Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus

Berikut ini beberapa contoh pengujian bakteri Staphylococcus aureus

1. Media MSA (Manitol Salt Agar)


Tujuan : untuk menyeleksi bakteri yang tahan terhadap kadar garam tinggi dan
membedakan antara bakteri yang memecah manitol dan yang tidak memecah manitol.
Dengan Indikator phenol red (pH 7,2 ± 0,2) (Dewi, 2016).
Prinsip : Pada media manitol salt agar (MSA) bakteri yang menunjukkan koloni
berwarna kuning dikelilingi zona berwarna kuning karena memfermentasi manitol.
Jika bakteri tidak mampu memfermentasi manitol akan tampak zona merah muda
(Dewi, 2016).
Hasil identifikasi bakteri Staphylococcus aureus : Koloni dan media berwarna
kuning, menunjukkan bahwa bakteri memecah mannitol (Dewi, 2016).

2. Uji Katalase
Tujuan : untuk menunjukkan adanya enzim katalase pada bakteri dengan
pereaksi H2O2 3% (Dewi, 2016).
Prosedur (Dewi, 2016) :
 Mengambil obyek glass, lalu difiksasi untuk menghilangkan lemak.
 Mengambil 1-2 ose PZ steril, lalu diletakkan diatas obyek glass.
 Melakukan fiksasi pada ose, lalu setelah ose dingin maka mengambil bakteri dari
media NAS dengan cara steril. Setelah itu dihomogenkan dengan PZ steril yang
ada diatas obyeek glass.
 Menetesi bakteri yang ada diatas obyek glass dengan H2O2 3 %.
 Lalu mengidentifikas apa yang terjadi.
Intrepretasi hasil : pada bakteri
Staphylococcus aureus terlihat gelembung
udara (katalase positif), karena H2O2 bersifat
toksik bagi bakteri, sehingga bakteri akan
menghasilkan enzim katalase untuk
menetralisirkan H2O2 menjadi O2 dan H2O.
Terbentuklah gelembung O2 pada permukaan
objek glass (Dewi, 2016).

3. Uji Koagulase
Tujuan : untuk membedakan spesies Staphylococcus aureus (Dewi, 2016).
Prinsip : untuk mengetahui bakteri tersebut patogen atau tidak. Staphylococcus
aureus mampu menghasilkan koagulase, yaitu berupa protein yang menyerupai enzim
yang apabila ditambahkan dengan oksalat atau sitrat mampu menggumpalkan plasma
akibat adanya suatu faktor yang terdapat di dalam serum. Faktor serum bereaksi dengan
koagulase untuk membentuk esterase dan aktivitas penggumpalan, serta untuk
mengaktivasi protrombin menjadi trombin. Trombin akan membentuk fibrin yang akan
berpengaruh terhadap terjadinya penggumpalan plasma. Pereaksi yang digunakan
adalah plasma citrat (Dewi, 2016).
Intrepretasi hasil : Staphylococcus aureus (+) menggumpal → patogen
Staphylococcus aureus (-) tidak menggumpal → apatogen
4. Media BAP (Aktivitas Hemolisin)
Tujuan : untuk mengetahui bakteri tersebut menghemolisa darah atau tidak
menghemolisa darah (Toelle, 2015).
Prinsip : Staphylococcus aureus ditanam pada plat agar darah, selanjutnya
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Adanya aktivitas hemolisin ditandai
dengan adanya zona hemolisis pada plat agar darah. Staphylococcus aureus yang
menghasilkan alfa-hemolisin akan membentuk zona terang di sekitar koloni, yang
menghasilkan beta-hemolisin akan membentuk zona agak gelap di sekitar koloni,
dan yang menghasilkan gama-hemolisin tidak membentuk zona hemolisis di sekitar
koloni. Sementara itu, kuman yang memproduksi kombinasi alfa dan beta hemolisin
akan tampak zona gelap dan terang di sekitar koloni (Toelle, 2015).
Hasil identifikasi S. aureus : koloni kecil, transparan, berwarna putih (Toelle,
2015).

5. Uji Reaksi Metyl Red-VP (Voges Proskauer)


Inokulasikan bakteri ujipada media MRVP dan
inkubasikan pada pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah
inkubasi media menjadi keruh lalu di tambahkan peubah
atau reagen dengan urutan sbb: Uji MR dengan cara
menambahkan 2 tetes reagen methyl red lalu kocok
beberapa kali. Reaksi positif di tandai perubahan warna
menjadi merah. Uji VP dengan media yang sama setelah uji
MR di lanjutkan dengan uji VP dengan menambahkan 0,6
nil alpha naphtol soln dan 0,2 ml KOH 40% aq soln,
kemudian kocok sedikit reaksi di tunggu mulai 20 sampai
30 menit (Toelle, 2015).
6. Uji Hidrofobisitas
Bakteri ditanam dalam 5 ml kaldu Brain infusión (BHI) dan diinkubasikan
pada 37ºC selama 24 jam. Kultur bakteri kemudian divortex, dipindahkan kedalam
tabung sentrifus dan disentrifus 5 menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan
dibuang, dan pellet dicuci 3 kali dengan PBS. Pellet bakteri disuspensikan
dengan larutan BaSO4, konsentrasi 10 8 sel bakteri per ml.Sebanyak 50 µl suspensi
bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat dengan konsentrasi 1,2 M; 1,6 M; 2
M; 2,4 M dan 3,2 M pada objek glas, dan diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji
hidrofobisitas dinyatakan positif bila terjadi agregasi bakteri yang tampak seperti pasir
putih setelah campuran diaduk (Irianto, 2008).

