Modul 205 Distilasi PDF
Modul 205 Distilasi PDF
Proses perpindahan massa merupakan salah satu proses yang cukup penting.
Peprindahan massa merupakan peristiwa yang dijumpau hampir dalam setiap operasi
dalam kegiatan teknik kimia. Salah satu proses tersebut adalah distilasi yang merupakan
proses pemisahan campuran cair-cair menjadi komponen-komponennya dengan
berdasarkan pada perbedaan kemampuan/daya penguapan komponen-komponen tersebut.
Adanya perbedaan kemampuan penguapan antara komponen-komponen tersebut dikenal
sebagai volatilitas relatif. Distilasi batch adalah salah satu di antara proses-proses
tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan operasi batch. Bahan yang akan dipisahkan secara
distilasi adalah campuran etanol-air. Kolom yang digunakan adalah kolom vigreux. Data
yang akan diambil pada percobaan ini adalah massa larutan distilat dan bottom setiap
selang waktu tertentu. Dari data massa larutan, akan dikonversi menjadi fraksi mol.
Setelah praktikum dapat diketahui jumlah tahap minimum, refluks total, refluks parsial,
HETP, volatilitas relatif, yield, dan fraksi mol etanol campuran tersebut pada setiap
variasi kondisi percobaan ditiliasi.
II. Tujuan
III. Sasaran
-1/31-
Halaman 2 dari 31
dasar proses laju difusi (difusional forces).Distilasi dilaksanakan dengan rangakaian alat
berupa kolom/menara yang terdiri dari
mengalir ke bawah di bagian rektifikasi, yang diperlukan untuk berinteraksi dengan uap
Halaman 3 dari 31
yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tidak akan ada rektifikasi yang dapat berlangsung
dan kondensasi produk atas tidak akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mngalir naik
dari feed plate. Kondensat yang tidak terbawa pompa refluks didinginkan dalam penukar
kalor, yang disebut product cooler dan dikeluarkan sebagai produk atas. Karena tidak
terjadi azeotrop, produk atas dan produk bawah dapat terus dimurnikan sampai tercapai
kemurnian yang diinginkan dengan mengatur jumlah tray dan refluks ratio.
Distilasi kontinu dengan refluks efektif memisahkan komponen-komponen yang
volatilitasnya sebanding. Dengan melakukan redistilasi berulang-ulang dapat diperoleh
komponen yang hampir murni karena jumlah komponen pengotor lain sedikit. Metoda ini
dimodifikasi menjadi lebih modern untuk diterapkan pada skala industri dengan
dihasilkannya distilasi metoda rektifikasi.
Kolom distilasi terdiri dari banyak tray yang diasumsikan ideal. Jika diperhatikan
tray ke-n dari puncak kolom, maka tray yang langsung berada di atasnya adalah tray ken-1 dan tray yang langsung berada di bawahnya adalah tray ke-n+1. Ada 2 aliran fluida
yang masuk ke dalam dan 2 arus keluar dari tray n. Aliran zat cair L n-1 (mol/jam) dari
tray n-1 dan aliran uap Vn+1 dari tray n+1 (mol/jam) mengalami kontak di tray n. Aliran
uap Vn naik ke tray n-1 dan aliran cairan Ln turun ke tray n+1. Jika konsentrasi aliran
uap dalam fasa V ditandai dengan y, dan konsentrasi aliran cairan ditandai dengan x,
maka konsentrasi aliran yang masuk dan yang keluar tray n adalah: uap keluar dari tray
(yn), cairan keluar dari tray (xn), uap masuk ke tray (yn+1), dan cairan masuk ke tray (xn-1).
