Baku Mutu Lingkungan PDF
Baku Mutu Lingkungan PDF
PARAMETER lingkungan
Pengertian
Contoh
DO, BOD, COD, CO2, CH4, NO3, NO2, NH3( Ammonia), S2(sulfida), SO4 (sulfat)
Perbandingan CO2 dengan CH4
Nitrat/nitrit dengan ammonia
Sulfat dengan sulfida
dengan mengukur DO maka parameter lain dapat
diperkirakan.
Parameter Air
Parameter Fisis
- Bau
- TDS
- Kekeruhan
- Rasa
- Suhu
- Warna
Parameter Kimia
- Hg (air Raksa)
- Al (aluminium)
- As (arsen)
- Ba (Barium)
- Fe (besi)
- F (fluorida)
- Cadmium (Cd)
- Kesadahan
- Cl
- Cr (chromium)
Mn (mangan)
Na (natrium)
Nitrat, nitrit
Ag (perak)
pH
Se (selenium)
Zn (seng)
Sn (sianida)
Sulfat
Cu (cuprum)
Pb (timbal)
Kimia Organik
- Aldariin dan dieldariin
- Benzena
- Benzo (a) Pyrene
- Chlordane
- Chloroform
- detergen
- Heptachlor
- Methoxychlor
Parameter Radioaktivitas
Sinar
Sinar alfa
Sinar gamma
Parameter Mikrobiology
Coliform tinja
Total Coliform
Kuman parasitik
Bakteri dan virus
Kualitas Udara
SO2
Nox
CO
HC
Pb
Partikulat
Kualitas
-
lingkungan
Kualitas lingkungan dapat diartikan dalam
kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu
dalam kualitas lingkungan yang baik
terdapat potensi untuk berkembangnya
kualitas hidup yang tinggi.
Secara sederhana kualitas lingkungan
hidup diartikan sebagai keadaan
lingkungan yang dapat memberikan daya
dukung yang optimal bagi kelangsungan
hidup manusia di suatu wilayah.
Peran lingkungan
Dalam Menimbulkan Penyakit
lingkungan sebagai faktor predisposisi
(Faktor kecenderungan)
lingkungan sebagai penyebab penyakit
(Penyebab langsung penyakit)
lingkungan sebagai media transmisi penyakit
(Sebagai perantara penularan penyakit)
lingkungan sebagai faktor mempengaruhi
perjalanan suatu penyakit
(Faktor penunjang)
INDEKS lingkungan
dapat dipakai untuk:
1. Melukiskan trend / kecenderungan kualitas
lingkungan
2. Menegaskan adanya kondisi dan masalah
lingkungan yang signifikan
3. Proses penggunaan data teknis dalam
pengambilan keputusan oleh POLICY MAKER
sumberdaya
2. Penyusunan urutan/ peringkat lokasional
3. Pengamanan baku mutu
4. Trend analysis
5. Informasi publik
6. Kajian-kajian ilmiah
Udara Ambien
- Udara ambien adalah udara bebas di permukaan
bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya;
- Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi,
dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas;
- Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau
kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau
yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien;
Emisi
- Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain
yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk
dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien
yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi
sebagai unsur pencemar;
- Mutu emisi adalah emisi yang boleh dibuang oleh
suatu kegiatan ke udara ambien;
- Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber
bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak
bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik;
5.
6.
TDS: Total dissolved solids; ukuran mineral non-gas yang larut dalam air,
RELATIVE SALTINESS
7.
8.
AEST: Aesthetics, minyak, pelumas, sedimen dan bahan lain yang dapat
dideketsi
9.
RAD: Radioaktivitas
MUTU PRIMER:
Ditetapkan pada taraf yang dirancang untuk
melindungi public health
2. BAKU
MUTU SEKUNDER:
Ditetapkan untuk melindungi efek polusi udara yang
tidak berkaitan dengan kesehatan
KARBON MONOKSIDA: CO
Tidak berwarna, tidak berbau
Hasil pembakaran yang terjadi secara tidak lengkap
Misalnya pembakaran bahan bakar dalam mesin
PARTIKULAT
FUNGSI KERUSAKAN
Fungsi matematik:
Fungsi yang menyatakan hubungan antara variabel polutan
dengan efeknya terhadap manusia dan lingkungan hidupnya
FUNGSI KERUSAKAN
Ekspresi kuantitatif tentang hubungan antara keberadaan suatu
polutan dengan tingkat dampak yang ditimbulkannya pada
populasi target (sasaran)
Dalam mempresentasikan fungsi kerusakan harus sejelas
mungkin:
Polutan apa
Dosisnya berapa
Dampaknya bagaimana
Populasi sasarannya
Kerusakan BIOFISIK: Fungsi kerusakan fisik atau biologis
Kerusakan ekonomi: Fungsi kerusakan ekonomi, berdimensi
moneter,
Menyatakan korelasi antara kerusakan ekonomi dengan taraf
polutan ambien
Dampak
.
