Halaman
Bab 1. Pengantar Evaluasi Log
1.1 Apa yang diperlukan industri perminyakan agar sukses dalam penemuan minyak ?
1.2 Apa yang dapat di lakukan oleh perusahaan jasa logging ?
Proses Logging
Interpretasi Log Sumur
Jasa Penyelesaian Sumur
Pengamatan Reservoar
1.3 Pengaturan sistem di lapangan
1.4 Sistem di Permukaan
Bab 7. Kurva SP 63
7.1 Asal usul SP 63
7.2 Bentuk dari kurva SP 65
7.3 Anomali SP 67
7.4 Pencarian Rw68
Apendiks
Glossary
Jawaban Kertas Kerja-1 dan 2 Lembar tambahan Kertas Kerja 168
Bab 2 Konsep-konsep Evaluasi
2.1 Ruang lingkup Dasar
Logging
Tidak banyak yang dapat dipelajari tentang potensi dari suatu sumur yang sedang dibor.
Dalam kenyataannya lumpur bor mendesakhidrokarbon masuk kedalam formasi menjauhi lubang
bor dan mencegah hidrokarbon menyembur keluar permukaan. Pemeriksaan berkas bor (cutting)
yang kembali kepermukaan dapat memberikan petunjuk tentang litologi secara gamblang dari
formasi yang ditembus oleh pahat dan mungkin juga mampu menyingkap tanda-tanda
hidrokarbon, akan tetapi cara ini tidak mampu memperkirakan banyaknya minyak atau gas di
lapisan formasi.
Logging memberikan data yg diperlukan untuk mengevaluasi scr kuantitas banyaknya
hidrokar- bon di lapisan pada situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi
yang cukup tentang sifat-sifat batuan dan cairan. Dari sudut pandang pengambil keputusan,
logging adalah bagian yang penting dari proses pemboran dan penyelesaian sumur. Adalah
mutlak untuk mendapatkan data log yang akurat dan lengkap. Biaya logging diperkirakan hanya
sekitar 5% dari total biaya ekplorasi sebuah sumur, sehingga adalah kurang bijaksana bila tahap
yang penting ini tidak dilaksanakan dengan baik.
-
Luban
g Bor
Situasi lubang bor yang dihadapi oleh operator logging kira-kira adalah
demikian:
- Kedalaman yang dapat bervariasi antara 1.0000 sampai 25.000’, diameter lubang 5" - 17"
- Kemiringan lubang yang berkisar antara 20-70 .
- Lubang bor yang berliku-liku (dogleg) yang mempersulit masuknya alat logging -
Temperatur
dasar lubang antara 100°F sampai 400°F
- Salinitas garam lumpur 1.000-200.000 ppm; kadang-kadang lumpurnya adalah lumpur
minyak.
- Berat lumpur antara 9 sampai 17 lb/gal
- Tekanan di dasar lubang 500 - 20.000 psi - Runtuhan serpih atau lapisan pasir yang tidak
kuat
- Suatu lapisan dari mud cake pada seluruh formasi permeabel dengan ketebalan 0.1" - 1".
- Daerah terkontaminasi meluas dari hanya beberapa inci hingga beberapa feet dari
lubang bor dimana kebanyakan cairan di pori-pori telah digantikan oleh cairan pemboran.
Seringkali kondisi yang lebih buruk dijumpai. Akan tetapi ini merupakan suatu
keadaan yang penuh tantangan karena dari sana akan diperoleh informasi yang akurat tentang
keadaan formasi yang sebenarnya seperti sebelum adanya pemboran.
- Prosedur
Logging
Setiba di lapangan sumur, para operator logging mulai mengatur letak kendaraan logging
segaris dengan sumbu sumur, menggelarkan kabel logging melalui roda-katrol bawah dan atas,
dan me nyambungkan alat-alat logging. Insinyur logging melakukan pemeriksaan dan kalibrasi
awal, kemudian rangkaian alat logging diturunkan kedasar sumur secepat mungkin dengan
memperhatikan kondisi sumur. Setelah sampai di dasar sumur, kalibrasi alat sekali lagi
dilakukan, skala-skala pembacaan diatur, dan kabel logging mulai ditarik keluar, maka dimulailah
proses logging. Kecepatan pengukuran diatur konstan antara 1800 s/d 6000 kaki/jam, tergantung
pada jenis alat logging yang dipakai. Alat-alat logging umumnya berdiameter 3-5/8” dengan
panjang 20-50 ”. Rangkaian tsb biasanya terdiri dari kombinasi dari bbrp alat. Kombinasi alat
yang umum adalah contoh kombinasi alat super-combo(Gambar 2.1):
DIL-SLS-GR Dual Induction-Sonic-Gamma Ray
LDL-CNL-NGL Litho Density-Netron-Natural
Gamma Ray DLL-MSFL-GR Dual Laterelog-Micro
SFL-Gamma Ray EPT-ML Electromagnetic
Propagation-Microlog
SHDT-GR Stratigraphy High resolution Dipmeter Tool-GR
Kabel logging umumnya mempunyai tujuh buah konduktor yang dilapisi isolator
teflon tahan panas dan dua lapis kawat pembungkus dari baja yang kedap terhadap lumpur. Arus
listrik dikirim turun melalui satu pasang konduktor, sedangkan data logging dikirim ke permukaan
melalui 5 konduktor yang tersisa. Fungsi kabel selain sebagai alatkomunikasi antara alat logging
didalam sumur dengan perangkat komputer diatas, juga merupakan alat untuk menentukan
kedalaman sumur, dengan kata lain panjang kabel yang diturunkan kedalam sumur sesuai
dengan kedalaman sumur tersebut.
Kini sistem permukaan yang lama telah digantikan dengan sistem komputer yang lebih
canggih
dan mudah dioperasi, misalnya sistem komputer MAXIS-500 yang diperkenalkan oleh
Schlumberger pada awal tahun1990 menggunakan sistem citra (imaging) dengan penampilan
grafik yang prima dan sistem komunikasi telemetri yang lebih cepat. Kabel loggingpun mengalami
perkembangan yang cukup pesat, kini telah tersedia berbagai jenis kabel sesuai dengan kondisi
lubang, bahkan teknologi serat optikpun sudah diterapkan pada kabel logging.
disekitar butiran-butiran dan berupa cincin-cincin tipis pada kontak antar butiran. Air akan menempati
celah-celah yang sangat halus, dan juga membentuk suatu jalur yang menerus, walaupun sangat
berbelit-belit melalui struktur batuan. Minyak akan menempati ruang pori yang lebih besar. Jika terdapat
gas, maka gas akan menempati ruang pori yang paling besar, terpisah dari minyak.
Sifat-sifat batuan yang penting untuk analisa log adalah porositas, kejenuhan air dan
permeabilitas. Dengan dua parameter yang pertama banyaknya hidrokarbon di lapisan formasi dapat
dihitung, sedangkan dengan parameter yang terakhir, dapat ditunjukkan pada tingkat mana hidrokarbon
dapat diproduksi.
- Porositas
Porositas, ditandai dengan , adalah bagian dari volume total batuan yang berpori. Pada formasi-
renggang (unconsolidated formation) besarnya porositas tergantung pada distribusi ukuran butiran, tidak
pada ukuran butiran mutlak. Porositas akan menjadi tinggi antara 0.35-0.4 jika semua butirannya
mempunyai ukuran yang hampir sama. Dan akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi sehingga
butiran yang kecil akan mengisi ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Malah pada porositas yang
lebih rendah partikelpartikel batuan umumnya bergabung bersama material yang mengandung silika atau
zat kapur, menghasilkan formasi-rapat (consolidated formation) dengan porositas mendekati nol.
- Kejenuhan Air
Bagian dari ruang pori yang berisi air disebut kejenuhan air, ditandai dengan Sw. Sisa bagian
yang berisi minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon, Sh, sama dengan (1- Sw). Asumsi umum
adalah bahwa reservoar mula-mula terisi air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yang
terbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori, menggantikan air pada ruang pori yang lebih besar.
Akan tetapi hidrokarbon pindahan ini tidak pernah bisa menggantikan semua air. Ada Kejenuhan Air-Sisa
(irreducible water saturation) Sw(irr) yang menunjukkan air yang tertinggal karena tegangan permukaan
pada permukaan butiran, kontak butiran, dan didalam celah-celah yang sangat kecil. Nilainya bervariasi
dari kira-kira 0.05 pada formasi yang sangat kasar dengan luas permukaan kecil, hingga 0.4 atau lebih
pada formasi butiran yang sangat halus dengan luas permukaan besar. Air-sisa tidak akan mengalir
ketika formasi diproduksi.
Maka bagian dari volume total formasi yang mengandung hidrokarbon adalah • Sh atau
• (1-Sw). Tujuan utama dari logging adalah untuk menentukan kuantitas ini. Nilainya bisa dari nol hingga
maksimum 0 • (1- Swirr ).
- Permeabilitas
Permeabilitas yang ditandai dengan k, adalah kemampuan mengalir dari cairan formasi. Ini
merupakan pengukuran tingkatan dimana cairan akan mengalir melalui suatu daerah batuan berpori
dibawah gradian tekanan yang tertentu. Dinyatakan dalam milli-darcies (md); nilai 1000 md adalah tinggi
dan 1.0 m adalah rendah untuk ukuran produksi.
Berbeda dengan porositas, permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran dari batuan.
Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi, sedangkan batuan
berbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur yang berliku-liku mempunyai permeabilitas rendah.
Porositas berubah dengan faktor 3 sedangkan permeabilitas dengan faktor sekitar 4000. –
- Proses Rembesan
Untuk mencegah kemungkinan penyemburan-liar (blowout) selama pemboran berlangsung,
tekanan lumpur di dalam anulus, Pm, harus dijaga selalu lebih besar dr pd tekanan hidrostatis cairan di
dalam formasi, Pr . Perbedaan tekanan, pm - pr yang biasanya beberapa ratus psi, akan mendesak
cairan pemboran kedalam formasi. Kejadian ini akan membuat partikel-partikel padat dari lumpur
tertahan pada dinding formasi membentuk kerak-lumpur. Cairan yang menembus melalui kerak-
lumpur ini disebut mud filtrate yang telah disaring melewati formasi dan mendesak atau menggantikan
sejumlah cairan reservoar. Daerah berdekatan dng lubang bor yang berisi filtrasi lumpur disebut zona
rembesan.
Proses rembesan akan berlangsung cepat pada awal proses tetapi menjadi lambat saat kerak-
lumpur mulai terbentuk yang menahan proses rembesan lanjutan. Jika kondisinya statis, kerak-
lumpur
akan terus terbentuk dan tingkat filtrasi menurun sebanding dengan 1 dimana t adalah waktu aliran.
t
Selama pemboran, gerakan sirkulasi lumpur dan cutting bat ditambah getaran yg disebabkan
oleh perputaran pipa bor terus mengikis mudcake dan juga formasi. Jika formasi berhenti dikikis, suatu
kondisi keseimbangan dinamis tercapai dimana kerak-lumpur menebal & tingkat filtrasi menjadi konstan.
Ketika pipa bor ditarik keluar untuk diganti pahat baru, kerak-lumpur mulai terbentuk
kembali pada lapisan permeabel dalam kondisi filtrasi yang statis. Ketika pemboran dimulai lagi, kerak-
lumpur bagian luar yang baru saja terbentuk akan terkikis dan keseimbangan dinamis sekali lagi akan
terjadi.
Akhirnya, ketika semua pipa bor ditarik keluar untuk tujuan proses logging, filtrasi statik akan
mulai terjadi lagi dan kerak-lumpur lembut akan terbentuk lagi. Pembentukan tambahan ini sering
teramati dengan pengukuran diameter lubang oleh alat-alat logging yang ternyata lebih kecil dari
diameter pahat pada lapisan-permeabel dekat di dasar sumur. Tebal kerak-lumpur biasanya berukuran
1/8 -3/4 inci pada saat logging.
