Anda di halaman 1dari 10

3

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian dimulai dengan perizinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang dan Puskesmas Kecamatan Srumbung. Setelah itu dilakukan
pengambilan data para penderita DM tipe II di Puskesmas Kecamatan Srumbung.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan sesuai data yang
didapatkan dari Puskesmas Kecamatan Srumbung. Sampel diambil di rumah para
penderita DM tipe II dengan terlebih dahulu meminta izin kepada kepala
pedukuhan setempat. Tahap-tahap pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a. Permohonan izin kepada para responden
Hal pertama yang dilakukan sebelum pengambilan sampel adalah meminta
izin kepada para responden. Permohonan izin ini juga meliputi penjelasan
tentang cara-cara pengambilan sampel, tujuan penelitian, serta pentingnya
penelitian yang akan dilakukan. Setelah responden mengizinkan peneliti,
responden diminta untuk berpuasa selama delapan jam sebelum dilakukan
pengambilan sampel darah pada hari yang telah disepakati antara peneliti dan
responden.
b. Anamnesis
Anamnesis mengenai riwayat penyakit, lama tinggal di Kecamatan
Srumbung, usia, berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah.
c. Pengambilan darah
Pengambilan darah dilakukan pada hari yang telah disepakati antara peneliti
dan responden. Darah diambil dari vena mediana cubiti dengan menggunakan

spuit injeksi 5cc yang sebelumnya dibersihkan dengan kapas alkohol.


Sebagian kecil darah yang sudah diambil diperiksa kadar gula darah puasa
menggunakan alat pengukur gula darah (easy touch), sebagian lagi
dimasukkan ke dalam tabung darah. Setelah itu responden dibolehkan untuk
makan dan minum.
d. Penentuan status hipotiroid
Penentuan status hipotiroid dilakukan dengan menggunakan kuisioner berisi
gejala klinis hipotiroid yang sudah distandardisasi dan digunakan oleh Balai
Penelitian GAKI Magelang.
e. Pengujian sampel darah
Tabung yang sudah berisi darah kemudian dilakukan pengujian kadar
kolesterol total serum. Pemeriksaan kadar kolesterol total serum dilakukan di
laboratorium LPPT Universitas Gadjah Mada dengan metode CHOD PAP,
Fotometrik Enzimatik.
f. Penyajian data
Semua data yang telah diperoleh, diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
Data antar variabel dianalisis dengan uji perbedaan yang sesuai, yaitu
menggunakan uji Independent SampleT-Test jika uji normalitas data adalah
normal, dan uji Mann Whitney jika uji normalitas data adalah tidak normal.

Tabel 3. Kriteria Responden


Karakterisrik Responden
Kadar GDP penderita DM tipe II
>126 mg/dl
Skoring kondisi hipotiroid dan non-hipotiroid
Hipotiroid
Normal (non-hipotiroid)

30

100

15
15

50
50

Kadar kolesterol total serum


HIPOTIROID
Normal
2
13,33
Tidak normal
13
86,67
NON-HIPOTORID
Normal
10
66,67
Tidak normal
5
33,33
Tabel di atas menunjukkan 30 responden (100%) penderita DM
tipe II dengan kadar GDP >126 mg/dl. Pada pengujian status hipotiroid
menggunakan kuisioner, terdapat 15 responden dengan hasil skoring > 20
(50%) yaitu hipotiroid, dan 15 responden dengan hasil skoring < 20 (50%)
yaitu non-hipotiroid. Pada kelompok responden DM tipe II hipotiroid,
terdapat 2 responden dengan kadar kolesterol total serum normal (13,33%),
dan 13 responden dengan kadar kolesterol total serum tidak normal
(86,67%). Sedangkan Pada kelompok responden DM tipe II non-hipotiroid,
terdapat 10 responden dengan kadar kolesterol total serum normal (66,67%),
dan 5 responden dengan kadar kolesterol total serum tidak normal (33,33%).
Tabel 4. Rata-Rata Kadar Kolesterol Total Serum Kelompok Kontrol dan
Kelompok Uji
Rata-Rata
Kelompok Uji
Kelompok Kontrol
(DM Tipe II Hipotiroid) (DM Tipe II Non-Hipotiroid)
Kadar
kolesterol total
254,733 40,631
193,84 26,516
serum (mg/dl)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata-rata kadar kolesteriol total


