Anda di halaman 1dari 50

PERANCANGAN

MESIN PENCETAK BRIKET BATUBARA

3.1

Penjabaran tugas dan Spesifikasi perancangan


Tahap ini meliputi pengumpulan informasi tentang syarat-syarat yang

akan dipenuhi oleh solusi masalah tersebut dan juga batasanya. Dalam memulai
perancangan membutuhkan

informasi terutama tentang bahan batubara yang

ada. Dari bahan baku batubara yang sedang dikembangakan yaitu batubara yang
diproduksi dipalimanan mempunyai spesifikasi tertentu, dimana batubara berupa
campuran antara batubara dengan kadar air 15%, bagas tebu dengan kadar air
10% dan kapur dengan perbandingan 70:19:5 %. Bahan baku ini merupakan
bahan baku yang akan digunakan dalam perancangan mesin pembuat briket
batubara, karena disamping kadar air rendah, mudah dinyalakan, juga emisi
yang dikeluarkan masih dibawah ambang batas dan sangat ekonomis sebagai
bahan bakar industri maupun rumah tangga.
Dalam perancangan mesin pembuat briket ini juga kuat tekan briket yang
2

kan dihasilkan adalah sekitar 60 100 kg /cm , harga ersebut merupakan hasil
dari pengujian dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral.
Setelah kita mengetahui informasi tentang briket batubara yang akan kita
buat, maka selanjutnya kita membuat spesifikasi perancangan, yang dapat dilihat
pada tabel 3.1 spesifikasi perancangan dari mesin cetak batu bara

Tabel 3.1 Spesifikasi Perancangan

No
1

Penggolong
an
Geometri

K/ H
H

Persyaratan
-

Kinematika

K
K

Gaya

K
H

Energi

Material

K
H

Produksi
atau
pembuatan

Operasi dan K
perawatan
H

(1)

Keseluruhan dimensi sistem mempunyai


besar maksimum tertentu.
Dimensi seringkas mungkin atau tidak
terlalu besar
Mesin pencetak briket bersifat mekanik.
Mekanisme bersifat otomatis.
Cetakan dapat diganti (bentuk cetakan
dapat berbeda-beda).
Posisi mekanisme akhir dapat dicapai
dalam waktu tertentu.
Dalam satu siklus terdiri dari tiga proses
yaitu pemasukan bahan baku, pencetakan
(pembentukan) dan pengneluaran briket.
Mekanisme pemasukan dan pengeluaran
bahan baku secara alami (menggunakan
gravitasi).
Reduksi putaran tidak terlalu besar.
Kerugian
akibat
gesekan
sekecil
mungkin.
Tidak terjadi sentakan pada mekanisme.
Gerak imput rotasi.
Deformasi plastis dihindarkan
Mampu menahan momen.
Gaya yang dibutuhkan sekecil mungkin.
Getaran sekecil mungkin.
Energi imput rotasi sekecil mungkin.
Efisiensi penggunaan energi sebasar
mungkin.
Sumber energi mekanik dari motor
listrik.
Material yang dipakai mudah diperoleh
dipasaran.
Harga material yang digunakan semurah
mungkin.
Material tahan korosi
Menggunakan material dan komponen
standar
Dapat dibuat dengan mesin kompesional.
Tiap komponen dapat dibuat terpisah.
dapat dioperasikan oleh satu orang
biaya perawatan sekecil mungkin.
Jangka waktu perawatan cukup lama.

Jumlah dan K
bentuk
produk yang H
dapat
dihasilkan

3.2

Perancangan mesin Konsep

3.2.1

Penentuan masalah utama

Pemasangan atau pergantian cetakan


dapat dilakukan dengan mudah.
dapat melayani beberapa bentuk produk
briket (bermacam-macam ukuran).
Jumlah produk per satuan waktu yang
dihasilkan sebanyak mungkin.
Bentuk produk yang gagal sekecil
mungkin.

Perancangan dengan konsep meliputi pembuatan struktur-struktur fungsi


dan

mencari

prinsip-prinsip

pemecahan

masalah

yang

cocok

untuk

dikombinasikan sehingga menjadi consept variant.


Maka spesifikasi diatas dapat disederhanakan menjadi :
-

mesin bersifat mekanik

mekanisme bersifat otomatis

cetakan dapat diganti (dapat membentuk beberapa bentuk briket)

pada satu siklus terdiri dari pemasukan bahan baku, proses cetakan dan
proses pengeluaran

deformasi plastis dihindarkan

dapat dioperasikan oleh satu orang

dapat melayani beberapa bentuk produk briket ( beberapa ukuran)

Dari data diatas dapat direduksi lagi dengan cara mengubah data kuantitatif
menjadi data kualitatif dan bersifat umum, maka disederhanakan lagi mejadi :
-

dapat melayani beberapa bentuk produk briket

mekanisme secara mekanik dan otomatis

mekanisme pada satu siklus terdiri dari pemasukan bahan baku proses
cetak dan proses pengeluaran produk.

Akhirnya tugas utama perancangan dapat diformulasikan sebagai berikut :


Buat mesin pencetak briket batubara yang dapat membuat beberapa bentuk
briket, dengan mekanisme pada satu siklus terdiri pemasukan bahan baku, proses
cetak dan proses pengeluaran

secara otomatis, serta mekanisme bersifat

mekanik.

3.2.2

Pembuatan struktur fungsi, fungsi keseluruhan, sub fungsi

3.2.2.1 Fungsi keseluruhan


Secara garis besar fungsi keseluruhan mesin pembuat briket batu bara
dapat dinyatakan seperti gambar 3.1 dibawah ini :

E listrik
Bahan baku

Mesin pencetak
briket batu bara

Briket batubara

Gambar 3.1 fungsi keseluruhan dari mesin pencetak briket

(1)

3.2.2.2 Fungsi keseluruhan dengan beberapa sub fungsi


Pada gambar 3.2 dapat dilihat bahwa input energi berupa listrik , energi
tersebut diubah menjadi energi mekanis yang menggerakan mekanisme mesin

yaitu antara lain mekanisme pemasukan bahan baku, mekanisme pencetakan dan
mekanisme pengeluaran.
Bahan baku akan dimasukan kedalam tempat pemasukan, dengan mekanisme
pemasukan bahan baku dimasukan kedalam cetakan kemudian dicetak, lalu
dengan mekanisme pengeluaran hasil cetakan dikeluarkan berupa briket batu
bara.

