Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat
menumbuhkan atau mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya pembiakan
bakteri dan jamur dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan yang akan
dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu kita memerlukan
bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri dan jamur tersebut telah
tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut dapat disimpan di dalam lemari es untuk
waktu yang lama tanpa ada kerusakan.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Ratusan
spesies mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran pencernaan dan
kulit. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal
kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme. Campuran mikroba tersebut dapat
dipisahkan dengan tehnik isolasi. Isolasi mikroba berarti memisahkan satu jenis
mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan murni (populasi sel yang
semuanya berasal dari satu sel induk).
Uji kapasitas digunakan untuk menguji disinfektan atau campuran deterjen
yang akan digunakan dalam wadah wadah pipet usai dipakai dalam laboratorium
mikrobiologi, pencelupan tangan pekerja pengelola makanan, desinfeksi peralatan
industri angan baik dengan sistem CIP maupun dengan sistem COP. Uji ini
menetapkan konsentrasi dan interval yang di butuhkan untuk pembaharuan
disinfektan dalam wadah.
Uji daya bakteriostatik selektif larutan kristal violet terhadap bakteri yakni uji
dengan menggunakan bahan antimikrobial yang bersifat bakteriostatik pada
konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi. Bahan
kemoterapeutik yang baik adalah mempunyai daya mematikan mikroba, namun tidak
menyebabkan keracunan pada induk semang yang menggunakan bahan tersebut.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui apakah suatu disinfektan masih tetapdapat


digunakan tanpa kehilangan efektivitasnya dan daya bakteriostatik selektif dari
larutan kristal violet terhadap bakteri.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu cawan petri
steril, agar cair NA, tabung berisi disinfektan, suspensi kultur murni, media NB,
larutan pengencer, medium NA, aquades steril 9 ml, larutan kristal violet 0,1%,
pipet 1ml steril.

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 uji kapasitas disinfektan/antiseptik

0,1 ml E.coli

9 ml
larfis

2
ml

1ml
NB
A

+ 1ml kultur

+NA
1ml 0
1ml 20

1ml 40

1ml 60

+NB

Inkubasi 37o 2hari

Amati

2.2.2 uji daya bakteriostatik selektif larutan kristal violet terhadap bakteri
100
ml
1ml

1ml

KV
0,1%
10-3

9ml

9ml

10-1

10-2

1m
l

1m
l

1m
l

10-3

10-1

+NA

10-2

Gores

E. Coli
Inkubasi 37oc 2 hari
Bacillus

Amati

BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Uji Daya Bakteriostatik Kristal Violet Terhadap Bakteri

1
2
3
4

Tingkat Pengenceran
10-3
E. coli
Bacillus
1
2
1
2
-

10-4
E. coli
1
+
-

2
+
+
+
-

+++

7
8

+
+

Kelompo
k

Bacillus
1
2
+
+
+
+
+
++
+

10-5
E. coli
1
+
+++
++
+
+++

2
+
+++
++
+
++

+
+++

++++ +++

+
+
+

+
+

+
+

Bacillus
1
2
++
++
+++ +++
++
++
+
+
++
++

+
+
+

++++
+
+

Tabel 2. Kontrol (tanpa KV)


E. coli
++++
+++

Kontrol 1
Kontrol 2
Keterangan

Bacillus
++++
+++

: Tidak terdapat pertumbuhan mikroba

: Ada pertumbuhan mikroba

++

: Ada pertumbuhan mikroba agak banyak

+++

: Ada pertumbuhan mikroba banyak

++++ : Ada pertumbuhan mikroba sangat banyak


Tabel 3. Uji Kapasitas Disinfektan
Kelompok

Perlakuan
MerkDisinfektan 0 menit
NA
NB

20 menit
NA
NB

40 menit
NA
NB

60 menit
NA
NB

1 (E. coli)
2
(Bacillus)
3 (E. coli)
4
(Bacillus)
5 (E. coli)
6
(Bacillus)
7 (E. coli)
8
(Bacillus)

So Klin
SOS
So Klin
SOS
Softaman
Dettol
Softaman
Dettol
Iodium 4%
Formaldehid 2%
Iodium 4%
Formaldehid 2%
Antis
Indomaret
Antis
Indomaret

