Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
1. Pengertian
a. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI) tahun 2002 Keputusan Menteri Kesehatan (kepmenkes
RI) tentang pedoman Pemberantasan Penyakit Diare (P2D) diare
merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.1
b. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan
encer. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar
sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.8
c. Diare yaitu keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah/lender
saja.9
d. Diare merupakan keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada
bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam. Pada umur 3 tahun, yang
volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume
lebih dari 200 g/24 jam.10
2. Penyebab Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, dll
b. Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dll
c. Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
2. Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan,
seperti

Otitis

Media

Akut

(OMA),

Tonsilofaringitis,

Bronkopneumonia, Ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat


pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.3
3. Patogenesis dan Patofisiologi Diare
1. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi


rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut antara lain :
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare
Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, mlabsorbsi, malnutrisi
dan lain-lain.
2. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolic,
hipokalemia dan sebagainya)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah.3
Ada beberapa komplikasi kehilangan akibat diare antara lain :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,


bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa dan defisiensi enzim
lactase
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).7
4. Tanda/Gejala Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah. Warna
tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan
dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat, volume darah
berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejalagejalanta yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil,
tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun
(apatis, somnolen dan kadang-kadang sampai soporokomateus). Akibat
dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada
asidosis metabolic, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang

cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul). Sedangkan berdasarkan tonisitas


plasma dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium
dalam plasma kurang dari 130 mEq/l
b. Dehidrasi isotonic (dehidrasi isonatremia) yaitu bila kadar natrium
dalam plasma 130-150 mEq/l
c. Dehidrasi hipertonik (hipernatremia) yaitu bila kadar natrium dalam
plasma lebih dari 150 mEq/l.
Pada dehidrasi isotonic dan hipotonik penderita tampaknya tidak
begitu haus, tetapi pada penderita dehidrasi hipertonik, rasa haus akan
nyata sekali dan sering disertai kelainan neurologist seperti kejang,
hiperefleksi dan kesadaran yang menurun, sedangkan turgor dan tonus
tidak berapa buruk.3
5. Pencegahan Diare
Diare pada anak usia muda di daerah tropis biasanya disebabkan
oleh infeksi usus. Tindakan pencegahan terhadap diare yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Pemberian air susu ibu (ASI) :
1. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan
ASI bersama makanan lain sampai kurang lebih anak berusia satu
tahun
2. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, harusnya : jangan beri
cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama
dalam hari-hari awal kehidupan anak, memulai pemberian ASI
segera

setelah

(peningkatan

bayi

lahir,

pengisapan

menyusukan

meningkatkan

sesuai

keperluan

penyediaan

susu),

keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan


payudara selama masa pemisahan dari bayi, jika ibu bekerja diluar
rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka berikan ASI
sebelum meninggalkan rumah, sewaktu kembali dimalam hari dan
pada kesempatan dimana ibu berada bersama bayi, ibu seharusnya

10

terus memberikan ASI sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit. Hal
ini sangat penting jika bayi menderita diare.
b. Perbaikan cara menyapih
1. Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan
penyapih yang bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya
makanan saring lunak
2. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan
mencakup : makanan pokok di masyarakat (biasanya serealia atau
umbi), kacang atau kacang polong, sejumlah makanan dari hewan,
sebagai contoh produk susu, telur dan daging, serta sayuran hijau
atau sayuran jingga
3. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak
atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih
4. Anggota

keluarga

seharusnya

mencuci

tangan

sebelum

menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi


5. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan
wadah dan peralatan yang bersih
6. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih
sebelum dimakan
7. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau
panaskan dahulu sebelum dimakan
8. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan
ke dalam lemari es.
c. Penggunaan banyak air bersih : air harus diambil dari sumber terbersih
yang tersedia, sumber air harus dilindungi dengan : menjauhkan dari
hewan, melokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber
air, serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk
menjauhkan air hujan dari sumber, air harus dikumpulkan dan
disimpan dalam wadah bersih dan gunakan gayung bersih bergagang
panjang untuk mengambil air, air untuk masak dan minum untuk anak
harus dididihkan.