Sesuai definisi tray ideal, uap dan cairan yang keluar piring n berada dalam
kesetimbangan, sehingga xn dan yn merupakan konsentrasi kesetimbangan. Oleh karena
konsentrasi dalam fas uap dan cair berada dalam kesetimbangan, aliran masuk dan ke luar
tidak. Bila uap yang keluar dari tray n+1 dan cairan dari tray n-1 dikontakkan,
konsentrasinya akan bergerak ke arah kesetimbangan. Sebagian komponen yang lebih
volatil akan menguap dari fasa cair sehingga konsentrasi zat cair pada xn-1 turun menjadi
xn, sedangkan komponen yang kurang volatil akan terkondensasi dari uap sehingga
konsentrasi uap naik dari yn+1 menjadi yn. Aliran zat cair berada pada bubble point
sedangkan aliran uap berada pada dew point, sehingga kalor yang dibutuhkan untuk
penguapan didapatkan dari kalor yang dibebaskan selama kondensasi. Setiap tray
berfungsi sebagai media pertukaran dimana komponen volatil pindah ke fasa uap,
sedangkan komponen yang kurang volatil pindah ke fasa cair. Karena konsentrasi
Halaman 4 dari 31
komponen volatil di dalam cairan dan uap meningkat dengan bertambahnya tinggi kolom,
suhu akan berkurang dari n+1, n, ke n-1.
Distilasi satu tahap tidak efektif menghasilkan bottom product yang mendekati
murni karena zat cair dalam umpan tidak mengalami rektifikasi. Keterbatasan ini diatasi
dengan memasukkan umpan ke tray yang berada di bagian tengah kolom. Cairan itu
mengalir ke bawah kolom menuju reboiler dan mengalami rektifikasi dengan uap yang
mengalir naik dari reboiler. Karena komponen volatil yang berada di reboiler telah
diambil dari cairan maka produk bawahnya adalah komponen kurang volatil yang hampir
murni dari komponen volatil.
Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom distilasi
adalah jumlah tray yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang dikehendaki,
diameter kolom, kalor yang dikonsumsi dalam pendidih, dan rincian konstruksi tray.
Sesuai dengan asas-asas umum, analisis unjuk kerja kolom distilasi tray didasarkan pada
neraca massa, neraca energi, dan kesetimbangan fasa.
Kolom diumpani dengan F (mol/jam) umpan yang berkonsentrasi xf, dan
menghasilkan D (mol/jam) distilat yang berkonsentrasi xd dan produk bawah yang
berkonsentrasi xb. Ada 2 neraca massa yang penting:
Neraca massa total:
F=D+B
(1)
(2)
Neraca komponen:
Jumlah D adalah selisih antara laju aliran arus yang masuk dan yang keluar atas kolom.
Neraca massa pada konsensor dan akumulator adalah:
D = Va La
(3)
Selisih antara laju aliran uap dan laju aliran cairan di manapun pada bagian atas
kolom adalah D, yang jelas terlihat bila diperhatikan bagian dari instalasi itu yang
dikurung permukaan kendali I. Permukaan ini meliputi kondensor dan semua piring di
atas n+1. Neraca massa total pada permukaan tersebut adalah:
D = Vn+1 Ln
(4)
Jumlah D adalah laju aliran netto bahan ke atas pada bagian atas kolom.
Berapapun pertukaran konsentrasi komponen pada V dan L selisihnya selalu D. Neraca
massa untuk komponen a sesuai dengan persamaan:
D. xd = Va.ya La.xa = Vn+1.yn+1 Ln.xn.
(5)
Halaman 5 dari 31
Jumlah D.xd adalah laju aliran netto komponen A ke atas pada bagian ata kolom.
Jumlah ini konstan pada seluruh bagian atas kolom.
Pada bagian bawah kolom, laju alir netto juga konstan, tetapi arahnya ke bawah.
