Gerakan Dan Tantangan Pengembangan Koperasi
Gerakan Dan Tantangan Pengembangan Koperasi
1. Latar belakang
Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan
negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai
gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan
berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu
koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan
ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan
yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat
koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara berkembang koperasi
dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat
menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan
gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial
maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan
perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat
pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta
dukungan atau perlindungan yang diperlukan.
Perkembangan dunia perkoperasian di Indonesia saat ini banyak mengalami
pasang surut. koperasi sebagai organisasi ekonomi yang merupakan
perkumpulan orang-orang termasuk badan hukum yang mempunyai kepentingan
dan tujuan yang sama, Menggabungkan diri secara sukarela menjadi anggota
dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai pencerminan demokrasi
dalam ekonomi, Kerugian dan keuntungan ditanggung dan dinikmati bersama
secara adil, Pengawasan dilakukan oleh anggota, Mempunyai sifat saling tolong
menolong, dan Membayar sejumlah uang sebagai simpanan pokok dan simpanan
wajib sebagai syarat menjadi anggota.
Pada awalnya, pengembangan koperasi di Indonesia disebabkan oleh dukungan
pemerintah untuk memajukan perekonomian di Indonesia, dengan menjalankan
program-program tersebut dalam kurun waktu yang lama. Jika pada awalnya
ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan
maka pergeseran kearah peran swasta menjadi pesaing terbaru bagi unit-unit
usaha koperasi di Indonesia.
koperasi primer. tidak heran, menjadi sebuah fenomena di masa akan datang
yang harus diubah karena adanya perubahan pola pikir terhadap perkembangan
bisnis yang ada di dunia, yaitu era globalisasi.
bersama awal berdirinya koperasi hanya ada koperasi simpan pinjam, sekarang
telah berkembang menjadi beberapa bentuk koperasi yang ada di Indonesia
yang sangat bervariasi bentuknya. koperasi yang didirikan pada abad ke 19
awalnya belum mengalami kemajuan yang begitu pesat di karenakan faktor
antara lain mungkin karena pada saat koperasi didirikan indonesia belum
menggenggam kemerdekaan, koperasi mengalami perkembangan yang cukup
pesat setelah indonesia memproklamirkan kemerdekaan indonesia.
koperasi di indonesia didirikan atas dukungan pemerintah agar dapat
memperluas lapangan pekerjaan, sebelum didirikannya koperasi mungkin lebih
banyak pengangguran di banding dengan saat ini, dengan adanya koperasi
paling tidak dapat mengurangi tingkat pengangguran di negara kita dan
membuka lapangan pekerjaan lebih luas lagi, informasi ini saya dapatkan yang
saya dapatkan dari google bahwa sampai pada bulan november 2001 tercatat di
Indonesia ada sekitar 103.000 unit koperasi, dengan jumlah keseluruhan
anggotanya kurang lebih sebanyak 26.000.000 orang.
dibawah pimpinan R. Suria Atmadja, pada masa ini ada suatu peristiwa yang
cukup penting yaitu tanggal 12 Juli 1947, Gerakan Koperasi mengadakan Kongres
di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan
sebagai Hari Koperasi. pada tahun 1949 Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di
Yogyakarta, tugasnya adalah mengadakan kontak dengan jawatan koperasi di
beberapa daerah lainnya. Tugas pokok yang dihasilkan telah melebur Bank dan
Lumbung Desa dialihkan kepada Koperasi. Pada tahun yang sama yang
diundangkan dengan Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli 1949 (SBT. No.
179). Tahun 1950 Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta
digabungkan dengan Jawatan Koperasi RIS, bekedudukan di Jakarta. tahun 1954
Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi dibawah
pimpinan oleh Rusli Rahi. Tahun 1958 Jawatan Koperasi menjadi bagian dari
Kementerian Kemakmuran.tahun 1960 Perkoperasian dikelola oleh Menteri
Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa (TRANSKOPEMADA),
dibawah pimpinan seorang Menteri yang dijabat oleh Achmadi. Tahun 1963
Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap dibawah
pimpinan Menteri Achmadi . Tahun 1964 Departemen Koperasi diubah menjadi
Departemen Transmigrasi dan Koperasi dibawah pimpinan Menteri ACHMADI
kemudian diganti oleh Drs. Achadi, dan Direktur Koperasi dibawah pimpinan
seorang Direktur Jenderal yang bernama Chodewi Ami. Informasi ini saya
dapatkan pada situs google.
internasional, selain itu pada tahun 2008 jumlah koperasi berkualitas mencapai
42.267.
