1 Konsep Dasar Analisis Aliran Daya PDF
1 Konsep Dasar Analisis Aliran Daya PDF
Gambar 1.1 dibawah ini memperlihatkan secara skematis urutan dan fungsi-fungsi
pembangkitan, transmisi dan distribusi suatu sistem penyediaan tenaga listrik.
Arah Energi
Pembangkit
Transmisi
Distribusi
Gambar 1.1
Skema prinsip penyediaan tenaga listrik
Hal - 1
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kondisi Sistem
Tenaga
Hal - 2
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Aliran Daya
Output Tegangan
Rugi-rugi transmisi
Sebagai tambahan dari data input dan data output seperti yang disebutkan
diatas ada beberapa point lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan aliran daya,
seperti nilai kapasitas panas dari tiap-tiap peralatan seri dan setiap saluran transmisi
dan interval fluktuasi teganagan tiap-tiap bus yang diizinkan (meskipun tidak selamanya
diinput secara langsung). Beberapa hal dapat dipelajari dari perhitungan aliran daya.
Hal - 3
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
1. Bus Referensi
Adalah bus yang mempunyai besaran V tegangan dengan harga skalarnya
dan sudut fasa tegangan (v) dengan titik nol sebagai referensinya.
2. Generator Bus (Bus Pembangkitan)
Adalah bus yang diketahui daya nyata (P) dan tegangan V pada harga
skalarnya.
3. Bus Pembebanan
Adalah bus yang diketahui daya aktif beban (PL) dan daya reaktif beban (QL).
1.3.1. Satuan Per Unit (p.u)
Dalam analisa sistem tenaga dikenal istilah per-unit yang meruapakan standar
dalam perhitungan yang digunakan. Satuannya dikenal dengan isitilah pu Biasanya
dasar perhitungan untuk mendapatkan satuan per unit yang ditetapkan terlebih dahulu
adalah MVA
dasar
Ketetapan dasar ini dipergunakan sebagai penyebut dimana parameter daya, tegangan
arus dan impedansi pada sistem tenaga listrik sebagai pembilangnya untuk
memperoleh satuan p.u
Dasar perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
KV dasar
= dipilih (kV),
( kVdasar ) 2
Ohm
Impedansi dasar =
MVAdasar
Impedansi perunit =
Arus dasar
Z pu (baru) =
Z x 1000 x MVAdasar pu
(kV)2
MVAdasar
Amp
3 . kVdasar
2
kVdasar
Zpu(awal)
MVAbaru
kVbaru
MVAdasar
p.u
Hal - 4
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Contoh :
Suatu sistem tenaga
ZL = 10 Ohm
150 kV
20 kV
Tap trafo
Dipilih MVAdasar =
KVdasar
100 MVA
154/19 kV
I dasar
Hal - 5
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pengubah Tap
Gambar 1.2
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
Hal - 6
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Hal - 7
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
rendah, apabila tegangan yang datang terlalu tinggi dan diindera oleh pengatur
tegangan otomatis, pengatur tegangan otomatis akan menggerakkan tap transformator
ke atas sehingga di sisi tegangan yang lebih tinggi tegangan akan naik, sedangkan
sesungguhnya diinginkan agar tegangan turun sehingga hal ini dapat membahayakan
peralatan instalasi. Hal ini disebabkan seperti uraian di atas, karena pengaturan
tegangan otomatis dibuat dengan pemikiran bahwa tegangan (dalam keadaan operasi
normal) datang dari sisi tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang lebih rendah,
sehingga alat pengindera dan alat-alat kontrolnya yang memerintahkan gerakan tap
akan menuruti urutan atas dasar keadaan tersebut di atas. Bagian ini menjelaskan
metode pengukuran tegangan dari sistem tenaga. Untuk pengukuran level tegangan
sistem tenaga :
1. Metode pengukuran berdasarkan pengukuran daya reaktif yang disuply ke
sistem
2. Metode pengukuran berdasarkan rasio tegangan yang digunakan.
Kedua metode dapat disimpulkan kedalam tabel dibawah ini (dalam keadaan
pengukuran terus-menerus atau tidak, interval pengukuran dan fitur pengukuran.
Tabel 1.2. Metode Pengukuran tegangan
Metode
Prosedur
Fitur
Pengukuran
pengukuran,
pengukuran
interval
pengukuran
(1)
Fasilitas Kapasitor
daya reaktif
shunt
Jumlah
yg Ketika
level
diparalelkan
tegangan
diukur dari
sistem
daya
suply
reaktif
turun
Reaktor
Ketika
level
shunt
tegangan
turun,
penyerapan
daya
reaktif
turun
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
Hal - 8
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(2) Peralatan
daya
reaktif
Pengukuran
sinkron
tegangan
Generator
yang
baik
diperoleh dari
respon
fluktuasi
tegangan
sistem
(3) On-load tap trafo
Nilai
diswich
tap Ketika
ada
tidak
sumber
daya
disisi
sekunder
hanya
tegangan sisi
sekunder
yang
berubah.
Ketika
ada
tidak
sumber
daya
disis
sekunder
tegangan sisi
primer,
tegangan
sekunder dan
aliran
daya
reaktif
berubah.
