Anda di halaman 1dari 3

MENUJU KEMBALI KE ISLAMIC GOLDEN AGE YANG

BERLANDASKAN ILMU PENGETAHUAN


Arina Zanjabila
Bagi seluruh umat Islam di dunia, tentunya tidak asing lagi dengan
Islamic golden age atau yang disebut juga dengan zaman kejayaan Islam.
Walaupun kini semua itu hanya sejarah, namun keyakinan umat Islam tetap
tinggi untuk dapat merasakan zaman itu lagi. Sebenarnya, apakah dan kapan
Islamic golden age itu? Islamic golden age adalah periode dimana dunia
Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan, dan mengalami kemajuan
ilmu pengetahuan yang luar biasa pesat. Pada saat itu, bisa dikatakan bahwa
tidak ada peradaban lain yang dapat menandingin pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan di dunia Islam. Bahkan pada masa itu, disebut zaman
suram bagi dunia barat. Islamic golden age sendiri terjadi pada periode abad
8 hingga abad 13. Peradaban islam zaman itu dapat dikatakan merupakan
peradaban yang gemilang hasil dari sistem yang cemerlang. Peradaban yang
sangat mengutamakan ilmu pengetahuan.
Jika dilihat dari sejarah yang ada, dapat diketahui bahwa pondasi dari
Islamic golden age adalah ilmu pengetahuan. Dimana pelajar sangat
dimuliakan, dan ilmu dibagikan secara cuma-cuma. Tingginya penghargaan
sebuah penemuan, menjadi motivasi tersendiri bagi ilmuwan untuk terus
berinovasi. Tingkat intelektual pun juga tinggi. Sehingga ilmu yang ada
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai solusi dari permasalahan
yang sedang terjadi. Lalu, dapatkah kita kembali mencicipi masa emas
tersebut?
Sebagai seorang muslim, kita diberikan kelebihan jika dibandingkan
dengan umat lain. Kita mengenal konsep Ulul albab. Yaitu, berpikir disertai
dengan dzikir. Berpikir disertai mengingat Allah SWT yang telah
menyediakan lahan yang luas sekali untuk manusia agar berpikir, yaitu alam
semesta. Di alam semesta itulah kita tidak hanya dapat melihat, namun
memperhatikan. Tidak hanya menyadari, namun merasakan. Dan tidak hanya
mendengar, namun mendengarkan. Islam mengajarkan untuk menyelaraskan

antara agama dan ilmu pengetahuan. Bukan malah memisahkan kedua hal
tersebut. Sehingga, semakin orang itu berilmu, maka ia semakin
mengagungkan Allah SWT. Bukan malah mengingkarinya. Seperti yang
dikatakan seorang ahli, Ilmu tanpa agama seperti seorang yang buta
matanya, sedangkan agama tanpa ilmu seperti seorang yang lumpuh. Hal itu
berarti, ilmu tanpa agama hanya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri
dan membawa kecelakaan pada orang lain. Sedangkan, apalah arti ilmu jika
tidak bermanfaat bagi semua orang? Dan yang beragama tanpa ilmu akan
tersesat dalam kebingungan dan tidak mengetahui jalan mana yang dapat
menghantarkannya pada Al-Haq.
Lalu, bagaimanakah cara untuk memulai langkah menuju peradaban
islam yang maju? Kita sudah pernah merasakan peradaban yang maju. Dan
kita dapat menjadikan zaman tersebut sebagai contoh serta pedoman. Jika
dimisalkan sebagai soal matematika, kita diberi suatu persoalan matematika
yang sudah terdapat banyak contoh pengerjaannya. Walau soal lebih sulit dan
kompleks dibandingkan dengan contoh, namun secara prinsip pengerjaannya
sama. Kompleksnya soal tersebut merupakan permisalan dari begitu
kompleksnya masalah yang dihadapi bangsa ini. Dalam pengerjaan soal
matematika tersebut, tentu dibutuhkan suatu cara untuk menyelesaikan. Cara
tersebut merupakan analogi dari strategi. Tentu kita memerlukan strategi
untuk memuluskan jalan yang akan kita tuju. Strategi yang tepat akan
menghasilkan hasil yang cepat. Jika menilik dari zaman tersebut, dapat
diketahui bahwa para ilmuwan di zaman itu memiliki pemikiran terbuka.
Peradaban Islam dahulu begitu menghargai perbedaan dengan kelompok lain
seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi) untuk ikut
bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi untuk membuat dunia
lebih baik. Terbuka disini bukan berarti mengiyakan semua perkataan tanpa
mengetahui kebenarannya. Namun, seperti yang disebutkan di surat
Az-Zumar ayat 18, Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang
paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah ulul-albab (Qs. Az-Zumar:18). Keterbukaan
yang mereka miliki menjadikan peradaban masa itu mempunyai ilmu

pengetahuan yang berasal dari Yunani, Persia, Romawi, India dan lain-lain.
Semuanya berkumpul pada satu titik lokasi. Lengkap sudah ilmu
pengetahuan pada masa itu.
Namun disamping semua itu, apapun yang terjadi pada umat muslim
baik itu masa kejayaan maupun keterpurukan, semestinya kita wajib
bersyukur pada Allah SWT. Bersyukur kita masih diberi kesempatan untuk
menikmati kesuksesan yang diraih, dan bersyukur kita masih diberi
kesempatan untuk mencoba bangkit dari keterpurukan. Seperti yang
disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7, Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.(Qs. Ibrahim:7).
DAFTAR PUSTAKA
El-Syafa, Ahmad Zacky. 2012. Doa-Doa Terbaik Sepanjang Masa. Yogyakarta :
Mutiara Media
Aslim, Faisal. Peran Peradaban Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan. 2
November 2016. https://www.zenius.net/blog/6100/sejarah-islam-ilmupengetahuan

Anda mungkin juga menyukai