Elistrik

Ubah
energi
kerja
poros
Mekanisme
pemasukan
Bahan baku

Batu
Bara

Tempat
pemasukan
bahan baku

Mekanisme
pencetakan

Cetakan

Mekanisme
pengeluaran
briket batu
bara

Keluaran
briket batu
bara

Gambar 3.2 struktur fungsi mesin pencetak briket

Briket

Maka secara garis besar struktur dapat disederhanakan menjadi :

Ubah
energi
menjadi
kerja poros

Elistrik

Mekanisme
pemasukan,
pencetakan dan
pengeluaran

briket

Bahan baku

Gambar 3.3 fungsi dari tugas perancangan

Em Simpan

El
Ubah

energi

Redusi
torsi
dan
kec.put
Mekanisme
penumbuk
cetakan

Bahan
Baku

Ubah poros
mejadi
tegak lurus
Ubah kecepatan
putaran menjadi
terputus-putus

Cetak

briket

El

Ubah

Em

Reduksi
torsi dan
kec.
putar

Ubah
arah
putar
cetakan
Mekanisme pencetak

Bahan
Baku

briket
Cetak

El

Reduksi
kecepatan
cetakan

Reduksi torsi

Ubah

Em dan kec.
putaran

Mekanisme
pencetak

Mekanisme
cetakan

Bahan
Baku

briket
cetak

El

Ubah

Em

Reduksi
torsi dan
kec. putaran

Ubah kec
cetakan

Simpan energi

Mekanisme
penumbuk
cetakan

Bahan

Mekanisme
cetakan

Baku

briket
cetak

Gambar 3.4 struktur-struktur fungsi varian

Sub fungsi-fungsi utama untuk menjalankan fungasi keseluruhan yang kompleks


tersebut adalah :
-

ubah input energi listrik tersebut menjadi energi mekanik (kerja poros)

Reduksi kecepatan putar dan torsi

Mekanisme penumbuk mekanisme

cetakan ubah arah putaran

ubah poros agar tegak lurus

ubah kecepatan putaran menjadiputaran terputus-putus

3.2.3

Pengkajian prinsip-prinsip solusi masalah


Dari struktur fungsi maka dapat dibuat prinsip pemecahan masalahnya

(lihat tabel 3.2) yaitu :


Tabel 3.2 prinsip pemecahan masalah

Prinsip
pem.mas
Sub fungsi
Ubah
1
E.listrik
E.mekanik

N
o

Motor
AC/induksi

Motor
sinkron

Motor DC

Ubah torsi
dan kec.
2 Putaran

Roda gigi

Roda gigi
miring

roda gigi
cacing

Simpan
energi

Dengan
roda gila

Dengan
pegas

Dengan E.
potensial

Ubah
kedudukan
4 poros (tegak
lurus)

Roda gigi
cacing

Roda gigi
kerucut

Roda gigi
spiral

Ubah kec
putaran agar
5 terputusputus

Dengan
roda gigi

Roda
geneva

Rachet

Ubah arah
penumbuk

Dengan
roda gigi

Puli dan
sabuk

Rantai dan
sproket

Mekanisme
penumbuk

Mekanisme
engkol torak

Mekanisme
cetakan
berputar

Mekanisme
pencetak
berupa roda

Mekanisme
cetakan

Cetakan
berputar

Cetakan
kompeyer

Cetakan
dinding
silinder

Puli
dan
sabuk

Rantai
dan
sproket

3.2.4

Penggabungan prinsip solusi masalah kedalam fungsi keseluruhan


Tabel 3.3 penggabungan prinsip solusi

Prinsip
pem.mas
Sub fungsi
1 Ubah
E.listrik
E.mekanik

N
o

Ubah torsi
dan kec.
2 Putaran

Simpan
energi

Ubah
kedudukan
4 poros (tegak
lurus)
Ubah kec
putaran agar
5 terputusputus

Ubah arah
penumbuk
Mekanisme
penumbuk
Mekanisme
cetakan

5 6 7 8

1 2 3 4 11 12 9 10

3.2.5

Menyeleksi penggabungan kombinasi yang mungkin


untuk menghasilkan mesin briket yang memenuhi kebutuhan , ada

beberapa kombinasi untuk melaksanakan tugas tersebut. Kombinasi tersebut


disebut consept variant. Pada gambar diatas dapat diambil variantvariant yang
mungkin dapat dibuat yaitu :
o varian 1 : 1.1 - 1.2 - 1.3 - 1.6 - 1.7 - 2.8
o varian 2 : 1.1 - 1.2 - 1.3 - 2.6 - 1.7 - 2.8
o varian 3 : 1.1 3.2 - 1.3 - 1.6 - 1.7 - 2.8
o varian 4 : 1.1 3.2 - 1.3 - 2.6 - 1.7 - 2.8
o varian 5 : 1.1 - 1.2 - 1.3 2.4 2.5 - 3.6 2.7 1.8
o varian 6 : 1.1 - 1.2 - 1.3 2.4 1.5 - 3.6 2.7 1.8
o varian 7 : 1.1 4.2 - 1.3 2.4 2.5 - 3.6 2.7 1.8
o varian 8 : 1.1 4.2- 1.3 2.4 1.5 - 3.6 2.7 1.8
o varian 9 : 1.1 - 1.2 - 1.6 1.7 3.8
o varian 10 : 1.1 - 4.2 - 1.6 1.7 3.8
o varian 11: 1.1 - 1.2 - 1.3 2.4 2.5 - 3.6 2.7 2.8
o varian 12 : 1.1 - 4.2 - 1.3 2.4 2.5 - 3.6 2.7 2.8
setelah terdapat varian-varian diatas maka kita harus menilih yang terbaik untuk
membantu menyeleksi varian-varian diatas, dapat dipakai beberapa pertanyaan
seperti :
-

apakah kebutuhan (K) dalam spesifikasi sudah terpenuhi ?

apakah secara ekonomi memungkinkan ?

apakah mekanisme tersebut dapat bekerja secara baik ?

apakah dapat menghasilkan variasi briket ?

