Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Ikan Selar adalah salah satu jenis ikan pelagis kecil (ikan permukaan)
yang hidup pada laut dalam kawasan tertentu. Ikan ini banyak tertangkap di
perairan pantai serta hidup berkelompok sampai kedalaman 80 m dan merupakan
salah satu ikan yang banyak diminati masyarakat. Permintaan yang banyak dan
harga yang cukup tinggi akan mendorong peningkatan penangkapan pada ikan ini.
Pendugaan persediaan ikan pelagis maupun demersal di perairan Indonesia telah
banyak dilakukan, dimana hasilnya sangat berguna dalam membuat keputusan dan
langkah-langkah pengelolaan sumberdaya perikanan (Febrianti dkk, 2013).
Pengetahuan mengenai populasi ikan merupakan bagian dasar dalam
analisis stok sumberdaya perikanan. Secara teoritis laju pertumbuhan setiap
organisme sangat dipengaruhi oleh umur dan kondisi lingkungannya; termasuk di
dalamnya adalah factor makanan.pertumbuhan setiap organisme (termasuk ikan0
pada umumnya akan mulai lambat dengan bertambahnya umur. Analisi
pertumbuhan ikan laut dan organisme sejenisnya dapat dilakukan berdasarkan
ukuran panjang atau berat. Estimasi parameter stok ikan dapat dilakukan dengan
analisis sebaran frekuensi panjang ikan yang diperoleh secara berseri
(Syam, 2006).
Secara geografis perairan Indonesia yang terletak di kawasan tropis sangat
kaya akan berbagai jenis ikan, meski kelimpahan dari tiap jenis tersebut relatif
kecil dibandingkan dengan kelimpahan ikan di perairan beriklim empat. Jenis ikan
yang ada di perairan Indonesia merupakan gabungan dari berbagai jenis di
kawasan perairan Samudera Hindia dan perairan Indo-Pasifik dengan dua paparan
yang sangat subur yaitu Paparan Sunda dan Paparan Sahul. Identifikasi jenis ikan
akan mengarah kepada identifikasi unit stock yang merupakan prasyarat bagi
dilakukannya pengkajian stok dengan menggunakan SPM. Dalam kaitan dengan
keperluan pengkajian stok sumberdaya kemampuan untuk mengidentifikasi
spesies dan identifikasi unit stock merupakan langkah awal pengkajian stok
(stock

assessment)

(Badrudin, 2013).

yang

akan

menentukan

langkah

kajian

selanjutnya

Informasi mengenai parameter parameter dinamika populasi seperti


umur dan pertumbuhan, mortalitas serta laju eksploitasi dapat digunakan sebagai
dasar manajemen pengelolaan perikanan salah satu diantaranya adalah penentuan
status stok ikan pedang berdasarkan metode metode ataupun model model
pengkajian stok yang berbasis data tersebut (Setyadji, 2015).
Pengelolaan perikanan atau jenis ikan tertentu di suatu perairan
dimaksudkan untuk meningkatkan produksi ikan dan mempertahankannya pada
tingkat hasil yang stabil mendekati produksi opyimumnya. Untuk optimalisasi
pemanfaatan sumber daya ikan tersebut diperlukan suatu strategi pengelolaan
yang didasarkan kepada data dan informasi ilmiah. Informasi penting unutk
keperluan tersebut meliputi aspek biologi, social-ekonomi, dan kelembagaan.
Dalam aspek biologi, informasi yang terpenting adalah dinamika stok ikan yang
meliputi struktur komunitas, biologi reproduksi, pertumbuhan, mortalitas,
rekrutmen, dan besaran stok ikan. Selain migrasi, dalam suatu populasi ikan,
factor utama yang mempengaruhi peningkatan stok ikan adalah pertumbuhan dan
rekrutmen, sedangkan yang mempengaruhi penurunan stok ikan adalah mortalitas
alami dan penangkapan. Dengan demikian data dan informasi mengenai
pertumbuhan, rekrutmen dan mortalitas stok ikan adalah factor utama yang harus
diketahui untuk keperluan pengelolaan populasi ikan di suatu perairan
(Sudradjat, 2006).
Informasi-informasi penting yang perlu dikumpulkan untuk dijadikan
landasan pengelolaan sumberdaya ikan secara rasional, antara lain adalah
diketahuinya

besaran

potensi

sumberdaya,

penyebaran

dan

perilakunya

(behaviour). menurut perairan dan musim (spatial dan temporal), dan aspek-aspek
natural history, seperti kebiasaan makan dan makanan, seks rasio, TKG (tingkat
kematangan gonad), fekunditas (jumlah telur yang matang yang siap dipijahkan)
serta dinamika populasinya, seperti laju pertumbuhan dan laju kematian.
Sebagaimana halnya dengan mahluk hidup lainnya, ikan harus selalu
menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan yang sangat dinamis dan selalu
berubah. Dengan diketahuinya informasi tersebut maka salah satu tujuan utama
pengelolaan sumberdaya ikan yaitu pemanfaatan yang optimal dan berlanjut dapat
dicapai (Badrudin, 2013).

