PENDAHULUAN
Mikroorganisme ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Mikrorrganisme
yang merugikan yaitu mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi, menghailkan racun
dan merusab bahan dengan cara menyebabkan pembusukan, menguraikan bahan-bahan.
Terdapatnya mikroorganisme dalam sediaan farmasi, makanan, minuman sebagai kontaminan,
kemungkinan disebabkan oleh cara pengolahan yang tidak bersih dan sehat, cara pengepakan
yang kurang bagus, cara penyimpanan yang tidak baik dan lain-lain. Sedangkan sumbernya
kemungkinan dari udara, tanah, air, peralatan yang digunakan dalam pengolahan, pekerja yang
melakukan proses pembuatan ( Djide, 2003).
Makanan, minuman, obat tradisional, sediaan non steril, serta kosmetik merupakan
suatu sediaan yang berasal dari hewan, tumbuhan, mineral, maupun dari zat-zat kimia sintetik.
Pada umumnya sediaan-sediaan tersebut, diproduksi oleh industri secara besar-besaran dan
biasanya memakan waktu yang cukup lama dalam produksi, penyimpanan, distribusi dan
akhirnya sampai ke tangan konsumen (sari 2013)
Kualitas mikrobiologis dari obat-obatan merupakan suatu masalah yang penting untuk
diperhatikan. Obat-obatan steril sudah lama dikenal syarat kualitas mikrobiologisnya, tetapi
preparat farmasi non steril baru beberapa tahun terakhir ini mendapatkan perhatian dan mulai
diadakannya persyaratan. Pada umumnya obat-obatan dibuat oleh industri secara besar-
besaran. Sediaan tadi memakan waktu yang cukup lama dalam penyimpanan, dan hal ini
Adanya mikroba di dalam obat-obatan non steril tidak dikehendaki karena dapat
dan bahkan aktivitas di dalam obat yang bersangkutan. Selain itu mikroba yang tumbuh dapat
berbahaya, baik yang patogen ataupun dari jenis yang tidak patogen, tetapi bila jumlahnya
sangat banyak dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan. Penyakit-penyakit yang dapat
timbul karena adanya mikroba didalam obat-obatan non steril, dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi dari bakteri patogen atau keracunan oleh bakteri penghasil racun (Djide , 2003).
Jenis pengujian yang diperlukan untuk masing-masing produk tidak sama uji
mikrobiologi merupakan salah satu jenis uji yang penting, karena selain dapat menduga daya
tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau
indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif
untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk
menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat
sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap produk-produk yang langsung dimakan
dilakukan terhadap bakteri-bakteri penyebab infeksi dan keracunan makan seperti yang
disebutkan diatas dan juga terhadap angka lempeg total seagai indikasi tentang kebersihan
dan sanitasi pada proses pengolahan produk-produk tersebut ( Djide , 2003).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum uji mikrobiologis terhadap
produk sediaan farmasi yaitu makanan, minuman, kosmetik, dan obat tradisional.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melihat tingkat pengenceran dari sampel jamu,kue, bedak, dan
mountea, dan untuk menghitung jumlah mikroba pencemar pada sediaan jamu, kue, bedak,
dan mountea apakah sampel memenuhi syarat atau tidak.
Cara Kerja
Uji ALT Kapang
Sebanyak 3 buah cawan petri steril disiapkan dan diberi label 10-1, 10-2, dan 10-3
(diambil 3 pengenceran awal). 1 mL dari tiap pengenceran sampel diambil dan masing-masing
dimasukan kedalam cawan petri steril. 10 mL media PDA dituang ke cawan dan dibiarkan
memadat. Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 250 C selama 3 hari, setelah 3 hari koloni
kapang yang tumbuh diamati dan dihitung.
