Anda di halaman 1dari 19

Suluah, Vol. 16, No.

20, Juni 2015

65
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

66
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

MUHAMMADIYAH DALAM PERJUANGAN


KEMERDEKAAN DI KAMPAR
Oleh: Ahmal
(Staff Pengajar Pada Prodi. Pendidikan Sejarah Universitas Riau
Ahmal_ur@yahoo.co.id)

Abstraks

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam Modernis dan anti terhadap penjajahan


berpartisipasi bersama dengan masyarakat Kampar dalam memperjuangkan Kemerdekaan
Republik Indonesia. Pengaruh yang begitu besar yang dimiliki oleh tokoh Muhammadiyah
Kampar mengakibatkan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dapat terbangun
dengan sinergis sesama masyarakat Kampar. Sosok tokoh yang begitu berpengaruh dalam
kehidupan sosial-keagamaan pada masyarakat Kampar yaitu Mahmud Marzuki. Keterlibatan
Mahmud Marzuki dalam Muhammadiyah membawa perubahan yang begitu besar baik dalam
tubuh Muhammadiyah sendiri maupun dalam kehidupan masyarakat Kampar, sehingga
Muhammadiyah dengan tokoh yang dimiliki berhasil menjadi garda terdepan dalam
perjuangan kemerdekaan. Banyak tokoh bersama-sama Muhammadiyah memperjuangankan
kemerdekaan diantaranya adalah tokoh adat, tokoh Perti dan masyarakat sendiri kepada
Muhammadiyah untuk bergerak dalam perjuangan kemerdekaan. Muhamamdiyah berhasil
dalam menyatukan kekuatan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Kampar.

Key Word: Muhammadiyah, Perjuangan, Kemerdekaan dan Kampar

Pendahuluan belahan dunia termasuk Indonesia (LPI. PP


Muhammadiyah, 2010: ix-x).
Perkembangan Muhammadiyah Perkembangan Muhammadiyah di
menjelang satu abad telah menjadi sejarah Indonesia pada umumnya memberi
tersendiri dan banyak memberi pengaruh kontribusi yang cukup baik terhadap
terhadap pembaharuan Islam di tanah air. kemunculan pemuda yang berjiwa merdeka,
Perkembangan Muhammadiyah telah berakidah Islam, sanggup menentang
menjadi pioneer dalam pembaharuan Islam penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang.
di tanah air dan menjadi sebuah organisasi Sehingga keberhasilan kemerdekaan
sosial keagamaan yang mampu bertahan Indonesia salah satunya berkat perjuangan
dalam durasi yang paling lama diantara kaum Muhammadiyah, seperti Kyai Haji
organisasi-organisasi Islam lain diberbagai Mas Mansur (M.C. Ricklefs, 2005: 306)

67
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Jenderal Sudirman (LPI PP Muhammadiyah, Indonesia terus terjadi. Kemudian


2010: 115). Pemahaman Muhammadiyah keberadaan Muhammadiyah dalam situasi ini
dalam perjuangan kemerdekan dapat dilihat dihadapkan dengan maraknya upaya
dari upaya pembentukan partai politik kristenisasi dan pola pendidika barat yang
Masyumi, terkait tujuan pembentukan partai bertentangan dengan nilai keislaman dan
politik dalam gerakan Muhamamdiyah terjadinya perpecahan antar faksi sesama
disampaikan eksistensi partai politik sebagai lembaga dakwah. Kondisi ini membuat
berikut, Muhammadiyah semakin kuat dalam
mengahapi perluasan dakwah termasuk daya
“pendirian partai politik tidak semata- tahan dalam perjuangan kemerdekaan
mata berorientasi pada kekuasaan, (Alfian, 2010: 384-489).
tetapi partai dibentuk dan didukung
dalam rangka merealisasikan misi Pengaruh kehidupan Muhamamdiyah
amar ma‟ruf nahi mungkar. Oleh pada tingkat pusat juga terjadi di daerah
karena itu, partai harus menjadi aktifitas dakwah yang disung pada masa
sarana untuk mewujudkan dan perjuangan kemerdekaan ditemukan di
memajukan kehidupan umat, Kampar. jika dilihat dala perspektik kekinian
merekatkan ukhuwah Islamiyah, dan Muhamamdiyah Kampar turut menerima
mendorong demokratisasi bangsa. tantangan politik dan perjuanagn. Namun
Penguatan integrasi, demokrasi dan tetap saja kebedaan Muhammadiyah dlam
pencapaian kesejahteraan sosial pergulatan dakwah dan politik tersu berjalan.
warga merupakan pesan penting dari Kontribusi tokoh-tokoh Muhammadiyah
proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam melakukan dakwah diluar
17 Agustus 1945. kelembagaan terus berjalan dengan baik
yaitu dengan menduduki posisi strategis
Perlunya suatu sinergisitas dalam dalam bidang pemerintahan, pendidikan dan
menghimpun kekuatan dalam mengahadapi sosial. Kondisi ini ditemukan dalam
penjajahan. Oleh karena itu, Muhamamdiyah pengembangan pembaharuan Islam di
adalah suatu lembaga yang dituntut untuk Kampar merupakan wujud dari dasar
melakukan penghimpunan kekuatan dalam pemikiran program Muhammadiyah untuk
perlawanan ini. Dalam tubuh menciptakan keislaman yang sesuai dengan
Muhammadiyah dijumpai dua kekuatan yang ajaran Islam yang sebenarnya (Kep.
potensial, kekuatan rohani dan kekauatan Musyawarah, 2001: 6). Meskipun banyak
fisik, Jenderal Sudirman salah satu tokoh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang mengisi
perjuangan yang berasal dari bidang-bidang lainnya, namun
Muhamamdiyah terpanggil untuk memimpin Muhammadiyah secara kelembagaan tetap
perang perlawanan ini (M.P. TPP, 2010: berjalan dan mendapat kekuatan dukungan
129-130). yang ditandai dengan pelaksanaan kegiatan
yang berjalan lancar.
Peran Muhammadiyah dalam
Proses awal perkembangan
perjuangan kemerdekaan Indonesia
Muhammadiyah di Riau terwujud pada
dibenturkan dengan keadaan politik yang
dekade tahun tiga puluhan. Daerah pertama
tidak stabil. Muhamamdiyah harus menerima
yang mendapat pengaruh Muhammadiyah
keadaan politik kolonialisme yang tidak
adalah daerah Kampar yang secara langsung
diinginkan oleh penjajahan Belanda, hal ini
dikembangkan oleh pelajar-pelajar Kampar
mendorong kemunculan paham-paham Islam
melalui pendidikan Islam di Minangkabau,
tradisonal untuk memperkuat eksistensinya
seperti di daerah Payakumbuh, Bukittinggi
di wilayah dakwah muhammadiyah.
dan Padang Panjang. Pelajar Kampar yang
Pertentangan antar sesama masyarakat
68
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

