Klaim Konstruksi PDF
Klaim Konstruksi PDF
Oleh :
Ir. H. Nazarkhan Yasin
1. Pendahuluan.
Di negara-negara Barat dimana Industri Jasa konstruksi sudah berkembang dengan pesat dan menggunakan
teknologi yang serba canggih, masalah klaim sudah lama dikenal dan sudah merupakan suatu masalah biasa
yang terjadi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
Para Penyedia Jasa di negara-negara tersebut bersaing sangat ketat satu sama lain
dalam usaha memenangkan tender untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Hampir
semua Penyedia Jasa menguasai teknologi dan seluk beluk Jasa Konstruksi sehingga
perbedaan harga penawaran pada waktu tender tidak lagi karena perbedaan harga
suatu pekerjaan tetapi karena persaingan dalam efisiensi mengerjakan pekerjaan
tersebut.
Dengan kata lain, perusahaan jasa konstruksi yang paling efisienlah yang dapat
menekan harga suatu pekerjaan sehingga menjadi murah yang memungkinkannya
memenangkan tender, bukan karena perbedaan mutu pekerjaan itu sendiri.
Akhir-akhir ini persaingan harga karena efisiensi inipun sudah semakin ketat
sehingga harga penawaran yang masuk hampir-hampir sama nilainya.
Oleh karena itu beberapa perusahaan Jasa Konstruksi mencari keuntungan bukan
dari efisiensi tapi dari kejeliannya melihat peluang klaim yang besar pada waktu
tender.
Setelah dia yakin bahwa peluang klaim tersebut cukup besar memberikan
keuntungan maka harga penawarannya pada waktu tender ditekan sehingga jauh
dibawah penawaran lain, sehingga dia menang. Setelah menang tender dia menyusun
struktur klaim yang memang sudah direncanakan.
Di Perancis ada 2 perusahaan besar yang demikian jelinya menyusun klaim, sampaisampai dijuliki Claim Artist.
Salah satu perusahaan tersebut memenangkan tender pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Air di Indonesia dengan harga yang jauh di bawah perusahaan lain.
Kabarnya klaim yang diajukan dan diterima nilainya setelah ditambah dengan nilai
kontraknya lebih tinggi dari nilai Penawar lain yang kalah.
Bagaimana masalah klaim di Indonesia ?
Kita di Indonesia terlanjur banyak yang mengartikan klaim sebagai suatu tuntutan.
Oleh karena itu klaim menjadi sesuatu yang tabu.
Banyak Pengguna Jasa (Pemerintah) yang kurang senang apabila Penyedia Jasa
mengajukan klaim. Tidak jarang terjadi Penyedia Jasa tersebut pada kesempatan
berikut tidak disertakan lagi dalam tender karena sering mengajukan klaim. Inilah
sebabnya di Indonesia sampai ditahun-tahun delapan puluhan sampai awal tahun
sembilan puluhan Penyedia Jasa takut mengajukan klaim.
Padahal sebagaimana akan kita lihat dalam uraian selanjutnya arti sesungguhnya
dari klaim tak lebih dari suatu permintaan.
Dalam uraian selanjutnya akan kita bahas pertama-tama mengenai perkembangan
klaim di tanah air kita, kemudian dilanjutkan dengan cara pengelolaan klaim,
pengertian klaim, kategori klaim dan sebab-sebab timbulnya klaim. Juga akan
diuraikan cara-cara menyelesaikan sengketa konstruksi melalui arbitrase.
2. Perkembangan Klaim di Indonesia.
Berbicara mengenai perkembangan klaim di Indonesia, kita perlu menengok secara singkat perkembangan
Industri Jasa Konstruksi itu sendiri .
Sejak kita merdeka, perkembangan Jasa Konstruksi dapat kita bagi dalam 5 periode, yaitu :
Dalam periode ini sistim ketatanegaraan kita melaui Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 kembali ke UUD
1945. Presiden Soekarno mulai melakukan pembangunan yang dikomandoi sendiri. Kita catat beberapa
pembangunan Hotel megah (Indonesia, Samudera Beach, Ambarukmo,Bali Beach), Jembatan Semanggi,
Wisma Nusantara, Gelora Bung Karno, Proyek Ganefo (sekarang Komplek MPR/DPR). Sayangnya proyekproyek tersebut tidak banyak bermanfaat untuk rakyat banyak kecuali Bendungan Jatiluhur, Karangkates,
Asahan. Industri Jasa Konstruksi mulai bangkit namun terbatas pada perusahaan-perusahaan Belanda yang
di nasionalisasikan.
Dapat dikatakan dalam periode inilah mulai tumbuh industri jasa konstruksi secara
definitif. Perusahan-perusahan Belanda yang diambil alih pada tahun 1959 dan
berstatus Perusahaan Negara (PN) diubah statusnya menjadi Persero.