Analisis ALT kapang :
ALT = V x n x 1/f
Hasil
Tabel 3 Hasil uji bakteri Staphylococcus aureus pada media pepton water (PW)
Sampel Hasil
Bedak -
Jamu -
Mountea Keruh
Kue Keruh
Tabel 4 Hasil uji lanjut/penegasan bakteri Staphylococcus aureus pada media VJA
Sampel Keterangan Ciri-ciri koloni
Mountea Ada bakteri yang tumbuh Berwarna putih
Kue Tidak ada bakteri yang tumbuh -
Pembahasan
Uji mikrobiologis makanan dan minuman adalah uji yang ditujukan untuk menentukan
apakah sediaan tersebut telah tercemar mikroba atau tidak, sehingga aman dikonsumsi oleh
masyarakat. Pengujian ini biasanya dilakukan oleh Balai Pemeriksaan Makanan dan Minuman
terhadap produk baru atau produk yang beredar di pasaran. Uji Mikrobiologis dibagi menjadi
2, yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui jenis
mikroorganisme yang ada dalam sediaan tersebut. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan untuk
Kualitas mikrobiologis dari sediaan kosmetik merupakan suatu masalah yang sangat
penting untuk diperhatikan. Pada waktu penyimpanan dan peredaran ada kemungkinan terjadi
diperhatikan. Adanya mikroorganisme dalam sediaan kosmetik tidak dikehendaki karena dapat
Sampel ini akan dihitung mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel dengan beberapa
pengujian yang dilakukan yaitu ALT kapang, uji kualitatif MPN, dan uji bakteri
Staphylococcus aureus, Sehingga dari pengujian ini,dapat disimpulkan apakah sampel tersebut
Sampel yang digunakan pada percobaan ini dibuat dalam berbagai tingkat pengenceran yaitu
10-1, 10-2, dan 10-3, tujuan memperkecil konsentrasi pengawet yang digunakan oleh sediaan
tersebut dan untuk memudahkan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh.
ALT kapang digunakan medium PDA (Potato Dextrosa Agar) karena medium ini mengandung
karbohidrat yang berperan penting dalam pertumbuhan kapang pengenceran sampel yang
Berdasarkan hasil pengamatan Hasil ALT kapang dengan renge 10-150 dengan sampel
bedak dari data hasil pengamatan, tidak ada jumlah koloni yang masuk dalam standard (10-
150) maka dilaporkan hasil pengenceran terendah dengan hasil 1 x 10 koloni/garam, Hasil dari
uji Angka Lempeng Total (ALT) bakteri dan kapang/khamir yaitu tidak menunjukkan hasil,
dengan kata lain tidak ada bakteri maupun kapang/khamir yang tumbuh dengan jumlah yang
melebihi 300 koloni. Tidak tumbuhnya bakteri pada medium PCA dan PDA yang tidak keruh
menandakan bahwa sampel sediaan kosmetik ini layak digunakan dan memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang menyatakan bahwa bakteri pathogen pada sediaan kosmetik ini
adalah negatif.
Berdasarkan hasil pengamatan hasil ALT kapang pada sampel jamu menunjukan
banyaknya koloni yang tumbuh dan pada pengenceran 10-1 jumlah koloni terlalu banyak
untuk dihitung. ketetapan Depkes RI cemaran mikroorganisme untuk jamu yang layak/aman
dikonsumsi memiliki nilai cemaran mikroba sebesar 1 x 106 CFU/ml. Akan tetapi pada
sampel jamu kemasan memiliki nilai SPC dan TPC lebih dari 1 x 106 CFU/ml, sehingga
tidak layak dikonsumsi karena mengandung cemaran mikroorganisme yang melebihi
ketetapan Depkes RI.
pemerintah mensyaratkan batas angka bakteri dan kapang/khamir tertentu yangmasih
dianggap aman untuk dikonsumsi, yaitu < 104 koloni per ml untuk kapang/khamir dan < 106
koloni per ml untuk bakteri. Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang /
khamir total dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992, sehingga
dalam pembuatan jamu dapat mengikuti ambang batas cemaran yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan hasil ALT kapang pada sampel mountea didapati sampel
mengalami kontaminasi, hal ini diduga kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum.
Berdasarkan hasil pengamatan hasil AL kapang pada sampel kue didapati jumlah koloni
1 dan nilai ALT pada pengenceran 10-1 adalah 10 dan pengenceran 10-2 sebanyak 100 koloni.
