NIM : 1321620001
I. Tujuan
cara, yaitu
atau penyimpanan. Kerusakan makanan kaleng dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
1. Kerusakan fisik
2. Kerusakan kimia
3. Kerusakan Mikrobiologi
fisik yang tidak tepat. Kerusakan fisik yang terjadi pada makanan kaleng pada
Kerusakan kimia adalah kerusakan yang terjadi karena reaksi kimia yang
kerusakan zat gizi atau nutrient, atau penggunaan wadah kaleng yang tidak sesuai
pembentukan warna hitam, dan pemudaran warna, atau karena terjadinya reaksi
antara kaleng dengan senyawa lain yang bersifat korosif sehingga mengakibatkan
pengkaratan.
kesehatan manusia.
yaitu :
Salah satu contoh kerusakan makanan kaleng yang disebakan oleh mikroba yang
tidak membentuk gas misalnya kebusukan asam tanpa gas (flat sour), dimana
memproduksi H2S sehingga makanan kaleng menjadi busuk dan bewarna hitam
karena terjadinya reaksi antara sulfide dengan besi. Karena H2S larut di dalam
kaleng karena terbentuknya gas oleh mikroba, terutama gas CO2 dan H2.
Penampakan kaleng yang kembung dapat dibedakan atas beberapa jenis sebagai
berikut :
a. Flipper, yaitu kaleng terlihat normal, tetapi bila salah satu tutupnya ditekan
b. Springer, yaitu salah satu tutup terlihat normal (tidak kembung), sedangkan
tutup yang lainnya kembung. Jika bagian yang kembung ditekan, bagian ini
kembung.
c. Soft swell (kembung lunak), yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak
d. Hard swell (kembung keras), yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras
Alat:
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Pipet steril 1ml
4. Bunsen burner
5. Tutup Kapas
6. Rak Tabung Reaksi
7. Inkubator
Bahan:
meliputi :
- Nama Produk
- Merek
- Tanggal Pembuatan
- Tanggal Kadaluarsa
- Nama Pabrik
2. Dibuka kaleng.
steril.
litmus milk.
untuk pemeriksaan mikroba mesofilik selama 2-3 hari dan 55oc untuk
selama 2 hari.
4. Diamati.
untuk pemeriksaan mikroba mesofilik selama 2-3 hari dan 55oc untuk
1. Dibuat kontrol yang berisi media DTBPA dalam cawan petri steril.
5. Diamati.
V. Data Pengamatan
a. Data Sampel :
Nama produk : SOSIS DAGING SAPI
Merek : Sopini
Nama pabrik : PT Surya Jaya Abadi Perkasa
Ukuran kaleng : 7 cm x 8,8 cm
Hasil Pengamatan Uji Mikrobiologi Makanan Kaleng :
1. Pemeriksaan Untuk Makanan Kaleng Normal
1 Kontrol Negatif
30° C
Media Litmus Milk bening
2 Sampel
(negatif bakteri Proteolitik)
3 Kontrol Negatif
55° C
Media Litmus Milk keruh
4 Sampel
(negatif bakteri Proteolitik)
2. Uji Bakteri Anaerob (Media Thioglycolate)
Suhu
No. Keterangan Hasil
Inkubasi
Media NA tidak terpisah
1 Kontrol
(negatif bakteri anaerob)
30° C
Media NA tidak terpisah
2 Sampel
(negatif bakteri anaerob)
Suhu
No. Keterangan Hasil
Inkubasi
Media NB tidak keruh
1 Kontrol
(negatif)
30° C
Media NB keruh
2 Sampel
(positif bakteri aerob)
VI. Pembahasan
banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yakni
kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi dari sekian banyak
itu tidak semua bahan kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya.
Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara,
athogen ringan (lebih ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang
sama), mudah dibentuk dan tidak mudah pecah. Dengan keunggulan sifat ini,
sejak dahulu kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptik.
Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi,
sehingga makanan yang disimpan didalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak,
dan awet. Kerusakan utama yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan
yang disebabkan oleh mikroba. Jasad renik itulah yang menyebabkan makanan
terhadap produk pangan dengan kemasan kaleng kondisi normal. Sampel yang
diuji adalah jamur kuping kemasan kaleng. Dimana dari hasil pemeriksaan fisik
(luar) kaleng, makanan kaleng tersebut kalengnya masih bagus (tidak rusak) dan
pengukuran kaleng diketahui panjang kaleng 9 cm, lebar 5,3 cm, tinggi 5,5 cm.
tumbuh pada media Litmus Milk maka akan terjadi kekeruhan pada media
tersebut, dan pada pengujian diperoleh hasil positif pada sampel, hal ini
atau tidak, jika bakteri anaerob tumbuh maka media Thioglycolate yang dilapisi
media NA akan menjadi keruh dan menghasilkan gelembung gas karena adanya
aktivitas mikroba. Tetapi pada pengujian diperoleh hasil negatif yang ditandai
dari tidak terangkatnya media NA yang melapisi permukaan bagian atas media
Thioglycolate tersebut. Hal ini menandakan tidak terbentuknya gas dan tidak
atau tidak, jika bakteri aerob tumbuh maka media NB akan menimbulkan
kekeruhan. Pada pengujian diperoleh hasil positif, hal ini menandakan adanya
bakteri aerob.
bakteri penghasil asam pada produk makanan kaleng, pada media DTBPA ini
terbentuk koloni bakteri dengan areal berwarna kuning (bakteri flat sour) karena
sehingga media DTBPA yang berwarna ungu berubah menjadi kuning saat
pHnya rendah.
berbeda yaitu 30° C dan 55° C. Hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu optimal
optimum tumbuh pada suhu 30° C. Bakteri pembentuk asam merupakan bakteri
VII. Kesimpulan
bahwa :
1. Media Litmus Milk tetap berwarna kuning artinya tidak terdapat bakteri
Proteol.(negatif bakteri Proteolitik)
2. Pada Uji Bakteri Anaerob (Media Thioglycolate) tidak membentuk gas
dan keruh, sehingga menunjukkan bakteri Anaerob negatif pada
makanan kaleng.
3. Pada Uji Bakteri Aerob (Media Nutrien Broth) terjadi kekeruhan pada
sampel sehingga menunjukkan bakteri aerob terdapat pada sampel
makanan kaleng.
4. Pada Uji Bakteri Flat Sour (asam) sampel makanan kaleng tidak
membentuk gas (Media DTBPA)
5. Sehingga dari keseluruhan uji yang telah dilakukan menunjukkan
makanan kaleng yang diuji dalam kondisi aman.
DAFTAR PUSTAKA