Kedalaman dari rembesan akan naik dengan cepat selama period.e erosi formasi. Kemudian rembesan
menjadi lambat karena keseimbangan dinamis dan tingkat kenaikan dari kedalaman rembesan adalah
berbanding terbalik dengan kedalaman rembesan yang telah dicapai untuk tingkatan filtrasi yang tetap.
- Penampilan Rembesan
Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan suatu formasi berpori yang dirembesi oleh filtrasi lumpur
selama pemboran, dan bermacam-macam simbol yang digunakan dalam analisa log. Untuk lengkapnya
silahkan melihat Glossary dibagian akhir dari buku ini.
Dapat dilihat bahwa model yang paling sederhana adalah yang batasannya adalah lapisan yang
sederhana, suatu situasi yang memungkinkan kita menggunakan persamaan persamaan linier untuk
mewakili tanggapan alat.
Dalam kasus alat resistivitas, perlu dicari 3 parameter: resistivitas-sesungguhnya (true resistivity)
Rt, resistivitas dr daerah rembesan Rxo, dan diameter rembesan Di. Shng diperlukan suatu sistim dng 3
persamaan linier. Ini dicapai dng menggunakan 3 jenis alat resistivitas dengan kedalaman penyelidikan
yang berbeda. Buku grafik berisi grafik-grafik seperti Rint-9 digunakan untuk tujuan itu.
2.5 Porositas
Definisi dari porositas: Porositas adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda
padat. Ada beberapa macam porositas:
- Porositas Total t, adalah perbandingan antara ruang kosong total yang tidak diisi oleh benda padat
(pori-pori, retakan, rekahan, gerohong) yang ada diantara elemen-elemen mineral dari batuan,
Vt Vs Vp
dengan volume total batuan. t
Vt Vt
dimana:Vp = volume ruang kosong, biasanya terisi oleh cairan (air, minyak, gas), Vs = volume
yang terisi oleh zat padat, Vt = volume total batuan
Porositas total meliputi:
Porositas primer 1 , antar-butir atau antar-kristal. Ini terutama tergantung pada bentuk
dan ukuran zat padat, dan cara penyortirannya. Biasanya dijumpai pada batuan klastik.
Porositas gerowong yang diperoleh dari proses disolusi, dan porositas rekahan yang
diperoleh secara mekanik, akan membentuk prositas sekunder 2, banyak berhubungan
dengan batuan zat kimia atau biokimia. Porositas total (t) = 1 + 2
- Porositas Bersambungan (connected porosity) connected,adalah bagian dari ruang kosong bersam-
bungan didalam batuan. Bisa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan porositas total jika pori-porinya
tidak bersambungan (kasus dari batu apung, dimana 1 mendekati 50% dan connected adalah nol).
- Porositas Potensial Pot , istilah porositas ini tidak begitu populer. Pengertian porositas ini
dihubungkan dengan ukuran jalur pori-pori pada batasan tertentu dimana cairan tak dapat lagi mengalir
(misalnya 20
µm untuk minyak dan 5 µm untuk gas).
- Porositas ef ektif e , adalah porositas yang dapat dilalui oleh cairan bebas, tidak termasuk
porositas yang tidak bersambungan, dan ruangan yang terisi oleh air-resapan dan air-ikat serpih.
Ini adalah definisi yang khusus untuk analisa log.
Catatan bahwa porositas adalah tanpa dimensi. Biasanya dinyatakan sebagai angka desimal atau
dikalikan dengan 100 dalam %, atau satuan porositas (pu).
2.7 Kejenuhan
Kejenuhan adalah rasio dari volume yang terisi oleh cairan tersebut dengan volume
porositas total, ditandai dengan S.
Jika cairannya adalah air-formasi Sw = VW /VP
Jika air adalah satu-satunya cairan didalam pori-pori Sw =1
Jika terdapat sejumlah hidrokarbon Vhy = VP - Vw dan kejenuhan air Sw adalah:
Vp Vw Vw
Sw
Vp Vp
Kejenuhan tidak berdimensi, karena hanya berupa rasio, akan tetapi sering dikalikan 100 untuk
dinyatakan dalam persen.
Banyak percobaan di laboratorium menunjukkan kejenuhan air dapat ditulis dalam bentuk
umumnya s wn Ro dimana:
Rt
Ro = resistivitas batuan dng porositas yang hanya diisi oleh air-formasi dengan resistivitas Rw; W
Rt = resistivitas batuan yang sama diisi oleh air dan sejumlah hidrokarbon, kejenuhan airnya adalah S .
n = eksponen kejenuhan yang ditentukan berdasarkan percobaan, dan bervariasi antara 1.2 dan 2.2.
Pada pendekatan pertama, n biasanya diambil sama dengan 2.
Catatan : bhw jika menggantikan Ro mk didpt Rt F. Rw (persamaan Archie untuk formasi bersih).
Sn
w
Kejenuhan hidrokarbon tak pernah mencapai total. Kenyataannya adalah selalu ada sejumlah
kecil air didalam tingkatan kapiler yang tidak dapat digantikan oleh hidrokarbon. Ini disebut Kejenuhan
Air-sisa (irreducible water saturation) Swirr Nilainya tergantung dari jenis porositas, ukuran pori, diameter
dari sambungan, dan sifat dasar dari butiran matriks.
Hal yang sama, bahwa tidak semua air dapat digantikan oleh hidrokarbon, juga semua
hidrokarbon yang terkandung dalam formasi berpori tidak selalu dapat dipindahkan. Bagian dari volume
berpori yang diisi oleh hidrokarbon yang tidak dapat dipindahkan ini (non-moveable hidrocarbon) disebut
kejenuhan-hidrokarbon-sisa (residual hidrocarbon saturation) Shr.
3.2 Corak, Skala, Bagan dan Simbol (Grids, scales, traces, symbols)
3.2.1 Corak
Ada 3 macam corak yang umum dipakai pada log:
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Penerapan umum
liner liner liner porositas
liner logaritma liner Sonik-Induksi
liner logaritma logaritma Dual Laterelog-MSFL
3.3.3 Litodensitas-Netron
Pembacaan bersamaan dari log Lito-densitas dan log Netron. Hampir selalu dengan log GR.
- Di kolom 1, ditemui pada skala linier: kurva kaliper (CALI), biasanya 6"46" atau 10" - 20"
dan kurva ukuran pahat (BS) dengan skala sama dengan kaliper
- Di kolom 2 dan 3 kurva porositas Netron (NPHI), kiri ke kanan, 0 sd 60 pu. - kurva densitas
(RHOB), kanan ke kiri, 1.7 sd 2.7 gm/cc
- Di kolom 2Kurva Litologi (PEF), kanan ke kiri, 0 s/d 10
- Di kolom 3 kurva koreksi densitas (DRHO), kiri ke kanan, -.25 s/d.25
Ide dari interpretasi pintas adalah membuat suatu evaluasi log secara cepat tanpa dikenakan
koreksi kondisi lubang bor.
Cara ini merupakan penyederhanaan dari pada teknik analisa seperti yang diuraikan pada Bab 4.
Tujuannya adalah
1. Kendali mutu log 4. Identifikasi jenis hidrokarbon (minyak atau gas)
2. Mendeteksi lapisan kandung-hidrokarbon 5. identifikasi litologi
3. Memperkirakan nilai dari porositas dan 6. Korelasi dengan sumur-sumur yang berdekatan
kejenuhan air
dalam hal untuk memutuskan perlu tidaknya al: membor lebih lanjut ?, memasang selubung baja
dan pengujian (interval yang mana?) dengan asumsi-asumsi yang dibuat :
1. Formasi bersih 4. Rw adalah konstan
2. Rembesan menengah 5. Litologi sederhana
3. Kondisi lubang bor bagus
Porositas Pintas Berdasarkan definisi Porositas Pintas 4ql adalah nilai tengah dari porositas Densitas
N D
dan porositas Netron: ql
2
Dengan asumsi: • Formasi bersih (tidak ada lempung • Pembacaan LDT dan CNL dalarn satuan
porositas gamping • Tidak ada koreksi Litologi • Tidak ada koreksi hidrokarbon
Gambar 5.1 Penggaris Resistivitas yang digunakan untuk Interpretasi Pintas
Jika litologi adalah gamping, diberikan data dalam tabel di bawah ini, gambarlah titik-titiknya
2
pada grafik Sw-16 untuk F = 1/) .
Densitas matriks dari gamping adalah 2.71 g/cc. Jika gamping dalam formasi memberikan
pembacaan densitas ini, maka resistivitas yang bersangkutan akan tak terhingga. Ini merupakan satu titik
2
pada garis-air yang mudah didapat. Untuk =10%, F = 1/) =100.
Nilai dari Rt yang sesuai dengan = 10% adalah 6.5 (= R0).
Sehingga Rw = Ro/F = 6.5/100 = .065
Rt ρb
’20.0 2.60
’ 3.0 2.46
’ 2.2 2.42
’ 2.3 2.39
’ 2.1 2.28
’50.0 2.64
Gambar 6.1
6.1.2 Asumsi
Agar metode ini benar, maka aumsi-asumsi ini harus dipenuhi
1. R(dalam) = Rt 5. kondisi lubang bagus
2. formasi bersih (Vcl < 15%) 6. hubungan F-4 yang sesuai
3. Rw konstan 7. pengaruh gas (tergantung pada log porositas) kecil
4. litologi tidak kompleks
2
Rxo Rmf Sw Rxo Rmf
. Di daerah berair, dimana Sw= SX0=1, Rw, dpt dicari dng max
Rt Rw Sxo Rt Rw
Rumus di atas secara grafik adalah Sw-2.
Latihan 6-1
Dengan menggunakan log yang terdapat pada Bab-18, gambar 18-1 dan 18-2, carilah Rw pada
lapisan yang hanya mengandung air.. Juga lihat bab "Interpretasi Pintas" untuk penggunaan teknik
overlay resistivitas.
6.2.2 Asumsi
1. R(dalam) = Rt dan R(MSFL) = Rxo 4. formasi permeabel
2. formasi bersih (VcI < 15%) 5. kondisi lubang bagus
3. Rw konstan 6. rembesan1 /5
menengah
7. SXO = Sw
Kesalahan pada Rw akan sama dengan kesa
6.3 Rw dari SP
6.3.1 Caranya
1. Baca SSP pada kurva SP. Harga SSP diambil ditempat dimana defleksi SP mencapai
maksimum (diukur dari garis dasar serpih), yaitu perbedaan nilai (dalam milli-volts) dari garis
dasar serpih dan defleksi maksimum SP.
2. Cari Rmfe, equivalen dari Rmf yang menghasilkan SSP
- jika Rmf pada 75°F > 0.1 Ohm, maka Rmfe = 0.85. Rmf
- jika Rmf pada 75°F < 0.1 Ohm, maka pakai grafik SP-2
3. Cari rasio Rmfe/RWe dari grafik SP-1 4. Hitung Rwe
4. Pakai Rwe mencari Rw dari grafik SP-2
6.3.2 Batasan-batasan
Karena kurva SP dipengaruhi oleh sejumlah faktor (lihat bab SP), secara umum cara menghitung
Rw dari SP ini tidak setepat kedua cara yang telah dibahas didepan. Ada banyak sebab mengapa SP
tidak mencapai nilai SSP penuh, sehingga penentuan Rw sering salah. Walaupun demikian, nilai itu
seharusnya diuji-ulang terhadap nilai lain yang diperoleh melalui metode lain.
R(dalam)
Resistivitas air tampak Rwa ditentukan sebagai Rwa dimana F dicari dari porositas
F
pintas ql. Kemungkinan lain adalah menggambar SP vs rasio resistivitas R(MSFL)/R(dalam) untuk
mecari hubungan yang sama.
Latihan 6-3:
Pada log yang sama pada latihan 6-1, carilah Rw, dengan metode Rwa dan bandingkan hasilnya dengan
hasil dari latihan 6-1.