belajar di Minangkabau adalah Ayub Syarofi Awal kedatangan Jepang di


berasal dari Pulau Terap, Fuad Nazir berasal Bangkinang disambut baik oleh masyarakat
dari Kuok dan Abdul Hamid dari (Lukas Tanjung, 1979: 15). Pada saat Jepang
Penyesawan. Meskipun Muhammadiyah di berkuasa penuh di Bangkinang, hubungan
Kampar didirikan pada tahun 1937, namun rakyat dengan dunia luar tertutup sama
pengaruhnya sudah dirasakan semenjak awal sekali. Pesawat radio disita, rakyat tidak
Muhammadiyah berkembang di boleh mendengarkan siaran kecuali siaran
Minangkabau. Hal itu terjadi disebabkan dari Tokyo. Rakyat diwajibkan mengikuti
pelajar-pelajar Kampar banyak menimba berita propaganda Jepang yang isinya
ilmu di Minangkabau dalam kurun waktu mencaci negara sekutu dan memuji kebaikan
1920-an (M. Amin, 1989: tanpa tahun). Jepang. Kendaraan bermotor milik penduduk
Selain Kampar ada beberapa daerah disita dan dipakai untuk kepentingan
yang menjadi basis awal perkembangan pemerintahan jepang. Kebaikan Jepang
Muhammadiyah di Riau seperti daerah selama ini berbalik. Dalam situasi tersebut
Lubuk Jambi dan Bagan Siapiapi. sangat mengkhawatirkan upaya pergerakan
Muhammadiyah masuk dan berkembang di kemerdekaan. Kondisi di atas menjadi
Lubuk Jambi melalui kontak langsung pertimbangan bagi tokoh-tokoh Limo Koto
dengan daerah Minangkabau. Proses awal Kampar untuk mencari sosok yang mampu
dari perkembangan Muhammadiyah di dalam menggerakan masyarakat untuk
daerah Lubuk Jambi dengan diutusnya Dasin melakukan perlawanan kepada Jepang (Umar
Jamal dan Sulaiman Khatib ke Padang Amin, 1981: 33).
Panjang untuk menemui konsul
Muhammadiyah, Buya AR St Masyur. Pada Sebelum kehadiran sosok yang
tanggal 8 November 1937 berdirilah Ranting bernama Mahmud Marzuki memimpin
Muhammadiyah di Lubuk Jambi (SK No. pergerakan anti penjajahan, dikatakan oleh
658/tanggal 15 November 1937. ANRI) Pada pejuang-pejuang Limo Koto Kampar untuk
tanggal yang sama, terbentuk pula memimpin pergerakan dalam menentang
Muhammadiyah cabang Taluk Kuantan penjajahan Jepang belum ada tokoh yang
tanggal 8 November 1937 (SK No. cakap, kecuali Mahmud Marzuki seorang
659/tanggal 15 November 1937. ANRI). tokoh Limo Koto Kampar yang berasal dari
Berbeda dengan berdirinya Muhammadiyah Bangkinang bergabung dengan
di Bagan Siapiapi, yaitu tidak melalui kontak Muhammadiyah pada tahun 1939 di
langsung dengan daerah Minangkabau Penyesawan (Umar Amin, 1981: 28).
melainkan dengan daerah Muhammadiyah di Kemampuannya dalam menggugah
Sumatera Utara (Asani, 2006: 4). masyarakat Limo Koto terbukti dari
Perjuangan yang dimulai dari proses perjalanan dakwahnya sebelum kedatangan
perkembangan awal Muhammadiyah di Riau Jepang, yakni mendapat sambutan begitu
dan Kampar khusunya menjadi titik awal besar dari masyarakat.1 Pada tahun 1941,
perjuangan dakwah dan politik. Momentum kepergiannya dari Limo Koto akibat dari
kemerdekaan jadi ajang pembuktian masuknya Mahmud Marzuki ke dalam
perjuangan sebuah lembaga. Muhammadiyah
1
telah menjadi salah satu lembaga Islam yang Pengajian yang disampaikan oleh Mahmud
Marzuki mampu menggugah jiwa jama‟ahnya untuk
turut serta dalam perjuangan kemerdekaan
termotivasi, salah satu contoh setelah mendengar
ini. Semua perjuangan ini memiliki warna pengajian Mahmud Marzuki salah seorang jama‟ah
tersendiri. Disinilah kontribusi muncul keberaniannya untuk melakukan perlawanan
Muhammadiyah dapat dilihat. kepada Jepang dengan cara menghalangi Jalan Ke
A. Muhammadiyah dalam Bangkinang, meski ia setelah itu ditembak Jepang.
Nasrun. Wawancara. Tanggal 3 Mei 2013 di
perjuangan sebelum kemerdekaan
Bangkinang
69
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Organisasi Muhammadiyah membawa Tanjung, 1979: 16-17). Proses pendirian