serum pada kelompok DM tipe II hipotiroid (254,733 40,631) lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kadar kolesterol total serum kelompok DM tipe
II non-hipotiroid (193,84 26,516). Untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi data, dilakukan uji normalitas dan didapatkan hasil perhitungan
yang ditunjukkan pada lampiran 3.
Jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30
orang (subyek 50 orang).Maka uji normalitas yang digunakan adalah
Shapiro-Wilk (SW). Uji normalitas Shapiro-Wilk dilakukan menggunakan
seperangkat alat komputer. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai kadar
kolesterol total serum kelompok hipotiroid (uji) dan kelompok non-hopitiroid
(kontrol) adalah 0,025 (<0,05) berarti distribusi data tidak normal.
Uji normalitas kadar kolesterol total serum kelompok hipotiroid (uji)
dan kelompok non-hopitiroid (kontrol) adalah tidak normal, maka uji beda
yang digunakan Mann-Whitney Test dan didapatkan hasil yang tertera pada
lampiran 3.
Setelah diuji statistik menggunakan metode Mann-Whitney Test
didapatkan nilai uji beda pada Sig. (2-tailed) yaitu 0,000 (p<0,05) yang berarti
bahwa kadar kolesterol total serum pada diabetes mellitus tipe II hipotiroid
berbeda secara signifikan dengan kadar kolesterol total serum pada diabetes
mellitus tipe II non-hipotiroid.

B. Pembahasan
Pada penelitian ini, seluruh responden, baik kelompok kontrol maupun
kelompok uji adalah pasien DM tipe II. Pada DM tipe II terjadi resistensi insulin
yang menyebabkan kadar kolesterol meningkat. Pada kondisi koma diabetikum juga
menunjukkan kadar kolesterol yang tinggi (Guyton, 2008). Dari seluruh responden
yang mengalami DM tipe II, 15 responden (50%) mengalami hipotiroidisme.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan di daerah endemik GAKI.
Kekurangan iodium bisa menyebabkan hipotiroidisme. Pada defisiensi iodium
terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam
usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar hormon
tiroid yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya
umpan balik. Kekurangan iodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (Price, 2002).
Rerata pengukuran kadar kolesterol total serum pada kelompok uji adalah
254.733 40.631mg/dl lebih besar dibandingkan dengan kadar kolesterol total
serum pada kelompok kontrol 193.84 26.516 mg/dl. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa hormon tiroid berperan dalam mengontrol berbagai metabolisme kolesterol.
Hormon tiroid menurunkan kadar kolesterol dalam darah karena terjadi peningkatan
pembentukan reseptor LDL di hati yang menyebabkan peningkatan pemindahan
kolesterol dari sirkulasi oleh hati (Ganong, 2008).
Hipotiroidisme yang ditandai oleh rendahnya tingkat hormon tiroid serum,
berhubungan dengan penurunan metabolisme, penurunan lipolisis, penambahan

berat badan, dan peningkatan kolesterol total serum. Kolesterol ditransportasi oleh
ATP binding cassette transporter (ABCA-1) ke apolipoprotein-1 miskin lipid untuk
membentuk HDL. Jika kadar kolesterol dalam sirkulasi berlebihan, kelebihan
kolesterol tersebut akan diangkut oleh HDL kembali ke hati melalui reseptor LDL
(LDL-R). Lalu, kelebihan kolesterol di hati akan dikonversi menjadi asam empedu.
Reseptor hormone tiroid (TR) dan sterol akan mengikat sterol regulatory element
binding proteins (protein SREBP-2), lalu SREBP-2 akan menstimulasi LDL-R yang

meningkatkan pengambilan kolesterol. Sehingga, pada kenyataannya, pasien


dengan hipotiroidisme memiliki kadar kolesterol yang tinggi dalam darah (Yan-Yun
Liu, 2011).