3.2.6

Membuat beberapa varian


Dari hasil seleksi diatas yang disebut concept variant, dapat digolongkan

dalam 4 buah varian yaitu :


I. varian : 1.1 - 1.2 - 1.6 1.7 3.8
II. varian : 1.1 3.2 - 1.3 - 1.6 - 1.7 - 2.8
III. varian : 1.1 - 4.2 - 1.3 2.4 2.5 - 3.6 2.7 2.8
IV. varian : 1.1 4.2 - 1.3 2.4 2.5 - 3.6 2.7 1.8
sehingga varian tersebut dapat gambar seperti dibawah ini :

Variasi I

Variasi II

Variasi III

Variasi IV

Gambar 3.5 Varian-varian consep

3.2.7

Evaluasi konsep varian


Dari 4 buah varian diatas kita harus memilih salah satu, untuk itu kita

evaluasi dengan mengunakan yang disebut Bobot Kriteria Evaluasi (weighting


evaluation criteria). Dimana evaluasi ini menggunakan suatu harga yang disebut
weighting factor, yang merupakan bilangan positif dengan range 0 sampai
dengan 1 atau 0 sampai 100. Bobot kriteria diberikan sesuai dengan bobot
kriteria yang ditekankan oleh perancang, bobot kriteria tersebut dapat dibuat
dengan menggunakan rantai objektifitas seperti gambar 3.6. Selanjutnya kita
dapat mengevaluasi konsep varian tersebut. Evaluasi konsep varian dapat dilihat
pada tabel 3.4.

Mudah peroleh bahan


0,25
komponen dibuat
0,5
Pembuatan
0,5

0,5

mudah dibuat

0,3

0,5
0,15
Jumlah komponen
sedikit

komponen standar
0,3

0,1

0,25

mudah dirakit
0,2

0,1

banyak variasi cetakan


0,6
Mesin pencetak briket
1

0,3

variasi cetakan
0,4

0,4
cetakan mudahan dibuat
0,4

0,1

hemat energi
0,25

0,025

hemat ruangan
0,25

0,025

carakteristik operasi
0,1

0,1
mudah dirawat
0,25

0,025
aman

0,25

0,025

Gambar 3.6 Pembobotan kriteria

0,075

(1)

0,075

Tabel 3.4 evaluasi konsep varian

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
11

Kriteria
Evaluasi
Kemudahan
memperoleh
bahan
Kemudahan
dibuat
Jumlah
komponen
sedikit
Kemudahan
komponen
standar
Mudah
dirakit
Banyak
variasi
cetakan
Cetakan
mudah ganti
Banyak
jumlah
briket
Hemat
Energi
Mudah
dirawat
Aman
Hemat
ruangan

OWV

Bobot
(W)

Varian 1

(1)

Varian 2

Varian 3

Varian 4

VW

VW

VW

W VW

0,075

0,375

0,375

0,375

5 0,375

0,15

0,75

0,75

0,75

0,75

0,075

0,375

0,3

0.3

0,3

0,1

0,5

0,4

0,5

0,5

0,1

0,5

0,4

0,4

0,4

0,25

1,25

1,25

0,1

0,3

0,4

0,5

0,5

0,05

0,3

0,25

0,2

0,2

0,025

0,125

0,125

0,125

5 0,125

0,025

0,125

0,125

0,125

5 0,125

0,025

0,125

0,125

0,125

5 0,125

0,025

0,125

0,1

0,1

5 0,125

4,55

4,575

4,475

4,35

Maka dari hasil evaluasi berdasarkan bobot kriteria (OWV) varian 4 yang paling
besar, maka varian 4 merupakan varian yang dipilih dalam perancangan, dengan
mekanisme seperti gambar 3.7 sebagai berikut :

Gambar 3.7 Mesin Pembuat Briket batu bara Varian 4

3.3

Perancangan wujud
Setelah perancangan konsep diatas kemudian selanjutnya perancangan

wujud yaitu perhitungan bentuk/dimensi komponen-komponen mesin pembuat


briket batubara.

3.4

Perhitungan kinematik
Pada mesin pembuat briket ini, perhitungan kinematika dilakukan pada

mekanisme penumbuk dan pada mekanisme geneva.

3.4.1

Analisis percepatan dan kecepatan pada mekanisme penumbuk

3.4.1.1 Analisis percepatan dan kecepatan dengan bilangan kompleks


Untuk mengetahui berbagai harga posisi, kecepatan dan percepatan sudut
maupun linier pada setiap batang pada suatu mekanisme dapat ditentukan dengan
metode bilangan kompleks. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan metode lain seperti metode poligon, yaitu lebih teliti dan
praktis.
Untuk menurunkan persamaan-persamaan dengan bilangan kompleks
maka terlebih dahulu kita harus menyederhanakan mekanisme penumbuk yaitu
seperti gambar 3.8 .
sehingga dapat dibuat vektor posisi seperti pada gambar 3.8b .

r3
2
2

r2

O2
(a)

imajiner
B
r3
rB
A

r2
B

Real

O2
(b)
Gambar 3.8 Penyederhanaan mekanisme penumbuk

Keterangan gambar :
r2

= panjang batang 2 (O2A)

r3

= panjang batang 3 (AB)

rB

= jarak kedudukan titik B dari titik O2

Dapat ditulis vektor posisinya :


Vector kedudukan linier slider
rB = r2 + r3
rB e i B = r ei 2 +
2
r3 e

i 3

rB (cos B + i.sin B ) = r2 (cos 2 + i.sin 2 ) + r3 (cos 3 + i.sin 3 )


sedangkan

cosB = cos 90 = 0
i.sinB = i.sin 90 = i

maka
i.rB = r2 (cos 2 + i.sin 2 ) + r3 (cos 3 + i.sin 3 )

Arah Real
0 = r2 cos 2 + r3 cos 3

Arah imajiner
rB = r2 sin 2 + r3 sin 3

Persamaan kedudukan batang 3 berdasarkan persamaan Real :

r
1
3 = cos 2cos 2

r3

[derajat].(3.1)

Persamaan kedudukan slider berdasarkan persamaan imajiner :


rB = r2 sin 2 + r3 sin
[cm]..(3.2)
3
Vektor kecepatan linier slider

( ) (

) (

d rB
d r2 + r3
d r2 e 2 + 3r e
=
VB =
=
dt
dt
dt

i 3

V B = r2 .

d 2
d 3
i
i
.i.e 2 + 3r .
.i.e 2
dt
dt

V B = r2 2 i (cos 2 + i.sin 2 ) + r3 3i (cos 3 + i.sin 3 )