0
0
TBUD
TBUD
TBUD
TBUD
TBUD
TBUD
114
137
TBUD
TBUD

TBUD
TBUD

+
+
+
+
++
++
++
++
++++
++++
+
+
+
+

3
19
6
32
20
29
0
0
6
0
2
TBUD

0
0

++
+++
+++
-

2
13
86
13
18
2
0
0
3
0
0
0

0
0

+++
++
++
-

1
30
39
91
2
0
0
0
3
0
0
0

0
0

Tabel 4. Kontrol (tanpadisinfektan)


E. coli
NA

10-2
Keterangan

Bacillus
10-3

10-2
10-3
TBUD
TBUD
: Tidak terdapat pertumbuhan mikroba
+
: Ada pertumbuhan mikroba
++
: Ada pertumbuhan mikroba agak banyak
+++ : Ada pertumbuhan mikroba banyak
++++ : Ada pertumbuhan mikroba sangat banyak

3.2 Pembahasan
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya (Lutfi 2004). Senyawa antimokroba sendiri yaitu senyawa kimia atau
biologis yang mampu menghambat pertumbhan dan aktivitas mikroba. Factor-faktor
yang mampu mempengaruhi penghambatan mikroorganisme mencakup kepadatan

+++
+
+
-

populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan antimicrobial, suhu dan


kandungan bahan organic. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat
dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel,
mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat,
menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat (Soekardjo, 1995)
Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan bukan hanya dapat
menghambat pertumbuhan mikroba melainkan dapat pula mematikan mikroba. Bahan
kimia yang dapat mematikan bakteri dinamakan bakterisidal, sedangkan bahan kimia
yang hanya menghambat bakteri disebut dengan bakteriotatik. Bahan kimia dapat
bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada
konsentrasi tinggi (Tim Pengajar SJMP, 2011)
3.2.1 Uji Daya Bakteriostatik Kristal Violet Terhadap Bakteri
Pada praktikum kali ini dilakukan uji daya bakteriostatik selektif larutan
kristal violet terhadap bakteri, dilakukan menggunakan bakteri Escherichia coli dan
Bacillus. Masing-masing kelompok melakukan uji menggunakan 2 bakteri tersebut.
Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan larutan kristal violet 0,1%
sebagai tingkat pengenceran 10-3, kemudian diambil 1 ml dan diencerkan ke dalam
larutan fisiologis 9 ml sebagai tingkat pengenceran 10-4. Dari tingkat pengenceran 10-4
diambil 1 ml ke dalam larfis 9 ml sebagai tingkat pengenceran 10 -5. Dari masingmasing tingkat pengenceran diambil 1 ml dan dimasukkan masing-masing ke dalam
cawan petri steril. Masing-masing tingkat pengenceran dilakukan duplo. Kemudian
dituangkan media NA cair dan dibiarkan membeku. Setelah membeku dilakukan
penggoresan, satu cawan petri dilakukan penggoresan dengan membagi 2 bagian.
Bagian satu dengan Escherichia coli dan bagian dua dengan Bacillus. Setelah itu
cawan petri diinkubasi dengan suhu 370C selama 2 hari dan dilakukan pengamatan
secara kualitatif.
Setelah dilakukan pengamatan oleh 8 kelompok didapatkan data bahwa pada
tingkat pengenceran 10-3

menunjukkan hasil negative pada kedua bakteri.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kristal violet mempunyai daya

yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri sehingga Escherichia coli dan
Bacillus tidak tumbuh. Hal tersebut dikarenakan pada tingkat pengenceran 10 -3 tidak
dilakukan pengenceran, sehingga larutan yang digunakan merupakan larutan asli dan
mempunyai konsentrasi yang tinggi yang masih mempunyai daya bakteriostatik
bahkan bakterisidal yang efektif.
Pada tingkat pengenceran 10-4 didapatkan hasil yang berbeda-beda dari
masing-masing kelompok. Hasil yang didapatkan, Escherichia coli menunjukkan
hasil negatif atau tidak adanya pertumbuhan pada plating ke-1 kelompok 1, 3, 4, dan
7. Sedangkan plating ke-2 hasil negatif didapatkan pada kelompok 4 dan 5. Hasil
positif (+) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli didapatkan pada pating ke-1
pada kelompok 2, 6, dan 8. Sedangkan plating ke-2 hasil positif didapatkan pada
kelompok 1,2,3,6,7, dan 8. Hasil positif (+++) atau adanya pertumbuhan Escherichia
coli yang banyak didapatkan oleh kelompok 5 pada plating ke-1. Berdasarkan hasil
yang didapatkan tersebut, pada tingkat pengenceran 10 -4 Escherichia coli tumbuh
maksimum pada uji yang dilakukan oleh kelompok 5.
Hasil yang didapatkan pada tingkat pengenceran 10-4 dengan suspensi Bacillus
menunjukkan hasil negatif atau tidak adanya pertumbuhan Bacillus pada plating ke-1
hanya uji yang dilakkan oleh kelompok 4. Sedangkan pada plating ke-2 hasil negatif
didapatkan pada kelompok 1, 4, 7, dan 8. Hasil positif (+) atau adanya pertumbuhan
Bacillus didapatkan pada plating pada kelompok 1,2,3,6,7, dan 8. Sedangkan pada
plating ke-2 didapatkan pada kelompok 2,3,5, dan 6. Hasil positif (++) atau adanya
pertumbuhan Bacillus yang agak banyak hanya didapatkan oleh kelompok 5 pada
plating ke-1. Berdasarkan hasil tersebut, pada tingkat pengenceran 10 -4 Bacillus dapat
tumbuh maksimum pada uji yang dilakukan oleh kelompok 5.
Hasil yang didapatkan Escherichia coli dapat tumbuh pada tingkat
pengenceran 10-5. Hasil positif (+) atau

adanya pertumbuhan Escherichia coli

didapatkan pada plating ke-1 dan ke-2 oleh kelompok 1, 4, 7, dan 8. Hasil Positif (+
+) atau adanya pertumbuhan yang agak banyak hanya didapatkan oleh kelompok 3
pada plating ke-1 dan pada plating ke-2 didapatkan oleh kelompok 3 da 5. Pada hasil
positif (+++) atau adanya pertumbuhan Escherichia coli yang banyak untuk plating

ke-1 dan ke-2 didapatkan oleh kelompok 2. Pada hasil positif (++++) atau adanya
pertumbuhan Escherichia coli yang sangat banyak untuk plating ke-1 didapatkan oleh
kelompok 5 dan 6, sedangkan untuk plating ke-2 hanya pada kelompok 6.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahu bahwa pada tingkat pengenceran 10 -5
Escherichia coli dapat tumbuh maksimum pada pengujian yang dilakukan oleh
kelompok 5 dan 6, namun lebih stabil pada kelompok 6 karena hasil (++++)
didapatkan pada kedua plating.
Hasil pengamatan pada tingkat pengenceran 10-5 dengan suspense Bacillus,
semua kelompok menunjukkan hasil positif, namun berbeda-beda banyaknya
Bacillus yang tumbuh. Pada semua kelompok hasil positif yang didapatkan juga
menunjukkan hasil yang sama pada kedua plating masing-masing kelompok. Hasil
positif (+) atau adanya pertumbuhan Bacillus didapatkan oleh kelompok 1, 7, dan 8.
Hasil positif (++) atau adanya pertumbuhan Bacillus yang agak banyak didapatkan
oleh kelompok 1, 3, dan 5. Hasil positif (+++) atau adanya pertumbuhan Bacillus
yang banyak hanya didapatkan oleh kelompok 2. Hasil positif (++++) atau adanya
pertumbuhan Bacillus yang sangat banyak didapatkan oleh kelompok 6. Berdasarkan
hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada tingkat pengenceran 10 -5 Bacillus dapat
tumbuh secara maksimum pada pengujian yang dilakukan oleh kelompok 6.
Jika dibandingkan dengn kontrol (tanpa Kristal violet) jumlah Escherichia
coli dan Bacillus yang tumbuh sama banyaknya dengan tingkat pengenceran 10 -5 pada
pengujian yang dilakukan oleh kelompok 6. Selain itu pada kelompok 5 Escherichia
coli juga tumbuh sama banyaknya dengan kontrol. Hal tersebut menandakan bahwa
Krista violet sudak tidak memiliki daya baketriostatik pada tingkat pengenceran 10-5.
Berdasarkan data kualitatif yang didapatkan dari delapan kelompok,
konsentrasi kristal violet sangat berpengaruh terhadap keefektifan pertumbuhan
mikroba. Konsentrasi yang tinggi terdapat pada tingkat pengenceran yang rendah.
Pada tingkat pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5, semakin tinggi tingkat pengenceran
semakin banyak pula Escherichia coli dan Bacillus yang tumbuh pada media NA.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kristal violet yang memiliki
konsentrasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik)

