Memfasilitasi Temu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) Tingkat Jawa Barat tentang Pilpres Tahap 1 pada tanggal 27
April 2004 di PUSDAI Jabar dan tanggal 29 April 2004 di Sekretariat PWPM Jabar.
3.Menggelar Diskusi Publik tentang "Sistem Pemilihan Umum Tahun 2004" bekerjasama dengan Pemerintah Jepang
pada tanggal 31 Maret 2004 di Gelanggang Generasi Muda Bandung.
4.Mengikuti Dialog Pemuda & Silaturahmi Kaukus Muda Jawa Barat pada tanggal 18 Mei 2004 di Hotel Panghegar Bandung.
d. Bidang Kader dan PengembanganSumber Daya Insani
Pemuda Muhammadiyah merupakan organisasi kader yang memiliki misi kekaderan sebagai kader persyarikatan, kader umat
dan kader bangsa. Diantara program yang telah dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut:
1.Mendorong dan merealisasikan adanya transformasi kader dari
ortom tingkat Wilayah ke PW. Pemuda Muhammadiyah
Jawa Barat dan dari PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat ke persyarikatan dan amal usaha.
2.Menggelar Diskusi Panel "Kader Muhammadiyah Dalam Pemilu Tahun 2004" pada tanggal 20 Pebruari 2004 di Mujahidin.
3.Mengirim utusan pada Semiloka Perkaderan & Rakernas Bidang Kader PP PM pada tanggal 20-22 Mei 2004 di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
4.Mengisi materi dalam Lokakarya AMM Sukabumi pada tanggal 17-18 April 2004.

5.Menghadiri kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Kader dan Pengembangan Sumber Daya Insani PW
Muhammadiyah Jawa Barat.
6.Menjadi Peserta Pelatihan Tingkat Nasional Pemuda Muhammadiyah tanggal 7-9 Januari 2005 di Wisma MUI, Cimacan,
Puncak, Cianjur.
7.Menjadi Peserta Dialog Pemuda Lintas Agama tentang Sosial Keagamaan oleh Departemen Agama Jawa Barat tanggal 14 16 November 2005 di Wisma BKM Bandung.
e. Bidang Ekonomi, Koperasi dan Kewirausahaan
Dalam rangka penguatan ekonomi sebagai prioritas jangka panjang untuk penguatan organisasi dan pembinaan sumber
daya manusia, maka Bidang Ekonomi, Koperasi dan Kewirausahaan telah menyelenggarakan program antara lain :
1.Membuka komunikasi menuju terjalinnya kemitraan dengan Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Jabar, Badan Usaha
Milik Muhammadiyah, maupun lembaga ekonomi lainnya.
2.Menginventarisir Pengusaha Muda Muhammadiyah se-Jawa Barat.
3.Menginventarisir potensi dan asset ekonomi Pemuda Muhammadiyah se-Jawa Barat.
f. Bidang Pengembangan Seni Budaya, Olahraga dan Kesehatan
Seni Budaya dan Olahraga perlu mendapat apresiasi dan aktualisasi dalam rangka penguatan kader sehingga tertanam sikap
yang dinamis, sportif, kreatif, disiplin, prestatif dan bertanggung jawab. Untuk merealisasikan hal tersebut di atas, Bidang
Pengembangan Seni Budaya, Olahraga dan Kesehatan barn melaksanakan program antara lain sebagai berikut :
1.Pendataan potensi bakat kader Pemuda Muhammadiyah dalam bidang seni, budaya dan olahraga.
2.Berpartisipasi dalam kegiatan kesenian, kebudayaan dan keolahragaan yang diselenggarakan pihak lain.
g. Bidang Sosial, Kokam dan SAR
Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat memandang bahwa dimensi sosial perlu juga mendapat perhatian
keorganisasi, disamping Kokam yang sudah terlebih dahulu terlembagakan yang kini lebih mengarah pada SAR. Oleh karena itu,
Bidang Sosial, KOKAM dan SAR telah melaksanakan program antara lain sebagai berikut :
1.Mengelola aktivitas Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati dengan beberapa agendanya adalah pembangunan gedung asrama
dan menseleksi pengurus baru PSAA Tunas Melati pada tanggal 28 September 2004.
2.Menggelar Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) KOKAM Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat pada tanggal 1 - 3
Oktober 2004 di Rancaupas Kabupaten Bandung.
3.Menyelenggarakan Buka Shaum Bersama dan Silaturahmi Pengurus Baru PSAA Tunas Melati dengan PW Pemuda
Muhammadiyah Jawa Barat di PSAA Tunas Melati tanggal 23 Okt 2004.
4.Menjadi peserta Kursus Pimpinan Nasional (SUSPIMNAS) KOKAM & SAR tanggal 20 26 Mei 2005 di Perkemahan
Cibubur dan Rindam Jaya Jakarta Timur.
5.Menyelenggarakan Temu Bidang Sosial, KOKAM dan SAR dalam rangka merumuskan Progran Penanganan dan Pelatihan
dalam menghadapi Bencana tanggal 28-29 Mei 2005 di Cimanggu Kab. Bandung.
10. Periode 2006-2010 Yusup Kurnia, S.Ip
Sesuai Hasil Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, tanggal 30 Maret-1 April 2007 di Sawangan, Kota
Depok, terpilihlah saudara Yusup Kurnia, S.Ip sebagai Ketua mengalahkan kandidat lain seperti Enjang Tedi, S.Sos dan Zaini
Abdul Malik, M.Ag
Sesuai SK. PP. Pemuda Muhammadiyah No. 1.5/100/1427 tanggal 14 Juni 2007 ditetapkan susunan pengurus PW. Pemuda
Muhammadiyah Jawa Barat Periode 2006-2010 terdiri dari :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ketua
Wk. Ketua Bid.
Organisasi dan Sistem
Informasi
Wakil Ketua Bid.
Politik dan Kebijakan
Publik
Wakil Ketua Bid. Kader dan
Pengembangan SDI
Wakil Ketua Bid. Ekonomi
dan Kewirausahaan
Wakil Ketua Bid. Kajian
Islam dan Dakwah
Wakil Ketua Bid. Hukum,
HAM dan Advokasi
Wakil Ketua Bid. Hubungan
dan Kemitraan
Wakil Ketua Bid. Kokam
dan SAR
Wakil Ketua Bid. Seni,

Yusuf Kurnia, S.Ip


Andri Yana, S.Ag, (M.Pd)
Maman Lukmanul Hakim, S.Ag (M.Ag)
Binhuan Sori, ST
Zaini Abdul Malik, S.Ag (M.Ag)
Ating Suwardi, S.Ag
Reza Alwan Sovnidar, S.H (MM)
Roni Tabroni, S.Sos (H. M.Si)
Suhaerudin, S.Ag
Syarif Hidayatullah, S.Ag

Budaya dan Olah Raga


Wakil Ketua Bid. Kesehatan Ahmad Nurjanah, S.E (S.Pd, M.Si)
dan Ling. Hidup
12 Sekertaris
Zainal Ikhsan, S.Ag
13 Wk. Sekertaris Bid.
Rusli Halim Fadli, SH
Organisasi dan Informasi
14 Wk. Sekertaris Bid. Politik
Nana Gerhana, S.Ag
dan Kebijakan Publik
15 Wk. Sekertaris Bid. Kader
H. Tazmaluddin El-Daad
dan Pengembangan SDI
16 Wk. Sekertaris Bid.
Iu Ruslianan, S.Ag (M.Ag)
Ekonomi - Kewirausahaan
17 Wk. Sekertaris Bid. Kajian
Muhdan Amin, S.Ag
Islam dan Dakwah
18 Wk. Sekertaris Bid. Hukum, Ace Somantri, S.Ag (M.Ag)
HAM dan Advokasi
19 Wk. Sekertaris Bid.
Enda Rahmat, SE
Hubungan dan Kemitraan
20 Wk. Sekertaris Bid. Kokam
Nana Suryana
dan SAR
21 Wk. Sekertaris Bid. Seni,
Deden Ibnu Rusmana
Budaya dan Olah Raga
22 Wk. Sekertaris Bid.
Pepi Januar Pelita, S.Sos
Kesehatan dan Ling. Hidup
23 Bendahara
Acep Muharom T. Syamsudin, SH
24 Wk. Bendahara
Mangun Rusnaya, S.Ag (M.Si)
25 Wk. Bendahara
Sep Rusdayat
Sesuai SK. PW. Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat No. 1.5/036/1428 tanggal 4 Januari 2008 ditetapkan susunan Personalia
Anggota Departemen sebagai berikut :
11