6.5 Rw dari EPT
EPT
6.5.1 Caranya Pada bab EPT tersendiri, dapat dilihat bahwa Sxo( EPT ) . Di dalam lapisan
hidrokarbon Sw ≤ Sxo. Bila kita menggantikan kedua persamaan itu, maka didapat
1 Rw 2 EPT
. Rw ≤ 2 EPT. Rt
2 Rt 2
6.5.2 Batasan-batasan
Batasan-batasannya adalah: (1) Kandungan-serpih, (2) a,m,n, (3) litologi rembesan
Gambar 7.6 SP berbentuk gigi gergaji (sawtooth) Gambar 7.7 Anomali SP disebabkan oleh
membran kerak lumpur emf
7.3 Anomali SP
7.4 Pencarian Rw
Metode ini seperti berikut
1. Baca SSP
2. Tentukan Rmfe
- Jika Rmf pada 75°F > .1 Ohm, maka Rmfe =0.85 x Rmf.
- Jika RI„ f pada 75°F <.1 Ohm, maka pakai grafik SP-2.
3. Tentukan rasio Rmfe/Rwe dari grafik SP-1 4.
4. Hitung Rwe
5. Pakai Rwe untuk mencari Rw dari grafik SP-2.
Ketidak pastian.
Dibawah ini adalah sejumlah pembatasan dari kehandalan metode ini
1. Komponen Elektrokinetik dari SP diabaikan.
2. Contoh Rmf yang jelek (contoh filtrasi lumpur tidak baik).
3. Hubungan antara R41e-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Sehingga, penggunaan SP untuk menentukan Rw hanya boleh dilakukan bila metode lain tidak
berlaku.
Latihan 7.1
Perhatikan gambar 4.1, bila diketahui SSP pada kedalaman 8150 ft adalah 60 mV, Rmf terukur pada 80
°F adalah 0.2 Ohm-m, BHT adalah 150 °F.
1. Penyimpangan SP adalah positif atau negatif ? Apa artinya ?
2. Berapakah Rw yang terhitung dengan menggunakan SP ?
Bab 8 Log Sinar Gamma
Sejarah Log Sinar Gamma (GR) sudah lama, tapi hanya sedikit pengembangan yang dilakukan
pada alat GR atau cara interpretasinya. Dengan kehadiran GR spektroskopi beberapa tahun yang silam
telah membuka era baru bagi kemungkinan interpretasi yang lebih rinci.
8.1 GR Dasar
Prinsip dari GR adalah perekaman radioaktivitas alami
bumi. Radioaktivitas GR berasal dari 3 unsur radioaktif
yang ada dalam batuan yaitu Uranium -U, Thorium -Th dan
Potasium -K, yang secara kontinu mamancarkan GR dalam
bentuk pulsa-pulsa energi radiasi tinggi
Sinar Gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi
oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor
sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan
pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah
jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (sering
disebut cacah GR).
Gambar 8.1 3 unsur radiasi utama yg umunya ditemukan di
bawah tanah, masing-masing mempunyai tingkat
tenaga yg berbeda. Alat GR standar (SGT) meng
ukur total aktivitas dari ketiga unsur ini. Sedangkan
alat GR spektroskopi NGT mampu memisahkan
ke-3 unsur tsb
8.1.1 Log GR
Log GR diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI =1 /200 dari tanggapan yang didapat dari
kalibrasi standar suatu formasi tiruan yang berisi Uranium, Thorium dan Potasium dengan kuantitas yang
diketahui dengan tepat dan diawasi oleh American Petroleum Institute (API) di Houston, Texas.
Log GR biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama-sama kurva SP dan Kaliper.
Biasanya diskala dari kiri ke kanan dalam 0-100 atau 0-150 GAPI. Tingkat radiasi serpih lebih tinggi
dibandingkanbatuan lain karena unsur-unsur radioaktif cenderung mengendap di lapisan serpih yang
tidak permeabel, hal ini terjadi selama proses perubahan geologi batuan.
Pada formasi permeabel tingkat radiasi GR lebih rendah, dan kurva akan turun kekiri. Sehingga
log GR adalah log permeabilitas yang bagus sekali karena mampu memisahkan dengan baik antara
lapisan serpih dari lapisan permeabel.
Gambar 8.2
Sistem alat NGT
mempunyai 5 bh jen-dela
pengukuran tingkat tenaga
radiasi yg disebut W1,
W2,W3,W4 dan W5. Dari
cacah aktivitas 5
pengukuran ini, komputer
kmdn membedakan ketiga
unsur radiasi
Potasium memiliki tenaga tunggal 1.46 MeV. Uranium dan Thorium memancarkan sinar- gamma
dengan tingkat tenaga yang beragam.
Secara teori adalah mungkin untuk membedakan ketiga unsur radioaktif yang berbeda itu
tenaganya sangat rendah akan tetapi saat ini kemajuan teknologi telah memungkin-kan kita untuk
memisahkan log GR keda-lam 3 komponen unsur radioaktif, dan menghasilkan GR spektral yang
menunjuk-kan scr langsung konsentrasi dari masing-masing unsur ddlm formasi
9.1 BHC
Borehole Compensated Sonic Tool atau disingkat BHC adalah alat sonik yang menggunakan
rangkaian pasangan Pemancar-Penerima sedemikian rupa sehingga pengaruh dari lubang bor dapat
dikecilkan. Cara kerjanya akan dibahas dibelakang.
2. Gelombang Stoneley
Terdapat pada lumpur oleh interaksi antara lumpur dan formasi dan sangat sensitif terhadap
kekukuhan dinding sumur. Tenaga gelombang ini disebarkan pada frekuensi rendah dengan sedikit
pelemahan. Kelajuannya lebih rendah dibandingkan dengan kelajuan gelombang-P di lumpur. Yang
diterima oleh alat penerima Sonik adlh kombinasi dari kedatangan berbagai jenis gelombang tsb diatas.
.
9.1.1.3 Bentuk penyebaran dalam sumur
Pada formasi homogen, gelombang yang dipancarkan dari
pemancar akan menyebar dengan cepat melalui lumpur. Tergantung dari
pada sudut pancarnya, sebagian gelombang akan dibelokkan atau dipan
tulkan, sebagian lagi akan menyebar sbg gelombang-mampat dan sebagian
lagi akan meram-bat sebagai gelombang-S sepanjang dinding sumur
9.1.2 Interpretasi
Walaupun alat Sonik mengukur kelajuan gelombang suara akan tetapi secara praktis log Sonik
diskalakan menurut besaran waktu-transit (transit time) yang mempunyai satuan is/foot (juga dikenal
sebagai slownwess). Ini adalah satuan yang baik sekali karena memberikan pembacaan yang
ditemukan dalam kondisi logging normal berkisar antara 40-200 µs /ft. Kenyataannya kebanyakan
formasi mem- berikan tanggapan diantara 40-140 µs/ft (Tabel 9-1), maka skala log yang dipakai umunya
adalah 140-40
µs/ft per kolom atau 240 - 40 / ft untuk 2 kolom, krn ini memudahkan pembacaan thdp log. Istilah
t untuk sistem CSU adalah DT (delta-T). Alat Sonik dapat dikombinasikan dengan alat-alat logging lain,
misalnya dengan slat Sinar Gamma dan alat Induksi.
Tabel 9.1
Untuk menghitung porositas Sonik dari pembacaan log At
harus terdapat hubungan antara waktu transit dengan porositas. Litologi tm a(ms/ft)
Seorang sarjana teknik Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata, Batuan Pasir 55.5
yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas. Bentuk Gamping 47,5
umumnya adalah t log t f . t ma .(i Vsh ) t sh .Vsh
luid
Dolomit 43.5
9.1.3.1 kepadatan
Sifat elastis dari batuan dianggap konstan jika tekanan pada batuannya adalah cukup besar
(beberapa ribu psi).
Pada tekanan yang lebih rendah (kedalaman yang dangkal), waktu transit yang diamati akan
lebih besar akan tetapi hubungan dan t masih liner, dalam hal in suatu faktor koreksi diperlukan, yaitu
t log tma 1
faktor kepadatan Cp, agar mendapatkan porositas yang benar Scor .
tfluid tma Cp
Faktor kepadatan Cp dapat dicari dengan cara pendekatan dengan membagi kelajuan sonik di
lapisan serpih terdekat dengan nilai 100. Akan tetapi cara yang terbaik adalah dengan membandingkan
scor: dengan porositas yang diperoleh dari sumber lain, misalnya porositas densitas-netron.
9.1.3.2 Kandungan-serpih
Jika terdapat serpih dalam batuan, maka akan memberikan konstribusi waktu transit tsh.
Persamaan umum menjadi t log tfluid. tma.(1 Vsh) tsh.Vsh
9.1.3.3 Hidrokarbon
Pada umumnya dianggap bahwa hidrokarbon tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap
waktu transit, akin tetapi hidrokarbon ringan atau gas akan membuat waktu transit menjadi lebih besar,
sehingga seringkali sonik juga digunakan sebagai indikator gas yang cukup bagus. Beberapa studi
menunjukkan bahwa rasio Vp/Vs adalah sangat berguna bagi deteksi gas (baca makalah 'Deteksi Gas
dengan Gelombang Akustik', Simposium IATMI, 1992).
10.3 Interpretasi
10.3.1 Densitas
Alat LDT mengirimkan pulsa-pulsa dari rangkaian elektronik sumbu-panjang (LS) dan sumbu-
pendek (SS) ke komputer dipermukaan. Pulsa-pulsa diterima oleh komputer dan dihitung per interval
waktu disebut cacah (count rate) biasanya CPS (Count per second) banyaknya cacah perdetik, cacah ini
digunakan untuk menghitung densitas.`Hubungan antara cacah detektor sumbu panjang (LSCR) dan
sumbu pendek (SSCR) dalam menghitung densitas adalah
RHOBLS = ALS + BLS • log(LSCR) Konstan A dan B merupakan fungsi dari geometri alat, kekuatan
RHOBSS = ASS + BSS • log(SSCR) sumber radioaktif dan sensitivitas detektor
Karena kedua faktor terakhir ini maka alat LDT perlu dikalibrasikan setiap bulan atau setiap 7 kali
turun kesumur. Parameter lain yg dihitung pd permukaan
DRHO = RHOBLS – RHOBSS dan RHOB = RHOBLS ± DRHOSS
Penentuan Porositas
Bila densitas formasi Pb yang benar telah ditentukan, maka dapat dihitung porositasnya. Ketika
mengukur densitas dari formasi, tidak hanya matriks formasi yang diukur, tetapi juga kadar cairan dalam
ruang porinya. Krn densitas dari cairan formasi adalah berbeda dari densitas batuan, maka pembacaan
densitas dari formasi berpori tidak sama dengan pembacaan densitas dari batuan yang sama tanpa
ruang pori. Sehingga bila LDT mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang diukur adalah
tergantung pads densitas batuan, jumlah ruang pori matriks, dan densitas dari cairan pengisi ruang pori.
Ini mencerminkan porositas, karena porositas dinyatakan sebagai cairan yang berisi ruang pori.
Sebelum porositas dapat ditentukan, harus diketahui terlebih dahulu densitas litologi dan
densitas cairan yang terkandung dalam formasi. Untuk formasi bersihberpori dengan densitas batuan
yang diketahui, Pma, diisi oleh suatu cairan dengan densitas rata-rata p f, densitas Pb adalah jumlah
linier dr kontribusi densitas-densitas yg berurutan ρb = .ρ1+(1- )ρma atau krn pb dibaca langsung
dari log, porositas 1 dpt dicari ma b .Scr grafik persamaan ini ditampilkan dalam grafik Por-5.
ma 1
10.3.1 Faktor Penyerapan Fotolistrik
Aplikasi Pe adalah banyak sekali
1. Identifikasi batuan secara kualitatif dengan metode pintas
2. Evaluasi lempung tambahan
3. Mengenal adanya mineral berat didalam formasi
4. Deteksi rekahan dengan bantuan lumpur barite
5. Parameter penting pada program LDQL
Sayangnya Pe sangat dipengaruhi lumpur barite dan tak dapat dikoreksi dengan tepat.. Secara
praktis didalam interpretasi lebih sering digunakan istilah volumetric photolistrik absorption indeks U
yang merupakan perkalian Pe dan densitas elektron U=Pe. ρe. atau pendekatan lainnya U= Pe. Ρb
Spt halnya densitas persamaan U dalam hubungan dng porositas adalah Ulog = .Ufluida+(1-). Umatriks
Ufluida bisa diabaikan krn nilainya kecil dibandingkan dng yg lain, maka U matriks yg tdk tergantung pd poro
sitas dpt disamakan dng apparent matrix volumetric absorption index Umaa Umaa =Ulog / (1- )
Umaa bila digabungkan dng rma akan memberikan solusi yang baik untuk masalah litologi tiga-mineral.
