Adi Harsono Log PDF
Adi Harsono Log PDF
Halaman
Bab 1. Pengantar Evaluasi Log
1.1 Apa yang diperlukan industri perminyakan agar sukses dalam penemuan minyak ?
1.2 Apa yang dapat di lakukan oleh perusahaan jasa logging ?
Proses Logging
Interpretasi Log Sumur
Jasa Penyelesaian Sumur
Pengamatan Reservoar
1.3 Pengaturan sistem di lapangan
1.4 Sistem di Permukaan
Bab 2. Konsep-konsep Evaluasi Dasar
2.1 Ruanglingkup Logging
2.2 Reservoar Asli
2.3 Dampak dari proses pemboran
2.4 Resistivitas dan Faktor Formasi
2.5 Porositas
2.6 Porositas dan Faktor Formasi
2.7 Kejenuhan
2.8 Hidrokarbon yang dipindahkan
Bab 3. Apakah Log itu ?
3.1 Penampilan Log
3.2 Corak, skala, bagan dan simbol Log
3.3 Penampilan log
3.4 Penerapan Log
Bab 4. Interpretasi Formasi Bersih
4.1 Lingkungan kerja
4.2 Evaluasi litologi dan porositas
4.3 Pengenalan Litologi Pintas
4.4 Penentuan kejenuhan air
Bab 5. Metode Pintas
5.1 Indentifikasi Lapisan
5.2 Kendali Mutu Log (LQC)
5.3 Metode rasio resistivitas
5.4 Metode untuk mencari R.w
5.5 Metode untuk mencari Sw
5.6 Ringkasan dari alat ukur Resistivitas
5.7 Porositas pintas dan Litologi dan
53
5.8 Indentifikasi litologi
55
5.9 Penentuan jenis hidrokarbon 55
5.10 EPT pintas 57
Bab 6. Metode Penentuan Rw 58
6.1 Gambar-silang porositas-resistivitas
6.2 Metode rasio resistivitas
59
6.3 Rw dari SP 61
6.4 Pendekatan Rwa
61
6.5 Rw dari EPT :
62
6.6 Rw dari sumber lain 62
Bab 7. Kurva SP
63
7.1 Asal usul SP 63
7.2 Bentuk dari kurva SP 65
7.3 Anomali SP 67
7.4 Pencarian Rw68
Bab 8. Log Sinar Gamma
8.1 GR dasar
69
8.2 NGT: GR Spektral
69
71
58
79
136
85
92
146
Apendiks
I. Tentang Porositas Netron
154
II. Resolusi Tegak dan Jangkauan Datar dari Beberapa Alat Loging
III. Tentang Log Quality Control (LQC)
157
IV. Tentang Peranan Gambar-silang (Crossplots) dalam Interpretasi
V. Ringkasan Jenis Koreksi Pengaruh Lubang Bor
166
VI. Daftar Istilah Yang Dipakai
167
Glossary
Jawaban Kertas Kerja-1 dan 2 Lembar tambahan Kertas Kerja 168
156
162
- Kejenuhan Air
Bagian dari ruang pori yang berisi air disebut kejenuhan air, ditandai dengan Sw. Sisa bagian
yang berisi minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon, Sh, sama dengan (1- Sw). Asumsi umum
adalah bahwa reservoar mula-mula terisi air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yang
terbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori, menggantikan air pada ruang pori yang lebih besar.
Akan tetapi hidrokarbon pindahan ini tidak pernah bisa menggantikan semua air. Ada Kejenuhan Air-Sisa
(irreducible water saturation) Sw(irr) yang menunjukkan air yang tertinggal karena tegangan permukaan
pada permukaan butiran, kontak butiran, dan didalam celah-celah yang sangat kecil. Nilainya bervariasi
dari kira-kira 0.05 pada formasi yang sangat kasar dengan luas permukaan kecil, hingga 0.4 atau lebih
pada formasi butiran yang sangat halus dengan luas permukaan besar. Air-sisa tidak akan mengalir
ketika formasi diproduksi.
Maka bagian dari volume total formasi yang mengandung hidrokarbon adalah Sh atau
(
1-Sw). Tujuan utama dari logging adalah untuk menentukan kuantitas ini. Nilainya bisa dari nol hingga
maks
i
mum 0(
1- Swirr ).
- Permeabilitas
Permeabilitas yang ditandai dengan k, adalah kemampuan mengalir dari cairan formasi. Ini
merupakan pengukuran tingkatan dimana cairan akan mengalir melalui suatu daerah batuan berpori
dibawah gradian tekanan yang tertentu. Dinyatakan dalam milli-darcies (md); nilai 1000 md adalah tinggi
dan 1.0 m adalah rendah untuk ukuran produksi.
Berbeda dengan porositas, permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran dari batuan.
Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi, sedangkan batuan
berbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur yang berliku-liku mempunyai permeabilitas rendah.
Porositas berubah dengan faktor 3 sedangkan permeabilitas dengan faktor sekitar 4000.
Batuan kandung-hidrokarbon (Hydrocarbon-Bearing Rocks)
Batuan kandung-hidrokarbon umumnya terdiri dari pasir, gamping dan dolomit.
Pasir dapat dipindahkan dan diendapkan oleh aliran air. Semakin deras aliran air, akan semakin
kasar butiran pasirnya. Karena mekanisasi ini maka pasir akan cenderung mempunyai porositas antar
butiran yang seragam.
Gamping dilain pihak, tidak dapat dipindahkan seperti butiran pasir melainkan akan diendapkan
oleh gerakan air laut. Sebagianmerupakan endapan dari larutan; dan sebagian adalah timbunan dari
jasad kerang orgaruk. Ruang pori awal sering berubah oleh disolusi ulang lanjutan dari sejumlah zat
padat. Sehingga porositas gamping cenderung menjadi kurang seragam dibandingkan dengan pasir.
Porositas gamping mengandung gerohong dan retakan disebut porositas sekunder (secondary porosity),
yang bersisipan (interspersed) dengan porositas primer (primary porosity).
Dolomit terbentuk ketika air yang kaya dengan magnesium mengalir melalui gamping,
menggantikan sejumlah kalsium dengan magnesium. Proses ini biasanya menyebabkan pengurangan
volume batuan. Sehingga dolomitisasi adalah suatu mekanisme penting dalam menyediakan ruang pori
untuk akumulasi hidrokarbon.
Formasi yang berisi hanya pasir atau karbonat disebut formasi bersih (clean formation), relatif
mudah diinterpretasikan dengan log moderen. Bila formasi ini berisi lempung, maka dinamakan formasi
kotor atau formasi serpih (dirty or shaly formations). Reservoar batuan seperti ini cukup sulit
diinterpretasikan.
- Lempung dan Serpih
Lempung adalah komponen umum dari batuan sedimen. Susunan kimianya terdiri dari aluminosilikat biasa berupa montmorillonite, Mite, chlorite, atau kaolinite tergantung pada lingkungan dimana
mereka terbentuk.
Lempung mempunyai ukuran partikel yang sangat kecil sekitar 1 hingga 3 tingkatan dibawah
butiran pasir. Akan tetapi rasio permukaan-volumenya sangat tinggi hingga 100-10.000 kali rasio yang
dimiliki pasir. Sehingga lempung secara efektif dapat mengikat banyak air yang tidak akan mengalir tetapi
mempengaruhi tanggapan log.
Serpih adalah campuran dari lempung dan lanau (silika halus) yang diendapkan oleh proses
sedimentasi berenergi rendah. Serpih mempunyai porositas yang baik, tetapi permeabilitasnya adalah
mutlak sama dengan nol. Sehingga serpih murni tidak begitu berperan dalam produksi hidrokarbon,
walaupun merupakan batuan-sumber (source rocks) untuk perminyakan. Dilain pihak, pasir atau karbonat
yang mengandung sejumlah lempung atau serpih mungkin penting untuk produksi hidrokarbon.
Dengan adanya lempung dan serpih, analisa formasi hidrokarbon menjadi tidak mudah. Maka
pertama-tama perlu dimengerti prinsip dari interpretasi log pada formasi bersih dan kemudian analisa
formasi kotor.
Selama pemboran, gerakan sirkulasi lumpur dan cutting bat ditambah getaran yg disebabkan
oleh perputaran pipa bor terus mengikis mudcake dan juga formasi. Jika formasi berhenti dikikis, suatu
kondisi keseimbangan dinamis tercapai dimana kerak-lumpur menebal & tingkat filtrasi menjadi konstan.
Ketika pipa bor ditarik keluar untuk diganti pahat baru, kerak-lumpur mulai terbentuk kembali
pada lapisan permeabel dalam kondisi filtrasi yang statis. Ketika pemboran dimulai lagi, kerak-lumpur
bagian luar yang baru saja terbentuk akan terkikis dan keseimbangan dinamis sekali lagi akan terjadi.
Akhirnya, ketika semua pipa bor ditarik keluar untuk tujuan proses logging, filtrasi statik akan
mulai terjadi lagi dan kerak-lumpur lembut akan terbentuk lagi. Pembentukan tambahan ini sering
teramati dengan pengukuran diameter lubang oleh alat-alat logging yang ternyata lebih kecil dari
diameter pahat pada lapisan-permeabel dekat di dasar sumur. Tebal kerak-lumpur biasanya berukuran
1/8 -3/4 inci pada saat logging.
Kedalaman dari rembesan akan naik dengan cepat selama period.e erosi formasi. Kemudian rembesan
menjadi lambat karena keseimbangan dinamis dan tingkat kenaikan dari kedalaman rembesan adalah
berbanding terbalik dengan kedalaman rembesan yang telah dicapai untuk tingkatan filtrasi yang tetap.
- Kedalaman rembesan pada saat logging
Kedalaman dimana filtrasi lumpur telah menembus suatu formasi berpori pada saat logging
tergantung pada beberapa faktor, yang pertama adalah sifat filtrasi dari lumpur bor dan perbedaan
tekanan antara lumpur dengan reservoar. Tingkat filtrasi statis dari suatu jenis lumpur dapat dibaca dari
catatan air-hilang (water loss) pada kepala-log (log heading). Ini adalah jumlah filtrasi (dalam cc) yang
melalui sehelai saringan kertas dalam waktu 30 menit pada perbedaan tekanan 100 psi dan suhu 76 F
(standar API). Nilai air hilang biasanya sekitar 12 cc; kalau 30 cc dianggap sebagai lumpur parah (poor
wall building mud), dan 4 cc adalah sangat baik. Akan tetapi pengalaman menunjukkan hanya ada sedikit
hubungan antara karakteristik filtrasi statis pada temperatur permukaan dengan filtrasi dinamis pada
temperatur lubang bor. Akibatnya adalah tidak mungkin untuk meramalkan kedalaman rembesan hanya
dari lumpur dan informasi pemboran yang ada. Seorang Analis Log harus menarik kesimpulan sendiri
dari data-data log.
Walaupun demikian seseorang dapat memperkirakan kedalaman rembesan dari suatu jenis
lumpur tertentu yang berhubungan dengan porositas. Ketika kerak-lumpur mulai terbentuk,
permeabilitasnya menjadi relatif rendah dibandingkan dengan permeabilitas rata-rata formasi sehingga
hampir seluruh perbedaan tekanan (Pm - Pr ) dikenai pada kerak-lumpur dan hanya sedikit yang
mengenai formasi. Akibatnya kerak-lumpurlah yang mengendalikan kelajuan filtrasi. Pada suatu waktu
tertentu volume dari cairan yang sama akan merembes formasi yangberbeda, tanpa memandang
porositas atau permeabilitas (kecuali permeabilitasnya dibawah 1.0 md). Ini berarti bahwa kedalaman
rembesan akan menjadi minimum pada porositas tinggi dimana banyak ruang pori yang tersedia untuk
cairan rembesan, dan menjadi maksimum pada porositas rendah dimana hanya sedikit ruang pori yang
tersedia. Diperkirakan kedalaman rembesan sebanding dengan 1/ dimana adalah porositas.
Kedalaman rembesan akanberlipat dua jika porositas berkurang dari 36% hingga 9%, misalnya.
Walaupun demikian faktor-faktor lain juga menentukan. Dapat dikatakan bahwa kedalaman rembesan
berkisar antara beberapa inci sampai beberapa feet, biasanya sekitar 1-2ft.
Dapat dilihat bahwa model yang paling sederhana adalah yang batasannya adalah lapisan yang
sederhana, suatu situasi yang memungkinkan kita menggunakan persamaan persamaan linier untuk
mewakili tanggapan alat.
Dalam kasus alat resistivitas, perlu dicari 3 parameter: resistivitas-sesungguhnya (true resistivity)
Rt, resistivitas dr daerah rembesan Rxo, dan diameter rembesan Di. Shng diperlukan suatu sistim dng 3
persamaan linier. Ini dicapai dng menggunakan 3 jenis alat resistivitas dengan kedalaman penyelidikan
yang berbeda. Buku grafik berisi grafik-grafik seperti Rint-9 digunakan untuk tujuan itu.
Satuan untuk mengukur resistivitas adalah Ohm-m /m, biasanya disingkat Ohm-m. Pada logging
2
elektrik, kebalikan dari resistivitas (disebut konduktivitas) juga diukur. Satuannya adalah Mho-m/m .
Dalam praktek, satuan ini terlalu besar, sehingga digunakan satuan yang lebih kecil, millimho/meter,
satuan dari konduktivitas disingkat dengan mmho.
Jika dari kubus tadi sejumlah air digantikan dengan minyak, maka resistivitas dari kubus menjadi
Rt. Karena minyak adalah tidak konduktif, resistivitas total dari kubus Rt akan lebih besar dari Ro.
2.5 Porositas
Definisi dari porositas: Porositas adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda
padat. Ada beberapa macam porositas:
- Porositas Total t, adalah perbandingan antara ruang kosong total yang tidak diisi oleh benda padat
(pori-pori, retakan, rekahan, gerohong) yang ada diantara elemen-elemen mineral dari batuan,
dengan volume total batuan.
Vt Vs Vp
t
Vt
Vt
dimana:Vp = volume ruang kosong, biasanya terisi oleh cairan (air, minyak, gas), Vs = volume
yang terisi oleh zat padat, Vt = volume total batuan
Porositas total meliputi:
Porositas primer
1 , antar-butir atau antar-kristal. Ini terutama tergantung pada bentuk
dan ukuran zat padat, dan cara penyortirannya. Biasanya dijumpai pada batuan klastik.
Porositas gerowong yang diperoleh dari proses disolusi, dan porositas rekahan yang
diperoleh secara mekanik, akan membentuk prositas sekunder
2, banyak berhubungan
dengan batuan zat kimia atau biokimia. Porositas total (t) = 1 + 2
- Porositas Bersambungan (connected porosity) connected,adalah bagian dari ruang kosong bersambungan didalam batuan. Bisa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan porositas total jika pori-porinya
tidak bersambungan (kasus dari batu apung, dimana 1 mendekati 50% dan connected adalah nol).
- Porositas Potensial Pot , istilah porositas ini tidak begitu populer. Pengertian porositas ini dihubungkan
dengan ukuran jalur pori-pori pada batasan tertentu dimana cairan tak dapat lagi mengalir (misalnya 20
m untuk minyak dan 5 m untuk gas).
- Porositas efektif e , adalah porositas yang dapat dilalui oleh cairan bebas, tidak termasuk porositas
yang tidak bersambungan, dan ruangan yang terisi oleh air-resapan dan air-ikat serpih. Ini adalah
definisi yang khusus untuk analisa log.
Catatan bahwa porositas adalah tanpa dimensi. Biasanya dinyatakan sebagai angka desimal atau
dikalikan dengan 100 dalam %, atau satuan porositas (pu).
2.6 Porositas dan Faktor Formasi
Perhatikan gambar 2.7 di bawah ini. Misalkan dalam satu satuan volume dari kubus batuan
ditembus oleh kanal-kanal silinder sejajar yang berisi air dengan resistivitas Rw:
Terlihat bahwa dalam formasi air bersih faktor formasi F dinyatakan sbgi rasio dari F = Ro /Rw
Tahanan antara bidang A dan B (dan resistivitasnya) dari kubus satuan meter kubik yang ruang
kosongnya secara teori terdiri dari kanal-kanal berbentuk silinder sejajar dengan penampang Sp, adalah
Ro = Rw . 1/SP tetapi Sp sama dengan
, karena
Vp 1.Sp
Sp sehingga Ro = Rw/ dan Ro akan
Vt 1.1.1
biasanya mengalir melewati jalan berliku-liku dimana penampang Sp -nya akan berubah dengan cepat.
Ini adalah fungsi dari struktur batuan.