Pekerjaan tidak lagi dibagi tapi ditenderkan. Mulailah persaingan antar BUMN. Kemudian swastapun mulai
bangkit, termasuk swasta asing. Proyek-proyek banyak yang menggunakan dana dari luar negeri.
pelaksanaannya ; PP No. 28/ 2000, PP No. 29/ 2000 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Ini suatu ironi. Dahulu selama 32 tahun
Industri Jasa Konstruksi berkembang tanpa ada peraturan-peraturan
yang baku. Sekarang pada saat Industri Jasa Konstruksi berhenti justru dibuat
peraturan perundangan sebagai rujukan.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa walaupun Industri
Jasa Konstruksi di negeri kita telah berkembang selama + 32 tahun klaim
konstruksi baru mulai muncul beberapa tahun terakhir (awal tahun 1997).
3. Pembahasan Klaim Konstruksi.
3.1 Umum.
3.1.1 Klaim konstruksi dapat terjadi antar para pihak yang berkontrak. Tegasnya klaim mungkin saja datang
dari pihak Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa atau sebaliknya. Jadi tidak benar bila klaim hanya datang
dari pihak Pengguna Jasa atau sebaliknya hanya Pengguna Jasa yang boleh mengajukan klaim.
3.1.2 Disamping itu klaim dapat juga terjadi dari pihak lain diluar kontrak seperti Konsultan
Pengawas/Perencana, para Sub Penyedia Jasa terhadap Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa.
3.1.3 Arti klaim sesungguhnya adalah permintaan/permohonan mengenai biaya, waktu dan atau kompensasi
pelaksanaan diluar ketentuan tercantum dalam kontrak konstruksi. Jadi adalah suatu kekeliruan/salah
pengertian yang menganggap klaim adalah suatu tuntutan. Memang benar klaim adakalanya berakhir dengan
suatu tuntutan baik melalui suatu Badan Peradilan atau Lembaga Arbitrase apabila permintaan tersebut
tidak dikabulkan.
3.1.4 Pengajuan klaim dapat dengan berbagai cara dan yang paling sederhana berupa permintaan lisan
sampai dengan permintaan yang disusun secara tertulis lengkap dengan data pendukungnya.
3.1.5 Para pihak didalam suatu kontrak konstruksi lebih menyukai pemecahan secara damai tanpa melalui
Badan Peradilan. Mereka menginginkan terdapat keputusan yang cepat, karena penyelesaianmelalui
Pengadilan disamping memakan waktu dan biaya, permasalahannya semakin terbuka untuk umum.
Penyelesaian melalui Arbitrase lebih disukai karena disamping waktu lebih pendek, para arbiter dapat dipilih
yang profesional dan keputusannya adalah final dan mengikat para pihak. Upaya hukum dalam bentuk
apapun bila telah keluar keputusan arbitrase tidak diperkenankan (berbeda dengan Pengadilan yang
memungkinkan banding, kasasi atau Peninjauan Kembali).
3.1.6 Mengenai klaim ini Robert D. Gilbreath dalam bukunya yang berjudul MANAGING CONSTRUCTION
CONTRACTS pada halaman 203 - 204 menulis sebagai berikut :
KLAIM-KLAIM
Dalam konteks suatu kontrak konstruksi, kedua belah pihak dapat mengajukan klaim satu sama lain.
1. Penyedia Jasa boleh mengajukan tambahan waktu pelaksanaan atau tambahan
kompensasi dari Pengguna Jasa, atau beberapa konsesi seperti pengurangan dari
persyaratan teknis atau spesifikasi bahan.
2. Pengguna Jasa boleh klaim pembebasan dalam pengertian pengurangan nilai kontrak dan
atau percepatan atau penundaan dari pelaksanaan Penyedia Jasa.
Tentu saja, banyak pihak lain baik secara terikat kontrak atau lainnya boleh mengajukan klaim satu sama lain
baik kepada Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa, termasuk para Sub-Penyedia Jasa Konstruksi Perencana atau
konsultan hukum.
Pembicaraan kita dititik beratkan pada klaim-klaim yang paling biasa selama masa pelaksanaan - dari Penyedia
Jasa kepada Pengguna Jasa atau sebaliknya. Prinsip-prinsip yang sama dari pembelaan atau pengajuan klaim
yang disajikan disini juga digunakan pada mayoritas dari keadaan klaim-klaim lainnya.
Klaim tidak lebih dari suatu permintaan atau pemohonan mengenai biaya, waktu atau kompensasi pelaksanaan
atas sesuatu yang telah diberikan atau dimaksud dari salah satu pihak dalam kontrak kepada pihak lain.
