Anda di halaman 1dari 62

Lina Agustiana

Belajar Ilmu Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS

1. Pengkajian Data Pada Klien Dengan Hepatitis


2. Identitas klien :
1)
Jenis klelamin: pada penyakit hepatitis B banyak dialami laki-laki dibandingkan
perempuan karena terkait dengan beberapa faktor penyebab, pengunaan obat suntikan,
homoseksual, heteroseksual dan orang-orang yang terkait hepatitis B (Muttaqin, 2013)
2)
Lingkungan: pada daerah endemitas tinggi dan sebaliknya pada derah dengan pravelensi
rendah penularan secra horizontal telah terjadi oleh penyalah penggunaan obat, penggunaa
instrumens yang tidak steril, tusuk jarum dan tindik (Juffri, 2012)
3)
Umur : infeksi sering terjadi pada usia yang lebih tua, ditularkan secra horizontal pada
masa anak dengan kontak erat penggunaan sikat gigi, pisau cukur atau berciuman dan kontak
seksual pada dewasa muda. (Juffri, 2012)
1. Riwayat kesehatan :
1)
Keluhan utama :klien merasakan mual muntah, demam, ikterus pada daerah mata dan kulit,
nyeri abdomen kanan atas (Muttaqin, 2013)
2)
Riwayat penyakit sekarang :diadapatkan keluhan mual muntah,keluhan nyeri pada
abdomen dan terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas (Muttaqin, 2013)
3)
Riwayat penyakit dahulu:anggota keluarga yang juga pernah mengalami penyakit hepatitis
B dan khususnya pada ibu yang pernah menderita hepatitis kronik. (Muttaqin, 2013)
1. Pemeriksaan Fisik Pada Klien Dengan hepatitis B
2. Pemeriksaan head toe-toe
1) Kepala:

I: Muka normal,simetris kan dan kiri warna muka ikterikrambut hitam, bentuk tengkorak normal,
kulit keepala normal tidak mengalami perdangn ,tumor maupun bekas luka
P: Tidak terdapat massa, pembengkakan, nyeri tekan tidak ada
P:A:-

2)

Mata :

I: Sklera mata tampakmikterik, konjungtiva merah muda, tidak terdapat ptosis pertumbuhan
rambut bulu mata baik, reaksi pupil terhadap cahaya isokor.
P: Tidak terdapat massa, tidak terdapat odem, tidak terdapat nyeri tekan
P:A:3)

Telinga:

I: Bentuk normal,warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat odem, tidak terdapat serumen,
kotoran maupun perdarahan
P: Tidak terdapat nyeri tekan.
P:A:4)

Hidung:

I: Keadaan kulit tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembengkakan, lubang hidung simetris,
P: Tidak terdapat nyeri tekan pada tulang hidung, pada sinis-sinus hidung tidak mengalami nyeri
tekan
P:A:5)

Mulut:

I: Mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi, warna lidah pucat tidak terdapat kelainan pada dasar
mulut dan palut lidah atau kecacatan.
P: Tidak terdapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau tumor
P:A:6)

Leher:

I: Bentuk leher simetris,warna kulit leher ikterus tidak adanya pembengkakan, tidak terdapat
pembesaran tiroid
P: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesran limfe
P:A:7)

Dada:

I: Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat odem,tidak terdapat peradangan
P:Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa, kesimetrisan ekspansi dada normal.
P: Terdapat suara paru sonor pada ics 1-5
A: Terdapat suara vesikuler.
8)

Perut:

I:Bentuk perut flat, tidak ada lesi, tidak ada odem


A: Terdapat suara bising usus 10-12 kali/menit
P: Terdapat suara timpani
P: Tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak terdapat massa
9)

Genetalia :

I:Tidak terdapt lesi, tidak terdapat perdangan, pertumbuhan rambut pubis merata, tidak tedapat
odem
P: Tidak terdapat nyeri tekan,tidak terdapat massa

10) Alat gerak :


I: Tidak terdapat atrofi maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi tremor tidak
terdapat kelemahan(paralisi)
P:Tidak terdapat odem,atau nyeri tekan,tidak

terdapat krepitasi.