11

d. Cuci tangan. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan


dengan baik : setelah membersihkan anak yang telah buang air besar
dan setelah membuang tinja anak, setelah buang air besar, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memberi makan anak
e. Menggunakan kakus :
1. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang
masih berfungsi (kakus harus digunakan oleh semua anggota
keluarga yang cukup besar)
2. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor
secara teratur
3. Jika tidak ada kakus anggota keluarga harus :
a. Buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak
bermain dan kurang lebih 10 meter dari sumber air
b. Jangan buang air besar tanpa alas kaki
c. Tidak mengijinkan anak mengunjungi daerah buang air besar
sendiri
f. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat :
1. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan
daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus
2. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang
bersih dan mudah dibersihkan kemudian buang ke dalam kakus
dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu
permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke
dalam kakus
3. Bersihkan segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya
g. Imunisasi campak. Anak harus diimunisasi campak secepat mungkin
setelah usia 9 bulan.11
6. Pengobatan diare
Diare dapat diobati dengan garam ORALIT yang tujuannya
untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare.
Minumkanlah cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau. 1 bungkus

12

kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Kalau oralit
tidak ada buatlah : LARUTAN GARAM GULA. Ambillah air putih
(masak) 1 gelas masukkan dua sendok teh peres gula pasir, dan seujung
sendok teh garam dapur. Diaduk rata dan diberikan kepada penderita
sebanyak mungkin ia mau minum. Bila diare tak terhenti dalam sehari atau
penderita lemas sekali bawalah segera ke Puskesmas.1

B. Konsep Perilaku
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas
seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai
faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku
manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.
Seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3
domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (Cognitive), b) afektif
(affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu12 :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia,

yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar


pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).12
a. Edukasi (Education)
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku
kesehatan masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan)
lebih

tepat

dibandingkan

dengan

pendekatan

koersi.

Dapat

disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk


intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku
tersebut

kondusif

untuk

kesehatan.

Pendidikan

kesehatan

13

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat


mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua
kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan,
sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri.
Sesuai dengan 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku
(Green 1980), maka kegiatan pendidikan kesehatan juga ditujukan
kepada 3 faktor berikut :
1. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah
kesadaran,

memberikan

atau

meningkatkan

pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik


bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Bentuk
pendidikan kesehatan adalah penyuluhan kesehatan, pelatihan,
pameran kesehatan dan sebagainya.
2. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling
Karena faktor pemungkin (enabling) ini berupa fasilitas atau sarana
dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya
adalah

memberdayakan

masyarakat

agar

mereka

mampu

mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Hal ini


bukan berarti memberikan sarana dan prasarana kesehatan dengan
Cuma-Cuma tetapi memberikan kemampuan dengan bantuan
teknik, memberikan arahan, dan mencari dana untuk pengadaan
sarana dan prasarana.
3. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor reinforcing
Karena faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma) dan tikoh agama (toga), serta petugas termasuk petugas
kesehatan, maka pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah
dalam nentuk pelatihan bagi toma, toga dan petugas kesehatan.12

14

b. Proses Adopsi Perilaku


Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption,

subjek

telah

berperilaku

baru

sesuai

dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus


Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap
diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.12
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (know), yang termasuk pengetahuan dalam tingkatan ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik seluruh
bahan yang dipelajari atau merangsang yang diterima. Oleh sebab
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
2. Memahami (comprehension) orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

15

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang


dipelajari
3. Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau
situasi sebenarnya
4. Analisis

(analysis),

merupakan

suatu

kemampuan

untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih dalam satu struktur dan masih ada kaitan
satu sama yang lain. Misalnya : menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan sebagainya
5. Sintesis (synthesis), suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang lama
6. Evaluasi (evaluation), yaitu berkaitan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada.
Pendidikan kesehatan tidak segera membawa manfaat
bagi masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan behavioral
investment jangka panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan
baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang
pendek, pendidikan kesehatan hanya menghasikan perubahan dan
peningkatan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan akan
berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari
pendidikan

kesehatan.

Selanjutnya

perilaku

kesehatan

akan

berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat


sebagai keluaran pendidikan kesehatan.7
Pengukuran

pengetahuan

dapat

dilakukan

dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat-tingkat tersebut diatas.12

16

Hasil pengetahuan seseorang dirumuskan oleh Hermann


Ebbinghaus (1913) yang menyatakan bahwa situasi tahu atau tidak
tahu sebagai hasil dari proses belajar sangat dipengaruhi oleh waktu
sejak memperoleh pemaparan. Pengaruh waktu tersebut dirumuskan
melalui rumus matematik logaritma berikut :
b = {100 k/ (log t)e + k}
Keterangan : b = hasil belajar
t = waktu dalam menit
k = 1,84
e = 1,25
Apabila rumus tersebut digambarkan dalam diagram
retensi selama satu bulan sejak pemaparan substansi, hasilnya dapat
dilihat melalui grafik retensi berikut :