Klaim-klaim dapat disajikan dalam setiap macam bentuk, mulai dari yang tidak resmi atau bahkan permintaan
lisan sampai kepada paket dokumen klaim yang disusun secara rapi.
Kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah klaim itu secara alamiah adalah berupa tuntutan hukum dengan
pengertian salah satu pihak menggugat pihak lain atas suatu kerusakan dalam rasa hukum. Sebetulnya bukan ini
kasusnya.
Walaupun beberapa klaim memburuk sampai suatu titik dimana permintaan membutuhkan tindakan hukum atau
arbitrase, kebanyakan diselesaikan jauh sebelum hal ini terjadi.
Kebanyakan mayoritas klaim yang diprakarsai oleh Pengguna/ Penyedia Jasa diselesaikan melalui perundingan
mematuhi ketentuan-ketentuan atau pendekatan yang disetujui bersama mengenai waktu dan biaya pelaksanaan
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
Dalam daerah hukum dan ancaman hukum, kebanyakan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa menyadari
penyelesaian tanpa melalui jalur hukum sangat lebih dikehendaki. Kedua belah pihak biasanya menderita jika
klaim berlangsung atau dialihkan kedalam tuntutan hukum.
Tujuan setiap orang yang bersangkutan haruslah mengerti situasi klaim secepatnya dan menyelesaikannya
selekas mungkin.
Bagi para Pengguna Jasa tuntutannya mungkin lebih sederhana :
Apakah anda lebih suka mendapatkan penyelesaian proyek atau memaksakan klaim lewat pengadilan ?.
Kebanyakan para Pengguna Jasa yang layak akan memilih yang tersebut pertama. (Terjemahan bebas N. Yasin)
3.2. Kategori Klaim.
Sebagaimana telah disinggung dalam butir 3.1, klaim dapat terjadi dari Pengguna Jasa terhadap Penyedia
Jasa atau sebaliknya. Berdasarkan hal ini klaim dapat dikategorikan dalam 2 hal yaitu :
3.2.1 Dari Pengguna Jasa terhadap Penyedia Jasa berupa :
a. Pengurangan nilai kontrak
b. Percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
Sebagaimana halnya dengan perubahan-perubahan pekerjaan, klaimklaim berasal dari mana saja. Ada banyak sebab-sebab klaim, tetapi hampir
seluruhnya mempunyai dasar dengan dugaan bahwa tindakan-tindakan,
pengurangan-pengurangan, oleh salah satu pihak dalam kontrak atau
yang kurang sering terjadi oleh pihak ketiga, tindakan-tindakan Tuhan
atau lainnya menyebabkan pihak yang mengajukan klaim menderita
kerugian. Dalam suatu lingkungan proyek konstruksi yang sangat
kompleks memberikan tekanan waktu dan biaya pada semua pihak dan
menyadari banyak sekali hubungan, tanggung jawab, kewajiban dan saling
ketergantungan sehingga mudah terlihat mengapa klaim-klaim adalah
sama biasanya dengan menggambarkan suatu pemandangan konstruksi
seperti beton dan penulangannya.
Pertama-tama mari kita bahas kasus di mana Pengguna Jasa melakukan
klaim kepada Penyedia Jasa, karena hal ini sangat kurang biasa
dibandingkan situasi klaim yang di bicarakan sebelumnya.
Biasanya Pengguna Jasa mengajukan klaim-klaim terhadap para Penyedia
Jasanya (dan dalam hal tersebut biro teknik atau konsultan lain) salah satu
atau lebih sebab-sebab berikut :
1. Pekerjaan yang cacat.
Para Pengguna Jasa yang tidak puas dengan apa yang dihasilkan Penyedia
Jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian termasuk biaya
perubahan, penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang cacat.
Dalam banyak kejadian pekerjaan tidak sesuai spesifikasi tersebut
dalam kontrak atau hal lain yang tidak cocok dengan maksud yang di
tetapkan. Kadang-kadang barang-barang atau jasa yang diminta tidak
sesuai garansi/jaminan dari Penyedia Jasa atau pemasoknya.
2. Kelambatan yang disebabkan Penyedia Jasa.
Jika Penyedia Jasa telah berjanji untuk m%laksanakan pekerjaan
tersebut dalam kontrak secara keselurqhan atau sebagian, dalam waktu
yang telah di tetapk!n, Pengguna Jasa dapat mengajukan klaim atas
Untuk dampak biaya-biaya, seluruh hal tersebut di atas dapat diklaim. Bedanya adalah lebih sulit menetapkan
dasar dari dampak dan menghitung kenaikan biaya. Pertanyaan mengenai apakah dampak
biaya dapat dikurangi dengan mudah dapat dikatakan, tapi sulit dijawab: Berapa kenaikan
biaya untuk melaksanakan pekerjaan B dan C setelah pekerjaan A dirubah. Untuk menjawab
pertanyaan ini baik Penyedia Jasa maupun Pengguna Jasa harus menetapkan apa yang
seharusnya menjadi biaya untuk pekerjaan B dan C dan A tidak berubah.
