Anda di halaman 1dari 13

Bantalan Gelinding (Bearing)

Taufik Hidayat
Mail to thidayat@krm.co.id
http://ombeb.wordpress.com
http://www-xbox360.com

Bantalan gelinding (selanjutnya ditulis bearing) adalah suatu bagian atau


komponen yang berfungsi untuk menahan/mendukung suatu poros agar
tetap pada kedudukannya. Bearing mempunyai elemen yang berputar dan
bagian yang diam saat bekerja yang terletak antara poros dan rumah
bearing. Ada juga komponen lain yang fungsinya sama tetapi tidak
mempunyai elemen yang berputar yang disebut dengan bantalan luncur.
Untuk jelasnya lihat gambar berikut.

http://ombeb.wordpress.com

Bantalan Luncur

Bantalan Gelinding

Secara prinsip, berdasarkan tipe elemen yang berputar, bearing dapat


dibedakan menjadi :
Ball bearing (bola)
Cylinder bearing (silinder)
Barrels bearing (tong)
Taper bearing (kerucut)
Needle bearing (jarum)
Cikal bakal komponen ini adalah untuk memudahkan pemindahan benda
yang sangat berat pada jaman dahulu dengan membuat secara tradisional
dari batang kayu yang bulat, kemudian diletakan dibawah benda yang
akan dipindahkan dan diberi air atau lemak dimana kemudian terkenal
dengan prinsip bantalan luncur.
Sekitar tahun 1870an, industri kecil mulai berkembang dan mendorong
diciptakannya bantalan gelinding (bearing) karena gesekannya lebih
sedikit sehingga pekerjaan memindahkan lebih mudah.

Kontruksi dan operasi bearing


Untuk memudahkan memahaminya, perhatikan gambar berikut.
http://www-xbox360.com

Konstruksi bearing

Ada 3 bagian utama pada bearing, yaitu :


Elemen yang berputar (ball, cylinder, barrels, taper, needle) selalu
dipasang pada jarak yang telah ditentukan dan letaknya selalu
dalam sangkarnya.
Cincin dalam (inner ring) merupakan bagian yang berputar dan
kecepatan putarnya sama dengan poros
Cincin luar (outer ring) merupakan bagian yang diam dan dipasang
pada lubang
Bearing memiliki kelebihan dan kekurangan yang spesifik bila
dibandingkan dengan bantalan luncur.
Kelebihan :
Keausan dan panas yang ditimbulkan berkurang
Gesekan yang terjadi relatif konstan
Pemakainan pelumas minimum
Ukuran lebarnya kecil
Mudah penggantiannya
Ukurannya sudah distandarisasikan sehingga mudah mendapatkan
dimana saja
Kerugiannya :
Untuk beban kejut (getaran karena ketidakseimbangan komponen
mesin) bearing lebih cepat rusak
Lebih sensitive terhadap debu dan kelembaban
Lebih mahal

Tipe bearing dan penerapannya


Bearing yang beredar sekarang terdiri dari berbagai macam bentuk
dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal yang perlu
diketahui dalam pemilihan bearing antara lain :
Mengetahui kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan dan
akibatnya. Bearing yang telah rusak akan menimbulkan bunyi yang
berisik. Dengan mengetahui dan memahami penyebab kesalahan
dan kesalahannya dapat digunakan sebagai dasar untuk mengatasi
masalah selanjutnya.
Mengetahui standar bearing, hal ini untuk memudahkan
pemesanan/pembeliannya jika ada penggantian bearing.
Jenis-jenis bearing antara lain :
1. Single row groove ball bearings
2. Double row self aligning ball bearingss
3. Single row angular contact ball bearings
4. Double row angular contact ball bearings
5. Double row barrel roller bearings
6. Single row cylindrical bearings
7. Tapered roller bearings
8. Single direction thrust ball bearings
9. Double direction thrust ball bearings
10.Ball and socket bearings
Secara umum jenis bearing dibagi berdasarkan jenis diatas, namun pada
kenyataannya bentuk dan ukurannya pun bervariasi. Keadaan ini biasanya
disebutkan dalam katalog yang dibuat oleh pabrik yang bersangkutan.
Variasi-variasi itu biasanya adalah :
Diameter poros
Lubang bearing cincin dalam
Lebar bearing
Seal
Cara pasang
1.

Single row groove ball bearings


Bearing ini mempunyai alur dalam pada kedua cincinnya.
Karena memiliki alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas
dapat menahan beban secara ideal pada arah radial dan
aksial. Maksud dari beban radial adalah beban yang tegak
lurus terhadap sumbu poros, sedangkan beban aksial
adalah beban yang searah sumbu poros.

2.