Laju aliran netto total adalah B, untuk komponen A adalah B.xb, sesuai persamaan:
B = Lb Vb = Lm Vm+1
(6)
(7)
Karena kolom distilasi terdiri dari bagian atas dan bagian bawah, maka ada 2
garis operasi, satu untuk bagian rektifikasi dan satu untuk bagian pelucutan. Persamaan
garis operasi untuk bagian pelucutan adalah:
y n +1 =
V .y - L .x
Ln
.x n + a a a a
Vn +1
Vn +1
(8)
y n +1 =
D.x d
Ln
xn +
Vn +1
Vn +1
(9)
Gradien garis operasi adalah ratio antara aliran cairan dan uap. Jika Vn+1 dieliminasi:
y n +1 =
D.x d
Ln
xn +
Ln + D
Ln + D
(10)
Vm +1 .y m +1 = L m .x m - B.x b
(11)
y m +1 =
B.x b
Lm
.x m Vm +1
Vm +1
(12)
Persamaan ini adalah persamaan garis operasi bagian pelucutan. Di sini pun gradien
garisadalah ratio antara aliran zat cair dan aliran uap. Eliminasi Vm+1 akan
menghasilkan:
y m +1 =
B.x b
Lm
xm Lm - B
Lm - B
(13)
Bila garis operasi bagian atas dan bagian bawah tersebut digambarkan bersama
kurva kesetimbangan pada diagram x-y, dapat digunkan konstruksi bertahap McCabeThille untuk menghitung berapa banyaknya tray ideal yang diperlukan untuk
mendapatkan suatu perbedaan konsentrasi tertentu, baik pada bagian rektifikasi maupun
Halaman 6 dari 31
pada bagian pelucutan. Jika dilihat persamaan garis operasi, terlihat bahwa garis operasi
akan merupakan garis lengkung, kecuali jika Ln dan Lm konstan. Garis operasipun hanya
dapat digambarkan jika perubahan konsentrasi pada aliran dalam diketahui. Untuk
menentukan garis operasi yang berbentuk kurva diperlukan neraca entalpi.
Pada distilasi, laju aliran molar uap dan zat cair pada masing-masing bagian
kolom itu hampir mendekati konstan, dan garis operasinya mendekati garis lurus. Hal ini
akibat kalor penguapan molal yang hampir sama, sehingga setiap mol komponen yang
titik didihnya tinggi yang terkondensasi pada waktu uapnya mengalir ke atas akan
membebaskan energi sebanyak yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol komponen
yang titik didihnya rendah. Perubahan entalpi aliran cairan dan uap dan kehilangan kalor
dari kolom biasanya mengakibatkan perlunya pembentukan uap yang agak lebih banyak
pada bagian bawah kolom, sehingga ratio molar aliran uap pada bagian bawah akan lebih
mendekati 1. Karena itu, dalam merancang kolom distilasi biasanya digunakan konsep
constant molal overflow, sehingga dalam persamaan garis operasi tanda tray n, n-1, n+1,
m, m-1, dan m+1 pada L dan V dapat dianggap sama. Dalam model ini, persamaanpersamaan neraca massa adalah linear dan garis operasinya berupa garis lurus. Garis
operasi dapat digambar bila diketahui dua titik. Akibatnya. metoda McCabe-Thiele dapat
digunkan tanpa memerlukan neraca entalpi.
Analisis kolom fraksionasi dimudahkan lagi dengan menggunakan besaran
refluks ratio. Ada 2 macam refluks ratio yang biasa digunakan, yaitu refluks ratio
terhadap hasil atas Rd dan refluks ratio terhadap uap (aliran uap komponen) Rv.
Persamaan kedua refluks ratio tersebut adalah:
Rd =
L V-D
=
D
D
(14)
Rv =
L
L
=
V L+D
(15)
Karena itu persamaa garis operasi untuk bagian rektifikasi yang mengikuti constant molal
overflow dapat disederhanakan:
y n +1 =
Rd
xd
.x d +
Rd +1
Rd +1
(16)
Titik potong y dari garis ini adalah xd/ (Rd+1). Konsentrasi xd ditentukan kondisi
rancangan, dan Rd merupakan variabel operasi yang dapat dikendalikan dengan mengatur
Halaman 7 dari 31
pembagian antara refluks dan hasil atas, atau dengan mengubah banyaknya uap yang
terbentuk dalam reboiler untuk suatu laju distilat tertentu.
Karena kemiringan garis rektifikasi adalah Rd/ (Rd+1).), kemiringan dapat
bertambah bila refluks ratio ditingkatkan sampai V=L saat Rd tak berhingga,
bergradien1, sehingga garis operasi menjadi berimpitan dengan diagonal, yang disebut
refluks total. Pada refluks total jumlah tray minimum, tetapi produk atas dan bawah
adalah 0 pada setiap umpan dengan laju alir tertentu.
ab =
Jika
y a /x
y b /x
(17)
N min =
log[x d (1 - x b )/x b (1 - x d )]
1
log ab
(18)
Persamaan tersebut adalah persamaan Fenske. Jika perubahan nilai ab bagian dasar dan
puncak kolam tidak signifikan nilai ab yang digunakan adalah rata-rata geometriknya.