bahkan dapat mematikan bakteri (baktersidal). Sedangkan pada konsentrasi yang


rendah Kristal violet hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik).
Kristal violet dapat merusak dinding sel mikroba dengan cara menghambat
sintesis enzim atau inaktivasi enzim, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan
sering menyebabkan sel lisis. Dinding sel bakteri menentukan bentuk karakteristik
dan berfungsi melindungi bagian dalam sel terhadap perubahan tekanan osmotik dan
kondisi lingkungan lainnya. Dinding sel bakteri gram positif tersusun atas lapisan
peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan teichoid acid dan pada beberapa spesies
mempunyai lapisan polisakarida.
Peptidoglikan pada bakteri merupakan komponen yang menentukan rigiditas
pada gram positif dan berperanan pada integritas gram negatif. Oleh karena itu,
gangguan pada sintesis komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan dapat
menyebabkan kematian sel. Bahan antimikroba yang menyebabkan gangguan sintesis
lapisan ini aktivitasnya akan lebih nyata pada bakteri gram positif. Aktivitas
penghambatan atau membinasakan hanya dilakukan selama pertumbuhan sel dan
aktivitasnya dapat ditiadakan dengan menaikkan tekanan osmotik media untuk
mencegah pecahnya sel. Bahan antimikroba seperti bakteriostatik mengganggu
sintesis protein dan asam nukleat mikroba sehingga akan menghambat pertumbuhan
sel mikroba (Fernando, 2012)

3.2.2 Uji Kapasitas Disinfektan / Antiseptik


Uji kapasitas disinfektan bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
efektivitas dari suatu disinfektan. Pada uji kapasitas disinfektan atau antiseptik ini
dilakukan pengujian terhadap beberapa disinfektan atau antiseptik komersial dan
bahan kimia yang dapat digunakan sebagai disinfektan. Disinfektan atau antiseptik
komersial yang digunakan yaitu So Klin, SOS, Softaman, Dettol, Antis, dan
Indomaret. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai disinfektan atau antiseptik
yaitu Iodium 4% dan Formaldehid 2%.

Media yang digunakan untuk uji kapasitas disinfektan atau antiseptik yaitu
NB (Nutrient Broth) dan NA (Nutrient Agar). NB (Nutrient Broth) dan NA (Nutrient
Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan pepton.Dalam hal ini ekstrak beef dan
pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen,
vitamin serta karbohidrat yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembang.Medium NB dan NA berwarna coklat muda dan digunakan untuk
medium pertumbuhan bakteri. Perbedaan antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth
yaitu NA berbentuk padat, sedangkan NB berbentuk cair.
Mikroba yang digunakan dalam uji kapasitas disinfektan atau antiseptik
adalah Escherichia coli dan Bacillus.Escherichia coli merupakan bakteri anaerob
fakultatif

gram

negatif

berbentuk

batang

yang

termasuk

dalam

famili

Enterobacteriaceae. Baktei ini merupakananggota flora normal usus, selain


berkembang biak di lingkungan sekitar manusia.Bacillus merupakan bakteri Gram
positif, berbentuk batang, beberapa spesies bersifat aerob obligat dan bersifat
anaerobik fakultatif, dan memiliki endospora sebagai struktur bertahan saat kondisi
lingkungan tidak mendukung.
Pertama-tama, sebanyak 0,1 ml suspensi dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi 9 ml larutan fisiologis (A). Kemudian dari tabung tersebut, dipipet 1 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi media NB (B). Lalu, dari tabung tersebut
dipipet 1 ml ke dalam cawan petri yang berisi media NA dan tabung yang berisi
media NB sebagai 0 menit yaitu tidak kontak dengan disinfektan atau antiseptik.
Setelah itu, dari tabung B dipipet 2 ml dan dimasukkan ke dalam 12 ml disinfektan
atau antiseptik dengan waktu kontak selama 20 menit. Setelah itu, dipipet 1 ml ke
dalam cawan petri yang berisi media NA dan tabung yang berisi media NB sebagai
20 menit.
Kemudian, dari tabung B dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam 12 ml
disinfektan atau antiseptik dengan waktu kontak selama 20 menit. Setelah itu, dipipet
1 ml ke dalam cawan petri yang berisi media NA dan tabung yang berisi media NB
sebagai 40 menit. Lalu, dari tabung B dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam 12 ml
disinfektan atau antiseptik dengan waktu kontak selama 20 menit. Setelah itu, dipipet