Hal ini membutuhkan analisis kualitatif yang lebih dan seringkali merupakan masalah yang
paling sulit sehubungan dengan dampak biaya.
Cara terbaik untuk melukiskan dampak biaya adalah melalui sebuah contoh. Misalkan Pengguna Jasa
karena satu dan lain hal memperlambat pekerjaan Penyedia Jasa dan menyebabkan penundaan
pekerjaan tersebut yang telah direncanakan untuk dilaksanakan dalam musim panas menjadi
musim dingin. Pekerjaan itu sendiri adalah sama, tetap, toh Penyedia Jasa harus menanggung
biaya sehubungan dengan pekerjaan musim dingin yang seharusnya dilakukan pada musim
panas.
Dampak-dampak biaya dapat termasuk hal-hal berikut:
Walaupun klaim dan perubahan pekerjaan sasarannya sama yaitu meminta kompensasi
atas biaya dan waktu namun sesungguhnya berbeda sifatnya. Kompensasi
atas perubahan pekerjaan diajukan sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Bila tidak/belum disetujui pekerjaan tersebut belum
dilaksanakan. Sedangkan klaim, diajukan pada saat pekerjaan sudah atau
sedang dikerjakan. Biasanya cara pengajuan klaim dimulai dengan
penyampaian fakta mengenai suatu pekerjaan yang ditanyakan,
diantaranya mengenai lokasi pekerjaan, dan analisis biaya.
Kemudian dilengkapi dengan keterangan yang mendukung klaim tersebut dan disusun
berurutan biasanya berdasarkan surat-menyurat antara Pengguna Jasa
dan Penyedia Jasa.
Mengenai cara pengajuan klaim ini Robert D. Gilbreath dalam bukunya: MANAGING
CONSTRUCTION CONTRACTS pada halaman 207 menulis sebagai
berikut:
STRUKTUR KLAIM PENYEDIA JASA.
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, klaim-klaim Penyedia Jasa dapat bervariasi dalam
bentuk dan isinya. Akan tetapi jenis klaim biasanya mengikuti struktur
sebagai berikut :
1. Keterangan mengenai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat kontrak
seperti lingkup pekerjaan, struktur pembiayaan yang meliputi bagian
pekerjaan yang ditanyakan.
2. Keterangan mengenai fakta peristiwa yang telah terjadi (atau tidak terjadi)
biasanya disajikan secara kronologis dan merupakan surat-menyurat,
perintah-perintah perubahan, rapat-rapat, dan sebagainya.
3. Akibat dari keadaan rangsangan klaim, biasanya disajikan sebagai cerita
mengenai kenaikan/tambahan usaha yang diperlukan Penyedia Jasa.
4. Analisa biaya, yang mungkin termasuk rincian daftar kenaikan biaya yang
disebabkan perubahan atau suatu perbandingan antara biaya
sesungguhnya dan biaya yang diperkirakan perbedaan antara
keduanya menunjukkan jumlah klaim.
Perlu diingat bahwa klaim berbeda dengan perhitungan Penyedia Jasa akibat
pemberitahuan perubahan pekerjaan. Dalam arti yang sangat kaku mungkin
sama, dengan pertimbangan bahwa dalam kedua hal tersebut Penyedia Jasa
menyajikan informasi mengenai tambahan biaya kepada Pengguna Jasa.
Akan tetapi, pengajuan biaya terjadi sebelum pekerjaan dilaksanakan, dan
sebuah klaim biasanya diajukan setelah atau selama pelaksanaan pekerjaan
bersangkutan.
Begitu kenaikan kompensasi atau tambahan waktu disetujui maka klaim harus
berubah menjadi perubahan pekerjaan.
tersebut dalam dokumen tender. Hal ini tidak ditanyakan dalam rapat
sebelum pemasukan penawaran (prebid meeting) karena perusahaan
tersebut melihat hal ini suatu peluang besar untuk mengajukan klaim.
Oleh karena itu dia mengajukan penawaran yang harganya di bawah penawaran
lain sehingga dia memenangkan tender tersebut.
Pada waktu melaksanakan pekerjaan terowongan tersebut terbukti dugaan
perusahaan tersebut tidak salah. Mata bor yang dipakai ternyata tidak
mampu menembus batu-batuan dan patah. Pekerjaan segera dihentikan,
mata bor yang patah dan contoh batu-batuan setelah difoto, dikirim
kelaboratorium independen di Perancis. Hasil Laboratorium
menyebutkan dengan pasti kekerasan batuan tersebut menurut Skala
Mohr yang ternyata lebih keras dari kekerasan batu yang tercantum
dalam dokumen tender. Hal inilah yang ditunggu perusahaan tersebut.