perubahan yang besar dalam dirinya terkait Muhammadiyah yang didirikan di berbagai
pergerakan Muhammadiyah di Minangkabau daerah Limo Koto sebelum kemerdekan RI
dan disaat itu, Mahmud Marzuki bertemu memberi sumbangan besar bagi pejuang
dengan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan dalam perluasan
Muhammadiyah di Minangkabau, seperti Muhammadiyah. Bergabungnya tokoh
Buya Hamka, Buya Alimin dan Buya Rasyid pergerakan memberi kekuatan tersendiri bagi
(Abdul Rivai, 1989: 16). Muhammadiyah bahwa kontribusi
Muhamamadiyah dalam memperjuangkan
Pada tahun 1942 atas permintaan Kemerdekaan Indonesia di Limo Koto dapat
masyarakat Bangkinang dengan perantara dilihat dari keberadaan tokoh-tokoh
Datuk Palo Ia di bawa pulang ke Muhammadiyah sendiri (M. Amin, 1989:
Bangkinang. Langkah pertama yang tanpa halaman).
dilakukan Mahmud Marzuki sekembalinya
dari Payakumbuh adalah memperkuat B. Muhammadiyah dalam
barisan Muhammadiyah dengan cara perjuangan Menjelang Kemerdekan
menyatukan kekuatan-kekuatan masyarakat
semuanya dimaksudkan untuk memperkuat Pada zaman Jepang tersiar berita di
ukhuwah Islamiyyah di dalam menghadapi daerah Limo Koto Kampar bahwa para alim
pemerintahan Jepang. Untuk itupula Ia ulama akan ditangkap dan akan ditahan serta
kemudian kembali aktif berceramah agama diadili. Alasannya karena para alim ulama
untuk membakar semangat rakyat dalam selalu menghasut untuk menentang
menghadapi kedzaliman pemerintahan penjajahan Jepang. Dengan kondisi seperti di
Jepang (Abdul Rivai, 1989: 52). Ranting- atas para ulama dan pemuda begerak secara
ranting Muhammadiyah di kampung- diam-diam, termasuk tokoh yang
kampung seperti Rumbio, Penyesawan, berpengaruh di Kampar seperti Mahmud
Kuok, Kampar terlebih di Air Tiris digerakan Marzuki dan H.M Amin, Malik Yahya (M.
kembali. Air tiris merupakan pusat kegiatan Amin, 1989: tanpa halaman).
Muhammadiyah menggantikan Bangkinang
serta beberapa tokoh lainnya bergerak
selama pendudukan Jepang, ini dikarenakan
secara diam-diam dalam kesatuan yaitu
Air Tiris merupakan tempat berkumpulnya
Gerakan Rahasia yang dipimpin langsung
pimpinan-pimpinan Muhammadiyah pada
oleh Mahmud Marzuki. Gerakan ini
waktu penjajahan Jepang. Mahmud Marzuki
menyebarkan bibit nasionalisme dan anti
mendirikan Kepanduan Muhammadiyah atau
penjajahan. Agama adalah senjata yang
Hizbul Wathan untuk kegiatan pemuda-
ampuh pada saat itu untuk menghimpun dan
pemuda Muhammadiyah. Pada tahun yang
menggerakkan rakyat untuk melawan
sama sekitar tahun 1942 Mahmud Marzuki
penjajahan Jepang. Beberapa langkah yang
mendirikan sekolah sebagai basis
dilakukan oleh gerakan ini seperti : pertama
pengembangan Islam Modernis di
memberi semangat anti keberadaan Jepang di
Bangkinang yakni Sekolah Menengah
Kampar. Kedua, memboikot usaha
Muhammadiyah, yang sekarang menjadi
pengumpulan sebagian hasil panen yang
Sekolah Mualimin Muhammadiyah di
diserahkan kepada Jepang. Pengaturan
Bangkinang (Umar Amin, 1981: 52).
tentang hasil panen rakyat dikelompokan
Tahun 1944 terbentuklah cabang dalam tiga bagian. Bagian pertama disimpan
Muhammadiyah Bangkinang untuk di ladang-ladang sebagai bekal bagi
menyatukan 43 ranting yang tersebar di keluarganya, bagian kedua diperuntukkan
seluruh daerah Bangkinang Gun (Lukas untuk bekal perjuangan dan yang ketiga
diperuntukkan bagi Jepang, namun dicampur
70
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

dengan gabah dan padi hampa. Ternyata hal harinya pada tanggal 5 September, berita
ini berhasil membuat Jepang dikhianati oleh proklamasi tersiar di Air Tiris, lewat
rakyat. Dengan semangat perjuangan dan tempelan pamflet yang ditempelkan orang
anti penguasaan orang kafir di daerah Limo yang datang dari Bukit Tinggi. Tempelan
Koto mengakibatkan masyarakat siap dengan Pamflet Kemerdekaan itu juga terdapat di
keadaan yang tidak dimungkinkan. Inilah pintu kantor Muhammadiyah Bangkinang
peran dan pengaruh tokoh Muhammadiyah (TPP Sejarah Riau Universitas Riau, 2006:
di dalam menyatukan dan membakar 306).
semangat anti penjajahan dan terus berupaya
semaksimal mungkin dalam suatu pekerjaan Adanya pamflet itu mendorong
dalam mengusir penjajahan Jepang dan ini Mahmud Marzuki dan H. Muhammad Amin
adalah perjuangan Jihad yang selalu pergi mencari informasi kebenaran berita
disampaikan oleh Mahmud Marzuki dan tersebut. Kedua tokoh Muhammadiyah
tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya(Umar tersebut pergi menemui kepala kantor Pos
Amin, 1981: 40). dan Telegraf Bangkinang. Ternyata Kepala
Kantor Pos dan Telegraf membenarkan telah
Kondisi Jepang yang tidak seperti mendapatkan berita kemerdekaan, tetapi Ia
biasanya menimbulkan tanda tanya bagi tidak berani untuk menyebarluaskan berita
tokoh masyarakat terutama Muhammadiyah, tersebut karena takut akan ancaman Jepang.
ada hal yang berbeda pada tahun 1945. Hal Diduga teks Proklamasi itu ditempelkan oleh
ini ditandai dengan perubahan sikap dan petugas dari Sumatera Barat yang mulai
tingkah laku Jepang, salah satunya adalah menyebarkan teks tersebut setelah menerima
Jepang berjalan tanpa senjata. Untuk berita resmi dari T.M. Hasan dan Dr. M.
mendapatkan informasi tentang keadaan ini, Amin selaku anggota PPKI dari Jakarta.
maka masyarakat mengutus Mahmud Keduanya datang ke Bukittinggi membawa
Marzuki dan H.M. Amin ke Padang Panjang teks Proklamasi dan Intruksi Pemerintahan
untuk menemui Pimpinan Muhammadiyah Pusat untuk segera membentuk Komite
dan menanyakan tentang situasi yang terjadi Nasional Indonesia. Hari Selasa tanggal 5
pada saat itu. Ada beberapa orang pimpinan September akhir dari Ramadhan 1365 H.
Muhammadiyah pada saat itu diantaranya rabu 6 Sepetember 1945 diadakan Sholat
adalah S.Y Sutan Mangkuto, A.R Sutan Idul Fitri di Lapangan Tengah Sawah
Mansur, dan Datu Sinaro Panjang (Umar Simpang Kubu, Air Tiris. Dalam khutbahnya
Amin, 1981: 40). Mahmud Marzuki menegaskan kepada
seluruh kaum Muhammadiyah dan kaum
Kondisi pertama yang didengar oleh muslimin tentang kepastian Indonesia telah
kedua tokoh Muhammadiyah ini belum Merdeka, bahwa Proklamsi Kemerdekaan
diketahui oleh Pimpinan Muhammadiyah di Indonesia telah diumumkan oleh Soekarno
Padang Panjang, namun semangat dan M. Hatta tangal 17 Agustus 1945 di
perjuangan kemerdekaan sudah terasa bagi Jakarta. Terakhir Khutbahnya Mahmud
tokoh ini. Kedua tokoh Muhammadiyah ini Marzuki mengajak seluruh kaum
kembali lagi ke Bangkinang. Tiba di Muhammadiyah sholat pada waktu itu untuk
Bangkinang pada tanggal 4 September 1945 bersama-sama untuk mempertahankan
pukul 12 malam, langsung menginap di kemerdekaan yang telah di Proklamasikan
kantor Muhammadiyah Air Tiris, setelah tersebut.
makan sahur di Rantau Berangin. Keesokan

