Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN METODOLOGI PERANCANGAN II

Quality Function Deployment (QFD)


PERANCANGAN MESIN GRANULATOR
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Metodologi Perancangan 2

Disusun oleh :
Ketua : Dudin Solahudin 161234006
Anggota : Amirul Siddiq Mirza 161234010
Aqil Fakhri Risda 161234007
Reynaldi M. Dwi P 161234026

Kelompok 3
Kelas 3 TPKM
PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pupuk merupakan suatu bahan yang ditambahkan pada media tanam yang berfungsi
sebagai penyuplai berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti C organik,
unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S), serta mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe).
Pupuk dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan sumber pembuatannya, yaitu pupuk
organik dan pupuk kimia. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian atau seluruhnya
berasal dari bagian tanaman atau hewan. Pupuk kimia merupakan pupuk yang dibuat oleh
manusia dari proses pengolahan bahan-bahan mineral. Pupuk organik dapat di kalsifikasikan
kembali berdasarkan bahan baku yaitu pupuk hijau, kandang, kompos, dan hayati organik.
Saat ini banyak petani beralih menggunakan pupuk kandang karena usur hara pada
pupuk kandang lebih lengkap jika di bandingkan dengan pupuk kimia selain itu pupuk kandang
lebih mudah pengolahannya dan dapat di pakai dalam jumlah besar atau berlebih sekali pun.
Namun Para petani masih cukup kesulitan dalam memberikan pupuk pada tanaman karena
bentuk dan teksur pupuk kandang yang masih sulit untuk digunakan .
Permasalahan diatas dapat diatasi dengan membuat mesin granulator yang multifungsi
dan langkah pengoprasiannnya sedikit tapi menghasilkan output yang diinginkan, yakni dapat
membuat membuat pupuk secara terus menerus/ kontinyu tanpa harus mematikan mesin
terlebih dahulu.
Dalam tugas “Metodologi Perancangan II” ini dijelaskan secara sistematis metodologi
dalam menganalisis produk dengan metode QFD untuk meningkatkan niali nilai suatu produk
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan perancangan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mesin Granulator yang memiliki fungsi untuk membuat butiran granul berukuran 2-5
mm dengan pengerjaan secara kontinyu
2. Sistem transmisi dan konstruksi mesin agar mesin yang dirancang kuat dan tahan lama.
1.3 Tujuan
Dapat merancang mesin granulator yang penggunaannya praktis, hemat, ergonomis dan
menghasilkan produk yang sesuai standar.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam perancangan mesin granulator ini adalah:
1. Melakukan perencanaan untuk mendapatkan daftar tuntutan

1
2. Mengkonsep rancangan yang sesuai dengan daftar tuntutan dangan cara menjabarkan
fungsi bagian dari alat lalu mengembangkan variasi konsep. Hasil akhir pada tahap ini
adalah konsep rancangan terpilih.
3. Merancang mesin sesuai dengan konsep rancangan terpilih, perhitungan berbagai
aspek, bentuk dan proses manufaktur setiap komponen. Hasil akhir pada tahap ini
adalah gambar rangkaian dan gambar kerja.
1.5 Batasan Masalah
Dalam perancangan mesin granulator ini kami hanya membahas metode merancang
mesin granulator hingga embodiment design (merancang) dan mesin granulator yang kami
rancang adalah mesin granulator yang digunakan di skala menegah (perkampungan,
pedesaan atau petani kecil) yang memiliki kapasitas besar per jamnya dan harga yang
terjangkau.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam penulisan laporan ini, untuk mempermudah dalam hal penyusunan dibagi dalam
beberapa bab. Adapun sistematika penulisan laporan:
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup,
batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Berisi beberapa data informasi mengenai pupuk dan mesin granulator seperti
data manufaktur produk dan nilai ekonomi
3. BAB III METODOLOGI
Berisi mengenai pembahasan metode QFD serta proses dan akhirnya
4. BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran

2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Mesin Granulator
2.1.1 Definisi
Mesin Pupuk Organik Granulator adalah Salah satu mesin yang di gunakan untuk
mengolah pupuk organik menjadi butiran butiran (granule), sehingga nantinya akan
memudahkan dalam pengaplikasian pupuk tersebut .
Berikut urutan Proses Pembuatan Pupuk Organik Granul adalah sebagai berikut :
1. Granulasi.
2. Pengeringan.
3. Pengayakan.
4. Penyemprotan/ penambahan mikroba.
5. Pengemasan.
2.1.2 Requirement List
Dari analisis berbagai aspek, maka kami menentukan beberapa requirement list sebagai
berikut:
a. Kinerja/kapasitas : Dapat Menghasilkan 100-150 jam/kg
b. Kondisi lingkungan : dapat digunakan walau di suhu ekstrem
c. Kondisi operasi : dapat dioperasikan dengan mudah
d. Daya penggerak yang dibutuhkan : 2 HP
e. Dimensi : ringkas 200x100x100cm
f. Working time : 30-60 Menit
g. Alat dapat di lepas pasang (Dockable)
h. Harga : < Rp10.000.000,-
i. Berat :40-50 kg
2.1.2 Model Konsep terpilih Granulator
Model konsep terpilih yang telah dibahas pada tahapan sebelumnya adalah model pan
granulator. Gambar dibawah menunjukan gambar mesin granulator isometri beserta fungsi-
fungsi bagian secara umum.