Selain itu laporan laboratorium juga merekomendasikan agar dipakai
mesin bor khusus dengan menggunakan mata bor dengan memakai intan.
Hasil penelitian sebab-sebab mata bor itu patah juga membuktikan bahwa
jenis mata bor tersebut patah karena dipakai untuk jenis batuan yang
lebih keras.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas perusahaan itu menyusun klaim tambahan
waktu dan tambahan biaya sebagai berikut :
1. Klaim perpanjangan waktu
a) Waktu demobilisasi mesin bor yang lama
b) Waktu mobilisasi mesin bor yang baru (didatangkan dari Brasilia)
c) Tambahan waktu untuk pekerjaan lain akibat tertundanya
pekerjaan terowongan.
2. Klaim Biaya
a) Biaya mobilisasi mesin bor yang baru
b) Tambahan biaya untuk pengeboran batuan yang lebih keras
c) Biaya tambahan untuk ahli mesin bor yang baru
d) Tambahan biaya overhead karena waktu pelaksanaan bertambah
e) Sewa tambahan untuk sewa peralatan yang idle karena menunggu
mesin bor yang baru
Oleh karena klaim-klaim tersebut didukung data yang akurat, hampir seluruhnya
diterima dan dibayar oleh Pengguna Jasa.
Untuk hal ini, Penyedia Jasa hanya diberikan perpanjangan waktu, tapi
tidak tambahan biaya atau pembebasan lainnya.
2. Kelambatan-kelambatan dengan konpensasi (ganti kerugian).
Disini Penyedia Jasa tidak saja diberikan perpanjangan waktu (jika hal itu
dapat ditunjukkan bahwa perpanjangan waktu tersebut perlu) tapi juga
tambahan ganti rugi/konpensasi.
3. Kelambatan-kelambatan yang berbenturan.
Disini maksudnya adalah kelambatan tersebut sebagian karena kesalahan
Pengguna Jasa dan sebagian lagi karena kesalahan Penyedia Jasa dan
periode kelambatannya tumpang tindih atau berbenturan. Sebagai
contoh : Pengguna Jasa mungkin terlambat menyerahkan peralatan
kepada Penyedia Jasa untuk dipasang atau terlambat mendapatkan izin
bangunan (IMB) atau otorisasi daerah sehingga Penyedia Jasa tidak
dapat mulai kerja. Misalkan kelambatan ini menunda mulainya
pekerjaan dari 1 Januari sampai 1 Juli (6 bulan keterlambatan Pengguna
Jasa). Disamping itu Penyedia Jasa tidak dapat menyelesaikan gambargambar kerja atau jaminan pelaksanaan (atau beberapa kewajiban lain)
dalam periode 1 April sampai dengan 1 Juli (3 bulan keterlambatan
Penyedia Jasa). Dengan kata lain, Penyedia Jasa terlambat 3 bulan
karena masalah mereka sendiri, terlepas apakah Pengguna Jasa
terlambat atau tidak. Masa dari 1 April sampai 1 Juli adalah masa
tumpang tindih berbenturan. Jika semua dapat dibuktikan, Penyedia
Jasa hanya diberikan perpanjangan waktu selama 3 bulan yaitu periode
Januari April 3 bulan kelambatan semata-mata masalah Pengguna
Jasa. Bila kedua pihak bersalah, kelambatan diistilahkan sebagai
berbenturan, dan tidak ada satu pihak pun mendapat pembebasan.
Kelambatan-kelambatan yang tumpang tindih ini sungguh menjadi rumit
bila kelambatan dari satu Penyedia Jasa menyebabkan kelambatan
Penyedia Jasa lain, Sub Penyedia Jasa dan seterusnya. Menguraikannya
adalah suatu tantangan besar dan biasanya memerlukan analisis dari
ahli secara sungguh-sungguh seperti menyusun program jadual CPM
dan sebagainya. Klaim-klaim kelambatan hampir selalu mengarah pada
permintaan waktu dan uang. Beberapa unsur biaya yang biasa yang
meningkat sebagai akibat dari waktu (biaya-biaya waktu peka) adalah:
1. bunga bank (interst)
2. asuransi
3. overhead kantor pusat
4. biaya umum
5. penyewaan
6. pemeliharaan alat
7. pemasokan materal
8. dukungan teknik
9. administrasi kontrak
10. mutu program administrasi
11. pengamanan
12. pengawasan
13. perpanjangan atau kehilangan masa jaminan
14. ganti rugi
15. penyimpanan dan perlindungan material.