Jika refluks kurang dari refluks total, jumlah tray yang dibutuhkan untuk
mendapatkan pemisahan tertentu akan lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk
refluks total. Pada refluks ratio yang kecil, jumlah tray akan besar, dan pada refluks ratio
minimum jumlah tray menjadi tak berhingga. Semua kolom distilasi yang menghasilkan
produk atas dan produk bawah dalam jumlah tertentu harus beroperasi pada refluks ratio
yang besarnya antara Rd minimum (saat jumlah tray tak berhingga) dan saat Rd tak
berhingga (saat jumlah tray minimum).
Refluks ratio minimum dapat diperoleh dengan menggerakkan garis operasi
sambil menurunkan refluks ratio. Pada refluks total dari operasi berimpitan dengan
diagonal. Jika refluks diturunkan perpotongan garis operasi atas dan bawah akan bergerak
di sepanjang garis umpan ke arah kurva kesetimbangan, luas diagram yang dapat
digunakan untuk konstruksi tahap makin kecil, dan jumlah tahap meningkat. Jika salah
satu garis operasi tersebut menyentuh kurva kesetimbangan jumlah tahap yang diperlukan
sebelum melintas titik singgung ini menjadi tak berhingga. Pada kondisi ini refluks ratio
disebut minimum. Jika x dan y adalah koordinat perpotongan antara garis operasi
dengan kurva kesetimbangan, refluks ratio minimum (Rdm) dapat dihitung dengan
persamaan:
R dm =
x d - y'
y'-x'
(19)
Halaman 8 dari 31
Bila refluks ratio ditingkatkan mulai minimum, jumlah tray akan bertambah, mula-mula
dengan cepat , kemudian berangsur makin perlahan, hingga jumlah tray minimum pada
refluks total. Luas penampang kolom biasanya sebanding dengan laju aliran uap. Bila
refluks ratio meningkat sampai pada tingkat keluaran distilat dan bottom tertentu, V dan
L akan meningkat sampai dicapai suatu titik dimana peningkatan diameter kolom jauh
lebih cepat daripada berkurangnya jumlah piring. Biaya instalasi sebanding dengan luas
permukaan piring dan jumlah piring kali luas penampang kolom.
IV.2 Prinsip Operasi
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila
campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan
berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila
uap dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan, akan didapatkan cairan
yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang mudah
menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari
kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar
komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi. Untuk menunjukkan lebih jelas
uraian di atas, berikut digambarkan secara skematis:
1. Keadaan awal
Campuran A dan B (fasa cair). A adalah komponen yang lebih
mudah menguap.
xA,0 = fraksi berat A di fasa cair
xB,0 = fraksi berat B di fasa cair
xA +xB =1
2. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya dibiarkan dalam keadaan setimbang.
xA,1 = fraksi berat A di fasa cair (setimbang)
xB,1 = fraksi berat B di fasa cair (setimbang)
xA +xB =1
yA,1 = fraksi berat A di fasa uap (setimbang)
yB,1 = fraksi berat B di fasa uap (setimbang)
yA +yB =1
Pada keadaan ini maka: yA,1 > xA,1 dan yB,1< xB,1
Halaman 9 dari 31
Halaman 10 dari 31
Gambar 2 Kesetimbangan uap cair pada temperatur buble dan temperatur dew
Halaman 11 dari 31
y A /x A
y /x
= A A
y B /x B 1 y A
1 xA
(20)
yA =
.x A
(1 + .x A x A )
(21)
Bila diketahui harga-harga sebagai fungsi temperatur, maka pada tekanan tetap,
hubungan yA dan xA pada berbagai suhu pada keadaan setimbang dapat ditentukan.
Bila konstan, dan diketahui harganya, maka harga-harga yA pada setiap harga x1 dan
sebaliknya (kurva yA tyerhadap xA) dapat langsung ditentukan.
