Anda di halaman 1dari 16

PERILAKU HEWAN

Dr. Hanry J. Lengkong, S.Pt., M.Si., M.Kes.

1. Pengertian Perilaku
Perilaku atau Tingkah Laku adalah suatu aktivitas yang merupakan
reaksi satu sel atau lebih, lebih dari satu organ, bahkan lebih dari satu
sistem organ (kecuali jika organisme tersebut terdiri dari 1 sel).
Perilaku juga adalah suatu cara bertindak, bereaksi, atau Perilaku
dipengaruhi oleh gen (nature atau alam) dan lingkungan (nurture atau
pemeliharaan), dan sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi
sifat fenotipik (sifat perilaku). Jadi, perilaku mencakup seluruh individu
dan ditujukan terhadap lingkungan di luar individu. Apa yang dilakukan
makhluk hidup dan bagaimana makhluk hidup tersebut melakukannya.
Perilaku disebut juga Etologi (Y: ethos = sifat, kebiasaan) yaitu
bekerja di lapangan. Sedangkan Psikologi (Y: psyche = jiwa, semangat)
yaitu bekerja di laboratorium. Ilmu yang mempelajari perilaku hewan
disebut Etologi.

2. Perilaku Bawaan dan Perilaku Terajar


Perilaku merupakan bentuk respon terhadap kondisi internal dan
eksternal yang siafatnya dapat diamati, di gambarkan dan di catat.
Suatu respons dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola,
yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus
tertentu. Stimulus dari luar dan stimulus dari dalam. Stimulus dari
dalam, misalnya rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan
diambil bila makanan benar-benar terlihat atau tercium. Umumnya
1
perilaku suatu organis memerupakan akibat gabungan stimulus dari
dalam dan dari luar. Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena
pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan
karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan
oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku
terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku
yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau
karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan
perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian,
diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya,
yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat.
A. Perilaku Bawaan
Bawaan (innate, inborn, instinct) yaitu bersifat tetap, diprogram
genetik, kisaran perbedaan lingkungan pada individu kelihatannya tidak
mengubah perilaku, tanpa pengalaman spesifik sebelumnya.
1. Taksis
Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis
langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu
terhadapnya. macam-macam taksis: kemotaksis, fototaksis,
magnetotaksis.
2. Refleks
Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang
mempunyai system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian
tubuh terhadap suatu stimulus. Respon terbawa sejak lahir, artinya

2
sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor yang
diwariskan.
Contoh: refleks rentangan. Mesin refleks rentang memberikan
mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik, yang mengarahkan
kontraksi refleks otot, menghambat kontraksi otot-otot antagonis dan
terus-menerus memonitor keberhasilan yang dengannya perintah-
perintah dari otak diteruskan, dan dengan cepat dan secara otomatis
membuat setiap penyesuaian sebagai pengganti yang perlu. c. Naluri 
3. Naluri
Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan
bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit
dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan serangkai aksi.
4. Pelepas Perilaku Naluriah
Sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe perilaku naluriah
tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali respon.
Isyarat yang memicu aksi naluriah disebut pelepas (release). Begitu
respon tertentu dilepaskan, biasanya langsung selesai walaupun
stimulus efektif segera ditiadakan. Isyarat kimia, yaitu feromon,
berfungsi sebagai pelepas penting pada serangga sosial
5. Perilaku Ritme dan Jam Biologis
Perilaku berulang-ulang pada interval tertentu yang dinyatakan
sebagai ritme atau periode. Daur perilaku ritme dapat selama dua jam
atau setahun.