V B = r2 2 i.cos 2 r2 2 sin 2 + r3 3i.cos 3 r3 3 sin 2
Arah Real

0 = r2 2 sin 2 r3 3 sin 3
Arah imajiner

V B = r2 2 cos 2 + r3 3 cos 3
Persamaan kecepatan sudut batang 3 dari persamaan real :
[rad/s](4.3)
r sin 2
3 = 2 2
r3 sin 3
Persamaan kecepatan linier slider dari persamaan imajiner :
V B = r2 2 cos 2 + r3 3 cos
[cm/s](4.4)
3

Vector percepatan linier slider


2

3i

d (VB ) d (2r 2 i.e +3 r 3 i.e )


AB =
=
=
dt
dt

d e

i 2

AB = r2 2
i
i

dt

d 3 e
+ r3 i

d2 ( r2 i i.e )
+
dt

)
3 d 3( r i.e
dt

i 3

dt

AB = (r
2
2

i 2

i 3

) +(r33 i.e

+ r3 3 2 e i 3 )
i

AB = r2 22 (cos + i.sin ) + r i.(cos + i.sin ) (cos + i.sin


2
2
3 3
3
3
3
3
r3 3
)
Arah real
0 = r2 22 cos r sin
2
3 3
3
r3 3

cos 3

Arah imajiner
AB = r2 22 sin + r cos
2
3 3
3
r3 3

sin 3

Persamaan percepatan sudut batang 3 dari persamaan Real :


r 2 cos
2
cos
2
3 = 2 2
3
r3 sin 3
sin 3

[rad/s ](4.5)

Persamaan percepatan linier slider dari persamaan imajiner :


2
AB = r2 22 sin + r cos
sin
[cm/s ].(4.6)
r3 3

3.4.1.2 Contoh perhitungan


Setelah persamaan-persamaan didapat maka kita masukan untuk berbagai
harga 2. Tetapi

sebelumnya kita harus menetapkan harga diketahui sesuai

perancangan yang diinginkan yaitu


2

= rad/s = 0,033 rpm (konstan)

r2

= 15 cm

r3

= 86 cm

contoh perhitungan misalnya pada 2 = 90

Kedudukan batang 3

r
1
3 = cos 2cos 2
r
3

15

3 = cos 1 cos 90o = 90o


86

Kedudukan slider
rB = r2 sin 2 + r3 sin 3

rB = 15sin 90 + 86 sin 90 = 101 cm

Kecepatan sudut batang 3


r2 2 sin 2
r3 sin 3
15 sin 90
rad / s
3 =
= 0,548
86 sin 90

3 =

tanda minus memperlihatkan bahwa batang 3 bergerak berlawanan


dengan arah jarum jam (CCW)

Kecepatan linier slider


V B = r2 2 cos 2 + r3 3 cos 3
VB = 15cos90 + 86.(-0,548).cos90 = 0
kecepatan sama dengan nol berarti slider pada saat tersebut tidak
bergerak

Percepatan batang 3

3 =

3 =

r2 2 2 cos2
2 cos3
3
r3 sin 3
sin 3
2
(0,548) 2 cos
15. cos
90
90

=0
sin 90
86 sin 90

Percepatan slider
AB = r2 22 sin + r cos
2
3 3
3
r3 3
2

sin 3

AB = 15 sin 90 + 86.0.cos 90 86(0.548) sin 90 = 173,87 cm s

sehingga didapat grafik posisi , kecepatan dan percepatan yang dapat dilihat pada
lampiran.

3.4.2

Analisis percepatan dan kecepatan pada mekanisme geneva

3.4.2.1 Analisis dengan bilangan kompleks


Mekanisme Geneva terdiri dari dua buah roda seperti gambar 3.8a, untuk
memudahkan analisa kecepatan dan percepatan dengan menggunakan metoda
bilangan kompleks kita sederhanakan menjadi dua buah batang dan sebuah slider
yang bergerak pada salah satu batang seperti gambar 3.9b. sehingga dapat dibuat
vektor posisinya seperti gambar 3.9c.

Vektor posisi
r5 = r4 + r1
r5e

i 5

= r4 e

i 4

+ r1 e 1 .(4.6)

r5 (cos 5 + i sin 5 ) = r4 (cos 4 + i sin 4 ) + r1 (cos 1 + i sin 1 )

Arah real :
r5 cos 5 = r4 cos 4 + r1 cos 1
dimana cos 1 = cos 0 = 1, maka
r5 cos 5 = r4 cos 4 + r1

Arah imajiner :
r5 sin 5 = r4 sin 4 + r1 sin 1
dimana sin1 = sin 0 =0, maka
r5 =

r4 sin 4
sin 5

(a)

C
r5

r4
5

(b)

imajiner
C
r5

r4

O5

r1
(c)
Gambar 3.9 Mekanisme Geneva

O4

real

Dengan substitusi persamaan imajiner dan real maka didapat


r4 sin 4
1

5 = tan
r4 cos 4 + r1
karena pada mekanisme Geneva ini r1 = r4 2 maka
sin
1
5 = tan
cos 4 +

[rad]..(4.7)

Persamaan kedudukan slider dari persamaan imajiner:


r sin 4
[cm].(4.8)
r5 = 4
sin
5

Vector kecepatan
d r4 d r1
d r5 d r4 + r1
+
= dt
=
dt
dt
dt

dimana r1 merupakan harga yang konstan, sehingga


d (r5 e
)
dt
dr5

i 5

i 5

+r
5

dt
V
e
5
5

i 5

d r4 e
dt

d 5

ie

i 5

d 4

r
dt

+ r ie
5

i 4

d r1
=0
dt

= r ie
4

ie

i 4

dt
i 4

....(4.9)

V5 (cos 5 + i sin 5 ) + r5 5 i(cos 5 + i sin 5 ) = r4 4 i(cos 4 + i sin 4 )

arah real :
V5 cos 5 r5 5 sin 5 = r4 4 sin 4

V5 =

r 5 5 sin 5 r4 4 sin 4
cos 5
arah imajiner :

V5 sin 5 + r5 5 cos 5 = r4 4 cos 4


dengan mengsubstitusikan persamaan real ke persaman imajiner maka akan
didapat persamaan sebagai berikut :
r (sin tan +
cos
4
4 )5
4
5 =
r5 (sin 5 tan 5 + cos 5
)
4

jika diturunkan lagi menjadi :