Nilai ALT biscuit sejenis menurut BPOM (2005) adalah 1x104 cfu/g, hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai ALT kapang dari sampel lebih kecil dari nilai standar ALT dari
makanan tersebut yang ditentukan oleh BPOM, sehingga makanan tersebut masih layak atau
bisa dikonsumsi karena berdasarkan BPOM (2005), makanan yang mengandung cemaran baik
biologis yaitu camaran mikroba ataupun cemaran kimia yang melampaui ambang batas
maksimal yang telah ditetapkan adalah pangan tercemar. Sedangkan sampel yang diuji nilai
ALT kapang kurang dari ambang batas maksimal sehingga dapat dikatakan bahwa makanan
reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang
mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya
gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan
bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3 (Gobel 2008).
Berdasarkan uji MPN didapatkan pada seri A, seri B dan seri C tidak terjadi
golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai
coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik
dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan golongan air yang
termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Sedangkan jika nilai coliform lebih
dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi (Suriaman
Hasil praktikum menunjukan tidak adanya bakteri stapylococcus aureus pada sampel bedak
dan jamu, sementara mountea mengalami kontaminasi dan sampel kue mengalami
stapylococcus aureus hasil positif ditandai dengan timbulnya endapan dan terjadi
kekeruhan pada medium. Adapun mekanisme kerjanya, karena medium ini kaya akan
nutrien dan menghasilkan kecepatan pertumbuhan yang tinggi untuk bakteri subletal yang
merugikan sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh. Sistem buffer fosfat dalam
medium ini mencegah bakteri mati karena terjadinya perubahan pH medium. Medium yang
diperkaya ini akan memberikan pertumbuhan yang cepat dari bakteri enterobacteriaceae
patogen. Hasil positif dari uji tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji spesifik untuk
Sampel mountea dan kue kemudian di uji dengan medium VJA, tetapi dari hasil praktikum
tidak didapati bakteri staphylococcus aureus. Menurut Muchtar (2013) hasil positif pada
media VJA ditandai dengan zona kuning diantara koloni hitam. Terbentuknya koloni hitam
kuning telur dan mengkoagulasi plasma bakteri. Mannitol juga bertindak sebagai reaktan
pembeda yang akan terurai menjadi asam oleh kebanyakan spesies staphylococcus. Reaksi
ini diindikasikan oleh fenol merah yang berubah warna menjadi kuning yang nampak
sebagai zona kuning pada koloni yang berwarna hitam ( Muchtar 2013)
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum hasil uji ALT kapang yang telah dilakukan, pada sampel bedak
tidak ada jumlah koloni yang masuk dalam standard (10-150) menandakan bahwa sampel
sediaan kosmetik ini layak digunakan. Sampel jamu menunjukan banyaknya koloni yang
tumbuh sehingga tidak layak dikonsumsi karena mengandung cemaran mikroorganisme yang
melebihi ketetapan Depkes RI. Sampel mountea didapati sampel mengalami kontaminasi, hal
ini diduga kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum dan sampel kue menunjukkan
bahwa nilai ALT kapang dari sampel lebih kecil dari nilai standar ALT dari makanan tersebut
yang ditentukan oleh BPOM, sehingga makanan tersebut masih layak atau bisa dikonsumsi.
Berdasarkan Hasil Uji Kualitatif MPN Coliform pada Sampel Minuman Mountea
didapatkan pada seri A, seri B dan seri C tidak terjadi perubahan warna maupun terdapat
gelembung gas (negatif).
Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus hasil praktikum menunjukan tidak adanya
bakteri stapylococcus aureus pada sampel bedak dan jamu, sementara mountea mengalami
kontaminasi dan sampel kue mengalami kekeruhan pada hasil pengenceran dan dilanjutkan
Hasil uji lanjut/penegasan bakteri Staphylococcus aureus pada sampel mountea dan kue dengan
media VJA tidak didapati bakteri Staphylococcus aureus.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2008). Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Pusat Pengujian Obat
Dan Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Ditjen Pom., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta,64, 96
Djidje, M.N., Sartini., (2003), Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi,Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAs,Makassar, 192.