Grafik Retensi 1 Bulan


140
120

120

Daya Ingat

100

100

80

80

60

60

40

40

20

20

18

0
20'

1 jam

8 jam

24 jam

2 hari

5 hari

31 hari

Waktu
Daya Ingat

Grafik 2.1
Retensi Daya Ingat Selama 1 Bulan

17

Melalui grafik tersebut nampak bahwa apa yang dipelajari oleh


seseorang akan cenderung menurun secara logaritmik dari waktu kewaktu.13
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap ojek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek.
a. Komponen Pokok Sikap
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : a) kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep suatu objek, b) kehidupan emosiomal atau
evaluasi terhadap suatu objek, c)

kecenderungan untuk bertindak

(tend to behave).
b. Berbagai Tingkatan Sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan,

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari


sikap.

18

3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Hubungan antara perilaku dan sikap, tidak sepenuhnya
dipengaruhi namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak.
Analisis akan memperhatikan misalnya bahwa sikap sampai tingkat
tertentu merupakan penentu, komponen dari akibat perilaku. Hal tersebut
merupakan alasan yang cukup untuk memberikan perhatian terhadap
sikap, keyakinan dan nilai sebagai faktor.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Praktik merupakan salah satu dari tiga jenis perilaku yang berbentuk
perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perbuatan
atau praktik tidak sama dengan perilaku. Perwujudan dari perilaku yang
lain dapat melalui pengetahuan dan sikap. Perwujudan suatu sikap agar
menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya kondisi tertentu yang
memungkinkan antara lain adanya fasilitas dan dukungan. Perbuatan nyata
atau praktik mempunyai beberapa tingkatan antara lain :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungn dengan tindakan
yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseoarng telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka dia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.

19

d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran dapat juga
dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.

C. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa
atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan merubah sikap peserta dengan cara yang
spesifik.14
Pelatihan bisa diartikan sebagai setiap aktifitas formal dan informal
yang memberikan kontribusi pada perbaikan dan peningkatan tingkat
pengetahuan, ketermpilan dan sikap. Pelatihan seharusnnya melibatkan
lebih dari sekedar pembelajaran. Pelaatihan mencakup pembelajaran untuk
melakukan sesuatu dan jika itu berhasil, maka hasilnya terlihat dalam
melakukan sesutau secara berbeda.15
2. Tujuan Pelatihan
Tujuan khusus pelatihan yaitu untuk membuat orang memahami
diri sendiri, dapat bergaul dengan baik dengan rekan kerja maupun
membuat keputusan sendiri.13
3. Metode Pelatihan
Metode diperlukan oleh pelatih dan penggunanya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pelatihan tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya jika tidak dapat menguasai satupun metode yang
telah dirumuskan dan dikembangkan oleh para ahli psikologi dan

20

pendidikan. Terlaksananya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan


sangat dipengaruhi oleh metode yang dipergunakan dalam pelatihan.
Metode yang digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah
metode belajar mengajar. Pada garis besarnya metode tersebut dibagi 2
macam yaitu :
a. Metode didaktik
Metode ini didasarkan pada cara satu arah atau one way method.
Pendidik aktif dan peserta didik pasif. Kelemahannya sulit dievaluasi
keberhasilannya. Yang termasuk metode ini adalah ceramah, siaran
radio, TV/Film, media cetak.
b. Metode sokratik
Merupakan metode dua arah atau two-way traffic method. Dengan
demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Yang termasuk metode
ini adalah diskusi kelompok, diskusi panel, diskusi buzz, diskusi
forum, seminar, symposium, konperensi, penugasan/resitasi, studi
kasus, kunjungan lapangan, latihan lapangan, demonstrasi, brain
storming, latihan lapangan dll.16
Dalam pembinaan ibu balita untuk berperan serta secara aktif
dalam pencegahan penyakit diare maka kegiatan pembinaan perlu
dilakukan pelatihan untuk melaksanakan pencegahan diare. Adapun
program pelatihan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah :
1. Judul pelatihan
Judul pada pelatihan yang akan dilaksanakan adalah pelatihan
pencegahan diare pada ibu balita.
2. Tujuan pelatihan
a. Tujuan umum pelatihan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita dalam hal
penyakit diare mengenai : pengertian, penyebab, tanda/gejala,
akibat dan pencegahan diare serta cara pembuatan larutan gula
garam.