3
Rangka
Motor

pan
Plat
perata

Compartment

Pulley/
Penampung
Rangka driver set
granul
utama

Gambar Model CAD Konsep terpilih

Bearing
UCP

Worm gear/
Anchor
speed reducer

Motor
listrik AC

Gambar Bagian Dalam Mesin Granulator Pupuk

4
Dimensi total dari alat ini sekitar 132.7x116.5x100cm. Berikut fungsi dari bagian-bagian
utama dari mesin Granulator ialah:
1. Pan, sebagai tempat menampung dan membentuk pupuk menjadi granul
2. Rangka, sebagai tempat menempel dan menumpu semua komponen
3. Motor, penggerak utama dalam memutar pan
4. Puli/driver, transmisi putaran dari motor ke Poros pan
5. Poros pan , sebagai penghubung dari pulley ke Pan
6. Poros penahan, sebagai dudukan dari rangka motor dan komponen diatasnya
7. Speed Reducer/Wormgear, sebagai pengubah kecepatan yang dihasilkan dari motor
8. V-Belt, Mentransmisikan daya dan putaran dari motor ke Pan
9. Bearing UCP, sebagai Bantalan yang berfungsi menahan dan mengurangi gaya gesek
berlebih.
10. Wadah Pengarah, sebagai tempat menampung granul yang sudah sesuai ukuran dan
mengarahkan ke wadah penampungan
11. Penampung granul, sebagai tempat untuk menyimpan granul yang sudah jadi
12. Plat perata, sebagai penahan untuk granul yang sudah sesuai ukuran yang diinginkan dan
meratakan granul yang belum sesuai ukuran
13. Anchor , sebagai pengunci rangka motor dan rangka utama serta mengatur sudur
kemiringan Pan.
14. Mur pengatur,Sebagai pengunci dan pengatur jarak antara Plat perata dan bidang datar Pan

5
2.1.3 Nilai Ekonomi
• Bahan Baku
Harga bahan baku yang kami digunakan adalah:

No Komponen Material Satuan Harga/Satuan Jumlah


1 Sub.Assy. Pan AISI 1018 1000 x 260 x 2 mm Rp1.500.000/1x2m Rp 856.000
2 Rangka St 37 5,9 m Rp 150.000/6m Rp 150.000
3 Poros St 60 D20 x 1000 mm Rp 40.000/1m Rp 40.000
5 Motor STD part 1 Buah Rp 1.300.000 Rp 1.300.000
6 Perata Mild Steel 350 x 80 x 2 mm Rp 80.000/ 1x2 m Rp 35.000
7 Plat Penyangga Mild Steel 250 x 50 x 2 mm Rp 80.000/ 1x2 m Rp 26.500
8 Compartmen Mild Steel 500 x 192 x 447 mm Rp 80.000/ 1x2 m Rp 51.000
9 Penampung Mild Steel 360 x 302 x 50 mm Rp80.000/ 1x2 m Rp 40.500
10 Anchor St 37 D10 x 150 x 30 mm Rp 10.000 Rp 10.000
11 Pulley 1 Cast Iron D228 x 20 mm Rp 80.000 Rp 80.000
12 Pulley 2 Cast Iron D145 x 20 mm Rp 65.000 Rp 65.000
13 Belt Rubber 2 buah (1016 mm) Rp 50.200 Rp 100.400
14 Bearing STD Part 2 buah Rp 60.000 Rp 60.500
Housing
15 Bolt dan Nut STD Part 30 Buah Rp 1500/buah Rp 45000
16 Worm Gear/ STD Part 1 Buah Rp 1.450.000 Rp 1.550.000
Speed Reducer
Jumlah Rp 4.440.900
Tabel 2.1 Bahan Baku
• Ongkos SDM
Ongkos Sumber daya manusia ini terdiri dari biaya pegawai dan transportasi
Tabel 2.2 Biaya SDM
Biaya/ Jam Waktu
No Jenis Pekerja Harga
(sekali produksi) Pengerjaan
1 Teknisi/ operator Rp 14.907 8 Jam Rp 119.256
2 Maintenance Rp 20.000 1 Jam Rp 20.000
3 Administrasi Rp 5.000 3 Jam Rp 15.000
4 Transportasi Rp 15.000 2 Jam Rp 30.000