Lihat grafik segitiga CP-21.
Litologi yg lebih kompleks dpt dngn tepat dijelaskan dng menggabungkan U dan Pb dng sonik At.
Lihat tabel 10-2 untuk mineral-mineral umum. 10.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengukuran
Lubang jelek Walaupun dengan sistem 2 detektor, lubang yang jelek akan memberi pembacaan yang
belum pasti. Pembacaan DRHO harus kurang dari 0.1 g/cc untuk meyakinkan kompensasi yang baik
terhadap pengaruh lubang yang jelek, sehingga pengukuran densitasnya bagus.
Kandungan-serpih Serpih mempengaruhi pengukuran densitas sebesar jmlh volumenya. Koreksi thd
Hal 86 hilang
Hidrokarbon Jika terdapat hidrokarbon maka densitas air p f dalam rumus mungkin perlu dirubah
untuk memperoleh porositas Densitas.
Lumpur Barite Dengan penampang penyerapan fotolistrik yang begitu besar, barite sangat
mempengaruhi pengukuran Pe, dan menganggu aplikasi litologi. Barite dalam lumpur sering dapat
dideteksi oleh penyimpangan yang tajam dari kurva Pe kearah kanan. Pada kenyataannya Pe dalam
kondisi semacam itu menjadi indikator rekahan (fracture ) yang baik.
Contoh LDQL
Bab 12 Log EPT
Teknik Baru
Electromagnetic Propagation Tool (EPT) adalah sangat peka terhadap air, sedangkan alatalat
porositas lainnya dipengaruhi oleh air dan hidrokarbon. Sehingga bila EPT dikombinasi-kan dengan log
Densitas dan log Netron akan memungkinkan analisa lebih tepat untuk membedakan hidrokarbon dari air
di daerah rembesan. Lihat Gambar 12.2.
13.1 Leterolog
13.1.1 Prinsip dari leterolog-ganda DLT
Alat DLT memfokuskan arus listrik secara
lateral kedlm formasi dlm bentuk lembaran tipis.
Ini dicapai dng menggunakan arus-pengawal
(bucking current) yang fungsinya untuk mengawal
arus utama (measured current) masuk kedlm for
masi sedalam-dalamnya. Dng mengukur tegang
an listrik yang diperlukan untuk menghasilkan
arus listrik utama yg besarnya tetap, resistivitas
dapat dihitung dengan hukum Ohm.
Sebenarnya alat DLT terdiri dari 2 bag: satu
bagian mempunyai elektroda yang berjarak
sedemikian rupa untuk memaksa arus utama
masuk sejauh mungkin kedalam formasi dan
mengukur LLd, resistivitas leterolog dalam. Yang
lain mempunyai elektroda berjarak sedemikian
rupa membiarkan lembar arus utama terbuka
sedikit, dan mengukur LLS, resistivitas laterolog
Gambar 13.1 Prinsip Kerja Alat DLT dangkal. Hal ini tercapai karena arus yang
dipancarkan adalah
arus bolak-balik dengan frekuensi yang berbeda. Arus LLd menggunakan frekuensi 28 kHz, sedangkan
frekuensi arus LLS adalah 35 kHz.
13.1.2 Interpretasi
Sebagai pendekatan pertama, resistivitas-dalamLLd dapatdianggap sebagai Rt. Akan tetapi agar
lebih tepat, kedua besaran LLd dan LLs perlu dikoreksi terhadap sejumlah faktor
lubang bor grafik Rcor-2
Data yang diperlukan untuk koreksi resistivitas dangkal dan dalam adalah diameter lubang bor
(dh) dari kaliper, resistivitas lumpur (Rm) dan resistivitas lapisan-bahu (Rs) pada temperatur formasi,
kemudian koreksi terhadap: Tebal Lapisan - grafik Rcor-10 dan Rembesan - grafik Rint-9
Perhatian bahwa Rcor-2 dan Rint-9 terdr dr bbrp sub-grafik sesuai dng jenis alat leterolog DLS-B
atau DLS-D/E, juga posisi dari alat tersebut (centered atau eccentered)
Keterangan. mengenai jenis alat dan posisi alat saat logging dapat didapatkan dari kepala-log.
Profil step-contact digunakan untuk interpretasi adalah yang paling sederhana, data kombinasi
yang diperoleh dari tiga pengukuran dengan kedalaman pengukuran yang berbeda akan memungkinkan
penyelesaian dari tiga bilangan anu yang tidak diketahui: di, Rt, dan Rxo/Rt. Secara grafik untuk
Leterolog-ganda dipakai grafik Rint-9.
13.1.4 Log
Konfigurasi standar meliputi DLT-SRT-SGT untuk mendptkan kurva-kurva sbb
1. Leterolog Dalam LLd 4. Kaliper CALI
2. Leterolog Dangkal LLs 5. Sinar Gamma dan SP
3. Log Mikro Terfokus MSFL 6. Tegangan kabel
Log dicatat dengan bentuk logaritma di kolom 2 dan 3, sehingga memberikan sensitivitas
maksimum pada semua tingkat resistivitas.
13.2.2 Interpretasi
1. Sebelum mendapatkan nilai kuantitas untuk Rt, harus dibuat bbrp koreksi pd pembacaan log, LLd,
ILm, SFL untuk pengaruh berikut
lubang bor grafik Rcor-4 untuk ILd dan ILm
lubang bor grafik Rcor-1 untuk SFL
ketebalan lapisan grafik Rcor-5 ke 7
Data yang diperlukan meliputi diameter lubang bor dh dari kaliper, Rte, pada temperatur formasi,
dan posisi alat (ditengah-tengah lubang atau berjarak dari dinding/stand-off ).
Dan akhirnya kita dapat menggabungkan log RX0 dengan log induksi menengah dan dalam
untuk mengoreksinya dan menyelesaikan untuk Rt, Rt/Rxo, dan dl. Ini berdasarkan pada asumsi dari
profil step-contact dari rembesan. Grafik untuk log induksi adalah grafik Rint-1 sampai 5 tergantung
pada kombinasi alat.
Contoh Misalkan tdpt kondisi sbb: diameter lubang dh=16", stand off, S.O=1.5" dan resistivitas lumpur,
Rm=0.1 Ohm, mk konduktivitas lumpur adlh:Cm=10.000 mmhos dan dari grafik Rcor-4 Gh = 0.003
-3
= 3. 10 Kontribusi dari lubang bor ke tanda total adalah Gh . Cm = 30 mmhos.
Rt Ct Clog Rlog % Kesalahan
1 1000 1030 0.97 3
0.25 4000 4030 0.25 0
10 100 130 7.7 30
100 10 40 25 300
10000 0.1 30 33 >100000
Catatan bhw sinyal lubang bor kecil itu adlh tdk berarti kecuali kalau dibandingkan dng sinyal formasi.
2. Sekarang kita telah memiliki nilai-nilai dari pembacaan log yang telah dikoreksi, nilainilai ini
dapat digabungkan dengan R,. yang telah dikoreksi untuk mendapatkan Rt.
13.2.3 Aplikasi alat DIL
1. Ciri khas dari alat DIL adlh dpt bekerja pd lumpur tak- konduktif seperti air dan Lumpur minyak.
2. Memberikan hasil yg lebih baik dlm formasi resistivitas rendah atau konduktivitas tinggi.
3. Dapat dikombinasikan dengan alat R,,0.
4. Untuk lapisan dengan ketebalan lebih dari 5-6 ft, dan tidak lebih dari 100 Ohms.
13.2.4 Log Konfigurasi alat yang standar meliputi alat-alat DIL-SLT-SRT-SGT, yang
memberikan kurva-kurva berikut
Induksi Dalam ILd Waktu Transit Sonik At
Induksi Menengah ILm Kaliper dan SP
Log terfokus (Spherically Focussed Log) SFL Sinar gamma GR
Micro Spherically Focussed Log MSFL Tegangan Kabel
Bentuk log induksi menggunakan kolom 2 dalam skala logaritma, dan kolom 3 dalam skala linier untuk
bagian Sonik.
13.3 SFL
13.3.1 Prinsip dari SFL Sistem SFL adlh satu set dr elektroda pd sonde Induksi. Sistem ini ber
operasi dng model yang serupa dengan Leterolog kecuali fokusnya lebih dangkal. Sinyalnya juga dirubah
ke arus DC yang sebanding dengan konduktivitas, dan dikirim ke komputer.
13.3.2 Interpretasi
Pembacaan log harus dikoreksi terhadap pengaruh-pengaruh dibawah ini
lubang bor grafik Rcor -1
ketika dipakai dalam hubungannya dengan alat Induksi-Ganda, grafik Rint-2c akan memberikan
penyelesaian di dan Rt.
13.4 Menggunakan RXO untuk mengoreksi Rt
Keberadaan 3 jenis pengukuran resistivitas yg bersamaan dng kedalaman investigasi yang
berbeda akan memberikan solusi dr 3 variabel Rt, RXO, dan di. Umumnya untuk kombinasi Leterolog
Ganda-MSFL, dipakai grafik Rint-9 untuk mencari di dan Rt.
Catatan bhw data seharusnya tlh dikoreksi thdp pengaruh kondisi lubang bor sebelum bisa diterapkan ke
grafik ini. Dalam kasus kombinasi dari Induksi-MSFL, grafik Rint-5 yang dipakai.
13.5 Perbandingan Induksi-Leterolog
Kita telah mempelajari bahwa alit
Induksi lebih tepat untuk resistivitas rendah
hingga menengah, dan alat Leterolog untuk
resistivitas menengah hingga tinggi. Tetapi alat
mana yang sesuai untuk mendeteksi
hidrokarbon?
Gunakan grafik gambar 13.3. Di daerah
dimana keduanya dianjurkan, pilihlah alat
dimana resistivitas rendah adalahyang terbaik
dilihat oleh Induksi, dan resistivitas tinggi oleh
Leterolog.
Telah diketahui bahwa RXO berguna untuk koreksi pengukuran Rt. Kita akan pelajari satu
kelompok log yang dikenal sbg log RXO. Log ini dirancang khusus untuk menyelidiki lapisan rem-besan yg
hanya bbrp inci dr lubang bor. Jenis log RXO adlh: PL, MLL, MSFL, dan Microlog lama.
Dibawah ini adalah peninjauan kembali dari bermacam-macam kegunaan dari log RxO: Dalam
hubungan dengan log Rt memberikan
penentuan dari - hidrokarbon yang dipindahkan
- porositas formasi bersih
- resistivitas filtrasi lumpur Rmf
- resistivitas lumpur Rm
- ketebalan dari kerak lumpur hmc
dan koreksi - log Rt terhadap pengaruh rembesan
- log porositas tehadap pengaruh hidrokarbon
Microlog adlh alat yg paling unggul untuk penentuan lap permeabel dan ketebalan kerak-lumpur.
14.1 MSFL MSFL biasanya dikerjakan dalam kombinasi dengan alat Induksi atau Leterolog.Alat SRT
yang menghasilkan kurva ini juga dapat dikombinasikan dengan alat Sonik dan alat Sinar
Gamma.
14.2 Mikrolog Microlog adalah alat yang sangat tua dan merupakan alat jenis bantalan yang pertama.
Alat mikrolog jenis baru disebut PCD (Powered Caliper Device) dikerjakan dalam
kombinasi dengan EPT, keduanya memiliki resolusi vertikal yang sangat tinggi.
