Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKOLOGI HEWAN
NALURI DAN PERILAKU NALURIAH

Disusun oleh :

Kelompok

: 4 (Empat)

Nama anggota

: 1. Lervina Situmorang

ACD 113 079

2. Dwi Ramadani F

ACD 113 091

3. Norhalina

ACD 113 060

4. Siska Rahmadani

ACD 113 080

Kelas

:B

Dosen Pengampu

: Dr. Suatma M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, atas segala berkat dan
rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan
Makalah berjudul Naluri dan Perilaku Naluriah disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Fisiologi Hewan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada bapak dosen pembimbing mata kuliah Ekologi Hewan

yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.


Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi sempurnanya makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak dosen.

Palangkaraya, September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan
tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan
diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Dalam psikoanalisis, naluri dianggap sebagai
tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian
(thanos). Pola prilaku kompleks yang sebagaimana refleks, merupakan bawaan, bersifat agak
tidak fleksibel dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan
serangkaian aksi.
Perilaku bawaan sendiri mencakup Taksis, yang berarti bereaksi terhadap stimulus
dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut
tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis, fototaksis, magnetotaksis. Refleks,
yang berarti Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai
system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus.
Respon terbawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor
yang diwariskan. Naluri, dimana merupakan Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana
refleks, merupakan bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks
dan dapat melibatkan serangkai aksi. Pelepas Perilaku Naluriah: sekali tubuh siap di bagian
dalam untuk tipe perilaku naluriah tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali
respon. Isyarat yang memicu aksi naluriah disebut pelepas (release). Begitu respon tertentu
dilepaskan, biasanya langsung selesai walaupun stimulus efektif segera ditiadakan.
Sedangkan untuk perilaku terajar, merupakan perilaku yang lebih kurang diperoleh
atau dimodifikasi secara permanen sebagai akibat pengalaman individu. Hampir semua
hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan
tidak merugikan. Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan suatu
contoh belajar sejati. Respon yang Diperlazimkan merupakan perilaku terajar yang paling
sederhana, yang pada dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan oleh
suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya.

Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan
sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor
serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic, bersifat khas,
terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen yang tidak bersifat
herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan. Pada Invertebrata
berupa taksis atau refleks, pada serangga berupa instink dan pada manusia ditentukan oleh
komponen belajar dan menalar.

1.2. Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan naluri dan perilaku naluriah ?


Bagaimanakah perilaku hewan dengan lingkungannya ?
Bagaimanakah hubungan hewan dengan habituasi ?
Bagaimanakah intraksi hewan dengan pengkondisian ?

1.3. Tujuan Masalah


1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian naluri dan perilaku naluriah


Mengatahui perilaku hewan dengan lingkungannya
Menjelaskan hubungan hewan dengan habituasi
Menjelaskan intraksi hewan dengan pengkondisian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian naluri dan perilaku naluriah


Naluri atau insting merupakan suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu
rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup
dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Dalam psikoanalisis, naluri dianggap
sebagai tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri
kematian (thanos). Pola prilaku kompleks yang sebagaimana refleks, merupakan bawaan,
bersifat agak tidak fleksibel dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan
serangkaian aksi.
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan
sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor
serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic, bersifat khas, terjadi
secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen yang tidak bersifat
herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan. Pada Invertebrata
berupa taksis atau refleks, pada serangga berupa instink dan pada manusia ditentukan oleh
komponen belajar dan menalar.
Naluri (instink) dalam arti perilaku atau landasan pendorong yang merupakan
terjadinya perilaku itu. Perilaku naluriah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit,
khas spesies, testerotipe, herediter dan terjadi otomatis oleh induksi stimulus kunci atau
stimulus syarat. Respon ini bersifat tidak proporsional dengan intensitas stimulus.
Instink memerlukan mekanisme saraf, namun yang paling utama karena timbulnya
dorongan (drive) yang timbul karena mencapai status fisiologis tertentu (motivasi) dengan
mood yang tepat. Bila dikombinasikan dengan stimulus sinyal yang tepat dari lingkungan
akan mewujudkan instink. Stimulus isyarat dapat berupa bentuk, warna, suara/nyanyian,
feromon, sentuhan dan sebagainya.