6
Rp 184.256
Jumlah
Sekali produksi
Biaya SDM untuk 5 orang Rp921.280

Jika UMR bandung Rp 2.683.277 Rupiah untuk 6 jam x 30 hari maka untuk 1 Jam =
Rp 14.907
Sumber: https://www.dapurpendidikan.com/umk-umr-kota-bandung-provinsi-jawa-barat

• Alat/ Mesin
Waktu
No Mesin/Manufaktur Komponen Biaya/Jam Total
Manufaktur
1 Sheet Metal 1. Pan 45 Menit
Working 2. Pengaduk 15 Menit Rp 20.000 Rp 25.000
3. Saluran 15 Menit
2 Welding 1. Rangka 40 Menit
2. Pan 20 Menit Rp 35.000 Rp 40833
3. Saluran 10 Menit
3 Grinding 1. Rangka 10 Menit
2. Penyangga 10 Menit
3. Poros 10 Menit
4. Pengaduk 5 Menit Rp 20.000 Rp 21.600
5. Pulley 15 Menit
6. Saluran 15 Menit

7
4 Boring/Drilling 1. Rangka 5 Menit
2. Pan 15 menit Rp 20.000 Rp 11.666
3. Penyangga 15 Menit
5 Bubut 1. Poros 35 menit Rp 35.000 Rp 20400
6 Casting 1. Pulley 2 Jam Rp 50.000 Rp 100000
Total Rp 220.000
Tabel 2.3 Biaya Alat/Mesin

• Sumber Energi
Sumber Energi yang digunakan adalah Listrik dimana listrik yang digunakan sekali
produksi diestimasikan membutuhkan sebesar 150.000
• Tempat
Tempat Manufaktur kami gunakan Laboratorium yang ada
Untuk tempat kami menggunakan lab fabrikasi politeknik Negeri Bandung
• Harga Pokok Produksi
Merupakan Jumlah dari semua biaya yang digunakan
No Proses Harga
1 Bahan Rp 4.440.900
2 Ongkos SDM Rp 921.280
3 Manufaktur Rp 220.000
4 Sumber Energi Rp 150.000
5 Tempat -
Total Rp 5.732.180
Tabel 2.4 Harga Pokok Produksi

8
2.1.4 Table Bill of Material
No No Part Komponen Jumlah Satuan Ukuran Bahan Harga
1 GN-1100 Sub.Assy. Pan 1 Buah Ø1000x277 Mildsteel Rp 856.000
Sub.Assy.Base
2 GN-1200 1 Buah 1165x560x505 ST37 Rp 100.000
Granulator
3 GN-1300 Sub.Assy.Base Motor 1 Buah 804x380x625 ST37 Rp 50.000
4 GN-1004 Poros 1 Buah Ø20x480 ST60 Rp 40.000
5 GN-1005 Poros Penyambung 1 Buah Ø20x560 ST60 Rp 40.000
6 GN-1006 Motor 1 Buah 278x198x164 STD Part Rp 1.300.000
7 GN-1007 Perata 1 Buah 350x2x80 Mildsteel Rp 35.000
8 GN-1008 Plat Penyangga 1 Buah 250x2x50 Mildsteel Rp 26.500
9 GN-1009 Compartmen 1 Buah 500x192x447 ST37 Rp 51.000
10 GN-1010 Penampung 1 Buah 361x302x50 Mildsteel Rp 40.500
11 GN-1011 Anchor 1 Buah 225x3 ST37 Rp 10.000
12 GN-1012 Pulley 1 1 Buah Ø228x40 Cast Iron Rp 80.000
13 GN-1013 Pulley 2 1 Buah Ø145x40 Cast Iron Rp 65.000
14 Type B40 Belt 2 Buah 1016x17 Rubber Rp 100.400
15 UCP 204 Bearing Housing 4 Buah 127x38x62 STD Part Rp 60.500
16 ISO 4014 Bolt 30 Buah M10x65 Steel Grade Rp 45.000
Worm Gear/ Speed
17 STDPart 1 Buah 190x75x134 STD Part Rp 1.550.000
Reducer
18 ISO 4032 Nut 12 Buah M10 Steel Grade Rp 45000