Dengan melihat sejarah dan perkembangan koperasi di Indonesia tersebut, kita
diharapkan dapat terus memajukan dunia perkoperasian di Indonesia dengan
pesat seirig dengan perkembangan zaman. Dan tetap mempertahankan citra
koperasi sebagai salah satu lembaga yang memajukan perkembangan
perekonomian di Indonesia. Akhir kata saya ucapkan terima kasih, apabila
terdapat kesalahan, mohon dimaklumi dan dimaafkan.
produksi barang yang dihasilkan oleh anggota koperasi tidak lagi dapat
menikmati perlindungan seperti semula, dan harus dibuka untuk pasaran impor
dari negara lain yang lebih efisien.
Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari adanya
perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu akan selalu
membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa pada tingkat
keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan terbukanya pilihan barang
dari seluruh pelosok penjuru dunia secara bebas. Dengan demikian konsumen
akan menikmati kebebasan untuk memenuhi hasrat konsumsinya secara
optimal . Meluasnya konsumsi masyarakat dunia akan mendorong meluas dan
meningkatnya usaha koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Selain itu
dengan peniadaan hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui peniadaan
non torif barier dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi
sepenuhnya kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana
masyarakat untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat perdagangan bebas .
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti
mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat
sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama
jika menyangkut masalah informasi.
Dari data yang ada, jelas bahwa pembangunan koperasi dalam PJP I dapat
dikatakan cukup berhasil ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi
dan nilai usaha koperasi. Selanjutnya kesejahteraan para anggota koperasi
meningkat dari ini tercermin dari peningkatan ragam koperasi, ragam bidang
usaha koperasi, jumlah simpanan anggota, dan jumlah modal usaha.
(i) Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan
fasilitas (mesin-mesin), padahal teknologi berkembang pesat, hal ini
mengakibatkan harga pokok yang relative tinggi sehingga mengurangi kekuatan
bersaing koperasi;
(j) Bahwa administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu
sehingga menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap,
demikian pula dengan data statistis kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan;
(k) Anggota kebanyakan kurang solidaritasnya untuk berkoperasi; di lain pihak
anggota banyak berhutang kepada koperasi;
(l) Dengan modal usaha yang relative kecil maka volume usaha terbatas; akan
tetapi bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak
mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif rendah orang
tidak tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang kompleks.
Pada hakikatnya soal-soal yang dihadapi koperasi Indonesia identik dengan apa
yang dihadapi oleh perusahaan (kecil) lainnya di Indonesia. Dengan demikian
pembinaan koperasi di Indonesia sebenarnya juga identik dengan pembinaan
yang ditujukan pada pengusaha (pribumi) lemah. Akan tetapi mungkin lebih sulit
lagi karena karakteristik koperasi Indonesia yang esensinya tidak lepas dari asas
kekeluargaan /gotong-royong justru bila dikaji menimbilkan berbagai kontradiksi
dalam pelaksanaan (timbul ekses-ekses yang tidak diinginkan).
Tantangan, dan kendala serta peluang pembangunan sebagai berikut :
Ancaman, Tantangan, dan Kendala
(a) Persaingan usaha akan makin ketat
(b) Peranan iptek makin meningkat
(c) Tuntutan akan SDM yang berkualitas yang mampu mengantisipasi dan
merencanakan masa depan makin meningkat
(d) Mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju dan
mandiri serta memilki daya saing
(e) Struktural dan sistem untuk mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berakar kuat dalam masyarakat
(f) Tingkat kemampuan dan profesionalisme SDM koperasi belum memadai
(g) Lemahnya struktur permodalan koperasi
(h) Terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi
koperasi
(i) Kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya, serta belum
berfungsinya secara penuh mekanisme kerja antarpengurus dan antara
pengurus dengan pengelola koperasi
(j) Masihnya kurangnya kepercayaan untuk saling bekerja sama dengan pelaku
ekonomi lain dan antarkoperasi
(k) Kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di wilayah tertentu,
misalnya lembaga keuangan, produksi, dan pemasaran
(l) Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program
pembinaan koperasi antarsektor dan antardaerah
(m)Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi,
kurangnya kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi.