21

b. Tujuan khusus pelatihan


Setelah selesai pelatihan, peserta pelatihan diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian penyakit diare, penyebab diare,
tanda/gejala, akibat dan pencegahan diare serta cara pembuatan
larutan gula garam
2. Dapat merubah serta mengembangkan pengetahuan dan sikap
pencegahan diare yang selama ini belum bisa dilaksanakan.
3. Peserta pelatihan berjumlah 70 0rang.
4. Alat yang digunakan : kuesioner, leaflet
5. Tempat pelatihan : Balai Kelurahan Rejosari.
6. Metode pelatihan
Metode pelatihan dengan metode Ceramah Tanya jawab (CTJ) dan
demonstrasi pembuatan Larutan Gula Garam (LGG).
7. Waktu pelatihan selama 1 hari, dengan waktu 2 jam efektif.
8. Pengajar pada pelatihan ini adalah : peneliti dan rekan dari FKM
UNIMUS.
9. Materi pelatihan
Materi pada pelatihan ini adalah : pengertian tentang penyakit diare,
penyebab, tanda/gejala, akibat dan cara pencegahan diare serta cara
pembuatan larutan gula garam.
10. Pelaksanaan pelatihan : menyiapkan materi pelatihan, menyiapkan
tempat pelatihan, pengaturan waktu penyampaian materi yaitu
penjelasan secara singkat 30 menit, tanya jawab 30 menit, bila materi
memerlukan peragaan pengaturan waktunya adalah 20 menit
penjelasan singkat, 20 menit peragaan dan 20 menit Tanya jawab.
11. Evaluasi
a. Persiapan evaluasi
1. Menyiapkan instrument evaluasi dalam bentuk kuesioner yang
diambil dari masing-masing pokok bahasan 1,2,3 dan 4.17
Sebanyak 14 pertanyaan yang sebelumnya telah dilakukan uji
coba.

22

2. Menjelaskan maksud dan tujuan evaluasi (bukan berarti


menguji ibu balita) tetapi ingin mengukur sejauh mana
pengetahuan dan sikap ibu balita sebelum dan setelah diberikan
pelatihan tentang pencegahan diare.
b. Pelaksanaan evaluasi
1. Melaksanakan evaluasi sebelum pelatihan yaitu :
a. Evaluasi kehadiran adalah prosentase kehadiran
Yaitu :

Jumlah peserta yang hadir


Jumlah peserta yang diundang

b. Evaluasi pengetahuan pre test


2. Melakukan evaluasi setelah pelatihan (post test)
3. Melakukan evaluasi setelah satu bulan (post test ulang)
c. Mengolah dan menganalisa hasil pre test dan post test
d. Memberikan penilaian (skor) terhadap masing-masing ibu balita
e. Menghitung nilai rata-rata antara pre test dan post test.
12. Pencatatan dan pelaporan hasil pelatihan kepada : Kepala Puskesmas
digunakan untuk laporan program Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M),

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

(FKM)

Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) sebagai laporan penelitian.

23

D. Kerangka Teori
Perilaku

Proses Perubahan

Presponding
Factors
(Pengetahuan* ,
sikap*,
kepercayaan,
tradisi, nilai dsb.)

Komunikasi
(penyuluhan,
pelatihan)

Enabling factors
Kesediaan sumbersumber fasilitas

Reinforcing
Factors
(sikap dan
perilaku petugas)

Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan sosial
Training
Pendidikan kesehatan
(Promosi kesehatan)
Gambar 2.2

Sumber : 12

E. Kerangka Konsep
VARIABEL TERIKAT
1. Pengetahuan tentang pencegahan
diare
2. Sikap tentang pencegahan diare

VARIABEL BEBAS
Program Pelatihan
Pencegahan Diare

Gambar 2.3

F. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan tentang pencegahan diare pada ibu balita
sebelum dan sesudah pelatihan
2. Ada perbedaan sikap tentang pencegahan diare pada ibu balita sebelum
dan sesudah pelatihan

24

3. Ada perbedaan pengetahuan antara sesudah pelatihan dan 1 bulan setelah


pelatihan pada kelompok eksperimen
4. Ada perbedaan sikap antara sesudah pelatihan dan 1 bulan setelah
pelatihan pada kelompok eksperimen
5. Ada perbedaan pengetahuan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
6. Ada perbedaan sikap antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

25

Anda mungkin juga menyukai