P: Kekuatan otot bisep dan trisep normal.

1. Diagnosa Keperawatan Pada Klien Dengan Hepatitis B


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah (Padilla, 2012)
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamsi hati dan bendungan vena porna (Padilla, 2012)
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhdapa
inflamsi hepar (padill, 2012)
5. Intoleransi Aktvitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi sekunder
terhadap hepatitis B, malaise umum, pembatasan aktivitas.(Lusianah, 2010)
6. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit dan jaringan berhubungan dengan priritus
sekuder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu (Lusianah, 2010)
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungn dengn sifat menular dari agent virus
(Lusianah, 2010)
8. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat muntah sekunder terhadap hepatitis B (Lusianah, 2010)

1. Intervensi keperawatan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah (Padilla, 2012)
Tujuan menurut (NOC, 2008)

1)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.x 24 Jam diharapkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil:
1)

Klien asupan makanan, cairan, dan zat gizi tercukupi

2)

Menunjukkan peningkatan berat badan dan tanda-tanda malnutrisi

3)

Mempertahankan massa tubuh dan dan berat badan ndalam batas normal

4)

Menunjukkan nilai laboratorim (tranferin,albumon dan elektrolit) dalam bats normal.

5)
Menunjukkan status gizi cukup ditandai dengan asupan makanan, cairan dan zat gizi
seimbang
Intervensi keperawatan menurtut (NIC, 2008) :
1)

Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan

Rasional: keletihan berlamjut menurunkan keinginan untuk makan


2)

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering

Rasional: adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan
kapsitasnya
3)

Pertahankan hyegiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan

Rasional:akumulasi partikel makanan dapat menmbah bau dan rasa tidak sedap yang
menurunkan nafsu makan
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering Rasional: untuk mempertahankan asupan nutrisi
sehingga kebutuhan nutrisi tercupi
5)
Berikan diit tinggi kalori, rendah lemakRasional: glikosa dalam karbohidrat cukup efektif
untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar(Padilla, 2013)
6)
Kolaborasikan dengan advice dokter dalam pemberian obat antiemetik dan analgesik
sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkanRasionalnya: pemberian antiemetik
dapat menekan mual yang dialami klien dan analgesik dapat menekan nyeri pada andomen
sehingga tidak menimbulkan mual dan muntah
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungna dengan pembengkakana hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

Tujuan menurut (NOC,2008) :


1)

Setah dilakukan asuhan keperawatanx24 jam diharapakan nyeri teratasi

Kriteria hasil :
1)

Klien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif pencegahan nyeri

2)

Klien melaporkan nyeri yang timbul, lamanya frekensi dan lokasi nyeri

3)

klien tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau wajah

4)

Klien tampak tenang tidak gelisah

Intervensi keperawatan menurut (NOC,2008) :


1)

Beikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab, seberapa lama nyeri akan berakhir.

Rasional: klien disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang dirasakan ini
akan memberi efek klien akan lebih tenang dibanding klien yang mendapakan penjelasan yang
kurang
2)
Lakukan observasi nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan, frekensi,
intesitas atau tingkat keparahan nyeri.
Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangna klien mengenai nyeri yang dirasakan
3)

Berikan massase punggung dan posisi yang nyaman

Rasional : dengan memberikan posisi yang tepat akan memberikan rasa nyaman.
4) Ajarkan teknik nonfamakologi yaitu distraksi, relaksasi, terapi musik, kompres hangat
sebelum, setelah nyeri terjadi atau meningkat
Rasional: teknik distraksi memberikan pengalihan klien mengenai nyeri yang dirasakan
sedangakan relaksasi akan mempengaruhi ketenangan klien terhadap nyeri dengan pengambilan
nafas dalam
5)

Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik

Rasional: pengobatan secara farmakologi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien
1. Hypertemi berhubungan dengan invansi virus agent dalm sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
Tujuan menurut (NOC, 2008) :

1)

Setelah dilakukan tindakan keperawtan x24 jam diharapkan hypertermi teratasi

Kriteria hasil:
1)

Menunjukkan Suhu tubuh dalam batas normal

2)