Jenuh
Linear
Ambang
Ambang
Polutan
Polutan
Sedang
Tidak
Sehat
Sangat
Tidak
Sehat
Berbaha
ya
Rentang Penjelasan
0-50
Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada
tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika
51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada
kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh
pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika
101199
200-299
Lebih
dari 300
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
Number of days with PSI calculation of
ISPU kalkulasi dengan jumlah hari
no value available
3
tidak ada
GOOD
3
BAIK
MODERATE
25
SEDANG
UNHEALTHY
0
TIDAK SEHAT
VERY UNHEALTHY
0
SANGAT TIDAK SEHAT
DANGEROUS
0
BERBAHAYA
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
Number of days with PSI calculation of
ISPU kalkulasi dengan jumlah hari
no value available
1
tidak ada
GOOD
7
BAIK
MODERATE
23
SEDANG
UNHEALTHY
0
TIDAK SEHAT
VERY UNHEALTHY
0
SANGAT TIDAK SEHAT
DANGEROUS
0
BERBAHAYA
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
24
no value available
tidak ada
GOOD
BAIK
MODERATE
SEDANG
UNHEALTHY
TIDAK SEHAT
VERY UNHEALTHY
SANGAT TIDAK SEHAT
DANGEROUS
BERBAHAYA
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
0
3
27
1
0
0
no value available
tidak ada
GOOD
BAIK
MODERATE
SEDANG
UNHEALTHY
TIDAK SEHAT
VERY UNHEALTHY
SANGAT TIDAK SEHAT
DANGEROUS
BERBAHAYA
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
port of entry
biotransformation
target cells / organs
Biological Process
Environmental Agents
Health Effects
- Individuals
- population
MEMPERPENDEK UMUR
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Hidariokarbon
(HC) dan Volatile
Organic
Compounds
(VOCs)
Sulfur Dioxide
(SO2)
Partikulat Matter
(PM10, PM2.5,
TSP)
Ditemukan di
atmosfer perkotaan
dan industri
Pembakaran bahan
bakar fosil
(minyak pelumas,
batubara)
Berasal dari sumber
bergerak
Ozon (O3)
Parameter
Udara
SO2
1.
2.
3.
4.
NO2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
NH3
Dampak Kesehatan
Iritasi selaput lender saluran pernafasan
Batuk kronis
Peningkatan sekresi mucus
Iritasi mata, mata menjadi merah dan pedas.
Terbentuknya MethHb
Peningkatan inspiratory resistance.
Peningkatan expiratory resistance.
Edema paru bila terpapar selama 48-72 jam.
Iritasi kulit bila kontak dengan uap cair nitrogen.
Iritasi mata bila NO2 berupa uap yang pekat.
Kadar gas NOx yang tinggi dapat menyebabkan gangguan system
syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang.
1. Iritasi selaput lendir hidung dan tenggorokan, pada kadar 5000 ppm
dapat menyebabkan edema laryng, paru dapat menimbulkan
kematian.
2. Iritasi mata (mata merah, pedih, berair), bias menyebabkan
kebutaan total
3. Iritasi kulit dan menyebabkan luka bakar.
4. Bersifat tertogenik pada paparan yang menahun.
No
Parameter
Udara
Dampak Kesehatan
H2S
Pb
Partikel
debu
1. Partikulat debu 0,1-5 mikron dapat langsung masuk parupru dan mengendap di alveoli.
2. Partikulat > 5 mikron dapat mengganggu saluran nafas
bagian atas, dan iritasi mata.