2.2 Perilaku hewan dengan lingkungannya

Dalam klasifikasinya, perilaku hewan dapat dikategorikan menjadi dua yang


dilandaskan kepada bagaimana perilaku tersebut bisa terbentuk atau dimiliki suatu spesies atau
individu. Dua jenis prilaku itu adalah :
1. Perilaku alami (yang diperoleh tidak dengan proses belajar tetapi didasari oleh genotip dan
interaksinya dengan lingkungan).
2. Perilaku akibat belajar yang hanya dapat dimiliki oleh suatu hewan jika telah mengalami suatu
pelajaran baik oleh kejadian tertentu yang menimbulkan pengalaman atau memang karena adanya
serangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh individu lain (baik oleh spesiesnya sendiri, spesies
lain atau oleh manusia)
1. Jenis Jenis Perilaku Alami
(1). Innate : merupakan perilaku yang telah ada di dalam individu sebagai bawaan lahir dan
berkembang secara tetap/ pasti. Perilaku ini tidak memerlukan proses belajar, sering kali terjadi
pada saat baru lahir dan bersifat genetic (dapat diturunkan). Dalam perilaku ini dikenal adanya
istilah insting terutama berupa insting dasar yang menjadikan suatu hewan dapat melakukan
sesuatu atau bertindak dalam kondisi tertentu. Contoh perilaku ini adalah sang anak yang baru
lahir dapat menemukan sendiri kelenjar susu induknya untuk dapat memperoleh makanan dari air
susu. Perilaku Planaria yang menghindar dari cahaya juga merupakan contoh dari perilaku insting.

Tukik yang mampu menuju laut meski tanpa pemandu


Sumber Gambar :http://suryotomo.files.wordpress.com

(2). Pola Aksi Tetap (Fixed Action Patterns/ FAPs): merupakan perilaku stereotipik yang
merupakan serangkaian aktivitas oleh adanya stimulus spesifik. Contoh perilaku ini adalah ketika
seekor anak burung baru menetas, ia akan dengan spontan membuka mulutnya dan kemudian
induknya akan menaruh makanan di mulutnya tersebut. Contoh lainnya adalah ritual kawin pada
beberapa jenis burung seperti burung merak atau burung kuau. Ritme cycardian (jam biologis)
juga dimasukkan kedalam jenis perilaku pola aksi tetap misalnya kelelawar insektivora yang
hanya aktif di malam hari.

Contoh Perilaku Alami (Mating Dance Pada Burung Kuau)


Advertisement
(3). Perilaku Agonistik : perilaku agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat bertahan
hidup (survival) atau memperoleh pengakuan dalam kelompok tertentu. Tujuan spesifik dari
terjadinya agonistic sangat beragam, dan dapat terjadi intraspesies atau interspesies.Kadang
kala perilaku ini bisa menyebabkan kematian tetapi terkadang hanya berupa ritual semata.
(4). Perilaku Teritroial : merupakan perilaku mempertahankan suatu area tertentu (home
range) dari kehadiran spesies atau individu pesaing sehingga suatu hewan dapat memiliki
sumber makanan, tempat bereproduksi atau beraktivitas dan memelihara anak dan
keturunannya dengan pesaing yang minimal atau bahkan tanpa adanya pesaing. Bentukbentuk teritrorialnya beragam, dapat berupa adanya penanda (urine, kotoran, bekas cakaran)
di berbagai tempat dalam kawasan tertentu atau dengan adanya perlawanan ketika ada