1 ml ke dalam cawan petri yang berisi media NA dan tabung yang berisi media NB
sebagai 60 menit. Setelah agar NA membeku, cawan dan tabung diinkubasi pada suhu
370C selama 2 hari kemudian diamati pertumbuhan mikroba yang terjadi. Pada media
NB, pertumbuhan mikroba diamati secara kualitatif yaitu adanya kekeruhan yang
terlihat pada tabung, sedangkan pada media NA, pertumbuhan mikroba diamati
dengan cara dihitung jumlah koloni yang terdapat pada cawan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada kelompok 1 dengan
mikrobanya E.Coli dan disinfektan merk So Klin dan SOS secara berurutan pada
kontak 0 menit di NA adalah 0 dan 0, di media NB + dan +. Pada kontak 20 menit di
NA adalah 3 dan 19, di media NB tidak ada sama sekali. Pada kontak 40 menit di NA
adalah 2 dan 13, di media NB tidak ada sama sekali. Pada kontak 60 menit di NA
adalah 1 dan 30, di media NB tidak ada sama sekali.
Pada kelompok 2 dengan mikrobanya adalah Bacillus, disinfektan yang
digunakan merk So Klin dan SOS secara berurutan pada kontak 0 menit di NA adalah
TBUD, di media NB tidak ada sama sekali. Pada kontak 20 menit di NA adalah 6 dan
32, di media NB tidak ada sama sekali. Pada kontak 40 menit di NA adalah 86 dan
13, di media NB tidak ada sama sekali. Pada kontak 60 menit di NA adalah 39 dan
91, di media NB ada pada SOS.
Pada kelompok 3 dengan mikrobanya adalah E.Coli, disinfektan yang
digunakan merk Softaman dan Dettol secara berurutan pada kontak 0 menit di NA
adalah TBUD, di media NB + (ada). Pada kontak 20 menit di NA adalah 20 dan 29,
di media NB terdapat ++ dan -. Pada kontak 40 menit di NA adalah 18 dan 2, di
media NB +++ dan -. Pada kontak 60 menit di NA adalah 2 dan 0, di media NB +++
dan -.
Pada kelompok 3 dengan mikrobanya adalah E.Coli, disinfektan yang
digunakan merk Softaman dan Dettol secara berurutan pada kontak 0 menit di NA
adalah TBUD, di media NB + (ada). Pada kontak 20 menit di NA adalah 20 dan 29,
di media NB terdapat ++ dan -. Pada kontak 40 menit di NA adalah 18 dan 2, di
media NB +++ dan -. Pada kontak 60 menit di NA adalah 2 dan 0, di media NB +++
dan -.

Pada kelompok 4 dengan mikrobanya adalah E.Coli, disinfektan yang


digunakan merk Softaman dan Dettol secara berurutan pada kontak 0 menit di NA
adalah TBUD, di media NB ++ (ada). Pada kontak 20 menit di NA adalah 0 dan 0, di
media NB tidak terdapat sama sekali. Pada kontak 40 menit di NA adalah 0 dan 0, di
media NB tidak ada sama sekali. Pada kontak 60 menit di NA adalah 0 dan 0, di
media NB tidak ada sama sekali
Hasil yang diperoleh dari kelompok 5 dengan menggunakan suspensi E.coli
pada menit ke-0,yaitu pada media NA, jumlah koloni yang terdapat pada cawan
dengan menggunakan iodium 4% lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan
formaldehid 2%. Tetapi, pada tabung yang berisi media NB tingkat kekeruhanyang
dihasilkan terhadap formaldehid 2% dan iodium 4% sama yaitu agak keruh. Pada
menit ke-20, 40, dan 60, yaitu pada media NA, jumlah koloni yang terdapat pada
cawan dengan menggunakan iodium 4% lebih banyak dibandingkan dengan
menggunakan formaldehid 2%. Tetapi, pada tabung yang berisi media NB tingkat
kekeruhan yang dihasilkan terhadap formaldehid 2% dan iodium 4% sama yaitu tidak
keruh.
Hasil yang diperoleh dari kelompok 6 dengan menggunakan suspensi Bacillus
pada menit ke-0, yaitu pada media NA, jumlah koloni yang terdapat pada cawan
dengan menggunakan iodium 4% sama dengan jumlah koloni yang terdapat pada
cawan dengan menggunakan formaldehid 2% yaitu TBUD. Tetapi, pada tabung yang
berisi media NB tingkat kekeruhan yang dihasilkan terhadap formaldehid 2% dan
iodium 4% sama yaitu sangat keruh. Pada menit ke-20yaitu pada media NA, jumlah
koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan iodium 4% lebih sedikit
dibandingkan dengan menggunakan formaldehid 2%. Tetapi, pada tabung yang berisi
media NB tingkat kekeruhan yang dihasilkan terhadap formaldehid 2% dan iodium
4% sama yaitu cukup keruh.Pada menit ke-40 yaitu pada media NA, jumlah koloni
yang terdapat pada cawan dengan menggunakan iodium 4% sama dengan jumlah
koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan formaldehid 2% yaitu 0.
Tetapi, pada tabung yang berisi media NB tingkat kekeruhan yang dihasilkan
terhadap formaldehid 2% dan iodium 4% sama yaitu agak keruh. Pada menit ke-60