Parameter
Udara bersih
Ud. Tercemar
Partikel
0,01-0,02g/m3
0,07-0,7 mg/m3
SOx
0,003-0,02 ppm
0,02-2 ppm
CO
< 1 ppm
5-200 ppm
NO2
0,003-0,02 ppm
0,02-0,1 ppm
CO2
310-330 ppm
350-700 ppm
HC
< 1 ppm
1-20 ppm
Air Quality
0 to 50
Good
51 to 100
Moderate
101 to 150
Unhealthy
for Sensitive
Groups
151 to 200
201 to 300
301 to 500
Unhealthy
Very Unhealthy
Hazardous
Peraturan
Peraturan
Peraturan
Peraturan
Kajian
Kajian 1)
Agnia Laylia
Lanjutan
Kajian 1)
Lanjutan
Kajian 1)
Identifikasi Bahaya
No Parameter Media
Udara
Lingkungan
Potensial
1
SO2
Udara
0,0108 ppm
2
3
4
5
6
0,0051 ppm
0,124 mg/m3
0,0002 mg/m3
0,00285 ppm
0,0001 ppm
NO2
Debu
Pb
NH3
H2S
Udara
Udara
Udara
Udara
Udara
Minimal
Konsentrasi
Maksimal
0,0429 ppm
Keterangan
Lanjutan
Kajian 1)
Risk
agent
NH3
RfC
H2S
5,71E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman
et al 2000)
Pb
4,93E-4
NO2
2E-2
SO2
2,6E-2
Debu
2,42
Lanjutan
Kajian 1)
Gangguan Pernafasan yang Terjadi pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan Jl.
Demak Dan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan PT. SIER Kota Surabaya
Jumlah
4
%
26,7
40,0
33,3
15
100
Total
Lanjutan
Kajian 1)
Gangguan Pernafasan yang Terjadi pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan Jl.
Demak Dan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan PT. SIER Kota Surabaya
No
Gangguan
Pernafasan
Jumlah
Ya
11
73,3
Tidak
26,7
15
100
Total
Obstruksi&restriksipartikel
debujaringan fiber pada dinding
alveolus, gas lain bersifat iritan
(Morgan dan Seaton, 1995)
Gangguan Pernafasan
Responden
Ya
Total
Tidak
21-40 tahun
55,6
44,4
100
41-60 tahun
100
100
Total
11
73,3
26,7
15
100
Lanjutan
Kajian 1)
Kajian 2)
Kristiyana Sandra
lanjutan
Kajian 2)
Kesimpulan
Fungsi paru Polantas Polwiltabes Surabaya lebih buruk
daripada fungsi paru polisi staf dan keluhan pernafasan
yang dirasakan Polantas lebih banyak daripada yang
dirasakan oleh polisi staf.
Polantas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami
restriksi dan 1,4 kali lebih besar mengalami obstruksi
daripada polisi staf. Risiko Polantas mengalami keluhan
pernafasan adalah 2 kali lebih besar daripada polisi staf,
terutama keluhan batuk kering dan batuk berdahak.
Diketahui kadar SO2 di udara berpengaruh terhadap status
fungsi paru dan keluhan pernafasan Polantas.
Kualitas udara yang buruk dan dosis kumulatif rokok
Polantas bekerja secara sinergi atau bersamaan dapat
menurunkan fungsi paru Polantas.
Kajian 3)
Corie Indria P
Lanjutan
Kajian 3)
Kesimpulan:
1. Kadar Pb udara rata-rata:
- di depan Pertokoan JMP = 0,553 g/m3,
- Perempatan Siola = 0,46 g/m3,
- Perempatan Ambengan = 0,293 g/m3,
- Perempatan Banyu urip = 0,452 g/m3,
- Perempatan Adityawarman = 0,405 g/m3,
- depan Terminal Joyoboyo = 0,437 g/m3.
Kadar Pb udara rata-rata di depan Pertokoan JMP
sedikit melampaui BML menurut WHO, sedangkan
kadar Pb udara rata-rata pada lokasi lainnya masih
jauh di bawah BML.
Lanjutan
Kajian 3)
Lanjutan....Kesimpulan
Kadar
Lanjutan
Kajian 3)
Kajian 4
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR
MALIONDIALDEHYDE (MDA) DAN FUNGSI PARU
SOPIR ANGKUTAN KOTA DAN ANGKUTAN
PEDESAAN
Wiranita Wulandari
Lanjutan.Kajian 4
Tujuan penelitian
menganalisis faktor yang pengaruh terhadap kadar MDA
dalam darah serta fungsi paru pada sopir serta menentukan
model manajemen pengelolaan pengendalian radikal bebas
di udara.
