Anda di halaman 1dari 9

Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi

Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 ( 95 %);

Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi kebidanan (90 %);

Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100 %);

Cakupan kunjungan neonatus (90 %);

Cakupan kunjungan bayi (90%);

Cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%).

MANAGEMEN KESEHATAN IBU DAN ANAK


Syafrudin, SKM, Mkes.

Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,jiwa,dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.Batasan yang
diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) yang
paling baru ini,memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan
sebelumnya yang mengatakan,bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna,baik
fisik,mental,maupun social,dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.Pada batasan
yang terdahulu,kesehatan ibu hanya mencakup tiga aspek,yakni:fisik,mental,dan
social,tetapi menurut Undang-Undang No.23/1992,kesehatan itu mecakup empat
aspek yakni fisik(badan),mental(jiwa),social,dan ekonomi.
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah suatu upaya di bidang kesehatan yang
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Menurunkan kematian(mortality) dan kejadian sakit(morbility) di kalangan
ibu.Upaya ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan,pada saat
bersalin dan ibu menyusui
2.
Meningkatkan derajat kesehatan anak melalui pemantauan status gizi sedini
mungkin berbagai penyakit menular yang bias dicegah dengan imunisasi dasar
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Sasaran:ibu hamil,ibu bersalin dan anak-anak s/d usia lima tahun
Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai
berikut:
1.
Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setingi-tingginya
2.
Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga profesional secara berangsur.
3.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyrakat oleh kader dan dukun bayi,serta penanganan dan pengamatannya
secara terus menerus.
4.
Peningkatan pelayanan neonatal(bayi berumur kurang dari 1 bulan) dengan
mutu yang baik dan jankauan yang setingi-tingginya.

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu isu krusial dalam
pencapaian pembangunan kesehatan diseluruh dunia.Pelayanan kesehtan ibu dan anak
tidak hanya sensitive dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu Negara,namun
juga merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa
mendatang.
Memang saat ini beberapa Negara telah menunjukan perkembangan dalam
upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak secara optimal,namun pada saat yang
bersamaan ironisnya,secara rata-rata,dunia tidak sedang berada dalam jalur untuk
mencapai MDGs dalam bidang kesehatan ibu dan anak.
Demikian pernyataan yang dilansir situs resmi organisasi kesehatan dunia
WHO.Menurut temuan lapangan WHO,tiap tahun,lebih dari setengah juta wanita
meninggal dalam keadaan hamil atau melahirkan,bahkan hamper 11 juta anak balita
meninggal,sedangkan hal ini seharusnya dapat dicegah.Sebagai wujud upaya tindak
lanjut terhadap permasalahan tersebut Negara-negara dan organisasi yang berperan
dalam bidang kesehatan ibu dan anak telah mendeklarasikan kerjasama di New York
12 September 2005 lalu.Untuk pertama kalinya pada pakar kesehatan ibu dan anak
serta tenaga profesional anak secara formal bekerja sama dalam meningkatkan upaya
mencapai tujuan pembangunanan global (MDGs) yang salah satunya adalah bidang
kesehatan ibu dan anak.Bentuk kerja sama ini menandai telah lahirnya upaya intensif
yang diharapkan dapat berkembang dengan cepat menuju terciptanya kesehatan
dengan cepat menuju terciptanya kesehatan wanita dan anak-anak yang optimal.

Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang
ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi petugas
puskesmas.Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal yang
meliputi
anamnesis,pemeriksaan
fisik(umum
dan
kebidanan),pemeriksaan
laboratorium atas indikasi,serta intervensi dasar dan khusus(sesuai resiko yang
ada),namun ada penerapan operasionalnya dikenal standar minimal 5 T untuk
pelayanan antenatal,yang terdiri atas:
1.
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2.

Ukur tekanan darah

3.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid secara lengkap

4.

Pengukuran tinggi fundus uteri

5.

Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Dengan demikian maka,secara operasional pelayanan antenatal yang tidak


memenuhi standar minimal 5 T tersebut belum dianggap suatu pelayanan
antenatal.Selain itu pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
profesional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan,dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
Minimal 1 kali pada triwulan pertama
Minimal 1 kali pada triwulan kedua
Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani
kasus resiko tinggi yang ditentukan.

Cakupan K1 dan K4
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan
baru ibu hamil (K1) dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali
dengan distribusi sekali pada triwulan pertama,sekali pada triwulan dua dan dua kali
pada triwulan ketiga (K4)
Cakupan K1 pada tahun 1996 secara nasional adalah 84,11% dengan kisaran
antara 63,58% (di propinsi Irian Jaya) dan 105,34%( di propinsi Timor-Timor).Bila
dibandingkan dengan sasaran Pelita VI tahun 1996/1997 secara nasional yaitu 85
%,rata-rata cakupan tersebut masih belum memenuhi target.
Cakupan K4 pada tahun 1996 secara nasional adalah 65,72% dengan kisaran
antara 29,4% (di propinsi Irian Jaya) dan 90% (di propinsi Lampung).Bila
dibandingkan dengan Pelita VI tahun 1996/1997 secara nasional yaitu 75%,cakupan
tersebut masih belum memenuhi sasaran.