14.2.1 Prinsip
2alat jarak-pendek dng kedalaman
investigasi yang berbeda akan memberikan
pengukuran thdp resistivitas kerak-lumpur dan
formasi yg berada sedikit dibelakang kerak
lumpur. Bantalan karet (rubber pad) mikrolog
yg berisi 3 bush elektroda kecil di susun scr
vertikal dng jarak 1 inci, satu dng lainnya
ditekan menempel dinding sumur. Dari
elektroda-elektroda ini dihasilkan kurva
mikroinverse 1"x1" (R1"x1"), dan mikro
normal 2" (R2"). Dng dmkn perbedaan pem
bacaan antara 2 kurva mikrolog tsb akan
memberikan indikasi adanya kerak lumpur, dng
kata lain bila terdpt kerak lumpur pasti telah
Gambar 14.1 Penampang Bantalan Mikrolog terjadi rembesan filtrasi lumpur, jadi
formasi tersebut adalah permeabel.
Pada saat filtrasi lumpur bor masuk ke formasi permeabel, kerak-lumpur akan terbentuk.
Resistivitas dr kerak-lumpur kira-kira sama dng atau sedikit lebih besar dari resistivitas lumpur. Biasanya
dianggap lebih kecil dr resistivitas di daerah rembesan yg berdekatan dng lubang bor.
2" mikronormal mempunyai kedalaman investigasi yang lebih besar dr pd mikroinverse
1"x1", shng tdk banyak dipengaruhi oleh kerak-lumpur. Bila membaca resistivitas yang lebih tinggi, akan
menghasilkan pemisahan yang positif. Untuk kerak-lumpur dng resistivitas yg rendah, kedua alat akan
mengukur resistivitas yang pantas, biasanya dari 2 hingga 10 kali Rm.
14.2.2 Interpretasi
Pemisahan positif di lapisan permeabel dan bukti adanya kerak lumpur oleh alat kaliper akan
menunjukkan permeabilitas. Akan tetapi tidak dapat disimpulkan permeabilitas secara kuantitatif . Bila
tidak ada kerak-lumpur, mikrolog dapat memberikan informasi berguna seperti keadaan lubang bor atau
litologi, tetapi tidak dapat diinterpretasikan secara kuantitatif.
Pada kondisi lubang yang baik, nilai RX0 dapat dicari dari Mikrolog dengan menggunakan grafik Rxo-1.
Data yang diperlukan meliputi resistivitas kerak-lumpur Rmc pada temperatur formasi, dan ketebalan
kerak lumpur hmc dari kaliper.
Batasan-batasan
- Rxo/Rmc < 15 (porositas > 15%)
- hmc tidak lebih besar dari 1/2 inci
- kedalaman rembesan > 4 inci, bila tidak maka Mikrolog akan dipengaruhi oleh Rt.
14.1.1 Prinsip MSFL
Serupa dng alat mikrolog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dng sebuah bantalan elektroda
khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan bantuan sebuah kaliper.
Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai-bingkai logam yang konsentrik
(Gambar 14.2) disebut elektroda yang mempunyai fungsi memancarkan, mefokuskan dan menerima
kembali arus listrik yang hampir sama seperti cara kerja elektroda Leterolog. Karena bantalannya kecil
dan susunan elektrodanya berdekatan, maka hanya beberapa inci dari formasi dekat lubang bor yang
diselidiki. Sehingga kita akan mempunyai suatu pengukuran dari resistivitas didaerah rembesan.
Pengukuran terhadap diameter lubang secara bersamaan oleh kaliper yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari alat MSFL.
14.1.2 Interpretasi
Krn kedalaman investigasi MSFL begitu kecil, maka pengaruh dari kerak-lumpur tidak bisa
diabaikan, shg koreksi thdp pengaruh kerak lumpur diperlukan untuk memperoleh Rxo yang benar. Ini
dilakukan dengan grafik Rxo-2 MSFL.
Data yang diperlukan : resistivitas
kerak-lumpur, Rmc pada temperatur formasi,
dan ketebalan kerak-lumpur hmc dari kurva
kaliper Peringatan : Harus diingat bahwa alat
MSFL mrpkan alat yang memancarkan arus
listrik kedalam formasi sehingga diperlukan
lumpur konduktif. Ini tidak dapat dilakukan dlm
lumpur minyak. Sehingga hidrokarbon yang
pindah tidak dapat ditentukan dalam lumpur
minyak dengan alat ini.
Alat-alat mikro yang lama meliputi
Proximity Log (PL), dan Microleterolog (MLL)
bisa dikerjakan bersama-sama tetapi tidak
dapat dikombinasikan dengan alat-alat Rt.
Mereka bekerja dengan prinsip yang sama dan
memerlukan koreksi kerak-lumpur yang sama
. (grafik Rxo-2).
Gambar 14.2 Gambar skematis alat MSFL
Penampang Bantalan MSFL
Peringatan : Harus diingat bhw alat MSFL mrpkan alat yang memancarkan arus listrik kedalam formasi
sehingga diperlukan lumpur konduktif. Ini tidak dapat dilakukan dalam lumpur minyak. Sehingga
hidrokarbon yang pindah tidak dapat ditentukan dalam lumpur minyak dengan alat ini.
Alat-alat mikro yang lama meliputi Proximity Log (PL), dan Microleterolog (MLL) bisa dikerjakan
bersama- sama tetapi tidak dapat dikombinasikan dengan alat-alat Rt. Mereka bekerja dengan prinsip
yang sama dan memerlukan koreksi kerak-lumpur yang sama (grafik Rxo-2).
Bab 15 Interpretasi Pasir Serpihan
Kenyataan
Perlu diingat bahwa log porositas (ρb, N) dikalibrasi dalam satuan porositas gamping.
Porositas gamping ini dapat dirubah ke porositas batupasir atau dolomit dengan bantuan grafik.
Apapun jenis litologinya, perhitungan terhadap porositas hanya benar untuk formasi bebas-serpih
(formasi bersih) dan formasi kandung-air tanpa hidrokarbon. Jika dijumpai serpih atau hidrokarbon,
koreksi tambahan harus dibuat untuk mendapatkan porositas dan kejenuhan air yang benar.
15.1 Pengaruh Serpih
Dpt dilihat bhw persamaan Archie untuk formasi bebas-hidrokarbon yg bersih adalah: Rt a.Rw
m
Untuk gamping, batupasir dan mineral karbonat dengan rekahan, persamaan diatas masing-masing dpt
Rw 0,81.Rw Rw
dituliskan sbb: Rt Rt Rt Semua rumus diatas dijabarkan scr eksperi-
2
2
1to5
men saja. Jika hidrokarbon ditambahkan pada batuan, porositasnya berkurang menjadi-SW , rumus
a.Rw a.Rw
diatas dapat ditulis dalam bentuk Rt m atau realisasinya adlh : Rt m
.Sw .Sw n
Dari hubungan ini kita dapat menentukan kejenuhan air (Sw) yang tidak scr langsung dpt diukur oleh alat-
1 m / 2 .Sw n / 2
alat logging. Persamaan ini dpt ditulis dlm bentuk lain Jika tdpt lempung, mk
Rt a.Rw
persamaan kejenuhan hrs dirubah. Suatu persamaan yg dianjurkan krn memberikan hasil baik dlm ba-
Vcl 1 Vcl
m/2 n/2
1 .Sw
nyak hal adlh Persamaan Kejenuhan Indonesia yg klasik 2 .Sw n / 2
Rt Rcl a.Rw
m/2
1
Vcl 1 Vcl 2
.
.Sw n / 2
Rt Rcl a.Rw
15.2 Penentuan Rw
Lihat pada bab dengan nama yang sama untuk lebih rinci.
Rxo Rmf Sw
15.2.1 Metode Rasio Pada formasi bersih . Rasio Rxo/Rt menjadi maksimum
Rt Rw Sxo
bila Sw = Sxo = 1 (SW menurun lebih cepat dr pada Sxo). Bila formasi hanya mengandung air,
Rxo Rmf Rt
maka Sw = Sxo = 1, persamaan di atas bisa ditulis sbb: Rw Rmf .
Rt Rw Rxo
15.2.2 Gambar silang Gambar-silang antara resistivitas Rt dan porositas (1 /Rt vs ρb, N, t) pd
a
formasi bersih menghasilkan Rw berdasarkan hubungan Rt .Rw
2
15.2.3 SP Penentuan Rw dng SP pd lapisan berlempung umumnya tidak selalu dpt dihandalkan.
Dipakai sbg perbandingan.
15.3 Rt dan Rxo Lihat pd bab Rt dan RX0 untuk lebih rinci. Ingat bhw:LLd#Rt LLd#Rt MSFL#Rxo
Pakai grafik-grafik dari bagian Rint dari buku grafik untuk koreksi thdp pengaruh
rembesan.
15.4 Indikator-indikator Lempung Indikator lempung didapat dengan cara kalibrasi tanggapan dari
alat porositas antara titik bersih (bebas serpih) dan titik serpih. Ini dilakukan dengan cars
sedemikian rupa sehingga pengaruh lubang yang lain akan cenderung untuk menaikkan nilai dari
Vsh yang dihitung.
Ada 2 cara untuk menentukan koreksi thdp serpih yi: scr grafik dan dng rumus. Dari indikator-
indikator lempung apa saja, nilai minimum dari Vsh adlh yg paling mendekati kebenaran. Ada 2
kelompok indikator lempung yi: indikator kurva-tunggal dan indikator kurva-ganda(gambar silang).
15.4.1 Indikator kurva-tunggal Indikator kurva-tunggal yg klasik adlh Sinar Gamma, SP, Netron dan
Resistivitas
15.4.1.1 GR Yang paling populer dari indikator kurva-tunggal adalah log Sinar Gamma. Teknik yang
GR GRbersih
serupa dapat digunakan untuk kurva-kurva lainnya seperti Sonik, dll. Vsh
GRserpih GRbersih
(N cl
(1 Vcl )
15.5 Koreksi hidrokarbon Koreksi thdp hidrokarbon dibuat dlm formasi bersih, yi: setelah dilakukan
koreksi thdp lempung. Jumlah dari koreksi yang akan diterapkan pada pembacaan log ditandai
dengan simbol A .Secara grafik, koreksi hidrokarbon terutama gas diperlihatkan pada gambar 15.3.
CP - 10 didapat: ρh=0.3g/cc
2. Reservoar itu hanya terdiri dari batuan dolomit
Cara penyelesaiannya: Dng grafik Por-5 konversikan ρb=2.1 g/cc ke porositas dolomit diperoleh
D = 41%. Krn porositas netron =15%, mk dng menggunakan grafik CP-9 didpt porositas
Rmf
pendekatan pertama = 34% (1dari CP-9). Shr 2 = 0.52 Shr=1-Sxo = 0.48
Rxo.
dengan CP -10 didapat: ρh =0.15 g/cc Di lapisan ini kita menggunakan ρh, = 0.2 g/cc. Jika litologi
sudah diketahui, kita dapat menghitung ρh dengan lebih tepat lagi.
15.7 Ringkasan-grafik dari Interpretasi Shaly Sands Lihat ringkasan-grafik (flow-chart) terlampir,
yang merupakan ringkasan kejadian-kejadian yang berurutan dari interpretasi pasir-serpihan yang telah
kita bahas di dalam bab ini:
15.7.1 Metode
1. Pilih pembacaan log ditempat yang baik dan mewakili.
2. Buat semua koreksi terhadap kondisi lubang bor.
3. Evaluasi VCL dan buat koreksi serpih pada log- porositas.
Untuk Densitas ρbCORR = ρb + VCL. (ρma - ρCL,)
Atau dalam bentuk porositas DCORR = D - DVCL
ma CL
Dimana DCL dan untuk Netron N corr = N - V CL - NCl
ma mf
Gambar 16.1.
Lapisan tipis dr air tanpa-garam ini (air lempung) memegang peranan penting krn kristal lempung
3
mempunyai permukaan yg relatif luas sekali mencapai 6300 acres/ft , bandingkan dng luas permukaan
3
butiran pasir yg hanya 0.1-0.2 acres/ft , mk volume dr air lempung tdk bisa diabaikan begitu saja.