71
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Gambar 7. Tokoh Muhammadiyah


Perintis Kemerdekaan Indonesia di Kampar
Mahmud Marzuki H. Muhammad Amin

Sumber : Buku Sejarah Perjuangan Rakyat Kampar


Sebagian besar masyarakat belum membicarakan persiapan menyambut
percaya bahwa Indonesia telah Merdeka, kemerdekaan dan menaikan bendera merah
sebab ada beberapa orang Jepang masih putih. Mulai saat itu mulailah revolusi
bersenjata lengkap. Kemudian Belanda mempertahankan kemerdekaan di daerah
semakin banyak berada di kampung- Bangkinang (M. Amin, 1989: tanpa
kampung sambil berjalan-jalan. Datok Palo halaman).
yang berhasil dipengaruhi Belanda pun ikut-
ikutan mengatakan Belanda akan Pada hari Jum‟at 8 September 1945
memerintah kembali. Sementara itu atau 3 Syawal 1364 H. masih di dalam
informasi tambahan mengenai proklamasi suasana lebaran Idul Fitri diadakan rapat
pun tidak terdengar baik melalui radio akbar, tempat yang digunakan adalah
maupun dari mulut ke mulut. Satu-satunya Sekolah Muhammadiyah Muara Jalai Air
informasi yang diperoleh hanya melalui Tiris dan peserta yang diwajibkan hadir pada
tempelan teks proklamsi di kantor saat itu adalah seluruh anggota
Muhammadiyah dan berita telegram yang di Muhammadiyah Limo Koto Kampar yang
terima Kepala Kantor Pos dan Telegraf dari tergabung di dalam ranting dan cabang
Padang. Begitulah kebingungan masyarakat Muhammadiyah dengan jumlah sekitar 150
di hari raya itu. Namun oleh pimpinan orang. Rapat ini ternyata diketahui oleh
muhammadiyah telah di yakini betul bahwa Jepang, karena itu Jepang melalui kepala
Indonesia memang telah merdeka. Maka Polisi Jepang beserta anggotanya di
selesai sholat „Id itu mereka berkumpul di Bangkinang yaitu Yamamoto datang ke
rumah Gazali Simpang Kubu, guna Muara Jalai untuk membubarkan rapat
72
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

tersebut. Namun salah satu tokoh lapangan muka Kantor Demang


Muhammadiyah ini H.M Amin Bangkinang hari senin tanggal 11
menyongsong Yamamoto untuk September 1945 (Umar Amin,
mengalihkan dan memberitahukan bahwa 1981: 43).
rapat yang diadakah ini lebih ditujukan
kepada Belanda bukan kepada Jepang Pagi hari Ahad pada tanggal 10
dengan berbagai cara H.M Amin lakukan September 1945 Haji Muhammad Amin
agar rapat akbar tetap berlangsung dengan secara pribadi mengibarkan bendera di atap
lancar, meskipun pada akhirnya H.M Amin rumahnya Pasar Usang Air Tiris. Kemudian
ditangkap Jepang bersama 12 pimpinan menugaskan beberapa orang pemuda
lainnya setelah rapat (Abdul Rivai, 1989: 21) menjaganya dan menentang siapapun yang
sementara Mahmud Marzuki tetap terus menyuruh turunkan. Bendera itu dijaga oleh
melangsungkan rapat akbar ini (Umar Amin, Taher Husein, Daud Husein, Tiuban,
1981: 42). M.Yunus, Ismail, Jaya, dan Muhammad
Kumai pemuda yang siap mendukung
Mahmud Marzuki berhasil kemerdekaan dan atas perintah dari tokoh
menelurkan keputusan rapat akbar yang Muhammadiyah sendiri. Pada waktu yang
diadakan di Muara Jalai Air Tiris ini dapat sama pemuda Muhammadiyah juga telah
disimpulkan sebagai berikut : mengibarkan bendera merah putih di Kantor
Muhammadiyah Airtiris, namun Jepang
1. Diyakini telah diumumkan menurunkannya setelah Jepang pergi, A.
kemerdekaan Indonesia dan Malik Yahya, Jaya dan Haji Ja‟far
dengan secepatnya mungkin mengibarkannya kembali (TPP Sejarah
menaikan bendera merah putih di Universitas Riau, 1989: tanpa halaman).
pusat pemerintahan Bangkinang Pengibaran bendera ini tercium oleh Jepang,
dan dengan sepihak Jepang memerintahkan
2. Menyambut lahirnya
untuk menurunkan bendera tersebut, namun
kemerdekaan tanah air Indonesia
dengan semangat kepahlawanan dalam
dengan bersyukur kepada Allah
memperjuangkan dan semangat jihad yang
swt serta bertekad bulat
dimiliki pemuda tersebut, perlawanan dalam
menentang segala rintangan dan
bentuk kata-kata justru berbalik kepada
hambatan
Jepang, dengan waktu yang tidak terlalu
3. Rela memberikan pengorbanan lama Jepang meninggalkan daerah tersebut.
harta benda dan nyawa sekalipun Salah satu bentuk perlawanan kecil yang
untuk mempertahankan dikobarkan oleh tokoh Muhammadiyah
kemerdekaan kepada para pemuda di dalam menghadapi
kaum kafir yang berupaya untuk
4. Memberi intruksi kepada seluruh menurunkan bendera Merah Putih di Airtiris
masyarakat supaya bersama-sama (M. Amin, 1989: tanpa halaman).
hadir pada upacara bendera di

73
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Gambar 8.
Pengibaran Bendera di kediaman HM Amin Pengibaran Bendera di Ranting Muhammadiyah

