J3E115070
J3E115102
Poni Simatupang
J3E215124
Rima Aviyani
J3E115047
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai jenis bahan kimia yang berfungsi sebagai antimicrobial agents,baik itu
disingektan maupun antiseptic banyak ditemukan dipasaran. Akan tetapi tidak ada satu bahan
kimia pun yang terbaik atau ideal digunakan untuk setiap penggunaan dan semua tujuan. Hal ini
disebabkan oleh beragamnya kondisi dimana bahan digunakan,cara kerja,banyak dan jenis sel
mikroba yang akan dihancurkan.
Suatu disinfektan maupun antiseptic yang telah digunakan untuk mendesinfeksi
permukaan peralatan atau tangan pekerja pengelola makanan,biasanya akan tercemar oleh
mikroorganisme dan bahan organic. Untuk mengetahui apakah disinfektan ini masih tetap dapat
digunakan tanpa kehilangan efektifitasnya maka dapat dilakukan uji kapasitas disinfektan.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi kerja dari suatu disinfektan
adalah metode pengenceran siap pakai (Use-dilution method). Metode ini lebih cocok digunakan
untuk disinfektan nonfenolik,seperti biklrorida atau merkuri,iodium,metafen,dan deterjen
kuartener.
1.2 Tujuan
Pada praktikum uji kapasitas disinfektan / antiseptik ini bertujuan untuk apakah suatu
disinfektan masih tetap dapat digunakan tanpa kehilangan efektifitasnya dan mempelajari
penerapan uji pengenceran siap pakai.Selain itu bertujuan untuk mengetahui daya bakteriostatik
selektif larutan kristal violet terhadap bakteri.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
-
2.1.2 Bahan
-
Aquadest
Larutan kristal violet
Suspensi Staphylococcus aureus
Suspensi Escherichia coli
Larutan pengencer
Media NA
Media NB
Formaldehid 2%
Iodium 4%
Wipol 2%
So klin 2%
1m
l
KV
0,1%
9ml air
steril
NA
Gores auapensi E.coli
& S.aureus, Inkubasi 30c 48 jam
Diamati.
2.2.2
1ml suspensi
bakteri
A
9mk
12ml
disinfektan +
1ml suspensi
20
1ml
N
A
12ml
disinfektan +
1ml suspensi
N
B
N
A
12ml
disinfektan+
1ml suspensi
20
1ml
1ml
N
B
20
1ml
N
B
N
A
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Data Uji Daya Bakteriostatik Selektif Larutan Kristal Violet
Pertumbuhan Bakteri
N
B
N
A
Kelompok
Bakteri
S. aureus
+++
+++
++
++
+++
+++
E. coli
+++++
++++
++++
S. aureus
++++
++++
+++
+++
++++
E. coli
+++
+++
++++ ++++
++++
+++++
S. aureus
++
++
+++
+++
E. coli
++
++
+++
+++
+++++
+++++
+++
+++
++
++
E. coli
++
++
++
++
S. aureus
+
(menyatu)
E. coli
+
(menyatu)
S. aureus
++
++
++
E. coli
++
++
++
++
++
++
S. aureus
++
S. aureus
+++++
++++
++++
E. coli
+++++
++++
++++
S. aureus
++
++
+++
+++
E. coli
++
++
+++
+++
Ket:
+++++
: Koloni bakteri
sangat banyak
++++
: Koloni bakteri
banyak
+++
: Koloni bakteri cukup
banyak
++
: koloni bakteri sedikit
Ket: NB
+++++
: Sangat keruh
++++
: keruh
+++
: cukup keruh
Ket NB:
+++++
++++
+++
++
++
+
-
: agak keruh
: sedikit keruh
: tidak keruh
3.2 Pembahasan
Antimikroba adalah suatu senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup
termasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat proses penting dalam kehidupansatu spesies atau lebih mikroorganisme
(Siswandono 1995 dalam Hakim J). Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis
yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitasmikroba (Hakim J 2008).
Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme mencakup kepadatan
populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan antimikrobial, volume bahan yang
disterilkan, lamanya bahan antimikrobial diaplikasikan pada mikroorganisme, konsentrasi bahan
antimikroba,suhu,dankandungan bahan organik. Protein akan mengurangi daya kerja desinfektan
sedangkan panas mempercepat daya kerjanya. Berdasarkan sifatnya bahan kimia yang
mematikan pertumbuhan disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat
pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik (Hakim J 2008).
Bahan antimikrobial dapat bersifat bakteriotstatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat
baktersidal pada konstetrasi tinggi. Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai
daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun
beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat
pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu
mekanisme reproduksi sel.