[rad/s]...(4.10)
r cos(
) 4
4 4
5
5 =
r5
Persamaan kecepatan linier slider dari persaman real :
V5 =

r5 5 sin 5 4r 4 sin 4
[cm/s]...(4.11)
cos 5

Vektor percepatan

persaman percepatan dapat ditentukan dengan mendeferensiasikan persamaan


(4.9) yaitu
i
d (V e 5 d (r ie i 5
d (r ie i 4 )
) 5
) 5 5
4 4
+
=
dt
dt
dt
dV5 i 5
= r d 4 i 4
d 5 i 5 dr5
d 5 i 5
d 5
i
e +
i
ie
ie +
ie + r i
ie
ie 5
i
5
V
+r
5
5
5
5 5
4 4
dt
dt
dt
dt
dt
dt
Ae
r
5

i 5

+ V ie
5

i 5

A5 e i 5 + 2V
5
5
ie

+ V ie
5

i 5

i 5

+ r5 5
ie

i 5

+ ie i 5 + r
5 5
5

2
5

r5 2 e i 5 = r4 42 e i 4
5

i 2e = r i 2e
4

i 4

A5 (cos 5 + i sin 5 ) + 2V5 5 i(cos 5 + i sin 5 ) + r5 5 i(cos 5 + i sin 5


)+
r5 52 (cos + i sin ) = r (cos + i sin )
5
5
4
4
4
2

Arah Real:
A5 cos 5 2V5 2 sin 5 r5 5 sin 5
r5 5

A5 =

2V5 5 sin 5 + 5r 5 sin 5 +5 r 52


cos 5

A5 = 2V5

cos 5 = r4 4 cos 4

cos5 4 r24

tan + r5 5 tan + r55 2 r4


5

2
4

cos
4

cos 4
cos
5

A5 = (2V5

+ r5 5) tan 5 + r55 2 r4

2
4

cos 4
cos
5

Arah Imajiner
A5 sin 5 + 2V5 2 cos 5 + r5 5 cos 5
r5 5

sin 5 = r4 2 sin 4
4

Persamaan percepatan sudut batang 5 :


dengan mengsubstiusikan persamaan real ke persamaan imajiner maka didapat
persamaan :
r sin( ) 2V
4
5
5 5
5 = 4 4
.(4.12)
r5
Persamaan percepatan linier slider :
+ r5 5) tan 5 + r55 2 r4 2 cos 4
A5 = (2V5
..(4.13)
4
cos
5
5

3.4.2.2 Contoh perhitungan


Setelah persamaan-persamaan didapat maka kita masukan untuk berbagai
harga 4. Tetapi

sebelumnya kita harus menetapkan harga diketahui sesuai

perancangan yang diinginkan yaitu

= rad/s = 0,033 rpm (konstan)

r4

= 10 cm

contoh perhitungan misalnya pada 4 = 45

Besar sudut roda Geneva 5


sin 4
sin 45
1
1

o
= ta.n
= tan
= 135
5
cos + 2
cos 45 + 2
4

Kedudukan batang 5
r5 =

r4 sin 4
10.sin 45
=
= 10cm
sin 5
sin 45

Kecepatan Sudut 5
r cos(
) 4
5
5 = 4 4
=
r5

10. . cos(45
135)
10

=0

Kecepatan linier 5
V5 = 5 .rD 5 = 0.10 = 0

Kcecepatan linier relatif 5

V54 =

r 5 5 sin 5 r4 4 sin 4
cos 5

V54 =

10.0.sin 135 10.3,14.sin = 31,42cm / s


45
cos135

Percepatan sudut 5

r sin( 4 5 ) 2V

54
5 5 = 4 4
r5
10. .sin(45 135)
5 =
2.31,42.0
10

= 9,87rad / s

Perrcepatan Relatif 5
+ r ) tan
2
2 cos 4
A = (2V
+r r
5
4 4
54
5 5
5 5
5
5 5
cos

2
2 cos 45
A54 = (2.31,42.0 + 10.9,87) tan135 + 10.0 10.
= 0 cos135

sehingga didapat grafik posisi , kecepatan dan percepatan yang dapat dilihat pada
lampiran.

3.5

Perhitungan Dinamik
Dalam analisis dinamik mesin pencetak batubara yang terbagi dalam tiga

komponen yaitu penumbuk, batang penghubung dan engkol seperti mekanisme


engkol torak. Gaya inersia yang terjadi hanya pada dua komponen yaitu pada
penumbuk F04 dan batang penghubung F03 karena pada batang 2 terdapat
penyeimbang sehingga titik berat berada pada bantalan, seperti gambar 3.10a.

Pada penumbuk

Persamaan kesetimbangan pada penumbuk adalah


F 04 + F 34 + F 14 = 0
F04 e i ( 4 + + F ei 4 + F
)

34

14 i 5

=0

karena P mempunyai arah 90 sehingga cos90 = 0 dan 5 mempunyai arah


o

0 atau180 sehingga arah imajiner F14 tidak ada. Arah real dan imajiner seperti
dibawah ini :
Arah real :
F04 cos( 4 + ) + F34 cos 4 + F14 cos 5 = 0

(a)

(d)

(b)

(c)

Gambar 3.10 perhitungan dinamik

Arah imajiner:
F04 sin( 4 + ) + F34 sin 4 = 0
dari persamaan imajiner diperoleh F34 :
F34 =

F04 sin( 4 + )
sin 4

pada persamaan diatas terdapat tiga variable yang belum yaitu 4, 4dan F04, 4
akan sama dengan 3 karena sejajar dengan batang 3, F04 dapat dihitung dengan

persamaan F04 = M 4 Ag 4 dimana Ag4 =AB yang didapat dari analisis percepatan ,
dan 4 dapat dicari dari persamaan percepatan pada titik B yang telah dibahas
pada analisis kinematik yaitu :
2
r 2 sin 2 r3
3 sin 3 + r3 3 cos 3
)
4 = tan 1 ( 2 22
2
r2 2 cos 2 r3 cos 3 r3 3 sin 3
3

Pada batang 3

Kesetimbangan gaya pada batang 3 adalah :


F23 + F43 + F03 = 0
F23 (e i 3 ) + F (e i 4 ) + F
43

03

(e

i ( 3 + )