Banyak
percobaan
laboratorium
telah
menunjukkan bahwa untuk batuan bersih,
hubungan antara porositas dan faktor formasi
adalah:
F = a/m
dimana:
a= koefisien yang tergantung pada litologi, berkisar
antara 0.6 dan 2;
m= faktor sementasi atau faktor liku-liku (tortuosity), tergantung dari jenis sedimen, bentuk
pori, macam sambungan pori serta jenis
porositas dan distribusinya, dan juga pada
kemampatan
Gambar 2.7 Porositas dan Faktor Formasi
Dari studi yang berbeda tampak bahwa m bisa berubah antara 1 dan 3, mungkin juga lebih.
2.15
Untuk formasi-formasi pasiran, rumus Humble sering digunakan:
F = 0.62/
Dalam formasi tidak keras (soft), rumus yang paling klasik adalah F = 0.81/m
Dalam formasi terkompaksi F = 1/m Akhirnya, dalam karbonat dengan porositas rendah, rumus Shell
digunakan F =1/m dengan m = 1.87 + (0.019/
) Grafik Por-1 menunjukkan hubungan F -
2.7 Kejenuhan
Kejenuhan adalah rasio dari volume yang terisi oleh cairan tersebut dengan volume porositas
total, ditandai dengan S.
Jika cairannya adalah air-formasi Sw = VW /VP
Jika air adalah satu-satunya cairan didalam pori-pori Sw =1
Jika terdapat sejumlah hidrokarbon Vhy = VP - Vw
dan kejenuhan air Sw adalah:
Vp Vw Vw
Sw
Vp
Vp
Kejenuhan tidak berdimensi, karena hanya berupa rasio, akan tetapi sering dikalikan 100 untuk
dinyatakan dalam persen.
Banyak percobaan di laboratorium menunjukkan kejenuhan air dapat ditulis dalam bentuk
umumnya s w Ro
n
Rt
dimana:
Ro = resistivitas batuan dng porositas yang hanya diisi oleh air-formasi dengan resistivitas Rw;
W
Rt = resistivitas batuan yang sama diisi oleh air dan sejumlah hidrokarbon, kejenuhan airnya adalah S .
n = eksponen kejenuhan yang ditentukan berdasarkan percobaan, dan bervariasi antara 1.2 dan 2.2.
Pada pendekatan pertama, n biasanya diambil sama dengan 2.
Catatan : bhw jika menggantikan Ro mk didpt Rt F . Rw
S wn
Kejenuhan hidrokarbon tak pernah mencapai total. Kenyataannya adalah selalu ada sejumlah
kecil air didalam tingkatan kapiler yang tidak dapat digantikan oleh hidrokarbon. Ini disebut Kejenuhan
Air-sisa (irreducible water saturation) Swirr Nilainya tergantung dari jenis porositas, ukuran pori, diameter
dari sambungan, dan sifat dasar dari butiran matriks.
Hal yang sama, bahwa tidak semua air dapat digantikan oleh hidrokarbon, juga semua
hidrokarbon yang terkandung dalam formasi berpori tidak selalu dapat dipindahkan. Bagian dari volume
berpori yang diisi oleh hidrokarbon yang tidak dapat dipindahkan ini (non-moveable hidrocarbon) disebut
kejenuhan-hidrokarbon-sisa (residual hidrocarbon saturation) Shr.
2.8 Hidrokarbon yang dipindahkan (Moved Hydrocarbons )
Konsepnya lebih tepat diterapkan untuk reservoar minyak dari reservoar gas. Jika selama
operasi pemboran, sejumlah hidrokarbon terdesak dari lubang bor, maka logikanya selama fase produksi
sejumlah hidrokarbon yang sama dapat diproduksi oleh formasi yang sama.
Terlihat bahwa kejenuhan hidrokarbon-sisa dalam daerah rembesan yang dinamakan Shr, dapat
dituliskan dalam Shr 1 Sxo
Volume dari hidrokarbon-pindah dapat ditulis: .( Sh Shr )
.((1 Sw) (1 Sw)
atau
.(Sxo Sw)
Kolom 2
liner
logaritma
logaritma
Kolom 3
liner
liner
logaritma
Penerapan umum
porositas
Sonik-Induksi
Dual Laterelog-MSFL
Pada bab lain ditunjukkan bahwa adalah penting untuk merekam kurva-kurva porositas secara
bersamaan pada skala yang sesuai, sehingga perbandingan secara langsung dapat dilakukan. Ini khusus
berlaku untuk log netron-densitas.
Dengan cara yang sama, log-log resistivitas direkam bersamaan pada skala yang sama dengan skala
logaritma, sehingga memungkinkan penentuan rasio dari dua pengukuran dengan lebih mudah, dan
memberikan sensitivitas yang sama pada semua nilai log.
3.2.3 Bagan kurva
Setiap kurva ditunjukkan dengan bagan yang unik, ada yang berbentuk garis patah pendek, garis
patah panjang, garis lurus, garis titik untuk memudahkan pembacaan. Akan tetapi alokasi bagan tidaklah
menyeluruh, dan perhatian besar harus dilakukan untuk mengenal setiap kurva dengan informasi pada
kepala-log. Bila jenis alat cetak yang dipakai adalah berwarna, tiap-tiap kurva akan diberikan warna yang
berbeda sehingga lebih memudahkan pembacaan kurva.
3.2.4 Nama Kurva
Dengan kehadiran komputer, istilah-istilah digunakan untuk menunjukkan nama kurva, nama
alat, nama pada kepala-log. Lihat daftar istilah untuk lebih mengenal istilah-istilah yang paling umum.
kurva resistivitas dangkal (LLs) - kurva resistivitas mikro (MSFL) Perhatikan gambar 3.4:
3.3.3 Litodensitas-Netron
Pembacaan bersamaan dari log Lito-densitas dan log Netron. Hampir selalu dengan log GR.
Di kolom 1, ditemui pada skala linier: kurva kaliper (CALI), biasanya 6"46" atau 10" - 20" dan
kurva ukuran pahat (BS) dengan skala sama dengan kaliper
Di kolom 2 dan 3 kurva porositas Netron (NPHI), kiri ke kanan, 0 sd 60 pu. - kurva densitas
(RHOB), kanan ke kiri, 1.7 sd 2.7 gm/cc
Di kolom 2Kurva Litologi (PEF), kanan ke kiri, 0 s/d 10
Di kolom 3 kurva koreksi densitas (DRHO), kiri ke kanan, -.25 s/d.25
3.4. Penerapan log
3.4.1 Evaluasi Formasikomputasi di lapangan - produk FLIC
3.4.2 Korelasi sumur ke sumur, dan sebelum dan setelah pemasangan selubung baja
3.4.3 Deteksi daerah kelebihan tekanan Log Sonik dan Log Densitas dan Di daerah tertentu, log
induksi
3.4.4 Kalibrasi Data Seismic Seismogram-Sintetik menggunakan Log Sonik, Log Densitas dan
Survey Seismic Reference (Survei kelajuan)
3.4.5 Mekanik batuan Kekuatan Formasi, dan Landaian (Gradien) tekanan rekahan
3.4.6 Kualitas semen Indeks Penyemenan (Bond Index) - Volume Semen
3.4.7 Lintasan Sumur Survei Deviasi
3.4.8 Pemeriksaan dan Pemantauan Reservoar Log Produksi, Analisa Tekanan, dan Log Thermal
Netron Decay (TDT)Penerapan-penerapan banyak-sumur Reservoir Description Services, dan
Pemetaan Reservoar (Mapping Services
Rw
Rmf
2
0.2
S XO F .
SXO= SW
Rt
Rxo
5/8
Rw Rxo
Sw Rw Rxo
kita dapatkan
.
........(1) Sw
Rmf . Rt
....................(2)
Sxo Rmf Rt
Resistivitas Tumpang-tindih
Didasarkan pada metode rasio resistivitas. Log resistivitas direkam pada skala logaritma. Dalam
lapisan air, SW = Sxo = 1 dan persamaan 1 menjadi:
Rxo Rmf
......(3)
Rt
Rw
Rasio dari Rxo/Rt adalah maksimum di lapisan air, karena Rt adalah minimum untuk porositas konstan.
Untuk menghindari perhitungan, digunakan penggaris transparan dalam mencari Rmf/ Rw dan SW.
5.4 Metode untuk mencari Rw
Penggaris eksponen 1 (Gambar 5.1) digunakan untuk menyelesaikan persamaan (3) dalam lapisan air.
1. Atur indeks 1 pada kurva Rt.
2. Baca rasio Rxo/Rt dimana kurva Rxo menyilang penggaris.
3. Pilih suatu level dimana rasio ini adalah maksimum.
4. Hitung Rw dng membagi Rmf (pada temperatur) dng rasio yang diperoleh: Rw Rmf / rasio
5.5 Metode untuk menentukan Sw.
5
Penggaris eksponen
5/8
Rw Rxo 8
digunakan untuk menyelesaikan persamaan (2) Sw
Rmf . Rt
a. Jika Rw = Rmf: (1) Atur penggaris indeks 1 pada kurva Rt. (2). Baca Sw dimana kurva Rxo
menyilang penggaris
b. Biasanya RwRmf, dan indeks baru harus dicari pada lapisan air: (1). Atur indeks 1 pada kurva Rxo.
(2). Baca indeks baru dimana kurva Rt menyilang penggaris, dan beri tanda pada penggaris.
Sekarang, gunakan indeks baru, tentukan Sw pada tiap kedalaman: (3). Atur indeks baru pada kurva
Rt, (4). Baca Sw dimana kurva Rxo menyilang penggaris.
c. Tidak ada lapisan air, tetapi Rw diketahui
1. Hitung rasio Rmf/Rw. Ini sama dengan Rxo/Rt.
2. Pada corak logaritma, atur indeks 1 pada ratio yang didapat.
3. Baca indeks baru dimana nilai penggaris menyilang overlay (Rt = 1).
4. Baca Sw seperti (3) dan (4) diatas.
5.6 Ringkasan dari Penggaris Resistivitas.
Keuntungan-keuntungan
- Metode yang sangat cepat
- Hanya menggunakan log resistivitas, sehingga tidak ada pengaruh litologi
- Menunjukkan hidrokarbon-pindah
Batasan-batasan
- Hanya berlaku dalam formasi bersih
- Rembesan menengah
0.2
- Sxo = SW adalah berdasarkan percobaan, - Kondisi lubang yang cukup bagus
dan tidak selalu benar
- Rw, adalah konstan
- Lapisan air, atau Rw diperlukan
- Litologi konstan
5.7 Porositas Pintas dan Litologi
Metode ini didasarkan pada perbandingan antara log LDT,dan log CNL. Kedua log dipengaruhi oleh:
Por
os
i
t
as
Jeni
sMat
r
i
ksj
eni
scai
r
an
Skala yang cocok (compatible) Log Netron dan Densitas seharusnya direkam pada skala yang cocok.
Lihat bab 4 untuk lebih rind. Ini berarti bahwa
1. Kedua log seharusnya mempunyai sensitivitas yang sama, misalnya 30 pu per kolom dan 0.5
g/cc per kolom.
2. Skala nol hares sesuai dengan matriks gamping, misalnya 4N= 0 dan Pb= 2.7 g/cc.
Porositas Pintas Berdasarkan definisi Porositas Pintas 4ql adalah nilai tengah dari porositas Densitas
dan porositas Netron:
D
ql N
2
Dengan as
ums
i
:For
mas
iber
s
i
h(
t
i
dak ada l
empung Pembacaan LDT dan CNL dal
ar
ns
at
uan
por
os
i
t
asgampi
ng Ti
dakadakor
eks
iLi
t
ol
ogiTi
dakadakor
eks
i hidrokarbon
Penggaris Litologi (Gambar 5.3) dapat digunakan dengan cepat untuk mengenal litologi dan
mengevaluasi porositas. Caranya: (1) . Atur indeks Netron dari penggaris pada kurva CNL., (2). Baca
angka porositas pada penggaris dimana kurva Pb menyilang penggaris.
Disamping itu, penggaris Pef dapat juga digunakan untuk menentukan litologi, (Gambar 5.4).
Pada kenyataannya alat-alat bantu interpretasi pintas yang berupa penggaris-penggaris seperti yang
diterangkan diatas tidak terlalu populer lagi dipakai. Ini mungkin akibat dari tersedianya kalkulator atau
komputer PC yang telah menggantikan penggaris-penggaris tersebut.
5.9 Penentuan jenis Hidrokarbon
Gas mempunyai indeks hidrogen yg lebih
rendah dibandingkan dng minyak, sehingga
N akan
baca terlalu rendah.
Sebaliknya gas menurunkan
densitas formasi, sehingga: D akan baca terlalu tinggi
Maka lapisan yang mengandung gas akan
cepat dikenal dari pembacaan porositas Netron yang
rendah dan Densitas yang tinggi. Pada gambar 5.5
disamping ini ditunjukkan secara grafik gambar-silang
Netron-Densitas bagaimana pengaruh gas pada titik B.
Koreksi pengaruh gas pada titik B tersebut adalah
tergantung pada masa jenis gas itu, secara kuantitatif
hal ini akan dijelaskan pada bab-15.
Gambar 5.5 Pengaruh gas pada netron dan densitas
20.
0
3.
0
2.
2
2.
3
2.
1
50.
0
2.
60
2.
46
2.
42
2.
39
2.
28
2.
64
Gambar 6.1 didapat dengan menggunakan data- data yang tercantum pada tabel di
atas. Tabel tersebut sebetulnya panjang, disini
hanya diambil 6 titik data saja.
Gambar 6.1
6.1.2 Asumsi
Agar metode ini benar, maka aumsi-asumsi ini harus dipenuhi
1. R(dalam) = Rt
5. kondisi lubang bagus
2. formasi bersih (Vcl < 15%)
6. hubungan F-4 yang sesuai
3. Rw konstan
7. pengaruh gas (tergantung pada log porositas) kecil
4. litologi tidak kompleks
6.2 Metode Rasio Resistivitas
Keuntungan dari metode ini adalah bahwa cara ini tidak tergantung pada porositas.
6.2.1 Penjabaran Metode Rasio Dari persamaan kejenuhan Archie, dapat diperoleh suatu persamaan
SW sebagai fungsi dari rasio dari resistivitas daerah rembesan dengan daerah asli:
Rxo Rw
Sw
Rt . Rmf
Rxo Rmf
Rt
Rw
Rxo Rmf
Sw
. Di daerah berair, dimana Sw= SX0=1, Rw, dpt dicari dng
max
Rt
Rw
Sxo
4.
5.
6.
7.
formasi permeabel
kondisi lubang bagus
rembesan menengah
1 /5
SXO = Sw
R (dalam)
dimana F dicari dari porositas
F
pintas ql. Kemungkinan lain adalah menggambar SP vs rasio resistivitas R(MSFL)/R(dalam) untuk
mecari hubungan yang sama.
Latihan 6-3:
Pada log yang sama pada latihan 6-1, carilah Rw, dengan metode Rwa dan bandingkan hasilnya dengan
hasil dari latihan 6-1.
6.5 Rw dari EPT
6.5.1 Caranya Pada bab EPT tersendiri, dapat dilihat bahwa
EPT
Sxo( EPT ) . Di dalam lapisan
hidrokarbon Sw Sxo.Bi
l
ak
i
t
amenggant
i
kankeduaper
s
amaani
t
u,makadi
dapat
1 Rw 2 EPT
.
2 Rw 2 EPT. Rt
2
Rt
6.5.2 Batasan-batasan
Batasan-batasannya adalah: (1) Kandungan-serpih, (2) a,m,n, (3) litologi rembesan
6.6 Rw dari sumber lain
Resistivitas air kadang-kadang dpt dicari dari sumber lain selain dari log.
1.
dari buku Katalog Rw
2.
dari nilai Rw yang diketahui dalam suatu wilayah
3.
dari contoh pengukuran resistivitas yang mewakili
4.
dari alat RFT (Repeat Formation Tester)
5.
dari DST (Drill Stem Test )
6.
dari contoh analisa kimia yang mewakili (grafik Gen-8).
Gambar 7.1
Gambar 7.2
Gambar 7.3
Nilai tegangan membran pada 77F adalah: Em = -59.1 log aW/amf
Komponen tegangan elektrokimia yang lain dihasilkan dari kontak antara filtrasi lumpur dan air
+
formasi, yaitu pada tepian daerah rembesan. Disini Na dan Cl dapat pindah dengan mudah dari satu
+
larutan ke larutan lain. Karena ion Cl memiliki mobilitas yang lebih besar dari ion Na , sehingga
menghasilkan aliran dari muatan negatif (ion-ion Cl ) dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke yang lebih
rendah. Ini ekivalen dengan aliran arus listrik pada arah yang berlawanan yang dihasilkan oleh gaya
gerak listrik (emf ) dengan nama liquid-junction potential. Lihat gambar 7.3. Tegangan Elj ini kira-kira 1/5
dari tegangan membran.