7. Uji Hemaglutinasi
Darah kelinci yang diambil dengan antikoagulan 0,2 M sodium sitrat pH
5,2, disentrifus dan dicuci dua kali dengan 0,15 M NaCl. Suspensi sel darah merah
2% dibuat dalam larutan 0,15 M NaCl. Sebanyak 20 µl suspense bakteri yang
mengandung sekitar 10 9 bakteri/ml µl suspensi sel darah merah dalam 0,15 NaCl
dicampur dengan 20 kelinci 2% di atas gelas obyek. Gelas objek digoyang selama 30
detik dan reaksi hemaglutinasi diamati. Tingkat hemaglutinasi dinyatakan reaksi
sedang +, reaksi kuat ++ sebagai berikut (Irianto, 2008) :
Identifikasi Bakteri Escherichia coli

Berikut ini beberapa contoh pengujian bakteri Escherichia coli

1. Sulfide Indol Motility (SIM)


Inokulasikan 1 ose dari Plate Count Agar (PCA) miring ke dalam tryptone Broth
inkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35oC +1oC. Uji Indol dilakukan dengan
menambahkan 0,2 ml – 0,3 ml pereaksi Kovacs. Reaksi positif jika terbentuk cincin
merah pada lapisan bagian atas media dan negatif bila terbentuk cincin warna kuning
(Nur, 2017).
Prinsip : Mengetahui motilitas organisme, adanya pembebasan H2S (sulfide)
dan mengetahui adanya pembentukan indol. Hasil : Adanya H2S ditunjukkan dengan
perubahan warna menjadi hitam pada bagian dasar. Motilitas diketahui dari keruhnya
media dan adanya penyebaran ke atas ( mirip pohon cemara terbalik ). Adanya indol
terlihat berupa cincin merah beberapa detik sampai 5 menit setelah penambahan 1 ml
chloroform dan beberapa tetes reagen Kovac (Nur, 2017).

2. Uji voges proskauer (VP)


Inokulasikan 1 ose dari PCA miring ke dalam MRVP Broth. Inkubasi selama
48 jam ± 2 jam pada suhu 35oC +1oC. Pindahkan sebanyak 1 ml dari setiap
MRVP Broth yang tumbuh ke tabung reaksi ukuran 13 mm x 100 mm steril dan
tambahkan 0,6 ml larutan alpha naphtol dan 0,2 ml 40 % KOH, kocok, tambahkan
sedikit kristal kreatin untuk mempercepat reaksi. Kocok kembali dan diamkan selama
2 jam. Reaksi positif jika terbentuk warna merah muda eosin sampai merah mirah
delima (ruby) (Nur, 2017).
3. Uji methyl red (MR)
Inkubasikan kembali MRVP Broth di atas selama 48
jam ± 2 jam pada suhu 35oC +1oC. Tambahkan 5 tetes
indikator Methyl red pada setiap MRVP Broth. Reaksi
positif jika terbentuk warna merah dan negatif jika terbentuk
warna kuning (Irianto, 2008).

4. Uji sitrat (C)


Goreskan 1 ose dari PCA miring ke permukaan
Simmon Citrat Agar. Inkubasi selama 96 jam + 2 jam pada
suhu 35oC +1oC. Reaksi positif jika terjadi pertumbuhan
dan media berubah warna menjadi biru, reaksi negatif jika
tidak ada pertumbuhan dan media tetap hijau (Irianto,
2008).
Prinsip : Mengetahui kemampuan organisme untuk
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon utama. Hasil :
pertumbuhan bakteri dapat terlihat dengan adanya
perubahan warna dari hijau menjadi biru (Irianto, 2008).
5. Uji Penegasan
Dari tabung-tabung EC Broth yang positif dengan menggunakan jarum ose
gores ke LEMB agar. Inkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35oC + 1oC. Koloni
Escherichia coli terduga memberikan ciri yang khas (typical) yaitu hitam pada bagian
tengah dengan atau tanpa hijau metalik (Irianto, 2008).
Ambil lebih dari satu koloni (typical) Escherichia coli dari masing-masing
cawan LEMB dan goreskan ke media PCA miring dengan menggunakan jarum tanam.
Inkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35oC + 1oC. Jika koloni yang khas (typical
) tidak ada, pindahkan 1 atau lebih koloni yang tidak khas (typical) Escherichia coli ke
media PCA miring (Irianto, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Amalia Krishna. 2016. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita
Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner. Vol
31 (2).

Irianto, Koes. 2008. Mengenal Dunia Bakteri. Bandung: PT Pringgandani.

Nur, Jumriah., Winarsih, Asri. 2017. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Batu di
Wilayah Bojong Raya, Cengkareng Jakarta. Jurnal Wiyata. Vol. 4 (2).

Toelle, Novianti Neliyani. 2015. Identifikasi dan Karakteristik Staphylococcus Sp. dan
Streptococcus Sp. dari Infeksi Ovarium Pada Ayam Petelur Komersial. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol. 1 (7).
IDENTIFIKASI BAKTERI

Dosen Pengampu :
Wirda Anggraini, S. Farm., M. Farn., Apt

Disusun Oleh :

1. Zahra Umami (16670042)


2. Abdul Qodir (166700
3. Toiyeebah Kasen (166700

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2018

Anda mungkin juga menyukai