)=0

Arah real
F23 cos 3 + F43 cos 4 + F03 cos( 3 + ) = 0
F23 cos 3 = F43 cos 4 F03 cos( 3 + )
arah imajiner
F23 sin 3 + F43 sin 4 + F03 sin( 3 + ) = 0
F23 sin 3 = F43 sin 4 F03 sin( 3 + )
pada persamaan diatas terdapat tiga variable yang belum diketahui yaitu 4, F03
dan 3 sehingga kita membutuhkan persamaan tambahan, yaitu 4= 3, F03 dapat
dihitung dengan F03 = M 3 Ag 3 dengan jarak offset e3 = I 3 3 / F03 dan besar Ag3
dan arahnya 3 dapat dihitung dengan analisis bilangan komplek yaitu :
r P = r2
e

i 2

+ rg 3
e

i 3

V P = r ie i 2 +
2 2r

i
ie
g3

A P = A g 3 = r222 2 i 2 + r i 3 + r 2 i2 i 3
g3 3
g3 3
e
e
i
e
sehingga
Ag 3 real = r2 22 cos r sin r
2
g3 3
3
g

3
3

cos 3

Ag 3 imajiner = r2 22 sin + r cos r


2
g3 3
3
g
3 3

sin 3

besarnya Ag3:
Ag 3 = ( A imajiner)2 + ( A real 2)
g3
g3
arahnya
A imajiner
3 = tan1 gA3

g3

real

setelah variabel telah diketahui maka besar F23 dapat dicari dengan:
2

F23 = (F cos ) + (F sin )2


23
3
23
3
dan arahnya
tan 3 = F23 sin 3
F23 cos 3
sehingga T2 dapat dihitung
T2 = F23 r2 sin( 2 3 )
juga daya yang dibutuhkan yaitu
N = T2 . 2
contoh perhitungan :
sebelum memulai perhitungan kita sebutkan data-data yang telah ada hasil
rancangan maupun hasil perhitungan sebelumnya yaitu

r2 =15 cm r3
= 86 cm rg3
= 35 cm M3
= 8,3 kg
M4 = 25,5 kg
2
I3 = M3.r3 = 8,3 .0,35 =1,016 kg m2
o

Kita ambil jika 2 = 260 = 4,54 rad, maka akan diperoleh data-data hasil
perhitungan analisis kinematika :
o

3 = 1,54 rad = 87,87


2 = rad/s = 2 rps
3 = 0,54 rad/s
3 = 0,29 rad/s

Ag4 =121,496 cm/s

Pada penumbuk
o Besar gaya inersia penumbuk
F04 = M 4 Ag 4 = 25,5 kg.1,215 m /2 = 30,98 N
s
o besar sudut 4
2
r 2 sin 2 r3
3 sin 3 + r3 3 cos 3
)
4 = tan 1 ( 2 22
2
r2 2 cos 2 r3 cos 3 r3 3 sin 3
3
2
2
1 15.(2 ) sin 260 86.1,327 sin 87,87 + 86.1,404 cos 87,87
= 270 o
= tan
2
2

4
15.(2 ) cos 260 86.1,327 cos 87,87 86.1,404 sin 87,87

o gaya F34

F34 =

F04 sin( 4
sin 4

+)
=

30,98 sin( 270


o
sin 87,87

+)
= 31,00 N

Pada batang 3
o Besar Ag3 dan arahnya 3
Ag 3 real = r2 22 cos r sin r
2
g3 3
3
g

3
3

cos 3

Ag 3real = 15.(2 )2 cos 260 43.0,29 sin 87,87


2
43.0,54
Ag 3 imajiner = r2 22 sin + r cos r
2
g3 3
3
g

3
3

cos 87,87 = 89,9 cm / s 2

sin 3

Ag 3imajiner = 15.(2 )2 sin 260 + 43.0,29 cos 87,87


2
43.0,54

sin 87,87 = 570,9 cm / s

2
2

Ag 3 = ( A imajiner) + ( A real)
g3
g3
=

(89,90) + (570,90) = 134,26 cm / s

A imajiner
3 = tan1 gA3
= tan 1 89,9 = 5,49o
g3

real
570,9

o Gaya inersia batang 3


F03 = M 3 Ag 3 = 8,3 kg.134,26.102 m / s 2 = 11,14 N
dengan jarak offset
I .
e 3 = 3 3 = 1,016 .0.29 = 0,0265m = 2,65cm
F03
11,14
o Besar gaya F23 dan arahnya 3
o

Besar 4 = 3 +180 = 267,87 dan F23 = -F32 sehingga


F23 cos 3 = F43 cos 4 F03 cos( 3 + )
F23 cos 3 = 31,0.cos 267,87 11,14 cos(5,49 + 180) = 12,5 N
F23 sin 3 = F43 sin 4 F03 sin( 3 + )

F23 sin 3 = 31,0.sin 267,87 11,14 sin(5,49 + 180) = 32,03 N


F23 = (F cos )2 + (F sin )2
23
3
23
3
=
tan 3 =

F23 sin 3
F23 cos 3

2
2
(12,5) + (32,03) = 33,62 N

= tan (2,61) = 89,78

32,62
= 2,61 maka
12,5

o Torsi pada batang 2


T2 = F23 r2 sin( 2 3 ) = 33,62. 0,15sin(260 89,78) = 2,33 Nm
o Daya yang dibutuhkan
N = T2 . 2 = 2,33 Nm.6,28 rad / s =
14,7

3.6

watt

Perhitungan Flywheel
Seperti telah diketahui bahwa salah satu fungsi flyweel untuk menyimpan

energi dan kemudian digunakan untuk suatu kerja pada saat tertentu sehingga
masukan daya yang digunakan akan lebih kecil dibandingkan tidak dengan
flyweel, maka perhitungan flyweel ini disamping untuk menentukan dimensi
flyweel juga daya yang dibutuhkan untuk proses pencetakan biket batu bara.
Untuk menghitung besaran diatas kita perlu data-data yang diambil dari
hasil analisis kinematika yaitu
-

posisi penumbuk pada saat mencetak briket adalah pada RB = 78 cm


sampai 71 cm dari O2 atau TMB sehingga jarak cetak adalah x = 7 cm.