Tabel 2.5 Bill Of Material

10
2.1.5 Table Of Manufacture
No No Part Komponen Jumlah Satuan Ukuran Bahan Proses Manufaktur Waktu
1 GN-1100 Sub.Assy. Pan 1 Buah Ø1000x277 Mildsteel Sheet Metal Working 80 Menit
Sub.Assy.Base
2 GN-1200 1 Buah 1165x560x505 ST37 Welding 145 Menit
Granulator
3 GN-1300 Sub.Assy.Base Motor 1 Buah 804x380x625 ST37 Welding 70 Menit
4 GN-1004 Poros 1 Buah Ø20x480 ST60 Turning 20 menit
5 GN-1005 Poros Penyambung 1 Buah Ø20x560 ST60 Turning 20 menit
6 GN-1006 Motor 1 Buah 278x198x164 STD Part - -
7 GN-1007 Perata 1 Buah 350x2x80 Mildsteel Sheet Metal Working 35 Menit
8 GN-1008 Plat Penyangga 1 Buah 250x2x50 Mildsteel Sheet Metal Working 25 Menit
9 GN-1009 Compartmen 1 Buah 500x192x447 ST37 Sheet Metal Working 45 Menit
10 GN-1010 Penampung 1 Buah 361x302x50 Mildsteel Sheet Metal Working 35 menit
11 GN-1011 Anchor 1 Buah 225x3 ST37 Bending 25 Menit
12 GN-1012 Pulley 1 1 Buah Ø228x40 Cast Iron - -
13 GN-1013 Pulley 2 1 Buah Ø145x40 Cast Iron - -
14 Type B40 Belt 2 Buah 1016x17 Rubber - -
15 UCP 204 Bearing Housing 4 Buah 127x38x62 STD Part - -
16 ISO 4014 Bolt 12 Buah M10x65 Steel Grade - -
Worm Gear/ Speed
17 STDPart 1 Buah 190x75x134 STD Part - -
Reducer
18 ISO 4032 Nut 12 Buah M10 Steel Grade - -

Tabel 2.6 Manufaktur

11
BAB III
METODOLOGI
3.1 Quality Function Deployment (QFD)
3.1.1 Pengenalan Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) merupakan pendekatan sistimatik
yang menentukan tuntutan atau permintaan konsumen kemudian menterjemahkan
tuntutan tersebut secara akurat kedalam teknis, manufacturing, dan perencanaan
produksi yang tepat. Lou Cohen dalam laporan penelitian Uswatun Hasanah
(2007:12) mendefinisikan QFD adalah metode terstruktur yang digunakan dalam
proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi
kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. QFD meliputi seluruh komponen
yang diterapkan dalam rencana pengembangan sekolah dengan target
teridentifikasi. Revelle (2007:14) berpendapat bahwa QFD was created to help
organization improve their ability to understand their customers needs as well as to
effectively respond to those needs. Pendapat tersebut berarti bahwa QFD dibuat
untuk membantu organisasi dalam meningkatkan kemampuan organisasi di sekolah
dalam memahami kebutuhan konsumen dan secara efektif memberi tanggapan
kepada kebutuhan konsumen.
Tony Wijaya (2011:79) berpendapat bahwa QFD terdiri atas beberapa
aktivitas utama yaitu: (1) penjabaran persyaratan konsumen; (2) penjabaran
karakteristik kualitas yang dapat diukur; (3) penentuan hubungan antara kebutuhan
kualitas dan karakteristik kualitas; (4) penerapan sejumlah nilai berdasarkan
sejumlah angka tertentu terhadap masing-masing karakteristik kualitas; (5)
penyatuan karakteristik kualitas ke produk; (6) perancangan produksi dan
pengendalian kualitas produk. QFD terdiri dari beberapa tahapan yaitu: (1)
penjaminan kualitas produk atau jasa; (2) penjabaran persyaratan konsumen melalui
pendapat konsumen (angket, survei); (3) penjabaran karakteristik kebutuhan
konsumen (checklist); (4) dan pembuatan matriks House of Quality yang dimulai
dengan penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dankarakteristik kualitas.

12
3.1.2 Tahapan dalam Metode QFD
Metode QFD akan berjalan jika pelaksanaan tahapan metode tersebut
dilaksanakan dengan baik. Tahapan utama yang harus diterapkan dalam
melaksanakan metode QFD adalah penjaminan kualitas produk dan jasa, penilaian
konsumen terhadap produk dan jasa, pembuatan angket kebutuhan konsumen,
survei konsumen, penyusunan daftar periksa serta pembuatan matrik House of
Quality.
1) Kualitas Quality Function Deployment
Kualitas Quality Function Deployment adalah salah satu metodelogi untuk
membantu suksesnya membuat perubahan pada operasi bisnis yang menekankan
pada pencegahan (preventive) dari pada reaksi (resctive). Penggunaan Quality
Function Deployment untuk membantu mendefinisikan “apa yang dilakukan” dan
transformasi yang progresif apa yang dilakukan terhadap “bagaimana
memperbaiki” dengan berbagai cara sehingga didapat hasil performa yang
konsisten dalam memuaskan pelanggan. Pada buku Tony Wijaya (2011:79)
pendekatan dasar yang digunakan dalam QFD adalah konsep yang hampir sama
dengan praktik yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur Amerika.
Dimulai dengan identifikasi kebutuhan konsumen yang selalu dinyatakan dalam
item kualitatif seperti: kelihatan bagus, efektif penggunaan, aman, sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, secara garis besar QFD adalah sebagai berikut :