Nilai tegangan liquid-junction pada 77F adalah Elj = -11.5 log aW /amf
Di formasi bersih, total tegangan elektrokimia yang bersangkutan adalah sama dengan Em + Eij
EC= -K log aW /amf Dimana aw dan amf adalah aktivitas kimia dari air formasi dan filtrasi lumpur pada
temperatur formasi, dan koefisien K adalah fungsi dari temperatur
K = 61 + 0.133T(F) Dalam praktek, aktivitas dari larutan secara kasar adalah sebanding dng
konduktivitasnya, atau berbanding terbalik dng resistivitasnya, shg Ec K log
adalah 70-100 mV untuk lumpur segar dan air formasi yang mengandung garam.
Rmf
Biasanya Ec
Rwe
Rfe
Ini adalah persamaan dasar SP.
Rwe
7.1.4 SP Statis
Pada kasus normal dimana lumpur lebih tawar dari pada air formasi, SP akan menyimpang ke
bagian kiri dari garis dasar serpih. Jika sebaliknya air formasi yang lebih tawar dari pada lumpur, maka
SP akan menyimpang ke kanan (SP positif).
SP yang diukur hanya menunjukkan suatu bagian dari penurunan tegangan total, karena juga
terdapat penurunan-penurunan potensial didalam formasi. Jika arus listrik dicegah mengalir, maka akan
diukur SP statis, atau SSP. Ini dapat diamati pada formasi bersih yang tebal. SSP diukur dari garis dasar
serpih.
7.2 Bentuk dari kurva SP
Kemiringan kurva pads setiap kedalaman adalah sebanding dengan intensitas arus SP dalam
lumpur pada kedalaman tersebut. Intensitas dari arus listrik dalarn lumpur adalah maksimum pada batasbatas formasi permeabel, sehingga kemiringan dari kurva SP adalah maksimum pada batas-batas
tersebut (ada titik belok). Mk pada titik belok kurva SP suatu batas lapisan dapat dicari. Lihat gambar 4.2.
- Bentuk kurva dan besarnya defleksi SP tergantung pada beberapa faktor
- Rasio dari filtrasi lumpur dengan resistivitas air, Rmf/Rw,
- Ketebalan h dan resistivitas sesungguhnya Rt, dari lapisan permeabel.
- Resistivitas RX0, dan diameter di dari daerah rembesan oleh filtrasi Lumpur.
- Resistivitas Rs dari formasi-formasi yang berdekatan.
- Resistivitas Rm dari lumpur, dan diameter dh dari lubang bor.
Grafik SP-3 digunakan untuk koreksi ketebalan lapisan dan/atau rembesan.
7.2.1 Formasi yang resistif
Dalam formasi yang sangat resistif, arus SP dapat meninggalkan atau masuk kedalam lubang
bor pada lapisan permeabel atau serpih. Kurva SP akan menunjukkan suatu rangkaian dari bagian yang
lurus dengan perubahan sudut pada setiap interval permeabel dan lapisan serpih. Batasan dari lapisan
permeabel tidak dapat dicari dengan tepat oleh penggunaan SP dalam formasi dengan resistivitas yang
tinggi. Lihat gambar 7.4.
Arus yang mengalir dari lapisan serpih Sh,
menuju lapisan permeabel P, terbatas pada
lubang bor antara Sh, dan P2, karena adanya
Iapisan dengan resistivitas tinggi diantaranya.
Dampak dari keadaan ini adalah SP yang
berupa garis miring lurus
Gambar 7.6 SP berbentuk gigi gergaji (sawtooth) Gambar 7.7 Anomali SP disebabkan oleh
membran kerak lumpur emf
7.3 Anomali SP
7.3.1 Keadaan rembesan
Bila pasir yang sangat permeabel berisi air garam tercemar oleh filtrasi lumpur tawar, filtrasi lebih
ringan dari pada air garam sehingga akan mengapung diatas. Akan terlihat bahwa rembesan filtrasi
lumpur adalah sangat dangkal dibagian bawah dan cukup dalam dibagian batasan atas. Lihat Gambar
7.6 dan 7.7.
7.3.2 Gangguan (Noise)
Kadang-kadang suatu riak gelombang sinus (gigi gergaji) dengan amplitudo-kecil teramati pada
SP, ini terjadibila sebagian suku cadang dari mesin derek tiba-tiba menjadibermagnit. Dalam hal ini kurva
SP masih berlaku karena gejala termagnetisasi tadi tidak menambah atau mengurangi pembacaan SP
normal. Gejala spikes juga bisa muncul kalau terjadi kontak sementara antara selubung baja dan kabel
logging. Hal ini tidaklah menjadi masalah.
Arus listrik langsung yang mengalir melalui formasi dekat elektroda SP akan mengakibatkan
kasalahan pembacaan pada SP, terutama pada formasi dengan resistivitas tinggi. Arus listrik tersebut
bisa disebabkan oleh gejala dua-logam (bimetallism ) yang terjadi jika 2 lembar logam yang berbeda
saling menyentuh satu sama lainnya dikelilingi oleh lumpur asin.
Kadang-kadang sulit untuk merekam SP yang baik pada anjungan di lepas pantai. Alat proteksi
Katodis(Cathodic protection device) atau kebocoran listrik dapat memberikan pebacaan yang kacau pada
SP.
Didarat bila berdekatan dengan kabel listrik tegangan tinggi atau pompa sumur dapat
mempengaruhi kurva SP. Banyak dari gangguan ini dapat diperkecil dengan memilih secara seksama
lokasi elektroda SP di permukaan tanah.
7.4 Pencarian Rw
Metode ini seperti berikut
1. Baca SSP
2. Tentukan Rmfe
- Jika Rmf pada 75F > .1 Ohm, maka Rmfe =0.85 x Rmf.
- Ji
kaRI
fpada75
F<.
1Ohm,maka pakai grafik SP-2.
3. Tentukan rasio Rmfe/Rwe dari grafik SP-1 4.
4. Hitung Rwe
5. Pakai Rwe untuk mencari Rw dari grafik SP-2.
Ketidak pastian.
Dibawah ini adalah sejumlah pembatasan dari kehandalan metode ini
1. Komponen Elektrokinetik dari SP diabaikan.
2. Contoh Rmf yang jelek (contoh filtrasi lumpur tidak baik).
3. Hubungan antara R41e-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Sehingga, penggunaan SP untuk menentukan Rw hanya boleh dilakukan bila metode lain tidak
berlaku.
Latihan 7.1
Perhatikan gambar 4.1, bila diketahui SSP pada kedalaman 8150 ft adalah 60 mV, Rmf terukur pada 80
F adalah 0.2 Ohm-m, BHT adalah 150 F.
1. Penyimpangan SP adalah positif atau negatif ? Apa artinya ?
2. Berapakah Rw yang terhitung dengan menggunakan SP ?
Kombinasi interval waktu dan kecepatan logging ini memberikan resolusi lapisan yang memadai (sekitar
4 ft).
Akan tetapi pada unit komputer CSU pembacaan rata-rata cacah sinar gamma adalah 1 ft
dengan kata lain pada kecepatan logging 1800 ft/hr, waktu rata-rata efektifnya adalah 2 detik. Jika
kecepatan logging dilipat-gandakan, resolusi lapisan akan tetap, tetapi variasi statis akan naik dengan
faktor 42.
8.1.4 Penggunaan dari log GR.
Karena Uranium, Thorium dan Potasium terkonsentrasi secara besar didalam mineral lempung
maka log GR digunakan secara luas dalam interpretasi batuan pasir-lempung untuk menghitung volume
dari lempung Vsh. Metodenya diuraikan secara rinci pada bab 15. Prinsipnya adalah interpolasi linier dari
pembacaan antara pasir dan serpih. Akan tetapi log GR bukanlah merupakan indikator lempung atau
serpih yang selalu tepat, sehingga indikator-indikator serpih lain juga perlu diperhatikan.
Secara khusus log GR berguna untuk definisi lapisan permeabel disaat SP tidak berfungsi
karena formasi yang sangat resistif atau bila kurva SP kehilangan karakternya (Rm f = Rte,), atau juga
ketika SP tidak dapat direkam karena lumpur yang digunakan tidak konduktif (oil base mud).
Log GR dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral-mineral radioaktif,
seperti biji potasium atau uranium.
Log GR juga dapat digunakan untuk mendeteksi mineral-mineral yang tidak radioaktif, termasuk
lapisan batu bara.
Log GR digunakan scr luas untuk korelasi pd sumur-sumur berselubung. Gabungan perekaman
GR dengan CCL (casing collars locator) memungkinkan alat perforasi diposisikan dng akurat di depan
lapisan yang akan dibuka.
Korelasi dari sumur ke sumur sering dilakukan dengan menggunakan log GR, dimana sejumlah
tanda-tanda perubahan litologi hanya terlihat pada log GR.
1. Ringkasan dari kegunaan Log GR
2. Evaluasi kandungan serpih Vsh.
3. Menentukan lapisan permeabel.
4. Evaluasi biji mineral yang radioaktif.
5. Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif. 5. Korelasi log pada sumur berselubung.
6. Korelasi antar sumur.
8.2 NGT: GR spektra
Unsur-unsur
radioaktif uranium, thorium
dan
potasium
memancarkan
sinar
gamma dengan tingkat
tenaga yang berbeda.
Gambar 8.2
Sistem
alat
NGT
mempunyai 5 bh jen-dela
pengukuran tingkat tenaga
radiasi yg disebut W1,
W2,W3,W4 dan W5. Dari
cacah
aktivitas
5
pengukuran ini, komputer
kmdn membedakan ketiga
unsur radiasi
Potasium memiliki tenaga tunggal 1.46 MeV. Uranium dan Thorium memancarkan sinar- gamma
dengan tingkat tenaga yang beragam.
Secara teori adalah mungkin untuk membedakan ketiga unsur radioaktif yang berbeda itu
tenaganya sangat rendah akan tetapi saat ini kemajuan teknologi telah memungkin-kan kita untuk
memisahkan log GR keda-lam 3 komponen unsur radioaktif, dan menghasilkan GR spektral yang
menunjuk-kan scr langsung konsentrasi dari masing-masing unsur ddlm formasi
8.2.1 Log NGS
Hasil dari logging NGT disebut log NGS. Uranium dan thorium diskala dalam ppm (part per
million), dan potasium dalam persen bobot (1% = 104 ppm). Walaupun konsentrasi
potasiumjauhlebihbesar dibandingkan dengandua unsur lainnya, tingkat aktivitas ketiga unsur radioaktif
Rw
Rt
Kita telah mempelajari cara mencari RW .. Parameter yang akan kita pelajari adalah faktor formasi
(F ) yang merupakan fungsi dari porositas dan resistivitas Rt.
Disini akan ditinjau kembali bagaimana memperoleh porositas dari alat-alat porositas. Akan
dipelajari prinsipnya saja tanpa memandang segi teknis. Juga akan dipelajari cara menginterpretasikannya dan meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi pengukurannya.
Ada tiga jenis pengukuran porositas yang umum digunakan di lapangan saat ini: Sonik, Densitas,
dan Netron. Nama-nama ini berhubungan dengan besaran fisika yang dipakai dimana pengukuran itu
dibuat sehingga timbulah istilah-istilah "Porositas Sonik", "Porositas Densitas", dan "Porositas Netron".
Penting untuk disadari bahwa porositasporositas ini bisa tidak sama antara satu dengan yang
lain atau tidak bisa mewakili "Porositas Benar". Ini disebabkan karena alat-alat itu tidak membaca
porositas secara langsung. Porositas didapat dari sejumlah interaksi fisika didalam lubang bor. Hasil
interaksi dideteksi dan dikirim ke permukaan barulah porositas dijabarkan.
Jenis alat porositas pertama adalah Sonik.
9.1 BHC
Borehole Compensated Sonic Tool atau disingkat BHC adalah alat sonik yang menggunakan
rangkaian pasangan Pemancar-Penerima sedemikian rupa sehingga pengaruh dari lubang bor dapat
dikecilkan. Cara kerjanya akan dibahas dibelakang.
9.1.1 Latar Belakang
Setiap benda padat dapat menyalurkan gelombang akustik. Contoh sederhana adalah sebatang
balok dimana bila salah satu ujungnya dipukul akan terjadi gelombang suara yang dapat dideteksi pada
ujung yang lain pada suatu jangka waktu tertentu. Yang diperlukan adalah sumber tenaga suara dan alat
detektor. Jika waktu rambat gelombang suara dari satu ujung ke ujung yang lain dan panjang dari balok
diketahui, maka kecepatan gelombang suara dapat dihitung. Kecepatan rambatan ini tidak sama untuk
berbagai jenis benda padat sehingga dapat digunakan sebagai karakteristik dari bahan balok itu sendiri.
9.1.1.1 Penyebaran gelombang pads media tak berbatas
Ada dua jenis gelombang yang dipropagasikan dalam media tak berbatas
1. Gelombang-mampat atau gelombang-P
Gelombang-P sering disebut juga gelombang tekanan (Pressure waves) adalah jenis khusus dari
gelombang panjang (longitudinal). Gelombang ini disebarkan dalam bentuk yang dimampatkan
(compressional mode), yaitu arah rambatan gelombang sejajar dengan arah gerak partikel.
Gas, cairan dan benda-benda padat cenderung melawan pemampatan; sehingga gelombang-P
dapat menjalar melalui media-media ini.
1
K 1.32
Kelajuan Vp dari gelombang-mampat adalah Vp
dimana K = bulk modulus, =
2
melalui media-media tersebut. Kelajuan Vs dari gelombang-S adalah Vs
Umumnya Vs adalah 1.6 hingga 2.4 kali lebih rendah dari pada V P. Pengukuran terhadap kelajuan
gelombang-S dapat menambah nilai terhadap evaluasi sifat-sifat mekanisasi batuan.
9.1.1.2 Penyebaran gelombang dalam media terbatas
Ada dua jenis gelombang lain yang disebarkan
1. Gelombang Rayleigh
Gelombang ini terdapat pada bidang pemisah formasi dan Lumpur dan kelajuannya mendekati
kelajuan gelombang shear. Vg = O.9 VS Gelombang ini merupakan kombinasi dari dua komponen,
yang satu paralel, dan lainnya tegak lurus pada permukaan. Gelombang ini cepat melemah dan tidak
akan merambat jauh.
2. Gelombang Stoneley
Terdapat pada lumpur oleh interaksi antara lumpur dan formasi dan sangat sensitif terhadap
kekukuhan dinding sumur. Tenaga gelombang ini disebarkan pada frekuensi rendah dengan sedikit
pelemahan. Kelajuannya lebih rendah dibandingkan dengan kelajuan gelombang-P di lumpur. Yang
diterima oleh alat penerima Sonik adlh kombinasi dari kedatangan berbagai jenis gelombang tsb diatas.
.
9.1.1.3 Bentuk penyebaran dalam sumur
Pada formasi homogen, gelombang yang dipancarkan dari
pemancar akan menyebar dengan cepat melalui lumpur. Tergantung dari
pada sudut pancarnya, sebagian gelombang akan dibelokkan atau dipan
tulkan, sebagian lagi akan menyebar sbg gelombang-mampat dan sebagian
lagi akan meram-bat sebagai gelombang-S sepanjang dinding sumur
9.1.1.4 Penjelasan mengenai alat
Obyektif dari alit Sonik adalah untuk mengukur waktu rambatan
gelombang suara melalui formasi pada jarak tertentu. Pada dasarnya
diperlukan pemancar dan penerima yang dipisahkan dalam jarak tertentu.
Akan tetapi ada kemungkinan terjadi masalah dng pengaturan dari
pemancar dan penerima ini, sbg contoh kikisan besar akan mempengaruhi
sinyal sonik sehingga alat Sonik tidak lagi membaca sinyal dari formasi
melainkan sinyal lumpur. Untuk mengatasi masalah ini digunakan rangkaian
2 bh penerima. Tetapi masih ada masalah lain yi:pengaruh kemiringan alat,
maka untuk menghilangkan masalah ini, diciptakan suatu sistem balik ganda
(double inverted system) dng 2 pemancar dan 4 penerima. Di lapangan
sistem ini dikenal sbg Borehole Compensated (BHC), (Gambar 9.1 dan 9.2.)