Kecepatan pada posisi tersebut adalah V78 = 38,622 cm/s dan V71 = 0
sehingga kecepatan rata- rata dapat dihitung yaitu
V + V 55
38,622 + 0
V = 62
=
= 19,311 cm / s
2
2

Gambar 3.11 jarak pencetakan pada cetakan

sehingga waktu proses pencetakan adalah t =

x
7
=
= 0,36 s , dimana
19,311
V

waktu satu siklus adalah ts = 2 s. maka dapat dihitung besaran besaran berikut :
Gaya yang dibutuhkan pada saat proses pencetakan adalah

F = P.A
luas cetakan perancangan harus tidak lebih dari 100 cm2 dan tekanan
yang di perbolehkan antara 60-100 kg/cm2 (diambil 80 kg/cm2) sehingga
2

F = 80kg / cm 100cm = 8000kg 78480N

Energi yang yang diperlukan saat proses pencetakan


yaitu
F

F
atau didekati
x

Dengan cara pendekatan maka


Wk = F.

x
0,07 m
= 78480 N .
= 2746,8 Nm
2
2

energi tersebut berarti energi yang harus disuplay Flyweel pada saat
pencetakan (selama 0,36 detik) dan motor harus mengembalikan lagi ke
flyweel selama satu siklus (2 detik).

Daya rata-rata yang yang harus disuplay motor ke flyweel selama 2

detik
yaitu
N=

Wk

ts

2746,8 Nm

= 1373,4 Watt

atau 1,37 kW = 1,84 hp

2s

Gaya
g
f
b

h
c
t

waktu [s]

ts
daya ini merupakan daya yang dibutuhkan untuk proses pencetakan
dengan menggunakan FlyWeel untuk satu siklus.
Daya rata-rata yang harus disuplay motor selama proses
pencetakan
(tanpa Flyweel) yaitu

N=

Wk
t

2746,8 Nm
0,36s

= 7630Watt

atau 7,63kW = 10,23hp

Energi yang disuplay oleh motor selama proses pencetakan yaitu


E = 2746,8 Nm

0.36s
= 494,425 Nm
2s

Persentase Energi yang dapat dihemat dengan menggunakan


FlyWheel

yaitu

= (1

1373,4
) 100 = 82%
7630

Energi netto yang disuplay Flyweel selama proses pencetakan yaitu


Enet = 2746,8 494,425 = 2252,375Nm

Berat flyweel
Kecepatan putar pada pencetak adalah 2 rps atau rad/s, jika
perbandingan transmisi adalah 6 dan diameter rata-rata Flyweel adalah
dm = 0,5 m maka kecepatannya adalah
fw = i = rad / s 6 = 6 rad / dan
s
V fw = wf rfw = 6 rad / s 0,5 = 4,71 m / s
jika = 0,1 maka
Berat Flyweel adalah
E.g
W = 2 = 22.E.g 2
V V1 V2
W =

2252,38.9,81
= 9960,22 N
2
4,71 .0,1

Berat flyweel sesungguhnya 90% dari berat Flyweel total, 10% bagian
flyweel merupakan jeruji dan hub,sehingga berat Flyweel adalah
W fw = 9960,22 N 0,9 = 8964,2 N

Maka dapat dicari geometri flyweel yaitu


3

Jika baja cor mempunyai berat jenis = 0,176 N/cm dan h = tinggi rim , b=
lebar rim maka :
W fw
8964,2 N
b.h =
=
= 324,4 cm2
.d m 0,176N / cm3 . 50cm
jika

b = 20 cm, maka
h = 16,2 cm

sehingga

Dmaks = dm +16,2 = 50 + 16,2 = 66,2 cm


Dmin = dm 16,2 = 50 16,2 = 33,8 cm

662

338

162

Maka didapat geometri Flyweel seperti dibawah ini :

Gambar 3.12 Flywheel hasil perhitungan

3.7

Perhitungan Gaya Statik

3.7.1

Perhitungan Gaya Statik pada pencetak


Gaya statik pada mekanisme ini dapat dicari secara grafis, tetapi cara

tersebut kurang efektif jika dilakukan untuk beberapa posisi, sehingga penulis
akan menggunakan secara matematik.

4
g4

M4
M3
2

g3

A
O2

Gambar 3.13 Gaya statik pada mekanisme penumbuk

Link 4

F14
M4

dimana 4 = 3-90

F34

4=3

Sehingga dapat dibuat poligon gaya :

4
F34
M4
F14
Dimana besar = tan 1

= tan 1

N
N
Dapat dicari besarnya F34 dengan aturan sinus yaitu
= M 4 sin( + 90)
F34
sin(90 4 )

Link 3
F43

F23
4 =3

M3

M3

F23
3

F43

Besar F23 dapat dicari dengan menggunakan persamaan matematika yaitu


F23 = M 23 + F243 2.M 3 .F43 .cos(90 + 3 )
Dan besar sudut 3 dapat dicari dengan aturan sinus yaitu
M3
F43
=
sin 3 sin(90 + 3 )

M
3 = sin 1
F43

.sin(90
+ )
3

dan sudut 3 dapat dicari sebagai berikut


3 = 3 - 3

Link 2

F12

h
2
3

h
F23
2

2
r2

F32
Sehingga besar h adalah :
h = r2 .sin 2 = r2 .sin( 3 2 )
dan besar gaya F32 =F23
sehingga torsi pada link 2 dapat dicari :
T2 = F32 .h
Contoh perhitungan
o

Misalkan sudut 2 adalah 90 maka 3 = 90 dan = 0,2

Besar gaya F34


1

= tan = tan 0,2 = 11,3


= M 4 sin( + 90)
sin(11,3 + 90)
F34
= 25,5kg
= 25,49kg
sin(90 4
sin(90 11,3 90 90)
)

Besar gaya F23


F23 = M 23 + F243 2.M 3 .F43 .cos(90 + 3 )
F23 = 8,32 + (25,49) 2 2.8,3.(25,49).cos(90 + 90) = 17,9 kg

Sudut 3

1 M
1 8,3
.sin(90 + 90) = 0
3 = sin 3 .sin(90 + 3 ) = sin

17,9

F23

sudut 3
o

3 = 3 - 3 = 90 0 = 90

Jarak gaya
h = r2 .sin 2 = r2 .sin( 3 2 ) = 15.sin(90 90)
=0

[cm]

besar Torsi
T2 = F32 .h = 135,8 . 0 = 0 [kg cm]

