Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Skripsi Semester Genap 2008/2009

SK - 43

IDENTIFIKASI SENYAWA PENANDA DALAM PELUMAS HASIL DAUR ULANG (RECYCLE)


MENGGUNAKAN EKSTRAKSI METIL ETIL KETON DENGAN PENAMBAHAN DEMULSIFIER CaCl2
ANHIDRAT MELALUI ANALISA KG-SM
Aries Tri Windarti*, R.Y. Perry Burhan1
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK
Minyak pelumas daur ulang dapat diketahui melalui keberadaan senyawa penanda dalam pelumas melalui analisa KG-SM.
Pada penelitian ini minyak pelumas daur ulang di ekstraksi menggunakan pelarut metil etil keton dengan penambahan
demulsifier CaCl2 anhidrat. Perbandingan pelarut dan minyak 4:1 dengan demulsifier sebesar 1% dari jumlah total minyak dan
pelarut. Hasil ekstraksi difraksinasi, fraksi yang diperoleh diidentifikasi menggunakan KG-SM. Hasil identifikasi menunjukan
terdapat senyawa baru dalam pelumas hasil daur ulang yang dapat dibedakan dengan pelumas barunya yaitu senyawa ester
dengan base peak m/z 55 dan 74 serta perilen m/z 252, 266, 280 dan 294. Senyawa ester yang terbentuk adalah kelompok
metil ester dari rantai panjang dengan jumlah rantai terkecil (heksadekenoat) dan rantai terpanjang (nonadekenoat). Spesifikasi
perylen memiliki perbedaan rantai alifatik yang mengikat cincin perylen dengan berbagai jumlah rantai alifatik
Kata kunci : Pelumas bekas, ekstraksi pelarut, demulsifier, Kromatografi Gas- Spektrometer Massa, senyawa penanda.

ABSTRACT
A recycled lubricant oil can be known through the existence of marking compound by KG-SM analysis. In this research the
recycled lubricant oil was extracted by using methyl ethyl keton solvent added demulsifier CaCl2 anhidrat. The ratio of solvent
and oil is 4:1 with addition demulsifier 1% of the total oil and solvent. Then the result of extraction is fractionated. The result
of fractionation is identified by KG-SM analysis. The result of identification show that there is new compound in the recycled
lubricant oil which can be differed with a new lubricant oil such as ester compound with base peak m/z 55 and 74, perylene
with base peak m/z 252, 266, 280 and 294. The formed ester compound is methyl ester group from long chain with the sum of
smallest chain (heksadecenoat) and the longest chain (nonadecenoat). Perylene specification have difference of aliphatic chain
that tie perylene ring with various sum of aliphatic chain.
Keyword : Used lubricant oil, solvent extraction, demulsifier, KG-SM, marking compound

PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah sarana transportasi bermotor
dan pertumbuhan industri baik di dalam negeri maupun di
dunia yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan
penggunaan pelumas semakin meningkat. Tingginya
kebutuhan pelumas tersebut akan menimbulkan dampak
lingkungan yang berbahaya antara lain peningkatan jumlah
limbah pelumas bekas hasil aktifasi permesinan akibat
adanya proses reaksi oksidasi dan dekomposisi suhu yang
tinggi. Limbah pelumas bekas mengandung kotoran-kotoran
logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain.
Limbah ini dapat diregenerasi dan dijadikan bahan dasar
minyak pelumas yang baru (Ali, 1980; Repoussis, et al.,
2009).
Secara sederhana minyak pelumas memiliki
komposisi utama berupa base oil dan aditif. Base oil
merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan, hewan,
minyak bumi dan senyawa sintetik. Aditif sebagian besar
berupa garam dari asam organik dan beberapa logam seperti
besi, barium, magnesium dan kalsium. Masing-masing
pelumas mengandung jenis aditif yang berbeda (ZeibaPalus,1999). Aditif yang ditambahkan dalam base oil
berfungsi untuk memperbaiki
*Corresponding author. Phone:+628175093378
e-mail: antares_chayank@yahoo.com
1
Alamat sekarang: Jurusan Kimia, FMIPA ITS Surabaya
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

kualitas dari penggunaan pelumas (Al-Ghouti, 2009).