Pendugaan persediaan ikan pelagis maupun demersal di perairan Indonesia


telah banyak dilakukan, dimana hasilnya sangat berguna dalam membuat
keputusan dan langkah-langkah pengelolaan sumberdaya perikanan. Oleh karena
itu

perlu

kiranya

dilakukan

kajian

mengenai

keadaan

ikan

selar

(Febrianti dkk., 2013).


Jika ada perbedaan stok dan jika perbedaan tersebut cukup signifikan,
maka mungkin terdapat juga perbedaan dalam nilai parameter populasi (laju
pertumbuhan, mortalitas dsb.). Suatu peningkatan laju mortalitas pada suatu
kawasan digabung dengan tidak adanya perubahan mortalitas pada kawasan lain
akan merupakan bukti yang cukup baik bagi adanya pemisahan stok, terutama jika
perubahan atau tidak adanya perubahan mortalitas berjalan konsisten dengan
jumlah penangkapan (the amount of fishing) pada kedua kawasan tersebut
(Badrudin, 2013).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah dan studi kasus ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian Dinamika Populasi Ikan.
2. Mengetahui parameter yang mempengaruhi Dinamika Populasi Ikan.
3. Mengetahui parameter dinamikaa populasi ikan selar kuning (Selaraoides
leptolepis) di Perairan Pulau Bintan, Riau.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah dan studi kasus ini adalah sebagai
salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Dinamika Populasi Ikan dan
sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang mebutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis )
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis ) merupakan salah-satu jenis ikan
konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah-satu
tangkapan di Perairan Kepulauan Riau. Mencermati pentingnya sumberdaya ikan
bagi kebutuhan manusia baik untuk pemenuhan gizi maupun kegiatan
perekonomian, mendorong manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan
sebanyakbanyaknya, termasuk ikan selar kuning. Kegiatan penangkapan ikan ini
dapat mempengaruhi dan mengubah status stok sumberdaya ikan selar kuning
terutama di laut Trikora (Sapira dkk, 2014).
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis ) merupakan salah-satu jenis ikan
konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah-satu
tangkapan di perairan. Mencermati pentingnya sumberdaya ikan bagi kebutuhan
manusia baik untuk pemenuhan gizi maupun kegiatan perekonomian, mendorong
manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan sebanyak-banyaknya, termasuk
ikan selar kuning. Kegiatan penangkapan ikan ini dapat mempengaruhi dan
mengubah status stok sumberdaya ikan selar kuning terutama di laut. Hal inilah
yang mendorong perlunya pengkajian stok dan upaya pengelolaan terhadap
sumberdaya ikan selar kuning (Safira dkk., 2014).
Dinamika populasi ikan merupakan salah satu kajian biologi perikanan
yang mempelajari perubahan yang terjadi dalam populasi. Adanya kecenderungan
intensitas penangkapan ikan yang tinggi terhadap sumberdaya ikan di sungai
Ngrancah dan adanya kerusakan lingkungan di daerah hulu dikhawatirkan akan
berdampak pada penurunan stok ikan, khususnya ikan wader pari di perairan
tersebut (Djumanto & Setyawan, 2009). Pengetahuan mengenai populasi ikan
merupakan salah satu dasar dalam analisis stok ikan. Informasi tersebut menjadi
penting karena dapat digunakan sebagai alternatif masukan dalam pengambilan
keputusan terkait perencanaan pengelolaan sumberdaya perikanan (Sentosa.2010).
Perairan laut Bintan adalah bagian dari perairan Provinsi Kepulauan Riau
yang memiliki hasil tangkapan ikan selar kuning yang cukup tinggi. Ikan selar
kuning ini termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil. Menurut Dirjen

Perikanan dalam Rifqie (2007), 63% sumber protein hewani yang dikonsumsi
masyarakat