Gambar 9.1 Konsep BHC
9.1.2 Interpretasi
Walaupun alat Sonik mengukur kelajuan gelombang suara akan tetapi secara praktis log Sonik
diskalakan menurut besaran waktu-transit (transit time) yang mempunyai satuan is/foot (juga dikenal
sebagai slownwess). Ini adalah satuan yang baik sekali karena memberikan pembacaan yang ditemukan
dalam kondisi logging normal berkisar antara 40-200 s /ft. Kenyataannya kebanyakan formasi memberikan tanggapan diantara 40-140 s/ft (Tabel 9-1), maka skala log yang dipakai umunya adalah 140-40
s/ft per kolom atau 240 - 40 / ft untuk 2 kolom, krn ini memudahkan pembacaan thdp log. Istilah t
untuk sistem CSU adalah DT (delta-T). Alat Sonik dapat dikombinasikan dengan alat-alat logging lain,
misalnya dengan slat Sinar Gamma dan alat Induksi.
Tabel 9.1
Untuk menghitung porositas Sonik dari pembacaan log At
harus terdapat hubungan antara waktu transit dengan porositas. Litologi
tma(ms/ft)
Seorang sarjana teknik Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata, Batuan Pasir
55.5
yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas. Bentuk Gamping
47,5
Dolomit
43.5
umumnya adalah t log t f .t ma .(i Vsh ) t sh .Vsh
luid
t log tma
s
Secara grafik persamaan ini dilukiskan dengan grafik Por-3. Parametertfluid tm
parameter yang diperlukan: Kelajuan matriks Vma (atau kelambatan tma), dan Kelajuan cairan Vfl (atau
kelambatan tma) Rumus waktu rata-rata hanya berlaku pada kondisi-kondisi tertentu:
Porositas antar butir yang seragam
Formasi bersih, tidak mengandung serpih
Formasi mengandung-air
Formasi yang padat
Jika salah satu atau lebih dari kondisi-kondisi diatas tidak dipenuhi, maka perlu diadakan modifikasi pada
rumus dasar.
t log tma 1
Scor
.
tfluid tma Cp
Faktor kepadatan Cp dapat dicari dengan cara pendekatan dengan membagi kelajuan sonik di
lapisan serpih terdekat dengan nilai 100. Akan tetapi cara yang terbaik adalah dengan membandingkan
scor: dengan porositas yang diperoleh dari sumber lain, misalnya porositas densitas-netron.
9.1.3.2 Kandungan-serpih
Jika terdapat serpih dalam batuan, maka akan memberikan konstribusi waktu transit tsh.
Persamaan umum menjadi t log tfluid .tma.(1 Vsh ) tsh.Vsh
9.1.3.3 Hidrokarbon
Pada umumnya dianggap bahwa hidrokarbon tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap
waktu transit, akin tetapi hidrokarbon ringan atau gas akan membuat waktu transit menjadi lebih besar,
sehingga seringkali sonik juga digunakan sebagai indikator gas yang cukup bagus. Beberapa studi
menunjukkan bahwa rasio Vp/Vs adalah sangat berguna bagi deteksi gas (baca makalah 'Deteksi Gas
dengan Gelombang Akustik', Simposium IATMI, 1992).
9.1.3.4 Rekahan dan Gerohong
Jika terdpt rekahan atau gerohong, maka
Sonik akan cenderung mengabaikan pengaruh dari
rekahan tsbt, yg dikenal sbg porositas sekunder.
Shg porositas Sonik akan cenderung menjadi lebih
rendah dibanding porositas total benar.
Jadi bila porositas dr formasi rekahan terse
dia dr sumber lain, katakanlah dr log Netron, mk
besarnya porositas sekunder dr rekahan dpt dihitung Indeks Porositas Sekunder (SPI) = -s
9.1.3.5 Pengaruh dari lubang bor
Lubang bor harus diisi dng cairan sbg media penghantar (acoustic coupling) gelombang suara dr alat Sonik ke formasi dan kembali ke detektor
Sonik. Ukuran lubang tidak boleh melebihi 50% dr
ukuran pahat. Lubang yg terlalu besar akan me
nyebabkan pengurangan sinyal di detektor jauh, Ini
akan mengakibatkan perubahan mendadak pada
t atau sering disebut dengan istilah cycle skipping
Gambar 9.2
N .Z
Z
.b Ne N .b Densitas elektron Pe didefinisikan sbg e 2 Ne
N
A
A
2 N .b. Z A
2Z
Substitusikan Ne:
e
Untuk mineral umum dalam perminyakan, hubungan ini hampir selalu benar. Sehingga untuk
sebagian besar formasi, densitas yang dibaca oleh alat LDT apparent density -Pa adalah ekivalen
dengan densitas yang sebenarnya. Lihat tabel 10-1.
e
Mineral
Rumus
Densitas
a seperti terbaca
2Z
Kimia
sebenarnya
A
pada log
Kuarsa
Si02
2.654
0.9985
2.65
2.648
Kalsit
Dolomit
Anhydrit
Sylvit
Halit
Air tawar
Air asin
Minyak
Batubara
CaCO3
CaCO3 MgCO3
CaSO4
KCL
NaCI
H2O
200 kppm
n(CH2)
2.710
2.870
2.960
1.984
2.165
1.000
1.146
0.850
1.200
0.9991
0.9977
0.9990
0.9657
0.9581
1.1101
1.0797
1.1407
1.0600
2.708
2.863
2.957
1.916
2.074
1.110
1.237
0.970
1.272
2.710
2.876
2.977
1.863
2.032
1.000
1.135
0.850
1.173
Tabel 10-1
10.1.1 Penjelasan Mengenai Alat
Alat densitas yang pertama (FDL) terdiri dari satu sumber radiasi dan satu detektor ditempatkan
pada suatu bantalan (Pad ). Sumber yang digunakan adalah Cesium-137, berkekuatan 1.5 Curie dengan
puncak tenaga 662 keV. Rumah tempat sumber radiasi itu dirancang sedemikian rupa sehingga sinar
gamma yang dipancarkan dipaksa melalui celah yang sempit terfokuskan pada dinding lubang bor.
Detektornya diletakkan kira-kira 1 kaki diatas sumber, pada sumbu yang sama. Alat ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi lubang khususnya oleh lubang jelek dan kasar sehingga bantalan alat tidak
menempel dinding lubang bor dengan sempurna, akibatnya lumpur yang terjebak diantara bantalan dan
dinding lubang bor ikut menyumbangkan pembacaan, padahal yang ingin dibaca oleh alat ini adalah
sinyal yang murni berasal dari formasi, bukan lumpur.
Rancangan yang lebih canggih menggunakan sistem dengan dua detektor, yang dinamakan
Formation Density Compensated tool (FDC). Detektor yang letaknya lebih jauh dari sumber radiasi
disebut detektor sumbu-panjang, detektor ini memegang peranan dalam pengukuran densitas.
Sedangkan detektor yang lebih dekat dengan sumber radiasi disebut detektor sumbu-pendek, detektor ini
sangat dipengaruhi oleh kerak-lumpur, sehingga kehadiran dari detektor sumbu-pendek ini
sesungguhnya merupakan detektor pembantu untuk kompensasi pengaruh kerak-lumpur dan lubang
jelek. Densitas yang terbaca oleh tiap detektor adalah tidak sama. Jika kerak-lumpur lebih berat dari
formasi, makh akan terbaca densitas yang lebih tinggi, dan sebaliknya untuk kerak-lumpur dengan
densitas yang lebih rendah. Perbedaan antara densitas sumbu-panjang dan sumbu-pendek
memberikanbesarnya koreksi yangharus ditambahkan atau dikurangkankepada detektor sumbu-panjang.
Koreksi dikerjakan secara otomatis dan kedua kurva ditampilkan.
Saat ini alat FDC sudah digantikan dng alat densitas
yg lebih canggih disebut LDT (Litho-Density Tool). Walaupun
bentuk alatnya mirip FDC dng sistem 2 detektor, akan tetapi
banyak kelebihan yg dijum-pai pd LDT. Misalnya detektor
yang dipakai adalah lebih sensitif, stabiliasator tegangan
listrik untuk detektor terpasang langsung pada sistem
elektronika detektor dan sinar gamma yang dideteksi diukur
pada dua jendela tingkat tenaga yang terpisah dimana
jendela tenaga-tinggi terdiri dari informasi densitas saja,
sedangkan jendela dengan tenaga-rendah berisi informasi
densitas dan fotolistrik juga. Kurva baru yang berhubungan
dengan gejala fotolistrik ini dinamakan Pe (atau PEF pada
CSU). Dari kurva ini dapat dicari informasi tentang litologi
secara langsung (lihat table 10-2).
10
3.6
10.3 Interpretasi
10.3.1 Densitas
Alat LDT mengirimkan pulsa-pulsa dari rangkaian elektronik sumbu-panjang (LS) dan sumbupendek (SS) ke komputer dipermukaan. Pulsa-pulsa diterima oleh komputer dan dihitung per interval
waktu disebut cacah (count rate) biasanya CPS (Count per second) banyaknya cacah perdetik, cacah ini
digunakan untuk menghitung densitas.`Hubungan antara cacah detektor sumbu panjang (LSCR) dan
sumbu pendek (SSCR) dalam menghitung densitas adalah
RHOBLS = ALS + BLS log(LSCR)
Konstan A dan B merupakan fungsi dari geometri alat, kekuatan
RHOBSS = ASS + BSS l
og(
SSCR)
sumber radioaktif dan sensitivitas detektor
Karena kedua faktor terakhir ini maka alat LDT perlu dikalibrasikan setiap bulan atau setiap 7 kali
turun kesumur. Parameter lain yg dihitung pd permukaan
DRHO = RHOBLS RHOBSS dan RHOB = RHOBLS DRHOSS
Penentuan Porositas
Bila densitas formasi Pb yang benar telah ditentukan, maka dapat dihitung porositasnya. Ketika
mengukur densitas dari formasi, tidak hanya matriks formasi yang diukur, tetapi juga kadar cairan dalam
ruang porinya. Krn densitas dari cairan formasi adalah berbeda dari densitas batuan, maka pembacaan
densitas dari formasi berpori tidak sama dengan pembacaan densitas dari batuan yang sama tanpa
ruang pori. Sehingga bila LDT mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang diukur adalah
tergantung pads densitas batuan, jumlah ruang pori matriks, dan densitas dari cairan pengisi ruang pori.
Ini mencerminkan porositas, karena porositas dinyatakan sebagai cairan yang berisi ruang pori.
Sebelum porositas dapat ditentukan, harus diketahui terlebih dahulu densitas litologi dan
densitas cairan yang terkandung dalam formasi. Untuk formasi bersihberpori dengan densitas batuan
yang diketahui, Pma, diisi oleh suatu cairan dengan densitas rata-rata p f, densitas Pb adalah jumlah
linier dr kontribusi densitas-densitas yg berurutan b =
.1+(1-
)ma atau krn pb dibaca langsung
dari log, porositas 1 dpt dicari
ma b
Kolom kedalaman mencakup persentasi dari mineral 1 dalam bagian yang kering dari formasi,
persentasi mineral 2 dan persentasi mineral 3.
Persentasi volume V diperoleh dari penyelesaian persamaan-persamaan liner dibawah in.
.
maa = V1 1 + V2 2 + V3 3
Umaa
=V1
U1+V2
U2+V3
U3
-
U
b sa
maa
1
sa
1
sa
Contoh LDQL
tp tp .tp
( ma )
( hy )
tp( ma)
Vsh.
tp( sh ) tp( ma )
.
tp( w ) tp( hy )
A Vsh.Ash
. Aw
Perbandingan Y'EPr dengan prositas sesungguhnya (dari netron-densitas), juga dapat dipakai untuk
EPT
Catatan untuk lumpur minyak (oil based mud): Jika Sxo = SW maka Sw = Sw(irr), dan
Jika Sxo < SW maka akan terjadi produksi air
Tabel 12-1 menunjukkan dan tp untuk persenyawaan petrofisika yang umum
Mineral
Batuan Pasir
Tp (ns/m)
7.2
Dolomit
6.8
8.7
Gamping
7.5-9.2
9.1-10.2
Anhydrit
6.35
8.4
Gas
Minyak
1.0
2.2
3.3
4.9
Air
56-80
25-30
12.3
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengukuran
1. Kekasaran lubang bor dalam lumpur biasa.
Tetapi tidak penting dalam Lumpur minyak.
2. Ukuran lubang: minimum 8-1/4" dengan
pad ML, 6-1/2"tanpa pad ML.
12.4 Aplikasi alat EPT Tiga macam aplikasi
utama dari EPT:
1. Penentuan sisa HC jika Rw tdk diketahui,
tanpa memperhitungkan kadar garam air.
2. Mendeteksi keberadaan & gerakan dari
hidrokarbon dlm hal minyak berat atau
pasir tar.
3. Penentuan dari Sw(irreducible) dalam
lumpur minyak (menggantikan log Rxo).
DLT generasi baru telah dilengkapi dengan suatu rangkaian elektronik yang mampu mendeteksi
dampak Groningen ini dengan menampilkan kurva LLg. Bila pembacaan LLg lebih rendah dari LLd, maka
kemungkinan telah terjadi dampak Groningen. Dalam hal ini LLg yang digunakan untuk menghitung Rt
menggantikan LLd.
13.1.3 Aplikasi DLT
Leterolog-ganda menawarkan banyak kelebihan dibandingkan alat induksi lama:
1. Mampu memngukur resisitivitas dari dari 0.2 s/d 40.000 Ohms. _
2. Dapat dikombinasikan dengan alat Rxo.
3. Dapat digunakan pada lumpur garam dengan kadar dari yang menengah hingga tinggi.
4. Memberi hasil yang baik dalam rasio kontras yang tinggi dari Rt/Rm.
5. Resolusi vertikal lebih baik dari pada alat induksi.
Alat DLT dapat dikombinasikan dengan MSFL, sinar gamma dan SP.
13.1.4 Log
Konfigurasi standar meliputi DLT-SRT-SGT untuk mendptkan kurva-kurva sbb
1. Leterolog Dalam
LLd
4. Kaliper CALI
2. Leterolog Dangkal
LLs
5. Sinar Gamma dan SP
3. Log Mikro Terfokus
MSFL
6. Tegangan kabel
Log dicatat dengan bentuk logaritma di kolom 2 dan 3, sehingga memberikan sensitivitas
maksimum pada semua tingkat resistivitas.
13.2 Alat Induksi
Alat Induksi ada bbrp jenis: IRT (Induction Resistivity Tool ), DIT-D (Dual Induction Tool jenis D)
dan DIT-E (Dual Induction Tool jenis E ). Log yang dihasilkan mempunyai nama ynag berbeda. ISF untuk
IRT, DIL untuk DIT-D dan PI untuk DIT-E.
13.2.1 Prinsip dari Alat Induksi Terfokuskan (Spherically-Focussed Induction ) ISF
Sonde terdiri dari 2 set kumparan disusun dalam batangan fiberglass non-konduktif Suatu
rangkaian osilator menghasilkan arus konstan ke kumparan pemancar. Dari hukum fisika kita pelajari
bahwa bila sebuah kumparan dialirkan arus listrik bolakbalik akan menghasilkan medan magnet, dan
sebaliknya medan magnet akan menimbulkan arus listrik pada kumparan. Sehingga arus listrik yang
mengalir dlm kumparan alat induksi ini menghasilkan medan magnit di sekeliling sonde. (Gambar 13.2).
Medan magnit ini menghasilkan arus-eddy (eddy current) didalam formasi disekitar alat sesuai
dengan hukum Faraday.
Formasi konduktif disekitar alat bereaksi seperti kumparan-kumparan kecil. Bisa dibayangkan
terdapat berjuta juta kumparan-kumparan kecil didalam formasi yang mengalirkan arus eddy terinduksi.
Arus eddy pd gilirannya menghasilkaan medan magnit sendiri yg dideteksi dng kumparan
penerima. Kekuatan dari arus pada penerima adalah sebanding dengan kekuatan dari medan magnet
yang dihasilkan dan sebanding dengan arus eddy dan juga konduktivitas dari formasi.
Maka alat induksi disebut alat konduktivitas, sedangkan alat leterolog yang telah kita bahas
didepan disebut alat resistivitas, walaupun kedua alat itu memberikan satu pengukuran akhir yang sama
yaitu Rt.. Perbedaan ini perlu dimengerti denganbaik untuk menentukan jenis alat mana yang paling
sesuai dengan kondisi lumpur dan formasi untuk program logging.
Dapat dilihat dari gambar 13.2
diatas bahwa pada kumparan penerima
sesungguhnya terdapat 2 jenis sinyal.
