Disusun Oleh:
Adinda Wulan Sagitari
(2015-16-054)
Pembimbing:
drg. M. T. Sugiharto, Sp. BM
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh
akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan
setempat pada tingkat gen dan adanya kehilangan kendali normal atas
pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama
dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai
hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.
Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan non-odontogenik.
Tumor odontogenik adalah neoplasma yang melibatkan jaringan
perkembangan gigi. Tumor odontogenik dibagi lagi menjadi tumor yang
berasal dari ektodermal, mesodermal, dan campuran mesio-ektodermal.
Sedangkan tumor non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik
tumor jaringan vaskuler, dan tumor jaringan syaraf. Pertumbuhan tumor
tersebut dapat terjadi dimana saja, salah satunya pada daerah rahang, yang
disebut dengan tumor rahang.
Rahang tersusun atas banyak jaringan, yaitu tulang, otot, kelenjar, dan
mukosa, oleh karena itu setiap jaringan tersebut rentan untuk terjadi
pertumbuhan yang abnormal. Terkadang terdapat kerancuan dalam
mendiagnosa tumor yang terjadi pada pasien. Untuk menghindari
kesalahan dalam mendiagnosis serta penatalaksanaan kasus tumor jinak
dan ganas, diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai perbedaan setiap
tumor yang ada pada daerah rahang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ANATOMI
Maksila dibentuk oleh tulang maksila dan palatum, yang merupakan
tulang terbesar setelah mandibula (rahang bawah). Masing-masing
maksila mempunya bagian:
1. Corpus : yang berbentuk pyramid dengan 4 permukaan dinding:
a. Facies orbitalis yang ikut membentuk dasar cavum orbi
b. Facies nasalis yang ikut membentuk dinding lateral cavum
nasi
c. Facies infra temporalis yang menghadap postero-lateral
d. Facies anterior.
2. Processus : ada 4 proscessus yaitu
a. Proc. Frontalis yang bersendi dengan os. Frontale, nasal
dan lacrimale
b. Proc. Zygomaticus yang bersendi dengan os. Zygomaticus
c. Proc. Alveolaris yang ditempati akar gigi
d. Proc. Palatines yang memisahkan cavum nasi dengan
cavum oris.
Corpus maksila merupakan bangunan berongga, berdinding tipis,
terutama pada facies nasalis. Rongga tersebut dinamakan sinus
maksilaris, yang merupakan sibus terbesar dari keempat sinus
paranasalis yang ada. Di bawah mukosanya, pada dinding anterior
dan posterior, terdapat anyaman saraf yang dibentuk cabang n.
maksilaris yang masuk menuju sinus melalui canalis alveolaris dan
canalis infra orbitalis untuk mempersarafi gigi rahang atas. Akar
gigi yang tumbuh pada proc. Alveolaris maksila kadang-kadang
dapat menembus sinus, yaitu akar gigi dari M1. Terdapat juga otototot yang kecil dan tipis yang melekat pada maksila yang mendapat
persarafan motorik dari nervus fasialis.
2.2
Etiologi
Penyebab dari tumor maxilla odontogenik paling banyak disebabkan
oleh tumbuhnya gigi bungsu (molar 3) yang tidak seharusnya (impaksi).
Hal tersebut mengakibatkan gigi di sekitarnya menjadi terdesak dan
memicu terjadinya pembengkakan dan pembengkakan tersebut akan
memicu terbentuknya tumor. Selain itu terdapat penyebab lain yang
memicu tumbuhnya tumor adalah:
1. Masalah pada mulut
Masalah pada mulut seperti gigi berlubang, karies, gigi yang patah,
dan gigi yang tumbuh di luar jalur dapat mengakibatkan
pembengkakan pada mulut yang akan menjadi penyebab terbentuknya
tumor.
2. Trauma rahang
Trauma rahang seperti rahang patah, bruxism (menggertak) atau
pertumbuhan tulang rahang yang berada di luar batas yang terkadang
muncul pada usia lanjut.