Lanjutan.Kajian 4
Kualitas Udara Ambien
Tabel : Konsentrasi Rata-Rata Pencemar Udara Di Kota Surabaya
dan Di Kabupaten Mojokerto pada bulan Juli 2009.
Waktu
Pengukuran
Parameter
Pagi
Gas NO2
(07.00-09.00) Gas Ozon
Gas SO2
Partikel Debu
Siang
Gas NO2
(12.00 14.00) Gas Ozon
Gas SO2
Partikel Debu
Sore
Gas NO2
(16.00-18.00) Gas Ozon
Gas SO2
Partikel Debu
Konsentrasi
(ppm)
Kota
Kab.
Surabaya
Mojokerto
0,0122
0,0029
0,0027
0,0026
0,0101
0,0076
0,325
0,252
0,0200
0,0071
0,0055
0,0034
0,0093
0,0110
0,309
0,454
0,0121
0,0032
0,0023
0,0022
0,0107
0,0023
0,298
0,319
Baku Mutu
(SK Gub. Jatim
No.
10
tahun
2009)
NO2
Ozon
SO2
Debu
: 0,05
: 0,1
: 0,1
: 0,26
Lanjutan.Kajian 4
Tabel : Status Fungsi Paru Sopir Angkutan Kota dan Angkutan
Pedesaan Setelah Dikategorikan Kembali
Responden
Status Fungsi
Paru
Kota Surabaya
Kabupaten
Mojokerto
n
%
Normal
18
78,3
10
43,5
Tidak normal
21,7
13
56,5
Total
23
100
23
100
Lanjutan.Kajian 4
Tabel : Rata-Rata Kadar Maliondialdehyde (MDA) dalam
Darah Sopir Angkutan Kota dan Angkutan
Pedesaan pada bulan Juli 2009
Kadar MDA
(nanomol / ml)
No
Rata-rata
6,6266
2,70731
Kadar
minimum
3,37
Kadar
13,97
maksimum
8,6426
3,16212
4,27
18,00
Kesimpulan
- terdapat perbedaan antara fungsi paru sopir angkutan kota
dan angkutan pedesaan (p = 0,033). Fungsi paru sopir
angkutan pedesaan di kab. Mojokerto lebih jelek bila
dibandingkan dengan fungsi paru sopir angkutan kota di Kota
Surabaya.
-terdapat perbedaan yuang signifikan antara rata-rata kadar
MDA dalam darah sopir angkutan kota dan angkutan
pedesaan (p = 0,022). Sopir angkutan pedesaan mempunyai
kadar MDA dalam darah yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan sopir angkutan kota di Kota Surabaya.
- variabel yang paling berpengaruh terhadap ganguan fungsi
paru adalah lokasi kerja dan dosis kumulatif rokok sedangkan
kadar MDA dalam darah dipengaruhi oleh dosis kumulatif
rokok.
- Faktor yang diduga menentukan dalam lokasi kerja sopir
adalah kadar debu. Hal ini mengingat kadar debu di lokasi
kerja sopir angkutan pedesaan yang lebih tinggi.