IV.5 Larutan Ideal
Untuk larutan ideal berlaku hukum Raoult:
PA = PA. xA
PB = PB. xB = PB. (1-xA)
(22)
(23)
Halaman 12 dari 31
yA =
PA PA .x A
=
P
P
(24)
(1 y A ) = PB = PB (1 x A )
P
P
yA
xA
P
=
= A
(1 y A ) PB
(1 x A )
(25)
(26)
Bila harga yA = xA maka harga =1, dan campuran biner pada komposisi tersebut tidak
dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan cara distilasi.
IV.6 Fraksionasi Batch
Prinsip fraksionasi adalah membuat kesetimbangan fasa uap cairan dan
memisahkan uap dan cairan yang dalam keadaan setimbang tersebut.
Misalkan cairan Ln-1 dengan komposisi xA,n-1 dicampur dengan uap Vn+1 dengan komposisi
yA,n+1, seperti pada Gambar 7. Pencampuran tersebut berlangsung pada suatu tahap
kesetimbangan n, yang ditunjukkan pada titik m dalam Gambar 8. Pada tahap
kesetimbangan n, akan terbentuk uap dan cairan baru yang dalam keadaan setimbang (Vn
dan Ln). Uap Vn mempunyai komposisi yA,n sedang cairan Ln yang mengandung lebih
banyak komponen A (yA,n > yA,n+1) dan cairan baru Ln yang mengandung lebih sedikit
Halaman 13 dari 31
Dalam operasi fraksionasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam tahaptahap. Sementara operasi berlangsung, cairan ditahap terendah dipanaskan sedangkan uap
ditahap teratas didinginkan. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 8. Hasil atas yang diambil
disebut distilat (D) dan yang dikembalikan ke kolom disebut refluks (Lo). Jumlah refluks
dibandingkan distilat sangat mempengaruhi hasil pemisahan. Perbandingan tersebut
disebut rasio refluks (R), diman R = Lo/D.
IV.6 Neraca Massa pada Aliran Komponen Operasi Distilasi
Lebih lengkapnya, aliran perpindahan massa pada proses distilasi multi tahap
ditunjukkan pada Gambar 9.
Neraca massa total untuk amplop 1:
V2 = D + L1
(27)
(28)
(29)
(30)
Halaman 14 dari 31
dimana:
Vn+1
Ln
yA,n+1
xA,D
xA,n
y A,n +1 =
R
1
x A,n +
.x A,d
R +1
R +1
(31)
Halaman 15 dari 31
(32)
Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah tahap minimum. Sedang untuk 0<R<
operasi distilasi berlangsung pada refluks parsial. Kurva kesetimbangan yang dilengkapi
dengan garis operasi sesuai persamaan yang diperoleh di atas akan menunjukkan
hubungan antara komposisi uap Vn+1 dan komposisi cairan Ln, seperti dapat dilihat pada
Gambar 10.
Misalnya titik P pada gambar 10 menunjukkan hubungan antara komposisi uap
Vn dan komposisi cairan Ln yang keduanya meninggalkan tahap n dalam keadaan
setimbang. Misalnya titik Q menunjukkan hubungan antara yA,2 dan xA,2.
Gambar 10 dapat pula digunakan untuk menentukan jumlah tahap kesetimbangan
bila komposisi hasil atas (xA,0 sama dengan yA,0) dan komposisi hasil bawah (xA,3)
diketahui.
Kalau volatilitas relatif dapat diangap konstan, maka jumlah tahap minimum
(pada refluks total) dapat dihitung dengan persamaan Fenske:
x A,D (1 x A,F )
log
x A,F (1 x A,d )
n +1 =
log
dimana: n = jumlah tahap
xA,D = komposisi distilat
(33)
Halaman 16 dari 31
Pada distilasi batch, penambahan produksi distilat D (hasil atas) sama dengan
pengurangan hasil bawah (W), dan secara matematis dapat ditulis sebagai:
-dW = dD
(34)
Untuk komponen A:
-d(xA,W.W) = xA,D.D
(35)
(36)
dx A,W
dW
=
W x A,D x A,W
(37)
(38)
x A,W f
dx A,W
dW
Wi W = x x A,D x A,W
A, Wi
(39)
x A,W f
dx A,W
Wf
=
ln
Wi x
x A,D x A,W
A, Wi
(40)
Wf
Halaman 17 dari 31
(41)
(42)
x A,D =
x A,F .F x A,W .W
FW
(43)
Persamaan tersebut dapat dipakai untuk menentukan komposisi distilat rata-rata pada
suatu distilasi batch.
