STATUS PASIEN
Identitas
Nama
: Ny. EN
Umur
: 45 tahun
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
: SLTA
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS
: 15 April 2013
Ruang Perawatan
: Anggrek E1
ANAMNESIS
a. Keluhan utama:
Pusing berputar
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh pusing berputar, dirasakan sejak 6 hari SMRS. Pusing
yang dirasakan seperti sekitarnya berputar pada saat badan berubah posisi yaitu
pada saat berbalik badan, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya, dan
saat sedang berjalan, .
Berdasarkan auto dan alloanamnesis, pasien telah mengalami kecelakaan
lalu lintas 7 hari SMRS yaitu jatuh dari motor, saat itu pasien tidak memakai
helem. Pasien sempat mengalami pingsan 5 menit dan sadar kembali di
tempat kejadian tersebut, kemudian dibawa ke UGD RS kabupaten Unaaha
pada siang hari itu juga, pada saat itu pasien merasakan nyeri kepala, tidak ada
keluhan mual dan muntah, sore harinya pasien pulang ke rumah. Keesokan
harinya pasien masuk kembali ke RS Kabupaten Unaaha dengan keluhan
pusing berputar dan mendapat perawatan rawat inap selama 4 hari, karena
masih merasa pusing pasien di rujuk ke dokter spesialis saraf RSU Bahteramas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Terdapat riwayat miopi pada mata kiri (-9) dan kanan (-11) serta riwayat
hipertensi, tidak ada riwayat DM, merokok, konsumsi alkohol, kelumpuhan
badan, tumor, infeksi telinga.
d. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat riwayat hipertensi di dalam keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalisata
1. Keadaan Umum : sedang
Terdapat bekas luka di bagian leher, lutut kiri dan kanan
2. Tanda vital
Tanggal 15 April 2013
o TD
: 120/80 mmHg
o FN
: 60x / menit
o FP
: 20x / menit
o S
: 360C
b. Status Neurologis
1. Kesadaran
-
GCS
3. Pupil
-
Bulat, isokor, 3 mm
Refleks cahaya langsung +/+
4. Nervus kranialis
N. I
N. II
: normosmia
: visus baik dengan koreksi kacamata, lapangan pandang
baik.
N. III, IV, VI
N. V
N. VII
nistagmus (+).
: baik
: mengangkat bahu baik, menoleh baik
: baik
N. IX, X
N. XI
N. XII
5. Motorik
P
Refleks fisiologis
5555
5555
5555
5555
Refleks Patologis
R. Biceps
R. Triceps
n/n
n/n
- R. Babinsky (-)/(-)
- R. Tromner (-)/(-)
R. Patella
n/n
- R. Hoffman (-)/(-)
R. Achilles
n/n
6. Sensibilitas
: baik
7. Saraf otonom
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
-
Darah rutin
103/u;
Kimia darah
mg/dl, Creatinine 1,29 mg/dl, Asam urat 4,2 mg/dl, kolesterol 200 mg/dl.
Diagnosa Kerja
3
Diagnosa Banding
-
Rencana Tatalaksana
-
Komplikasi
-
Prognosis
Ad vitam
: Bonam
Ad fungsionam
: Bonam
Ad sanationam
: Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Vertigo adalah suatu istilah yang bersumber dari bahasa latin vertere
yang artinya memutar. Vertigo merupakan keluhan subyektif dalam bentuk
rasa berputar dari tubuh/kepala atau lingkungan disekitarnya. Vertigo dapat
merupakan gejala mandiri tanpa ada gejala lain tetapi dapat juga merupakan
kumpulan gejala (sindroma). Sindroma vertigo biasanya terdiri dari gejala
vertigo, mual, muntah, nistagmus dan unsteadiness (rasa goyah) (Joesoef dan
Kusumastuti, 2002).
2.
Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7 %. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih
banyak ditemukan pada wanita di banding pria (2:1),sekitar 88% pasien
mengalami episode rekuren (Lempert T, 2009).
3.
Etiologi
Di tingkat pusat, iskemia vertebra-basiler merupakan penyebab yang
sering dari vertigo. Vertigo dapat juga disebabkan oleh lesi di serebelum dan
lobus temporalis. Keadaan patologis yang merusak nervus akustikus dapat
pula menyebabkan lesi di nervus vestibularis. Berikut ini dikemukakan
penyebab yang sering dijumpai (Lumbantobing, 2010).
Gangguan jenis perifer
- Neuronitis vestibular
- Vertigo posisional benigna
- Mabuk kendaraan (motion sickness)
- Trauma
- Obat-obatan, misalnya streptomisin
- Labirinitis
- Penyakit Meniere
- Tumor difossa posterior, misalnya neuroma akustik
- Keadaan patologis yang merusak nervus akustikus, dapat pula menyebabkan
lesi di nervus vestibularis.