Departemen
Organisasi dan Sistem Informasi

Departemen
Politik dan Kebijakan Publik

Departemen
Kader dan Pengembangan SDI

Departemen
Ekonomi dan Kewirausahaan

Departemen

Arief Nurrakhman, SE
Anggota :
Nasrulloh
Budiman Permana
Ahmad Budiman, S.Pd
Ridwan Raharja
Anton Ramli Putra
Nana Wijaya
Anggota :
Jajang Setiawan
Aziz
Yudi Daryadi
Dayatulloh
Faliq Mubarok
Supala, S.Pd.I (M.Ag)
Anggota :
Eko Endro
Rifqi Kaelani, SH
Ujang Sunda
Buyung Supriadi
Zainal Slamet
Cecep Deni
Rifqi Ali Mubarok, S.Ag (M.Si)
Anggota :
Al Mukarom
Solehudin
Dudih
Mufti Sofyan
Hendrawan
Irvan Jamaludin
Erwan
Dede Syarif, S.Ag

Kajian Islam dan Dakwah

Departemen
Hukum, HAM dan Advokasi

Departemen
Hubungan dan Kemitraan

Departemen
Kokam dan SAR

Departemen
Seni, Budaya dan Olah Raga

10

Departemen
Kesehatan dan Ling. Hidup

Anggota :
Rochimin
Purnama, S.Pd
Irfan Azzaqi
Dede Kurniawan
Deden Taufik
Eri A. Sunandar
Anggota :
Hilal Fakhrudin
Ujuh Juhana
Reza Arfah
Iwan Koswara
Ahmad Tajul Arifin
Hasan Surahman
Anggota :
Agus Sibni
Ismail Farid
Ujang Prianto
Iyus Hermansyah
Aris Iskandar
Kurniawan, S.Ag
Anggota :
Hasan
Hamdan B. Mulyana
Dasep Adhiyat
Achmad B. Syaprudin
Soleh
Abdurahman
Anggota :
Tatang Ruhiyat
Helmi Ali Akbar
Budiman
Dani Ridwan
Asep Tarsono
Cucu Hambali
Anggota :
Yusep Furqon
Asep Rahmat
Purnomo
Dadang Sopana
Fakhrudin Azis

Pada tahun 2008 dikarenakan saudara Zainal Ikhsan, S.Ag tidak aktif, maka posisi sekertaris diganti oleh saudara Ahmad
Nurjanah, SE, S.Pd, M.Si merangkap sebagai wakil Ketua Bidang sampai akhir periode 2010.
PROGRAM KERJA
a.
Silaturahmi & Konsolidasi Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah se-Jawa Barat
b.
Melaksanakan Pelatihan Kader Mubaligh Berbasis Multimedia & Entrepreneurship di Gedung BKM Provinsi Jawa
Barat tanggal 25 - 26 Juli 2009.
c.
Menyelenggarakan Pelatihan Melati Dewasa tanggal 26-28 Desember 2008 di Gedung BKM Provinsi Jawa Barat
d.
Mengikuti Pelatihan Taruna Siaga Bencana di Jakarta
e.
Mengelola Program Sarjana Pemuda Penggerak Wajib Belajar (SP2WB) di beberapa kota di Jawa Barat kerjasama
dengan Dirjen Depdiknas.
f. Menggagas Seminar Kewirausahaan Ekonomi dengan Bank Bukopin Syariah dan KADIN di STIE Muhammadiyah Bandung
g.
Menggelar Diskusi Politik " Muhammadiyah & Pemilu 2009 : Prospek Partai Politik Muhammadiyah Dan Membangun
Kesepahaman Antara Kader Politik Muhammadiyah Bagi Suksesi Pemilu 2009" kerjasama dengan Lembaga Hikmah dan
Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Jawa Barat tanggal 9 Agustus 2009 di Aula Mujahidin
h.
Memfasilitasi Bedah visi Kandidat Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Periode 2010 - 2014 tanggal 18 April
2010 di Aula Mujahidin Bandung
i. Menyelenggarakan Refleksi Hari Sumpah Pemuda bekerjasama dengan 28 OKP yang tergabung dalam Poros Pemuda Jawa
Barat (RODA JABAR) tanggal 27 Oktober 2010 di Aula Pikiran Rakyat Bandung
j. Menjadi Inisiator pembentukan Forum Silaturahmi OKP Islam Jabar.

k.Turut serta secara aktif menata lingkungan untuk menyejukkan bumi berdasarkan asas keseimbangan alam yang merupakan
realisasi penandatanganan kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan PP Pemuda Muhammadiyah melalui Nota
Perjanjian Kerjasama Nomor : 423/Menhut-V/2006 dan Nomor : 1.5/007/1427, tanggal 10 Juli 2006, tentang Pelaksanaan
Penanaman Hutan Rakyat yang pelaksanaannya bekerjasama dengan Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS)
Cimanuk-Citanduy.
1. Tahun 2007
Tahun 2007 PWPM Jawa Barat menerima alokasi bibit sebanyak 45.000 batang pohon terdiri dari : Jati 5.000,
Mahoni 5.000, Mangga 5.000, Manglid 5.000, Petai 5.000, Albasiah 5.000, Ampupu 5.000, Suren 5.000, Rambutan
2.000, Alpuket 3.000 yang didistribusikan di Kabupaten Garut. : Banyuresmi, Cibiuk, Kersamanah, Leuwigoong,
Sukawening dan Blubur Limbangan.
2. Tahun 2008
Tahun

2008PWPM

Jawa

Barat

menerima

alokasi

bibit

sebanyak

335.250

batang terdiri

dari : Mahoni 36,650, Albasia 79,600, Suren 7,500, Jati 26,250 dan Nyamplung 100,000 yang didistribusikan di
Kabupaten
Ciamis 30,250, Kab. Cirebon 32,500 , Kab. Garut 89,500, Kab. Indramayu 24,000, Kab. Kuningan 16,000, Kab. Majalengka
48,500, Kab. Sumedang 72,000, Kota Cirebon 12,500 dan Kota Tasikmalaya 10,000
3. Tahun 2010
Tahun

2010

PWPM

Jawa

Barat

menerima

dari

alokasi

bibit

sebanyak

50.000

batang

terdiri

: Jati 1,200, Alba 24,000, Mahoni 6,000, Jati

Putih 1,500, Suren 5,000, Mangga 4,900, Petai 3,000, Rambutan 2,500, Sukun 1,500, Alpukat 1,500 yang
didistribusikan di Kab. Sumedang 26,700, Kab. Majalengka 7,600 dan Kab. Indramayu 15,700.
l.Mengelola aktivitas Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Melati PW. Muhammadiyah Jawa Barat dan mengganti pengurus baru
PSAA Tunas Melati pada tanggal 20 Agustus 2007.
11. Periode 2010-2014 Andri Yana, M.Pd (Kandidat Doktor)
Sesuai Hasil Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, tanggal 23-24 April 2011 di Bandung, terpilihlah
saudara Andri Yana, M.Pd sebagai Ketua mengalahkan kandidat lain seperti H. Roni Thabroni, S.Sos, M.Si, Binhuan Sori, ST,
Zaini Abdul Malik, M.Ag, Supala, S.Pd.I, Reza Alwan Sovnidar, SH, MM, Maman Lukmanul Hakim, M.Ag dan Ace Somantri,
M.Ag.
Sesuai Surat Keputusan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah No. 1.5/177/1432, tanggal 8 Juni 2011, maka terbentuk
Susunan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat periode 2010-2014 sebagai berikut :
N
O
1
2

Andri Yana, M.Pd.