Proses Pelaksanaan QFD


Untuk mengimplementasikan sebuah produk, keinginan konsumen yang
sering kali samar-samar harus dikonversikan kedalam kebutuhan internal yang

13
nantinya dapat ditindak lanjuti, yang kemudian disebut dengan kebutuhan desain.
Umumnya, ada beberapa karakteristik produk global sedemikian rupa sehingga jika
direalisasikan secara tepat akan memberikan kepuasan pada konsumen. Menurut
Bethe (1962:314) kualitas adalah sebuah kata abstrak kecuali jika digunakan untuk
menemukan dan mengukur karakteristik dari produk. Kualitas berhubungan dengan
keekonomisan produksi. Tingkat kualitas dapat dijaga di bawah proses produksi
yang direncanakan dengan baik. Hal ini dilakukan agar dapat diterima oleh
konsumen. Kualitas juga menunjang biaya produksi dan harga jual.
2) Penilaian Konsumen (assessment of customers)
Andreassen (2004:50) menjabarkan kepuasan konsumen sebagai harapan
konsumen yang berupa perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa yang
diterimanya dan dirasakannya setelah membeli dan menggunakan produk atau jasa.
Kepuasan konsumen tidak dapat diukur secara langsung melalui pengukuran
obyektif. Kepuasan konsumen harus dilihat sebagai sesuatu hal yang abstrak dan
merupakan fenomena teoritis yang dapat diukur melalui banyak indikator. Untuk
mengetahui kepuasan konsumen, digunakan angket penilaian konsumen terhadap
rencana pengembangan sekolah.
3) Angket
Sugiyono (2010:38) berpendapat bahwa angket merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden.
Kelebihan metode angket adalah dalam waktu yang relatif singkat dapat
memperoleh data yang banyak, tenaga yang diperlukan sedikit dan konsumen dapat
menjawab dengan bebas tanpa terpengaruh orang lain. Berdasarkan pendapat
tersebut, dengan angket produsen dapat mengetahui pendapat konsumen, kelebihan
dan kekurangan produk yang dihasilkan oleh produsen tersebut.
4) Survei
Definisi survei di sini adalah survei kebutuhan konsumen. Menurut Palmer
(2012:49) survei digunakan untuk mengetahui informasi penting yang dapat
berpengaruh pada usaha seseorang. Usaha tersebut termasuk jenis usaha yang baru
dimulai atau usaha yang telah berjalan. Survei konsumen menjembatani
kesenjangan antara konsumen dan tim pelaksana. Survei dilaksanakan dengan cara

14
bertatap muka langsung dengan responden. Dengan adanya interaksi tatap muka
antara tim pelaksana dan konsumen, survei memungkinkan keduanya untuk
mengetahui hal-hal yang penting bagi hubungan tim pelaksana dan konsumen.
Menurut Sugiyono (2010:50) cara yang efektif dalam melakukan survey
adalah dengan melakukan interview langsung. Alat yang digunakan dalam
interview sama dengan angket, hanya saja diisi oleh petugas lapangan yang
bertanya kepada responden. Informasi yang diperoleh bisa lebih banyak dan
suasananya bisa lebih santai. Namun metode ini membutuhkan waktu yang tidak
sedikit karena pertanyaan dalam proses interview selalu berkembang sesuai dengan
keadaan di lapangan. Setelah dilakukan survei kebutuhan konsumen, data survei
kebutuhan konsumen ini bisa diolah oleh tim pelaksana untuk perbaikan maupun
perawatan.
5) Kebutuhan
Stephani Puspita (2013) mendefinisikan kebutuhan sebagai salah satu aspek
psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya serta
menjadi dasar atau alasan untuk berusaha. Kebutuhan dipengaruhi oleh
kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan
suatu masyarakat, semakin tinggi dan banyak pula macam kebutuhan yang harus
dipenuhi. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu
memenuhi kebutuhan. Tujuan tim pelaksana adalah sama, yaitu memenuhi
kebutuhan konsumen. Kebutuhan konsumen diperoleh setelah melaksanakan
penyebaran angket dan survei didata dalam bentuk daftar periksa atau checklist.
6) Daftar Periksa (checklist)
Ayu Rai (2010:25) berpendapat bahwa metode yang paling sederhana dalam
penilaian kinerja adalah metode penilaian kategori. Penilaian ini meminta para
manajer memberi nilai untuk tingkat-tingkat kinerja karyawan dalam formulir
khusus yang dibagi dalam ketegori kinerja. Daftar periksa (checklist) merupakan
cara umum dalam metode penilaian kategori. Daftar periksa dapat dimodifikasi
sehingga bobot yang berbeda-beda dapat diterapkan pada kalimat atau kata-kata.
Daftar periksa memudahkan tim pelaksana untuk proses perbaikan pada
RPS.Menurut Tony Wijaya (2011:35) terdapat beberapa kesulitan dalam pengisian
daftar periksa ini. Kesulitan tersebut adalah: (1) skala penilaian grafik, kata-kata