Yang satu berasal dari interaksi dng
formasi disebut sinya lR dan yng satu
lagi merupakan pengaruh langsung dari
kumparan pemancar disebut sinyal-X.
Tentu saja kita tidak menginginkan
sinyal-X ini karena tidak ada hubungan
sama sekali dengan formasi yang
diukur.
Untungnya sinyal-R dan sinyal
X mempunyai beda fasa sebesar 90',
sehingga dengan rangkaian elektronika
yang sedikit rumit kita bisa menekan
sinyal-X dan hanya memngambil
komponen sinyal-R saja
Gambar 13.2 Prinsip Kerja Alat Induksi
Alat logging induksi yang terbaru disebut Phasor Induction justru menggunakan sinyal-X untuk
memperbaiki sinyal-R, teknologi ini menghasilkan alat induksi yang ampuh sekali dalam memperbaiki
resolusi dari alat induksi.
Alat induksi akan mengubah sinyal yang diterima ke arus DC yang sebanding kemudian dikirim
ke komputer dipermukaan. Kemudian komputer menterjemahkan sinyal DC ini ke nilai konduktivitas dan
seterusnya diubah ke nilai resistivitas dalam Ohms.
Sebagian dari sonde juga berisi beberapa elektroda dari sistem SFL dan elektroda SP. Prinsip
kerja SFL mirip sekali dengan alat leterolog --> Alat induksi lain yait Induksi-Ganda (Dual-Induction) DIL
yang berdasarkan pada prinsip yang sama, dan mengukur resistivitas induksi yang menengah maupun
yang dalam.
13.2.2 Interpretasi
1. Sebelum mendapatkan nilai kuantitas untuk Rt, harus dibuat bbrp koreksi pd pembacaan log, LLd,
ILm, SFL untuk pengaruh berikut
lubang bor
grafik Rcor-4 untuk ILd dan ILm
lubang bor
grafik Rcor-1 untuk SFL
ketebalan lapisan
grafik Rcor-5 ke 7
Data yang diperlukan meliputi diameter lubang bor dh dari kaliper, Rte, pada temperatur formasi, dan
posisi alat (ditengah-tengah lubang atau berjarak dari dinding/stand-off ).
Dan akhirnya kita dapat menggabungkan log RX0 dengan log induksi menengah dan dalam
untuk mengoreksinya dan menyelesaikan untuk Rt, Rt/Rxo, dan dl. Ini berdasarkan pada asumsi dari
profil step-contact dari rembesan. Grafik untuk log induksi adalah grafik Rint-1 sampai 5 tergantung pada
kombinasi alat.
Contoh Misalkan tdpt kondisi sbb: diameter lubang dh=16", stand off, S.O=1.5" dan resistivitas lumpur,
Rm=0.1 Ohm, mk konduktivitas lumpur adlh:Cm=10.000 mmhos dan dari grafik Rcor-4 Gh = 0.003
-3
= 3. 10 Kontribusi dari lubang bor ke tanda total adalah Gh . Cm = 30 mmhos.
Rt
Ct
Clog
Rlog
% Kesalahan
1
1000
1030
0.97
3
0.25
4000
4030
0.25
0
10
100
130
7.7
30
100
10
40
25
300
10000
0.1
30
33
>100000
Catatan bhw sinyal lubang bor kecil itu adlh tdk berarti kecuali kalau dibandingkan dng sinyal formasi.
2. Sekarang kita telah memiliki nilai-nilai dari pembacaan log yang telah dikoreksi, nilainilai ini dapat
digabungkan dengan R,. yang telah dikoreksi untuk mendapatkan Rt.
13.2.3 Aplikasi alat DIL
1. Ciri khas dari alat DIL adlh dpt bekerja pd lumpur tak- konduktif seperti air dan Lumpur minyak.
2. Memberikan hasil yg lebih baik dlm formasi resistivitas rendah atau konduktivitas tinggi.
3. Dapat dikombinasikan dengan alat R,,0.
4. Untuk lapisan dengan ketebalan lebih dari 5-6 ft, dan tidak lebih dari 100 Ohms.
13.2.4 Log Konfigurasi alat yang standar meliputi alat-alat DIL-SLT-SRT-SGT, yang memberikan
kurva-kurva berikut
Induksi Dalam
ILd
Waktu Transit Sonik
At
Induksi Menengah ILm
Kaliper dan SP
Log terfokus (Spherically Focussed Log) SFL
Sinar gamma
GR
Micro Spherically Focussed Log
MSFL
Tegangan Kabel
Bentuk log induksi menggunakan kolom 2 dalam skala logaritma, dan kolom 3 dalam skala linier untuk
bagian Sonik.
13.3 SFL
13.3.1 Prinsip dari SFL Sistem SFL adlh satu set dr elektroda pd sonde Induksi. Sistem ini ber operasi
dng model yang serupa dengan Leterolog kecuali fokusnya lebih dangkal. Sinyalnya juga dirubah ke arus
DC yang sebanding dengan konduktivitas, dan dikirim ke komputer.
13.3.2 Interpretasi
Pembacaan log harus dikoreksi terhadap pengaruh-pengaruh dibawah ini
lubang bor
grafik Rcor -1
ketika dipakai dalam hubungannya dengan alat Induksi-Ganda, grafik Rint-2c akan memberikan
penyelesaian di dan Rt.
a.Rw
m
Dpt dilihat bhw persamaan Archie untuk formasi bebas-hidrokarbon yg bersih adalah: Rt
Untuk gamping, batupasir dan mineral karbonat dengan rekahan, persamaan diatas masing-masing dpt
Rw
0,81.Rw
Rw
Rt
Rt 1to 5 Semua rumus diatas dijabarkan scr eksperi2
2
dituliskan sbb: Rt
men saja. Jika hidrokarbon ditambahkan pada batuan, porositasnya berkurang menjadi
-SW , rumus
a.Rw
a.Rw
atau realisasinya adlh : Rt m
m
.Sw n
.Sw
Dari hubungan ini kita dapat menentukan kejenuhan air (Sw) yang tidak scr langsung dpt diukur oleh alatalat logging. Persamaan ini dpt ditulis dlm bentuk lain
1
m / 2 .Sw n / 2
persamaan kejenuhan hrs dirubah. Suatu persamaan yg dianjurkan krn memberikan hasil baik dlm banyak hal adlh Persamaan Kejenuhan Indonesia yg klasik
m/2
n/2
Vcl 1 Vcl
1
2 .Sw n / 2 .Sw
Rt
Rcl
a.Rw
m/2
Vcl 1 Vcl
1
2 .
.Sw n / 2
Rt
Rcl
a.Rw
15.2 Penentuan Rw
Lihat pada bab dengan nama yang sama untuk lebih rinci.
15.2.1 Metode Rasio Pada formasi bersih
Rxo Rmf
Rt
Rw
Sw
. Rasio Rxo/Rt menjadi maksimum
Sxo
bila Sw = Sxo = 1 (SW menurun lebih cepat dr pada Sxo). Bila formasi hanya mengandung air,
maka Sw = Sxo = 1, persamaan di atas bisa ditulis sbb:
Rxo Rmf
Rt
Rw Rmf .
Rt
Rw
Rxo
a
.Rw
2
15.2.3 SP Penentuan Rw dng SP pd lapisan berlempung umumnya tidak selalu dpt dihandalkan.
Dipakai sbg perbandingan.
15.3 Rt dan Rxo Lihat pd bab Rt dan RX0 untuk lebih rinci. Ingat bhw:LLd#Rt LLd#Rt MSFL#Rxo
Pakai grafik-grafik dari bagian Rint dari buku grafik untuk koreksi thdp pengaruh rembesan.
15.4 Indikator-indikator Lempung Indikator lempung didapat dengan cara kalibrasi tanggapan dari
alat porositas antara titik bersih (bebas serpih) dan titik serpih. Ini dilakukan dengan cars
sedemikian rupa sehingga pengaruh lubang yang lain akan cenderung untuk menaikkan nilai dari
Vsh yang dihitung.
Ada 2 cara untuk menentukan koreksi thdp serpih yi: scr grafik dan dng rumus. Dari indikatorindikator lempung apa saja, nilai minimum dari Vsh adlh yg paling mendekati kebenaran. Ada 2
kelompok indikator lempung yi: indikator kurva-tunggal dan indikator kurva-ganda(gambar silang).
15.4.1 Indikator kurva-tunggal Indikator kurva-tunggal yg klasik adlh Sinar Gamma, SP, Netron dan
Resistivitas
15.4.1.1 GR Yang paling populer dari indikator kurva-tunggal adalah log Sinar Gamma. Teknik yang
GR GRbersih
GRserpih GRbersih
serupa dapat digunakan untuk kurva-kurva lainnya seperti Sonik, dll. Vsh
SPbersih SP
Vsh
Indikator
SPbersih GRserpih
N N min
Vsh
N serpih N min
Indikator Netron pd khususnya bekerja dng baik dlm formasi dng porositas rendah dan dlm
reservoar gas yg jenuh.
1/ b
Rcl R lim Rt
15.4.1.4 Resistivitas Dng resistivitas, rumus yg dianjurkan adlh Vsh .
Suatu
Rt R lim Rcl
transformasi digunakan untuk menyelesaikan rumus ini spt diuraikan dlm buku Essentials, hal 35.
15.4.1.5 NGT Sbg tambahan, NGT memberikan indikator lempung yg paling baik. Lihat bab Sinar GR.
15.4.1.6 LDTLDT yg memiliki kurva Indeks Volumetrik Penyerapan Fotolistrik U menawarkan kemungkinan indikator lempung yg lain. Persamaan umumnya adalah
U Pe
b = (1-
-Vcl)Uma+
. Sxo
Uf + (
1-Sxo)Uh+Vcl
Ucl .........................(1)
Bagian
xo
Uf dapat diabaikan jika formasi terembes oleh air segar (koreksi hanya diperlukan
untuk lumpur yang sangat asin).
Demikian juga
(
1-Sxo)
U (1 ).U ma
U cl U ma
15.4.1.7 Penentuan jenis lempung melalui gambar-silang Adalah berguna untuk mengetahui jenis
dari lempung untuk pemahaman geologi tahap pengendapan. Cara pintas mungkin tidak jelas
dalam membedakan kaolinite dan montmorillonite. Alat LDT dapat membantu menentukan jenis
lempung bila dikombinasi dengan informasi yang didapat dari alat-alat logging lain.
Khususnya bila log NGT juga tersedia, maka gambar-silang dari Pe vs Th, Pe vs K, dan Pe vs
Th/K sangat membantu dalam penentuan jenis lempung.
15.4.2 Gambar-silang Indikator kurva-ganda yg paling efektif adlh Gambar-silang Densitas-Netron
Pakai garis matriks minimum yg berbeda untuk gas, minyak dan air. Gambar-silang Densitas-Sonik
Pakai gambar-silang Densitas-Sonik jika litologi dan kadar air tidak diketahui. Hasil gambar-silang
akan terpengaruhi jika lubang sumur jelek.
Contoh Perhatikan grafik gambar 15.1.
Misalnya suatu matriks batupasir (dengan ma = 2.65 g/cc) yang sederhana. Satu titik data log (A)
dapat ditunjukkan pada gambar dengan koordinat N dan b. Dengan cara yang sama, dapat
dicari titik lempung (C) dan menggambarkannya pada grafik. Koordinatnya adalah pembacaan
terhadap log di titik dimana kita pilih sebagai titik lempung yang representatif pada log untuk
lapisan yang dipelajari.
Contoh dari koreksi lempung secara grafik
1. Tentukan titik lempung (C) dengan koordinatnya, misalnya b= 2.45 g/cc dan
N = 50%.
2. Gambar garis-garis porositas yang paralel dengan garis porositas-nol, yang menggabungkan titik
matriks dengan titik lempung. Mereka melalui nilai-nilai porositas pada garis batuanpasir.
3. Gambar garis-garis lempung. Garis lempung-nol menggabungkan titik matriks ke titik air (b = 1,
N=100%), yang jatuh diluar grafik. Bagikan garis porositas nol dalam persen dari volume
lempung, misalnya setiap 10%. Garis-garis lempung menggabungkan titik-titik itu pada titik air.
Mereka bukan garis-garis paralel.
4. Gambar titik data A (b = 2.20 g/cc dan N 33%).
Dimisalkan formasi batupasir berlempung, dan tidak ada koreksi thdp hidrokarbon mk dalam
sistem sumbu porositas Vcl titik A mempunyai porositas sebesar 23% dan kadar lempung (Vcl)
sebesar 16%.
Kemudian buat garis dari titik lempung C melalui titik A ke titik X sedemikian rupa shg AX/CX = Vcl.
Titik X ini adlh titik bersih (yang sudah dikoreksi terhadap lempung). Catatan bhw titik X hanyalah
merupakan (1-Vcl)% dari total formasi, shg porositas yg didapat dr cara diatas hrs dikalikan dng (1VcI) untuk mendptkan porositas benar. Cara perhitungannya adlh berdsrkan pd persamaan yg
diturunkan untuk log porositas. Persamaan-persamaannya adlh: Untuk Netron
N = Nclean - (1 - Vcl) + Ncl. Vcl0
N N cl .Vcl
N clean
(
Ncl adlh pembacaan porositas Netron di lempung) dan serupa buat
(1 Vcl )
n bcl .Vcl
Densitas b = b.clean (
1- Vcl) + b,cl - Vcl
bclean
Nilai b,bersih dan
(1 Vcl )
N,bersih kmdn dpt digambar pd gambar-silang Densitas. Netron, untuk mendptkan porositas
benar scr langsung.
Gambar 15.1. Catatan: Posisi titik A dlm gambar ini adlh sedemikian rupa shg rasio jarak XA/XC = 16/100 atau 16%
sesuai dng volume lempung. Titik X adlh titik'bersih' krn komponen lempung sudah dihilangkan. Porositas titik X
sekarang adlh 26%, akan tetapi karena titik X hanyalah merupakan (1-Vcl)% dad total volume formasi, maka
porositas dari formasi berlempung yang sebenarnya adalah 0.26 x (1-0.16) =22%.
15.5 Koreksi hidrokarbon Koreksi thdp hidrokarbon dibuat dlm formasi bersih, yi: setelah dilakukan
koreksi thdp lempung. Jumlah dari koreksi yang akan diterapkan pada pembacaan log ditandai
dengan simbol A .Secara grafik, koreksi hidrokarbon terutama gas diperlihatkan pada gambar 15.3.
15.5.1 Koreksi densitas b=1.
07.
Sw,
.
[
(
1.
11-0.
15P)
mf-1.
15h]
dimana P adalah salinitas filtrasi dalam ppm/106.
1 P
.mf 1.67 h 0.17
1 P
.mf
berhubungan dengan kedalaman investigasi dari CNL yang dibandingkan dengan alat Densitas.
A=1
untuk lapisan minyak, A = 1.3 untuk lapisan gas dengan porositas tinggi.
Contoh dari koreksi hidrokarbon
Diketahui dari pembacaan log: b=2.3,
N=20%, Rxo=20, mf=1, P=O, Rmf=0.4 dan h=0.5
1. Cari porositas pintas dari gambar-silang Densitas-Netron Caranya : Gunakan grafik Por-5
untuk mengubah densitas b = 2.3 ke porositas, didapat
D = 24%. Sehingga porositas
pintasnya adalah (
D+
N)/2 = 22%.
2. Hitung Shr Caranya: Pakai rumus Archie. 1 Rxo Rmf .
Sxo
1
Sxo 2 .
Rmf
0.4
0.65 Shr 1 Sxo 0.35
2
2
Rxo.
20.
0.22
3. Koreksi Densitas
1. b =1.07..Sw.[(1.11-0.15 P). mf -1.15 b] =1.07x 0.22 x 0.35.[(1.11- 0) x11.15 x 0.5}
2. b =2.3 + 0.044 = 2.344 g/cc jadi bCORR= 2.3 + 0.044 = 2.344 g / cc
4. Koreksi Netron
N A..Shr.
(1 P ) mf 1.67 b 0.17
1 P
.mf
1.0.22.0.35.
N
1 0
.1
Jadi
NCORR = 0.20 + 0.026 = 0.226 Kemudian bCORR dan
NCORR dimasukkan ke dalam grafik
Densitas-Netron, didapat
maCORR = 2.73 g/cc
15.6 Perkiraan dari Densitas Hidrokarbon
Bila Shr telah ditentukan, maka dapat dicari densitas hidrokarbon h dengan bantuan grafik CP10. Pada sumbu ordinat diperlukan rasio dari porositas Densitas dan Netron yang telah dikoreksi
terhadap pengaruh serpih Bila litologi tidak diketahui dengan pasti, maka ph diperkirakan terlebih dahulu
untuk kasus ekstrim (misalnya batuan dianggap 100% pasir dan 100% dolomit) kemudian diambil nilai
tengah dan dilakukan koreksi berulang terhadap hidrokarbon untuk meyakinkan litologi dengan lebih baik,
sehingga diperoleh Ph yang lebih baik
Contoh dalam reservoir gamping-dolomit.