Maman Lukmanul Hakim, M.Ag.

Supala, M.Ag.

Saepul Anwar, S.Pd.I

Ima Budi Rahayu, S.Ip.

Kurniawan, S.Ag.

H. Roni Tabroni, S.Sos., M.Si.

Arif Nurakhman, SE.

Endang Mahbub

10

Deden Ibnu Rusmana

NAMA

JABATAN
Ketua
Sekretaris
Wakil Ketua
Bidang Organisasi
Wakil Ketua
Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama
Wakil Ketua
Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
Wakil Ketua
Bidang Kokam dan SAR
Wakil Ketua
Bidang Komunikasi, Infotel
Wakil Ketua
Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
Wakil Ketua
Bidang Politik dan Hub. Antar Lembaga
Wakil Ketua

11

Reza Alwan Sofnidar, SH., MM.

12

Alan Barok Umumuddin, S.Pd.

13

Zaeni Abdul Malik, S.Ag., MA.

14

Deden Taufik, S.HI.

15

Syaeful Ramadlan

16

Purnama Sidik, S.Pd.

17

Syafaat R. Selamet, S.Hum.

18

Fahmi Irfan Hamdani. S.Ag.

19

Eko Winarko

20

Ismail Hendra, S.Si.

21

Nanang Abdurrahman, ST.

22

H. Mangun Rusnaya, M.Si.

23

Yanto Supriyanto

24

Aris Iskandar, ST.

25

Arif Rahman Hakim

26

Musani, S.Pd.I

27

Ahmad Rifa'i, M.Ag.

28

Yudi Daryadi, M.Ag.

29
30
31
32
33
34
35
36

M. hasan Surahman, S.Si.


Iu Rusliana, M.Si.
Didin Dirhamsyah, SE.
Abdullah Efendi, S.Pd.I
Hedi Mulyadi
Abdurrahman
Falik Mubarok
Achmad Budiman

Bidang Seni Budaya, Olah Raga dan Pariwisata


Wakil Ketua
Bidang Hukum dan HAM
Wakil Ketua
Bidang Buruh, Tani dan Nelayan
Wakil Ketua
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Wakil Ketua
Bidang Kehutanan dan Lingk. Hidup
Wakil Ketua
Bidang Kesehatan dan Kes. Masy
Wakil Sekteraris
Bidang Organisasi
Wakil Sekteraris
Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama
Wakil Sekteraris
Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
Wakil Sekteraris
Bidang Kokam dan SAR
Wakil Sekteraris
Bidang Komunikasi, Infotel
Wakil Sekteraris
Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
Wakil Sekteraris
Bidang Seni Budaya, Olah Raga dan Pariwisata
Wakil Sekteraris
Bidang Politik dan Hub. Antar Lembaga
Wakil Sekteraris
Bidang Hukum dan HAM
Wakil Sekteraris
Bidang Buruh, Tani dan Nelayan
Wakil Sekteraris
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Wakil Sekteraris
Bidang Kehutanan dan Lingk. Hidup
Wakil Sekteraris
Bidang Kesehatan dan Kes. Masy
Bendahara
wakil Bendahara
wakil Bendahara
wakil Bendahara
wakil Bendahara
wakil Bendahara
wakil Bendahara
wakil Bendahara

PROGRAM KERJA
A. Bidang Organisasi dan Keanggotaan
1. Memberdayakan organisasi dengan mengintensifkan gerakan Pemuda Muhammadiyah dari ranting, cabang, daerah,
wilayah, dan pusat, yakni melalui perumusan tugas dan pokok pokok kegiatan yang harus dikerjakan pada masingmasing level secara jelas, terarah, terkontrol, dan terpantau secara baik dan benar sehingga dapat dievaluasi.
2. Meningkatkan kualitas manajemen organisasi yang efektif dan efisien.
3. Menyusun standar operasional dan prosedur (SOP) dalam membangun jaringan internal Pemuda Muhammadiyah
disemua level dan jenjang tingkatan agar mampu melakukan kerjasama untuk memperkuat konsolidasi organisasi.
4. Melakukan inventarisasi dan pengembangan organisasi pada daerah pemekaran baru, khususnya pada level daerah,
cabang ranting.
5. Melaksanakan koordinasi, konsolidasi dan komunikasi yang terprogram dan terstruktur dengan semua organisasi otonom,
majlis, lembaga dan amal usaha dilingkungan persyarikatan Muhammadiyah, khususnya yang berkaitan dengan penataan
organisasi dan system informasi bersama.

6. Mengadakan konsolidasi (turba) dan pembinaan minimal untuk satu tungkatan pimpinan dibawahnya, dan harus
dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dala satu periode.
7. Melaksanakan dan menggalakan pengajian pimpinan pada semua tingkatan.
8. Memiliki data base anggota dan alumni dari semua tingkatan yang dapat dipertanggungjawabkan.
9. Membangun jatidiri dan identitas Pemuda Muhammadiyah, mulai dari yang sederhana seperti hafal mars Pemuda
Muhammadiyah, senang memakai atribut Pemuda Muhammadiyah, tertib administrasi dan organisasi dan sebagainya,
disamping hal hal yang bersifat idiologis, filosofis maupun semangat kejuangan lainnya.
10. Membangun system manajemen keuangan yang transparan, akuntabilitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
11. Membangun system informasi manajamen(SIM) yang baku dan standar, efektif dan mampu dilaksanakan hingga ke
jenjang pimpinan ranting.
B. Bidang dakwah dan Pengkajian Agama.
1. Melakukan kajian masalah pemikiran keislaman dan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap
nilai-nilai Islam yang mampu diaktualisasikan dal;am kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Melakukan upaya-upaya intensif bagi kaderisasi calon mubaligh melalui berbagai maacam kegiatan, baik dilakukan
sendiri maupun bermitra dengan pihak lain.
3. Melakukan penyempurnaan terhadap metode dakwah yang selama ini dilakukan Pemuda Muhammadiyah, khususnya
pendekatan dakwah jamaah dengan menjadikan ranting, cabang, sebagai ujung tombak gerakan dakwah Pemuda
Muhammadiyah.
4. Mampu menemukan pola pengembangan dan model gerakan dakwah jamaah yang efektif dan efisien bagi gerakan
Pemuda Muhammadiyah dalam upaya mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Membuat pilot project ranting Pemuda Muhammadiyah yang berhsil mewujudkan gerakan dakwah jamaah.
6. Memperkaya khazanah kepustakaan dan informasi hasil kajian dakwah tertulis baik melalui media cetak maupun
elektronik yang berbentuk buku atau CD room.
7. Menyusun dan menyebarkan pedoman menghadapi gejala-gejala pemurtadan.
8. Menyusun peta dakwah, kompetensi dakwah dan tantangan dakwah di setiap daerah.
9. Mendukung kader Pemuda Muhammadiyah untuk tampil dalam kegiatan dan organisasi dakwah, sesuai tingkatanya.
10. Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan berbagai kalangan untuk memberi kesempatan kepada kader-kader Pemuda
Muhammadiyah dalam belajar, magang ataupun kursus dalam mencetak ulama pemikir bidang keislaman.
C. Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
1. Melakukan kajian dan sosialisasi terhadap kebijakan dan program pemerintah terhadap seluruh aspek pendidikan.
2. Mendorong pemerintah menyediakan pendidikan untuk semua rakyat, yang terjangkau dan repersentatif secara
maksimal.
3. Melakukan advokasi terhadap guru, siswa, dosen, dan mahasiswa, baik di dalam maupun diluarnegeri, untuk
mendapatkan hak-haknya sesuai dengan undang-undang.
4. Revitalisasi fungsi perkaderan dengan optimalisasi pelaksanaan program perkaderan untuk pimpinan dan anggota dengan
menyelenggarakan pelatihan instruktur secara berjenjang, dan untuk tingkatan pusat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali
dalam satu periode.
5. Mengkaji dan mensosilisasikan modul, model, dan system perkaderan yang telah ada dengan sekaligus mengevaluasi
kekuatan dan kelemahannya.
6. Menjadikan keikutsertaan jenjang perkaderan sebagai salah satu tolak ukur seorang mampu menduduki jabatan pimpinan
sesuai tingkatannya untuk menjamin budaya perkaderan intensif , berjenjang dan berkualitas.
7. Meningkatkan perekrutan, pembinaan dan pengorbitan anggota dengan menanamkan pemahaman yang intensif
mengenal prinsip-prinsip gerakan seperti mengenai persyarikatan dengan segala problematikanya, mengenai prinsipprinsip perjuangan Pemuda Muhammadiyah, dan sebagainya.
8. Melakukan koordinasi kaderisasi dengan ortom-ortom yang ada pada jenjang, serta memperjuangkan adanya
transformasi kader dengan melibatkan dan member pengalaman yang proposional kepada kader yang berasal dari
Angkatan Muda Muhammadiyah dalam berbagai aktivitas.
9. Melakukan pemetaan sumber daya kader yang dimiliki Pemuda Muhammadiyah pada semua level organisasi, khususnya
alumni Pemuda Muhammadiyah yang bertebaran dibanyak temapat.
10. Melmperjuangkan kader-kader Pemuda Muhammadiyah untuk berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
11. Mengokohkan silaturahim alumni Pemuda Muhammadiyah sebagai bagian dari Pengembangan kader pada berbagai
sector kehidupan berbangsa dan bernegara.
12. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dalam pengembangan pendidikan dan kaderisasi.
13. Menjalin kerjasama kemitraan untuk membantu forum kajian tematik bagi pengembangan Pendidikan dan kaderisasi.
D. Bidang KOKAM dan SAR
1. Melakukan restrukturisasi posisi peran serta dan jati diri KOKAM/SAR Pemuda Muhammadiyah agar dapat tampil
ditengah masyarakat , sesuai dengan misi jati diri Pemuda Muhammadiyah.
2. Melakukan rekrutmen, pelatihan, dan pembinaan KOKAM/SAR dalam upaya meningkatkan kesadaran dan jatidiri
anggota Pemuda Muhammadiyah dalam perjuangan bela Negara dan membantu masyarakat, telah terlaksana pada
tanggal 23-26 Pebruari 2012 bekerjasama dengan Rindam III Siliwangi, dengan melatih sebanyak 20 orang Tenaga
KOKAM.