15
atau kalimat bisa memiliki arti yang berbeda; (2) penilai tidak bisa membedakan
hasil penilaian jika daftar periksa yang diberi bobot ini digunakan. Dalam hal ini
harus diperlukan keahlian dalam melakukan daftar periksa.
3.1.3 Manfaat QFD (Quality Function Deployment)
Menurut Nasution (2001:24) QFD membawa sejumlah manfaat bagi
organisasi yang berupaya meningkatkan persaingan mereka secara terus menerus
memperbaiki kualitas dan produktifitas. Manfaat dari QFD antara lain:
1) Fokus pada Pelanggan.
QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan.
Informasi kemudian diterjemahkan ke dalam sekumpulan persyaratan
pelanggan yang spesifik.
2) Efisiensi Waktu
QFD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan
produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan
telah diidentifikasikan dengan jelas.
3) Orientasi Kerjasama Tim
QFD merupakan pendekatan orientasi kerjasama tim. Semua keputusan
dalam proses didasarkan atas consensus dan dicapai melalui diskusi
mendalam dan brainstorming.
4) Orientasi pada Dokumentasi
Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen
komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala
proses yang ada dan perbandinganya dengan persyaratan pelanggan.
Sementara Menurut pendapat ASI (2003) manfaat utama QFD yaitu
menurunkan waktu proses,
meningkatkan komunikasi internal, dokumentasi yang lebih baik,
menghemat biaya.

Ariani dalam Tony Wijaya (2011: 48) mengngkapkan bahwa QFD


mempunyai manfaat:
1) Costumer Focused, yaitu mendapatkan input dan umpan balik dari
pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan.

16
2) Time Efficient, yaitu mengurangi waktu pengembangan produk.
3) Time Oriented. QFD menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
kelompok. Semua keputusan didasarkan pada consensus dan keterlibatan semua
orang dalam diskusi dan pengambilan kesimpulan dengan teknik Brainstorming.
4) Documentation Oriented.
QFD menggunakan data dan dokumentasi yang berisi semua proses dan
seluruh kebutuhan dan harapan pelanggan. Data dan dokumentasi ini digunakan
sebagai informasi mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan yang selalu
diperbaiki dari waktu per waktu.
Tony Wijaya dalam buku Manajemen Kualitas Jasa (2011:79), mengatakan
bahwa QFD mempunyai manfaat sebagai berikut.
1) Rancangan produk dan jasa baru memuaskan kebutuhan pelanggan.
2) Berfokus pada efisiensi waktu, dalam hal tersebut akan mengurangi
lamanya waktu yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan
sehingga
dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru. Perkiraan
perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga
sampai setengah dibandingkan dengan sebelum menggunakan QFD.
3) Mendorong terselenggaranya tim kerja. Semua keputusan dalam proses
diambil berdasarkan ketepatan bersama dalam diskusi seluruh departemen.
Masing-masing anggota tim kerja mempunyai kedudukan yang sama
pentingnya dan memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.

17
3.1.4 Kelemahan QFD
Metode Quality Function Deployment (QFD) ini mempunyai kelemahan
juga, dalam pendapat Tony Wijaya di buku Manajemen Kualitas jasa (2011:49)
berpendapat bahwa Quality Function Deployment (QFD) mempunyai kelemahan
kelemahan, sebagai berikut.