3.2.1
terhadap bakteri. Pengujian dilakukan menggunakan larutan kritsal violet 0,1 % (10-2). Diambil
sebanyak 1 ml dari larutan kritsal violet 0,1 % (10-3) lalu dipindahkan ke dalam tabung reaksi 9
ml (10-4). Kemudian diambil sebanyak 1 ml dari pengenceran (10-4) ke dalam tabung reaksi (105
). Setiap pengenceran yang dilakukan terlebih dahulu divortex untuk menghomogenkan larutan.
Setelah larutan homogen dan pengenceran selesai, kemudian dari setiap pengenceran (10-3, 104
10-5) diambil 1 ml lalu dimasukkan ke dalam cawan petri untuk selanjutnya dilakukan pleting
atau pemupukan secara duplo dari setip pengenceran (10-3, 10-4,10-5). Kemudian dituangkan NA
sebanyak 15 ml ke masing-masing cawan dan digoyangkan membentuk angka 8 untuk
meratakan sehingga pada saat membeku agar merata pada setiap bagian cawan. Setelah agar
beku, dilakukan pemupukan kultur Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan cara
digores langsung pada cawan petri yang telah dibagi dalam dua bagian. Kemudian diinkubasi
selama 2 hari pada suhu 30oC dan diamati secara kualitatif.
Setelah diinkubasi selama dua hari, hasil pengamatan pada tingkat pengenceran 10-3, pada
kelompok 1 menunjukkan hasil (+++++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan ( +++)
untuk Staphylococcus aureus pada plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 2 menunjukkan hasil
(++++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan hasil (+++) Staphylococcus aureus untuk
plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 3 menunjukkan hasil (+) atau sedikit adanya pertumbuhan
Escherichia coli dan hasil (+) Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan hasil (+) adanya
pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam jumlah sedikit pada plating ke-2. Pada kelompok 4
menunjukkan hasil (++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dalam jumlah sedikit dan
Staphylococcus aureus (+++++) dalam jumlah banyak untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada
kelompok 5 menunjukkan hasil (+) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada Pada kelompok 6 menunjukkan hasil
(++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan hasil (+) untuk Staphylococcus aureus
dalam jumlah sedikit pada plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 7 menunjukkan hasil (+++++)
atau banyaknya pertumbuhan Escherichia coli dan pertumbuhan Staphylococcus aureus untuk
plating ke-1 dan ke-2.Sedangkan pada kelompok 8 menunjukkan hasil (+) untuk pertumbuhan
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan ke-2.
Hasil pengamatan pada tingkat pengenceran 10-4, pada kelompok 1 menunjukkan hasil (+
+++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan ( ++) untuk Staphylococcus aureus pada
plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 2 menunjukkan hasil (++++) atau adanya pertumbuhan
Escherichia coli dan hasil (++) Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada
kelompok 3 menunjukkan hasil (++) atau sedikit adanya pertumbuhan Escherichia coli dan hasil
(++) Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan hasil (+)
adanya pertumbuhan
Staphylococcus aureus dalam jumlah sedikit pada plating ke-2. Pada kelompok 4 menunjukkan
hasil (++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dalam jumlah sedikit dan Staphylococcus
aureus (+++) dalam jumlah cukup banyak untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 5
menunjukkan hasil (+) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
dalam jumlah sedikit untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada Pada kelompok 6 menunjukkan hasil (+
+) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan hasil (++) untuk Staphylococcus aureus dalam
jumlah cukup sedikit pada plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 7 menunjukkan hasil (++++)
atau banyaknya pertumbuhan Escherichia coli dan pertumbuhan Staphylococcus aureus untuk
plating ke-1 dan ke-2.Sedangkan pada kelompok 8 menunjukkan hasil (++) cukup sedikit untuk
pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan ke-2.
Hasil pengamatan pada tingkat pengenceran 10-5, pada kelompok 1 menunjukkan hasil (+
+++) atau banyaknya pertumbuhan Escherichia coli dan ( +++) untuk Staphylococcus aureus
pada plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 2 menunjukkan hasil (+++) atau cukup banyak
adanya pertumbuhan Escherichia coli dan hasil (+++) Staphylococcus aureus untuk plating ke-1
dan ke-2. Pada kelompok 3 menunjukkan hasil (+++) atau cukup banyak adanya pertumbuhan
Escherichia coli dan hasil (+++) Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada
kelompok 4 menunjukkan hasil (+) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dalam jumlah
sedikit dan Staphylococcus aureus (++) dalam untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 5
menunjukkan hasil (+) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
untuk plating ke-1 dan ke-2. Pada Pada kelompok 6 menunjukkan hasil (++) atau adanya
pertumbuhan Escherichia coli dan hasil (+) untuk Staphylococcus aureus dalam jumlah sedikit
pada plating ke-1 dan ke-2. Pada kelompok 7 menunjukkan hasil (++++) atau banyaknya
pertumbuhan Escherichia coli dan pertumbuhan Staphylococcus aureus untuk plating ke-1 dan
ke-2.Sedangkan pada kelompok 8 menunjukkan hasil (+++) untuk pertumbuhan Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus cukup banyak untuk plating ke-1 dan ke-2.