3. Infeksi sinus
Infeksi ini dapat menyebabkan nyeri pada rahang akibat adanya
tekanan di rongga sinus sehingga dapat menjalar dan berdampak pada
rahang.
4. Lain-lain
2.3
Klasifikasi
Klasifikasi tumor odontogenik regio rahang:
A. Tumor jinak. (Kramer, Pindborg, Shear-1992)
a. Tumor odontogenik epithelium : hanya melibatkan jaringan
epitel odontogenik tanpa partisipasi odontogenik
ektomesenkimal.
1. Ameloblastoma
- Tumor jinak epitel yang bersifat infiltratif, tumbuh
lambat, diawali dengan asimptomatik, tidak
berkapsul, berdiferensiasi baik. Berasal dari lamina
dentalis atau unsur-unsurnya. Kasus tumor ini terjadi
lebih banyak di rahang bawah, khususnya di daerah
posterior dan ramus, dibandingkan dengan maksila
-
(lebih
sering
pada
dapat berupa
maxilla)
atau
3. Odontogenic myxoma
Tumor ini lebih sering pada wanita berusia 10-30 tahun.
Tumor ini biasa berhubungan dengan kelainan congenital
atau gigi yang tidak tererupsi. Pertumbuhan tumor ini
lambat, dapat atau tidak disertai dengan nyeri, pergeseran
gigi, ulserasi, parestesia. Tumor ini dipercaya berasal dari
periodontal ligament. Dapat menyerang daerah maxillary
sebesar 25% kasus. Predileksi: posterior mandibular.
Gambaran: batas tidak jelas, jellylike tumor (myxoid)
yang terupsi.
Lokasi yang paling sering yaitu di maxillary incisorcanine dan mandibular molar. Biasa lesi asimptomatik
Tumor Ganas
a. Odontogenic carcinomas:
- Metastasizing ameloblastoma: ameloblasatoma yang
bermetastase terlepas dari gambaran histologi yang
ameloblastoma
Diagnosis
tumor
ini
adalah
adalah
pada
pulmo.
sama
seperti
kombinasi
gambaran
histologis
dari
ameloblastoma.
b. Odontogenic Sarcoma:
- Ameloblastic fibrosarcoma: tumor ini adalah tipe
ganas dari ameloblastik fibroma. Predileksi tumor ini
adalah di mandibular. Gejala tumor ini adalah adanya
edema dan rasa sakit serta terjadi paresthesia. Pola
histologis menyerupai fibroma ameloblastik di mana
jaringan epitel jinak tetapi komponen jaringan ikat
adalah maligna.
B. Ganas
:
a. Osteosarcoma
i. Osteosarkoma adalah tumor ganas yang ditandai dengan
produksi osteoid secara langsung oleh stroma sarcoma.
Tumor ini adalah tumor primer sarcoma yang paling
umum. Tumor tersebut dapat terbentuk dari
abnormalitas tulang yang sebelumnya, seperti Pagets
disease. Osteosarkoma yang melibatkan rahang hanya
5-7% kasus osteosarkoma dengan predileksi laki-laki
berusia 30 tahun. Tumor tersebut lebih sering
menyerang mandibula dibandingkan dengan maksila.
ii. Gejala yang muncul: bengkak, nyeri, gigi menjadi
goyang, akan tetapi tergantung dari lokasi tumor.
iii. Gambaran radiologi: tepi tidak tegas dan tidak
beraturan, adanya pelebaran simetris dari periodontal
ligament dan pada tulang extracortical membentuk
sunburst appearance. Selain itu juga dapat ditemukan
destruksi dari kortikal.