Parameter kualitas pelumas didasarkan pada nilai : (1)
viskositas (2) kandungan air (3) kandungan garam (4)
polutan padat terlarut (5) total nilai basa, dan (6) total nilai
asam. Parameter tersebut akan mengalami perubahan jika
terjadi kerusakan pada pelumas yang disebabkan adanya
partikel asing yang terlarut, proses oksidasi, peningkatan
partikel tak larut (Rincon, 2007). Penurunan kualitas
pelumas tersebut akan sangat membahayakan kerja mesin
sehingga harus dilakukan penggantian dengan minyak
pelumas baru.
Minyak pelumas baru dapat diperoleh dari hasil
pengolahan minyak mentah atau dibuat secara sintetik
maupun melalui pemanfaatan minyak pelumas bekas.
Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan dasar
pelumas baru dapat dilakukan dengan berbagai metoda.
Salah satu alternatif pemanfaatan dari besarnya jumlah
minyak pelumas bekas adalah melalui proses pemisahan
material yang tidak diinginkan dari pelumas, seperti
penyingkiran air dan sedimen melalui daur ulang (recycle)
(Rincon, 2007). Proses ini secara umum dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu penghilangan material larut anorgnik
dan penghilangan material terlarut fraksi rendah yang
terdapat dalam pelumas. Metode penghilangan minyak
fraksi rendah dapat melalui proses ekstraksi pelarut, salah
satu pelarut yang digunakan adalah metil etil keton (MEK)

dengan penambahan demulsifier. Demulsifier berfungsi


untuk mengurangi ikatan air dengan minyak pada pelumas
bekas (Elbashir, 2002). Pembuatan pelumas daur ulang
tersebut telah diproduksi secara komersial sebagai bagian
dari pemanfaatan minyak pelumas bekas bahkan cara ini ada
pula yang memanfaatkan untuk tujuan pemalsuan.
Pelumas hasil daur ulang (recycle) memiliki
karakteristik kimia yang berbeda dengan pelumas murni.
Beberapa karakteristik dapat dibedakan pada minyak
pelumas daur ulang yaitu kandungan air dan sedimen lebih
besar, kandungan logamnya yang lebih tinggi seperti Fe, Cd,
Cr, Pb, adanya fraksi-fraksi hasil oksidasi selama pemakaian
yang tidak dapat dihilangkan dari pelumas tersebut.
Perbedaannya telah dibuktikan dengan pengamatan
memakai metode analisa Fourier Transform Infrared (FTIR).
Metode ini berdasarkan fakta bahwa molekul yang gugus
fungsinya spesifik akan terabsorb dalam daerah yang khusus
pada IR sehingga dapat digunakan untuk identifikasi aditif,
kontaminan, produk oksidasi dan produk pengganggu (AlGhouti, 2007). Hasil pengamatan akan menunjukkan
munculnya gugus karbonil yang mengalami stretching
vibrasi pada peak 1716 cm -1. Gugus ini merupakan produk
oksidasi dari pelumas selama pemakaian (Al- Ghouti, 2007).
Teknik ini secara kualitatif dapat pula digunakan untuk
mendeteksi pelumas daur ulang yang kurang baik prosesnya
atau dalam penyidikan pada kasus pemalsuan pelumas.
Faktor yang mempengaruhi kerusakan pelumas yaitu
jenis mesin yang digunakan, umur mesin, model pelumasan
dan lain-lain. Pelumas mesin akan menghasilkan produk
oksidasi yang spesifik akibat kerja jenis-jenis mesin
tersebut. Bila menginginkan melihat produk oksidasi secara
global maka minyak pelumas dapat dideteksi dengan metode
FTIR, namun untuk mengetahui secara spesifik produk
oksidasi pelumas dan apa konsekuensinya terhadap mesin
tidak dapat diketahui secara pasti. Untuk mesin yang
menuntut spesifikasi tinggi, analisa gugus fungsi saja belum
cukup memberikan informasi kemungkinan pelumas
menjadi faktor penyebab kerusakan mesin atau disebabkan
oleh faktor lain. Oleh karena itu, penentuan spesifikasi hasil
oksidasi dipandang perlu untuk diungkapkan sebagai
senyawa-senyawa apa yang terdapat dalam minyak pelumas
daur ulang dan bagaimana distribusi komposisinya.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gelas piala, gelas ukur, corong pisah, labu distilasi,
neraca analitik, pengaduk magnetik, termometer, pipet
pasteur, pinset, seperangkat alat ekstraksi, alat distilasi
kolom, distilasi vakum, seperangkat piranti Kromatorafi
Gas-Spektrometer Massa (KG-SM), serta seperangkat alat
gelas, seperti gelas beaker, labu erlenmeyer, gelas kaca
kecil, chamber, kertas saring whattman 41
Bahan
Bahan
yang
dibutuhkan
dalam
penelitian ini adalah minyak pelumas bekas mesin motor
Used Lubricant Oil (ULO), minyak pelumas baru untuk
mesin motor berbahan dasar minyak mineral dengan jenis
SAE 20W-50, metil etil keton (MEK), n-heksana,
demulsifier (CaCl2.anhidrat), aquades, aseton, dan
diklorometana.