Secara singkat, model dua-air mengatakan bahwa formasi serpihan dapat dianggap sebagai
formasi bersih dengan mengandung dua jenis air:
1. Air yang berasosiasi dengan lempung, disebut air-ikat dengan konduktivitas CWb. Air-ikat ini tidak
dapat diproduksikan karena merupakan bagian dari lempung.
2. Air lain yang berasosiasi dengan batuan lain kecuali lempung disebut air-bebas.
Karena mineral lempung (lempung kering) dapat dianggap tidak menghantarkan listrik, mk
lempung dpt diperlakukan spt mineral lain. Scr skematis kita dpt menggambarkan formasi serpihan
dengan model dua-air dalam Tabel 16.1.
Zat Padat Cairan/fluida
Matriks Lanau Lempung kering Air-ikat Air-bebas Hidrokarbon
Matriks Serpih Porositas Efektif
Porositas Total
Tabel 16.1. Model Dua Air
Dengan asumsi bahwa formasi serpihan itu bisa dianggap sebagai formasi bersih, maka hukum saturasi
air Archie dapat berlaku, walaupun perlu dimodifikasi untuk mengakomodasikan air-ikat. Persamaan
tm .S nwt
Archie bila ditulis dlm bentuk konduktivitas adlh: Ct .C we ………..(16-1)
a
dimana: a, m, dan n adalah konotasi persamaan Archie yang kita sudah pelajari sebelumnya.
Ct adalah konduktivitas dari formasi ash (Ct adalah kebalikan dari Rt )
Cwe adalah konduktivitas ekivalen dari air yg tdpt dlm ruang kosong batuan.
Perhatikan bahwa , & Sw, menyatakan volume total termasuk volume yg berisi air-ikat dan air-bebas.
V .C Vwb
C w w
Persamaan 16-1 sekarang dituliskan sbg: ………..(16-2)
.C wb
Vw wb
we
V
dimana Vw dan Vwb adalah volume keseluruhan dari air-bebas dan air-ikat dengan konduktivitas Cw dan
Cwb. Dalam bentuk saturasi air, persamaan 16-2 dapat ditulis sebagai:
t .(S w S wb ).(C w t .S wb .C wb
Cwe we ………..(16-3a)
.C
t .(S w S wb ) t .S wb
S wt S S wb
wb
atau Cwe
.C w .C wb ...............(16-3b)
S
wt S wt
wb
S
atau C we C w . .C wb C w ……………………..(16-3c)
S
wt
dimana Swb adlh saturasi air-ikat yi: bag dr total volume ruangan kosong batuan yg terisi dng air-ikat.
Dng menggantikan Cwt rmss 16-1 menjadi: t Swb wb w .....(16-4)
m
.S
. C
n
C .C w C
Swt
t wt
a
Porositas dan saturasi dr formasi bersih didpt dng mengurangi bag volume dr air ikat ( • Swb). Mk
porositas efektif adlh: = 1.(1 – Swb) ……………….(16-5)
S wt S wb
dan saturasi air adalah: Sw … …………….(16-6)
1 Swb
Kesimpulan
1. Untuk mengadakan evaluasi formasi serpihan dengan model dua-air diperlukan empat parameter
yaitu Cw (atau Rw), Cwb (atau Rwb), t dan Swb
2. 1, dpt dicari dengan menggunakan gambar silang netron-densitas.
3. Swb didpt dr bbrp pengukuran indikator lempung seperti yang dijelaskan dalam bab-15.
4. Rw didpt dr berbagai sumber spt yg dijelaskan dlm bab-bab sebelumnya. Rwb dicari dr
pembacaan resistivitas dilapisan 100% serpih. Kedua parameter ini biasanya ditentukan oleh
seorang Log-Analyst berdasarkan pengetahuan dan pengalaman suatu lapangan.
Cyberlook
Model dua-air dipakai pd komputer lapangan CSU sejak th 1978, dikenal sbg Cyberlook. Salah
satu masalah yang dihadapi oleh persamaan saturasi (16-6) model dua-air adalah bhw bila SWb =
SW,=100% mk scr matematis persamaan (16-6) tidak berfungsi. Masalah ini diatasi oleh Cyberlook dng
pendekatan yg lain yi: dng membandingkan rasio resistivitas formasi mengandung air 100% dng
Rw
resistivitas formasi total: Sw .......... (16-7)
Rt
Rwf .Rwb
Ro ………………(16-8)
.Rwb
Dimana
t 2
wb .Rwf 1
.S S wb
Rwf. pada prinsipnya sama dengan Rw hanya istilah Rwf digunakan untuk membedakannya dng
resistivitas air-ikat RWb. Untuk mengerti program Cyberlook dng rinci, silahkan membaca dokumen-
dokumen bersangkutan yg bisa diperoleh pd kantor-kantor Schlumberger terdekat. Model dua-air juga
dipakai pd Model VOLAN (Volumetric Analysis), GLOBAL dan ELAN (Elemental Log Analysis), ini akan
dibahas pada bab berikutnya.
Bab 17 Interpretasi dengan Komputer
17.1. Pendahuluan
Kelebihan interpretasi dng komputer adlh bhw suatu evaluasi thdp data sumur dpt dilaku- kan:
scr berkesinambungan lebih akurat hemat waktu untuk model yang kompleks
Dengan makin majunya teknologi komputer, program-program analisa log juga menjadi lebih
canggih dan mudah dioperasikan. Didalam bab ini akan dibahas scr singkat sejarah perkem bangan CPI
(Computer Processed Interpretation) terutama yg dikembangkan oleh Schlumberger, baik yang tersedia
pada komputer besar maupun komputer PC.
Field tape, pita data magnetik dr lapangan, biasanya berbentuk reel tape (pilihan lain adalah DAT, TK-
50, cartridge tape atau disket PC) dlm format LIS atau DLIS dng kerapatan 800, 1600 atau 6250
BPI (Bit Per Inch) untuk jenis reel tape.
Loading, proses pemindahan data dari pita magnetik ke hard-disk komputer dengan hanya memilih
file/informasi yang diperlukan.
Data Editing, proses penyuntingan data, koreksi terhadap perbedaan kedalaman dan perbaikan
terhadap data yang rusak misalnya cycle skiping dari kurva sonik.
Pre-processing, trdr dr rangkaian proses koreksi data krn pengaruh lubang bor thdp semua jenis
pengukuran mulai dr GR, SP sampai dng densitas-netron dan pencarian harga Rt, RX0, prorositas
N-D, sonik dsb, spt yg dijelaskan pada Bab-2. Hasil dari pre-processing ini dicetak keluar dan
dibandingkan dng data asli. Proses LQC sekali lagi dilakukan sebelum memasuki proses
selanjutnya. Dlm tahap ini biasanya dibikin gambar-silang (lihat Apendiks-IV) untuk menentukan
parameter yang diperlukan buat proses interpretasi.
Interpretation, model interpretasi dpt dipilih sesuai dgn pengalaman lapangan, kebiasaan dan hasil yg
diinginkan. Model-model CPI akan dibahas dlm paragraf selanjutnya, Tujuan interpretasi adlh
untuk mencari parameter saturasi, porositas efektif dan jenis litologi. Inter-pretasi lanjutan akan
menghasilkan juga parameter permeabilitas dan saturasi air-sisa.
Output, hasil dari interpretasi dpt berupa log yg menampilkan parameter-parameter saturasi air, litologi,
porositas total/efektif, permeabilitas dll, dan pita data magnetik yg mengandung semua parameter
dan hasil interpretasi. Suatu listing juga dilampirkan yg memberikan laporan tentang data-data yg
terkandung didalam pita data itu. Biasanya suatu hasil sementara (provisional result) diberikan kpd
langganan untuk disetujui ttg parameter-para meter yg dipakai (perubahan mungkin terjadi bila tdpt
masukan hasil UKL) kemudian hasil akhir (final result) dibuat.
Program SARABAND menggunakan model pasir-lanau-serpih dimana serpih dapat berupa lami-nated,
disperserd atau structural. Gambar 17.1.
Model dasar dr SARABAND adlh gambar-silang netron-densitas spt yg digambarkan pd gambar
17.2. Gambar ini memperlihatkan kelompok titik-titik data yang mewakili pasir, serpih dan pasir-serpihan.
Umumnya hanya ada 2 kelompok data yi: kelompok A mrpkan pasir dan pasir-serpihan dan kelompok B
sbgi serpih. Titik-titik data pada kelompok B sesungguhnya terdiri dari campuran mineral lempung,
air dan lanau. Lanau adalah mineral yang sangat halus umumnya terdiri dari kuarsa, tapi sering juga
terdiri dari feldspar,kalsit dan mineral lain. Secara pukul rata lanau memiliki sifat-sifat netron-densitas
seperti pasir kuarsa. Titik Q merupakan titik pasir dan titik Cl adalah titik serpih basah tanpa lanau,
sedangkan titik Sho adalah titik serpih dengan kandungan lanau maksimum.
Pd kelompok A, data dari serpih laminar akan jatuh pada garis Sd-Sho, disebelah kiri dari garis ini adalah
data lempung dispersi dan disebalah kanan merupakan daerah serpih struktural.
Daerah C merupakan daerah dimana data-data biasanya yang dipengaruhi oleh lubang jelek atau litologi
formasi yang dianalisa bukan lagi suatu formasi pasir-serpihan, melainkan karbonat, lignit dan
lain-lainnya.
17.3.1.2 Model CORIBAND
Model CORIBAND adlh program metode in-
ter pretasi litologi kompleks, termasuk
pasirserpihan. Berbeda dengan Saraband, program
ini memberikan porositas yg sudah dikoreksi thdp
pengaruh hidrokar bon didalam litologi standar
spt: silika, gamping, dolomit dan anhidrit dan
litologi lain yang diketahui. Model Coriband juga
menggunakan gambar silang netron-densitas
untuk mencari porositas dan densitas matriks.
Skala dari densitas matriks dibuat dengan cara
interpolasi nilai densitas keempat jenis mineral
diatas, lihat gambar 17.4, dari pasir silika 2.6 gr/cc
sampai dengan anhidrit 2.98 gr/cc.
Demikian juga nilai porositas. Keunikan dari gambar-silang ini adalah bahwa suatu titik data
log dpt diinterpretasi-kan menurut kombinasi dari dua jenis mineral yang menghasilkan harga porositas
yang cukup baik tidak tergantung pada jenis litologi. Misalkan titik A pada gambar 17.4, bila
dianggap litologinya terdiri dari campuran: (1) Gamping & dolomit, maka = 10.2% dan ρma =
2.76 g/cc. (2) Dolomit & pasir, maka =10.7% dan ρma = 2.77 g/cc dan (3) Pasir-anhidrit, maka
=11% dan ρma.-
=2.78%. dan seterusnya. Jadi jika diketahui formasi terdiri dari 4 jenis mineral tersebut tetapi tidak
diketahui denganpastikomposisinya, porositas titik A akan mempunyai nilai 10.6±0.4% nilai densitas
matriksnya 2.77± 0.01 g/cc. Satu hal yg perlu diingat, bhw titik A itu haruslah bersih dr serpih dan
pengaruh hidrokarbon sebel um bisa diterapkan pd gmb 17.4. Silahkan baca kembali Bab-15 (ttg koreksi
lempung & Hidrokarbon).
Gambar 17.7 Hasil VOLAN
Gambar 17.5 Contoh Hasil Coriband
Kemampuan program ELAN hanya terbatas pd hukum matematis, bhw jumlah bilangan anu hrs
sama atau lebih kecil dari pada jumlah persamaan matematik yang tersedia Misalnya bila
formasi hanya tdr dr batuan gamping dan air mk bilangan anu yg hrs dicari adlh: Volume gamping
(Vcalcite) dan porositas (), untuk itu kita perlu paling sedikit 2 persamaan tanggapan, atau kita harus
mempunyai kurva log yang bisa memberikan dua persamaan itu. Kita pilih kurva densitas RHOB,
persamaan tanggapannya adalah: ρB = ρma.. • (1- ) + ρf. Vcalcite = 1 -
Makin rumitnya suatu model interpretasi, makin banyak kurva log (persamaan tanggapan) yg diperlukan.