Indonesia

terutama

berasal

dari

ikan

pelagis

kecil

(Hardiansyah, 2015).
Faktor Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat digambarkan sebagai perubahan ukuran ikan tiap
waktu dan dapat dihitung dari data ukuran dan atau umur dan penambahan ukuran
terhadap waktu. Pemanfaatan umur ikan merupakan metode yang dipercaya untuk
menghitung dan menggambarkan pertumbuhan ikan. Ada tiga metode dasar untuk
menghitung umur ikan; metode anatomi yang menggunakan penambhan tiap
bagian keras (seperti otoliths) pada spesies percobaan tagging-recapture; dan
pengukuran dengan model tergantung pada spesies yang diteliti. Model
pertumbuhan yang umum digunakan dalam kajian stok ikan adalah model
pertumbuhan von Bertlannffy di mana panjang badan sebagai fungsi dari umur.
(Pauly, 1984 dalam Prasetya, 2010).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam
dan faktor luar baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol. Faktor dalam
umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit,
dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu
suhu dan makanan, ketersediaan makanan, laju memakan makanan, nilai gizi
makanan, dan faktor abiotik seperti ammonia dan pH (Dina, 2008).
Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Lt = L(1 e [ K ( t-t0)])
Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L adalah
panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien
pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama
dengan nol. Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat
diduga

secara

terpisah

menggunakan

persamaan

empiris

Pauly

(Hardiyansyah dkk., 2015)


Menurut

Morales-Nin

(1992)

dalam

Prasetya

pertumbuhan dapat diduga melalui beberapa metode yakni :

(2010),

parameter

1. Metode Anatomik : dihitung melalui pertumbuhan teratur yang


terbentuk dalam jaringan keras ikan seperti otolith pada sisik ikan.
2. Analisis frekuensi panjang : studi perkembangan model ukuran kelas
panjang berdasarkan waktu.
3. Pendugaan secara langsung : pengukuran secara laju pertumbuhan ikan
berdasarkan contoh-contoh ikan yang telah diketahui umurnya.
Faktor Mortalitas
Banyak faktor yang berperan di suatu lingkungan perairan sehingga
menyebabkan berkurangnya kesempatan hidup individu ikan dalam suatu
populasi. Pada suatu stok yang telah dieksploitasi perlu untuk membedakan
mortalitas akibat penangkapan dan mortalitas alami. Mortalitas alami adalah
mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti
pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan, dan usia tua (Sparre dan
Venema, 1999 dalam Dina, 2008). Beverton dan Holt (1957) menduga bahwa
predasi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas
alami. Mortalitas alami juga disebabkan oleh suhu yang tinggi, kandungan
oksigen yang rendah, dan kematian ikan secara tibatiba seringkali berhubungan
dengan perubahan yang cepat pada faktor abiotic terutama oksigen terlarut
(Dina, 2008).
Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab
selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan,
dan usia tua (Sparre dan Venema, 1999). Beverton dan Holt (1957) menduga
bahwa predasi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab
mortalitas alami. Mortalitas alami ikan di danau terutama disebabkan oleh predasi
baik oleh ikan, burung, dan mamalia walaupun penyakit juga berperan terutama
pada populasi yang padat dan popolusi yang terisolasi. Mortalitas alami juga
disebabkan oleh suhu yang tinggi, kandungan oksigen yang rendah, dan kematian
ikan secara tiba tiba seringkali berhubungan dengan perubahan yang cepat pada
faktor abiotic terutama oksigen terlarut (Das dan Pande, 1980; Welcomme, 1985
in Welcomme, 2001 dalam Dina, 2008).
Mortalitas alami dapat terjadi akibat pemangsaan, penyakit, parasite, umur
dan factor lingkungn yang sebagian besar disebabkan oleh perubahan factor-faktor

lingkungan sepanjang hidup ikan. Pauly (1980) dalam Prasetya (2010)


menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara mortalitas alami dengan suhu
perairan di mana semakin hangat suhu perairan akan menyebabkan meningkatnya
mortalitas alami pada ikan.
Nilai laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan
von Bertalanffy K, dan L. Ikan yang pertumbuhannya cepat (nilai K tinggi)
mempunyai M tinggi dan sebaliknya. Nilai M berkaitan dengan nilai L karena
pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Menurut Pauly berdasarkan
penelitiannya terhadap 175 stok ikan dari 84 spesies, faktor lingkungan yang
mempengaruhi nilai M adalah suhu rata-rata perairan selain faktor non lingkungan
yaitu panjang maksimum ikan dan laju pertumbuhan (Dina, 2008).
Faktor Ekploitasi
Laju eksploitasi adalah jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan
jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik alami maupun akibat
penangkapan. Penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu
diketahui untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian
stok perikanan (King, 1995 dalam Dina, 2008).
Salah satu sumberdaya yang ada di wilayah pantai dan laut ialah
sumberdaya biota laut. Biota laut dimaksud antara lain meliputi berbagai jenis
ikan, udang, kerangkerangan, moluska, rumput laut. Untuk memanfaatkan
potensi sumberdaya tersebut, dilakukan eksploitasi, dengan cara penangkapan.
Untuk daerahdaerah tertentu tingkat eksploitasi sumberdaya ikan telah
mengalami lebih tangkap (over fishing). Oleh karena itu diperlukan pengelolaan
eksploitasi terhadap sumberdaya ikan (Budiman, 2006).
Faktor Rekruitmen
Rekruitmen merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi jumlah
stok di suatu perairan dimana rekrutmen akan menambah jumlah dan biomassa
suatu populasi. Keterkaitan antara rekrutmen atau penambahan stok dengan
dinamika populasi ikan pada stadia kehidupan awal ikan (early life stages of
fishes) relative belum banyak dipahami, karena selama ini riset dinamika populasi
kebayakan terfokus pada ikan-ikan yang telah dewasa. Dalam perjalannya,

dinamika stok dan pengetahuan parameter yang biasanya dianggap vital (seperti
tingkat pertumbuhan, kematian dan reproduksi) pada ikan dewasa belum cukup
memberikan informasi yang memadai terhadap terjadinya perubahan-perubahan
stok ikan di alam. Kemampuan untuk memprediksi keberhasilan rekrutmen
selama ini masih sangat lemah, sedangkan kepentingan untuk dapat memprediksi
rekrutmen

dengan

tingkat

ketepatan

yang

tinggi

masih

diperlukan

(Amarullah, 2008).
Rekruitmen adalah pertambahan anggota-anggota baru pada populasi atau
pemasukan ikan yang masih muda ke dalam populasi yang terbuka untuk di
eksploitasi, atau penambahan suplai baru (yang sudah dapat dieksploitasi) ke
dalam stok lama yang sudah ada dan sedang dieksploitasi. Stok adalah total
komunitas suatu organisme yang berada di suatu badan air pada suatu waktu
tertentu dan merupakan sebagian populasi (Aslan dkk, 2014).
Keberhasilan rekrutmen stok ikan di alam ditentukan oleh keberhasilan
hidup dan tumbuh pada stadia larva maupun juvenil. Pengetahuan tentang proses
yang berpengaruh terhadap kelulushidupan (survival) larva dan juvenil setidaknya
dapat memberikan penjelasan awal tentang munculnya kelimpahan kelas tahunan
stok yang merupakan bagian dari proses rekrutmen. Penurunan populasi ikan yang
seandainya dikatakan sebagai akibat pembangunan di suatu kawasan belum
disertai dengan analisis tentang struktur populasi yang memadai. Pengetahuan
untuk mengelola kawasan pantai yang diketahui sebagai habitat nursery ikan
sangatlah diperlukan (Amarullah, 2008).
Pengelolaan Stok dan Kebijakan Perikanan
Langkah teknis yang dapat dilakukan dalam menetapkan regulasi yang
akan diterapkan yaitu pembatasan ukuran mata jaring alat tangkap, pembatasan
jenis alat tangkap, pengaturan musim dan wilayah dimana aktivitas penangkapan
tidak diijinkan (Welcomme, 2001 dalam Dina 2008).
Dalam memutuskan perlu tidaknya tindakan tersebut dilakukan, maka
diperlukan survei perikanan yang intensif. Dalam pengelolaan perikanan
diperlukan keterlibatan banyak pihak yaitu ilmuwan biologi, ahli ekonomi,
politikus, sosiolog, dan ahli penangan konflik. Dalam memutuskan perlu tidaknya

tindakan tersebut dilakukan, maka diperlukan survei perikanan yang intensif.