Pasar Usang Airtiris Air Tiris

Sumber : Koleksi Ahmal tahun 2011


Mahmud Marzuki dan H. melanjutkan kembali perjalanan ke
Muhammad Amin menemui ketua Chu Tanjung Belit yang saat itu di daerah ini
Sangi Ka (Gusti Asnan,2006: 11) Riau sedang berlangsung wirid pengajian
yang pada saat itu diketuai oleh Muhammadiyah yang bertempat di
Aminuddin. Mahmud Marzuki datang atas Mushala Aisyiah Tanjung Belit. Kegiatan
nama anggota Chu Sangi Kai mewakili ini dihadiri oleh seluruh ranting
Bangkinang. Dalam pertemuan tersebut Muhammadiyah yang berada di Airtiris.
Aminudin mengatakan belum menerima Malam itu Mahmud Marzuki
informasi tentang proklamasi. Mendengar menyampaikan hasil perjalanannya
jawaban tersebut Mahmud Marzuki dan H. bersama H. Muhammad Amin ke
Muhammad Amin terus menuju Teratak Pekanbaru dan Teratak Buluh dan
Buluh. Di sini mereka menemui Tamin mengulangi kembali hasil rapat di Muara
Ibrahim dan dua orang temannya yang Jalai bahwa perjuangan untuk
lain. Mereka mempersiapkan kedua tokoh mengibarkan bendera merah putih akan
Muhammadiyah ini untuk kembali ke tetap dilaksanakan. semua anggota
Airtiris. Kedua tokoh Muhammadiyah Muhammadiyah bertekad untuk
inilah yang menyebarluaskan berita mempertahankan kemerdekaan (M. Amin,
kemerdekaan Indonesia ke daerah Kampar, 1989: tanpa halaman).
sekembalinya mereka ke Airtiris, mereka

74
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Gambar 9. Mushalla Aisyiah Tanjung Belit Air Tiris tempat Mahmud Marzuki membakar
semangat masyarakat tentang kemerdekaan

Sumber : Koleksi Ahmal Tahun 2011


Pada malam harinya dikirim pemuda untuk menunggu masyarakat lainnya.
Muhammadiyah ke setiap ranting Keadaan yang penuh sesak dan diramaikan
memberitahukan bahwa hari Senin esoknya dengan suara genderang dan Drum Band dari
akan tetap dilaksanakan penaikan bendera Barisan Hizbul Wathan (HW) Penyesawan
merah putih. Ketua pemuda pada waktu itu dan Tanjung Belit yang saling bersahut-
adalah H. Muhammad Yusuf Datuk Angkai, sahutan, gegap gempita seakan dilambangkan
Melalui para pemuda Muhammadiyah secara oleh H.Muhamamd Amin dalam tulisannya
bergerilya menyampaikan kepastian akan ini yang berbunyi,
pelaksanaan pengibaran bendera merah putih.
Seperti ke daerah Kuok, Salo, Bangkinang, “seakan membelah bumi sorak-sorai
Terantang, Danau Bingkuang, Kampar dan pekik merdeka bergema disetiap
Rumbio untuk menemui seluruh ranting sudut. Anak-anak berlompatan kesana
Muhammadiyah yang ada M.Amin, 1989: sini melebihi kegirangan pada hari
tanpa halaman). raya”(M. Amin, 1989: tanpa
halaman).
Semenjak hari Senin pagi tanggal 11
September 1945 masyarakat berduyun-duyun Tepat pada saat perencanaan
datang ke lapangan depan kantor Demang pengibaran bendera akan dilaksanakan yang
(Badruzzaman Busyairi, 1985: 189) yang sudah dihadiri seluruh ranting Muhammadiyah dan
dijaga ketat oleh serdadu Jepang dengan nagari yang ada di Limo Koto. Termasuk juga
bayonet terhunus (Umar Amin, 1981: 43). pemuda Muhammadiyah yang berasal dari
Sebagian besar masyarakat memanfaatkan Kuok hingga Penyesawan (TPP Sejarah Riau,
sekolah Muhammadiyah (Mualimin 1976: 307). Dijelaskan oleh H.M Amin
Kumantan) sebagai tempat perlindungan dan bahwa,

75
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Mahmud Marzuki berpidato untuk 7. A. Malik Yahya :


meyakinkan berkali-kali termasuk Tanjung Belit ( Muhammadiyah)
menjelang pengibaran bendera merah
putih. Dengan suara lantang dan keras 8. Taher :
yang kurang lebih didengar oleh 2000 Simpang Kubu
hadirin. Beliau mengajak agar seluruh
9. Harun Madjid :
masyarakat yang hadir bertekad
Batu Belah
mempertahankan Merah Putih tetap
ditiangnya” Sekali merah Putih 10. Hamzah :
berkibar di tiang tengah lapangan ini Muara Jalai
berarti itu untuk selamanya. Mari kita
pertahankan meskipun kita yang 11. H. Abdullah Sani
menjadi korban karenanya” seakan- :Kampung Panjang Air Tiris
akan meneteskan air mata Mahmud
Marzuki mengakhiri pidatonya. 12. Hamzah Yunus :
Kuok (Muhammadiyah)
Setelah berakhirnya pidato Mahmud
Marzuki tibalah saatnya untuk menaikkan Tanda tangan di atas bendera yang
bendera merah putih yang telah disiapkan akan dinaikan sebagai ungkapan kegembiraan
oleh Bandaro. Dua orang yang tampil berasal dan pernyataan tekad siap untuk menentang
dari anggota Nasyiatul Aisyiah, yaitu Anizar kepada siapapun yang berani menurunkannya.
(kemudian menjadi isteri Nyoto Abidin) dan Sebelum dinaikan bendera diserahkan kepada
si Yul membawa carano berisi bendera merah A. Malik Yahya untuk diikatkan pada tali,
putih dan menyerahkan kepada Mahmud selanjutnya ditarik dengan iringan lagu
Marzuki. Bendera itu dihamparkan di atas Indonesia yang dipimpin oleh Nazir. P.S.
meja lalu ditandatangani oleh seluruh tepat pukul 11.00 dengan cuaca mendung
pimpinan ranting Muhammadiyah dan pada saat itu, secara perlahan-lahan bendera
pimpinan Nagari yang hadir pada saat itu. merah putih terus naik dan meninggalkan
Diantara tokoh yang menandatangani bendera Malik Yahya menuju puncak tiang mengikuti
merah putih yang diketahui oleh H. irama lagu. Pada hari yang sama, Belanda
Muhamamad Amin dalam tulisanya adalah pernah ditawan di Stanum dan di Getah Putih
sebagai berikut : juga menaikan benderanya di Kantor
Controleur lama (Hasan Basri, 1985: 42-43).
1. Mahmud Marzuki : Keadaan demikian menambah keraguan
Bangkinang (Muhammadiyah) masyarakat tentang kemerdekaan. Walaupun
demikian atas perintah para tokoh
2. Haroen Datuk Penghulu Rajo : Muhammadiyah dan pimpinan lainnya di
Terantang Bangkinang, mewajibkan masyarakat untuk
mengibarkan bendera merah putih disetiap
3. Engku Musa :
rumahnya (M.Amin, 1989: tanpa halaman).
Tambang
C. Muhammadiyah dalam
4. Khatib Ma‟aki :
perjuangan mempertahankan
Kampar
Kemerdekaan
5. Engku Sutan Abdul Hamid :
Setelah pengibaran bendera merah
Penyesawan (Muhammadiyah)
putih di Lapangan Bangkinang, masyarakat
6. H. Muhammad Amin : dengan semangat kemerdekaan menyatakan
Tanjung Belit ( Muhammadiyah) kesiapannya untuk mempertahankan
76
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