Frekuensi sakit
Lama sakit minim
Lama sakit maksim
Total lama sakit
Rerata lama sakit
Frekuensi sakit per
Bulan
Sumber:Yuswianto (Disertasi 2006)
2,60 + 1,69
2,56 + 1,59 (hari)
4,80 + 2,77 (hari)
10,01 + 7,41 (hari)
3,56 + 1,86 (hari)
0,86 + 0,52 (hari)
------------------------------------------------------------------
JUML
-----------------------------------------------------------------+
129
9
138 ( 22,5 %)
366
110
476 ( 77,5 %)
-----------------------------------------------------------------JUMLAH
495
119
614
(80,62%)
(19,38%)
(100 %)
------------------------------------------------------------------
X2 = 17,79
DF = 1
P = 0,00002
Hubungan
Kualitas
Ranu
Telaga Kriteri
Glabag Saranga a Mutu
n
Air *)
1. pH
6,99
7,04
7,05
7,07
7,04
69
2. BOD
3,26
3,70
2,77
3,50
3,38
3. COD
9,87
7,83
6,43
8,14
10,26
25
4. DO
6,85
6,26
7,41
6,22
6,72
< LD
< LD
< LD
< LD
< LD
0,2
0,0034
0,1115
0,0038
0,0486
0,0127
0,06
5. Total Fosfat
sebagai P
6. Nitrit
sebagai N
(NO2)
3,0 5,0
Tercemar ringan
5,1 14,9
Tercemar sedang
15
Tercemar berat
No
1
2
3
Kadar Nitrit
(mg/l)
< 0,003
0,003 0,014
0,014 >
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis kualitas kesehatan lingkungan (udara, air
badan air, tanah, makanan dan air minum) di sekitar
aktivitas daerah Industri serta potensi dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di kawasan
tersebut.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Sampel
Sampel
Besar Sampel
HASIL PENELITIAN
PARAMETER LINGKUNGAN
Parameter Utama
Udara outdoor (PM10, SO2, NO2, NH 3 dan H2S dan
meteorologi)
Untuk semua parameter masih memenuhi baku mutu
Baku Mutu :
1. PPRI No. 41 Th 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
2. PerGub Jatim No. 10 Th 2009 ttg Baku Mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jatim
(untuk parameter H2S dan NH 3)
No
SO2, (g/m3)
3
4
min
0.70
Peruntukan
max mean median
SD
min
Bukan Peruntukan
max mean median
SD
2.80
1.76
2.20
0.98
0.90
4.80
2.63
2.45
1.30
NO2, (g/m3)
9.0 127.0
55.5
29.3
45.6
5.7
39.2
17.7
13.9
11.1
H2S, (g/m3)
PM 10,
(g/m3)
0.1
1.7
1.1
1.5
0.1
0.8
0.4
0.3
0.3
96.4
22.8
96.1
40.9
4.5
Baku Mutu :
1. Permenkes RI No.1077 Th 2011 ttg Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah (kecuali:
untuk parameter H2S dan NH 3)
Baku Mutu : 35 g/m3 dalam 24 jam
Hasil PM2,5 min 266 g/m3
max 4216 g/m3
Total
n
31
835
3.6
96.4
36
713
4.8
95.2
67
1,548
4.1
95.9
154
712
17.8
82.2
146
603
19.5
80.5
300
1,315
18.6
81.4
185
681
21.4
78.6
182
567
24.3
75.7
367
1,248
22.7
77.3
Total
n
4
0.5
862 99.5
7
742
0.9
11 0.7
99.1 1,604 99.3
19
2.2
847 97.8
1
748
0.1
20 1.2
99.9 1,595 98.8
24
2.8
842 97.2
8
741
1.1
32 2.0
98.9 1,583 98.0
29.0
50.5
18.0
1.5
0
1.0
0
0
29.0
37
82
10
26
20
1
21
2
37
18.6
41.2
5.0
13.1
10.1
0.5
10.6
1.0
18.6
114
38
3
21
3
30
57.0
19.0
1.5
10.5
1.5
15.0
67
56
15
38
4
46
33.7
28.1
7.5
19.1
2.0
23.1
Variabel
Pengolahan air minum sebelum diminum
- Langsung diminum
- Dimasak
- Disaring
- Diberi bahan kimia
- Lainnya
74.0
23.5
0
0
2.5
122
63
2
1
11
61.3
31.7
1.0
0.5
5.5
Kualitas Air Badan Air (Parameter Pb, Cd, As, Fe, Mn, Hg,
Cr+6, BOD, COD, pH, DHL, warna, kekeruhan, TSS, H2S,
NH3 dan TOC)
Baku Mutu:
PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
51.5
22.5
22.5
0.5
1.0
0
2.0
25
69
47
7
1
22
28
12.6
34.7
23.6
3.5
0.5
11.1
14.1
184
184
180
183
172
92.0
175
194
185
189
186
87.9
82,4
90.0
83,4
86.0
95,5
93.0
97,0
93.5
Parameter
Pb, (ppm)
Cd, (ppm)
min
0.046
0.000
Peruntukan
max
mean median
0.207
0.107
0.096
0.000
0.000
0.000
SD
0.049
0.000
min
0.034
0.000
Bukan Peruntukan
max
mean median
0.203
0.097
0.081
0.046
0.011
0.000
Baku Mutu:
1. Pb = 0,03 (kelas dua dan kelas tiga)
2. Cd = 0,01 (kelas dua dan kelas tiga)
SD
0.053
0.018
Baku Mutu :
SNI 7387: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
dalam Pangan
1.