3
B. Perilaku Terajar
Perilaku terajar adalah perilaku yang memerlukan adanya memori
untuk ingatan atau lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi secara
permanen sebagai akibat pengalaman individu.
1. Kebiasaan
Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi
terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan.
Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan
suatu contoh belajar sejati.
2. Keterpatrian/Tanggap Tiru Imprinting
Merupakan salah satu contoh belajar yang khusus dan nyata.
Contoh: jika seekor anak angsa yang baru menetas dihadapkan pada
sebuah benda yang dapat bergerak dan mengeluarkan bunyi yang dapat
terdengar, hewan itu akanbmengikutinya sebagaimana mereka
mengikuti induknya. Waktu penghadapan cukup kritis, karena jika
dilakukan beberapa hari setelah menetas, keterpatrian tidak terjadi.
Keterpatrian ini dikenal berkat penelitian Konrad Lorenz.
3. Respon yang Diperlazimkan
Merupakan perilaku terajar yang paling sederhana, yang pada
dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan oleh
suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya. Ivan
Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam penelitiannya dengan anjing
menemukan bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia akan
mengeluarkan air liur yang mungkin merupakan refleks bawaan yang
melibatkan kuncup rasa, neuron sensori, jaring-jaring neuron di otak,
dan neuron motor yang menuju kelenjar ludah. Pavlov kemudian

4
menemukan jika pada saat meletakkan makanan di mulut anjing ia
membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur setiap kali anjing
tersebut mendengar bel. Hal ini merupakan respon yang diperlazimkan.
Anjing telah belajar bereaksi terhadap stimulus pengganti, yaitu
stimulus yang diperlazimkan.
Percobaan mengenai pelaziman telah banyak memberi keterangan
tentang proses belajar pada manusia. Pelaziman terjadi paling cepat
bila:
1. stimulus yang bukan diperlazimkan dan stimulus yang
diperlazimkan sering diberikan bersama-sama,
2. tidak ada pengalihan perhatian,
3. dan diberikan semacam hadiah/imbalan untuk penampilan/prestasi
yang berhasil terhadap respon bersyarat tadi.
4. Pelaziman Instrumental
Prinsip pelaziman dapat dipakai untuk melatih hewan melakukan
tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan ditempatkan
pada suatu keadaan sehingga dapat bergerak bebas dan melakukan
sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan. Peneliti dapat memilih
untuk memberi imbalan hanya pada perilaku tertentu. Latihan ini
dikenal sebagai Pelaziman Instrumental atau Pelaziman Operan (istilah
kedua diberikan oleh psikolog B.F. Skinner yang terkenal karena dapat
melatih merpati untuk bermain pingpong dan bermain piano mainan).
5. Motivasi
Diantara kebanyakan hewan, motivasi (terkadang disebut juga
dorongan) dihubungkan dengan kebutuhan fisiknya. Seekor hewan
yang haus akan mencari air dan yang merasa lapar akan mencari

5
makanan. Kepuasan terhadap dorongan merupakan kekuatan motivasi
dibalik perilaku hewan tersebut. Sebagian besar perilaku spontan
hewan-hewan ini merupakan akibat usaha memelihara homeostasis.
Banyak diantara dorongan ini bersumber dalam hipotalamus. Dalam
semua kasus, hipotalamus mengawali respon yang berakibat penurunan
dorongan tersebut, dan dapat pula menghambat beberapa di antara
respon tadi bila titik kepuasan tercapai.
Pada manusia, sebagian besar perilaku terhadap keinginan
memuaskan kebutuhan fisik, tidak selalu dapat diterangkan seperti
keterangan di atas. Banyak kegiatan yang dilakukan kendati pun tidak
ada imbalan atau hukuman luar yang didapatkan. Melakukan proses
(kegiatan) itu sendiri sudah merupakan imbalan. Simpanse dan manusia
juga kadang mau bekerja untuk tujuan yang belum tampak.
6. Konsep
Kebanyakan hewan memecahkan masalah dengan mencoba-coba.
Selama ada motivasi yang memadai hewan akan mencoba setiap
alternatif dan secara bertahap, melalui kegagalan dan keberhasilan yang
berulang, belajar memecahkan masalahnya. Manusia umumnya tidak
sekedar belajar dengan cara mencoba-coba. Bila dihadapkan pada suatu
masalah, manusia mungkin melakukan satu atau dua usaha sembarang
sebelum “berhasil” memecahkannya. Respon ini disebut wawasan.
Wawasan mencakup menanamkan hal-hal yang telah dikenal dengan
cara-cara baru. Jadi merupakan tindakan kreatif sejati. Wawasan juga
bergantung pada perkembangan konsep atau prinsip. Pemecahan
masalah dengan menggunakan konsep melibatkan suatu bentuk
penalaran. Ada dua proses pemikiran berlainan namun berkaitan yang