Dalam pengelolaan perikanan diperlukan keterlibatan banyak pihak yaitu ilmuwan
biologi, ahli ekonomi, politikus, sosiolog, dan ahli penangan konflik. Dalam
banyak kasus, keterlibatan pengguna lain lingkungan perairan juga diperlukan
dalam penyusunan rencana pengelolaan perikanan. King (1995) dalam Dina
(2008) menyatakan bahwa secara umum suatu rencana pengelolaan seharusnya
mengandung gambaran mengenai:
1. Kondisi perkembangan perikanan dan tingkat eksploitasi sumber daya ikan
saat ini.
2. Tujuan kebijakan pengelolaan perikanan.
3. Strategi pengelolaan untuk mencapai tujuan pengelolaan.
4. Peraturan yang akan diterapkan terhadap perikanan sesuai dengan strategi
yang disusun.
Pengetahuan tentang stok berguna dalam memberikan saran tentang
pemanfaatan sumberdaya ikan sehingga sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Konsep Maximum Sustainable Yield (MSY), merupakan
konsep pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab (responsible
fisheries) dengan mempertahankan kelestarian atau keberlanjutan sumberdaya
yang ada (Budiman, 2006).

10

STUDI KASUS
Parameter dan Pendugaan Pertumbuhan
Analisis

data dilakukan dengan mengggunakan program FISAT.

Pemdugaan panjang asimotik (L) dan Z/K menggunakaan Powell-Wetheral plot


kemudian parameter pertumbuhan dari von Bertalanffy menggunakan program
ELEFAN I.
Hasil analisis yang tercantum pada gambar 2-5, menunjukkan bahwa
parameter pertumbuhan untuk panjang asimtotik (L) adalah 18,00 cm, dan
koefisien pertumbuhan (K) adalah 1,20. Sebagai indeks penampian pertumbuhan
() diketahui nilainya 2,59. Dibandingkan dengan hasil kajian dwipongo et al.
(1986) yang menggunakan data dari K.M. MUTIARA IV di perairan laut jawa,
panjang asimtotik ikan selar kuning agak berbeda (L= 22,00 cm) pada nilai
K=1,20. Rau dan Rau (1980) melaporkan ukuran maksimum ikan selar kuning
yang tertangkap di perairan philipina mencapai 245 cm. adanya perbedaan
panjang asimtotik pada beberapa perairan tersebut kemungkinan disebabkan
factor makanan, atau kesuburan perairan laut cina selatan (perairan pantai Timur
P. Bintan) lebih rendah dari pada Laut Jawa.
Dari

studi

kasus

dapat

diperhatikan

bahwa

pertumbuhan

ikan

mempengaruhi jumlstok ikan di suatu perairan. Hal ini sesuai dengan literatur
Dina (20008) yaitu pertumbuhan dapat digambarkan sebagai perubahan ukuran
ikan tiap waktu dan dapat dihitung dari data ukuran dan atau umur dan
penambahan ukuran terhadap waktu. Pemanfaatan umur ikan merupakan metode
yang dipercaya untuk menghitung dan menggambarkan pertumbuhan ikan.
Selanjutnya dalam Dina (2008) juga dijelaskan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan di suatu badan perairan yaitu faktor dalam dan faktor luar baik
yang terkontrol maupun tidak terkontrol. Faktor dalam umumnya adalah faktor
yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor
luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan,
ketersediaan makanan, laju memakan makanan, nilai gizi makanan, dan faktor
abiotik seperti ammonia dan pH.

11

Parameter dan Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi


Mortalitas total (Z) dari ikan diduga dari kurva tangkapan yang dikonversi
dari kurva frekuensi panjang (length-converted catch curve). Dugaan mortalitas
alami (M) dihitung menggunakan rumus empiris (Pauly 1980) seperti berikut :
Log M = -0,0066-0,279 log L + 0,6543 log K + 0,4634 T dimana T adalah suhu
rata-rata tahunan perairan, di sini digunakan 28oC. Kemudian mortalitas akibat
penangkapan (F) dihitung dari persamaan F = Z-M.
Analisis data dari kurva penangkapan menunjukkan bahwa mortalitas
total=4,45, mortalitas alami yang menggunakan rumus empiris dari pauly(1980)
dihasilkan nilai 2,32. Mortalitas penangkapan diperoleh nilai 2,13. Mortalitas tota
pada studi ini lebih rendah jika dibandingkan hasil penelitian Dwipongo et al.
(1986) untuk perairan laut jawa (Z=5,75).
Tingkat eksploitasi ikan selar kuning untuk perairan timur pulau bitan
menujukkan ngka 0,48. Dwipongo et al. (1986) melaporkan tingkat eksploitasi
jenis ikan yang sama dilaut jawa adalah 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa
eksploitasi ikan selar kuning di perairan bintan masih rendah dinbandingkan
dengan laut Jawa. Pantai timur pulau Bintan berbatasan langsung dengan laut cina
selatan, dimana jumlah armada penangkapan lebih rendah dibandingkan
kondisi Laut Jawa, terutama di perairan pantau utara Pulau Jawa
(Dit. Jen. Perikanan Tangkap, 2001).
Dari hasil studi kasus bahwa tindakan eksploitasi terhadap ikan di suatu
perairan akan menyebabkan perubahan stok ikan. Laju eksploitasi juga
dipengaruhi oleh Mortalitas yang terjadi baik Mortalitas secara alami maupun
mortalitas secara penangkapan. King, (1995) dalam Dina, (2008) menyatakan
bahwa pada suatu stok yang telah dieksploitasi perlu untuk membedakan
mortalitas akibat penangkapan dan mortalitas alami. Mortalitas alami adalah
mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti
pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan, dan usia tua. Laju eksploitasi
adalah jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang
mati karena semua faktor baik alami maupun akibat penangkapan. Penentuan laju
eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui untuk menentukan
kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian stok perikanan.