individu atau spesies lain mencoba masuk ke dalam kawasan. Perilaku teritori ini contohnya
pada perilaku Harimau, Singa, dan hewan-hewan buas lainnya yang memiliki kawasan
tertentu sebagai tempat mencari makanannya.
(5). Perilaku Alturistik : merupakan perilaku social non egois pada hewan yang berkoloni
dimana salah satu individu mengorbankan diri sendiri untuk menyelamatkan anggota lain
yang lebih banyak dalam koloni tersebut. Perilaku ini akan merugikan bagi sang individu
altruist karena dia dapat mati oleh ancaman tetapi anggota yang lebih banyak akan selamat
atas tindakan penyelamatan yang ia lakukan. Contoh perilaku alturis adalah perilaku kera
yang memberi alaram kepada koloninya bahwa terdapat predator yang akan menyerang,
sehingga anggota koloni dapat segera menyelamatkan diri sedangkan dirinya mungkin saja
terbunuh karena dapat dideteksi dari suara alarm yang ia berikan kepada anggota
koloninya.
2. Jenis-Jenis Perilaku Belajar
(1) Periaku Habituasi (Habituation) : merupakan jenis perilaku hewan yang mengabaikan
suatu stimulus yang berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya. Perilaku ini dapat juga
dikatakan sebagai bentuk kehilangan respons hewan terhadap jenis stimulus tertentu yang
berdasarkan pengalamannya sebelumnya bahwa stimulus yang ia rasakan tidak pernah
menimbulkan ancaman atau bahaya bagi dirinya sendiri. Contoh perilaku habituasi adalah
anjing atau kucing yang saat awal dipelihara akan segera menyerang pemiliknya jika ditepuk
punggungnya tetapi setelah sekian lama kebiasaan menepuk punggung tersebut ternyata tidak
menimbulkan rasa sakit atau cidera maka anjing atau kucing akan mengabaikan saja tindakan
itu yang pada akhirnya ia tidak akan merespon apapun ketika punggungnya ditepuk berulang
kali.
(2). Imprinting : merupakan suatu perilaku berupa pengenalan atau persepsi terhadap suatu
objek seperti induk yang berlangsung pada periode kritis setelah lahir (periode kritis ini
berbeda masing-masing hewan). Sebagian besar unggas biasanya memperlihatkan perilaku
ini ketika baru lahir, salah satunya adalah sekelompok angsa yang baru menetas lalu langsung
anda beri makan, maka angsa-angsa tersebut akan menganggap itu sebagai induknya
sehingga ia akan mengikuti kemana saja anda pergi. Walaupun anak-anak angsa tersebut
kemudian melihat induk aslinya, tetap saja ia akan mengabaikan karena sudah ada persepsi

dasar yang ia temukan saat pertama kali lahir. Perilaku ini dapat bersifat permanen namun
dapat juga hilang seiring bertambahnya usia dan terlewatinya periode kritis.
(3). Perilaku Asosiasi Pengkondisian Klasik (Clasical Conditioning): merupakan perilaku
dimana hewan akan terbiasa untuk melakukan tindakan tertentu karena adanya orientasi hadia
(reward) yang akan dia peroleh jika hal tersebut ia lakukan dan adanya hukuman
(punishment) jika ia tidak melaksanakannya. Ini biasanya dikondisikan selama proses
pembelajaran yang sebagian besar dilakukan oleh manusia sebagai pendidiknya (contoh di
dunia sirkus). Persepsi tentang hadiah dan hukuman yang berasosiasi langsung dengan
stimulus tertentu ini akan menjadi permanen sehingga kendati kemudian tidak ada hadia atau
hukuman setelah respon yang ia lakukan, respon tersebut akan tetap ia lakukan pada periode
berikutnya ketika ada stimulus serupa. Contohnya adalah perilaku lumba-lumba yang
biasanya akan diberi makan jika ia bisa melintasi lingkaran api di atas kolam atau juga
perilaku anjing yang segera menjulurkan lidah dan saliva yang menetes saat dibunyikan
garputala (karena saat ia diajari pada periode sebelumnya, stimulus suara berupa garputala
selalu berasosiasi dengan akan adanya makanan yang dia peroleh dari tuannya).
(4). Perilaku Asosiasi Pengkondisian Operan (Operant Conditioning) : merupakan perialu
yang diperoleh dari tindakan coba-coba atau trial and error. Semakin dekat individu
mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif maka akan semakin mudah baginya
mengulang keberhasilan respon tersebut. Dapat juga terjadi kepada hewan yang semakin
lama semakin sedikit mengeluarkan energi untuk memperoleh makanan. Atau dapat juga
berupa perilaku jerah setelah suatu pengalaman buruk tertentu yang ia peroleh ketika
melakukan suatu tindakan.
(5). Imitasi : merupakan perilaku hewan yang diperolehnya dengan mengamati perilaku
hewan lain lalu menirukannya tetapi peniruan ini terjadi setelah melewati periode kritis
perkembangannya. Banyak contoh hewan seperti anjing, kucing atau serigala yang belajar
teknik tertentu dalam berburu mangsa dengan meniru induknya.
(6). Perilaku Inovasi (Insight Learning atau Reasoning) : merupakan perilaku paling cerdas
dimana suatu hewan dapat merespon sesuatu stimulus pada kondisi tertentu dalam
memecahkan permasalahannya secara cepat dan spontan kendati tidak ada pembelajaran yang
identik dengan kondisi tersebut sebelumnya. Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah
(problem solving). Contohnya adalah seekor kera yang dikurung dalam ruang tertutup dimana