6
terlibat, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran
induktif berarti mempelajari prinsip umum dari pengalaman dengan
situasi khusus dan jelas. Penalaran deduktif,menerapkan prinsip umum
pada situasi khusus yang baru.
7. Bahasa
Semua manusia, bahkan dalam masyarakat yang paling primitif
pun, memiliki bahasa yang sangat maju. Hal ini merupakan abstraksi
yang kedua (konsep merupakan abstraksi juga).
8. Memori
Belajar bergantung kepada memori (ingatan). Jika organisme
bermaksud memodifikasi perilakunya dari pengalaman, maka ia harus
mampu mengingat-ingat apa pengalamannya itu. Sekali sesuatu
dipelajari, maka memori diperlukan agar yang dipelajarinya itu tetap
ada. Ada dua teori dasar tentang memori. Yang pertama menyatakan
bahwa memori merupakan proses dinamik. Menurut teori ini, sensasi
menimbulkan impuls saraf, yang kemudian beredar untuk jangka waktu
tak terbatas melalui jaring-jaring neuron dalam sistem saraf pusat. Hal
ini memungkinkan karena jaring-jaring interneuron yang amat luas
dalam serebrum manusia. Teori dinamik ini ditunjang oleh fakta yang
menakjubkan bahwa belum pernah ditemukan daerah khusus dalam
otak manusia untuk penyimpanan memori yang lama. Teori yang kedua
mengatakan bahwa setiap sensasi yang diingat kembali mengakibatkan
sedikit perubahan fisik yang permanen di dalam otak. Beberapa
biologiwan mengemukakan bahwa memori mungkin disimpan dalam
kode kimiawi di dalam otak. Beberapa memperhatikan RNA, beberapa
memperhatikan protein, sebagai substansi yang menyandikan memori.

7
Masih terlalu dini untuk menyatakan apa sifat memori itu. 3isa jadi
proses dinamik maupun perubahan fisika-kimia terlibat didalamnya.
Perolehan memori terjadi paling sedikit dalam dua langkah yang
berbeda. Pada manusia, kerusakan pada lobus temporal dapat
mengakibatkan hilangnya kemampuan mengingat pengetahuan baru
selama kira-kira satu jam lebih. Kerusakan seperti itu tidak berpengaruh
pada memori yang diperoleh dalam tahun-tahun sebelum kerusakan
terjadi. Penderita sakit jiwa yang menjalani pengobatan kejutan listrik
tidak mengingat-ingat kejadian yang berlangsung sejenak sebelum
perlakuan tersebut, tetapi memori tentang peristiwa sebelumnya tidak
terhalang.

3. Macam-macam Perilaku

Terdapat beberapa macam perilaku yang diketahui, diantaranya:


1. Perilaku Ingestif
Mempunyai arti yang lebih luas daripada sekadar makan, seperti
halnya spesies mamalia yang masih muda yang mendapat makanan
dalam bentuk susu cair. Lagi pula, pengertian ini lebih luas mengarah
ke seluruh jenis kegiatan. Misalnya: merumput, makan tunas-tunas,
mengunyah, menjilati garam, minum, menyusui, mendorong dengan
hidung.
2. Perilaku Pencarian Tempat Berteduh (Shelter seeking)

Beberapa jenis mamalia memilih keadaan lingkungan yang


optimal bagi dirinya, misalnya berteduh di bahwa pohon bila udara

8
terlalu panas atau dingin, lebih menyukai beberapa jenis pohon-
pohonan tertentu untuk bersarang (pada burung). Tingkah laku ini
sering menyebabkan berkumpulnya hewan di suatu tempat. Keadaan
sosial alami kebanyakan hewan yang dipelihara mempersiapkan mereka
untuk membentuk kelompok dalam lingkungan yang mereka pilih
sebagai tempat yang nyaman bagi kebutuhannya. Misalnya: Bergerak
ke bawah pohon, ke dalam kandang, berkumpul bersama untuk
menjauhkan lalat-lalat, saling berdesakan pada keadaan iklim yang
sangat dingin, membuat lubang di tanah dan terlentang.