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

PROSEDUR KERJA
Distilasi Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas used lubricant oil (ULO)
sebanyak 400 ml atau 345,52 gram didistilasi menggunakan
distilasi vakum untuk menghilangkan fraksi hidrokarbon
ringan dan air yang teruapkan pada suhu 60-70 C dalam
tekanan 630 mmHg. Hasilnya berupa distilat yang
mengandung campuran hidrokarbon ringan dan air serta
residu yang mengandung fraksi minyak dan partikel yang
tak terlarut (endapan) dalam minyak pelumas (sludge).
Residu yang diperoleh disaring menggunakan corong
Buchner dengan kertas saring Whattman 41. Filtrat (sampel
A) digunakan untuk tahap ekstraksi
Ekstraksi Metil Etil Keton dengan penambahan
Demulsifier CaCl2.anhidrat.
Sampel A ditambahkan dengan pelarut metil etil
keton (MEK). Perbandingan antara pelarut dan sampel A
yaitu 4:1 dalam penelitian ini digunakan pelarut MEK
sebesar 80 gram dan sampel A sebanyak 20 gram dengan
jumlah total sampel A dan pelarut sebesar 100 g. Larutan
minyak diaduk dengan pengaduk elektrik pada 275 rpm
dengan suhu 50oC selama 15 menit, selanjutnya ditambah
demulsifier sebanyak 1% dari volume total larutan minyak.
Demulsifier yang digunakan adalah garam CaCl2.2H 2O
sebanyak 1 gram yang telah diaktivasi selama 1 jam pada
suhu 105C. Larutan minyak diaduk kembali dengan
pengaduk elektrik pada 275 rpm dengan suhu 50oC selama
15 menit. larutan didiamkan selama 24 jam kemudian
disaring (sampel B). Sampel B di sentrifuge untuk
mengendapkan partikel yang tak terlarut (sludge) yang
masih ada dalam pelumas hasil ekstraksi. Hasil yang
didapatkan berupa lapisan endapan sludge pada lapisan
bawah dan lapisan minyak yang berada pada lapisan atas.
Kedua lapisan dipisahkan dengan cara mendekantasi lapisan
minyak dengan menggunakan pipet pasteur. Lapisan
minyak (sampel C) digunakan untuk tahap recovery pelarut.
Recovery Pelarut
Sampel C didistilasi dengan menggunakan alat
distilasi dan evaporasi Butchi pada suhu 40C dalam vakum.
Hasil yang diperoleh berupa distilat yang berisi murni
pelarut dan residu yang berupa minyak hasil ekstraksi Metil
Etil Keton (sampel D)
Identifikasi Pendahuluan
Minyak pelumas bekas used lubricant oil (ULO)
yang akan dipakai sebagai bahan uji diukur sifat fisik
antara lain viskositas (ASTM D-445), densitas (ASTM D1298), TAN (ASTM D-974), TBN (ASTM D-2896), warna
(ASTM D-1500), kandungan air (ASTM D-95), Titik nyala
D-92). Minyak pelumas baru yang belum digunakan juga
dianalisa kandungannya sebagai bahan perbandingan
Identifikasi Minyak Hasil Daur Ulang (Recycle)
I. Fraksinasi
Sampel D ini difraksinasi menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Sampel D
yang telah dilarutkan dalam Metil Etil Keton (MEK)
kemudian ditotolkan pada plat KLTP berukuran 20x20 cm
sebanyak 2 buah dengan fasa diam silika gel GF 254 60 mesh.
Plat tersebut lalu dielusi dalam bejana pengembang
(chamber) berisi n-heksana sebanyak 50 ml sebagai fasa
gerak. Plat yang sudah dielusi tersebut dikeluarkan dari
chamber, dikeringkan di udara terbuka dan dideteksi di
bawah sinar lampu UV pada daerah panjang gelombang 254
nanometer dan 366 nanometer. Pita yang diinginkan dikerok
dan diekstrak dalam Metil Etil Keton (MEK) dan disaring

dengan kertas saring. Filtrat (sampel E) digunakan untuk


analisa Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KG-SM).
II Analisa Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KGSM).
Sampel E dianalisa dengan KG-MS Shimadzu
QP2010. Kolom yang dipakai HP-5MS Kapiler 30 meter.
Kondisi operasi 70oC selama 2 menit awal, suhu injektor
310 oC waktu jalan selama 19 menit. Gas pembawa yang
dipakai adalah Helium dengan arus 3 mL/min, energi
ionisasi 70 eV dan rasio pemisahan 73.