Berhutang kepada semua hal tersebut diatas dan lebih lagi mudah dilihat mengapa
kelambatan yang diizinkan sangat jarang jika waktu diberikan, uang
biasanya diberikan juga (klaim ganti rugi).
Penggunaan paling biasa dari keterlambatan yang diizinkan adalah bila diberikan
dimuka Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa setuju mengenai penundaan
untuk kebaikan salah satu pihak atau keduanya.
(Terjemahan bebas N. Yasin):
Mengenai biaya-biaya umum (overhead) dalam klaim-klaim, Robert D.
Gilbreath dalam bukunya MANAGING CONSTRUCTION
CONTRACT pada halaman 210 211 menulis sebagai berikut :
Biaya-Biaya Umum Dalam Klaim.
Dapatkah Penyedia Jasa menagih biaya-biaya umum kepada Pengguna Jasa, hanya karena
kelambatan ?.
Dengan kata lain, jika Pengguna Jasa memperlambat Penyedia Jasa selama dua bulan, dan
disamping biaya-biaya langsung dan terkait seperti tersebut diatas
Penyedia Jasa managih overhead kantor pusat apakah harus dibayar ?.
Kebanyakan orang menolak dugaan ini segera, tetapi hal ini mempunyai
manfaat dan telah dibenarkan dalam kasus per kasus.
Apa yang menyebabkan biaya overhead naik ?. Sebagai contoh pertimbangkan gaji seorang
Direktur Utama Penyedia Jasa, pengeluaran-pengeluaran perusahaan
staf perusahaan, tagihan-tagihan umum pada kantor pusat, pengeluaran
gedung, pajak real estate, biaya iklan dan seterusnya. Biaya-biaya ini
tidak khusus dibebankan pada salah satu kontrak, tapi diperhitungkan
Diketahui sebelumnya
Tidak diketahui sebelumnya.
4.2. Pemberitahuan.
Bila perubahan pekerjaan diketahui sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pemberitahuan kepada Pengguna Jasa.
Dan seperti beberapa proses lain yang diuraikan disini, dia bertindak lebih sebagai
koordinator daripada sebagai kuasa Pengguna Jasa.
Sasaran pertama dari pengelolaan kontrak adalah menghilangkan atau mengurangi
timbulnya kondisi rangsangan klaim dan klaim itu sendiri. Akan tetapi bila sebuah
klaim disajikan, Administrator Kontrak harus meyakini bahwa hal tersebut
memberikan pandangan pengelolaan yang tepat, dengan hati-hati dianalisis dan
didokumentasikan, dan secara wajar diperbaiki selekas mungkin. Beberapa hal
adalah seperti perusakan moral pegawai Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagai
hal yang pahit seperti klaim yang tidak terselesaikan.
Semua percakapan, korespondensi, dokumen pendukung dan sebangsanya, mengenai
klaim harus diperoleh dan dihimpun. Arsip terpisah harus dipelihara untuk setiap
klaim dan harus termasuk rekaman dari bagian kontrak yang menyangkut klaim,
hasil dari analisis faktual, hukum dan biaya dan dokumen-dokumen lain yang
mungkin dapat membantu penolakan atau penyelesaian klaim.
Setiap klaim yang diterima Pengguna Jasa harus diteruskan ke Manajer Kontrak. Dia
harus membuat arsip klaim dan mencatat klaim tersebut dalam suatu usulan atau
buku daftar klaim untuk maksud penelusuran.
Jika tambahan informasi diperlukan dari Penyedia Jasa, hal ini harus dicatat dalam
buku daftar klaim dan Penyedia Jasa diminta untuk menyediakannya.
Kemudian Manajer Kontrak menyelenggarakan usaha penelitian rinci termasuk
diantara tugas-tugas lain, wawancara dengan personalia Pengguna Jasa yang
terkait, Manajer Kontrak, arsip proyek dan laporan-laporan dan himpunan
dokumentasi yang akan diperlukan untuk menganalisis klaim.
Dokumentasi termasuk kontrak itu sendiri, perubahan-perubahan pekerjaan,
ikhtisar pekerjaan tambah dan persetujuan-persetujuan, risalah-risalah rapat,
korespondensi dengan Penyedia Jasa, jadual yang dibuat Penyedia Jasa, foto-foto
proyek, aktivitas harian atau laporan kemajuan pekerjaan, catatan waktu, perkiraan
progres dan penagihan dan catatan telepon.
Sekali arsip klaim telah lengkap, Manajer Kontrak menyusun daftar bantuan dari
personal proyek dalam menganalisis klaim dan menyiapkan tanggapan kepada
Penyedia Jasa. Orang-orang yang dilibatkan termasuk Manajer Konstruksi,
insinyur-insinyur perencana, insinyur biaya, pembuat jadual proyek dan sebagainya.