Hal - 9
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
b
a
I1
I2
I4
I3
Gambar 1.3
Jaringan sederhana tenaga listrik
(2.1)
Hal - 10
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
E a Ec I1 ( Z ad ) I 3 ( Z dg ) I 4 (Z ea Z ad Z dg )
(2.2)
.......
(2.3)
E3 Z 31 I1 Z 32 I 2 Z 33 I 3 Z 34 I 4
E 4 Z 41 I1 Z 42 I 2 Z 43 I 3 Z 44 I 4
2
1
Ya
Ye
Yb
Yc
4
Yf
Yd
Yg
Yh
Gambar 1.4
Jaringan dengan 5 titik simpul
.......
(2.4)
I1 E1 (Y f Ya Ye ) E 2 Ya E 4 Ye
.......
(2.5)
Hal - 11
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pada simpul 2
(E 2 E1 ) Ya (E2 E3 ) Yb (E2 E 4 ) Yc 0
.......
(2.6)
E1 Ya E 2 (Ya Yb Yc ) E3 Yb E 4 Yc 0
.......
(2.7)
.......
(2.8)
Dari persamaan (2.3) dan (2.8) didapat perumusan dalam bentuk matrik
yaitu:
- Untuk persamaan (2.3)
E1 Z11 Z12
E 2 Z 21 Z 22
E Z
Z 32
3 31
E 4 Z 41 Z 42
Z13
Z 23
Z 33
Z 43
Z14 I1
Z 24 I 2
Z 34 I 3
.......
(2.9)
.......
(2.10)
Z 44 I 4
Y13
Y23
Y33
Y43
Y14 E1
Y24 E 2
Y34 E 3
Y44 E 4
dan
E1
E2
E
E
3
E4
.......
(2.11)
Hal - 12
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Gambaran mengenai aliran daya yang terjadi dalam sistem beserta profil
tegangan sangat diperlukan untuk keperluan analisa situasi sistem. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai aliran daya ini, diperlukan suatu perhitungan
yang biasa disebut sebagai perhitungan aliran daya. Perhitungan aliran daya ini
perlu dilakukan karena yang diketahui adalah beban daya aktif dan beban daya
reaktif yang ada pada setiap GI atau simpul dalam sistem. .........
in
P V
i ji
i
in
Q V
i ji i
Y Cos
ij
j
i
ij
Y Sin
ij
j
i
ij
.......
(3.10)
.......
(3.11)
dengan i 1, 2, 3, , n
Dalam membentuk perumusan ini diperlukan suatu teknik pemecahan solusi
aliran daya. Sedangkan untuk menghitung aliran daya dapat dipergunakan beberapa
metode antara lain :
1. Metode iterasi Gauss dengan menggunakan matrik admitansi bus atau
matrik impedansi bus.
2. Metode iterasi Gauss Sheidel yang merupakan pengembangan dari
metode iterasi Gauss.
3. Metode Newton Raphson dengan menggunakan matrik admitansi
bus.
4. Metode Fast Decoupled yang merupakan penyederhanaan dari metode
Newton Raphson.
Dalam pembahasan selanjutnya teknik penyelesaian pengaturan daya reaktif
adalah dengan menggunakan metode Newton Raphson yang merupakan pokok dari
permasalahan dari studi ini.
1.3.4.2.
Hal - 13
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
variabel seperti halnya persamaan (3.10) atau persamaan (3.11) untuk sistem dengan n
buah simpul, yang dapat ditulis sebagai :
f ( , , , n ) K
1
1 2
.......
(3.12)
.......
(3.13)
.......
(3.14)
0
K f 0 , 0 , , n
n
1 1
1 2
2
f
f
f
K 1 f1 , , , 1 1 2 1 n 1 1
1
2
n
.................................
....... (3.15)
0
1
0
2
0
n
f1
f1
f1
2
n
1
2
n
adalah
0,
, , , n dan diberi nilai 0 , 0 , , n
1 2
1 2
menjadi :
f 0
K f 0
1
1
f 0
0
K
2
1
fn 0
K f n
f
1
2
f
2
fn
0
f
1
n
0
1
f
2
0
n 2
0
fn
0
n
n
.......
(3.16)
.......
(3.17)
atau :
K f 0 J0
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
Hal - 14
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
dengan :
f0
J0
matrik Jacobian
b.
c.
d.
Mencari invers matrik Jacobian dan mencari nilai nilai koreksi dan
V .
e.
f.
Kembali ke langkah a.
Dengan melihat persamaan (3.17) maka uraian pada butir a sampai dengan
butir b dapat dinyatakan sebagai berikut : fi untuk daya nyata ditulis sebagai f iP
dan fi untuk daya reaktif ditulis sebagai fiQ , selanjutnya diperoleh :
fiP Pi (diketahui ) Pi (dihitung) Pi
.......
(3.18)
.......
(3.19)
Hal - 15
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
J2 i
J 4 Vi
.......
(3.20)
1
J1
P
n
1
Q1
1
J3
Q
n
P1
n
Pn
Q1
n
Qn
P1
V
1
J2
Pn
V1
J4
Q1
V1
Qn
V1
P1
Vn
Pn
Vn
Q1
Vn
Qn
Vn
Hal - 16
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Hal - 17