kemerdekaan. Pada awal kemerdekan, untuk membentuk kepengurusan Pemuda


Muhammadiyah menyambut Proklamasi dan Republik Indonesia atau PRI dengan struktur
memprakarsai berkibarnya bendera di kepengurusan sebagai berikut :
Bangkinang, tetapi tetap bertanggung jawab
atas tindakan yang telah dilakukan 1. Ketua I : Burhanudin
Muhammadiyah. Usaha pertama yang
2. Ketua II : H.M Amin
dilakukan untuk mempertahankan merah
putih adalah mengambil alih kekuasaan dari 3. Sekretaris I : A. Malik
Gun Co Djamaludin Bagindo Basa (Sejarah Yahya
Daerah Riau, 1986: 212-213). Penjagaan
keamanan dilakukan oleh Muhammadiyah 4. Sekretaris II : M. Khaiyat
secara bergantian setiap malam oleh anggota
disetiap ranting. Kantor cabang 5. Bendahara : Harus Salam
Muhammadiyah menjadi pusat informasi, 6. Keuangan : H. Abdul
administrasi dan kegiatan pemerintahan. Hamid Taiwan (M. Amin, 1989:
Tindakan demikian sengaja diambil dengan tanpa halaman).
mengingat Belanda dan Jepang seakan-akan
berlomba memperlihatkan kekuasaan. Usaha Anggota PRI Bangkinang berjumlah
kedua yang dilakukan oleh tokoh 40 orang. Anggota-anggota PRI dipilih dari
Muhammadiyah adalah berupaya untuk pemuda-pemuda yang memiliki semangat
mengambil simpati rakyat agar memihak juang yang tinggi, sebab ia ditugaskan untuk
kepadanya dan tidak menentang proklamasi. berperang. Anggota itu berasal dari Kuok 1
Untuk mengatasi hal tersebut, Orang, Salo 5 orang, Bangkinang 10 orang,
Muhammadiyah memberanikan diri untuk Airtiris 15 Orang, Danau Bingkuang 5 orang
mengambil alih kekuasaan (M. Amin, 1989: dan dari negeri Kampar 5 orang. Mereka
tanpa halaman). dilatih oleh pelatih Ahli Namat Ladjib dan M.
Noer yang pernah mengikuti Jepang ke
Kemudian setelah diperolah berita sekeliling Asia sebagai anggota Gyugun dan
bahwa di Pekanbaru telah terbentuk Pemuda Heiho (Ahmad Yusuf, 2004: 227).
Republik Indonesia (PRI), maka
Muhammadiyah mengutus A. Malik Yahya Anggota PRI inilah yang melanjutkan
untuk menemui Letkol Hasan Basri guna penjagaan keamanan di Bangkinang yang
memperoleh petunjuk-petunjuk yang sementara menunggu pemerintahan yang
diperlukan untuk membentuk PRI dan defenitif, lima belas orang setiap malam
memulihkan keamanan. Setelah memperoleh bergiliran yang dalam patrolinya mereka
bekal yang dibutuhkan, Hasan Basri diberikan senjata bambu runcing, tombak dan
mengantarkn A. Malik Yahya untuk menemui kelewang atau Pedang. Mereka siap
Basrul Djamal Ketua Umum PRI Riau di mempertahankan Proklamasi kemerdekaan
Pekanbaru. Setelah pertemuannya dengan jika ada serangan Belanda dan Jepang. Setiap
Letkol Hasan Basri maka dibentuklah PRI di malam mereka tetap diawasi oleh pimpinan
Bangkinang (Ahmad Yusuf, 2004: 177). Muhammadiyah seperti Mahmud Marzuki,
Prioritas yang diutamakan untuk dijadikan H.M. Amin dan A. Malik Yahya. Tidak
sebagai keanggotaan PRI adalah orang berapa lama setelah terbentuknya pengurus
Muhammadiyah, setelah tiba di Bangkinang dan anggota PRI Cabang Bangkinang,
A. Malik Yahya mengumpulkan anggota turunlah perintah dari pusat untuk merubah
Muhammadiyah yang bertempat di Sekolah PRI menjadi TKR (Ahmad Yusuf: 2004:
Rakyat Bangkinang tempat diadakannya 255).
Musyawarah Besar tanggal 10 Oktober 1945
77
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Untuk menjalankan roda Yaitu pemuda-pemuda dubalang ninik