Nadi dan pernapasan dalam batang normal

3)

Perubahan warna kulit tidak ada

4)

Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan

Intervensi keperawatan Menurut (NIC, 2008)


1) Berikan informasi pada klien dan keluarga klien mengenai penyebab timbulnya hipertermi
dan tindakan yang akan dilakukan
Rasional: keluarga klien dapat mengerti penyenbab hipertemi yang dirasakan, klien dapat
koopertaif dalan tindakan keperawatan
2)

Pada suhu minimal setiap 2 jam sesuai dengan kebutuhan

Rasional: dapat menegetahu tingkat perkembangan klien


3)

Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat untuk mecegah dehidrasi

Rasional: dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu dehidrasi
4)
Berikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila, dan keningRasional: menghambat pusat
simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatsi kulkit dengan merangsang kelenjar keringat
untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
5)

Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar kain

Rasional: memberikan baju tipis pada klien berfungsi mengurangi panas melalui prose evaporasi.
6)

Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian antipiretik

Rasional: pengobatan farmakologi dapat menekan inasi penyebaran virus dan mencegah
terjadinya hipertermi.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi sekunder
terhadap hepatitis,malaise umum, pembatasan aktivitas
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan .x 24 jam diharapkan intolenrasi aktivitas
teratasi

Kriteria hasil menurut (NOC, 2008):


1)

Klien tidak lelah

2)

Tidak ada takikardi

3)

Dapt melakukan aktivitas sehari-hari

4)

Dapat melakukan perawatan diri

Intervensi keperawatan menurut (NIC, 2008):


1)

Berikan informasi penyebab keletihan individu

Rasional: dengan penjelasan penyebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenaang
2)

Bantu klien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk dan berdiri.

Rasional: melatih klien untuk setiap aktivitas dan kemandirian klien dan mencegah dekubitus
3)

Anjurkan klien untuk tirah baring

Rasional: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metaolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit.
4)
Observasi bersama tingkat keletihan selam 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu
kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
Rasional: keletihan dapat segera dinimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan.
5)

Bantu klien individu untuk mengidentivikasi kemampuan-kemampuan dan minat

Rasional: memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting


dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
1. Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakanseberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
Evaluasi dari kasus diatas
S: Klien mengatakan masih merasakan mual, namun muntah berkurang
O: Berat badan klien tetap, klien tampak porsi makan dihabiskan hanya setengah, mukosa bibir
lembab, klien tampak istirahat sebelum makan

A: Tujuan yang tercapai sebagian


P: Rencana intervensi yang dilanjutkan,dimodifikasi atau dihentikan sesuai dengan keadaan
klien.
1. Jelaskan perlunya konsumsi protein dan vitamin yand adekuat
2. Diskusikan bersama klien penyebab hilangnya nafsu makan
3. Tentukan makanan kesukaan klien dan atur agar makanan tesebut tersaji apabila
memungkinkan
4. Hilangkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dari area makanan
5. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis
makan yang sesuai bagi klien

DAFTAR PUSTAKA
Arief Muttaqin dan Kumala Sari.2013.Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah,Jakarta: Salemba Medika
Cristina (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan PemenuhanKebutuhan
Nutrisi.http://sainsmedika.fkunissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/viewFile/158/127diund
uh pada tanggal 06-mei-2014 jam 20:08
Elizabeth,(2010).Macam penyakit hepar & pemeriksaannya,
http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2008/MACAM%20%20PENYAKIT
%20HEPAR%20DAN%20PEMERIKSAANNYA.pdfdi unduh pada tanggal 06-mei-2014 jam
20:34
Hidayat A.2012.Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan,Jakarta: Salemba Medika
Muhammad Jufferi.2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi,Jakarta:IDAI
Padila.2013.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam,Yogyakarta:Nuha Medika
Rudi Haryono.2012.Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan ,Yogyakarta :Tim
Gosyen

Suratun dan Lusianah.2010.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal,


Jakarta:Transinfo Media
Tjokropraw Askandar, 2008, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Surabaya :Balai Penerbit FK
Airlangga
Wahid & Nurul.2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakata:EGC
Wikinson Judith.2007.Buku Saku Diasagnosis Keperawatan Intervensi NIC dan NOC, Jakarta:
EGC
About these ads

Share this:

Twitter

Facebook

Google

Loading...
Jul14

Leave a Reply

Post navigation
welcome
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN UROLOGI BATU
GINJAL (NEFROLITIASIS)
Create a free website or blog at WordPress.com.