Double row self aligning ball bearings


Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-masing baris
mempunyai alur sendiri-sendiri pada cincin bagian
dalamnya. Pada umumnya terdapat alur bola pada cincin
luarnya. Cincin bagian dalamnya mampu bergerak sendiri
untuk menyesuaikan posisinya. Inilah kelebihan dari jenis
ini, yaitu dapat mengatasi masalah poros yang kurang
sebaris.

3.

Single row angular contact ball bearings


Berdasarkan konstruksinya, jenis ini ideal untuk beban
radial. Bearing ini biasanya dipasangkan dengan bearing
lain, baik itu dipasang secara pararel maupun bertolak
belakang, sehingga mampu juga untuk menahan beban
aksial.

4.

Double row angular contact ball bearings


Disamping dapat menahan beban radial, jenis ini jgua
dapat menahan beban aksial dalam dua arah. Karena
konstruksinya juga, jenis ini dapat menahan beban torsi.
Jenis ini juga digunakan untuk mengganti dua buah
bearing jika ruangan yang tersedia tidak mencukupi.

5.

Double row barrel roller bearings


Bearing ini mempunyai dua baris elemen roller yang pada
umumnya mempunyai alur berbentuk bola pada cincin
luarnya. Jenis ini memiliki kapasitas beban radial yang
besar sehingga ideal untuk menahan beban kejut.

6.

Single row cylindrical bearings


Jenis ini mempunyai dua alur pada satu cincin yang
biasanya terpisah. Eek dari pemisahan ini, cincin dapat
bergerak aksial dengan mengikuti cincin yang lain. Hal ini
merupakan suatu keuntungan, karena apabila bearing
harus mengalami perubahan bentuk karena temperatur,
maka cincinya akan dengan mudah menyesuaikan
posisinya. Jenis ini mempunyai kapasitas beban radial yang
besar pula dan juga cocok untuk kecepatan tinggi.
7.

Tapered roller bearings


Dilihat dari konstriksinya, jenis ini ideal untuk beban aksial
maupun radial. Jenis ini dapat dipisah, dimana cincin
dalamnya dipasang bersama dengan rollernya dan cincin
luarnya terpisah.

8.

Single direction thrust ball bearings


Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksila
dalam satu arah saja. Elemenya dapat dipisahkan sehingga
mudah melakukan pemasangan. Beban aksial minimum
yang dapat ditahan tergantung dari kecepatannya. Jenis ini
sangat sensitif terhadap ketidaksebarisan (misalignment)
poros terhadap rumahnya.
9.

Double direction thrust ball bearings


Jenis ini sama seperti point 8, hanya saja bearing jenis ini
dapat diberi beban aksial dalam dua arah. Bagianbagiannya pun juga dapat dipisahkan sehingga mudah
bongkar dan pasangnya.

10. Ball and socket ball bearings


Bearing jenis ini mempunyai alur dalam berbentuk bola,
yang
bisa
membuat
elemennya
berdiri
sendiri.
Kapasitasnya sangat besar terhadap beban aksial. Selain
itu juga dapat menahan beban radial secara simultan dan
cocok untuk kecepatan yang tinggi.

Pemesanan bearing
Dalam melakukan pemesanan atau pembelian bearing, yang perlu
diperhatikan adalah kode beraing tersebut. Kode ini biasanya ada di sisi
bearing, jika tidak didapat kode yang sama, maka bias dicari
ekuivalensinya.
Kode tersebut menunjukkan :
Kontruksi dan tipe bearing
Diameter cincin dalam
Diameter cincin luar
Lebar bearing
Seal
Kode bearing biasanya mencantumkan pabrik pembuat atau merk dagang
berikut awalan (prefix), ukuran dan jenis serta kode akhiran (suffix).
Contoh :
I II III
Kode bearing yang utama terdiri dari :
Digit I
: menunjukkan kkode tipe
Digit II
: menunjukkan kode seri
Digit III
: menunjukkan kode lubang

Digit I (kode tipe)


Kode

tipe menjelaskan hal berikut :


Angka 1, menunjukkan tipe double row self aligning ball bearing
Angka 2, menunjukkan tipe no. 1 tapi lebih lebar
Angka 3, menunjukkan tipe double row angular contact ball bearing
Angka 4, menunjukkan tipe double row deep groove ball bearing
Angka 6, menunjukkan tipe single row deep groove ball bearing
Angka 7, menunjukkan tipe single row angular contact ball bearing
Angka 16, menunjukkan tipe no. 6 tapi lebih sempit
Angka 22, menunjukkan tipe double row spherical roller bearing
Angka 30, menunjukkan tipe tapper roller bearing
Angka 51 menunjukkan tipe thrust roller bearing
Huruf N, menunjukkan tipe single row roller cylinder bearing

Digit II (kode seri)