Modul interpretasi ELAN dibagi dalam tiga kelompok:
1. Modul Solid, tdr dr volume mineral. Jenis mineral yg tersedia dalam program ada 22 jenis, misalnya
Pasir, Gamping, Ilit, Kaolinit, Semectit, Dolomit, Batubara, Serpih, Lanau, Albit, Orthoclase, dan lain-
lain.
t or TOOLS = log measurements
v or VOLUMES = the volumetric constituents of the formations
r or RESPONSE= response equations relating tools,
volumes and parameters ELAN= Inverse solver RECON - Forward solver (included
inside ELAN program) CALPAR = Parameters Solver (external program)
Gambar 17.11
.
2. Modul Fluida, terdiri dari fluida pd
daerah rembesan dan daerah tak-
terembesi yg bisa berupa air,
minyak dan air atau fluida khusus
lainnya. Komponen air ini
kemudian dibagi lagi menjadi
filtrasi lumpur dan air formasi (air-
bebas, air-ikat dan air sisa).
3. Modul Saturasi, tersedia persamaan
model dua-air sederhana,
Indonesia, Waxman-Smits, Archie
Linier dan Simandoux
Karena program ELAN telah
menjadi program interpretasi yang
makin populer karena program itu
begitu fleksibel dan berkemampuan
menyelesaikan masalah interpretasi
yang run-tit, mudah diterima dan
dipelajari oleh seorang log analis.
Saat ini program ELAN
tersedia pada komputer mainframe
dan workstation.
Untuk mengetahui lebih rinci
mengenai program ELAN ini, dapat
dibaca buku ELAN User's Guide,
terbitan Schlumberger Data Services
1992
Bab 18 Contoh Interpretasi
Contoh formasi QCD (Quartz Calcite Dolomite)
Sumur: Seminar-1
Log yg tersedia: 1. DLL-MSFL-GR (Gbr 18.1) 2. LDL-CNL-GR (Gbr 18.2) 3. NGS (Gbr
18.3)
Informasi dari kepala-log: Ukuran Pahat (BS) = 8,5 inci, Densitas Lumpur = 9.0 g/cc Resitivitas Lumpur =
0.285 ohm-m pada 90°F, Filtrasi lumpur 0.20 ohm-m pada 87°F, Kerak Lumpur = 0.455 ohm-m pada
87°F, Kandungan Barite = tidak ada, Temperatur BHT 234°F
Tujuan : Mencari litologi, Rw, dan Sw, dengan metode (1). Interpretasi pintas, (2). Koreksi pengaruh
lubang bor terhadap kurva resistivitas dan porositas. (3). Koreksi lanjutan terhadap pengaruh
lempung dan hidrokarbon terhadap porositas.
Sebelum dimulai suatu interpretasi hendaklah dilakukan LQC terlebih dhl thdp semua data yang ada.
LQCKarena tidak terdapat lampiran kalibrasi alat, maka LQC langsung diadakan pd tanggapan
masing-masing kurva (baca Apendiks III).
Kurva SP
SP pada log DLL-MSFL-GR tidaklah aktif, hampir tidak terlihat penyimpangan SP di daerah
formasi air bersih, jika bukan disebabkan karena kelainan alat SP, maka tentulah gejala SP yang
lurus ini memberikan indikasi bahwa Rw, mendekati Rmf. Dari kepala-log diketahui bahwa Rmf
pada BHT adalah 0.08, maka nilai Rw, yang kita cari pastilah tidak jauh dari harga ini.Terjadi
pergeseran mekanik pada SP dikedalaman 5764 ft.
Kurva GR
Tampaknya tidak ada masalah dengan data GR, pada umumnya pembacaan GR cukup konsisten
sesuai dengan perubahan litologi dari satu lapisan permeabel ke lapisan yang lain. Terdapat dua
buah kurva sinar gamma, yang satu adalah GR biasa disebut SGR dan lainnya adalah CGR, kedua-
duanya dihasilkan oleh alat NGT. Perbedaan SGR dng CGR memberikan indikasi pengaruh en-
dapan mineral radioaktivitas. Misalnya formasi diatas 5750 feet sesungguhnya sangat bersih karena
memiliki CGR yang sangat rendah. SGR minimum adalah 12 GAPI, maksimum mencapai 150 GAPI.
Kurva Caliper
Didaerah bersih kaliper membaca kurang dari 8.5 inci memberikan indikasi terbentuknya kerak
lumpur dan lapisan itu permeabel. Sedangkan didaerah serpih, pembacaan kaliper lebih besar dari
8.5 inci, malah sedikit washed-out pada lapisan serpih 5755 ft.
Kurva MSFL
Bila harga Rmf dr kepala-log dpt dipercayai, mk kita bisa LQC kurva MSFL dng menggunakan rumus
Archie pd daerah bersih dan hanya mengandung air. Kita ambil interval 5820-5830 ft. yang diduga
Rmf Rmf 0.08
hanya mengadung air: Sxo 1 atau Rxo = = 1.1
0.27 2
2
2.Rw
Dapat dilihat bahwa nilai Rxo ini tidak jauh berbeda dengan pembacaan MSFL di interval ini.
Kesimpulan bahwa alat MSFL memang berfungsi dengan baik sekali.
Kurva LLS dan LLD
Kedua kurva ini secara konsisten membaca nilai yang rendah pada formasi air bersih dan tinggi
pada formasi mengandung hidrokarbon. Separasi antara kedua kurv a ini memberikan
indikasi terjadinya rembesan.-Oleh karena itu LLD Rt karena masih perlu dikoreksi terhadap
rembesan. Pembacaan LLD selalu lebih tinggi daripada LLS merupakan gejala yang normal.
Dibeberapa daerah kurva-kurva resistivitas menjadi sangat tinggi, memberikan indikasi adanya
mineral lain selain QCD, dalam hal ini adalah batu-bara.
Kurva NPHI, RHOB, DRHO dan PEF
Separasi NPHI dan RHOB di lapisan permeabel (interval 5938 s/d 5910 m) berkisar antara +6 s/d 7
p.u., kurva PEF membaca sekitar 1.85 memberikan indikasi batuan pasir bersih mengandung air.
Pada interval 5680-5665 m, separasi kedua kurva porositas hampir tidak ada dan pembacaan PEF
sekitar 5, formasi ini adalah gamping, apakah ini sesuai dengan laporan pemboran (mud log) ?
Kurva DRHO yang memberikan indikasi koreksi yang diterapkan pada kurva RHOB, berkisar diantar
nilai nol, artinya pengaruh lubang bor (keraklumpur dan pelebaran lubang bor) tidak besar.
Kurva DT
Tidak teramati gejala cycle skipping, pembacaan DTpada daerah pasir (5934 ft) memberikan nilai 92
gs /ft, bila dikonversikan ke porositas pasir memberikan harga yang serupa dengan hasil porositas
gabungan netron-densitas.
Kurva THOR, POTA dan URAN
PembacaanTHOR, POTA & URAN sangat rendah pd lapisan karbonat atas, sedangkan pd lap
serpih ke-3 kurva ini memberikan harga yg tinggi spt yg diharapkan. Kurva rasio UPRA (Uranium
Potassium RAtio), TURA & TPRA dengan jelas memberikan indikasi dari lapisan batubara.
Pencocokan kedalaman (Depth Matching)
Tidak terdapat perbedaan kedalaman yg menyolok dari semua kurva-kurva diatas. Perbedaan
sampai dng 50 cm atau 1 kaki masih diperkenankan untuk jenis pengukuran resolusi rendah.
Setelah kita yakin dengan kualitas dari semua kurva yang akan dipakai dalam interpretasi, tahap
berikutnya adalah pengisian kertas kerja.
I. Kertas Kerja-1, Interpretasi Pintas
Sesuai dengan istilahnya, interpretasi pintas ini dapat dilakukan di lapangan secara cepat dengan
atau tanpa kalkulator, dan tidak diadakan koreksi pengaruh lubang bor, jadi:Rt = LLD, Rxo = MSFL,
= porositas gabungan densitas-netron m=n=2, a=1
Catatan tentang porositas:
1. Pendekatan = (N + D)/2 adalah benar pada lapisan gamping mengandung air
2. Porositas gabungan pada formasi gas adalah = (2 N + 7 D) /9.
Diskusi
Seperti yang dijelaskan pada Bab-5 bahwa pendekatan = (N + D)/2 tidak tergantung pada
jenis litologi, sehingga D dan N bisa dibaca langsung dari log densitas-netron yang biasanya direkam
dalam satuan gamping. Apakah terdapat perbedaan yang besar jika kita mengubah terlebih dahulu
litologi dari gamping ke pasir atau dolomit ? Jawabannya tidak banyak. Kita perhatikan gambar silang
CP-le, sebagai contoh kita ambil level B dari kertas kerja-1, N = 21 (gamping) dan D = 29.3 (gamping),
rata-rata = 25.1, sedangkan kalau dikonversikan ke batuan-pasir nilai N bertambah = 26.2 dan D
berkurang menjadi 26.5 atau rata-rata = 26.3. Jadi perbedaannya adalah kurang dari 5%.
Harga Rw
Sudah diterangkan didepan bahwa karena kurva SP hampir rata, maka nilai Rw dari SP adalah
mendekati nilai Rmf pada suhu BHT, yaitu mendekati 0.08 ohm-m. Metode lain untuk mencari Rw adalah
Rt 1.7
dengan metode rasio, diambil pada level air B Rw Rmf Rw = 0.08. = 0.136
Rxo 1
=0.11
Rt 1
a
Dari ketiga metode ini dapat disimpulkan bahwa harga Rw adalah berkisar antara 0.11
(Metode SP mendapatkan nilai Rw 0.08, metoda Rasio Rw = 0.136, dan Rwa menghasilkan 0.11)
Dalam pembahasan lebih lanjut kita akan melihat bahwa metode rasio dan Rwa akan memberikanhasil
yangberbeda jika nilai Rtdan Rxo yangbenar sudah diketahui. juga akan tampak bahwa sesungguhnya
salinitas air pada lapisan pasir dan karbonat adalah tidak sama.
Saturasi Air
a.Rw a.Rmf
Dalam metode pintas ini kita cukup menggunakan rumus Archie: Sw dan Sw
.Rt
m
m .Rw
(dng a=1; m=n=2) atau menggunakan grafik Sw-lb. Hasilnya ditampilkan dlm Kertas Kerja-1
Pertanyaan
1. Apakah kelebihan dan kelemahan dari metode ini ?
2. Bagaimana hubungan antara SW dan Sxo ? Apakah Sxo >- SW ? Mengapa ?
3. Bila terjadi Sxo < Sw, kira-kira apa yang menyebabkannya ?
Porositas Sonik
Porositas Sonik didapat dengan menggunakan grafik Por-3: masukan harga t pada sumbu datar, tarik
garis lurus hingga memotong kurva litologi yang sesuai, lalu nilai dibaca pada sumbu tegak.
Nilai porositas dari sonik diharapkan lebih besar atau sama dengan porositas densitasnetron. Bila tidak,
kemungkinan terdapat porositas sekunder, yang besarnya bisa dicari dari hubungan 2 =t -S, seperti
yang telah dibahas pada bab porositas.
Porositas sonik dalam latihan ini tidak dipakai sama sekali, ia hanya diperlukan bila densitas-netron
gagal memberikan porositas-benar karena lubang jelek misalnya.
Kesimpulan
Didalam latihan ini kita melihat bahwa interpretasi metode pintas sudah cukup memadai untuk
memberikan jawaban cepat di lapangan. Selanjutnya pada latihan kedua kita akan memulai koreksi
pengaruh lubang bor tehadap kurva resistivitas dan densitas-netron, kemudian hasilnya di bandingkan
dengan latihan pertama.
Tabel-1
Latar Belakang
Sebelum program CSU versi CP30 diperkenalkan, di lapangan hanya tersedia porositas NPHI
yang dijabarkan dari rasio cacah partikel netron dua detektor sesuai dengan matriks batuan tertentu
(misalnya gamping) dan koreksi lubang denganbantuan kaliper. Koreksikoreksi lain seperti koreksi
terhadap kerak lumpur, salinitas, tekanan dan temperatur hanya dapat dilakukan dengan bantuan
komputer besar atau secara grafik.