Dari pembacaan log: Pb = 2.1 .
N = 15%, Rxo = 4 dan Rmf = 0.1 pada BHT.
Dua kasus ekstrim ditinjau
1.
Reservoir itu hanya terdiri dari batuan gamping
Cara penyelesaiannya: Dng grafik Por-5 konversikan b=2.1 g/cc ke porositas gamping, diperoleh
D=36%. Karena porositas netron = 15%, maka dengan menggunakan grafik CP-9 didpt porositas
pendekatan pertama = 34% ( 1 dari CP-9). Sxo
2.
Rmf
= 0.52 Shr =1- Sxo = 0.50 dng
Rxo.2
CP - 10 didapat: h=0.3g/cc
Reservoar itu hanya terdiri dari batuan dolomit
Cara penyelesaiannya: Dng grafik Por-5 konversikan b=2.1 g/cc ke porositas dolomit diperoleh
D = 41%. Krn porositas netron =15%, mk dng menggunakan grafik CP-9 didpt porositas
Rmf
= 0.52 Shr=1-Sxo = 0.48
Rxo.2
ma CL
dan untuk Netron
Ncorr =
N - VCL -
NCl
ma mf
Dimana
DCL
1
R XO
V
m
1 CL
2
V
2
CL
RCL
a.RW
.S n Shr =1 - SXO
W 2
6. Masukkan ke CP-9 dengan Shr yang baru diperoleh untuk mendapatkan porositas benar.
7. Dengan porositas benar yang baru diperoleh, selesaikan SW dengan persamaan Indonesia
V
m
1 CL
2
V
2
CL
Rt RCL
a.RW
.S n
W 2
Ringkasan-grafik
Gambar 16.1.
Lapisan tipis dr air tanpa-garam ini (air lempung) memegang peranan penting krn kristal lempung
3
mempunyai permukaan yg relatif luas sekali mencapai 6300 acres/ft , bandingkan dng luas permukaan
3
butiran pasir yg hanya 0.1-0.2 acres/ft , mk volume dr air lempung tdk bisa diabaikan begitu saja.
Secara singkat, model dua-air mengatakan bahwa formasi serpihan dapat dianggap sebagai
formasi bersih dengan mengandung dua jenis air:
1. Air yang berasosiasi dengan lempung, disebut air-ikat dengan konduktivitas CWb. Air-ikat ini tidak
dapat diproduksikan karena merupakan bagian dari lempung.
2. Air lain yang berasosiasi dengan batuan lain kecuali lempung disebut air-bebas.
Karena mineral lempung (lempung kering) dapat dianggap tidak menghantarkan listrik, mk
lempung dpt diperlakukan spt mineral lain. Scr skematis kita dpt menggambarkan formasi serpihan
dengan model dua-air dalam Tabel 16.1.
Zat Padat
Matriks
Matriks
Lanau
Lempung kering
Cairan/fluida
Air-ikat
Serpih
Air-bebas
Hidrokarbon
Porositas Efektif
Porositas Total
tm .S wtn
Archie bila ditulis dlm bentuk konduktivitas adlh: Ct
.C we .
.
(
16-1)
a
dimana: a, m, dan n adalah konotasi persamaan Archie yang kita sudah pelajari sebelumnya.
Ct adalah konduktivitas dari formasi ash (Ct adalah kebalikan dari Rt )
Cwe adalah konduktivitas ekivalen dari air yg tdpt dlm ruang kosong batuan.
Perhatikan bahwa , & Sw, menyatakan volume total termasuk volume yg berisi air-ikat dan air-bebas.
Vw .C w Vwb .C wb
.
.
(
16-2)
Vw Vwb
dimana Vw dan Vwb adalah volume keseluruhan dari air-bebas dan air-ikat dengan konduktivitas Cw dan
Cwb. Dalam bentuk saturasi air, persamaan 16-2 dapat ditulis sebagai:
.(S S wb ).(C w t .S wb .C wb
Cwe t w
.C we .
.
(
16-3a)
t .( S w S wb ) t .S wb
S wt S wb S wb
.C w
.C wb
S wt
S wt
atau Cwe
S
S wt
atau C we C w . wb
.
C wb C w
...............(16-3b)
.
.
(
16-3c)
dimana Swb adlh saturasi air-ikat yi: bag dr total volume ruangan kosong batuan yg terisi dng air-ikat.
tm .S wtn
Swb
Dng menggantikan Cwt rmss 16-1 menjadi: Ct
.
Cw
.
C wb C w .....(16-4)
a
Swt
Porositas dan saturasi dr formasi bersih didpt dng mengurangi bag volume dr air ikat (Swb). Mk
porositas efektif adlh: =
.
(
16-5)
1.(1 Swb)
S wt S wb
1 S wb
.
(
16-6)
Kesimpulan
1. Untuk mengadakan evaluasi formasi serpihan dengan model dua-air diperlukan empat parameter
yaitu Cw (atau Rw), Cwb (atau Rwb),
t dan Swb
2. 1, dpt dicari dengan menggunakan gambar silang netron-densitas.
3. Swb didpt dr bbrp pengukuran indikator lempung seperti yang dijelaskan dalam bab-15.
4. Rw didpt dr berbagai sumber spt yg dijelaskan dlm bab-bab sebelumnya. Rwb dicari dr
pembacaan resistivitas dilapisan 100% serpih. Kedua parameter ini biasanya ditentukan oleh
seorang Log-Analyst berdasarkan pengetahuan dan pengalaman suatu lapangan.
Cyberlook
Model dua-air dipakai pd komputer lapangan CSU sejak th 1978, dikenal sbg Cyberlook. Salah
satu masalah yang dihadapi oleh persamaan saturasi (16-6) model dua-air adalah bhw bila SWb =
SW,=100% mk scr matematis persamaan (16-6) tidak berfungsi. Masalah ini diatasi oleh Cyberlook dng
pendekatan yg lain yi: dng membandingkan rasio resistivitas formasi mengandung air 100% dng
resistivitas formasi total: Sw
Dimana Ro
Rwf .Rwb
Rw
.......... (16-7)
Rt
.
S wb .Rwf
1 S wb
.Rwb
2
t
(
16-8)
Rwf. pada prinsipnya sama dengan Rw hanya istilah Rwf digunakan untuk membedakannya dng
resistivitas air-ikat RWb. Untuk mengerti program Cyberlook dng rinci, silahkan membaca dokumendokumen bersangkutan yg bisa diperoleh pd kantor-kantor Schlumberger terdekat. Model dua-air juga
dipakai pd Model VOLAN (Volumetric Analysis), GLOBAL dan ELAN (Elemental Log Analysis), ini akan
dibahas pada bab berikutnya.
Field tape, pita data magnetik dr lapangan, biasanya berbentuk reel tape (pilihan lain adalah DAT, TK50, cartridge tape atau disket PC) dlm format LIS atau DLIS dng kerapatan 800, 1600 atau 6250
BPI (Bit Per Inch) untuk jenis reel tape.
Loading, proses pemindahan data dari pita magnetik ke hard-disk komputer dengan hanya memilih
file/informasi yang diperlukan.
Data Editing, proses penyuntingan data, koreksi terhadap perbedaan kedalaman dan perbaikan
terhadap data yang rusak misalnya cycle skiping dari kurva sonik.
Pre-processing, trdr dr rangkaian proses koreksi data krn pengaruh lubang bor thdp semua jenis
pengukuran mulai dr GR, SP sampai dng densitas-netron dan pencarian harga Rt, RX0, prorositas
N-D, sonik dsb, spt yg dijelaskan pada Bab-2. Hasil dari pre-processing ini dicetak keluar dan
dibandingkan dng data asli. Proses LQC sekali lagi dilakukan sebelum memasuki proses
selanjutnya. Dlm tahap ini biasanya dibikin gambar-silang (lihat Apendiks-IV) untuk menentukan
parameter yang diperlukan buat proses interpretasi.
Interpretation, model interpretasi dpt dipilih sesuai dgn pengalaman lapangan, kebiasaan dan hasil yg
diinginkan. Model-model CPI akan dibahas dlm paragraf selanjutnya, Tujuan interpretasi adlh
untuk mencari parameter saturasi, porositas efektif dan jenis litologi. Inter-pretasi lanjutan akan
menghasilkan juga parameter permeabilitas dan saturasi air-sisa.
Output, hasil dari interpretasi dpt berupa log yg menampilkan parameter-parameter saturasi air, litologi,
porositas total/efektif, permeabilitas dll, dan pita data magnetik yg mengandung semua parameter
dan hasil interpretasi. Suatu listing juga dilampirkan yg memberikan laporan tentang data-data yg
terkandung didalam pita data itu. Biasanya suatu hasil sementara (provisional result) diberikan kpd
langganan untuk disetujui ttg parameter-para meter yg dipakai (perubahan mungkin terjadi bila tdpt
masukan hasil UKL) kemudian hasil akhir (final result) dibuat.
Anggaplah densitas filtrasi lumpur mf dan densitas dr lempung h diketahui, mk tdpt 5 parameter dlm
persamaan 17-1 yang perlu dicari, yaitu h,
, Sxo, Vsh dan ma .
Persamaan 17-1 yg serupa dpt ditulis untuk log netron dan log mikro-resistivitas (krna log resis tivitas
lebih kurang mengukur volume batuan yg sama, ditambah log GR atau SP atau indikator lempung yang
lain, akan memberikan 4 dari 5parameter yang belum diketahui diatas.
Bila litologi reservoir tidak berubah-rubah dan diketahui, maka jumlah parameter yang tidak
diketahui berkurang menjadi empat. Sehingga dalam kasus formasi serpihan dimana litologi reservoir
adalah pasir (kuarsa), kombinasi densitas, netron, mikroresistivitas dan GR dapat memberikan porositas,
saturasi hidrokarbon dan air didaerah rembesan, jenis hidrokarbon dan volume dari lempung atau serpih.
Selanjutnya bila pengukuran resistivitasdalam dan harga RN, tersedia maka dengan menggunakan
persamaan Archie atau Indonesia (Bab-15) dapat dicari saturasi air dan hidrokarbon. Program
SARABAND dirancang untuk tujuan perhitungan diatas.
Apabila litologi yg dijumpai bukanlah model pasir-serpih ttpi yg lebih kompleks, misalnya karbonat
atau evaporit, mk untuk mengurangi masalah persamaan 17-1 dr 5 parameter anu menjadi 4 saja perlu
diambil asumsi thdp salah satu dr parameter itu. Dlm hal ini parameter jenis hidrokarbon yang menjadi
pilihan karena pengaruh jenis hidrokarbon tidak begitu kritis terhadap tanggapan alat kecuali bila terdapat
gas atau jenis hidrokarbon yang ringan. Seperti halnya dengan SARABAND, kombinasi dari densitas,
netron, mikroresistivitas, resistivitas dan log GR dapat digunakan untuk mencari porositas, saturasi air
dan hidrokarbon, volume serpih dan litologi matriks. Program CORIBAND dirancang untuk tujuan
perhitungan diatas.
17.3.1.1 Model SARABAND
Program SARABAND menggunakan model pasir-lanau-serpih dimana serpih dapat berupa lami-nated,
disperserd atau structural. Gambar 17.1.
Model dasar dr SARABAND adlh gambar-silang netron-densitas spt yg digambarkan pd gambar
17.2. Gambar ini memperlihatkan kelompok titik-titik data yang mewakili pasir, serpih dan pasir-serpihan.
Umumnya hanya ada 2 kelompok data yi: kelompok A mrpkan pasir dan pasir-serpihan dan kelompok B
sbgi serpih. Titik-titik data pada kelompok B sesungguhnya terdiri dari campuran mineral lempung, air
dan lanau. Lanau adalah mineral yang sangat halus umumnya terdiri dari kuarsa, tapi sering juga terdiri
dari feldspar,kalsit dan mineral lain. Secara pukul rata lanau memiliki sifat-sifat netron-densitas seperti
pasir kuarsa. Titik Q merupakan titik pasir dan titik Cl adalah titik serpih basah tanpa lanau, sedangkan
titik Sho adalah titik serpih dengan kandungan lanau maksimum.
Pd kelompok A, data dari serpih laminar akan jatuh pada garis Sd-Sho, disebelah kiri dari garis ini adalah
data lempung dispersi dan disebalah kanan merupakan daerah serpih struktural.
Daerah C merupakan daerah dimana data-data biasanya yang dipengaruhi oleh lubang jelek atau litologi
formasi yang dianalisa bukan lagi suatu formasi pasir-serpihan, melainkan karbonat, lignit dan
lain-lainnya.
Demikian juga nilai porositas. Keunikan dari gambar-silang ini adalah bahwa suatu titik data log
dpt diinterpretasi-kan menurut kombinasi dari dua jenis mineral yang menghasilkan harga porositas yang
cukup baik tidak tergantung pada jenis litologi. Misalkan titik A pada gambar 17.4, bila dianggap
litologinya terdiri dari campuran: (1) Gamping & dolomit, maka = 10.2% dan ma = 2.76 g/cc. (2)
Dolomit & pasir, maka =10.7% dan ma = 2.77 g/cc dan (3) Pasir-anhidrit, maka =11% dan ma.=2.78%. dan seterusnya. Jadi jika diketahui formasi terdiri dari 4 jenis mineral tersebut tetapi tidak
diketahui denganpastikomposisinya, porositas titik A akan mempunyai nilai 10.60.4% nilai densitas
matriksnya 2.77 0.01 g/cc. Satu hal yg perlu diingat, bhw titik A itu haruslah bersih dr serpih dan
pengaruh hidrokarbon sebel um bisa diterapkan pd gmb 17.4. Silahkan baca kembali Bab-15 (ttg koreksi
lempung & Hidrokarbon).
Gambar 17.8
t, = 24%, Vdc= 20%, Vcl, = 28.6%, Sw = 35.5`% , dengan menggunakan definisi dari Tabel 16.1, didapat:
wb = Vcl - Vdc = 8.6% dan =
t - wb = 15.6%
Perlu diingat bahwa titik A adalah titik yang berada pada formasi kandungan air dimana
pembacaan densitas dan netron tidak terpengaruh oleh lubang jelek atau hidrokarbon. Jika tidak, maka
perlu dicari harga Swb dari sumber yang lain, antara lain dari GR, SP, gambar-silang sonik-densitas.
Gambar 17.7 adalah contoh hasil VOLAN yang mempunyai presentasi lengkap: volume dari mineral,
fluida, saturasi air, permeabilitas dan kurva-kurva penting lainnya.
mempunyai model yang tetap, seorang log analis secara bebas dapat mendefinisikan model mineral dari
formasi lubang berupa pasir, gamping, dolomit dan sampai dengan empat jenis lempung atau mineral lain
yang bukan empung dapat ditampung.
Program GLOBAL sangat unik, karena memiliki kemampuan solusi forward dan solusi-inverse.
Artinya, program ini mula-mula mencari solusi awal dari volume mineral dan fluida seperti halnya program
interpretasi pada umumnya, kemudian dari hasil awal ini dibentuk kembali log teoritis berdasarkan
persamaan tanggapan dari masing-masing log. Pada setiap level kedalaman, suatu program kecil
mencari solusi akhir dengan menggunakan perbedaan yang paling kecil anatara log sesungguhnya dan
log teoritis hasil GLOBAL. Teknik ini lebih dikembangkan pada program ELAN. Secara skematik, program
GLOBAL ini dapat digambarkan pada gambar 17.8, dan contoh hasil interpretasi GLOBAL ditampilkan
pada gambar 17.9.
17.3.3. Metode ELAN
Program ELAN menggunakan kerang
ka program komputer yg canggih untuk mengadakan evaluasi data logging secara interaktif.
Evaluasi ini dpt dilakukan thdp hampir
semua jenis log, baik itu log lubang-buka atau
lubang-selubung, juga terbuka bagi data-data
non-logging seperti data inti dan basil UKL.
Prinsip kerja dr program ELAN ditampil
kan pd gambar 17.10 dan 17.11. Evaluasi data
dilakukan dng cara mengoptimasikan secara
serempak persamaan-persamaan tanggap-an
yang ditentukan oleh model-model interpretasi.
Model-model yang ditentukan oleh log analis
ini memberikan instruksi kpd program bagaima
na menghubungkan parameter dng persamaan
tanggapannya dng hasil pengukuran log untuk
mencari jawaban volume mineral dan fluida.