yaitu pada media NA, jumlah koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan
iodium 4% sama dengan jumlah koloni yang terdapat pada cawan dengan
menggunakan formaldehid 2% yaitu 0. Tetapi, pada tabung yang berisi media NB
tingkat kekeruhan yang dihasilkan terhadap formaldehid 2% dan iodium 4% sama
yaitu agak keruh sedikit.
Hasil yang diperoleh dari kelompok 7 dengan menggunakan suspensi E.coli
dan kelompok 8 dengan menggunakan suspensi Bacillus pada menit ke-0, yaitu pada
media NA, jumlah koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan antiseptik
antis sama dengan jumlah koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan
antiseptik indomaret yaitu TBUD. Tetapi, pada tabung yang berisi media NB tingkat
kekeruhan yang dihasilkan terhadap antiseptik antis dan antiseptik indomaret sama
yaitu agak keruh sedikit. Pada menit ke-20,40, dan 60 yaitu pada media NA, jumlah
koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan antiseptik antis sama dengan
jumlah koloni yang terdapat pada cawan dengan menggunakan antiseptik indomaret
yaitu 0. Tetapi, pada tabung yang berisi media NB tingkat kekeruhan yang dihasilkan
terhadap antiseptik antis dan antiseptik indomaret sama yaitu tidak keruh.
Berdasarkan hasil praktikum, disinfektan merk So Klin lebih efektif
membunuh bakteri E.coli dibandingkan Bacillus. Begitu juga dengan disinfektan
merk

SOS

yang

lebih

efektif

membunuh

bakteri

E.coli

dibandingkan

Bacillus.Selanjutnya, jika dibandingkan disinfektan merk softamen lebih efektif


dalam membunuh Bacillus dibandingkan membunuh bakteri E.Coli. Begitu juga
halnya dengan merk Dettol. lebih efektif dalam membunuh Bacillus dibandingkan
membunuh bakteri E.Coli.
Pada media NA penggunaan formaldehid 2% lebih efektif mencegah
pertumbuhan E.coli dibandingkan dengan penggunaan iodium 4%. Tetapi
penggunaan iodium 4% lebih efektif mencegah pertumbuhan Bacillus dibandingkan
dengan penggunaan formaldehid 2%. Pada media NB penggunaan iodium 4% dan
formaldehid2% lebih efektif mencegah pertumbuhan E.coli dibandingkan Bacillus.
Antiseptik antis dan antiseptik indomaret penggunaannya sama sama efektif untuk
mencegah pertumbuhan E.coli maupun Bacillus pada media NA dan media NB.