1) Memerlukan keahlian spesifik beragam yaitu input pada QFD memerlukan


analis pasar. Penerjemahan karakteristik kualitas membutuhkan keahlian
peramcangan. Penerjemahan ke spesifikasi teknis.
2) Kesulitan dalam pengisian matriks
3) Hanya merupakan alat, tidak ada kejelasan kerangka pemecahan masalah.
QFD merupakan metode yang beroprasi berdasarkan input,
mengolahnya, dan mengeluarkan output tertentu. Keberhasilan alat ini
ditentukan oleh kejelian melihat konteks permasalahan yang dapat
dikategorikan menjadi upstream yaitu penentuan sumber input yang tepat,
dan downstream yaitu tindak lanjut yang dilakukan pada output.
4) Bersifat proyek tanpa kelanjutan yaitu tidak ada pembakuan institusi atau
job discipsion yang tepat untuk orang-orang yang terlibat didalamnya.
QFD merupakan tindakan untuk mengetahui voice of customer (pengguna),
kemudian melalui pengembangan produk ke lantai produksi dan keluar dari daerah
pemasaran, sebagai contoh untuk memudahkan dalam memahami proses
pembuatan dan analisis QFD maka akan diberikan contoh peningkatan nilai UAN
siswa, dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa ada beberapa langkah dalam
pengembangan proses QFD pada matrik perencanaan produk. Langkah-langkah
tersebut dibagi dalam beberapa tahapan yang dimulai dari identifikasi keiginan
siswa yang meliputi pengumpulan data, implementasi data dan penetuan tingkat
relatif dari setiap keinginan siswa, kenyamanan siswa dan kemampuan siswadalam
menyerap ilmu.
3.1.5 Metodelogi QFD
Pada bagian ini akan menjelaskan tentang unsur-unsur yang terlibat
langsung dalam QFD. Metode QFD menurut Lou Cohen (1995:60) memiliki
beberapa tahap perencanaan dan pengembangan melalui matriks, yaitu :

18
1) Matrik perencanaan produk (House of Quality): HOQ lebih dikenal dengan
rumah pertama yang menjelaskan tentang customer needs, technical
requirment, co-relationship, relationship, customer competitive evaluation,
competitive technical assement dan targets. HOQ terdiri dari tujuh bagian
utama tersebut.
2) Matrik perencanaan part (Part Deployment): lebih dikenal dengan rumah
kedua adalah metrik yang mengidentifikasi faktor-faktor teknis yang
kritikal terhadap pengembangan produk.
3) Matrik Perencanaan proses (Process Planing): lebih dikenal dengan rumah
ketiga yang merupakan matrik untuk mengidentifikasi pengembangan
proses pembuatan suatu perencanaan pengembangan mengetahui proses
perencanaan matik HOQ.

4) Matrik perencanaan manufacturing: Lebih dikenal dengan rumah keempat


yang memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan.

Menurut Nasution (2010:47) mengatakan bahwa persyaratan produksi


ditentukan dari operasi proses kunci. Pada fase ini dihasilkan prototype dari
peluncuran RPS. Proses QFD dimulai dari riset segmentasi pasar untuk mengetahui
siapa pelanggan produk dan karakteristik serta kebutuhan pelanggan, kemudian
mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan
kedalam desain produk secara teknis yang sesuai atau cocok dengan apa yang
dibutuhkan pelanggan. Setelah desain produk dilanjutkan dengan desain proses,
yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga diketahui
karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian ditentukan
proses operasi atau produksi dan arus proses produksi. Akhirnya disusun rencana
produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk sesuai dengan
kebutuhan pelanggan

19
4. Matriks House Of Quality (HOQ)
a. Pengertian House Of Quality (HOQ)
House Of Quality (HOQ) merupakan rumah pertama dan merupakan bagian
dari pengembangan QFD. Pada House Of Quality terdapat WHATs (merupakan
customer requirement/voice of custemer), HOWs (merupakan technical
requirement), matrik hubungan competitive assesment (konsumen dan teknis).
House of Quality atau rumah kualitas merupakat alat yang digunakan untuk
menggunakan struktur QFD.
b. Pengertian Matrik House Of Quality (HOQ)
Matrik House Of Quality (HOQ) adalah bentuk yang paling dikenal dari
representasi QFD. Matrik ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian utama. Bagian
horisontal pada matrik ini berisi tentang informasi yang berhubungan dengan
konsumen dan ini disebut dengan customer table. Bagian vertikal pada matrik
berisi tentang informasi teknis sebagai respon dari input konsumen, dan disebut
dengan tecnichal table. Castomer information tentang konsumen untuk
memberikan informasi dalam pembentukan metode QFD, sedangkan teknik
information adalah responden yang dibutuhkan dari konsumen yang bermanfaat
bagi distributor. Tony Wijaya (2011:53) mendefinisikan matriks House of Quality
atau rumah kualitas sebagai alat yang digunakan untuk menggunakan struktur
QFD. Hasil akhir dalam penerapan metode QFD adalah matriks House of Quality.
Matriks House of Quality merupakan matriks yang berbentuk rumah.