Gangguan jenis sentral
- Stroke atau iskemia batang otak (vertebra-basiler)
- Migren basilar
- Trauma
- Perdarahan atau lesi di serebelum
- Lesi lobus temporalis
- Neoplasma
Lain-lain
- Toksik (misalnya antikonvulsan fenitoin, sedatif)
- Infeksi
- Hipotiroidi
4.
Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum
atau otak) atau di perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular) (Turner B,
2010).
1.
sekitar
penderita,
dimana
sistem
vestibulum,
mata,
dan
Patologik : - sentral
- perifer
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi (Lempert T, 2009):
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak,
cerebellum, atau serebral
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus
cranialis vestibulocochlear (N. VIII)
c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah ,
gula darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan
atau infeksi sistemik.
Ciri-ciri
Lesi
Penyebab
Vertigo perifer
Sistem vestibuler (telinga
Vertigo sentral
Sistem vertebrobasiler dan
Vertigo posisional
vertebrobasiler insufisiensi,
vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan Tidak ada
Diantaranya :diplopia,
SSP
parestesi, gangguan
sensibilitas dan fungsi
7
Berat
Ringan
Kadang-kadang
Tidak ada
vertigo
Telinga
berdenging dan
atau tuli
Nistagmus
spontan
Vertigo Sentral
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak
atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah
terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya
diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah
(Mardjono M dan Sidharta, 2008).
Vertigo Perifer
Lamanya vertigo berlangsung (Kovar M, 2006):
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan
kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
vestibular. Pada
pemeriksaan
fisik
mungkin
dijumpai
nistagmus.
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut
sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa
macam yaitu vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori (Turner B,
2010).
5.
Patogenesis / patofisiologi
Secara umum vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi
aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat
(pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah
susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan
ialah
sistem
optik
dan
pro-prioseptik,
jaras-jaras
yang
tembak yang
temporal dan pada penderita yang hidup kerusakan labirin dan N. VIII
menyebabkan kerusakan permanen fungsi kohlea dan vertibular ; fraktur
tulang tempora peka terhadap trauma karena ia padat terletak pada dasar
tengkorak dan mengandung rongga labyrin; komosio labyrin yaitu perdarahan
mikroskopis kohlea dan labyrin, terjadi paling sering sesudah trauma
oksipital; komosio serebri dimana vertigo disebabkan perubahan otak
mikroskopis yang difus yang menyertai komosio ringan, mekanisme paling
sering kerusakan otak akibat trauma kepala tumpul adalah gerakan dan
deformitas otak pada waktu gerakan kepala yang cepat tiba-tiba dihentikan,
bagian viskoelastik otak menyebabkan ia tetap bergerak, dengan rotasi di
sekitar sumbu batang otak sehingga dapat menyebabkan keruskaan saraf
cranial, termasuk N.VIII; dan fistula perilympatik sebagai akibat rupture
membrane oval or round window (Joesoef dan Kusumastuti, 2002).
6.
Diagnosis
Diagnosis
vertigo
sentral
dan
perifer
ditegakkan
berdasarkan
sesuai
indikasi
EEG
(Elektroensefalografi),
ENG
10
akibat komosio labyrin, sindroma neurologis yang berat akibat trauma kepala
berat dengan vertigo dan ataxia karena kerusakan batang otak dan serebelum,
Gejala trauma kepala tumpul tanpa fraktur sering didapat gangguan vestibular
disertai tuli persepsi bilateral akibat komosio labyrin. Ada 2 sindom labyrin
yang menonjol:
1) vertigo posisional benigna tipe paroksismal merupakan sindrom
terbanyak, penderita mengalami serangan vertigo dan nystagmus yang
mendadak, singkat yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala.
Prognosa baik tapi dapat kambuh selama beberapa tahun.
2) Vertigo post trauma akut akibat gangguan vestibuler perifer: onset
mendadak setelah trauma kepala dengan gejala vertigo mual muntah yang
akut dengan atau tanpa tuli persepsi. Prognosa baik dimana biasanya
vertigo menghilang spontan dalam beberapa hari dan sembuh total secara
bertahap dalam beberapa minggu (1-3 bulan). Bila terdapat tuli persepsi
biasanya permanen.
Gangguan vestibuler perifer yang khas bila ditemukan nystagmus
vestibuler spontan ke arah telinga yang normal (Joesoef dan Kusumastuti,
2002).
7.
Diagnosis Banding
BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) adalah
salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai,
ditandai dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. BPPV bukan
suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit
pada telinga dalam. Etiologi Idiopatik (50%) dan simtomatik (pasca trauma,
pasca-labirintitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, maniere, pasca-operasi,
ototoksisitas, mastoiditis kronik. Gejala klinis adalah vertigo timbul
mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada waktu
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali
badan, menunduk atau menengadah, serangan berlangsung kurang dari 30
11
12
kanamycin,
neomycin,
dan
amikacin
adalah
8.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan vertigo terdiri atas (Dewanto et al, 2009):
1. Terapi kausal
2. Terapi simptomatik
3. Terapi rehabilitasi: menggunakan metode Brandtt-Daroff
4. Terapi operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak
berhasil
Obat antivertigo:
- Ca-entry blocker: Flunarzin 5-10 mg 1x1, sinarisin 25 mg 3x1
13
Neuroboransia
Vitamin B kompleks, mengandung vitamin B1 (Thiamine mononitrat
100 mg) yang berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam keto dan
berperan
dalam
metabolisme
karbohidrat.