Follow

Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah hepatitis. Pada konsep
askep hepatitis pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari
pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu
keperawatan Nanda NIC NOC.

Sebelum kita belajar bagaimana konsep asuhan keperawatan hepatitis, kita harus tahu
apa itu hepatitis.

DEFINISI HEPATITIS

Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau
oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler
yang khas.

Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama.

KLASIFIKASI DAN PENYEBAB HEPATITIS

Hepatitis Virus

Hepatitis A

Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anakanak & dewasa muda.

Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual
(mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari
pada usia anak-anak dan dewasa muda.

Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna
obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala
dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi didalam
feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV
meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya
suatu inveksi HAV.

Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau
da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.

Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang
rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal.

Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan
flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.

Hepatitis B

Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang
dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama
melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa
inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.

Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna


obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah
dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul
atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri
abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah.

Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati
penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14
cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.

Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg,
HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam
serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus
tersebut.

Hepatitis C

Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah hubungan
seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari.

Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor
pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.

HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm. Pemeriksaan
imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan negatifpalsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant assay,
RIBA).

Hepatitis D

Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian
melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari
rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat
IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.

Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen


permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut.

Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk


menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta
sirosis hati.

Hepatitis E

Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada
dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari.
Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah
endemis.

HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34
nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.

Hepatitis Toksik

Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain
yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan muntah.
Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak
dengan penyebabnya terbatas.

Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan


cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan
pendukung.

Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat

Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan denagn
cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang dipakai
untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,, psikotropik,
antikonvulsan dan antituberkulosis.

PATHWAY HEPATITIS

TANDA DAN GEJALA HEPATITIS

Tanda dan gejala hepatitis menurut FKUI (2006) adalah sebagai berikut:

Masa tunas

Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.

Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek
terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.

Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.

Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.

KOMPLIKASI HEPATITIS

Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien.

Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8
bulan. Sekitar 5-10% paasien heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh
dari serangan awal.

Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid
dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk.

Komplikasi lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma


heatoseluler sekunder.

Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.

Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis


hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG HEPATITIS

Laboratorium

Pemeriksaan pigmen

Urobilirubin direk

Bilirubun serum total

Bilirubin urine

Urobilinogen urine

Urobilinogen feses

Pemeriksaan protein

Protein totel serum

Albumin serum

Globulin serum

HbsAG

Waktu protombin; respon waktu protombin terhadap vitamin K

Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT

ALT atau SGPT

LDH

Amonia serum

Radiologi

Foto rontgen abdomen

Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif

Kolestogram dan kalangiogram

Arteriografi pembuluh darah seliaka

Pemeriksaan tambahan

Laparoskopi

Biopsi hati

PENATALAKSANAAN HEPATITIS

Pencegahan
Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor
darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.

Obat-obatan terpilih

Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi


imun yang berlebihan.

Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.

Lactose 3 x (30-50) ml peroral.

Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.

Roboransia.

Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)

Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.

Infus glukosa 10% 2 lt / hr.

Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.

Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah muntah sebaiknya di berikan
infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup

Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6
mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian
banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

ASKEP HEPATITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Hepatitis Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat
dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama pasien hepatitis biasanya nyeri ulu hati atau perut bagian kanan atas.
Selain itu biasanya disertai dengan tanda ikterik atau kuning pada sclera, konjungtiva
dan kulit.

Keluhan utama yang timbul biasanya bervariasi tergantung seberapa berat hepatitis
terjadi.

Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat penyakit infeksi virus, penyakit keturunan, konsumsi alkool dan lain-lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP HEPATITIS MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

NUTRISI
DS:
Mual dan muntah
Berat badan menurun dan nafsu makan menurun

DO:
BB menurun

ELIMINASI

Sistem Integuman
DS:
Kulit kuning

DO:
Kulit tampak kuning dan pucat

KENYAMANAN
DS:
Rasa tidak nyaman diperut
Nyeru ulu hati atau perut kanan atas

DO:
Tampak meringis kesakitan

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG


DIAGNOSA HEPATITIS
Laboratorium

Pemeriksaan pigmen kulit

Urobilirubin direk meningkat

Bilirubun serum total meningkat

Bilirubin urine meningkat

Urobilinogen urine

Urobilinogen feses

Pemeriksaan protein

Protein totel serum

Albumin serum

Globulin serum

HbsAG

Waktu protombin; respon waktu protombin terhadap vitamin K

Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT

ALT atau SGPT

LDH

Amonia serum

Radiologi

Foto rontgen abdomen menunjukkan pembesaran hepar

Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif

Kolestogram dan kalangiogram

Arteriografi pembuluh darah seliaka

Pemeriksaan tambahan

Laparoskopi

Biopsi hati

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


HEPATITIS
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Mual berhubungan dengan
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Defsiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator

Mengenali awitan nyeri


Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator

Ekspresi nyeri pada wajah


Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai


kenyamanan

mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10)

melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi


factor tersebut

melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian

Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya

Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien

Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya

Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang


tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.

Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri


tidak dapat dicapai

Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri


dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan

Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko


ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah

Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan


dalam pemberian obat

Untuk bayi dan anak-anak

Waspadai bahwa sama halnya dengan orang dewasa, bayi pun sensitive
terhadap nyeri, gunakan anastetik topical sebelum melakukan pungsi vena,
untuk bayi baru lahir gunakan sukrosa oral

Untuk mengkaji nyeri pada anak yang masih kecil, gunakan skala nyeri wajah
atau skala nyeri bergambar lainnya

Untuk lansia

Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek


analgesic opiate, dengan efek puncak yang lebih tinggi dan durasi peredaan
nyeri yang lebih lama

Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat penyakit pada lansia,


karena lansia sering mengalami penyakit multiple dan mengonsumsi banyak
obat

Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma penuaan

Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari dosis biasanya untuk lansia,
karena lansia lebih sensitive terhadap opioid

Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan propoksifen (darvon) atau obat lain
yang dimetabolisme diginjal

Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang panjang karena yang
meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat

Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat mendengar suara saudara


dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri

Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi, ulangi informasi sesering


mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien

Kaji interaksi obat termasuk obat bebas

Mual berhubungan dengan nyeri kepala

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat


kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek
gangguan, Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat

Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami
Indikator
Penurunan asupan cairan

Penurunan asupan makanan


Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah

Nadi cepat dan lemah

Melaporkan terbebas dari mual

Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Pantau gejala subjektif mual pada pasien

Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin

Kaji penyebab mual

Pemantauan nutrisi (NIC):

Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan

Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi

Pantau turgorkulit jika diperlukan

Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan


perdarahan pada gusi

Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan

Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):

Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin

Pantau TTV jika perlu

Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika perlu

Pantau status hidrasi, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Jelaskan penyebab mual

Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua akan


terjadi

Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk menekan
reflek muntah

Ajarkan untuk makan secara perlahan

Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama
makan

Aktivitas kolaboratif

Berikan obat antiemetic sesuai anjuran

Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang


adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien

Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain

Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi

Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah

Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau

Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum


atau sesudah makan

Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah

Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien

Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal

Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan


dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu

Perawatan dirumah

Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang disiapkan
dirumah

Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Untuk bayi dan anak-anak

Bayi dan anak-anak berisiko mengalami kekurangan volume cairan sebagai


akibat mua karena biasanya menolak diberi makan

Untuk lansia

Pantau dengan cermat efek samping obat antiemetic

Kaji apakah mual kemungkinan disebabkan obat anti inflamasi non steroid yang
diminum oleh pasien

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai


sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.

Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh indicator


sibagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering

5 selalu
Indicator

1 2 3 4 5

Merencanakan strategi koping untuk situasi


penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap..

kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas

gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas dimasa lalu

reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk
pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari

berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,


tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi

informasikan tentang gejala ansietas

ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan


gejala penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);

sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis

instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi

jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama


prosedur

Aktivitas kolaboratif

penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain

pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman

beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas

bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas

sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas dan memperluas fokus

coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif

dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan


pasien untuk menangis

yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan
nonverbal secara bergantian

sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain

sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh
pasien

singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);

gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien

damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu

jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan

bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Defsiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan dan kriteria Hasil (NOC)

Memperlihatkan pengetahuan tentang penyakit hepatitis yang dibuktikan oleh indicator


sebagai sebagai berikut:
1 tidak ada
2 terbatas
3 cukup
4 banyak
5 luas
Indicator
Deskripsi diet
Deskripsi rasiona untuk diet
Deskripsi bahan makanan yang
dianjurkan dalam diet
Deskripsi strategi untuk mengubah
kebiasaan diet
Deskripsi aktivitas pemantauan diri

1 2 3 4 5

Intervensi Keperawatan (NIC)

Catatan:
Karena defisiensi pengetahuan merupakan diagnosis yang luas, disini hanya akan
dijelaskan secara secara umum. Lihat manual NIC untuk aktifitas keperawatan untuk
intervensi tertentu.

Pengkajian

periksa keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami


program terapi dan informasi lainnya yang relevan

penyuluhan individual (NIC):

tentukan kebutuhan belajar pasien

lakukan penilaian pasien terhadap materi

tentukan tingkat kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus

tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu

kaji gaya belajar pasien

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

berikan penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien. Ulangi informasi jika


perlu

gunakan pendekatan berbagai cara, redemonstrasi dan berikan umpan balik


verbal dan tulisan

Penyuluhan individu (NIC):

BHSP

Bangun kredibilitas sebagai guru, jika perlu

Terapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan pasien

Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar

Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai

Pilih materi pengajaran yang sesuai

Beri penguatan terhadap perilaku yang sesuai

Anjurkan pasien untuk bertanya dan diskusi

Dokumentasikan penyuluhan

Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat, jika perlu

Aktivitas kolaboratif

beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien


dalam mempertahankan program terapi

buat rencana pengajaran multidisipliner yang terkoordinasi, sebutkan


perencanaannya

rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk


memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi

Aktivitas lain

berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk


memfasilitasi pembelajaran

Perawatan dirumah

penyuluhan penting dilakukan, baik ditataran perawatan dirumah maupun


ditatanan rumah sakit.

Itulah tadi Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC, mudah-mudahahn dapat
bermanfaat bagi anda.

Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domainnanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.
Tweet

Silahkan submit email anda untuk mendapatkan update artikel dari portal perawat:

ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN APLIKASI NANDA NIC NOC

Home

Blog

Askep

Laporan Kasus

SOP

Gallery

Lifestyle

Music

Dropdown

Home / Sistem Pencernaan / Laporan Pendahuluan dan Askep Hepatitis Aplikasi Nanda Nic Noc

Laporan Pendahuluan dan Askep Hepatitis


Aplikasi Nanda Nic Noc
Author - Septiawan Putra Date - 05:07 Sistem Pencernaan
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1 Defenisi
Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C.

hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat
kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun, dan vinyl klorida (Asep
suryana abdurahmat, 2010: 153).
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahanbahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

2 Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.


Virus hepatitis A (HAV)
Virus hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis E (HEV)
Hepatitis F (HFV)
Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai
daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005:
243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk
respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat
idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).

3 Manifestasi Klinis
Terdapat tiga stadium :
a. Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual,
muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.
b. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang tetapi pasien masih
lemah, anoreksia dan muntah, tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati
membesar dan nyeri tekan.
c. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak
lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua. Karena penyebab
yang biasa berbeda
4 Anatomi Fisiologi
. Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan.
Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006). Hati
merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri
dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan
posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum
Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal
yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis.
Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer.
Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari
kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di
sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang
mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
1. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
2. Fungsi metabolic
3. Fungsi pertahanan tubuh

4. Fungsi vaskular hati


a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan
empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan.
Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah air
(97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama
bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak
dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi
dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan
resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan
secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati
dan saluran empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang
berhubungan dengannya.
b. Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui
vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah
menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini
mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau
tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi
lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa
dari protein dan lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali
globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang
lain.
c. Fungsi Pertahanan Tubuh

Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi detoksifikasi
oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat
yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara
fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel
kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis
dan juga menghasilkan immunolobulin.
d. Fungsi Vaskuler Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati,
seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk
selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir
masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan
darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai
1500 cc tiap menit.
5 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus
6 Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) bilirubun serum total
3) bilirubin urine
4) urobilinogen urine
5) urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
1) protein totel serum
2) albumin serum
3) globulin serum
4) HbsAG
c. Waktu protombin
1) Respon waktu protombin terhadap vitamin K
2) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

3) AST atau SGOT


4) ALT atau SGPT
5) LDH
6) Amonia serum
d. Radiologi
1) foto rontgen abdomen
2) pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
3) kolestogram dan kalangiogram
4) arteriografi pembuluh darah seliaka
e. .Pemeriksaan tambahan
1) Laparoskopi
2) biopsi hati
7 Penatalaksanaan
Istirahat baring pada masa masih banyak keluhan, mobilisasi berangsur dimulai
jika keluhan atau gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum menurun. Aktifitas
normal sehari-hari dimulai setelah keluhan hilang dan data laboratorium normal.
Diet khusus tidak ada, yang penting adalah jumlah kalori dan protein adekuat,
disesuaikan dengan slera penderita, terkadang pemasukan nutrisi dan cairan kurang
akibat mual dan muntah, sehingga perlu ditunjang oleh nutrisi parenteral : infuse
Dekstrose 10-20 %, 1500 kalori/hari.
Hingga sekarang belum ada pengobatan spesifik bagi hepatitis virus akut. Tidak
ada indikasi terapi kortikosteroid untuk hepatitis virus akut, penambahan vitamin
dengan makanan tinggi kalori protein diberikan pada penderita yang mengalami
penurunan

berat

badan

atau

malnutrisi.

(PDT

Ilmu

Penyakit

Dalam

divisi

Gasteroenterologi-Hepatologi)
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CA PARU
1. Pengkajian
Biodata
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.

b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan,
penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
hubungan dengan klien.
Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit
perut kanan atas, demam dan kuning
Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut
kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi
dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudarasaudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya

a)
1)
2)
3)
b)
1)

berkaitan dengan penyakit pencernaan.


Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
Aktifitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa


c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
d) Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites

e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2. Diagnosa
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
diare, mual atau muntah
b. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan
pendarahan
c. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi hati
3. Intervensi

NANDA

NOC

NIC

O
1

Risiko gangguan

NOC :

NIC :

pemenuhan

Nutritional Status : food

Nutrition Management

kebutuhan nutrisi

and Fluid Intake

kurang dari

Kriteria Hasil :

kebutuhan tubuh Adanya peningkatan


b/d intake nutrisi
yang tidak
adekuat akibat
mual dan nafsu
makan yang
menurun

berat badan sesuai

dengan tujuan
Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
Mampu
mengidentifikasi

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
4. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi
5. Ajarkan pasien bagaimana
Tidak ada tanda tanda
membuat catatan makanan
malnutrisi
Tidak terjadi penurunan harian.
6. Monitor jumlah nutrisi dan
berat badan yang
kandungan kalori
berarti
7. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht


8. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
9. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
10. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
2

Resiko

NOC:

NIC :

Fluid balance
Hydration
cairan
Nutritional

kekurangan
volume
yang

dengan muntah,
pendarahan

1. Timbang popok/pembalut jika

diperlukan
Status : Food and Fluid2. Pertahankan catatan intake dan

berhubungan
diare,

Fluid management

Intake

output yang akurat


3.
Monitor
status

Kriteria Hasil :
dan
Mempertahankan
urine

output

sesuai

dengan usia dan BB,

kelembaban

hidrasi
membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan


darah

ortostatik

),

jika

diperlukan
BJ urine normal, HT
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan /
normal
Tekanan darah, cairan dan hitung intake kalori
nadi, suhu tubuh dalam harian
6.
batas normal
Tidak ada tanda
tanda
dehidrasi,7.
8.
Elastisitas turgor kulit

Kolaborasikan pemberian cairan


IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu

ruangan
baik, membran mukosa9. Dorong masukan oral
Berikan
penggantian
lembab, tidak ada rasa10.
nesogatrik sesuai output
haus yang berlebihan
11.
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )

13.