1. Penyidikan (Investigatory)

Hal ini merupakan karakteristik yang penting dari beberapa


spesies hewan untuk memudahkan mereka melihat keadaan bahaya atau
menemukan temannya. Contohnya, dua ekor anjing yang bertenu akan
menjilati sesamanya termasuk menjilati anusnya masing-masing. Para
peneliti seharusnya juga mempunyai diagram khusus untuk jenis
perilaku tersebut. Misalnya: Mengangkat kepala. Mengarahkan mata,
telinga dan hidung ke arah gangguan. Mencium benda atau hewan yang
lainnya.

2. Alelomimetrik

Merupakan suatu kecenderungan untuk terbang atau berkelompok


dan terikat dalam perilaku yang sama dalam satu satuan waktu. Ciri ini
merupakan karakteristik hewan dengan tingkat sosial yang tinggi
seperti hewan yang didomestikasi. Misalnya: Berjalan, berlari,

9
merumput dan tidur bersama. Menumbuk rintangan dengan kaki tegap
secara bersamaan (pada domba).

3. Agonistik

Hal ini mempunyai arti yang cukup luas meliputi menonjolkan


postur, melakukan pendekatan, menakut-nakuti, berkelahi, dan terbang.
Juga meliputi seluruh perilaku yang ada hubungannya dengan
agresivitas, kepatuhan, dan pertahanan. Agonistik berasal dari kata latin
yang berarti berjuang. Misalnya: Mencakar, menanduk, mendorong
dengan bahu. Lari bersama dan menerjang (menendang dan berkelahi,
melarikan diri, menanduk). Terlentang sambil tidak bergerak.
Kedinginan (pada anak-anak yang masih muda). Mendengus dan
menghentakkan kaki).

4. Eliminatif

Meliputi kencing dan buang kotoran yang berbeda-beda antara


spesies dan jenis kelamin. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menandai
aktivitas seksual (misalnya hewan betina jongkok waktu kencing) dan
dapat juga dimanfaatkan untuk menandai daerah kekuasaannya
(misalnya, pada anjing, dengan air kencing) dan merupakan bagian
komunikasi antara temannya. Misalnya: Posisi untuk kencing,
membungkukkan punggung, membengkokkan kaki (anak domba
jantan).

5. Epimeletik (care-giving) dan Etepimeletik (care-soliciting)

10
Pada kebanyakan mamalia, perilaku keindukan berbicara masalah
ini, tetapi pada burung dan beberapa jenis kera, hewan jantan
menunjukkan sifat yang sama seperti halnya hewan betina. Misalnya:
Menjilati dan menggigit membrana plasenta pada anak.
Membungkukkan punggung untuk memberi kesempatan anak
menyusus, mencium anak mulai dari ekor. Berteriak pada hewan
dewasa bilamana dipisahkan dari kelompoknya.

6. Seksual atau Reproduksi

Hal ini nampaknya membutuhkan penjelasan tersendiri, tetapi juga


meliputi perilaku yang beragam yang diperlukan sebelum kopulasi
terjadi. Misalnya: Seksual (Jantan) adalah mengikuti betina, menggigit
betina, mengeluarkan suara serak atau gaduh, mencium bagian vagina
betina, mencium kencing betina, memanjangkan lehernya dengan bibir
yang dilipatkan, respon Flehmen, mengeluarkan dan memasukan
lidahnya, menggosokkan badannya pada bagian samping betina,
menggigit bulu dari betina, mendorong atau menjatuhkan betina dari
pejantan lainnya, memberi tanda pada badan betina dengan kencingnya,
menaiki dan memasukkan penis ke vagina betina sambil menggerakkan
ekornya (jarang terjadi), menggerakkan bagian depan badannya.
Misalnya: Seksual (Betina) adalah Menggosokkan lehernya pada badan
hewan jantan, menaiki jantan (jarang terjadi). Pada saat kawin, tetap
berdiri tegak ketika jantan memasukkan penis ke dalam vaginanya.