3. Membangun jatidiri KOKAM/SAR yang kokoh dan berwibawa sehingga mampu menjadikanKOKAM/SAR sebagai
sarana media dakwah di kalangan Pemuda dan bagian dari system perkaderan Pemuda Muhammadiyah yang
komperhensif dan berkesinambungan.
4. Melakukan kajian dan sosialisasi bagi pengembangan pola organisasi dan gerakan pembinaan dan pembiayaan
KOKAM/SAR yang variatif, inovatif dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Tampil secara elegan dalam menjaga dan mengamankan asset-aset organisasi Pemuda Muhammadiyah dan amal usahan
Muhammadiyah.
6. Memberikan pertolongan kepada masyarakat yang menderita akibat musibah bencana alam, baik diminta maupun tidak
diminta, sehingga kehadirannya memberikan manfaat bagi rakyat.
7. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dalam pengembangan KOKAM dan SAR.
8. Melakukan kerjasama dan kemitraan TNI, POLRI, organisasi kemasyarakatan Pemuda, lembaga swadaya masyarakat,
dan lain-lain untuk mempersiapkan KOKAM/SAR sebagai lembaga bantuan gerak cepat, tanggap darurat dan memiliki
akselerasi tinggi dalam penanganan bencana, situasi kritis, dan pengawalan.
E. Bidang Komunikasi, Informasi dan Telekomunikasi
1. Melakukan pengkajian terhadap komunikasi, informasi dan telekomunikasi yang sehat, dengan tetap berpijak pada jati
diri bangsa.
2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Information, Comunication and Technology/ICT) untuk
kemaslahatn organisasi secara maksimal.
3. Menyelenggarakan pelatihan tentang penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi (Information, Comunication, and
Technology/ICT) yang sehat bagi umat.
4. Diskusi dan sosialisasi pentingnya kebebasan pers yang sehat bagi terwujudnya demokrasi dan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa (clean and good governance.
5. Bekerjasama dengan media cetak dan informasi dalam mensosialisasikan kegiatan Pemuda Muhammadiyah.
6. Menjalin kerjasama untuk mendirikan radio komunitas Pemuda Muhammadiyah dan memanfaatkan Information,
Communication and Technology(ICT), website, jejaring sosial dan lain-lain sebagai sarana dakwah amar maruf nahi
munkar.
7. Memberikan advokasi terhadap korban penyalahgunaan tekhnologi informasi dan komunikasi (Information,
Communication and Technology/ICT).
8. Memberikan penghargaan terhadap pemuda yang berprestasi dalam pengembangan tekhnologi informasi dan komunikasi
(Information, Communication and Technology/ICT).
9. Menjalin kemitraan dengan berbagai macam lembaga untuk membantu meningkatkan kemampuan organisasi dalam
penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi (Information, Communication and Technology/ICT) sebagai wadah
berekspresi dan media dakwah yang bercirikan Islam modern.
F. Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
1. Melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan jiwa dan semangat
kewirausahaan, dan membentuk Badan usaha Milik Pemuda Muhammadiyah (BUMPM).
2. Melakukan pelatihan dan pilot project pengembangan usaha, baik dilakukan sendiri maupun kerjasama kemitraan dengan
lembaga lain yang sesuai dengan visi dan misi Pemuda Muhammadiyah.
3. Diskusi dan sosialisasi berbagai model dan bentuk pemberdayaan ekonomi yang berlandaskan kepada kekuatan sendiri
sebagai wujud dan cita-cita kemandirian ekonomi umat, telah terlaksana pada tanggal 1 Juni 2011 dalam Duskusi Publik
Ekonomi dan Kewirausahaan Angkatan Muda.
4. Memberikan panduan terhadap usaha ekonomi rakyat dalam membangun kemandirian umat diakar rumput ( grass root)
melalui program dan kegiatan ekonomi produktif.
5. Membentuk dan membangun jejaring wirausaha Pemuda Muhammadiyah.
6. Mendorong dan memberikan penghargaan kepada kader Pemuda Muhammadiyah untuk berani dan tampil menjadi
contoh pemuda mandiri yang mampu menciptakan lapangan kerja baru.
7. Melakukan silaturahim wirausaha Pemuda Muhammadiyah yang ditingkat pusat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dalam
satu periode.
8. Memberikan penghargaan terhadap pemuda yang berprestasi dan menginisiasi dalam bidang ekonomi dan
kewirausahaan.
9. Melakukan upaya untuk mewujudkan Badan Usaha Ekonomi nyata di tingkat wilayah, Daerah, dan Cabang, sebagai
sarana penggalian dana dan peningkatan ekonomi kader menuju kemandirian organisasi.
10. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk pengembangan program kewirausahaan dilingkungan Pemuda
Muhammadiyah.
G. Bidang Hikmah dan Hubungan antar lembaga
1. Mengadakan pengkajian dan member solusi pemikiran terhadap berbagai isu actual dan kebijakan yang menyangkut
hajat hidup orang banyak.
2. Membangun jejaring silaturahim yang berkelanjutan antara Pemuda Muhammadiyah, lembaga swadaya masyarakat,
legislative, yudikatif, ormas, kepemudaan, dan lain-lain sebagai upaya menyamakan visi dan misi dalam mengawal
reformasi pembangunan di segala bidang.
3. Mensinergikan seluruh potensi kader Pemuda Muhammadiyah, seperti politisi, birokrat, pengusaha, intelektual, seniman,
olahragawan, dan lain-lain untuk bersama-sama melaksanakan misi pencerahan bangsa.

H.

I.

J.

K.