pemerintahan di bentuk Komite Nasional mamak setiap negeri. Maka banyak pemuda-
Indonesia (KNI) Kewedanaan Bangkinang. pemuda yang tertarik menjadi BKR/TKR
Anggotanya diambil dari seluruh negeri, yang kemudian mereka aktif dalam TNI dan
setiap unsur dan golongan. Ada yang berasal Kepolisian M.Amin, 1989: tanpa halaman).
dari ninik mamak, alim ulama, pemuka
masyarakat, pimpinan organisasi dan lain- Kondisi pasca kemerdekaan yang
lain. begitu pelik mengakibatkan tokoh
Muhammadiyah dalam pergerakan
Stuktur KNI Kewedanaan Bangkinang terdiri kemerdekaan ini mendapat penyiksaan
dari : terhadap diri mereka diantaranya adalah
Mahmud Marzuki dan H. Muhammad Amin.
Ketua : Mahmud Berawal dari perlakuan kasar orang Jepang di
marzuki (Muhammadiyah) Danau Bingkuang dengan kondisi masyarakat
dalam semangat kemerdekaan konflik
Ketua I : H. M. Amin
berdarah setelah kemerdekaan terjadi
(Muhammadiyah)
mengakibatkan belasan tentara Jepang
Ketua II : Djamat Dt. dibunuh oleh oleh pemuda lebih kurang 13
Majolelo tentara Jepang dikuburkan dan selebihnya
dibuang ke sungai Kampar. Tuntutan Jepang
Sekretaris I : Zakaria Dt. atas perbuatan pemuda inilah mengakibatkan
Patih tokoh Muhammadiyah yang berada di daerah
Limo Koto ditahan oleh Jepang. Ultimatum
Sekretaris II : M. Nasir yang disampaikan Mayor Kobayashi dan
(Muhammadiyah) Kapten Takohashi sebagai berikut :
Bendahara : Botok 1. Penangkapan semua orang yang
Penerangan : A. Malik terlibat dalam peristiwa yang
yahya (Muhammadiyah) menyebabkan terbunuhnya
belasan tentara Jepang.
Anggota KNI berjumlah 30 orang,
diantaranya adalah Abd. Rahman Palembang, 2. Supaya dikembalikan semua
Ya‟kub Dt. Bandaro Mudo, Dr. Setiarjo, senjata yang dirampas dari Jepang
Riva‟i, Na‟im dan lain-lain. KNI diberi oleh rakyat
wewenang untuk memegang kekuasaan. 3. Belasan mayat tentara Jepang
Mereka bertugas menyusun dan menetapkan yang dikubur dan dibuang harus
wali-wali negeri atau penghulu, membuat dikembalikan (M. Amin, 2006:
poster dan pengumuman untuk 84).
disebarluaskan. Kantor-kantor pemerintahan
Jepang dimanfaatkan menjadi kantor Dengan kekuatan penuh Jepang
pemerintah RI. Semua kegiatan pemerintahan menangkap tokoh Muhammadiyah dan
diatur oleh KNI, Tetapi kegiatan administrasi pimpinan pergerakan kemerdekaan seperti
di awal kemerdekaan ini belum berjalan Wedana Bangkinang yaitu Bachrun Syah,
lancar karena pengawalnya sibuk dalam Mahmud Marzuki (Ketua KNI), H.
revolusi mengintip kegiatan-kegiatan Jepang. Muhammad Amin (Wakil ketua KNI2 dan
Komite Nasional Indonesia Kewedanaan
Bangkinang juga bertugas menggembleng 2
Sebagai Ketua II Daerah Kewedanaan
pemuda untuk menjadi anggota BKR/TKR. Bangkinang pada tanggal 27 Agustus 1945 adalah
H.Muhammad Amin. Lihat Abdul Riva‟i. Riwayat
78
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Ketua PRI), Agustar (kepala Polisi), Minangkabau sempat memuji kecerdasan dan
Bachktiar (anggota keamanan rakyat) dan kepiawaian kerja keras Mahmud Marzuki,
Darakan (polisi) serta beberapa orang lainnya ada dua tokoh Muhamamadiyah yang sama
yang berjumlah sekitar 13 orang. Penahanan dalam tingkat kepandaianya, pertama adalah
ditempatkan di tahanan Pekanbaru, putera Simabur Batu sangkar, dan yang kedua
penyiksaan sangat berat dirasakan oleh adalah putera Limo Koto Mahmud Marzuki,
pimpinan pergerakan kemerdekaan ini pujian ini cukup beralasan di lihat dari kerja
terlebih Mahmud Marzuki dan Muhammad keras yang dilakukan oleh Mahmud Marzuki
Amin, mengakibatkan beliau muntah darah. dan kecerdasannya dalam berdakwah M.
Ada beberapa pimpinan Muhammadiyah Amin, 2006: 92).
yang belum tertangkap, namun kumpetai terus
mencarinya, beberapa tokoh Muhammadiyah
dan tokoh pergerakan lainnya tetap
mendapatkan penyiksaan yang sama. Berbeda
dengan tokoh Muhammadiyah seperti Malik
Yahya dan H. Ja‟far mereka melakukan
strategi dalam persembunyiannya seperti tidur
dipinggir sungai Kampar pada semak belukar
di Kampung Pulau tengah Air Tiris dengan
membuat lobang dalam pasir setinggi badan,
kemudian ditimbun sampai leher dan
dilobang tersebut mereka bersembunyi
selama empat hari (M. Amin, 2006: 90).
Upaya untuk mengeluarkan tokoh
Muhamamdiyah dan tokoh pergerakan terus
dilakukan oleh tokoh yang tidak ditawan oleh
Jepang, upaya yang dilakukan adalah
mengadakan diplomasi dengan KNI (Hasan
Basri, 1985: 61) yang berada di Pekanbaru.
Beberapa waktu kemudian berhasil
membebaskan para tawanan dengan waktu
pembebasan yang berbeda-beda. Penyiksaan
yang dirasakan oleh beberapa tokoh
Muhammadiyah seperti Mahmud Marzuki
mengakibatkan beliau sakit-sakitan. Namun
banyak yang Ia lakukan setelah keluar dari
tahanan dengan kondisi sakit Ia masih bisa
mendirikan Hizbullah Muhammadiyah di
Tanjung Belit Air tiris tepatnya di samping
Mushala Aisyiah. Interaksi Mahmud Marzuki
dengan tokoh Muhammadiyah Minangkabau
sempat terjadi disaat pendirian Hizbullah
tersebut. Hamka yang datang atas nama
pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Hidup Tokoh Perintis Kemerdekaan Kabupaten


Kampar. Bangkinang: TP2SK Kec. Bangkinang, 1989,
hal. 20.
79
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Tabel 6. Daftar Nama-Nama