7. Bermain (Play)

11
Perilaku yang terlihat pada hewan yang masih muda dan sehat ini
dapat dimanfaatkan dalam proses mempelajari beberapa kejadian yang
berguna kelak pada saat hewan dewasa. Misalnya: Menaiki/dinaiki
(oleh lawan jenis kelamin). Agonistik (bermain sambil menerjang).
Atelomimetik (berlari bersama “gamboling” atau meloncat sambil
mengangkat kaki dan berputar di udara bersama-sama, dan “Game
playing” atau meloncat bersama di atas batu karang atau kayu yang
rebah).

4. Cara Mengevaluasi Perilaku:


Beberapa cara untuk mengevaluasi perilaku mamalia, yaitu:
a. Ad Libitum (“Ad Lib”) Sampling
Contoh:
A grooms B
D chase C
B bite A
A Sit in prox B

b. Focal Animal Sampling


Hanya satu ekor hewan (focal animal). Focal lengths: 10, 15, 30
12
mins.
Contoh:
10:00:00 A sit alone
10:03:15 B approach and groom A
10:06:15 A walks away B
10:07:23 A chase C, C flees
10:08:09 C approach and groom A
10:10:00 Stop

c. All Occurrence Sampling


Periode Observasi: 30, 60 mins.
Contoh:
10:00:00 A chase E
10:03:25 B mounts C
10:01:13 D bit C
10:02:23 E groom A
10:03:09 C slap F

10:30:00 Stop

d. Instantaneous Sampling dan Scan Sampling


Satu (target) hewan.
1. Instantaneous Sampling
sleep inactive locomote Forage/eat Groom Play

13
Interval
1 (1 min) 2
2 (2 min) 2
3 (3 min) 2
..
60 2

Contoh:
Morning
sleep inactive locomote Forage/eat Groom Play

Total 0 3 35 21 1 0
% of time = 0% 5% 58,3% 35% 1,7% 0%
(% of intervals)
Noon
sleep inactive locomote Forage/eat Groom Play
3 43 2 3 9 0
Total
% of time = 5% 71,6% 3,3% 5% 15% 0%
(% of intervals)

2. Scan Sampling
sleep inactive locomote Forage/eat Groom play Total

Interval
1 (1 min) 0 2 4 2 1 1 11
2 (2 min) 1 1 5 4 0 1 12
3 (3 min) 0 0 0 2 0 0 8
..
60 (60 min) 1 0 4 3 2 1 11

14
sleep inactive locomote Forage/eat Groom play Total

Interval
1 (1 min) 0 18,2 36,4 18,2 9,1 18,2 11
2 (2 min) 8,3 8,3 41,7 33,3 0 8,3 12
3 (3 min) 0 0 75 25 0 0 8
..
60 (60 min) 9.1 0 36,4 27,3 18,2 9,1 11
X % of grp= 4,4% 6,6% 47,4% 26% 6,8% 6,8%

e. Sosiometric Matrix
Contoh: Grooming
Receives
A B C D Total
A xx 1 1 2 4
B 5 xx 10 2 17 50%
Does C 6 0 xx 1 7
D 2 3 1 xx 6
Total 13 4 12 5 34
17%

Contoh: Aggression
Dominance
Total Wins
A-B=3/2
Receives A-C=2/1
A B C D Total A-D=6/2
A xx 3 2 6 11 B-C=3/0
B 2 xx 3 2 7 B-D=2/6
Does C 1 0 xx 0 1 C-D=0/12
D 2 6 12 xx 20 54%
Total 5 9 17 8 39
A-Dom “Alpha”
43,6%
D
B
C
Contoh: Proximity/Contact (dyad totals)

15
Receives
A B C D Total A/B= 18
A xx 7 0 1 A/C= 0
B 11 xx 0 2 A/D= 2
Does C 0 0 xx 7 B/C= 0
D 1 1 5 xx B/D= 3
Total C/D= 12

16

Anda mungkin juga menyukai