Usaha mereka seharusnya menyusun dan mengkoordinasikan tugas dari analisis yang
objektif dan tanggapan yang wajar.
Manajer Kontrak tidak pernah harus menyetujui kenaikan biaya dengan Penyedia Jasa
atau pembebasan lain tanpa otoritas yang tepat dan dianjurkan bahwa Proyek
Manajer atau Kepala Perwakilan Pengguna Jasa memimpin semua perundingan
dengan Penyedia Jasa. Sekali lagi, peranan Manajer Kontrak adalah penasehat
mengenai otoritas kontrak Pengguna Jasa, tidak perlu sebagai penyelenggara
kontrak, walaupun hal ini diizinkan jika Pengguna Jasa menginginkannya.
- Tenaga kerja dan peralatan menunggu 2 bulan karena es dan tambahan 2 bulan untuk
kelambatan lubang pipa.
- Gudang sementara untuk generator turbin di lapangan
- Percepatan kerja segera lubang pipa ditutup untuk mengatasi kehilangan waktu
- Kehilangan keuntungan karena tidak dapat menggunakan tenaga kerja dan peralatan
untuk pekerjaan lain.
7. Penyelesaian Sengketa Konstruksi.
7.1. Pengertian Sengketa Konstruksi
Dari uraian tentang Klaim Konstruksi telah diketahui bahwa pengertian klaim
sesungguhnya adalah sebuah permintaan (claim is a demand) mengenai
tambahan kompensasi waktu, biaya atau bentuk lain antara pihak yang
berkontrak. Dalam suatu Proyek Konstruksi, klaim bukanlah tuntutan atau
gugatan yang terlanjur dianggap benar di negeri kita. Namun tidak selalu klaim
tersebut dapat diselesaikan atau dipenuhi. Dalam hal klaim tersebut tidak
terpenuhi atau terselesaikan, maka hal itu berarti telah terjadi sengketa antara
para pihak yang berkontrak. Inilah yang dimaksudkan dengan sengketa
konstruksi yaitu sengketa yang terjadi dalam Industri Konstruksi. Sengketa ini
harus diselesaikan
7.2. Cara-Cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi
7.2.1 Penyelesaian sengketa konstruksi dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu melalui :
a. Badan Peradilan (Pengadilan)
b. Arbitrase (Lembaga atau Ad Hoc)
c. Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Dalam Pelatihan ini titik berat cara penyelesaian sengketa adalah melalui
Arbitrasekarena cara inilah yang lebih banyak dipakai karena hal-hal
yang akan diuraikan nanti
7.2.2 Pilihan penyelesaian sengketa ini harus secara tegas dicantumkan dalam
kontrak konstruksi dan sengketa yang dimaksud adalah sengketa
perdata (bukan pidana). Misalkan pilihan penyelesaian sengketa
tercantum dalam kontrak adalah arbitrase. Dalam hal ini Pengadilan
tidak berwenang untuk mengadili sengketa tersebut seperti tersebut
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.30/1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 3.
7.2.3 Dalam hal pilihan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan maka
prosedur dan prosesnya mengikuti ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
LEMBAGA PENGADILAN
Bebas
dan
otonom Mutlak terikat pada hukum acara yang
menentukan rules daninstitusi arbitrase; berlaku (HIR, Rv).
Menghindari
ketidakpastian Yang berlaku mutlak adalah sistem hukum
(uncertainty) akibat perbedaan sistem dari negara tempat sengketa diperiksa.
hukum dengan negara tempat sengketa
diperiksa, maupun kemungkinan adanya
keputusan Hakim yang unfair dengan
maksud apapun, termasuk melindungi
kepentingan domestik yang terlibat
sengketa.
Keleluasaan
memilih
arbiter Majelis Hakim Pengadilan ditentukan
professional, pakar (expert) dalam oleh Administrasi Pengadilan.
bidang yang menjadi objek sengketa,
dan
independendalam
memeriksa
sengketa.
Waktu, prosedur, dan biaya arbitrase Putusan pengadilan yang in kracht van
lebih efisien. Putusan bersifatfinal and gewijsde membutuhkan waktu yang relatf
binding, dan tertutup untuk upaya lama (> 5 thn jika sampai tingkat MARI).
hukum banding atau kassai;
Persidangan tertutup (non-publicity), dan Terbuka untuk umum (kecuali kasus
karenanya memberi perlindungan untuk cerai).
informasi atau data usaha yang bersifat
rahasia atau tidak boleh diketahui
umum.