Nyeri

NOC :

berhubungan

Pain Level,
Pain control,
Comfort level

dengan proses
patologis
penyakit

Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol
nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal

Kolaborasi dokter jika tanda

cairan berlebih muncul meburuk


14. Atur kemungkinan tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
NIC :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
6. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
9. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu

5. Pilih rute pemberian secara IV,


IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
6. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
7. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

C. DAFTAR PUSTAKA
Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala Sesuatu tentang
Hepatitis.Jakarta: Arcar.
Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. (2010). Pendekatan Terkini Hepatitis B dan C
dalam PraktikKlinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto.
Syahrurachman, Agus, dkk. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Binarupa Aksara

Share

B. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Data Demograf
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dst.
2. PolaFungsional
a.Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan
Keluhan Utama : Penglihatan kabur
Riwayat penyakit :
-Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama
- Gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau memperbaiki?
-apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
Penggunaan obat sekarang :
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma pada mata
Riwayat penyakit keluarga : Keluarga yang pernah menderita
b.Pola aktivitas: Aktivitas sedikit terganggu
c.Pola kognitif Konseptual
-Terjadi kemunduran tajam penglihatan, pandangan kabur
-Pemeriksaan Fisik mata :
Konjungtiva
Visus
3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
Preoperasi
1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori akibat pterigium.
Intervensi:
- Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah satu / dua mata yang gejala terlibat.
-Orientasikan klien pada lingkungan sekitar
-Letakkan barang yang dibutuhkan klien di dekatnya
- Libatkan klien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
invasive (bedah) yang akan dilaksanakan.
Intervensi:
-Kaji tingkat ansietas
-Beri penjelasan tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan
- Beri dukungan moril berupa doa dan motivasi untuk klien

Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
terhadap operasi transplantasi kornea
-Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien
-Ajarkan kepada klien metode distraksi / relaksasi
-Ciptakan tempat tidur yang nyaman
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.
Intervensi:
-Pantau balutan setiap 2 - 4 jam
- Diskusikan dengan klien tentang pentingnya mencuci tangan sebelum mengobati
-Gunakan tehnik aseptik dalam perawatan post operatif
- Beri obat-obatan sesuai indikasi seperti obat tetes mata.
3. Resiko terhadap injury (cidera) yang berhubungan dengan perubahan ketajaman
penglihatan.
Intervensi:
-Kaji ketajaman penglihatan
- Rencanakan semua perawatan denagn klien, jelaskan rutinitas setiap hari
-Pertahankan barang-barang klien ditempat yang sama
-Bantu dalam beraktivitas sesuai dengan kebutuhan
-Anjurkan untuk menggunakan alat bantu misal tongkat
- Pertahankan penutup mata untuk meningkatkan perlindungan
4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post
operasi.
Intervensi:
-Tentukan ketajaman penglihatan
-Orientasikan klien pada lingkungan, staf, orang lain di sekitar
- Letakkan barang yang sering diperlukan dalam jangkauan sisi yang tidak dioperasi
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi nutrisi yang bergizi, misalnya buah-buahan
yang berwarna kuning, seperti pepaya, wortel dan lain-lain
- Berikan obat-obatan sesuai terapi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
Intervensi:
- Berikan penguatan kewaspadaan secara berhati-hati berhubungan dengan
penempatan perabot rumah tangga dan lain-lain
- Berikan penjelasan mengenai kondisi penyakit, proses sebelumnya dan sesudah
dilakukan pembedahan
- Jelaskan dan ajarkan perawatan secara teratur di pelayanan kesehatan terdekat
- Libatkan orang terdekat klien dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan kuliah Medikal Bedah I, Banjarbaru
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC,

Jakarta
Reeves, Charlene J - (ETal). 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit:
Salemba Medika,

Anda mungkin juga menyukai