Tahapan pembuatan matriks House of Quality sesuai dengan diagram


tersebut yaitu:
1) Menentukan Karakteristik Produk
Karakteristik produk yang dimaksud disini adalah karakteristik atau jenis
kebutuhan yang sesuai dengan keinginan pelanggan, yang meliputi desain,
komposisi, proses pemberian produk, mutu, dan lainnya.
2) Mengadakan Penilaian Karakteristik Produk
Penilaian ini digunakan untuk dapat menerjemahkan apa yang diinginkan
pelanggan menjadi suatu rangkaian pemrosesan terhadap produk atau jasa
bahan baku tersebut.

20
3) Menentukan Variable Performansi Para Pemasok
Pemasok yang dimaksud disini adalah pemasok bagi unit usaha untuk
kegiatan produksi yang harus ditentukan.
4) Mengadakan Penilaian Performansi
Penilaian performansi yang dimaksud adalah tentang kekuatan maupun
kelemahan rencana pengembangan sekolah.
Dilihat dari unsur yang terlibat begitu sederhana dalam membuat HOQ
(House of Quality) ini dapat disimpulkan pembuatan matik sedikit rumit namun
masih dapat dipahami oleh pembaca yang akan menjalankan proses
pengembangan supaya lebih terstuktur dalam melakukan perencanaan
pengembangan. Namun tetap dihubungkan urutan pengerjaannya, adapun urutan
HOQ adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi Konsumen/Pemakai
Permulaan QFD adalah dengan menggariskan apa yang akan diselesaikan
berdasar pada kebuuhan konsumen.
2) Menentukan Customer Need-nya
Customer need sering juga disebut dengan voice of the customer. Penentuan
ini mengandung hal-hal yang dibutuhkan oleh konsumen dan masih bersifat
umum, sehingga sulit untuk langsung diimplementasikan harus ditentukan
terlebih dahulu.
3) Menentukan Importance Rating
Merupakan tingkat kepentingan dari VOC dan diperoleh dari hasil
perhitungan kuisioner yang disebarkan.
4) Analisis tentang Customer Competitive Evaluation
Analisis ini dilakukan dengan pengumpulan data yang diperoleh.
5) Menentukan Technical Requirement
Technical requirement merupakan pengembangan dari customer need. Pada
bagian ini akan ditetapkan berdasarkan kemampuan yang ditetapkan
konsumen.
6) Menentukan Relationship
Agar memperoleh nilai secara kuantitatif maka antara customer need dan
technical requirement merupakan langkah selanjutnya untuk menemukan

21
nilai bobot.
7) Menentukan Target
Target ditentukan dengan how much is enough yang merupakan
perhitungan
spesifikasi dari HOWs. Nilai target direpresentasikan untuk memenuhi
keinginan konsumen, sehingga sepantasnya jika nilai terget yang hendak
dicapai ditetapkan dengan nilai yang tinggi dan rasional.
8) Membuat Matrik Korelasi
Matrik korelasi terletak diatas matrik House Of Quality yang merupakan
atap dan sebagai penentu dari struktur hubungan setiap item HOW.
9) Membuat Analisis Competitive Technical Assesment.
Analisis ini dengan membandingkan yang terdahulu dengan yang akan
dibuat.
10) Menentukan Bobot
Bobot ditentukan dari hubungan korelasi antara customer requirement dan
technical requirement yang ditentukan dari jenis hubungan yang
berlangsung.

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Quality Function Deployment (QFD) merupakan pendekatan sistimatik
yang menentukan tuntutan atau permintaan konsumen kemudian menterjemahkan
tuntutan tersebut secara akurat kedalam teknis, manufacturing, dan perencanaan
produksi yang tepat. Adapun tahapan prosesnya sebagai berikut :
1) ) Kualitas Quality Function Deployment
2) Penilaian Konsumen (assessment of customers)
3) Angket
4) Survei
5) Kebutuhan
6) Daftar Periksa (checklist)

Adapun hasil QFD dengan urutan prioritas peningkatan sebagai berikut:


1. Proses Manufaktur (230 Poin)
2. Pemilihan Material yang baik (179 Poin)
3. Proses Assembly (166 Poin)
4. Peningkatan kualitas SDM (122 poin)
5. Peningkatan jumlah pegawai Marketing (114 Poin)
6. Sponsorship dengan perusahaan penyedia komponen (88 poin)

4.2 Saran
Adapun saran dalam melakukan metode QFD :
1. Menentukan Requirement List Secara tepat.
2. Memutuskan penilaian berdasar keputusan kelompok.
3. Menentukan cara peningkatan kualitas dengan jumlah yang banyak.jumlah
tersebut menentukan ketelitian QFD.

23

Anda mungkin juga menyukai