IV.9 HETP (Height Equivalent to Theoretical Plate)
Dalam operasi distilasi yang menggunakan kolom (vigreux, packed, tray) dikenal
besaran HETP. HETP adalah tinggi kolom yang bersifat sebagai satu tahap teoretis. Jadi
dari kolom setinggi HETP akan dihasilkan uap dan cairan yang berada dalam keadaan
setimbang.
HETP kolom =
(44)
Halaman 18 dari 31
V.
Rancangan Percobaan
g. penampung distilat
Secara skematis alat yang dipakai tersusun seperti pada Gambar 11.
2.
Refraktometer
3.
Piknometer
4.
Termometer
5.
Selenoid valve
6.
Stopwatch
7.
Gelas ukur
8.
Pipet ukur
9.
Timbangan/ neraca
Halaman 19 dari 31
Halaman 20 dari 31
V.3
V.4.
Distilasi
Refluks Total
Kurva Kalibrasi
Densitas Etanol vs
X etanol
Persamaan:
X etanol =
f (Densitas Etanol)
Hitung HETP
Ulangi pada 3
keadaan
kesetimbangan
Distilasi
Refluks Parsial
Jumlah tahap
teoretis; McCabeThielle
Hitung HETP
Halaman 21 dari 31
Sumber:
air
Sumber:
Tdidih (0C)
Puap (mmHg)
Air
Etanol
Sumber
Temperatur praktikum :
V air
(mL)
(g)
(g)
Massa air :
(g)
Densitas air :
(g/mL)
V etanol
(mL)
m pikno+ camp.
(g)
m campuran
(g)
X et-OH
(V/V)
et-OH
(kg/m3)
X et-OH
(mol/mol)
Tkolom
(0C)
Tlabu
(0C)
m pikno+
(g)
camp.dest.
m pikno+
(g)
camp.bottom
bottom
(g/mL)
distilat
(g/mL)
X bottom
X distilat
Halaman 22 dari 31
V.7.
Kondisi
Refluks
Xfed
Vdistilat
(mL)
Vbottom
(mL)
Contoh Perhitungan
V.7.1. Penentuan Densitas Etanol
Persamaan yang digunakan:
etanol
(pada suhu T) =
massa etanol
.
(pada suhu T)
massa aqua dm air
Contoh:
Misalkan data:
-
etanol
etanol
22.6669 - 12.635l
.997.045
23.083 - 12.635
(pada suhu 28) = 957.537 kg/m 3
X etanol =
% etanol.Vetanol . etano l
Mretanol
% et .Vet . et
Mr
etanol
(1 % et .)Vetanol . air
+
Mrair
Vair . air
+
Mrair
Misalkan data:
-
Volume air
= 7 mL
Volume etanol
= 3 mL
Dapat dihitung:
Halaman 23 dari 31
X etanol
0,95.3.957,535
46,07
=
0,95.3.957,535 (1 0,95)3.997,045 7.997,045
+
+
46,07
18,016
18,016
X etanol = 0.13
V.7.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan mengalurkan data fraksi mol etanol
terhadap densitas etanol pada fraksi mol tersebut. Grafik tersebut didekati
dengan persamaan tertentu, seperti persamaan polinomial orde 2 yang
menunjukkan hubungan fraksi mol etanol terhadap densitasnya.