4. Melakukan gerakan anti korupsi dan penyalahgunaan jabatan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintah yang
bersih dan berwibawa (clean and good governance).
5. Membangun kekuatan Pemuda Muhammadiyah yang berperan sebagai tenda besar bagi pemuda Islam khususnya umat
manusia pada umumnya mengemban misi kerahmatan.
6. Membangun jejaring dengan berbagai elemen masyarakat pada semua tingkatan dalam rangka rangka mendukung
terwujudnya tujuan Pemuda Muhammadiyah.
7. Membentuk dan mengembangkan simpul-simpul aksi kepedulian terhadap berbagai persoalan umat menuju kearah
kesejahteraan bersama.
8. Proaktif membangun dan mengembangkan solidaritas umat dan manusia terhadap persoalan regional, nasional, bahkan
internasional yang menyangkut masalah keadilan, HAM, Kemanusiaan, dan SARA.
Bidang Seni, Budaya, Olahraga, dan Pariwisata
1. Mengembangkan apresiasi seni, budaya, sastra, obyek wisata sebagai upaya memperhalus budi dan memanfaatkannya
sebagai media dakwah.
2. Melaksanakan dakwah cultural dengan memanfaatkan seni, dan budaya local dan mengisinya dengan nilai-nilai dan
ajaran Islam sehingga tindak bertentangn dengan Tauhid.
3. Melakukan rasionalisasi dan demitologisasi terhadap cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat sehingga
menjadi cerita yang Islami dan bersih dari pengaruh tahayul, bidah dan churafat.
4. Menyelenggarakan turnamen olahraga yang dapat meningkatkan persahabatan antar sesame komponen bangsa dengan
tetap menjaga nilai-nilai ukhuwah Islamiyah dan kebangsaan.
5. Menyelenggarakan dan menggalakan wisata religi.
6. Mengadakan kajian dan diskusi tentang seni, budaya, olahraga, dan pariwisata serta membahasnya dalam aspek dakwah
yang memungkinkan untuk dilakukan melalui media seni dan olahraga.
7. Menghadirkan pementasan seni, budaya disetiap even kegiatan Pemuda Muhammadiyah sesuai dengan tingkatannya.
8. Mensosialisasikan mars Pemuda Muhammadiyah melalui media cetak, online, dan elektronik.
9. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dan menginisiasi dalam bidang seni, budaya, olahraga, dan
pariwisata.
10. Menjalin kemitraan dengan berbagai macam lembaga untuk membantu pementasan seni dan music maupun pertandingan
olahraga melalui pertunjukan langsung atau media massa sebagai wadah ekspresi diri dan sebagai media dakwah yang
bercirikan Islam Modern.
Bidang Hukum, HAM, dan Advokasi Publik
1. Melakukan pelatihan advokasi dalam upaya meningkatkan kesadaran hokum dikalangan Pemuda Muhammadiyah, baik
menyangkut masalah public maupun penegak HAM.
2. Melakukan dan mensosialisasikan kajian bidang hokum, dan HAM berdasarkan isu dan atau peristiwa internasional,
nasional maupun regional.
3. Memberikan dan mendukung kontribusipemikiran kepada berbagai pihak terkait untuk mendukung tegaknya supermasi
hokum bagi seluruh rakyat.
4. Memberikan advokasi kepada rakyat yang menjadi korban pelanggaran HAM.
5. Melakukan dakwah di penjara, sebagai bagian dakwah amar maruf nahi munkar.
6. Memberikan masukan kepada berbagai pihak agar terlaksananya social control, check and balance antara rakyat dan
pimpinan, system pembuktian terbalik dan hukuman yang seberat-beratnya bagi para koruptor, pemberantasan mafia
hokum disemua level, jenjang dan tingkatan, menuju tegaknya supermasi hokum yang bersendikan pada keadilan bagi
seluruh rakyat.
7. Memebrikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dalam mewujudkan Hak Asasi Manusia dan Advokasi
Publik.
8. Melakukan sinergi dan kerjasam kemitraan dengan lembaga dan instansi terkait untuk melakukan pemantauan,
pendampingan maupun pengusulan berbagai macam produk hokum yang sejalan dengan misi dakwah Pemuda
Muhammdiyah.
Bidang Buruh, Tani, dan Nelayan
1. Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap buruh, tani, dan nelayan.
2. Melakukan kajian dan sosialisasi terhadap kebijakan dan program pemerintah terhadap buruh, tani, dan nelayan.
3. Mendorong pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan secara maksimal.
4. Melakukan advokasi terhadap buruh, tani, dan nelayanbaik di dalam maupun di luar negeri, untuk mendapatkan hakhaknya sesuai dengan undang-undang.
5. Mendorong dan melakukan kampanye terhadap keselamatan kerja, dan kesehjahteraan terhadap buruh, tani dan nelayan.
6. Mendorong untuk mewujudkan kemandirian buruh, tani, dan nelayan.
7. Melakukan kursus dan pelatihan terhadap peningkatan kemampuan, keterampilan bagi buruh, tani. Dan nelayan.
8. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dan menginisisasi dalam mewujudkan kemandirian dan
kesehjahteraan buruh, tani, dan nelayan.
9. Melakukan kerjasama kajian, seminar ataupun kegiatan kemasyarakatan dengan berbagai lembaga, instansi terkait dan
donor luar negeri dengan tetap menjaga independensi dan kebebasan berdakwah amr maruf nahi munkar.
Bidang Energi dan sumber daya mineral
1. Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap energy dan sumber daya mineral.

2.
3.
4.
5.
6.

Melakukan advokasi dalam Bidang energy dan sumber daya mineral.


Mendorong dan melakukan kampanye terhadap pentingnya kesadaran masyarakat untuk hemat energi.
Mendorong untuk mewujudkan pentingnya blue energy, sebagai energy alternatif.
Melakukan advokasi dan rehabilitasi terhadap daerah bekas tambang.
Melakukan kursus dan pelatihan terhadap peningkatan kesadaran untuk menjaga dan melestraikan energy dan sumber
daya mineral.
7. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dalam menginisisas, menjaga dan melestarikan energy dan
sumber daya mineral.
8. Melakukan kerjasama kajian, seminar ataupun kegiatan kemasyarakatan dengan berbagai lembaga, instansi terkait dan
donor luar negeri dengan tetap menjaga independensi dan kebebasan berdakwah amr maruf nahi munkar.
L. Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup
1. Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap hutan dan lingkungan hidup.
2. Melakukan advokasi dalam Bidang kehutanan dan lingkungan hidup.
3. Mendorong dan melakukan kampanye terhadap pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
4. Melakukan reboisasi terhadap tanah dan lahan untuk ditanami.
5. Mendorong pemerintah dan swasta untuk mewujudkan hutan kota, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ramah
terhadap lingkungan.
6. Melakukan kampanye pentingnya menanam pohon, menjaga dan melestarikan untuk keseimbangan ekosistem
lingkungan.
7. Melakukan kursus dan pelatihan terhadap peningkatan kesadaran untuk menjaga kelestrian hutan dan lingkungan hidup .
8. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dalam menginisisasi, menjaga dan melestarikan hutan dan
lingkungan hidup.
9. Melakukan kerjasama kajian, seminar ataupun kegiatan kemasyarakatan dengan berbagai lembaga, instansi terkait dan
donor luar negeri dengan tetap menjaga independensi dan kebebasan berdakwah amr maruf nahi munkar.
Realisasi program Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup tahun 2011 PWPM Jawa Barat menerima alokasi bibit dari
Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Cimanuk-Citanduy, sebanyak 50.000 batang terdiri dari : Jati 10,000, Albasia 5,000,
Mahoni 15,000, Suren 5,000, Mangga 5,000, Petai 5,000, Rambutan 5,000 yang dialokasikan melalui
1. Penanaman Hutan Produksi Berbasis Masyarakat Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat berkerjasama dengan PW.
Muhammadiyah dan PW. Aisyiyah Jawa Barat berlokasi di Gunung Panyaungan, Desa Bandasari dan Jatisari, Kec.
Cangkuang,
Kab.
Bandung
seluas
40
Ha
2. Kemitraan Kerjasama Konservasi Lahan perwujudan Penghijauan Lingkungan bekerjsama dengan Masyarakat pemilik
lahan di Kota Tasikmalaya yang di koordinasi oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Tasikmalaya dan di
Kabupaten Tasikmalaya yang dikoordinasi Pimpinan Daerah 'Aisyiyah Kab. Tasikmalaya dan Di Desa Cikeusi Kec.
Darmaraja.
3. Kemitraan Kerjasama Konservasi Lahan berbasis Masyarakat Pedesaan dengan Kelompok Tani Kehutanan Cakrawati
Desa Cikeusi dan Kelompok Tani Kehutanan Darmajaya Desa Darmajaya, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang
seluas 10 Ha.
M. Bidang Kesehatan dan Kesehjateraan Masyarakat
1. Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan dan kesehjahteraan
masyarakat.
2. Melakukan advokasi dalam Bidang kesehatan dan kesehjahteraan masyarakat.
3. Mensinergikan bantuan kesehatan dengan dakwah sosial kemasyarakatan.
4. Mendorong dan melakukan kampanye pentingnya hidup sehat, yang dimulai dari diri sendiri, keluarga masyarakat dan
bangsa.
5. Melakukan advokasi terhadap APBN/APBD agar pro terhadap kesehjahteraan rakyat.
6. Melakukan kursus dan pelatihan terhadap peningkatan kesadaran untuk hidup sehat.
7. Memberikan penghargaan terhadap Pemuda yang berprestasi dalam menginisisasi, menjaga dan melestarikan hutan dan
lingkungan hidup.
8. Melakukan kerjasama kajian, seminar ataupun kegiatan kemasyarakatan dengan berbagai lembaga, instansi terkait dan
donor luar negeri dengan tetap menjaga independensi dan kebebasan berdakwah amr maruf nahi munkar.