Daya yang dibutuhkan


N=

3.7.2

T .2. .n
0.2. .30
=
= 0 [kW]
1000x60x102 1000x60x102

Perhitungan Gaya Statik geneva


6
r5

r4
5

Gambar 3.14 Gaya statis pada mekanisme Geneva

Pada Pin

F56
P

5
5

Gaya P merupakan gaya gesekan yamg terjadi antara cetakan dan dasar
cetakan yang besarnya telah dihitung pada sub bab gaya gesek, sedangkan F56
adalah gaya tekan yang diakibatkan gaya normal P, sehingga akan diteruskan
gaya F= pada batang 4.
Besarnya F56 adalah F56 =

P
1 N
1
dimana besar = tan
= tan
cos
N

dan besar 5 dapat dihitung yaitu 5 = 5 + 90 -

Pada batang 4
F64
5
r4
h

4
F14

Dimana besar F64 sama dengan F56 sehingga besar jarak h dapat diketahui:

h = r4 .sin( 4 5 )
sehimgga torsi yang terjadi adalah
T = F64 h
dan daya yang dibutuhkan
N =

T .2. .n
1000x60x102
o

contoh perhitungan misalkan pada 4 = 0 maka didapat dari hasil analisis


o

kinematik rD = 4,14 cm dan 5 = 180


1

= tan = tan 0,2 =


o
11,3

kemudian dapat dihitung

juga didapat Torsi dari perhitungan selanjutnya

yaitu 12,26 Nm.


Gaya normal akibat gaya gesekan cetakan :
P=

T
12,26
=
= 296,13N
rD 0,0414

dapat dihitung besar dan arah gaya reaksi pada batang 4


296,13 = 302N
P
F =
=
56
cos cos11,3
o

5 = 5 + 90 - = 180 + 90 11,3 = 281,3


torsi dan daya yang dihasilkan :

h = r4 .sin( 4 5 ) = 10.sin(0 281,3) = 9,8cm


T = F64 h = 302 9,8 = 2961,45 Ncm = 29,6 Nm
3

N=

T .2. .n
29,6 x10 .2. .30
=
= 0,91 kW
1000x60x102
1000x60x102

besarnya daya yang diserap setiap posisi dapat dilihat pada lampiran

3.8

Perhitungan Daya Total yang dibutuhkan


Menghitung daya yang dibutuhkan mesin pencetak briket batubara dapat

dihitung dengan menjumlahkan daya yang bekerja saat pencetakan dengan


kerugian daya akibat gesekan yang terjadi antara komponen.

3.8.1

Kerugian Daya akibat Gesekan


Kerugian daya akibat gesekan pada mesin ini terjadi pada komponen-

komponen yang secara langsung terjadi kontak seperti bentalan luncur, pada
komponen yang memakai bantalan peluru kerugian daya dianggap sangat kecil
sekali

sehingga

dapat

kita

abaikan.

Komponen-komponen

yang

kita

perhitungkan yaitu gesekan pada bantalan luncur poros slider, poros engkol,
poros 1 dan bidang kontak antara meja dengan cetakan, gesekan ini diasumsikan
terjadi secara kontinyu dan besarnya tetap.

Gesekan antara meja dengan cetakan


Jiaka diasumsikan permukaan meja dengan pencetak tidak ada pelumas
maka akan terjadi gaya gesekan kinetik yang tidak tergantung pada luas
permukaan gesekan, jika hraga koefisien gesek antara dua permukaa =
0,2 dan gaya normal N = 25 kg maka dapat dihitung gaya gesek yang
terjadi yaitu :
Fg = .N = 0,2.25.9,81 = 49,05N
bila jari-jari cetakan r = 0.25 m, maka torsinya adalah
T = Fg .r = 49,05 N .0,25m = 12,26 Nm

kecepatan sudut maksimum yang diperoleh dari hasil analisis kinematika


5 =7,58 rad/s, maka daya yang diserap adalah :
N = T . = 12,26 Nm .7,58 rad / s = 92,95 = 0,092 kW
W

3.8.2

Daya Total
Daya total yang dihasilkan merupakan daya yang dibutuhkan motor

listrik untuk melakukan proses keseluruhan untuk menghasilkan produk, daya


total ini meliputi daya akibat gesekan, daya proses pencetakan, daya akibat
inersia mekanisme penumbuk, daya akibat inersia cetakan

daya akibat gaya

statik.

Daya akibat inersia cetakan


Io
5

sehingga dapat dihitung Inersia cetakan yaitu :


2
2
m.r 2
25 kg.(0,25m) = 3,125 kg m
I=
=
2
2
dari analisis kinematik geneva misalkan percepatan sudut pada posisi
o

2=60 , 4=345 adalah 50,32 rad/s , maka dapat dihitung daya yang
digunakan yaitu
N=
.

E
s

I
s

3,125 kgm2 .50,32 rad / 2s


2

= 78,625 watt = 0,079 kW

untuk setiap posisi dapat dilihat pada lampiran.


Dari perhitungan keseluruhan maka jika dijumlahkan akan menghasilkan
daya total maksimum yang dibutuhkan mesin untuk dapat beroperasi yaitu 3,3
Hp, maka dapat dipergunakan daya motor sebesar 3,5 hp.
Hasil seluruhnya dapat dilihat pada lampiran, grafik torsi pada setiap posisi
poros engkol dapat dilihat sebagai berikut :

Grafik Daya vs Teta 2


3.50

Daya [HP]

3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

Te ta 2 [de r
ajat]

Torsi [kg.m]

Grafik Torsi vs teta 2


100.00
80.00
60.00
40.00
20.00

200

40

0.00

Te ta 2 [de rajat]

Gambar 3.15 grafik daya total dan torsi terhadap 2

Filename:
3 Perancangan Mesin pencetak Briket Batubara
Directory:
C:\Documents and Settings\tito\My Documents
Template:
C:\Documents and Settings\tito\Application
Data\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:
BAB III
Subject:
Author:
TITO SHANTIKA
Keywords:
Comments:
Creation Date:
12/10/2014 6:47:00 AM
Change Number:
4
Last Saved On:
12/10/2014 10:08:00 AM
Last Saved By:
tito
Total Editing Time: 2 Minutes
Last Printed On:
12/10/2014 10:09:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 50
Number of Words:
4,953 (approx.)
Number of Characters: 28,236 (approx.)

Anda mungkin juga menyukai