Anda di halaman 1dari 6

KONSEP HOSPITALISASI

A. PENGERTIAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan
dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak perpisahan,
kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak
bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala
rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku
maladaptifdari anak.
Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat berpengaruh dalam
mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak stress hospitalisasi
antara lain :
a.
Meminimalkan dampak perpisahan
b.
Mengurangi kehilangan kontrol
c.
Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.
Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya meminimalkan stress
akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang stress hospitalisasi, karena
keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai
makna yang terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan , sikap dan
keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian ini dibuat untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam meminimalkan stress akibat
hospitalisasi pada anak pra sekolah
Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :
cemas
marah
sedih
Takut
rasa bersalah
Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami
Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan streess orang tua
akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus
pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak
1.
Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali
oleh situasi yang asing.binatang buas
2.
Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
3.
Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4.
Prosedur yang menyakitkan
5.
Takut akan cacat atau mati.
6.
Berpisah dengan orang tua dan sibling
B. REAKSI HOSPITALISASI
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping
yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan,kehilangan,
perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:
1.Pengalaman yang mengacam
2.Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga
Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1.Tingkat perkembangan usia
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support system dalam keluarga
4.Keterampilan koping

5.Berat ringannya penyakit

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:


1. Takut
1)Unfamiliarity
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian
2. Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada
anak dibawah usia 12 tahun
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi,
sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.
3. Privasi yang terhambat
Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian
A. Stressor pada Infant
a. pengertian
Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan
Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika
ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg
berlebihan dan menangis kuat.
b. Separation anxiety ( cemas karena perpisahan )
-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas
c. Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura )
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira
d. Kehilangan Fungsi dan Kontrol
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah
sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan
menimbulkan stress pada anak
e. Gangguan Body Image dan Nyeri
Infant masih ragu tentang persepsi body image
Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ
tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan prosedur tindakan yang menyakitkan
sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.
Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar mulut dan
genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan control, gangguan body
image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.
B. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH
Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam
mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana
bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.

Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan
menangis kuat.
Respon prilaku yang anak sesuai dgn tahapannya yaitu :
1.
Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian orla.
2.
Tahap putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik diri,
sedih dan apatis.
3.
Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai lingkungan.
a.Pengertian anak tentang sakit:
1.
Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena
anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
2.
Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain dengan
temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah
sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
3.
Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu
atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
b.Separation /perpisahan
-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua
-anak sering mimpi buruk
c.Kehilangan fungsi dan control
Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya
mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan yang sudah
dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan
menolak untuk makan.Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas
d.Gangguan Body Image dan nyeri
-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi
-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan
C. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN
Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan
a.Pengertian tentang sakit

anak usia 5 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus
istirahat di tempat tidur

Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit yang di
alaminya.
b.Separation /Perpisahan
Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan terjadi.

Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga dapat
mengakibatkan anak menjadi cemas.
c.Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak
frustasi, marah dan depresi.
Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka terhambat.
d.Gangguan body image dan nyeri

anak mulai menyadari tentang nyeri

Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.
D. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR
a.pengertian:
Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau bakteri,
virus dan lain-lain.
Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
b.Separation / Perpisahan
Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c.Kehilangan fungsi control
Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.
d.Gangguan body Image
Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya
E. STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA
a.Pengertian tentang sakit

Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks
Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b.Separation / Perpisahan
Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan menimbulkan stress
akan perpisahan dengan teman sebayanya.
Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya jika mereka
mengalami kecacatan.
c.Kehilangan fungsi control
bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri remaja.
Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d.Gangguan body image
sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan sangat
mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya perubahan body image.
Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.
Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ seksual.
F. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN HOSPITALISASI ANAK
Bagian integral dari keluargaAnak
Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan
fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)
Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1.Tingkat keseriusan penyakit anak
2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga
Pada umumnya reaksi orang tua:
1.Denial / disbelief
Tidak percaya akan penyakit anaknya
2.Marah / merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
4.Depresi
-terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan
G. Reaksi sibling
a.Pada umumnya reaksi sibling
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah
b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
-Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak

-Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
-Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
-Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
-Beri dukungan pada anak dan keluarga
-Beri informasi yang adekuat.
H. REAKSI ORTU DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP ANAK YANG DIHOSPITAL
1. Reaksi ortu :

Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat anak mendapat
prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak dan ortu).

Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg diagnosis penyakit
anaknya.

Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal.

prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama secara berulang pada org
berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.
2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada
lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3. Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Reaksi saudara kandung

Marah

Cemburu

Benci dan bersalah


I. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI
1.
Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
2.
Melibatkan ortu berperan aktif dlm:
1. perawatan (rooming in)
- Modifikasi ruang perawatan dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti dirumah.
- Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
- Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif thp
petugas.
- Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum melakukan prosedur.
2. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
- Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp sressor yg dihadapi
selama dirawat.
- Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.
- Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada orla dan percaya
diri.
- Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.
3. Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
- Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.
- Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama
- Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakininya.
- Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .
4. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS :
- Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak
dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,
- sssApabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dgn
situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS.
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan

Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.

Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan.

Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.

Berikan identitas pada anak

Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.

Laksanakan pengkajian riwayat kep.

Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn yang programkan.
J. STRESOR- STRESOR LAIN
a. Masuk Rumah Sakit
Rencana: Konseling program oleh perawat
Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien, petugas perawatan
Persiapan
Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit, penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat
Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)

Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan alat yg dibutuhkan tersedia)
b. Saat masuk

Kenalkan tim pada anak dan keluarga

Orientasi ruangan/ fasilitas


Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar
Berikan gelang identitas
Jelaskan peraturan RS dan jadualnya
Ukur VS, TB dan BB
Lakukan pemeriksaan lab
Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik
c. Saat masuk UGD

Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak tepat dan tidak mungkin pada situasi darurat
Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja sama
d. Focus pada komponen konseling dirawat

perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang, tentukan tingkat tukem, inf status kes anak, inf
keluhan utama anak dan ortu
e. Saat msuk ICU

Siapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post op jantung)


Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak terduga
Siapkan ortu s.d penampilan anak dan perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di ICU
Temani ortu disisi tempat tidur anak--> support
Siapkan saudara kandung untuk kunjungan dan monitor reaksi mereka
Stressor di icu
Untuk anak dan keluarga
Stresor fisik

nyeri dan rasa tidak nyaman

imobilisasi

kurang tidur

Tidak mampu makan minum

Perubahan kebiasaan eliminasi


f. Stresor Lingkungan
Lingk. asing
Bunyi yang asing
Orang asing

Bau asing dan tidak enak


Cahaya yg terus menerus
aktivitas ke pasien lain
kesiagaan petugas
g. Stresor Psikologis
kurangnya privacy
Tidak mampu berkomunikasi
Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi
Penyakit yg berat
Perilaku ortu
h. Stresor Sosial
Hub. yg terputus
peduli terhadap sekolah atau pekerjaan
Gangguan/ kurang bermain

Anda mungkin juga menyukai