Cakupan Fe1 dan Fe3


Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat dibedakan menjadi Fe1 yaitu yang
mendapat 30 tablet dan Fe3 yaitu yang mendapat 90 tablet selama masa
kehamilan.Cakupan Fe1 pada tahun 1996 secara nasional adalah 69,67% dengan
kisaran antara 22,74% (di Propinsi Sumatera Utara) dan 91,63% (di propinsi Sulawesi
Utara).Sedangkan cakupan Fe3 secara nasional adalah 61,78% dengan kisaran antara
22,74 ( di propinsi DKI Jakarta) dan 88,42% (di propinsi Sulawesi Tenggara)
Ada kecenderungan kenaikan cakupan pemberian tablet besi bagi ibu hamil

dan tahun 1994 sampai dengan 1996.Jika dibandingkan dengan sasaran akhir Pelita VI
pemberian tablet besi pada ibu hamil sebesar 85%,memang baik cakupan Fe1 dan Fe3
masih berada di bawah sasaran tersebut.

Pertolongan Persalinan
Dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak dikenal beberapa jenis tenaga yang
memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat.Jenis tenaga tersebut adalah:
1.
Tenaga profesional: dokter spesialis kebidanan,dokter umum,bidan,pembantu
bidan (PKE) dan perawat bidan.
2.

Dukun bayi:

Dukun bayi terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan
oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus

Dukun bayi tidak terlatih ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih oleh tenaga
kesehatan dan belum dinyatakan lulus.

Pertolongan persalinan oleh dukun bayi diharapkan memenuhi standar


minimal 3 bersih,yang meliputi bersih tangan penolong,bersih alat pemotongan tali
pusat dan bersih alas tempat ibu berbaring serta linbgkungannya.
Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota keluarga
dalam masyarakat terpencil,seperti yang banyak ditemukan di Propinsi Irian
Jaya.Namun,penolong persalinan seperti ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk
diidentifikasi.
Pada prinsipnya,penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Sterilitas
Metode pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan teknis medis.
Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi
Dengan penempatan bidan di desa, diharapkan secara bertahap jangkauan
persalinan oleh tenaga profesional terus meningkat dan masyrakat semakin menyadari
pentingnya persalinan yang bersih dan aman.

Deteksi Dini Ibu Hamil Beresiko


Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi
dini ibu hamil beresiko perlu lebih digalakkan baik difasilitas pelayanan KIA maupun
dimasyarakat.Dalam rangka itulah deteksi ibu hamil beresiko perlu difokuskan kepada
keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh
dukun bayi.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,tetapi perlu perawatan
diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat.Karena itu kehamilan yang
normal pun mempunyai resiko, walaupun ringan.Ada beberapa keadaan yang
menambah resiko kehamilan,namun tidak secara langsung meningkatkan resiko
kematian ibu.Keadaan-keadaan tersebut dinamakan factor resiko.
Factor resiko pada ibu hamil diantaranya adalah:
1.
Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
2.

Anak lebih dari 4

3.

Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun

4.

Tinggi badan kurang dari 145 cm.

5.

Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

6.
Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis,hipertensi dan riwayat
cacat congenital.
7.

Kelaianan bentuk tubuh,misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Semakin banyak ditemukan factor resiko pada ibu hamil, maka semakin tinggi
resiko kehamilannya.
Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal,yang secara
langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayinya.

Resiko tinggi pada kehamilan meliputi:


1.
Hb kurang dari 8 gr %
2.
Tekanan darah tinggi (sistol lebih dari 140 mmHg dan diastol lebih dari 90
mmHg)
3.

Oedema yang nyata

4.

Eklampsia

5.

Perdarahan pervaginam

6.

Ketuban pecah dini

7.

Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu

8.

Letak sungsang pada primigravida

9.

Infeksi berat/sepsis

10.

Persalinan premature

11.

Kehamilan ganda

12.

Janin yang besar

13.

Penyakit kronis pada ibu :jantung,paru,ginjal,dll.

14.

Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan

Tingginya AKI di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya


penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasikitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi.Penempatan bidan di desa
memungkinkan penanganan dan rujukan ibu hamil beresiko sejak dini,serta
identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan resiko
kehamilan yang disandangnya.