berwarna hijau kehitaman sebanyak 111,389 gram atau


32.24% dari seluruh sampel minyak pelumas bekas yang
dipakai. Fraksi minyak ini dianalisa menggunakan KG-SM
yang sebelumnya difraksinasi dengan KLTP hasil fraksinasi
diperoleh dua daerah pita yaitu Rf 0,20 -0,94 dan Rf = 0,070,20. Kedua fraksi ini lalu dianalisa menggunakan KG-SM
dan selanjutnya diidentifikasi senyawanya.
Identifikasi senyawa penanda dalam pelumas daur
ulang (recycle) menggunakan analisa KG-SM diperoleh dua
data kromatogram yang membedakan antara pelumas baru
dengan pelumas hasil daur ulang(recycle) sebagai berikut:

HASIL DAN DISKUSI


Pada penelitian ini sampel minyak pelumas bekas
sebelumnya dilakukan identifikasi secara fisika untuk
mengetahui seberapa tingkat perbedaan sifat fisik antara
minyak pelumas baru dan minyak pelumas bekas. Hasil
pengukuran fisika sampel dapat dilihat pada table 3.1
Tabel 3.1 Hasil pengujian sifat kimiadan
fisika dari pelumas
Gambar 3.1 Perbedaan kromatogram pelumas baru dan
pelumas (recycle) pada Rf 0,20-0,94

Tabel 3.1 merupakan hasil pengujian sifat fisik


dan kimia dari pelumas baru dan pelumas bekas.terlihat
dalam tabel ada penurunan sifat dari pelumas yaitu
penurunan viskositas pada suhu 40 oC turun sebesar 57.85%
dan viskositas pada suhu 100oC turun sebesar 74.15% yang
menandakan pelumas sudah tidak dapat melakukan proses
pelumasan. Perubahan warna 5-7 kali lebih pekat dari warna
pelumas baru yang menandakan banyaknya partikel yang
tersuspensi dalam minyak pelumas bekas, penurunan titik
nyala (flash point) sebesar 35.42% yang menandakan
pelumas bekas banyak mengandung komponen hidrokarbon
ringan yang mudah terbakar pada suhu rendah. Terjadi
kenaikan TAN sebesar sebesar 2.5 mg KOH/ml dan
penurunan TBN sebesar 69.60%. Perubahan TAN dan TBN
menyebabkan terjadinya perubahan reaktifitas minyak
pelumas dengan badan mesin. Kandungan air dalam
pelumas bekas sangat tinggi sebesar 0.04 %vol Tingginya
kadar ini kemungkinan disebabkan akibat hasil reaksi dalam
minyak pelumas atau tangkapan uap air yang menerobos
keluar dari ruang bakar akibat sistem ruang bakar kurang
terisolasi. Kadar air yang melebihi batas ambang akan turun
dan dapat dibuang sebagian namun apabila tersuspensi
dalam pelumas maka dapat menyebabkan peristiwa korosi
(Hamad, 2005).
Hasil proses daur ulang (Recycle) minyak pelumas bekas
Used Lubricant Oil (ULO) menggunakan ekstraksi metil etil
keton dengan penambahan demulsifier CaCl 2 anhidrat
didapatkan fraksi minyak sebesar 8,35 gram atau 41,75%
dari setiap 20 gram sampel yang diekstrak. Jika seluruh
sampel diekstrak maka diperoleh fraksi minyak yang
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

Gambar 3.2 Perbedaan kromatogram pelumas baru dengan


pelumas (recycle) pada Rf 0,07-0,20
Gambar 3.1 dan 3.2 terlihat jelas perbedaan antara
kedua pelumas yaitu munculnya puncak baru yang
dilingkari garis biru. Pada Rf 0,20-0,94 terdapat 4 puncak
baru. Puncak-puncak tersebut diidentifikasi dan ditentukan
struktur senyawanya dengan Spektrometer Massa. Hasil
identifikasi puncak ke-1 yaitu:

Gambar 3.3 Spektrum Massa Senyawa Puncak ke 1 pada Rf


0,20-0,94
Senyawa ini mempunyai spektrum massa dengan massa
molekul 268 dan fragmen ion m/z 55 (sebagai puncak
dasar), 96, 152, 236, 268. Spektrum massa ini merupakan
spektrum massa metil, 13- Heksadekenoat (1). Ketiga
puncak lainnya diidentifikasi dengan cara yang sama dan
diperoleh puncak ke-2 adalah metil heksadekanoat, puncak
ke-3 metil, 16-Nonadekenoat dan puncak ke-4 adalah metil
oktadekanoat. Keempat
puncak tersebut merupakan
senyawa senyawa ester dengan base peak m/z 55 dan 74.
Senyawa ester ini diidentifikasi sebagai senyawa hasil
oksidasi akibat proses pemakaian atau pembakaran minyak
pelumas. Reaksi oksidasi ini terjadi pada rantai hidrokarbon

panjang penyusun minyak pelumas dasar yang mengalami


reaksi perengkahan termal. Komponen penyusun minyak
pelumas dasar dikelompokkan menjadi 3 yaitu komponen
parafinik (alifatik panjang), olefin merupakan rantai alkena
panjang dan aromatik. Senyawa ester yang terbentuk
kemungkinan berasal dari reaksi oksidasi dari komponen
penyusun pelumas baru. Terjadi reaksi homolitik yang
membentuk molekul radikal baik berasal dari aditif yang
digunakan ataupun oksigen dari udara maka molekul radikal
akan menyerang rantai tak jenuh pada komponen penyusun
pelumas baru. Penyerangan radikal inilah yang akan
membentuk senyawa ester. (Manjarrez, et al, 1998)
gambaran dari reaksi pembentukan ester ini dari komponen
penyusun pelumas pada rantai tak jenuh adalah sebagai
berikut:

RCOO
OOCR
i nisiator
RCOO

2RCO O

RCOO

ikatan tak jenuh

Radikal Ester

H
C

RCOO

CH

RCOO

R a d ik a l E s te r

E st e r

O
R

Senyawa E ster

Senyawa ester ini tidak dapat dihilangkan


meskipun pelumas telah mengalami proses daur ulang
(recycle) sehingga dapat diduga bahwa senyawa ini dapat
dijadikan senyawa penanda (marka) untuk membedakan
pelumas baru dengan pelumas hasil daur ulang (recycle)(AlGhouti, 2009)
Pada Rf 0,07-0,20 muncul puncak yang berbeda
yang tidak ada dalam pelumas baru dari waktu retensi antara
46.775 sampai 52.031. Hasil identifikasi untuk puncakpuncak pada daerah waktu retensi antara 46.775 sampai
52.031 dari puncak ke-30 sampai 54 untuk puncak ke-30
yaitu:

Gambar 3.4 Spektrum Massa Senyawa Puncak ke-30 pada


Rf 0,07-0,20
Gambar 3.4 merupakan spektra senyawa dari
puncak ke-30 yang diidentifikasi bahwa senyawa ini
mempunyai spektrum massa dengan massa molekul 338 dan
fragmen ion m/z 252 (sebagai puncak dasar), 294, 338.
Spektrum massa ini merupakan spektrum massa 2-Heksil
Perylen. Puncak lainnya diidentifikasi dengan cara yang
sama dan diperoleh data hasil sebagai berikut:
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