Hasil pengamatan secara kualitatif pada pemupukan atau plating yang dilakukan pada
setiap
pengenceran
memperlihatkan
bahwa
pertumbuhan
bakteri
Escherichia
coli
Sel mikroba dalam memelihara kelangsungan hidupnya perlu mensintesis protein yang
berlangsung di dalam ribosom bekerja sama dengan mRNA dan tRNA. Bahan antimikroba
seperti bakteriostatik mengganggu sintesis protein dan asam nukleat mikroba sehingg akan
menghambat perrtumbuhan sel mikroba. Asam nukleat merupakan bagian yang sangat vital bagi
perkembangbiakan sel. Pertumbuhan sel kebanyakan tergantung pada sintesis DNA sedangkan
RNA diperlukan untuk transkripsi dan menentukan informasi sintesis protein dan enzim. Jenisjenis RNA yaitu t-RNA, r-RNA, m-RNA, masing-masing mempunyai peranan pada sintesis
protein. Begitu pentingnya asam nukleat bagi sel, maka gangguan sintesis DNA atau RNA dapat
memblokir pertumbuhan sel.
3.2.2
yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan
fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan
biguanida.
Pada uji ini, digunakan media NA dan NB untuk mengetahui penghambatan pertumbuhan
bakteri. Suspensi ditambahkan pada interval waktu 0, 20, 40, dan 60 menit serta sampel pada
menit ke-0 digunakan sebagai kontrol. Sampel diinkubasi pada suhu 30C selama 2 hari.
Kemudian dihitung secara kuantitatif jumlah koloni pada cawan petri dan diamati tingkat
kekeruhan pada tabung reaksi.Suspensi diberi perlakuan dengan disinfektan diantaranya: Wipol
0,4 % dengan bahan aktif-pine oil ,formaldehid 2 % dengan bahan aktif gugus aldehid , iodium 4
% dengan bahan aktif senyawa halogen, SOS 0,4 % dengan bahan aktif benzalkonium, Detol
2,7% dengan bahan aktif Choloxylenol, Antiseptik Aloevera dengan bahan aktif alkohol 70% ,
dan Antis dengan bahan aktif alkohol 70%.
Berdasarkan uji kuantitatif dengan media NA, umumnya terjadi penurunan jumlah koloni
antara menit ke-0 dengan menit ke-20, akibat dari penambahan disinfektan pada menit ke-20.
Setelah menit ke-20 hingga menit ke-60 umumnya jumlah koloni S.aureus dan E.coli akan
bertambah karena penambahan suspensi setiap 20 menit dan kemampuan disinfektan yang
semakin berkurang. Hasil uji menunjukkan kemampuan iodium 4 %, melebihi disinfektan lain .
Hal itu karena kemampuannya dalam mereduksi jumlah bakteri dan mempertahankan keadaan
walaupun ditambahkan suspensi pada interval waktu tertentu. Dan konsentrasinya yang lebih
tinggi di banding konsentrasi disinfektan yang lain.
Berdasarkan uji kualitatif dengan media NB, umumnya terjadi penurunan tingkat kekeruhan
pada interval 20 menit pertama, karena penambahan dan daya kerja disinfektan 20 hingga menit
ke-60 umumnya jumlah koloni akan bertambah karena penambahan suspensi setiap 20 menit dan
kemampuan disinfektan yang semakin berkurang. Hasil uji terhadap berbagai jenis disinfektan
menunjukkan kemampuan iodium 4 %. Perbedaan hasil keefektivan disinfektan di pengaruhi
oleh konsentrasi yang berbeda-beda dimana setiap jenis disinfektan memiliki konsentrasi tertentu
agak efektif membasmi bakteri, seperti Formaldehida 2%, formaldehida efektif digunakan pada
konsentasi efektif sekitar 8% untuk membunuh bakteri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji daya bakteriostatik dapat disimpulkan bahwa kristal violet dalam
konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan dalam konsentrasi tinggi bersifat bakterisidal.
Pertumbuhan mikroba akan semakin sedikit dengan meningkatnya konstraasi kristal violet.
Bakteri gram negatif (Escherichia coli)
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, J. 2008. Tanah Dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing.
Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Diakses melalui :
Dwidjoseputro.D. 2005. Dasar Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Irianto. Koes. 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme. Yramawidya : Bandung
Lay.2006.Disinfektan dan Antiseptik.Jakarta: Pustaka Utama.
Waluyo. Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Umm : Malang
LAMPIRAN