Permasalahan
Pengamatan di laboratorium akhir-akhir ini ternyata menunjukkan bahwa:
1. Tanggapan matriks alat netron tergantung pd salinitas air formasi dan penyerapan thermal
disamping litologi.
2. Koreksi salinitas air formasi dan penyerapan thermal adalah sangat penting.
3. Standoff (jarak alat ke dinding sumur) alat dalam lubang bor juga penting.
4. Koreksi standoff berubah sesuai dengan besar lubang.
Pemecahan Masalah
Suatu perubahan total thdp tanggapan alat netron dan koreksi lubang bor telah dilakukan ber-
dsrkan percobaan laboratorium thdp 467 contoh pengukuran dan simulasi model-model matematika.
Koreksi standoff otomatis sekarang dapat dilaksanakan kalau alat PCD (Powerd Caliper Device)
terpasang juga dlm rangkaian alat logging. Koreksi penyerapan thermal dpt dilaksanakan juga jika besar
an Sigma ditentukan. Konversi rasio ke porositas terkoreksi sekarang menjadi lebih akurat. Koreksi-korek
si ini dpt diikutkan didlm TNPH yg merupakan salah satu output dari program CSU sesudah versi CP30.
Catatan Krn transformasi matriks baru berbeda antara NPHI yg tradisional dng TNPH yang baru,
pemakai jasa logging akan mengamati perbedaan pembacaan antara NPHI dan TNPH. Walaupun
TNPH lebih disukai, kedua porositas masih juga dipertahankan dalam program sesudah versi CP30.
Penggunaan Graft Koreksi Netron Untuk log dengan label NPHI:
1. Jika porositas netron tidak dilabel dengan "limestone", maka gunakan grafik Por-13a untuk
merubah harga NPHI ke "Satuan Limestone".
2. Kemudian gunakan grafik Por-14e untuk merubah NPHI ke TNPH.
3. TNPH yang diperoleh kemudian dimasukkan ke Por-14c dan Por-14d untuk mendapatkan TNPH
yang terkoreksi terhadap semua pengaruh lubang bor, termasuk standoff
4. Terakhir, gunakanlah Por-13b untuk konversi matriks ke sandstone atau dolomite sesuai dengan
litologi formasi.
Apendiks-III Tentang LQC (Log Quality Control)...
Dahulu, kualitas dr hasil logging sering diartikan sbgi kemampuan dari perusahaan logging tsbt dlm meng
hindari kerusakan alat selama proses logging shg menghemat waktu pemboran (rig time). Kecende
rungan yg berlebihan dlm mengurangi rig-time tsbt sering mengorbankan kualitas dari data logging.
Perlu ditekankan disini bhw yg dimaksud dengan konsep Kendali-Mutu adalah Kualitas Total
yang mencakup: • Efisiensi kerja (mengurangi kerusakan alat, menghemat rig-time) • Kualitas data
(kualitas intrinsik dari data) • Relevansi dari data (data yang berisi, yang relevan dengan formasi)
Secara umum definisi dari LQC adalah: metode untuk identifikasi dan analisa deviasi data dari
harga patokan dan kerangka solusi dari masalah yang timbul.
LQC dari data logging dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
1. LQC statis,pemeriksaan atas data-data2 kalibrasi dari alat.
2. LQC dinamis, pemeriksaan atas kurva log pd setiap kedalaman yg relevan dng kondisi formasi.
1. LQC Statis
Setiap alat ukur harus dikalibrasikan terhadap suatu besaran fisika yang standar, misalnya alat ukur
panjang (meteran) dikalibrasikan terhadap sebatang logam dengan dua buah tanda goresan yang
tersimpan di Paris sebagai definisi panjang satu meter.
Untuk alat-alat pengukuran di dunia perminyakan, lembaga yang berwenang menentukan
standar pengukuran adalah API (American Petroleum Institute). Semua alat logging dikalibrasikan
terhadap standar API yang biasanya terdapat di HoustonTexas, disebut standar primer. Standar
sekunder yang mudah dipindah-pindahkan dibuat sesuai dengan standar primer. Beberapa jenis alat
logging bahkan memiliki standar tersier yang dapat dibawa ke lapangan.
Kalibrasi terhadap standar sekunder sering dilaksanakan didalam workshop perusahaan logging
disebut MA5rER atau SHOP CALIBRATION. Di lap sebelum proses logging dimulai, dilakukan kalibrasi
ulang dng menggunakan standar tersier, tahap ini disebut BEFORE SURVEY CALIBRATION. Setelah
proses logging selesai, kalibrasi sekali lagi dilakukan yang disebut AFTER SURVEY CALIBRATION.
Hasil BEFORE dan AFTER SURVEY CALIBRATION kemudian dibandingkan untuk mendapatkan suatu
gambaran tentang konsistensi alat logging selama proses logging. Lihat Gambar-1.
Toleransi kalibrasi alat-alat logging Schlumberger diberikan didalam Tabel-1. Toleransi ini dapat
berubah sesuai dng perkembangan alat logging yg menghasilkan kurva tsb. Misalnya, kurva MSFL yg di
hasilkan oleh alat SRS tdk sama dng yg dihasilkan oleh alat SRT. Perusahaan logging wajib memberikan
informasi yg lengkap mengenai toleransi alat logging spt Log Quality Reference Manual dr Schlumberger.
2. LQC Dinamis
Pemeriksaan kualitas log
tdk cukup hanya berdsrkan
angka-angka yg tercantum
pd SHOP, BEFORE dan
AFTER SURVEY CALIBRA-
TION SUMMARY. Krn bila
terjadi kesalahan pd prose-
dur kalibrasi atau pemilihan
parameter masukan yg sa-
lah, akan mengakibatkan ke
salahan sistematik pd data
yg terekam (contoh soal pd
Table-1). Shg kebiasaan yg
paling baik adalah melaku-
kan LQC tanggapan kurva--
kurva log pd formasi batuan
Contoh log dari lapangan, diketahui litologi lapisan adalah batuan pasir: yg telah diketahui.
Seperti dijelaskan pada Bab-4, latihan 4-1,bahwa bila litologi suatu formasi diketahui, misalkan batuan
pasir bersih mengandung hanya air, maka kurva GR akan membaca rendah, kurva PEF membaca
sekitar 1.85 dan separasi porositas netron-densitas adalah +7 p.u. gamping.
Contoh log dari lapangan, diketahui litologi lapisan adalah batuan pasir:
Contoh soal
Ada dua parameter litologi masukan yang sangat penting didalam logging netron-thermal yaitu MATR
dan POUT. MATR (Matrix) adalah parameter litologi yang berhubungan dengan skala data masukan,
misalnya MATR=LIME mempunyai arti bahwa skala porositas yang dipakai adalah limestone-compatible.
Pemilihan MATR ini harus sesuai dengan satuan porositas litologi yang digunakan saat kalibrasi SHOP,
yg umumnya adlh LIMESTONE. POUT adlh paramter yg berhubn dng skala data keluaran. Ketidak pa-
haman ttg pemilihan ke-2 parameter ini akan berakibat fatal pada data yang direkam saat logging seperti
yang ditunjukkan pada Table-1 dibawah ini dengan asumsi bahwa NPHI sesungguhnya = 20.0
MATR\POUT SAND LIME Tabel-1
SAND 20.0 15.8 Contoh akibat kesalahan dalam pemilihan
parameter MATR dan atau POUT
LIME 24.4 20.0
Disamping LQC terhadap data-data logging, umumnya LQC total termasuk juga LQC terhadap:
1. Penampilan Log harus bersih, jelas dan tajam
2. Presentasi Log sesuai standar API
3. Kelengkapan data sumur pada kepala log
4. Validitas dari kalibrasi Shop
5. Kualitas dari data yang terekam pada pita magnetik
Selain buku referensi LQC yg diterbitkan scr berkala oleh perusahaan logging, salah satu buku tentang
LQC yg perlu dibaca adlh Log Data Acquisition And Quality Control oleh Philippe P. Theys, tahun 1991.
GambarIV-4
Apendiks VI
Daftar Istilah Yang Dipakai
batugamping limestone skala yang cocok compatible scales
batupasir sandstone penggaris scale transparent
batuan rock formasi formation
serpih shale evaluasi evaluation
lempung clay corak grids
lempung basah wet clay skala scales
lempung kering dry clay bagan traces
lanau silt simbol symbols
illit illite kolom log tracks
kalsit calcit sonik sonik
kuarsa e
quartz sinar gamma gamma ray
dolomit dolomite induksi induction
ketakpastian uncertainties hidrokarbon-pindah moved hydrocarbon
persamaan tanggapan response hidrokarbon-sisa residual
harga baku equation default landaian hydrocarbon
air-ikat value bound rekahan gradient
air-bebas water
free water tengah-lubang centered
densitas density garis serpih shale base
porositas porosit lapisan-bahu line shoulder
resistivitas yresistivity gangguan sonik beds
cycle skipping
model dua-air dual water matrik (batuan) matrix
patokan model kerak-lumpur mudcake
singkatan/istilah predefined filtrasi lumpur mud
berhubungan mnemonic
associate interpretasi filtrate
quicklook
gambar-silang d pintas ion interpretation anion
paragraf crossplot positif ion cation
bab section
chapter negatif
saturasi air sisa irreducible water
saturation
rasio ratio log lumpur mud logs
koheren coherent perolehan hidrokarbon hydrocarbon recovery
takkoheren incoherent pelubangan/perforasi perforating sheave
histogram histogram roda-katrol wheels
ketelitian precision permiabilitas permeability
bobot weight formasi rapat consolidated formation
grafik chart batuan-sumber source rocks
tekstur texture air-hilang water loss
Karbonat bergerohong vuggy carbonate kepala-log log heading
zona/lapisan rembesan invaded zone air tawar fresh water
zona/lapisan asli virgin/univaded zone resistivitas-sesungguhnya true resistivity
keulangan repeatibility konduktivitas conductivity
rekonstruksi reconstructed log lapangan acquisition logs
lumpur-air water based mud litologi lithology
lumpur-minyak oil based mud tak-permeabel impermeabel
lubang jelek badhole pencocokan kedalaman depth matching
terkikis/hancur washedout kurva curve .
kelajuan velocity jendela energi energy windows
porositas sekunder secondary porosity gelombang mampat compressional waves
kurva penuh solid curve gelombang shear shear waves
formasi bersih clean formation interpretasi interpretation
kejenuhan/saturasi saturation arus pengawal bucking current
lubang-buka openhole arus utama measured current
lubang-selubung casedhole elektroda electrodes
antar butir intergranular koreksi lubang bor environmental correction
gerowong vugular porositas-sesungguhnya true porosity
buku-grafik chartbook formasi kandung air water bearing formation
lubang sumur borehole
Acuan:
3. The Essentials of Log Interpretation Practice, Services Techniques Schlumberger 1972, France
4. Basic Log Interpretation Seminar, Schlumberger Educational Services, 1986 5. Oilfield Review,
Schlumberger, July 1989 6. Data Services Catalog, Schlumberger Educational Services, 1990,
USA 7. Clay, Silt, Sand, Shales, by O. Serra, Schlumberger,1990 8. Log Data Acquisition And
Quality Control, by Ph. Theys, 1991 9. Log Quality Control Reference Manual,
Schlumberger,
1989 10. ELAN User's Guide, Schlumberger Educational Services,
1992
Resolusi Tinggi
Salah satu kelebihan alat logging teknologi baru adalah ketajaman atau resolusi data yang Iebih
baik. Mengapa resolusi tinggi ? Apa nilai tambahnya ? Apa manfaat bagi perhitungan cadangan ?
Contoh di bawah ini membandingkan alat logging resistivitas umum (DIT) dengan FMI dengan
jelas menjawab semua pertanyaan di atas:
Pertanyaan:
Berapakah tebal lapisan reservoar ini ?