Pertimbangan
hukum
lebih Pola pertimbangan Pengadilan
mengutamakan aspek privat dengan putusan Hakim adalah win-loose.
polawin-win solution.
dan
LEMBAGA PENGADILAN
Honorarium arbiter, sekretariat dan Biaya perkara relatif murah dan telah
administrasi, relatif mahal. Tolok-ukur ditentukan oleh MARI.
jumlah umumnya ditentukan oleh nilai
klaim (sengketa). Apabila biaya ditolak
atau tidak dibayar oleh salah satu pihak,
maka
pihak
yang
lain
wajib
berarti dalam
Hakim yang
Tidak memiliki juru sita sendiri sehingga Memiliki juru sita dan atau sarana
menghambat penerapan prosedur dan pelaksanaan prosedur hukum acara.
mekanisme Arbitrase secara efektif.
Putusan Arbitrase tidak memiliki daya Pelaksanaan Putusan dapat dipaksakan
paksa yang efektif, dan sangat secara efektif terhadap pihak yang kalah
bergantung kepada Pengadilan jika dalam perkara.
putusan tidak dijalankan dengan
sukarela.
Eksekusi Putusan Arbitrase cenderung
mudah untuk diintervensi pihak yang
kalah melalui lembaga peradilan
(bantahan, verzen), sehingga waktu
realisasi pembayaran ganti rugi menjadi
relatif bertambah lama.
KONSEKUENSI YURIDIS
KETERANGAN
d. Insolvensi;
Setiap perselisihan, sengketa atau tuntutan yang terjadi dalam pelaksanaan atau
yang berkenaan dengan perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada
perbuatan wanprestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian, yang tidak dapat
diselesaikan melalui musyawarah (negosiasi) akan diselesaikan melalui arbitrase
yang dilaksanakan di (..) sesuai dengan ketentuan dan prosedur dalam
Undang-UNDANG Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
ARBITRASE AD HOC & PILIHAN RULE
Setiap perselihan, sengketa atau tuntutan apapun yang terjadi dalam pelaksanaan
atau yang berkenaan dengan perjanjian ini, akan diselesaikan melalui arbitrase yang
dilaksanakan di ( ) dengan ketentuan dan prosedur
BANI.
ARBITRASE LEMBAGA & RULE
Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dan diputus oleh
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan prosedur
arbitrase BANI yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa
sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir.
ARBITRASE LEMBAGA & RULE (VARIATIF)
Any dispute, controversy or claim arising out of or relating to this contract, or the
breach, termination or invalidity thereof, shall be settled by arbitration in accordance
with the UNCITRAL Arbitration Rules as at the present in force. The appointing
authority shall be the ICC in accordance with the rules adopted by the ICC for this
purpose.
7.9 Jalur Alternatif Penyelesaian Sengketa
7.9.1 Pengantar
Sesungguhnya penyelesaian sengketa melalui jalur alternative ini
adalah cara termurah, termudah dan tercepat serta tertutup bila
dibandingkan dengan arbitrase atau pengadilan bila para pihak yang
bersengketa benar-benar beritikat baik.
Cara ini juga kemungkinan sengketa ini diketahui pihak luar.
7.9.2 Ketentuan Hukum
Cara penyelesaian sengketa melalui jalur alternative penyelesaian
sengketa diatur dalam UU. RI. No. 30/1999 Bab II; : Alternatif
Penyelesaian Sengketa Pasal 6 dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli
7.9.3 Beberapa Pilihan
a. Mediasi
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui seorang
penengah atau yang biasa disebut mediator, yang ditunjuk oleh
para pihak. Mediator tidak memutuskan sengketa tapi
membimbing para pihak dalam berunding mencari suatu
penyelesaian. Tidak ada aturan baku mengenai hal ini, tidak ada
pula peraturan perundang-undangan yang mengatur tata cara,
batas waktu, biaya dan sebagainya. Cara ini sesungguhnya sangat
baik, cepat, mudah tanpa diketahui pihak lain, asal saja dilandasi
itikad baik.
b. Negosiasi
Cara ini sesungguhnya adalah cara yang paling mudah dan
sangat murah dengan pokok pandangan hidup dari tradisi kita
yaitu musyawarah untuk mufakat. Dapat saja para pihak masingmasing menunjuk juri runding yang sering disebut
negosiator. Hasil kesepakatan juri runding dituangkan secara
tertulis. Sedikit berbeda dengan mediasi disini para pihak/juri
runding berhadapan satu sama lain, tanpa ada seorang penengah.
Cara inipun murah, mudah, dan biaya kecil.
c. Konsiliasi
Ini adalah upaya penyelesaian sengketa dengan cara
mempertemukan keinginan para pihak dengan menyerahkannya
kepada suatu komisi/pihak ketiga yang ditunjuk atas kesepakatan
para pihak yang bertindak sebagai konsiliator.
Dalam cara ini konsiliator tidak harus melakukan perundingan
masing-masing dengan salah satu pihak secara bergantian.
Berbeda dengan cara mediasi disini konsiliator
memaksakan pengusulan/resolusi yang diambil.
dapat