di langit-langit ruangan digantungkan pisang yang tidak akan dapat diraihnya jika tanpa
bantuan alat tertentu. Maka dengan serta merta kera tersebut akan segera menyusun kotakkotak kayu yang ada dalam ruangan membentuk tangga untuk mencapai pisang yang tinggi
tersebut. Contoh Perilaku Belajar (Clasical Conditioning Pada Anjing-Percobaan Anjing
Pavlov)
Gambar Perilaku Inovasi (Insight Learning)

Contoh Perilaku Belajar (Clasical Conditioning Pada Anjing-Percobaan Anjing Pavlov)

Gambar Perilaku Inovasi (Insight Learning)

2.3 Hubungan hewan dengan habituasi


Habituasi adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana, akan terjadi jika
stimulus yang tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan) secra berulang-ulang, setelah
terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan) akan mengabaikannya. Habituasi akan
dihasilkan setelah organisme (hewan) belajar,

sehingga akan kehilangan respons bila

stimulus dilakukan berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya. Contoh perilaku ini
misalnya anda menyentuh atau memukul secara perlahan seekor anjing pada bagian
belakangnya (ekor), maka ia akan menoleh ke belakang, bila anda memukul dengan berulang

kali, maka anjing tersebut tidak akan menghiraukannya atau tidak akan menoleh. Akakn
tetapi hal menarik akan terjadi bila anda memukul perlahan dibagian lain, atau anda memukl
perlahan setelah beberapa hari, anjing akan memberikan respons kembali. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa respons dasar pada prinsipnnya tidak hilang, tetapi untuk sementara
waktu termodifikasi karena belajar.
2.4 Intraksi hewan dengan pengkondisian
1. Pengkodisian Klasik (Classical Conditioning)
Dalam pengkondisian klasik, pasangan dari dua jenis stimulus yang berbeda
menyebabkan

hewan

melakukan

mencari

hubungan

antara

stimulus

tersebut.

Pengkondisisan klasik tersebut juga dengan pengkondisian Pavlop ( Pavlop Conditioning).


Pavlop diambil dari nama Psikolog Rusia ; Ivan Pavlop, yang pertama kali menjelaskan
peristiwa tersebut. Pavlop menyediakan serbuk daging dan kemudian satu stimulus yang
tidak dikondisikan (unconditioned stimulus) diberikan kepada anjing. Ia mencatat, ternyata
anjing mengeluarkan air liurnya, ini merupakan respon tidak dikondisikan ( unconditioned
respon). Iak suatu stimulus tidak berhubungan, misalnya membunyikan bel, kemudian pada
saat yang bersamaan juga di stimuluskan serbuk daging, setelah beberapa kali ulangan,
ternyata anjing tetap mengeluarkan air liurnya ketika dibunyikan bel walaupun tanpa
distimuluskan serbuk daging. Respon air liur ini adalah sebagai jawaban terhadap dua
stimulus berbeda walaupun yang distimuluskan ini dapat dilihat bahwa anjing telah belajr
untuk merespon stimulus yang sama sekali tidak terkaitkan. Responnya kepada bunyi bel
menunjukkkan bahwa sel merupakan bentuk stimulus yang dikondisikan ( conditioned
stimulus).
2. Pengkodisian Operant (Operant Conditioning)
Dalam keadaan pengkondisian operant, seekor hewan belaar untuk menghubungkan
antara perilaku responnya dengan hadiah atau hukuman. Seorang Psikolog Amerika B. F
Skinner mengkai pengkondisian operant ini pada tikus tikus dengan menempatkannya pada
tempat yang disebut dengan "Kotak Skinner".
Ketika tikus menelaah kotak tersebut, akan ada tombol yang terinjak secara tidak
sengaja, dan dengan terinjaknya tombol tersebut akan menyebabkan makanan ( dalam bentuk
pellet) terjatuh. Pada mulanya tikus tikus tersebut tidak akan menghiraukan tombol
tersebut, ia akan meneruskan makan dan terus melakukan gerakan gerakan sebagaimana
biasanya. Namun demikian, segera setelah itu , sang tikus akan belajar untuk
menghubungkan antara menakan tombol ( respon perilaku) dengan diperolehnya mkanan
( hadiah). Ketika tikus tikus tersebut dalam keadan lapar, ia akan menghabiskan waktunya