Vitamin
B6
(Pyridoxol
hydrokloride 100 mg) di dalam tubuh berubah menjadi pyridoxal fosfat dan
piridoksamin fosfat yang berperan dalam metabolisme protein dan asam
amino. Vitamin B12 (Kobalamin 5000 mcg) berperan dalam sintesa asam
nukleat dan berpengaruh pada kematangan sel dan memelihara integritas
jaringan saraf (Info Kesehatan, 2013).
14
BAB III
RESUME DAN ANALISIS KASUS
1. Resume
Pasien perempuan berusia 54 tahun masuk di RS Bahteramas dengan
keluhan vertigo sejak 6 hari SMRS. Pusing yang dirasakan seperti sekitarnya
berputar pada saat badan berubah posisi yaitu pada saat berbalik badan saat
sedang baring di tempat tidur, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya,
dan saat sedang berjalan. Berdasarkan auto dan alloanamnesis, pasien telah
mengalami kecelakaan lalu lintas 7 hari SMRS yaitu jatuh dari motor, pada saat
itu pasien tidak memakai helem. Pasien sempat mengalami pingsan 5 menit di
tempat kejadian kll, kemudian dibawa ke UGD RS kabupaten Unaaha, pada saat
itu pasien merasakan nyeri kepala, tidak terdapat keluhan mual dan muntah.
Pasien mengeluh pusing pada hari kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Terdapat
riwayat miopi pada mata kiri (-9) dan kanan (-11) serta riwayat hipertensi pada
pasien dan keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang. Tanda vital terdiri atas TD : 120/80 mmHg, FN: 60x/menit, FP: 20
x/menit, S : 360C. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan GCS 15 = kesadaran
composmentis, tidak terdapat tanda rangsang meningeal, pupil dalam batas
normal, pada pemeriksaan nervus kranialis ditemukan nistagmus dan tes
romberg positif menunjukkan adanya lesi nervus VIII, hasil pemeriksaan
motorik, refleks fisiologis dan patologis, sensibilitas dan saraf otonom dalam
batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan ditemukan
hasil pemeriksaan darah rutin dan kimia darah dalam batas normal, namun
terdapat peningkatan kadar trombosit, kreatinin dan kolesterol dengan
peningkatan yang tidak cukup spesifik.
15
2. Analisis Kasus
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien
adalah obs. vertigo post trauma kapitis, sesuai dengan keluhan utama vertigo
dengan riwayat mengalami kecelakaan lalu lintas 7 hari SMRS. Juga pada
pemeriksaan neurologis nervus kranialis ditemukan nistagmus dan tes romberg
positif menunjukkan adanya lesi di nervus VIII. Salah satu penyebab terjadinya
vertigo ialah kelainan di perifer dimana terdapat lesi di nervus vestibularis.
Diagnosis banding pasienadalah benign paroksismal posisional vertigo (BPPV)
sesuai keluhan pusing yang dirasakan seperti sekitarnya berputar pada saat
badan berubah posisi yaitu pada saat berbalik badan saat sedang baring di tempat
tidur, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya, dan saat sedang berjalan.
BPPV merupakan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit pada telinga
dalam, salah satu etiologinya yaitu pasca trauma, gejala klinisnya adalah vertigo
timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada
waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan
kembali badan, menunduk atau menengadah, serangan berlangsung kurang dari
30 detik. Diagnosis banding selanjutnya yaitu vertigo okular, sesuai riwayat
penyakit terdahulu pasien yaitu terdapat riwayat miopi pada mata kiri (-9) dan
kanan (-11). Vertigo Okular timbul sebagai akibat dari ketidakcocokan visualvestibular oleh karena gangguan penglihatan pada kelainan refraksi atau paresis
okulomotor. Vertigo ocular pada kelainan refraksi bisa berlangsung lebih lama
pada penggunaan kacamata berdioptri tinggi. Pada keadaan ini adaptasi dengan
refleks okulo-vestibular berjalan lambat atau tidak bisa mencukupi terutama
pada orang tua.
Rencana pemeriksaan yang dapat diberikan terdiri atas foto rontgen kepala
dan ENG. Foto rontgen kepala untuk mengetahui adanya fraktur, dislokasi dan
abnormalitas tulang terutama lokasi kelainan tersebut yang dapat mendukung
diagnosis. ENG merupakan prosedur beruntun yang dapat mengidentifikasi
vestibular asimetris (seperti yang disebabkan oleh neuronitis vestibular) dan
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan.
Fungsi
obat
neurobion.
Available
at
http://cara-
18