Program ELAN sangat berbeda dng
program interpretasi lainnya, krn didalam pro
gram ELAN tdk dijumpai model internal hanya
dng satu pengecualian yi: bhw jumlah dr se
mua volume harus sama dengan 100%. Tanpa
kekangan volume ini, program ELANbisa
disejajarkan dengan program solusi universal.
Gambar 17.10
Dengan kekangan inipun, sebetulnya ELAN
mendekati solusi universal karena mampu
menampung data log maupun data bukan log.
Sesungguhnya program ELAN merupakan suatu paket program yang terdiri dari ELAN, RECON
dan CALPAR, lihat gambar 17.11. Program ELAN sendiri mrpkn suatu solusi-balik (inverse solver) yg
menggunakan TOOLS (t) dan RESPONSE (r) untuk mencari VOLUMES (v), sedangkan program
RECON (dari kata Reconstructed) adalah solusi-forward (forward solver) dng menggunakan VOLUMES
dan RESPONSE untuk mencari TOOLS. Program CALPAR (dari kata Calibrate Parameters) adalah
program external yg memakai hasil VOLUMES dan TOOLS untuk mencari parameter tanggapan
RESPONSE.
Gambar 17.3
Contoh hasil rekontruksi proses ELAN Salah satu cara
untuk LOC hasil ELAN adalah melihat seberapa
bagusnya kurva ash dengan kurva teoritis/terkonstruksi
Kemampuan program ELAN hanya terbatas pd hukum matematis, bhw jumlah bilangan anu hrs
sama atau lebih kecil dari pada jumlah persamaan matematik yang tersedia Misalnya bila formasi
hanya tdr dr batuan gamping dan air mk bilangan anu yg hrs dicari adlh: Volume gamping (Vcalcite) dan
porositas (
), untuk itu kita perlu paling sedikit 2 persamaan tanggapan, atau kita harus mempunyai kurva
log yang bisa memberikan dua persamaan itu. Kita pilih kurva densitas RHOB, persamaan tanggapannya
adalah: B = ma.
.(
1-
) + f. Vcalcite = 1 -
Makin rumitnya suatu model interpretasi, makin banyak kurva log (persamaan tanggapan) yg diperlukan.
Modul interpretasi ELAN dibagi dalam tiga kelompok:
1. Modul Solid, tdr dr volume mineral. Jenis mineral yg tersedia dalam program ada 22 jenis, misalnya
Pasir, Gamping, Ilit, Kaolinit, Semectit, Dolomit, Batubara, Serpih, Lanau, Albit, Orthoclase, dan lainlain.
Gambar 17.11
Rmf
Rmf
0.08
atau Rxo 2 =
= 1.1
2
2.Rw
0.27
Dapat dilihat bahwa nilai Rxo ini tidak jauh berbeda dengan pembacaan MSFL di interval ini.
Kesimpulan bahwa alat MSFL memang berfungsi dengan baik sekali.
Kurva LLS dan LLD
Kedua kurva ini secara konsisten membaca nilai yang rendah pada formasi air bersih dan tinggi
pada formasi mengandung hidrokarbon. Separasi antara kedua kurva ini memberikan indikasi
terjadinya rembesan.-Oleh karena itu LLD Rt karena masih perlu dikoreksi terhadap rembesan.
Pembacaan LLD selalu lebih tinggi daripada LLS merupakan gejala yang normal. Dibeberapa
daerah kurva-kurva resistivitas menjadi sangat tinggi, memberikan indikasi adanya mineral lain
selain QCD, dalam hal ini adalah batu-bara.
Kurva NPHI, RHOB, DRHO dan PEF
Separasi NPHI dan RHOB di lapisan permeabel (interval 5938 s/d 5910 m) berkisar antara +6 s/d 7
p.u., kurva PEF membaca sekitar 1.85 memberikan indikasi batuan pasir bersih mengandung air.
Pada interval 5680-5665 m, separasi kedua kurva porositas hampir tidak ada dan pembacaan PEF
sekitar 5, formasi ini adalah gamping, apakah ini sesuai dengan laporan pemboran (mud log) ?
Kurva DRHO yang memberikan indikasi koreksi yang diterapkan pada kurva RHOB, berkisar diantar
nilai nol, artinya pengaruh lubang bor (keraklumpur dan pelebaran lubang bor) tidak besar.
Kurva DT
Tidak teramati gejala cycle skipping, pembacaan DTpada daerah pasir (5934 ft) memberikan nilai 92
gs /ft, bila dikonversikan ke porositas pasir memberikan harga yang serupa dengan hasil porositas
gabungan netron-densitas.
Kurva THOR, POTA dan URAN
PembacaanTHOR, POTA & URAN sangat rendah pd lapisan karbonat atas, sedangkan pd lap
serpih ke-3 kurva ini memberikan harga yg tinggi spt yg diharapkan. Kurva rasio UPRA (Uranium
Potassium RAtio), TURA & TPRA dengan jelas memberikan indikasi dari lapisan batubara.
Pencocokan kedalaman (Depth Matching)
Tidak terdapat perbedaan kedalaman yg menyolok dari semua kurva-kurva diatas. Perbedaan
sampai dng 50 cm atau 1 kaki masih diperkenankan untuk jenis pengukuran resolusi rendah.
Setelah kita yakin dengan kualitas dari semua kurva yang akan dipakai dalam interpretasi, tahap
berikutnya adalah pengisian kertas kerja.
I. Kertas Kerja-1, Interpretasi Pintas
Sesuai dengan istilahnya, interpretasi pintas ini dapat dilakukan di lapangan secara cepat dengan
atau tanpa kalkulator, dan tidak diadakan koreksi pengaruh lubang bor, jadi:Rt = LLD, Rxo = MSFL,
= porositas gabungan densitas-netron m=n=2, a=1
Catatan tentang porositas:
1. Pendekatan = (
N+
D)/2 adalah benar pada lapisan gamping mengandung air
2. Porositas gabungan pada formasi gas adalah
= (2
N+7
D) /9.
Diskusi
Seperti yang dijelaskan pada Bab-5 bahwa pendekatan = (
N+
D)/2 tidak tergantung pada
jenis litologi, sehingga D dan N bisa dibaca langsung dari log densitas-netron yang biasanya direkam
dalam satuan gamping. Apakah terdapat perbedaan yang besar jika kita mengubah terlebih dahulu
litologi dari gamping ke pasir atau dolomit ? Jawabannya tidak banyak. Kita perhatikan gambar silang
CP-le, sebagai contoh kita ambil level B dari kertas kerja-1, N = 21 (gamping) dan
D = 29.3 (gamping),
rata-rata = 25.1, sedangkan kalau dikonversikan ke batuan-pasir nilai
N bertambah = 26.2 dan
D
berkurang menjadi 26.5 atau rata-rata = 26.3. Jadi perbedaannya adalah kurang dari 5%.
Harga Rw
Sudah diterangkan didepan bahwa karena kurva SP hampir rata, maka nilai Rw dari SP adalah
mendekati nilai Rmf pada suhu BHT, yaitu mendekati 0.08 ohm-m. Metode lain untuk mencari Rw adalah
dengan metode rasio, diambil pada level air B Rw Rmf
m Rt
0.251.1.7
=0.11
a
1
Rt
1. 7
Rw = 0.08.
= 0.136
Rxo
1
Dari ketiga metode ini dapat disimpulkan bahwa harga Rw adalah berkisar antara 0.11
(Metode SP mendapatkan nilai Rw 0.08, metoda Rasio Rw = 0.136, dan Rwa menghasilkan 0.11)
Dalam pembahasan lebih lanjut kita akan melihat bahwa metode rasio dan Rwa akan memberikanhasil
yangberbeda jika nilai Rtdan Rxo yangbenar sudah diketahui. juga akan tampak bahwa sesungguhnya
salinitas air pada lapisan pasir dan karbonat adalah tidak sama.
Saturasi Air
Dalam metode pintas ini kita cukup menggunakan rumus Archie: Sw
a.Rw
a.Rmf
dan Sw m
m
.Rt
.Rw
(dng a=1; m=n=2) atau menggunakan grafik Sw-lb. Hasilnya ditampilkan dlm Kertas Kerja-1
Pertanyaan
1. Apakah kelebihan dan kelemahan dari metode ini ?
2. Bagaimana hubungan antara SW dan Sxo ? Apakah Sxo >- SW ? Mengapa ?
3. Bila terjadi Sxo < Sw, kira-kira apa yang menyebabkannya ?
Porositas Sonik
Porositas Sonik didapat dengan menggunakan grafik Por-3: masukan harga t pada sumbu datar, tarik
garis lurus hingga memotong kurva litologi yang sesuai, lalu nilai dibaca pada sumbu tegak. Nilai
porositas dari sonik diharapkan lebih besar atau sama dengan porositas densitasnetron. Bila tidak,
kemungkinan terdapat porositas sekunder, yang besarnya bisa dicari dari hubungan 2 =
t -
S, seperti
yang telah dibahas pada bab porositas.
Porositas sonik dalam latihan ini tidak dipakai sama sekali, ia hanya diperlukan bila densitas-netron gagal
memberikan porositas-benar karena lubang jelek misalnya.
Kesimpulan
Didalam latihan ini kita melihat bahwa interpretasi metode pintas sudah cukup memadai untuk
memberikan jawaban cepat di lapangan. Selanjutnya pada latihan kedua kita akan memulai koreksi
pengaruh lubang bor tehadap kurva resistivitas dan densitas-netron, kemudian hasilnya di bandingkan
dengan latihan pertama.
II. Kertas Kerja-2, Koreksi Lubang Bor
Isi lembar Kertas Kerja-2 sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Didalam latihan ini kita mulai
mengadakan koreksi pada semua kurva resistivitas dan porositas terhadap pengaruh lubang bor. Koreksi
terhadap kurva GR dan densitas sementara kita abaikan karena koreksinya kecil. Tahap berikutnya
adalah koreksi lempung dan hidrokabon pada kurva porositas, hal ini kita kerjakan pada Kertas Kerja-3.
11.1. Koreksi-koreksi kurva resistivitas
Krn alat resistivitas yg dipakai adlh MSFL dan dual laterolog (DLL), mk grafik koreksi yg dipakai
adlh Rxo-3 untuk MSFL dan Rcor-2, Rcor-10 untuk DLL, kemudian dngn Rcor-9 kita mencari Rt dan Di.
Pada grafik Rxo 3, terdpt 2 bh grafik koreksi, yg atas untuk MSFL standar dan yg bawah khusus
untuk pad MSFL yang kecil (slimhole). Pad MSFL yang kecil umumnya digunakan pada lubang dibawah
8.5 inci atau pada sumur yang sulit dimasuki pad ukuran standar karena penyempitan lubang atau sudut
kemiringan tinggi. Bila tidak terdapat keterangan apa-apa pada log, bisa dianggap MSFL standar yang
dipakai. Untuk mendapatkan resistivitas MSFL yang benar (RMSFLcor), perlu diketahui nilai Rmc pada suhu
dikedalaman dan tebal kerak lumpur (hmc). RMSFLcor yang diperolell dari grafik Rxo 3 adalah RXO.
Koreksi terhadap LLS dan LLD mengalami 3 tahap,
1. Pertama adalah Koreksi Lubang Rcor2. Rcor-2 dibagi menjadi 3 grafik sesuai dengan jenis Laterlog
yang dipakai dan posisi alat DLT itu pada saat logging. Misalnya Rcor-2a untuk alat DLT-B (alat
lama, tidak diproduksi lagi. Alat ini hampir selalu dalam posisi centered). Alat DLT-D atau E adalah
pengganti DLT-B, bisa dipasang dalam posisi tengah (centered) atau pinggir (eccentered).
Umumnya bila DLT-D/E di kombinasikan dengan SRT-B (alat MSFL), boleh dikatakan posisiAya
pastilah eccentered, sehingga grafik Rcor-2c lebih sering digunakan.
2. Tahap kedua adalah bila tebal lapisan yang dianalisa kurang dari 5 meter, dan kontras antar lapisan
sangat tinggi, maka Koreksi Tebal-Lapisan Rcor-10 perlu dilakukan.
3. Tahap ketiga ialah mencari Rt dan Di dengan menggunakan nilai RXO, RLLDcor dan RLLScor yang
diperoleh pada tahap sebelumnya. Tahap ini disebut Koreksi Rembesan terdiri dari dua grafik Rint-9
untuk DLT-B dan DLT-D/E.
11.2. Koreksi kurva porositas netron NPHI
Seperti yang dijelaskan pada Apendiks-I, kurva NPI- I perlu dirubah dulu ke TNPH sebelum bisa
dikenakan koreksi-koreksi Por-14c dan Por-14d.
Secara grafik prosedur koreksi NPHI adalah
Pertanyaan:
Dari Por-14c dan Por-14d, koreksi jenis apa yg
paling berpengaruh pd NPHI ?
III. Kertas Kerja-3, Interpretasi Rind
Didalam latihan ini, harga-harga porositas
densitas dan porositas diperbaiki lagi dng menerap
kan 2jenis koreksi spt dijelaskan pada Bab-15, yaitu:
1. Koreksi terhadap pengaruh lempung
(Urutan ini tidak boleh dibalik).
2. Koreksi terhadap pengaruh hidrokarbon
Volume dari lempung Vclay dicari menurut tiga jenis indikator lempung yaitu GR, Netron dan
gambar-silang densitas-netron. Kurva SP juga merupakan indikator lernpung yang baik, sayangnya
dalam contoh log kita iru kurva SP tidak aktif.
111.1 Volume lempung dari kurva GR
saturasi. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa porositas densitas D. % netronN haruslah dalam
litologi yang sebenarnya, artinya kalau dalam tahap koreksi lempung N & D masih dalam unit
limestone, maka mereka harus dikonversikan ke litologi pasir atau karbonat dengan grafik Por-13b
terlebih dahulu. Untuk menggunakan CP-9 perlu dicari saturasi Shr =1 - Sxo terlebih dahulu dan mencari
, porositas yang benar = 1 + dari CP-9 kemudian dipakai sebagai nilai porisitas yang digunakan
pada Rumus Saturasi Indonesia.
Sesungguhnya =
1 + bukanlah nilai akhir dari porositas, karena Sw yang baru akan
diperoleh dari penggunaan dan diterapkan lagi pada grafik CP-9, diperoleh harga porositas baru = 1
+
2, dan seterusnya, sampai suatu tahap dimana koreksi
2 = 0. Proses intersai yang panjang ini
dengan mudah dan cepat bisa ditangani oleh komputer. Grafik CP-10 digunakan untuk menentukan jenis
hidrokarbon. Untuk h 2, umumnya dianggap gas, dan untuk h 6 adalah minyak, akan tetapi
definisi ini adalah relatif sekali.
IV. Hasil Interpretasi Komputer: ELAN
Perkerjaan manual yang telah kita lakukan dalam latihan Kertas Kerja-1 sampai dengan Kertas
Kerja-3 dapat dilakukan dengan komputer dengan cepat sekali dengan selang interval 6 inci (resolusi
normal). Suatu kelebihan interpretasi dengan komputer adalah bahwa gambar-silang dapat dilakukan
dengan mudah sekali untuk menentukan parameter-parameter yang diperlukan dalam proses
interpretasi. Misalnya harga exponen m pada rumus Archie dapat dicari dengan menggunakan Pickett
Plot (baca Apendiks IV), seperti yang ditampilkan pada gambar 18.4 dan 18.5.
Kemudian jenis litologi batuan dapat ditentukan dengan menggunakan gambar-silang densitasnetron seperti pada gambar 18.6, 18.7 dan 18.8. Sedangkan log NGT memberikan masukan tentang
jenis lempung dengan menggunakan gambar-silang Th-K pada gambar 18.9. Hasil dari interpretasi
komputer ditampilkan pada gambar 18.10, bandingkan hasil yang diperoleh dari Kertas Kerja-1 sampai
dengan Kertas Kerja-3, kesimpulan apa yang dapat ditarik ?
18.4
Gambar-silang:
Resitivi-tas-Porositas
(Pickett
Plot) pd lap pasir-air 5940-5915
.
Gambar
18.5
Gambar-silang:
Resitivi-tas-Porositas
(Pickett
Plot) pd lap karbonat-air 57455700
.
Seperti mode pada gbr 18.4
harga m pada lapisan ini 1.8.
Gambar
18.6
Gambar-silang:
Densitas-Neutron pd lap pasir-air
(interval 5930-55920
)
.
Titik-titik umumnya jatuh disekitar
garis pasir, menunjukan bahwa
litologi lapisan ini umumnya terdiri
dari pasir
Gambar
18.7
Gambar-silang:
Densitas-Neutron pd lap pasir-air
(interval 5820-5790
)
.