Pb = buah/sayur: 0,5 ppm; serealia/beras: 0,3 ppm; ikan: 0,3 ppm;
2.
Cd = buah/sayur: 0,2 ppm; serealia/beras: 0,4 ppm; ikan: 0,1 ppm;
As = buah/sayur: 1 ppm; serealia/biji-bijian: 0,5 ppm; ikan: 1 ppm;
3.
No
1
2
3
Paramete
Pb, (ppm)
Cd, (ppm)
As, (ppm)
min
2,219
1,173
Peruntukan
max
mean median
6,137 3,849 3,777
6,969 3,827 4,582
Tidak Terdeteksi
SD
1,278
1,951
min
2,029
1,039
Bukan Peruntukan
max
mean median
SD
4,397 3,357 3,679 841.482
5,056 2,362 2,101 1036.06
Tidak Terdeteksi
Baku Mutu:
Pickering 1980 (Soil and Chemical Hazards)
1. Pb = 2 - 200 ppm
2. Cd = 0,1 - 0,7 ppm
3. Hg = 0,03 ppm
No
Parameter
1
2
3
Pb, (ppm)
Cd, (ppm)
Hg, (ppm)
min
7,134
1,039
0.027
Peruntukan
max
mean median
15,822 11,129 10,444
5,506 2,367
2,192
1.017 0.481
0.351
SD
min
3,128
6,942
1,266
1,904
0.413
0.088
Bukan Peruntukan
max
mean median
SD
11,882
8,904
8,498 1589.233
5,029
3,253
2,996 1145.099
0.779
0.288
0.210 0.222365
Parameter Spesifik
Kualitas Udara (outdoor dan indoor): Formaldehyd, CO
Kualitas Sumber air (air badan air): Total Fosfat, Nitrit
(NO2), Nitrat (NO3)
Kualitas makanan: Merkuri
Hasil masih dibawah baku mutu.
HASIL PENELITIAN
PARAMETER BIOMEDIS
Parameter Utama
Peruntukan (n=184)
184
100,0
188
100,0
158
1
12
12
86,3
0,5
6,6
6,6
169
3
7
8
90,4
1,6
3,7
4,3
Nilai P
Pb Rambut
Tinggi (> 0,3 ppm)
Faal Paru
Normal
Obstruktif
Restriktif
Campuran
PARAMETER BIOMEDIS
UMUM
Pb (Rambut)
Peruntukan (n=184)
0,328
Mean
Med
SD
Minimal
Maximal
Mean
Med
SD
Minimal
Maximal
5,6
5,1
3,4
0,8
21,8
5,3
4,7
3,3
0,3
13,9
Parameter Spesifik
Peruntukan (n=184)
168
91,3
178
94,7
15
8,2
10
5,3
,5
,0
184
100,0
188
100,0
Positif
1,1
,0
Tt < 0,33
2,2
2,7
178
96,7
183
97,3
Nilai P
PARAMETER KHUSUS
Cholinesterase
< 3930 u
> 10800 u/L
Normal /L
0,548
Mercury Total
Positif
Tt < 0,33
Nitrit
Negatif
0,959
1.
Pencemar
Air
Baku
Mutu
(mg/l)
Fe
0,3
2.
F
1,5
3.
Mn
0,1
4.
NO2
3
5.
Kesadahan
500
Maksim
al
Konsentrasi (mg/l)
Minimal
Keterangan
1,3475
0,0037
melebihi
baku mutu
0,48
0,12
Memenuhi
baku mutu
0,9812
0,0491
Melebihi
baku mutu
0,8343
0,0035
Memenuhi
baku mutu
1762,2
39,6
Melebihi
baku mutu
Identifikasi Bahaya
Parameter pencemar air yang mempunyai bahaya non
karsinogenik adalah Fe, F, Mn, NO2, dan Kesadahan.
1.
No Parameter
1
2
3
4
5
Efek Kritis
3. Penilaian Pajanan
Dalam kajian ini, risk agent (polutan)
yang berasal dari kandungan unsur hara
alami, kontaminasi limbah rumah tangga
maupun industri terekspos masuk ke dalam
tubuh manusia dengan jalan ingesti
(tertelan) melalui air minum. Masyarakat
yang paling sering terekspos adalah
penduduk di sekitar lokasi (residensial).