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

SEJARAH PERJALANAN IPM


Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) merupakan metamorfosis dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
yang berdiri tahun 1961. Interpretasi sejarah bisa jadi berbeda-beda dalam memandang perubahan nama dari
Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja Muhammadiyah. Namun, proses sejarah organisasi ini
memang tidak sederhana

Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan latar belakang
berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi
mungkar yang ingin melakukan pemurnian terhadap pengamalan ajaran Islam,
sekaligus sebagai salah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan
amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader. Oleh karena
itulah dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi
para pelajar yang terpanggil kepada misi Muhammadiyah dan ingin tampil sebagai
pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya para pelajar Muhammadiyah
untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tahun 1961. Pada tahun 1919 didirikan
Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan pelajar Muhammadiyah di
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 1926, di Malang dan
Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar Muhammadiyah). Selanjutnya
pada tahun 1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul pelajarpelajar Muhammadiyah.
Setelah tahun 1947, berdirinya kantong-kantong pelajar Muhammadiyah untuk
beraktivitas mulai mendapatkan resistensi dari berbagai pihak, termasuk dari
Muhammadiyah sendiri. Pada tahun 1950, di Sulawesi (di daerah Wajo) didirikan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah, namun akhirnya dibubarkan oleh pimpinan
Muhammadiyah setempat. Pada tahun 1954, di Yogyakarta berdiri GKPM yang

berumur 2 bulan karena dibubarkan oleh Muhammadiyah. Selanjutnya pada tahun


1956 GKPM kembali didirikan di Yogyakarta, tetapi dibubarkan juga oleh
Muhammadiyah (yaitu Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah).
Setelah GKPM dibubarkan, pada tahun 1956 didirikan Uni SMA Muhammadiyah
yang kemudian merencanakan akan mengadakan musyawarah se-Jawa Tengah.
Akan tetapi, upaya ini mendapat tantangan dari Muhammadiyah, bahkan para
aktifisnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah Muhammadiyah bila tetap akan
meneruskan rencananya. Pada tahun 1957 juga berdiri IPSM (Ikatan Pelajar
Sekolah Muhammadiyah) di Surakarta, yang juga mendapatkan resistensi dari
Muhammadiyah sendiri.
Resistensi dari berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah, terhadap upaya
mendirikan wadah atau organisasi bagi pelajar Muhammadiyah sebenarnya
merupakan refleksi sejarah dan politik di Indonesia yang terjadi pada awal gagasan
ini digulirkan. Jika merentang sejarah yang lebih luas, berdirinya IPM tidak terlepas
kaitannya dengan sebuah background politik ummat Islam secara keseluruhan.
Ketika Partai Islam MASYUMI berdiri, organisasi-organisasi Islam di Indonesia
merapatkan sebuah barisan dengan membuat sebuah deklarasi (yang kemudian
terkenal dengan Deklarasi Panca Cita) yang berisikan tentang satu kesatuan ummat
Islam, bahwa ummat Islam bersatu dalam satu partai Islam, yaitu Masyumi; satu
gerakan mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI); satu gerakan
pemuda Islam, yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII); satu gerakan pelajar
Islam, yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII); dan satu Kepanduan Islam, yaitu Pandu
Islam (PI).
Kesepakatan bulat organisasi-organisasi Islam ini tidak dapat bertahan lama,
karena pada tahun 1948 PSII keluar dari Masyumi yang kemudian diikuti oleh NU
pada tahun 1952. Sedangkan Muhammadiyah tetap bertahan di dalam Masyumi
sampai Masyumi membubarkan diri pada tahun 1959. Bertahannya
Muhammadiyah dalam Masyumi akhirnya menjadi mainstream yang kuat bahwa
deklarasi Panca Cita hendaknya ditegakkan demi kesatuan ummat Islam Indonesia.
Di samping itu, resistensi dari Muhammadiyah terhadap gagasan IPM juga
disebabkan adanya anggapan yang merasa cukup dengan adanya kantong-kantong
angkatan muda Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul
Aisyiyah, yang cukup bisa mengakomodasikan kepentingan para pelajar
Muhammadiyah.

Dengan kegigihan dan kemantapan para aktifis pelajar Muhammadiyah pada waktu
itu untuk membentuk organisasi kader Muhammadiyah di kalangan pelajar
akhirnya mulai mendapat titik-titik terang dan mulai menunjukan keberhasilanya,
yaitu ketika pada tahun 1958 Konferensi Pemuda Muhammadiyah Daerah di Garut
berusaha melindungi aktifitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan
Pemuda Muhammadiyah. Mulai saat itulah upaya pendirian organisasi pelajar
Muhammdiyah dilakukan dengan serius, intensif, dan sistematis. Pembicaraanpembicaraan mengenai perlunya berdiri organisai pelajar Muhammadiyah banyak
dilakukan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Dengan keputusan konferensi Pemuda Muhammadiyah di Garut tersebut akhirnya
diperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke II yang berlangsung pada
tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, yaitu dengan memutuskan untuk
membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Keputusan II/No. 4). Keputusan
tersebut di antaranya ialah sebagai berikut :
1. Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran supaya memberi
kesempatan dan memnyerahkan kompetensi pemben-tukan IPM kepada PP
Pemuda Muhammadiyah.
2. Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengama-natkan kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM) dari pembahasan-pembahasan muktamar tersebut, dan untuk segera
dilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat dengan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majelis Pendi-dikan dan Pengajaran.
Kata sepakat akhirnya dapat tercapai antara Pimpinan Pusat Pemuda
Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan
Pengajaran tentang organisasi pelajar Muhammadiyah. Kesepakatan tersebut
dicapai pada tanggal 15 Juni 1961 yang ditandatangani bersama antara Pimpinan
Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis
Pendidikan dan Pengajaran. Rencana pendirian IPM tersebut dimatangkan lagi
dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 Juli 1961,
dan secara nasional melalui forum tersebut IPM dapat berdiri. Tanggal 18 Juli 1961
ditetapkan sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Perkembangan
IPM akhirnya bisa memperluas jaringan sehingga bisa menjangkau seluruh

sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Pimpinan IPM (tingkat


ranting) didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah.
Berdirinya Pimpinan IPM di sekolah-sekolah Muhammadiyah ini akhirnya
menimbulkan kontradiksi dengan kebijakan pemerintah Orde Baru dalam UU
Keormasan, bahwa satu-satunya organisasi siswa di sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia hanyalah Organisasi Siswa Intra-Sekolah (OSIS). Sementara di sekolahsekolah Muhammadiyah juga terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah, yaitu
IPM. Dengan demikian, ada dualisme organisasi pelajar di sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Bahkan pada Konferensi Pimpinan Wilayah IPM tahun 1992 di
Yogyakarta, Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu (Akbar Tanjung) secara khusus
dan implisit menyampaikan kebijakan pemerintah kepada IPM, agar IPM
melakukan penye-suaian dengan kebijakan pemerintah.
Dalam situasi kontra-produktif tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk
team eksistensi yang bertugas secara khusus menyelesaikan permasalahan ini.
Setelah dilakukan pengkajian yang intensif, team eksistensi ini merekomendasikan
perubahan nama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja
Muhammadiyah. Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragis
dalam sejarah organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi
dari pemerintah. Bahkan ada yang mengang-gap bahwa IPM tidak memiliki jiwa
heroisme sebagai-mana yang dimiliki oleh PII yang tetap tidak mau menga-kui
Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasinya.
Namun sesungguhnya perubahan nama tersebut merupakan blessing in
disguise (rahmat tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya
semakin memperluas jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya
menjangkau pelajar, tetapi juga basis remaja yang lain, seperti santri, anak jalanan,
dan lain-lain.
Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam Surat Keputusan Pimpinan Pusat IPM
Nomor VI/PP.IPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1992 melalui Surat Keputusan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Nomor 53/SK-PP/IV.B/1.b/1992 tentang pergantian nama
Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan
demikian, secara resmi perubahan IPM menjadi IRM adalah sejak tanggal 18
Nopember 1992.

Sejarah perkembangan IRM, sejak dari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) hingga kemudian
terjadinya perubahan nama menjadi Ikatan Remaja Muhammmadiyah (IRM) pada tahun 1992 telah melampaui
proses yang panjang seiring dengan dinamika yang berkembang di masyarakat baik dalam skala nasional
maupun global. Hingga saat ini IRM telah melampaui tiga fase perkembangan:

Fase Pembentukan (mulai tahun 1961 s/d 1976)

Kelahiran IPM bersamaan dengan masa dimana pertentangan ideologis menjadi gejala yang menonjol dalam
kehidupan sosial dan politik di Indonesia dan dunia pada waktu itu. Keadaan yang demikian menyebabkan
terjadinya polarisasi kekuatan tidak hanya persaingan kekuasaan di dalam lembaga pemerintahan, bahkan juga
dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam situasi seperti ini IPM lahir dan berproses membentuk dirinya. Maka
sudah menjadi kewajaran bila pada saat keberaadaannya IPM banyak berfokus pada upaya untuk
mengkonsolidasi dan menggalang Kesatuan Pelajar Muhammadiyah yang tersebar di Seluruh Indonesia ke
dalam wadah IPM.

Upaya untuk menemukan karakter dan jati diri IPM sebagai gerakan kader dan dakwah banyak menjadi
perhatian pada waktu itu. Upaya ini mulai dapat terwujud setelah IPM dapat merumuskan Khittah perjuangan
IPM, Identitas IPM, dan Pedoman Pengkaderan IPM (hasil Musyawarah Nasional/ Muktamar IPM ke-2 di
Palembang tahun 1969). Fase pembentukan IPM diakhiri pada tahun 1976, yaitu dengan keberhasilan IPM
merumuskan system perkaderan IPM (SPI) hasil seminar Tomang tahun 1976 di Jakarta. Dengan SPI yang telah
dirumuskan tersebut, maka semakin terwujudlah bentuk struktur keorganisasian IPM secara lebih nyata
sebagai organisasi kader dan dakwah yang otonom dari persyarikatan Muhammadiyah.

Fase Penataan (mulai tahun 1976 s/d tahun 1992)

IPM memasuki fase penataan ketika bangsa Indonesia tengah bersemangat mencanangkan pembangunan
ekonomi sebagai panglima, dan memandang bahwa gegap gempita persaingan ideologi dan politik harus segera
di akhiri jika bangsa Indonesia ingin memajukan dirinya. Situasi pada saat itu menghendaki adanya
monoloyalitas tunggal dalam berbangsa dan bernegara dengan mengedepankan stabilitas nasional sebagai
syarat pembangunan yang tidak bisa ditawar lagi. Dalam keadaan seperti ini menjadikan organisasi-organisasi
yang berdiri sejak masa sebelum orde baru harus dapat menyesuaikan diri. Salah satu kebijakan pemerintah
yang kemudian berimbas bagi IPM adalah tentang ketentuan OSIS sebagai satu-satunya organisasi pelajar yang
eksis di sekolah.
Keadaan ini menyebabkan IPM mengalami kendala dalam upaya mengembangkan keberadaannya secara lebih
leluasa dan terbuka.

Di samping itu, masyarakat pun mengalami perubahan kecenderungan sebagai akibat dari kebijakan massa
mengambang yang menghendaki dilepaskannya masyarakat dari situasi persaingan dan polarisasi ideologi dan
politik. Dalam situasi seperti ini akhirnya terjadi sikap apatis pada sebagian masyarakat terhadap organisasi
warna ideologi yang kental. Muhammadiyah meskipun tidak terlibat dalam aktifitas politik praktis tetap
mengalami dampak sikap apatis tersebut. Akibatnya aktifitas yang dilakukan memang lebih bersifat pembinaan
internal dan kegiatan dakwah sosial yang tidak terlalu kentara membawa misi ideologis.

Dalam keadaan demikian IPM lebih memfokuskan aktifitasnya pada pembinaan kader dengan menekankan
kegiatan kaderisasi untuk mencetak kader IPM yang berkualitas. IPM menyadari bahwa pola pembinaan kader
tidak hanya cukup dengan melaksanakan aktifitas perkaderan dalam bentuk training-training semata.
Permasalahan muncul ketika masyarakat pelajar sedang mengalami kegairahan religiutas. Banyak anggota dan
kader-kader IPM yang telah dibina kemudian berbalik arah meninggalkan organisasinya menuju kelompok
kajian keislaman yang lebih menarik perhatian dan mampu memenuhi keinginannya. Maka dalam masa ini
IPM mulai menata diri dengan memberikan perhatian kepada aktifitas-aktifitas bidang pengkajian dan
pengembangan dakwah, bidang Ipmawati serta bidang pengkajian lmu pengetahuan dan pengembangan
keterampilan dengan porsi perhatian yang sama besar dengan bidang perkaderan.

Agenda permasalahan IPM yang membutuhkan perhatian khusus untuk segera dipecahkan pada waktu itu
adalah tentang keberadaan IPM secara nasional yang dipermasalahkan oleh pemerintah karena OSIS-lah satusatunya organisasi pelajar yang diakui eksistensinya di sekolah. Konsekuensinya semua organisasi yang
menggunakan kata pelajar harus diganti dengan nama lain. Pada awalnya IPM dan beberapa organisasi pelajar
sejenis berusaha tetap konsisten dengan nama pelajar dengan berharap ada peninjauan kembali kebijaksanaan
pemerintah tersebut pada masa mendatang. Namun konsistensi itu ternyata membawa dampak kerugian yang
tidak sedikit bagi IPM karena kemudian kegiatan IPM secara nasional seringkali mengalami hambatan dan
kesulitan penyelenggaraannya. Di samping itu beberapa organisasi pelajar yang lain yang senasib dengan IPM
satu persatu mulai menyesuaikan diri, sehingga IPM merasa sendirian memperjuangkan konsistensinya.
Pada sisi lain IPM merasa perlu untuk segera memperbaharui visi dan orientasi serta mengembangkan gerak
organisasinya secara lebih luas dari ruang lingkup kepelajaran memasuki ke dunia keremajaan sebagai tuntutan
perubahan dan perkembangan zaman. Maka pada tanggal 18 November 1992 berdasarkan SK PP
Muhammadiyah No. 53/SK-PP/IV.B/1.b/1992 Ikatan Pelajar Muhammadiyah secara resmi berubah nama
menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah.