b. Burkitts Lymphoma
iv. Burkitts lymphoma adalah suatu keganasan dari nonHodgkins B-cell limfoma yang dapat terjadi pada
beberapa kasus tumor rahang. Burkitts limfoma
muncul karena adanya aktivasi dari onkogen c-myc
melalui resiprokal translokasi kromosom (8:14). Lebih
dari 95% kasus kasus tersebut berhubungan dengan
Epstein-Barr virus dan selain itu berhubungan dengan
pasien infeksi HIV. Pada kasus endemic (biasanya
Africa), limfoma ini menyerang anak-anak dimana
puncak usia adalah 3-8 tahun. Keikutsertaan rahang
adalah masalah yang umum dan berhubungan dengan
usia dimana 90% dari pasien berusia kurang dari 3
tahun dan 25% berusia lebih dari 15 tahun. Limfoma ini
lebih sering menyerang daerah maksila daripada
mandibula. Pada kasus sporadic (Amerika), biasanya
menyerang usia 10-12 tahun dan lebih sering
melibatkan mandibula daripada maksila.
v. Lesi pada rahang oleh karena Burkitts limfoma
berkembang dengan cepat dan tampak sebagai
c. Ewings sarcoma
ix. Ewings sarcoma adalah tumor dari kelompok primitive
neuroektodermal. Tumor ini disebabkan oleh translokasi
kromosal yang terdeteksi dari 85% kasus.
x. Biasanya tumor ini menyerang tulang ekstremitas
bawah dan pelvis, akan tetapi dapat menyerang daerah
rahang dengan presentase kurang dari 3%. Pada daerah
rahang, lokasi yang paling sering adalah posterior dari
mandibula dimana maksila sangat jarang.
xi. Gambaran radiografi: proses osteolitik yang irregular
dengan batas tidak tegas. Dapat dilihat adanya
pergeseran gigi dan resorpsi akar.
xii. Tumor ini bertumbuh dengan cepat dan destruksi tulang
yang hebat serta sangat berprospek untuk metastasis
terutama di tulang dan paru-paru (15% kasus).
2.4
Patofisiologi
Riwayat alami dari infeksi odontogenik biasanya dimulai dengan
terjadinya kematian pulpa, invasi bakteri dan perluasan proses infeksi ke
arah periapikal. Terjadinya keradangan yang terlokalisir (osteitis periapikal
kronis) atau abses periapikal akut, (penghancuran jaringan dengan
pembentukan eksudat purulent) tergantung dari virulensi kuman, dan
efektivitas pertahanan hospes. Kerusakan pada ligamentum periodontium
bisa memberikan kemungkinan masuknya bakteri dan akhirnya terjadi
abses periodontal akut. Apabila gigi tidak erupsi sempurna, mukosa yang
menutupi sebagian gigi tersebut mengakibatkan terperangkap dan
terkumpulnya bakteri dan debris, sehingga mengakibatkan abses
perikoronal. Dengan pertahanan tubuh hospes yang efektif atau terapi
yang benar, suatu infeksi akut bisa dikurangi menjadi subakut atau kronis,
dapat bertahan seperti itu atau akhirnya sembuh. Durasi yang lama dan
sifat kronis hampir sinonim dan mengandung makna bahwa keseimbangan
hospes/pathogen mengalami gangguan. Indicator klinis utama pada
jaringan lunak sehubungan dengan kekronisan adalah terbentuknya
jaringan granulasi dan terjadinya fistulasi yang bisa mendrainase daerah
yang mengalami infeksi kronis.
Bila terdapat keganasan pada sinus maxillaris, maka lesi yang
paling sering adalah karsinoma, dan daerah yang terkena atau terlibat
biasanya adalah pada infrastruktur sinus. Perluasan lesi ini pada prosesus
alveolaris menyebabkan penyebaran dan timbulnya lesi pada gingiva
2.5
dari
maxillaris
dari
nervus
trigeminal)
yang
akan
2.6
Diagnosa
Hal yang terpenting dalam penanganan kelainan odontogenik
adalah anamnesa yang lengkap dan melalui pemeriksaan fisik. Perlu
ditanyakan mengenai sakitnya, gigi yang lepas, masalah gigi terakhir,
keterlambatan erupsi gigi, pembengkakan, dysthesia, atau adanya
perdarahan intraoral (biasa berhubungan dengan tumor atau kista
odontogenik). Gejala-gejala seperti paresthesia, trismus, dan maloklusi
yang tampak dapat mengindikasikan suatu proses keganasan. Onset
serta lama dari perkembangan dari massa sangat diperlukan.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kepala dan
leher secara general yang harus mencakup inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi pada bagian rahang dan gigi yang terlibat secara teliti.