Kode seri menjelaskan hal berikut :
Angka 0, menunjukkan seri diameter ISO 0, beban sangat ringan
Angka 1, menunjukkan seri diameter ISO 1, beban aksial sangat
ringan
Angka 2, menunjukkan seri diameter ISO 2, beban ringan
Angka 3, menunjukkan seri diameter ISO 3, bebena menengah
Angka 4, menunjukkan seri diameter ISO 4, beban berat

Digit III (kode lubang)


Kode

lubang menjelaskan hal berikut :


Kode 00, menunujukkan diameter lubang 10 mm
Kode 01, menunujukkan diameter lubang 12 mm
Kode 02, menunujukkan diameter lubang 15 mm
Kode 03, menunujukkan diameter lubang 17 mm
Kode 04, menunujukkan diameter lubang 20 mm
Kode 4, menunjukkan diameter lubangnya 5X darin angka
tersebut

Sedangkan untuk awalan (prefix) dan akhiran (suffix) biasanya digunakan


untuk disain yang khusus.
Kode awalan (prefix) tersebut antara lain :
GS, menunjukkan rumah pengunci bearing aksial silinder
L, bearing dimana ring dalam dan luarnya dapat dipisah
R, jenis bearing yang dapat dipisah tanpa menggerakkan ring
dalam dan luarnya
WS, pengunci poros dari bearing silinder
Kode akhiran (suffix) antara lain :
E, bearing kontak dengan sudut 400 baris tunggal
K, diameter lubang berbentuk kerucut 1 : 12

K30, diameter lubang berbentuk kerucut 1 : 30


N, alur snap ring pada ring luar
C1, clearance kurang dari C2
C2, clearance kurang dari normal
C3, clearance lebih besar dari normal
C4, clearance lebih dari C3
C5, clearance lebih dari C4

Pemasangan bearing pada poros


Pemasangan bearing yang berlubang silinder
Hal yang perlu diperhatikan jika akan memasang bearing yang lubangnya
silinder adalah sbb :
Gaya pemasangan harus dikenai pada ring dalam
Kode bearing diletakkan diluar
Jangan menekan secara langsung pada sangkar dan bola bearing
Gunakan batang perantara (sleeve) agar penekanan dapat merata
Pemasangan bearing yang berlubang silinder pada poros dengan suaian
sesak, dapat dilakukan dengan cara dipukul dengan palu, dipres dengan
perantara batang lain atau dengan cara pemanasan. Penekanan harus
dikenakan pada ring dalam. Perhatikan gambar berikut.

Pemasangan pada poros

Pemasangan pada lubang

Pemasangan pada lubang


dan poros

http://ombeb.wordpress.com

Pemasangan dengan mesin press

Untuk lebih memudahkan pemasangan bearing pada poros, dapat


dilakukan dengan cara pemanasan. Sebelum bearing dipasang, bearing
dipanaskan lebih dahulu pada temperature 900 C sampai 950 C dengan
pemanasan oli atau pemanasan induksi. Pemanasan ini tidak boleh lebih
dari 1250 C, karena akan merusak sangkar bearing. Gunakan sarung
tangan untuk keamanan.

Pemasangan dengan pemanasan oli

Pemasangan dengan pemanasan induksi

Pemasangan bearing yang berlubang kerucut


Sebelum memasang, periksalah bearing dan tanda kerucutnya.
Pemasangan dapat dilakukan dengan pengencangan mur pengunci
(locking nut), menggunakan kunci kait (hook spanner), dengan adaptor
peluncur atau dengan suaian sesak pada poros.
Untuk menentukan tingkat kekencangannya, kencangkan dengan
kekuatan tangan dan kemudian periksa celah radialnya (radial clearance)
dengan menggunakan feeler gauge.

Pemasangan dengan mur pengunci

Pemasangan dengan adaptor peluncur

Pemasangan suaian sesak pada poros

Pelepasan bearing berlubang silinder


Untuk melepas bearing lubang silinder yang dipasang pada poros dapat
menggunakan tracker atau puller secara manual.
Hal yang harus diperhatikan dalam melepas bearing adalah :
Gaya penarikan dikenakan pada cincin dalam
Jangan sekali-sekali mengeluarkan dengan cara memukul secara
langsung dengan palu pada cincin luar
Jika penarikan dikenakan pada cincin luar, putar bearing ketika
menariknya.

Pelepasan bearing dengan puller

Jika memungkinkan, pelepasan bearing yang dipasang pada poros dapat


juga dilakukan dengan menggunakan cara pengepresan.
Untuk bearing yang dipasang pada lubang, pelepasan bearing dapat
dilakukan dengan puller khusus, dengan pukulan palu melalui perantara
atau dengan drift.

