Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan karakter merupakan transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi suatu dalam prilaku kehidupan manusia. Istilah dalam pendidikan
karakter ini berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter (equilibrium, volume 1,nomor 1, januari 2013).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. . Karakter mengimplikasikan
sebuah standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Pendidikan karakter diarahkan sebagai
pembentukan jati diri dan perilaku siswa. Terdapat 18 nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam diri siswa
yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial dan tanggung jawab.
Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Menurut Gunawan ada beberapa karakteristik kearifan lokal ialah: (1) terbangun berdasarkan
pengalaman; (2) teruji setelah digunakan selama berabad-abad; (3) dapat disesuaikan dengan budaya sekarang;
(4) lazim dilakukan oleh individu dan masyarakat; (5) bersifat dinamis; dan (6) sangat terkait dengan sistem
kepercayaan. Kearifan lokal berwujud tata aturan yang menyangkut: (1) hubungan sesama manusia, seperti
perkawinan; (2) hubungan manusia dengan alam, sebagai upaya konservasi alam, seperti hutan milik adat; dan
(3) hubungan dengan yang gaib, seperti Tuhan dan roh gaib.
Sebagai contoh, Satriya pinandhita menurut Serat Candra Rini dalam Padmasoekotjo (2008: 48) adalah
satriya yang berwatak pendeta. Arti dari watak satriya adalah watak utama berupa kebenaran, watak weweka
(watak selalu memilih perbuatan yang baik daripada yang tidak baik) dan watak mengutamakan ilmu. Karakter
satriya pinandhita bagi siswa bisa diaplikasikan dalam bentuk mempelajari ilmu pengetahuan tidak hanya dari
segi kognitif saja tetapi juga implementasinya yang pasti bermanfaat bagi semua orang. Selain itu kejujuran atau
tidak menyontek saat ujian merupakan salah satu teori yang mudah dan sering, namun dalam praktiknya sangat
sulit dilakukan oleh siswa. Persoalan yang terjadi dalam menggunakan kearifan lokal untuk menanamkan
karakter pada diri peserta didik adalah bagaimana pengimplementasiannya di sekolah.
Implementasi pendidikan keunggulan lokal berbasis karakter di sekolah diarahkan pada pembelajaran
kontekstual biologi untuk menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya saat ini
bahkan di masa depan. Objek pembelajaran biologi mudah ditemui di lingkungan. Guru biologi
seharusnya mampu menghadirkan objek tersebut secara nyata baik di dalam kelas maupun tugas
terstruktur di luar kelas. Objek yang kontekstual dapat mempermudah siswa dalam memahami
konsep. Uno (2012) menjelaskan bahwa pembelajaran sains harus berkompetensi untuk memahami
dan menerapkan konsep. Pembelajaran akan lebih bermakna dengan menghadirkan objek nyata dan
mengetahui manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga bentuk penilaian tidak hanya
pengetahuan tetapi juga sikap dan pengetahuan siswa
Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan keunggulan lokal dan pendidikan
karakter harus diintegrasikan dalam pembelajaran biologi pada semua jenjang
pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Sebagai contoh,
penyelenggaraan pendidikan keunggulan lokal pada Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pertama adalah penentuan tema dan jenis keunggulan lokal. Selanjutnya tema tersebut
diintegrasikan dalam silabus dan RPP (Dit. PSMA-Ditjen Mandikdasmen, 2011). Dari tema
tersebut kemudian ditentukan kompetensi-kompetensi pendidikan keunggulan lokal yang
harus dikuasai oleh siswa. Sama halnya dengan pendidikan keunggulan lokal, kompetensi
karakter yang dapat dimunculkan dalam pembelajaran dianalisis dan dituangkan dalam
perangkat pembelajaran. Kemudian kompetensi tersebut (keunggulan lokal dan karakter)
diintegrasikan dalam pembelajaran biologi, dimulai dari pemetaan SK-KD,
pengembangan silabus, pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
pengembangan bahan ajar dan bahan uji, sampai dengan implementasinya dalam proses
pembelajaran. Berikut adalah prosedur implementasi pendidikan keunggulan lokal
berbasis karakter:

Anda mungkin juga menyukai