Pelayanan Kesehatan Neonatal


Dewasa ini 45 % kematian bayi terjadi pada usia kurang dari satu
bulan.Penyebab utama kematian neonatal adalah tetanus neonatorum, gangguan yang
timbul pada bayi berat lahir rendah ( BBLR) dan asfiksia.Upaya yang dilakukan untuk
mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik
mungkin,pertolongan persalinan 3 bersih (bersih tangan penolong,alat pemotong tali
pusat dan alas tempat tidur ibu) dan perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk
perawatan tali pusat yang higienis.
Selain hal tersebut diatas,dilakukan pula upaya deteksi dini neonatal resiko tinggi agar
segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan.
Resiko tinggi pada neonatal meliputi:
1.
BBLR (berat lahir kurang dari 2500 gram )
2.

Bayi dengan tetanus neonatorum

3.

Bayi baru lahir dengan asfiksia

4.

Bayi dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah lahir )

5.

Bayi baru lahir dengan sepsis

6.

Bayi lahir dengan berat > 4000 gram

7.

Bayi pre term dan post term

8.

Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9.

Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

Tujuan Manajemen kesehatan ibu dan anak


Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi keluarga dan masyarakat
tentang kesehatan reproduksi, terutama kesehatan ibu dan anak dan untuk
menumbuhkan sikap dan perilaku yang bertanggungjawab, sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan dan gizi seluruh anggota keluarga (khususnya ibu dan
anak). Mendukung kegiatan pendidikan yang memadai bagi anak-anak, pengetahuan
bagi ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat menerapkan perilaku hidup sehat
dalam keluarga.

Area Kegiatan :
1 Membantu menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka
kematian balita melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
2 Mengembangkan program yang "integratif" antara pendidikan, pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi, peningkatan status gizi dan kesehatan ibu dan
anak balita serta keluarga.
3 Meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anak jalanan.
4 Membantu perlindungan pekerja anak dalam mendapatkan hak-haknya melalui
program yang komrehensif.
5 Membentuk jaringan kerjasama dengan pihak yang berkompeten, khususnya dalam
program perlindungan dan pencegahan anak dari menjadi pekerja seks dan
penggunaan obat.
6 Mendirikan fasilitas untuk mendukung program pelayanan bagi anak.

Program untuk kesehatan anak

Tanda-tanda bayi dan anak bayi tetap sehat:


Setiap bulan berat badan anak bertambah mengikuti pita hijau pada KMS

Perkembangan dan kepandaian anak betambah sesuai umur

Anak jarang sakit,gembura,ceria,aktif,lincah,dan cerdas.


Cara ibu menjaga kesehatan bayi dan anak:
1.

Amati pertumbuhan anak secara teratur

Timbang berat badan anak sebulan sekali mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di
posyandu

Tanya hasil penimbangan dan minta kepada kader mencatat di KMS


Jika anak tumbuh kurang sehat,minta nasihat gizi ke petugas kesehatan
Bermain dan bercakap-cakap dengan anak,sangat penting bagi perkembangan anak
2.

Minta imunisasi sesuai jadwal di Posyandu,Puskesmas,Rumah Sakit atau


praktek swasta

Anak harus diimunisasi lengkap sebelum berumur 1 tahun


Imunisasi mencegah penyakit TBC,Hepatitis (sakit kuning),Polio,Difteri,Batuk 100
hari,Tetanus,Campak.
Sakit ringan seperti batuk pilek,diare dan sakit kulit bukan halangan untuk imunisasi.
Jadwal Imunisasi
Umur

Jenis Imunisasi

0-7 hari

Hepatitis B 1

1 bulan

BCG

2 bulan

Hepatitis B2,DPT1,Polio 1

3 bulan

Hepatitis B3,DPT2,Polio 2

4 bulan

DPT 3,Polio 3

9 bulan

Campak, Polio 4

TANTANGAN DALAM MENINGKATKAN KIA


Hambatan sistem kesehatan terdapat hampir di semua lini:
(1) kualitas layanan antenatal, persalinan dan postnatal yang kurang baik,
(2) kurangnya pendanaan untuk kesehatan,
(3) proses perencanaan sumber dana kesehatan yang terhambat serta
keterlambatan pengiriman dan realisasi dana di daerah,
(4) kurangnya utilisasi Jampersal dan kualitas pelayanan yang rendah,
serta
(5) terbatasnya sarana PONED dan PONEK di Indonesia.

Hambatan ini ditambah dengan masih banyaknya perilaku masyarakat


yang membahayakan kesehatan anak dan ibu akibat kurangnya pengetahuan
dan sosialisasi serta akses ke sarana air bersih dan sanitasi.

Anda mungkin juga menyukai