Titik-titik mengambang di atas
garis pasir, karena pengaruh gas
Gambar
18.8
Gambar-silang:
Densitas-Neutron pd lap pasir-air
(interval 5680-5600.
2
)
.
Titik-titik umumnya jatuh disekitar
garis
gamping,
menunjukan
bahwa
litologi
lapisan
ini
umumnya adalah gamping
Gambar
Apendiks-I
Tentang Porositas Netron...
Porositas neutron thermal yg brdsrkan rasio cacah dua detektor netron sudah menjadi standar in
dustri perminyakan sejak tahun 1971. Akan tetapi ide rasio 2 detektor ternyata tdk menyelesaikan semua
masalah pengaruh lubang bor. Sejak tahun 1986 suatu porositas netron thermal baru disebut TNPH
mulai diperkenalkan. TNPH ini adalah porositas netron thermal yang telah dikoreksi terhadap pengaruh
lubang bor dengan menggunakan serangkaian logika koreksi baru seperti terlihat pada Tabel-1.
Tabel-1
Latar Belakang
Sebelum program CSU versi CP30 diperkenalkan, di lapangan hanya tersedia porositas NPHI
yang dijabarkan dari rasio cacah partikel netron dua detektor sesuai dengan matriks batuan tertentu
(misalnya gamping) dan koreksi lubang denganbantuan kaliper. Koreksikoreksi lain seperti koreksi
terhadap kerak lumpur, salinitas, tekanan dan temperatur hanya dapat dilakukan dengan bantuan
komputer besar atau secara grafik.
Permasalahan
Pengamatan di laboratorium akhir-akhir ini ternyata menunjukkan bahwa:
1. Tanggapan matriks alat netron tergantung pd salinitas air formasi dan penyerapan thermal
disamping litologi.
2. Koreksi salinitas air formasi dan penyerapan thermal adalah sangat penting.
3. Standoff (jarak alat ke dinding sumur) alat dalam lubang bor juga penting.
4. Koreksi standoff berubah sesuai dengan besar lubang.
Pemecahan Masalah
Suatu perubahan total thdp tanggapan alat netron dan koreksi lubang bor telah dilakukan berdsrkan percobaan laboratorium thdp 467 contoh pengukuran dan simulasi model-model matematika.
Koreksi standoff otomatis sekarang dapat dilaksanakan kalau alat PCD (Powerd Caliper Device)
terpasang juga dlm rangkaian alat logging. Koreksi penyerapan thermal dpt dilaksanakan juga jika besar
an Sigma ditentukan. Konversi rasio ke porositas terkoreksi sekarang menjadi lebih akurat. Koreksi-korek
si ini dpt diikutkan didlm TNPH yg merupakan salah satu output dari program CSU sesudah versi CP30.
Catatan Krn transformasi matriks baru berbeda antara NPHI yg tradisional dng TNPH yang baru,
pemakai jasa logging akan mengamati perbedaan pembacaan antara NPHI dan TNPH. Walaupun
TNPH lebih disukai, kedua porositas masih juga dipertahankan dalam program sesudah versi CP30.
Penggunaan Graft Koreksi Netron Untuk log dengan label NPHI:
1. Jika porositas netron tidak dilabel dengan "limestone", maka gunakan grafik Por-13a untuk
merubah harga NPHI ke "Satuan Limestone".
2. Kemudian gunakan grafik Por-14e untuk merubah NPHI ke TNPH.
3. TNPH yang diperoleh kemudian dimasukkan ke Por-14c dan Por-14d untuk mendapatkan TNPH
yang terkoreksi terhadap semua pengaruh lubang bor, termasuk standoff
4. Terakhir, gunakanlah Por-13b untuk konversi matriks ke sandstone atau dolomite sesuai dengan
litologi formasi.
1. LQC Statis
Setiap alat ukur harus dikalibrasikan terhadap suatu besaran fisika yang standar, misalnya alat ukur
panjang (meteran) dikalibrasikan terhadap sebatang logam dengan dua buah tanda goresan yang
tersimpan di Paris sebagai definisi panjang satu meter.
Untuk alat-alat pengukuran di dunia perminyakan, lembaga yang berwenang menentukan
standar pengukuran adalah API (American Petroleum Institute). Semua alat logging dikalibrasikan
terhadap standar API yang biasanya terdapat di HoustonTexas, disebut standar primer. Standar
sekunder yang mudah dipindah-pindahkan dibuat sesuai dengan standar primer. Beberapa jenis alat
logging bahkan memiliki standar tersier yang dapat dibawa ke lapangan.
Kalibrasi terhadap standar sekunder sering dilaksanakan didalam workshop perusahaan logging
disebut MA5rER atau SHOP CALIBRATION. Di lap sebelum proses logging dimulai, dilakukan kalibrasi
ulang dng menggunakan standar tersier, tahap ini disebut BEFORE SURVEY CALIBRATION. Setelah
proses logging selesai, kalibrasi sekali lagi dilakukan yang disebut AFTER SURVEY CALIBRATION.
Hasil BEFORE dan AFTER SURVEY CALIBRATION kemudian dibandingkan untuk mendapatkan suatu
gambaran tentang konsistensi alat logging selama proses logging. Lihat Gambar-1.
Toleransi kalibrasi alat-alat logging Schlumberger diberikan didalam Tabel-1. Toleransi ini dapat
berubah sesuai dng perkembangan alat logging yg menghasilkan kurva tsb. Misalnya, kurva MSFL yg di
hasilkan oleh alat SRS tdk sama dng yg dihasilkan oleh alat SRT. Perusahaan logging wajib memberikan
informasi yg lengkap mengenai toleransi alat logging spt Log Quality Reference Manual dr Schlumberger.
2. LQC Dinamis
Pemeriksaan kualitas log
tdk cukup hanya berdsrkan
angka-angka yg tercantum
pd SHOP, BEFORE dan
AFTER SURVEY CALIBRATION SUMMARY. Krn bila
terjadi kesalahan pd prosedur kalibrasi atau pemilihan
parameter masukan yg salah, akan mengakibatkan ke
salahan sistematik pd data
yg terekam (contoh soal pd
Table-1). Shg kebiasaan yg
paling baik adalah melakukan LQC tanggapan kurva-kurva log pd formasi batuan
yg telah diketahui.
Contoh log dari lapangan, diketahui litologi lapisan adalah batuan pasir:
Seperti dijelaskan pada Bab-4, latihan 4-1,bahwa bila litologi suatu formasi diketahui, misalkan batuan
pasir bersih mengandung hanya air, maka kurva GR akan membaca rendah, kurva PEF membaca
sekitar 1.85 dan separasi porositas netron-densitas adalah +7 p.u. gamping.
Contoh log dari lapangan, diketahui litologi lapisan adalah batuan pasir:
Contoh soal
Ada dua parameter litologi masukan yang sangat penting didalam logging netron-thermal yaitu MATR
dan POUT. MATR (Matrix) adalah parameter litologi yang berhubungan dengan skala data masukan,
misalnya MATR=LIME mempunyai arti bahwa skala porositas yang dipakai adalah limestone-compatible.
Pemilihan MATR ini harus sesuai dengan satuan porositas litologi yang digunakan saat kalibrasi SHOP,
yg umumnya adlh LIMESTONE. POUT adlh paramter yg berhubn dng skala data keluaran. Ketidak pahaman ttg pemilihan ke-2 parameter ini akan berakibat fatal pada data yang direkam saat logging seperti
yang ditunjukkan pada Table-1 dibawah ini dengan asumsi bahwa NPHI sesungguhnya = 20.0
Tabel-1
MATR\POUT SAND
LIME
Contoh akibat kesalahan dalam pemilihan
SAND
20.0
15.8
parameter MATR dan atau POUT
LIME
24.4
20.0
Disamping LQC terhadap data-data logging, umumnya LQC total termasuk juga LQC terhadap:
1. Penampilan Log harus bersih, jelas dan tajam
2. Presentasi Log sesuai standar API
3. Kelengkapan data sumur pada kepala log
4. Validitas dari kalibrasi Shop
5. Kualitas dari data yang terekam pada pita magnetik
Selain buku referensi LQC yg diterbitkan scr berkala oleh perusahaan logging, salah satu buku tentang
LQC yg perlu dibaca adlh Log Data Acquisition And Quality Control oleh Philippe P. Theys, tahun 1991.
Gambar IV-2
Gambar IV-3
Pickett Plot
a
Rw
Rt
bila diambil harga logarimiknya menjadi: log Rt= -m log+ log(a . RW) - n log Sw
Secara umum rumus Archie dapat ditulis sebagai berikut: S w
Dalam contoh ini harga a Rw = 0.02, bila harga a =1 maka Rw=0.02 Ohm-m.
Pickett Plot lebih sesuai pada daerah batuan keras, ini sangat penting pada formasi dengan
porositas rendah dimana perubahan yang kecil pada harga m akan menyumbangkan perubahan yang
cukup besar pada perhitungan Sam,. Porositas yang dianjurkan adalah porositas Netron-Densitas, hal ini
untuk menghindari ketidak pastian densitas matriks atau waktu rambat alat sonik.
GambarIV-4
Apendiks VI
Daftar Istilah Yang Dipakai
batugamping
batupasir
limestone
sandstone
compatible scales
penggaris
scale transparent
batuan
rock
formasi
formation
serpih
shale
evaluasi
evaluation
lempung
lempung basah
clay
wet clay
lempung kering
corak
skala
grids
scales
dry clay
bagan
traces
lanau
silt
simbol
symbols
illit
kalsit
illite
calcite
kolom log
sonik
kuarsa
quartz
sinar gamma
dolomit
dolomite
ketakpastian
persamaan tanggapan
harga baku
air-ikat
uncertainties
response equation
default value
bound water
air-bebas
free water
densitas
porositas
density
porosity
resistivitas
model dua-air
patokan
singkatan/istilah
berhubungan
gambar-silang
paragraf
bab
resistivity
dual water model
predefined
mnemonic
associated
crossplot
section
chapter
induksi
hidrokarbon-pindah
hidrokarbon-sisa
landaian
rekahan
tengah-lubang
garis serpih
lapisan-bahu
gangguan sonik
matrik (batuan)
kerak-lumpur
filtrasi lumpur
interpretasi pintas
ion positif
ion negatif
saturasi air sisa
tracks
sonik
gamma ray
induction
moved hydrocarbon
residual hydrocarbon
gradient
fracture
centered
shale base line
shoulder beds
cycle skipping
matrix
mudcake
mud filtrate
quicklook interpretation
anion
cation
irreducible water saturation
rasio
koheren
takkoheren
histogram
ketelitian
bobot
grafik
tekstur
Karbonat bergerohong
zona/lapisan rembesan
zona/lapisan asli
keulangan
ratio
coherent
incoherent
histogram
precision
virgin/univaded zone
lubang-buka
lubang-selubung
antar butir
gerowong
buku-grafik
lubang sumur
air tawar
resistivitas-sesungguhnya
repeatibility
badhole
washedout
kejenuhan/saturasi
formasi rapat
batuan-sumber
air-hilang
kepala-log
invaded zone
lubang jelek
terkikis/hancur
kurva penuh
formasi bersih
pelubangan/perforasi
roda-katrol
permiabilitas
chart
texture
vuggy carbonate
reconstructed
water based mud
oil based mud
kelajuan
perolehan hidrokarbon
weight
rekonstruksi
lumpur-air
lumpur-minyak
porositas sekunder
log lumpur
konduktivitas
chartbook
consolidated formation
source rocks
water loss
log heading
fresh water
true resistivity
conductivity
pencocokan kedalaman
kurva
depth matching
curve .
jendela energi
gelombang mampat
gelombang shear
interpretasi
saturation
vugular
perforating
sheave wheels
permeability
acquisition logs
lithology
impermeabel
solid curve
clean formation
openhole
casedhole
intergranular
hydrocarbon recovery
log lapangan
litologi
tak-permeabel
velocity
secondary porosity
mud logs
arus pengawal
arus utama
elektroda
koreksi lubang bor
porositas-sesungguhnya
formasi kandung air
energy windows
compressional waves
shear waves
interpretation
bucking current
measured current
electrodes
environmental correction
true porosity
water bearing formation
borehole
IES
IL
ISF*
LDT
LL
LSS'
GM
GNT
GR
GST'
HDT'
HEL
HRT
Gradiomanometers Tool
Gamma Ray Neutron Tool
Gamma Ray
Gamma Ray Spectrometry Tool
High Resolution Dipmeter Tool
Hostile Environment Logging
High Resolution Thermometer Tool
TBT
TDT*
TTC
UBI'
VDL
VSP
WPA
WST'
MNOR
Micro-normal resistivity
AMPL
E2 Amplitude (Sonic)
MP
Manometer pressure
ASIG
MSFL
MSFL resistivity
AZIM
Azimuth pad 1
MSI
BI
Bond Index
NITD
BILI
NPHI
Neutron porosity
BS
Bit size
NPL
BVW
ODRI
Orthogonal drift
C1
Caliper 1
OVAL
Ovality
C2
Caliper 2
PEF
Photoelectric factor
CALI
Caliper
PHIA
CBL
El Amplitude (Sonic)
PHIC
CCL
PHE
Effective porosity
CGR
PHIT
Total porosity
CLOS
Closure
PHIX
Crossplot porosity
CSMN
PHUN
CSMX
PONE
CVEL
Cable Velocity
POTA
Potassium
DCAL
Differential caliper
PRES
Pressure
DEVI
Deviation
PROX
DIA1
Diameter 1
PTEN
DPHI
Density porosity
PTHO
DPL
RO
DRHO
RB
Relative bearing
DRIF
Drift
RFA
DT
RHGA
DTL
RHGF
EATT
EPT attenuation
RHOB
Bulk density
EMCP
RMFA
EPHI
EPT porosity
RT
True resistivity
ETIM
Elapsed time
RWA
EXCE
eccentricity
RXO
FHPG
SA
FITD
SATT
Sonic attenuation
GR
Gamma ray
SFLU
GRHO
Gradiomanometer density
SGP
GRS
SGR
G RTE
SGS
HAZI
Hole azimuth
SIGM
HD
Hole diameter
SP
Spontaneous potential
HDS
SPHI
Sonic porosity
HPGD
SPIN
HSLO
Horner slope
SRAT
HTF
SSGP
IHPG
STF
ILD
SW
Water saturation
ILM
SWT
ITT
SXO
IVEL
Interval velocity
TAU
LA
TEMP
Temperature
LLD
TENS
Cable tension
LLS
THOR
Thorium
MDEP
Measured depth
TPHI
MDIA
Mean diameter
TPL
MINV
Micro-inverse resistivity
TPMA
TPRA
Thorium/potassium ratio
TRAT
TDT ratio (near/far counts)
TT
Single receiver transit time
TT1
Transit time for subcycle 1 (Sonic)
TURA
Thorium/uranium ratio
UMAA
Apparent matrix volumetric capture cross section
UPRA
Uranium/potassium ratio
URAN
Uranium
VSCG
Shale volume from CGR
VSH
Shale volume
VSPC
Shale volume from POTA
VSSG
Shale volume from SGR
VSTC
Shale volume from THOR
VSUC
Shale volume from URAN
VW
Bulk volume of water
VWXO
Flushed zone water volume
VVSIG
Sigma water wet
Mark of Schlumberger
Acuan:
1. Log Interpretation Principles/Applications, Schlumberger Educational Services, 1989, USA
2. Log Interpretation Charts, Schlumberger Educational Services, 1991, USA
3. The Essentials of Log Interpretation Practice, Services Techniques Schlumberger 1972, France
4. Basic Log Interpretation Seminar, Schlumberger Educational Services, 1986 5. Oilfield Review,
Schlumberger, July 1989 6. Data Services Catalog, Schlumberger Educational Services, 1990,
USA 7. Clay, Silt, Sand, Shales, by O. Serra, Schlumberger,1990 8. Log Data Acquisition And
Quality Control, by Ph. Theys, 1991 9. Log Quality Control Reference Manual, Schlumberger,
1989 10. ELAN User's Guide, Schlumberger Educational Services, 1992
Resolusi Tinggi
Salah satu kelebihan alat logging teknologi baru adalah ketajaman atau resolusi data yang Iebih baik.
Mengapa resolusi tinggi ? Apa nilai tambahnya ? Apa manfaat bagi perhitungan cadangan ?
Contoh di bawah ini membandingkan alat logging resistivitas umum (DIT) dengan FMI dengan jelas
menjawab semua pertanyaan di atas:
Pertanyaan:
Berapakah tebal lapisan reservoar ini ?