Tabel 3.2 Hasil identifikasi senyawa daerah waktu retensi


46.775 sampai 52.031

Senyawa penanda yang lain yang ditemukan


adalah senyawa jenis perilen dengan base peak m/z 252,
266, 280 dan 294, sepsifikasi perylen ini memiliki
perbedaan rantai alifatik yang mengikat cincin perylen.
Senyawa perylen ini diidentifikasi merupakan senyawa yang
spesifik yang ada dalam pelumas hasil daur ulang (recycle)
karena senyawa ini dalam kromatogram yang membedakan
dengan pelumas barunya.
KESIMPULAN
Hasil identifikasi senyawa pada pelumas hasil
daur ulang (recycle) yang telah diolah menggunakan teknik
ekstraksi pelarut Metil Etil Keton (MEK) dengan
penambahan demulsifier (CaCl 2.anhidrat) melalui analisa
KG-SM didapat hampir semua senyawa baru yang muncul
merupakan senyawa ester dengan base peak m/z 55 dan 74.
Senyawa ini terbentuk dari kelompok metil ester rantai
panjang dengan jumlah rantai terkecil (heksadekenoat) dan
rantai terpanjang (nonadekenoat).
Senyawa penanda yang lain yang ditemukan
adalah senyawa jenis perylen dengan base peak m/z 252,
266, 280 dan 294, sepsifikasi perylen ini memiliki
perbedaan rantai alifatik yang mengikat cincin perylen.
UCAPAN TERIMA KASIH
1.Prof.Dr.R.Y. Perry Burhan, M.Sc selaku
dosen pembimbing atas segala diskusi,
bimbingan, arahan dan semua ilmu yang
bermanfaat
2.Prof.Dr. Taslim Ersam, MS dan
Drs.R.Djarot K.S, MS selaku dosen
penguji atas waktu, saran dan ilmunya
3.Bapak dan Mami selaku orang tua terbaik
yang tak pernah putus doa dan kasih
sayangnya
4.Lab Organik UGM khususnya pak domo
dan pak pribady serta Lab. Organik Kimia
ITS yang telah menyediakan bahan, alat
dan analisa yang diperlukan.
5.Alanz Club, harsa, dias dan Sahabat dari
berbagai angkatan yang telah membantu
dalam proses penelitian ini.
6.seseorang yang yang belum bisa
disebutkan namanya terimakasih atas
semua perhatian,cinta, kasih sayang,
semangat selama pengerjaan penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghouti, M. A. and Al-Atoum, L., (2009),
Virgin and Recycled Engine Oil Differentiation:
A- Spectroscopic Study, Journal of
Environmental Management, 90, 187 - 195

Ali,L. H. and Al-Ghannam,K. A.,(1980),


Studies on Reclaiming spent Lubricating Oil,
Chemistry Departement, College of Science,
University of Mosul,Irak
Elbashir, N.O., Al-Zahrani, S.M., Abdul
Mutalib, M.I. and Abasaeed, A.E.,(2002), A
Method of Predicting effective solvent
extraction parameters for recycling of used
lubricating oils, Chemical Engineering and
Processing, 4, 765-769
Manjarrez, A.,, Capella, S., Hernandez jz (1998),
Supercritical fluid elution chromatography for lube
basestock refining, Fuel Processing Technology, 58,
25-31
Repoussis,P.P, Paraskevopoulos,D.C,
Zobolas,G., Tarantilis, C.D., Ioannou, G., (2009),
A web- based decision support system for waste
lube oils collection and
recycling, European
Journal of Operational
Research, 195, 676700
Rincon,J., Canizares, P. and Maria, T.G,
(2007), Regeneration of used lubricant oil by
ethane extraction,
Journal of Supercritical Fluids, 39, 315e322
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dilahirkan di Nganjuk
pada tanggal 23 Februari 1987,
sebagai anak ketiga dari tiga
bersaudara.
Penulis
adalah
alumnus dari TK Pertiwi, SD
Negeri Mancon I Wilangan,
SLTP Negeri I Nganjuk dan
SMA Negeri 2 Nganjuk. Setelah
lulus menempuh Pendidikan
Menengah
atas,
penulis
melanjutkan Pendidikan Tinggi
di Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Institut
Teknologi
Sepuluh
Nopember
(ITS)
Surabaya
melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) pada
bulan Agustus 2005. Selama menempuh pendidikan tinggi
di ITS, penulis pernah aktif dan berpartisipasi dalam
organisasi HIMKA-ITS, BEM-ITS periode 2007/2008 dan
menjadi asisten di Laboratorium Kimia Organik. Penulis
juga aktif mengikuti beberapa pelatihan diantaranya LKMM
tingkat pra-Dasar, LKMM TD, LKMM TM dan LKMM TL.
Penulis sempat menempuh Kerja Praktek di PT.
PERTAMINA (Persero) Unit Produksi Pelumas Surabaya
yang kemudian menginspirasi penulis untuk
mengambil Tugas Akhir mengenai identifikasi senyawa
dalam pelumas hasil daur ulang (recycle). Penulis
menamatkan studi S1 di Jurusan Kimia MIPA dengan
mengambil Tugas Akhir pada bidang Kimia Organik dan
berhasil lulus selama 4 tahun dengan predikat Sangat
Memuaskan.

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

Anda mungkin juga menyukai