Pelepasan bearing dengan


puller khusus

Pelepasan bearing dengan


mesin press

Selain itu dapat juga menggunakan hydraulic oil injection puller dengan
gaya penarikan 500 kN.

Pelepasan bearing dengan hydraulic oil


injection puller

Pemeriksaan bearing
Untuk memastikan apakah bearing harus diganti atau tidak sangatlah
diperlukan pemeriksaan yang akurat. Cara yang paling mudah adalah
mendengarkan suaranya ketika peralatan beroperasi, atau bias juga
dengan membandingkannya dengan yang baru.
Langkah pemastian bias dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
Pemeriksaan visual
Pembersihan
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan visual
Pada pemeriksaan ini yang perlu diperiksa yaitu dari
sisi samping dan permukaan kerja dari tanda-tanda
keausan. Disamping itu dapat juga memeriksa geram
/ kotoran yang terjadi dengan meraba atau melihat
grease yang ada di bearing.

Pembersihan
Sebelum
pemeriksaan
fisik
dilakukan,
perlu
dibersihkan
terlebih
dahulu
dengan
cara
menghilangkan semua kotoran yang ada di bearing.
Pembersihan dapat dilakukan secara manual yaitu
dengan kuas atau lap.

Pemeriksaan fisik
Yang dimaksud disini meliputi pemeriksaan tanda-tanda keausan dan
tanda kerusakan fisik yang dibandingkan dengan bearing baru.
Pemeriksaan tersebut antara lain :
1. Bunyi
Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan cara
memegang cincin dalam kemudian diputar cincin
luarnya.
Rasakan
dengan
perasaan
dan
bandingkan dengan bearing baru.
2. Pengukuran celah
Pemeriksaan celah dapat dilakukan dengan
perasaan dengan cara digoyang kea rah aksial
atau diukur dengan feeler gauge, kemudian
bandingkan dengan standar aksial yang diijinkan.

3. Tanda kerusakan normal fatique


Tanda ini menunjukkan bahwa bearing sudah
melebihi umur yang telah ditentukan. Jika pada
bearing sudah terdapat tanda normal fatique,
maka bearing harus diganti.
4. Kesalahan pemasangan pada rumah bearing
Flaking (flek) yang terdapat pada sisi yang
bertolak belakang, disebabkan oleh rumah bearing
yang oval. Untuk mengatasinya, rumah bearing
digerinda lagi.

5. Tanda kerusakan karena kotoran pada rumah bearing


Jika pada saat pemasangan terdapat kotoran pada
bearing, maka permukaan lintasan cincin dalam
akan terlihat tanda-tanda goresan.

6. Tanda kerusakan keretakan


Jika beban yang terjadi tidak ditumpu penuh oleh
bearing, cincin luar dan cincin dalam tidak akan
mampu menahan beban dan akan terjadi
keretakan

7. Tanda kerusakan creep


Kerusakan creep pada sisi bearing, terjadi karena
ketidaktepatan toleransi suaian antara cincin
dalam dengan poros atau cincin luar dengan
lubangnya, hal ini menyebabkan bearing akan
bergeser.

8. Kerusakan freeting
Freeting terjadi karena sebagian sisi cincin luar
suaiannya longgar, sehingga terjadi penggeseran
ketika berputar. Hal ini dapat disebabkan karena
porosnya lentur.

Dibeberapa tempat, biasanya jika bearing sudah dilepas dari lubang atau
porosnya sudah pasti bearing itu diganti. Hal ini sangatlah merugikan

karena belum tentu bearing tersebut rusak. Bisa jadi bearing rusak bukan
karena pengoperasiannya, melainkan karena cara membukanya yang
tidak tepat.
Untuk itu diperlukan ketelitian dan skill yang mumpuni dalam melepas
bearing, bahkan juga saat pemasangan. Jangan sampai juga poros atau
lubang jadi rusak karena proses pelepasan yang salah.
Pengukuran celah diperlukan untuk menentukan perbedaan clearance
sebelum dan sesudah dipasang. Disamping itu dapat juga digunakan
untuk menentukan kerusakan baearing dilihat dari clearance yang terjadi.
Umumnya alat ini terdiri dari 14 lembar plat yang ukurannya terdiri dari
(dalam mm) 0.5, 0.4, 0.3, 0.25, 0.25, 0.20, 0.10, 0.09, 0.08, 0.07, 0.06,
0.05, 0.04 dan 0.03.
Cara mengukur clearance yaitu lebar plat tersebut dimasukkan hingga
mudah digeser-geser, tetapi jangan telalu mudah, kira-kira antara mudah
dan sulit. Untuk menganalisanya dibandingkan dengan standar feeler
yang sesuai dengan spesifikasi bearing.

Anda mungkin juga menyukai