Fase Pengembangan ( mulai tahun 1992 sampai dengan 2002 ).

Perubahan nama IPM menjadi IRM beriringan dengan suasana pada saat nama bangsa indonesia tengah
menyelesaikan PJPT I, dan akan memasuki PJPT II. Banyak kemajuan yang telah diperoleh Bangsa Indonesia
sebagai hasil PJPT I, diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan pesat, stabilitas
nasional yang semakin mantap, dan tingkat pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat yang
semakin baik. Namun demikian ada beberapa pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan bangsa
Indonesia pada PJPT II, antara lain, masalah pemerataan pembangunan dan kesenjangan ekonomi,
demokratisasi, ketertingggalan di bidang iptek, permasalahan sumber daya manusia, dan penegakan hukum
dan kedisiplinan.
Sementara itu, era 90-an ditandai pula dengan semakin maraknya kesadaran berislam diberbagai kalangan
masyarakat muslim di Indonesia. Disamping itu peran dan partisipasi ummat Islam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara juga semakin meningkat. Kondisi yang demikian memberi peluang bagi IRM untuk
dapat berkiprah lebih baik lagi.
Pada sisi lain, kemajuan tekhnologi komunikasi dan informasi semakin membawa manusia kearah globalisasi
yang membwa banyak perubahan pada berbagai sisi kehidupan manusia. Tatanan sosial, budaya, politik, dan
ekonomi banyak mengalami perombakan drastis. Salah satu perubahan mendasar yang akan banyak membwa
pengaruh bagi bangsa indonesia adalah masalah liberalisasi ekonomi. Liberalisasi ekonomi sebagaimana
diputuskan dalam konferensi APEC merupakan kebijakan yang tidak terelakan karena mulai tahun 2003
mendatang Indonesia harus memaski era AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang dilanjutkan pada tahun 2020
dalam skema liberalisasi perdagangan yang lebih luas tidak hanya dalam aspek ekonomi saja, tetapi juga dalam
kehidupan sosial, politik dan budaya.
Pengaruh liberalisasi ekonomi berdampak luas tidak hanya dalam aspek ekonomi saja, akan tetapi juga
berdampak dalam kehidupan sosial politik dan budaya. Salah satu dampak yang sekarang sangat dirasakan
adalah munculnya krisis moneter yang terjadi di Asia Tenggara dan sebagai Asia Timur. Munculnya krisis yang
dimulai dengan timbulnya depresi mata uang, disebabkan oleh ketidaksiapan perangkat supra struktur dan
infrasturtur baik ekonomi maupun poitik dalam mengantisipasi dampak globalisasi perdagangan. Fenomena ini
kemudian memunculkan tuntutan reformasi dibidang ekonomi dan politik sebagai prasyarat untuk
mengantisipasi dan menyelesaikan persoalan krisis. Di Indonesia sebagai salah satu negara yang terkena krisis
dan menderita paling parah muncul tuntunan reformasi. Fenomena reformasi yang dituntut masyarakat
Indonesia adalah reformasi yang mendasar diseluruh bidang baik dibidang ekonomi, budaya, politik bahkan
sampai reformasi moral. Tuntunan reformasi ini jelas mendesak IRM untuk melakukan peran dan fungsinya
sebagai organisasi keagamaan dan dakwa Islam dikalangan remaja menjadi lebih aktif dan responsif terhadap
perkembangan perjalanan bangsa menuju masyrakat dan pemerintahan yang bersih dan modern.

Dalam kondisi yang demikianlah IRM memasuki fase perkembangan, yaitu


perkembangan pasca perubahan nama IPM menjadi IRM hingga terselenggaranya
pelaksanaan pola kebijakan jangka panjang IRM pada muktamar XII. Diharapkan
nantinya IRM telah mencapai kondisi yang telah relatif mantap baik secara
mekanisme kepemimpinan maupun mekanisme keorganisasian sehingga mampu
secara optimal menjadi wahana penumbuhan dan pengembangan potensi sumber
daya remaja. Pengelolaan sumber daya yang dimiliki Ikatan Remaja Muhammadiyyah
harus didukung dengan adanya peningktan kualitas pinpinan, mekanisme kerja yang
kondusif yang seiring dengan kemajuan zaman, serta pemantapan dan pengembangan
gerak Ikatan Remaja Muhammadiyah yang berpandangan ke depan namun tetap
dijiwai oleh akhlak mulia. IRM dituntut untuk dapat menyipakan dasar yang kokoh
baik secara institusional maupun personal sehingga tercipta komunitas yang kondusif
bagi para remaja untuk siap menghadapi zaman yang akan datang.

Home/ Berita/ PW IPM DIY Adakan Gerakan 1000 Iqra untuk Anak Indonesia

PW IPM DIY Adakan Gerakan 1000 Iqra untuk


Anak Indonesia
26 Agustus 2016 14:15

Berita Lain
Belajar Tentang Islam di Indonesia, Anggota Parlemen Malaysia Kunjungi Madrasah
Muallimin Yogyakarta
25 September 2016

Hajriyanto : Muhammadiyah Miliki Doktrin untuk Membantu Pemerintah


26 September 2016

Milad Muhammadiyah ke-107: Ajak Kader Membangun Karakter Berkemajuan


25 September 2016

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA- Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) senantiasa konsen


terhadap isu literasi dengan gerakan iqranya. Selama ini telah banyak gerakan iqra dan gerakan literasi
yang ditelurkan oleh IPM di berbagai tingkatan pimpinan. Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PW IPM DIY) tak terkecuali, kegiatan seperti diskusi,
workshop atau seminar literasi kerap diadakan.
Pada tahun 2016 ini PW IPM DIY menyelenggarakan gerakan iqra yang berbeda dari biasanya, yaitu
Gerakan 1000 Iqra untuk Anak Indonesia.
Gerakan 1000 Iqra untuk Anak Indonesia diselenggarakan pada tanggal 20 hingga 21 Agustus 2016.
Kegiatan ini dilaksanakan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo.
Disetiap penyelenggaraan kegiatan dibantu oleh Pimpinan Daerah IPM se-DIY.
Iqra yang terkumpul sejumlah lebih dari 1000 dan berasal dari donasi peserta Forum Taaruf dan
Orientasi Siswa (FORTASI) di berbagai sekolah Muhammadiyah di DIY. Tidak hanya buku Iqra saja yang
disumbangkan, terdapat beberapa Al Quran dan bacaan islami turut disumbangkan dalam kegiatan

tersebut. Sasaran kegiatannya adalah TPA/TPQ di masjid-masjid, sekolah dan pondok pesantren yang
membutuhkan.
Gerakan ini merupakan program kerja bidang Kajian Dakwah Islam PW IPM DIY. Selain penyerahan iqra
dan buku islami, terdapat pemberian motivasi tentang pentingnya belajar Al-Quran oleh PW IPM DIY.
Ketua Bidang Kajian Dakwah Islam PW IPM DIY, Zuvita Nandiastika mengatakan, kegiatan ini sebagai
langkah untuk menumbuhkan kecintaan kepada alquran bagi generasi muda. Saat kegiatan
berlangsung diselipkan agenda motivasi mengenai pentingnya belajar al quran dan keutamaan
menghafal alquran agar muncul kecintaan pada alquran bagi generasi muda kita, ucapnya.
Ketua Umum PW IPM DIY, Azhar Nasih Ulwan mengatakan, Gerakan 1000 Iqra untuk Anak Indonesia ini
merupakan kegiatan yang baik dalam membentuk karakter keislaman dan sebagai tameng dari gerakan
sekulerisme yang merebak. Semoga dengan terselenggaranya kegiatan ini dapat membentuk generasi
yang kembali kepada al quran, mempelajarinya, mencintainya dan mengamalkannya sehingga muncul
generasi yang qurani, bukan generasi yang sekuler, tutupnya. (adam)
Kontributor: IPM DIY

Anda mungkin juga menyukai