Contoh data:
V air
(mL)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
V etanol
(mL)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
m
(g)
23.083
22.94
22.806
22.669
22.534
22.314
22.114
21.898
21.645
21.386
21.058
X et
(V/V)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
densitas et
(kg/m3)
997.045
983.398484
970.61084
957.536905
944.65383
923.65919
904.573154
883.960234
859.816398
835.099981
803.798881
X et
(mol/mol)
0
0.038913
0.081977
0.130207
0.185061
0.246858
0.319867
0.407664
0.516419
0.658861
0.856938
Kurva kalibrasi untuk data densitas terhadap freaksi mol etanol adalah:
Kurva Kalibrasi Densitas Etanol
0.9
0.8 (mol/mol)
X etanol
0.7
y = 9E-06x
2 - 0.0213x + 11.896
R 2 = 0.9988
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
800
900
1000
Halaman 24 dari 31
m pikno+
camp.dest.
camp.bottom
t
(min)
Tkolom
(0C)
10
20
30
40
50
60
80
80
80
80
80
80
82.5
82.5
82.5
82.5
82.5
82.5
22.44
22.444
22.449
22.479
22.496
22.525
70
78
86
94
102
110
80
80
80
80
80
80
82.5
82.5
82.5
82.5
82.5
82.5
22.596
22.608
22.693
22.717
22.81
22.834
Tlabu
(0C)
(g)
(g)
bottom
(kg/m3)
Refluks Total
21.117 935.68398
21.098
936.0657
21.095 936.54284
21.087 939.40572
21.087 941.02802
21.081 943.79547
Refluks Parsial
21.087 950.57095
21.089
951.7161
21.09 959.82759
21.114 962.11789
21.115 970.99281
21.171 973.28311
distilat
(kg/m3)
X bottom
X distilat
809.43106
807.6179
807.33161
806.56818
806.56818
805.9956
0.1980926
0.1966931
0.1949476
0.1845647
0.1787497
0.1689447
0.8118945
0.8229013
0.8246449
0.829302
0.829302
0.8328021
806.56818
806.75904
806.85447
809.14477
809.2402
814.58424
0.1455498
0.1416813
0.1149885
0.1076765
0.0802781
0.0734489
0.829302
0.8281367
0.8275543
0.8136283
0.8130502
0.7809509
Halaman 25 dari 31
Xd, Xb (mol/mol)
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
20
Xdistilat
40
60
80
Xbottom
100
120
t (m enit)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
x (fraksi cair)
Halaman 26 dari 31
y=
x
R
x+ D
R +1
R +1
nilai refluks R = 3
x
R
x+ D
R +1
R +1
y = 0.75x + 0.207
y=
y=
0.829
3
x+
3 +1
3 +1
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
x (fraksi cair)
Halaman 27 dari 31
Pada grafik tersebut mulai dari titik Xd yang berpotongan dengan garis
x=y dibuat anak tangga dengan batas persamaan garis operasi dengan
kurva kesetimbangan. Anak tangga tersebut berakhir pada titik Xb.
Jumlah tahap pada refluks parsial adalah jumlah anak tangga yang
terbentuk sepanjang Xd sampai Xb.
Pada run ini diperoleh jumlah tahap = 10,33
V.7.8. Penentuan HETP (High Equivalent Theoretical Plate)
Persamaan yang digunakan:
HETP =
tinggi kolom
jumlah tahap kesetimbangan
HETP =
145.5
= 14.085 cm
10.33
x
1 xB
log D .
1 x D x B
Nm =
log av
maka:
log av
x
1 xB
log D .
1 x D x B
=
Nm
Halaman 28 dari 31
0.824 1 0.17
log
.
1 0.824 0.17
log av =
5.17
av = 0.2276
V.7.10. Penentuan Jumlah Perolehan
Misal diperoleh data pada run Refluks Parsial:
-
Volume distilat = 78 mL
Fraksi volume
(mL/mL)
1.2
X et
(V/V)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
X et
(mol/mol)
0
0.038913
0.081977
0.130207
0.185061
0.246858
0.319867
0.407664
0.516419
0.658861
0.856938
1
y = -13.687x 2 + 19.548x - 5.878
R2 = 0.999
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.8
0.85
0.9
0.95
Densitas Etanol (g/m L)
1.05
Diperoleh persamaan:
Fraksi volum = -13.687*(etanol)2+19.548*(etanol)-5.878
Halaman 29 dari 31
Halaman 30 dari 31
VI.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perrys Chemical Engineers
Handbook, 6th Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984
5.
Halaman 31 dari 31