Pemeriksaan radiologi (rontgen foto dan CT scan) sangat berperan
penting dan biasanya merupakan pilihan prosedur utama dalam
mengevaluasi tumor atau kista pada rahang. Setelah itu, untuk
menyingkirkan diagnose banding, diperlukan identifikasi histopatologi
2.7
Tatalaksana
A. Drainage/Debridement
Drainage adekuat (seperti nasoantral window) seharusnya dibuka pada
pasien dengan sinusitis sekunder dan pada pasien yang mendapat terapi
radiasi sebagai pengobatan primer.
B. Resection
Surgical resection selalu direkomendasikan dengan tujuan kuratif.
Palliative excision dipertimbangkan untuk mengurangi nyeri yang parah,
untuk dekompresi cepat dari struktur-struktur vital, atau untuk debulking
lesi massif, atau untuk membebaskan penderita dari rasa malu.
Pembedahan merupakan penatalaksanaan tunggal untuk tumor maligna
traktus sinonasal dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 19%
hingga 86%.
Dengan
kemajuan-kemajuan
terbaru
dalam
preoperative
imaging,
sirkular dari nasal; buka bagian hidung, radix nasal, dan daerah
ethmoid.
o Weber-Ferguson (lateral rhinotomy)
o Gabungan pendekatan kraniofasial
D. Rehabilitasi
Tujuan utama rehabilitasi post operasi adalah penyembuhan luka primer,
memelihara atau rekonstruksi bentuk wajah dan pemulihan oronasal yang
terpisah kemudian memperlancar proses bicara dan menelan. Rehabilitasi
setelah reseksi pembedahan dapat dicapai dengan dental prosthesis atau
reconstructive flap seperti flap otot temporalis dengan atau tanpa inklusi
tulang kranial, pedicled atau microvascular free myocutaneous dan
cutaneous flap.
E. Terapi Radiasi
Radiasi digunakan sebagai metode tunggal untuk membantu pembedahan
atau
sebagai terapi paliatif. Radiasi post operasi dapat mengontrol secara lokal
tetapi
tidak menyebabkan kelangsungan hidup spesifik atau absolut. Sel-sel
tumor yang
sedikit dapat dibunuh, pinggir tumor non radiasi dapat dibatasi sepanjang
pembedahan dan penyembuhan luka post operasi lebih dapat diperkirakan
F. Kemoterapi
Peran kemoterapi untuk pengobatan tumor traktus sinonasal biasanya
paliatif,
penggunaan efek cytoreductive untuk mengurangi rasa nyeri dan
penyumbatan, atau
untuk mengecilkan lesi eksternal massif. Penggunaan cisplatin intrarterial
dosis
tinggi dapat digunakan secara bersamaan dengan radiasi pada pasien
dengan
karsinoma sinus paranasal. Angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 53%.
Pasien
dan
5flurouracil
dapat
diberikan
bersama
dengan
dari
gigi
taring
ke
daerah
retromolar
BAB III
KESIMPULAN
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh
akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan
setempat pada tingkat gen dan adanya kehilangan kendali normal atas
pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama
dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai
hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.
Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan non-odontogenik.
Tumor odontogenik adalah neoplasma yang melibatkan jaringan
perkembangan gigi. Tumor odontogenik dibagi lagi menjadi tumor yang
berasal dari ektodermal, mesodermal, dan campuran mesio-ektodermal.
Sedangkan tumor non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik
tumor jaringan vaskuler, dan tumor jaringan syaraf. Pertumbuhan tumor
tersebut dapat terjadi dimana saja, salah satunya pada daerah rahang, yang
disebut dengan tumor rahang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Neville, Brad W. et al. Oral and Maxillofacial Pathology (3rd Ed.). UK:
Elsevier. 2009