C x R x t E x f E x D t
I
W b x t avg
Keterangan:
I
: Intake (Asupan), jumlah Risk Agent yang masuk
(mg/kg/hari)
C
: Konsentrasi Risk Agent , mg/M3 (udara), mg/L (air minum),
mg/kg (makanan)
R
: Laju (Rate) asupan, 20 M3/hari (udara), 2 L/hari (air minum)
tE
: Waktu pajanan harian, jam/hari
fE
: Frekuensi pajanan tahunan, hari/tahun
Dt
: Durasi pajanan, Real Time atau 30 tahun proyeksi
Wb : Berat badan, kg
tavg
: Periode waktu rata-rata, 30 tahun x 365 hari/tahun (nonkarsinogenik) atau 70 tahun x 365 hari (karsinogenik)
C x R x f E x D t
I
W b x t avg
= 0,48 mg/L x 2 L/hari x 365 hari/th x 30 th
55 kg x 350 hari/th x 30 th
= 0,016737 (mg/kg/L)
Keterangan : nilai tE tidak dimasukkan kedalam
rumus karena telah menggunakan pajanan hari/tahun
bukan dalam harian.
No Pencemar Air
1.
2.
3.
4.
5.
Fe
F
Mn
NO2
Kesadahan
Intake (mg/kg/L)
Maksimal
Minimal
0,046986
0,000129
0,016737
0,004184
0,034214
0,001712
0,029091
61,44658
0,000122
1,380822
4. Karakteristik risiko
Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk
Quotient (RQ, Tingkat risiko) untuk efek non karsinogenik dan
Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek karsinogenik. Dihitung
dengan rumus :
RQ
RQ
Ink
RfD
RfC
I nk
RfD atau R
fC
: Risk Quotient
: Intake (asupan) non karsinogenik
: Reference Dose (untuk pajanan melalui ingesti)
: Reference Consentration (untuk pajanan melalui inhalasi)
Dalam
RQ
I nk
RfD
= 0,016737(mg/kg/L)
0,06
= 0,278954
Pencemar Air
Fe
F
Mn
NO2
RQ
Maksimal
0,156621
Minimal
0,00043
0,278954
0,069738
0,244384
0,012229
0,290914
0,00122
Walaupun
2
3
Dampak Kesehatan
Paramete
r
Besi (Fe)
1. Menyebabkan gangguan penyerapan oksigen dalam darah, ditandai
gejala pusing, mual.
2. Jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi dapat merusak saraf.
Mangan
1. Jika dikonsumsi berlebihan dapat bersifat neuro toksik
2. Dapat menyebabkan kerusakan hati.
Flourida (F) 1. Menyebabkan fluorosis (noda coklat) pada gigi, nyeri epigastrium,
disphagia, air liur berlebih, mual, muntah darah, hematuria, diare.
2. Kerusakan otak
3. Penyakit Alzheimer
4. Gangguan liver
Nitrit
(NO2)
Kesadahan
5. Manajemen Risiko
Risiko kesehatan adalah dampak negatif yang hanya
bisa dikelola tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali.
Potensi dampak ini dan upaya untuk
mengendalikannya sesungguhnya telah diantisipasi
dalam UURI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 18 UU ini menyatakan bahwa izin untuk
melakukan usaha atau kegiatan yang menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
hanya diberikan bila usaha atau kegiatan itu memiliki
AMDAL.
Berdasarkan
Untuk
6. Komunikasi Risiko
Hasil analisis kualitas air pada tiap lokasi sampel akan
di komunikasikan kepada dinas-dinas terkait agar
dapat dijadikan bahan acuan kebijakan serta
pertimbangan dalam pembuatan regulasi
pengendalian kualitas air. Peran dari instansi
khususnya bidang lingkungan seperti BLH, serta
instansi lain yang terkait yaitu Dinas Kesehatan dan
Pemkab diperlukan untuk pelaksanaan program
pemantauan, pemeriksaan, dan pemeliharaan air
minum agar kualitasnya tetap terjaga, memenuhi
baku mutu dan tidak menimbulkan risiko pada
kesehatan masyarakat.
Terima kasih
--------sama-sama