untuk menghabiskan waktunya untuk menekan nekan tombol tersebut. Belajar " trial and
eror" dalam waktu singkat ini merupakan peristiwa yang banyak terjadi pada hewan hewan
bertulang belakang ( vertebrata ).
Para ahli psikologi komperatif percaya bahwa dua stimulus dapat dihubungkan dengan
pengkondisian klaik dan bahwa hewan dapat dikondisikan untuk perilaku dapat belaar dalam
merespon setisp stimulus dalam bentuk pengkondisian operant. Seperti akan dijelaskan
berikutnya di baewah ini, pandangan ini telah berubah. Saat ini, insting / naluri memadu
belajar dengan cara mendeterminasi tipe tipe informasi apa yang dapat dipelajari melalui
pengkondisian.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu Naluri atau insting merupakan suatu pola
perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak
kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Perilaku hewan
merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan.
Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan
hormon. Dalam klasifikasinya, perilaku hewan dapat dikategorikan menjadi dua yang dilandaskan
kepada bagaimana perilaku tersebut bisa terbentuk atau dimiliki suatu spesies atau individu. Dua
jenis prilaku itu adalah :
1. Perilaku alami (yang diperoleh tidak dengan proses belajar tetapi didasari oleh genotip dan
interaksinya dengan lingkungan).
2. Perilaku akibat belajar yang hanya dapat dimiliki oleh suatu hewan jika telah mengalami suatu
pelajaran baik oleh kejadian tertentu yang menimbulkan pengalaman atau memang karena adanya
serangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh individu lain (baik oleh spesiesnya sendiri, spesies
lain atau oleh manusia).
Intraksi hewan dengan pengkondisian dibagi menjadi dua diantaranya adalah Pengkodisian Klasik
(Classical Conditioning) dan Pengkodisian Operant (Operant Conditioning).

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dipahami oleh pembacanya baik secara individu maupun perkelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Acharissa.2012.Psikologi hewan. https://rissaacha.wordpress.com/2012/03/08/psikologihewan/ Diakses pada hari minggu, tanggal 18 september 2016

Anonim, 2012. Etologi (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Etologi diakses tanggal 5 Mei


2013
Asnardin, 2011.Pola Perilaku Hewan (Online)
http://blog.student.uny.ac.id/pelangilova/2010/10/11/perilaku-binatang/ diakses tanggal
5 Mei 2013
Biologi Jilid 3 edisi 5.Tanpa tahun. Jakarta: Erlangga
Nofiana Sari, 2010. Pengaruh rasa percaya diri dan penyesuaian diri terhadap kemampuan
berinteraksi socia. Madiun: BK FIP IKIP PGRI Madiun (Online)
http://www.kajianpustaka.com/2013/01/teori-penyesuaian-diri.html#ixzz2SP0xQ6gj
diakses tanggal 5 Mei 2013
Rizka, Nikmatur. 2011. Perilaku Hewan. http://nikmaturrizka.blogspot.co.id/2013/05/vbehaviorurldefaultvmlo_9.html. Diakses tanggal 22 September 2016
Puspayantiyuli.2012.Habituasi pada
hewan.http://yulipuspayanti.blogspot.co.id/2012/05/habituasi-pada-hewan.html Diakses
pada hari minggu, tanggal 18 september 2016
Yusuf.2011. perilaku hewan dan pengenalan perilaku hewan.
https://yusufpojokkampus.wordpress.com/materi/perilaku-hewan/pengenalan-perilakuhewan/ : Yusuf Bachtiar2011
Zegegicetea.2009.Perilaku hewan. https://iceteazegeg.wordpress.com/2009/04/06/perilakuhewan/ Diakses pada hari minggu, tanggal 18 september 2016

Anda mungkin juga menyukai