Suparyanto, 2011 dalam situsnya melansir bahwa disinfektan adalah bahan


kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti
bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan disinfektan dapat digunakan
untuk proses disinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Antiseptik dan disinfektan dapat merusak sel bakteri dengan cara koagulasi
atau denaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel mengalami lisis yaitu
mengubah struktur membran sitoplasma hingga menyebabkan kebocoran sel.
(Medicafarma, 2008).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suatu disinfektan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Waktu dan lamanya kontak dengan mikroba


Suhu disinfektan
Konsentrasi disinfektan
Jumlah dan tipe mikroorganisme
Keadaan bahan yang didisinfeksi

Dalam memilih bahan kimia sebagai suatu disinfektan atau antiseptik perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
1. Sifat mikrosida (membunuh jasad renik) : spora pada umumnya lebih tahan
daripada sel vegetatif dan hanya beberapa disinfektan sebagai halogen, formalin
dan etilen oksida yang efektif terhadap spora.
2. Sifat mikrostatik : beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak
membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya
senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah dan komponen ini
mempunyai sifat bakteriostatik.
3. Kecepatan penghambatan : komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh
yang berbeda-beda terhadap jasad renik. Beberapa komponen lainnya hanya
efektif setelah beberapa jam. Sel yang sedang tumbuh atau berkembang biak lebih
sensitive dan mudah dibunuh dibandingkan dengan sel dalam keadaan istirahat
atau statik.
4. Sifat-sifat lain : dalam pemilihan suatu disinfektan harus disesuaikan dengan
harga yang tidak mahal, efektivitasnya tetapdalam waktu yang lama. Larut dalam
air dan stabil dalam larutan. Juga perlu diperhatikan sifat racunnya dan sifat iritasi
pada kulit.

Berdasarkan literatur, salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu


disinfektan adalah waktu dan lamanya kontak antara disinfektan dengan mikroba.
Selain itu factor yang mempengaruhi efektivitas disinfektan yaitu konsentrasi dari
disinfektan itu sendiri. Pada percobaan, setiap 20 menit sekali disinfektan
ditambahkan dengan suspensi. Hal tersebut dapat mengurangi efektivitas disinfektan,
sehingga disinfektan tidak mampu mengurangi jumlah mikroba secara efektif. Namun
pada pengujian kali ini disinfektan masih mampu menghambat pertumbuhan
mikroba, kecuali beberapa disinfektan seperti SOS, Softaman, iodium 4%, dan
formaldehid 2%.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji daya bakteriostatik Kristal violet terhadap bakteri dapat
diketahui bahwa kristal violet yang memiliki konsentrasi yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) bahkan dapat mematikan bakteri
(baktersidal). Sedangkan pada konsentrasi yang rendah kristal violet hanya dapat
menghambat

pertumbuhan

bakteri

(bakteriostatik).

Pada

uji

kapasitas

disinfektan/antiseptic dapat diketahui bahwa selama waktu 60 menit disinfektan


masih mampu menghambat pertumbuhan mikroba meskipun setiap 20 menit sekali
ditambah dengan suspensi, namun terdapat beberapa disinfektan yang tidak efektif
dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi
disinfektan yang mungkin kurang efektif dalam pengahambatan mikroba.
4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang dilakukan disarankan agar kebutuhan peralatan
praktikum lebih dilengkapi. Selain itu disarankan agar praktikan lebih memahami
prosedur kerjasehingga dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan dan menghindari
ketidaktepatan data yang dihasilkan. Praktikan juga seharusnya melakukan pengujian
secara aseptis agar hasil yang didapatkan lebih efektif dan tidak terjadi kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fernando Rico. 2012. Uji Kapasitas Desinfektan, Antiseptic, dan Uji Daya
Bakteriostatik

Kristal

Violet

Terhadap

Bakteri.

Terdapat

pada

http://www.academia.edu/ [diunduh pada 29 November 2015]


Lutfi Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Medicafarma. 2008. Minimal Inhibitor Consentration. [internet]. Tersedia pada :
http://www.medicafarma.blogspot.com/2008/05/minimal-inhibitorconsentration-mic.html?m=1. [Diakses 29 November 2011].
Suparyanto.2011.Konsep Disinfektan. [internet]. Tersedia pada : https://www.drsuparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html?m=1. [Diakses 29
November 2011]
Soekardjo Siswandono, 1995. Kimia Medisinal. Jakarta : Airlangga University Press
Tim Pengajar SJMP. 2011. Penuntun Praktikum Sanitasi dan Higieni. Program
Diploma Institut Pertanian Bogor. Bogor

LAMPIRAN

Tingkat
Jenis Uji

Gambar

Pengencera
n

10-3

Kristal Violet

10-4

10-5

Kapasitas
(SOS)

Kapasitas
(Soklin)

Anda mungkin juga menyukai