DISUSUN OLEH :
30 oC
Negatif 0
10-2
Terjadi perubahan
30 oC warna 0
Ungu -> Kuning
10-3
Terjadi perubahan
warna 2 x 103
Ungu -> Kuning
Kontrol
Negatif 0
10-2
50 oC Negatif 0
10-3
Negatif 0
VI. Pembahasan
Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara,
athogen ringan (lebih ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang sama),
mudah dibentuk dan tidak mudah pecah. Dengan keunggulan sifat ini, sejak dahulu
kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptik. Kelebihan menonjol
dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang
disimpan didalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Kerusakan utama
yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba.
Jasad renik itulah yang menyebabkan makanan menjadi bau, busuk, dan bahkan
menjadi beracun.
Tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroba dapat dilihat dari
penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang luntur),
penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang, produk hancur
dan pucat, dan keruh atau tanda-tanda abnormal lain.
Sampel ikan sarden dengan saus tomat sebagai medium pengalengan tersebut
dapat memberikan cita rasa pada produk pengalengan dan juga berfungsi untuk
mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara meningkatkan proses perambatan panas,
serta dapat mengurangi korosi kaleng dengan cara menghilangkan udara.
Pada praktikum dilakukan pengujian secara fisik maupun mikrobiologi terhadap
produk pangan dengan kemasan kaleng yang sudah mengalami kadaluarsa. Sampel
yang diuji adalah ikan sarden dalam kemasan kaleng. Dimana dari hasil pemeriksaan
fisik (luar) kaleng, makanan kaleng tersebut kalengnya masih bagus (tidak rusak) dan
dari labelnya diketahui sudah kadaluarsa.
Media Thioglycolate digunakan untuk mengetahui adanya bakteri anaerob atau
tidak, jika bakteri anaerob tumbuh maka media Thioglycolate yang dilapisi media NA
akan berwarna terang. Pada pengujian diperoleh hasil negative pada suhu 350C
maupun pada suhu 550C.
Media Nutrien Broth digunakan untuk mengetahui adanya bakteri aerob atau
tidak, jika bakteri aerob tumbuh maka media NB akan menimbulkan kekeruhan.
Pengujian dengan media DTBPA bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri
penghasil asam pada produk makanan kaleng, pada media DTBPA ini terbentuk
koloni bakteri dengan areal berwarna kuning (bakteri flat sour) karena bakteri
penghasil asam mengubah pH lingkungannya menjadi lebih rendah sehingga media
DTBPA yang berwarna ungu berubah menjadi kuning saat pHnya rendah. Pada
pengujian ini, masing-masing media diinkubasi pada suhu yang berbeda yaitu 30° C
dan 55°C. Hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu optimal perkembangbiakan
bakteri. Pada media DTBPA, bakteri penghasil asam lebih optimum tumbuh pada
suhu 30°C. Bakteri pembentuk asam merupakan bakteri mesofilik yang
pertumbuhannya optimum pada suhu ruang. Suhu tinggi menghambat metabolisme
bakteri ini sehingga pertumbuhannya juga terhambat.
Pada pengujian bakteri flat sour, diperoleh hasil 2 x 10 3 yaitu pada pengenceran
10-3, sedangkan pada pengenceran 10-2 diperoleh hasil negative. Hal ini
dimungkinkan karena adanya kontaminasi. Faktor kontaminasi yang mungkin dapat
terjadi yaitu praktikan yang melakukan pengujian dengan tidak steril, ruangan yang
sudah tercemar mikroba, peralatan yang digunakan yang tidak steril dan waktu
inkubasi yang cukup lama.
VII. Kesimpulan
Dari praktikum uji mikrobiologi makanan kaleng dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji Bakteri Anaerob (Media Thioglycolate) tidak membentuk gas dan keruh,
sehingga menunjukkan bakteri Anaerob negatif pada makanan kaleng.
2. Uji Bakteri Aerob (Media Nutrien Broth) tidak terjadi perubahan pada sampel
3. Uji Bakteri Flat Sour (asam) diduga terkontaminasi perlakuannya
4. Faktor-faktor penyebab kontaminasi yaitu praktikan yang melakukan pengujian
dengan tidak steril, ruangan yang sudah tercemar mikroba, peralatan yang
digunakan yang tidak steril dan waktu inkubasi yang cukup lama.