12

Parameter dan Pendugaan Rekruitmen


Pendugaan pola rekruitmen diperoleh dengan memproyeksikan data
frekuensi panjang terhadap waktu dengan menggunakan parameter pertumbuhan.
Hasil tangkapan relatif per rekruitmen (Y/R) dan Biomassa relatif per rekruitmen
(B/R) diduga menggunakan model Beverton & Holt yang dimodifikasi oleh Pauly
dan Soriano, 1986.
Pola rekrutmen stok ikan selar kuning tercantum pada gambar 4. Stok ikan
selar kuning di perairan pantai Timur Pulau Bintan menunjukkan satu puncak
rekrutmen dalam setahun. Hal ini menggambarkan bahwa stok ikan tersebut
melakukan pemijahan rata-rata satu kali dalam setahun. Hal ini agak berbeda
dengan hasil yang dilaporkan oleh Dwiponggo et all. (1986), bahwa ada
kecenderungan pola rekruitmen ikan ini di Laut Jawa terjadi dua kali setahun.
Adanya perbedaan pola rekruitmen kemungkinan disebabkan perbedaan kondisi
lingkungan dan kesuburan perairan antara Laut Jawa dan Laut Cina Selatan.
Perairan yang lebih subur bisa menyebabkan periode pemijahan ikan ekor kuning
terjadi leibih dari satu kali per tahun.
Faktor rekruitmen merupakan faktor terakhir yang mempengaruhi kajian
stok ikan di suatu perairan. Penambahan individu dalam populasi di suatu perairan
mempengaruhi kajian stok ikan yang di pengaruhi pada stadia wal ikan
mengalami pertumbuhan. Hal ini dinyatakan Amarullah (2008) yaitu rekruitmen
merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi jumlah stok di suatu
perairan dimana rekrutmen akan menambah jumlah dan biomassa suatu populasi.
Keterkaitan antara rekrutmen atau penambahan stok dengan dinamika populasi
ikan pada stadia kehidupan awal ikan (early life stages of fishes) relative belum
banyak dipahami, karena selama ini riset dinamika populasi kebayakan terfokus
pada ikan-ikan yang telah dewasa. Dalam perjalannya, dinamika stok dan
pengetahuan

parameter

yang

biasanya

dianggap

vital

(seperti

tingkat

pertumbuhan, kematian dan reproduksi) pada ikan dewasa belum cukup


memberikan informasi yang memadai terhadap terjadinya perubahan-perubahan
stok ikan di alam. Kemampuan untuk memprediksi keberhasilan rekrutmen
selama ini masih sangat lemah, sedangkan kepentingan untuk dapat memprediksi
rekrutmen dengan tingkat ketepatan yang tinggi masih diperlukan.

13

KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil pembuatan makalah dan studi kasus ini adalah :
1. Dinamika populasi ikan merupakan salah satu kajian biologi perikanan yang
mempelajari perubahan yang terjadi dalam populasi.
2. Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan stok ikan adalah pertumbuhan
dan rekrutmen, sedangkan yang mempengaruhi penurunan stok adalah
mortalitas alami dan penangkapan.
3. Pola rekriutmen ikan selar kuning di perairan Pulau Bintan menunjukkan satu
puncak rekrutmen dalam setahun, yang erat kaitannya dengan pola
pemijahan.
4. Laju eksploitasi ikan selar kuning di perairan pantai Pulau Bintan masih

dibawah tingkat optimum.

Anda mungkin juga menyukai