Anggota Barisan Hizbullah Muhammadiyah (Hizbul Wathan)
Kewedanaan Bangkinang

No Nama Tempat tinggal Keterangan

1 Namat Lajib Kuok

2 Abdul Wahid Airtiris

3 Nur Husin Payakumbuh

4 M. Nur Bangkinang

5 Effendi Bangkinang

6 Yusuf Tanjung Belit

7 Pono Tanjung Belit

8 M. Nur Tanjung Belit

9 Hakim Tanjung Belit

10 Urin Tanjung Belit

11 Kasim Tanjung Belit

12 Nengken Tanjung Belit

13 Barip Tanjung Belit

14 Diri Tanjung Belit

15 Awang Tanjung Belit

16 Hasyim Bangkinang

17 Zainal Abidin Kuok

18 Usman Bath Kuok

19 Lasyim Kuok

20 Mansyur Kuok

21 Dari Kuok

22 Amat Yunus Kuok

80
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

23 Arik Batu Belah

24 Nilai Batu Belah

25 Jalil Batu Belah

26 Berahim Batu Belah

27 Umar Batu Belah

28 Buyung Bawa Batu Belah

29 Si Umar Batu Belah

30 Badu Batu Belah

31 Salam Batu Belah

32 Anas Batu Belah

33 Ayub Batu Belah

34 Duani Batu Belah

35 Marzuki Batu Belah

36 Taher Batu Belah

37 Usman Batu Belah

38 Abu Samah Batu Belah

39 Abu Samah Penyesawan

40 Darwis Maaf Gobah

41 Zulkarnaini Abusamah

42 Jalib Gobah

43 Haidin Gobah

44 Yaakub Gobah

Sumber: H.M. Amin. “Sekilas Sejarah (memoire) tentang Sejarah Rakyat Kampar dan
Sekitarnya Ketika Merebut/Mengisi Kemerdekaan Indonesia tahun 1900-1968. Airtiris: tanpa
halaman, 1989, hlm. tanpa hlm.

Daftar Pustaka
Alfian, Politik Kaum Modernis Perlawanan Muhammadiyah Terhadap Kolonialisme
Belanda. Jakarta: Gajah Mada Univeersity Press, 2010

81
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Amin. H.M. dkk., Sekilas Sejarah tentang Sejarah Pejuangan Rakyat Kampar dan Sekitarnya
Ketika Merebut/Mengisi Kemerdekaan Indonesia Tahun 1900-1968. Air Tiris:
Tanpa Penerbit, 1989.
______________, Sejarah Perjuangan Rakyat Kampar. Bangkinang: Tanpa Penerbit, 2006
Asany, Ali Munir., Madrasah Diniyah di Kampar. Pekanbaru: L.P. IAIN SUSKA, 1985.
Asany, Ali Munir., dkk, Sinar Sang Surya di Bumi Lancang Kuning Sejarah dan
Pembaharuan Muhammadiyah Riau. Pekanbaru: PWM Riau, 2010.
Asnan, Gusti., Pemerintahan Sumatera Barat Dari VOC Hingga Reformas. Yogyakarta:
Citra Pustaka, 2006.
Basri, Hasan., Menegakkan Merah Putih di Daerah Riau menyambut 40 Tahun Merdeka.
Pekanbaru: Yayasan MSI Daerah Tingkat I, 1985.
Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan
Jepang. Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 1985.
Budiarjo, Miriam., Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: PT
Gramedia, 1981.
Burger, D.H., Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Djakarta: P. N. Pradnja Paramita d/h.
J.B. Wolters, 1960.
Campbell, William., Form and StyleTheses, Reports, Tem Papers. Boston: Houghton Miffin
Company, 1986.
Hussein, Ahmad. Dkk., Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I di Minang Kabau / Riau 1945
– 1950. Pekanbaru: BPSIM Jakarta,1991.
Jamil, Taufik Ikram., Dkk, Dari Percikan Kisah Membentuk Provinsi Riau. Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau, 2001.
Kementerian Penerangan, Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah.
Kuntowidjojo, Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia:
Mitos,Ideologi, dan Ilmu. Yogyakarta: Shalahuddin Press,1994.
Laporan tahun 1954 Djawatan Penerangan Provinsi Sumatera Tengah.
Majelis Diktilitbang dan LPI, I Abad Muhammadiyah Gagasan Pembaruan Sosial
Keagamaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.
Maris, Masri., Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta: KITLV
Jakarta,2011.
Pasha, Mustafa Kamal dan Darban, Ahmad Adaby., Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
dalam Perspektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: LPPI, 2003.
Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005.
Robert, Mirsel, Teori Pergerakan Sosial Kilasan Sejarah dan Catatan Bibliografis.
Yogyakarta: Naili Printika, 2004.
Suminto, Aqib., Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES, 1985.
Sutarmo, Studi Tentang Pandangan dan Pemahaman Dari Sudut Keagamaan Pada
Masyarakat Kampar. Pekanbaru: P.P. IAIN SUSKA, 1999.
_______, Muhammadiyah Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2005.
Suwarno, Relasi Muhammadiyah, Islam, dan Negara Kontribusi Muhammadiyah dalam
Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Thohari, Hajriyanto Y., Muhammadiyah dan Pergulatan Politik Islam Modernis. Jakarta:
PSAP Muhammadiyah, 2005.
Tim Universitas Riau, Sejarah Riau Masa Kolonialisme hingga Kemerdekaan. Pekanbaru:
Sutra Benta Pustaka, 2006.

82
Suluah, Vol. 16, No. 20, Juni 2015

Tim Universitas Riau, Sejarah Riau Masa Revolusi Kemerdekaan–Orde Baru. Pekanbaru:
Sutra Benta Pustaka, 2006
TPP Sejarah Riau Unri, Sejarah Riau. Pekanbaru: tanpa penerbit, 1976.
Tohirin. Dkk, “Pesantren dan Ulama di Kampar: Studi Dalam Rangka Mewujudkan
Kabupaten Kampar Sebagai Wilayah Serambi Mekkah” Laporan Penelitian,
Pekanbaru: LPP IAIN Suska, 2003.
Umar Amin, “Peranan Mahmud Marzuki Dalam Perjuangan Kemerdekaan di Daerah
Kampar” Laporan Penelitian, Pekanbaru: LPP Universitas Riau, 1982.
Waryati, Sri. Dkk., Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Aceh. Banda Aceh: BKSNT
Banda Aceh, 2005.
Yusuf, Ahmad. Dkk., Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002. Pekanbaru: Sutra Benta
Pustaka, 2006.
Yusuf J, Muhammad., Sekilas Sejarah Singkat Muhammadiyah Penyesawan. Penyesawan:
Tanpa Penerbit, 1984. PRM Penyesawan
Zul Asyri LA, “Pandangan Tokoh-Tokoh Muhammadiyah Riau Tentang Islam Politik di
Indonesia Pasca Modernitas” Laporan Penelitian, Pekanbaru: P.P. IAIN SUSKA,
2001.

83

Anda mungkin juga menyukai