Gambar 3. Peran Hormon Tiroid dalam Metabolisme Kolesterol


Penelitian yang dilakukan pada tikus dengan tindakan tiroidektomi sehingga
menjadi hipotiroid menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol-HDL jika

dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berhubungan dengan terganggunya jalur


reverse cholesterol transport (RCT), yaitu menurunnya esterifikasi dari kolesterol
pada

partikel

HDL

yang

terutama

dilakukan

oleh

Lechitin

Cholesterol

Acyltransferase (LCAT) dan remodeling dari HDL oleh enzim HL (Hepatic Lipase).
LCAT menunjukkan aktivitas yang rendah pada penelitian ini (Fatkhur, 2010).
LCAT disintesis sebagai glikoprotein (25% dari massa totalnya adalah
karbohidrat) secara primer oleh hati dan untuk sedikit lebih luas oleh otak dan testis.
LCAT diaktivasi oleh apo-Al, apo-AIV, dan LCAT bertanggungjawab dalam
pembentukan dari hampir seluruh kolesterol ester pada lipoprotein plasma dalam
tubuh manusia. Rendahnya kadar LCAT mengakibatkan gangguan yaitu rendahnya
kadar kolesterol ester dan rendahnya kadar HDL. Kadar HDL yang rendah tersebut
membuat kolesterol yang diserap dari makrofag menjadi berkurang dan pada
akhirnya kolesterol yang dibawa kembali ke hati juga berkurang (Fatkhur, 2010).
Xiao-Li Liu dkk (2014) telah melakukan meta-analisis tentang Alteration of
Lipid Profile in Subclinical Hypothyroidism berdasarkan studi-studi di PubMed,
Cochrane Library, and China National Knowledge Infrastructure (CNKI). Dari lima
belas studi tentang pemeriksaan
40.546 responden,
serum

kadar kolesterol total serum yang melibatkan

kebanyakan studi menunjukkan bahwa kadar kolesterol total

lebih tinggi pada pasien hipotiroidisme

dibandingkan dengan pasien

eutiroidisme. Oleh karena itu,keadaan hipotiroid akan memperparah kenaikan kadar


kolesterol total serum yang sudah tinggi pada penderita DM tipe II.

Kadar kolesterol total serum dikatakan normal jika < 200 mg/dl. Jika kadar
kolesterol total serum sudah mencapai 240 mg/dl maka dikatakan kadar kolesterol
tinggi. Diabetes mellitus tipe II dan kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor
risiko penyakit arteri coroner (Adam, 2009).
C. Kesulitan Penelitian
1. Tempat tinggal tiap responden yang berbeda-beda
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan mendatangi satu
persatu tempat tinggal responden. Antara responden satu dengan yang lain
kadang tinggal di berbeda desa dan tidak berdekatan Hal ini menyebabkan
penelitian tidak bisa dilaksanakan dalam satu waktu. Sehingga peneliti
melakukan penelitian secara bertahap, misal pengambilan sampel pertama
berjumlah delapan orang, pengambilan sampel kedua berjumlah tujuh orang,
dan seterusnya sampai didapatkan jumlah sampel sesuai yang dibutuhkan.
2. Tempat penelitian yang jauh
Kecamatan Srumbung sebagai daerah endemik GAKI berada di Kabupaten
Magelang Jawa Tengah.Waktu yang ditempuh dari UMY ke tempat
pengambilan sampel sekitar dua jam.Ditambah dengan tempat tinggal tiap
responden tidak berdekatan.Oleh karena itu peneliti membuat jadwal
pelaksanaan pengambilan sampel secara berkala tiap minggu agar
pelaksanaan pengambilan sampel lebih efisien walaupun jarak yang harus
ditempuh jauh.

10

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol total serum pada penderita
diabetes melitus tipe II hipotiroid yaitu 254,733 40,631 mg/dl lebih tinggi secara
signifikan (< 0,05) dibandingkan dengan kelompok penderita diabetes melitus tipe II
non-hipotiroid, yaitu 193.84 26.516 mg/dl.
B. Saran
1

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan kadar kolesterol


total serum pada penderita hipotiroid dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang lebih detail.


Perlu dilakukan tindak lanjut dari penelitian tentang kondisi hipotiroid dan
non-hipotiroid yang dihubungkan dengan parameter lain yang belum pernah

diteliti
Penegakan diagnosis hipotiroid dan non-hipotiroid sebaiknya dilakukan
dengan pemeriksaan penunjang yang lebih memadai, seperti pemeriksaan

kadar tiroksin (free T4) darah dan kadar TSH.


4 Sosialisasi dan edukasi tentang cara penanggulangan hipotiroid, diabetes
mellitus tipe II, dan kadar kolesterol yang tidak normal untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat Kecamatan Srumbung.

Anda mungkin juga menyukai