Peluang
(a) Aspek pemerataan diprioritaskan oleh pemerintah.
(b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 memungkinkan konsolidasi koperasi
primer ke dalam koperasi sekunder.
(c) Kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan berkembangnya tuntutan
masyarakat untuk lebih membangun koperasi dalam rangka mewujudkan
demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
(d) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
(e) Perekonomian dunia yang makin terbuka berakibat makin terbukanya pasar
internasional bagi hasil produksi koperasi Indonesia.
(f) Industrialisasi membuka peluang usaha di bidang agrobisnis, agroindustri dan
industri pedesaan lainnya.
(g) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
mendorong diversifikasi usaha koperasi.
Didalam suatu bisnis dalam garis besarnya dibagi dalam ada dua biaya, biaya
transformasi, yaitu biaya untuk mengubah input menjadi output dan biaya
transaksi (transaction cost) yaitu biaya sampai barang itu dibeli oleh konsumen.
Dari berbagai rekayasa factor obyektif dan kebijakan akan mengarah kepada
penurunan dua biaya tersebut. Kebijakan kebijakan lain akan memperkuat
strategi menciptakan keunukan produk koperasi.
Faktor faktor obyektif dan kebijakan yang memperkuat strategi penurunan
biaya terdiri dari :
Yang berhubungan dengan usaha ; Fokus Usaha koperasi kepada usaha inti (core
business) dalam struktur pasar persaingan monopolistic/monopoli, focus koperasi
kepada single purpose cooperative (usaha tunggal) dengan multi komoditi
Yang berhubungan dengan skala skala ekonomis/merger/amlgamasi,
Yang berhubungan dengan keanggotaan. Keanggotaan memenuhi criteria
ekonomi sebagai pemilik dan pelanggan, memiliki usaha yang berkaitan erat
dengan usaha koperasi, bersedia mengadakan hubungan kontraktual dengan
koperasi dan jumlah anggota memungkinkan menghasilkan skala ekonomis
tersebut dan kebijakan yang mengarah kepada skala ekonomis, merger dan
amalgamasi mempengaruhi biaya transformasi.
Factor dan kebijakan ke 3 (C) : Kriteria keanggotaan koperasi antara lain
anggota mempunyai usaha (pertanian, peternakan, pengrajin, dll) dan
penghasilan. Aspek aspek usaha dari anggota itulah yang akan ditingkatkan
melalui koperasi. Usagha anggota itu akan menentukan kemampuan
kepemilikkan/pendanaan dan pelangganan jasa koperasi. Dengan adanya
kreteria yang jelas tersebut akan lebih memudahkan operai koperasi, pakah
dibidang pengadaan, pemasaran, atau keuangan. Adanya criteria kanggotaan
yang jelas akan membawa dampak kepada rendahnya biaya organisasi dan
informasi yang yang pada gilirannya menurunkan biaya transformasi.
Kebijakan dan factor yang ke 4 (D) : Azaz proporsionalitas dalam hal
permodalan akan mendorong para calon anggota koperasi yang kaya untuk
bergabung dalam koperasi. Berdasarkan azaz proporsionalitas besarnya modal
disesuaikan dengan besarnya usaha atau rencana pelanganan. Hal ini akan
dapat mengatasi kekurangan permodalan dan sekaligus dapat menekan biaya
transformasi.
Kebijakan ke 5 (E) : Pendidikan / pelatihan merupakan usaha yang telah dapat
dipahami oleh semua badan usaha untuk meningkatkan keterampilan SDM. Bagi
koperasi menjadi salah satu prinsip yang berarti harus selalu dilakukan secara
kesinambungan.
Pendidkan/pelatihan diartikan dalam arti luas dan spesifik. Dalam arti luas
memahami mekanisme yaitu bagaimana koperasi dapat menghasilkan manfaat
bagi anggota. Dalam arti spesifik pendidikan/pelatihan dalambidang tertentu
yang relevan atau potensial untuk meningkatkan efisiensi atau untuk mengatasi
masalah masalah tertentu.
Kebijakan dan factor ke 6 (F) : Kemitraan /aliansi strategic/networking
mempunyai dua jenis dampak, pertama menghasilkan eksternal scale of
economies dan kedua mengurangi ketidakpastian. Kedua dampak tersebut
berpengaruh langsung terhadap penurunan biaya dan transasksi.
Kebijakan dan factor ke 7 (G) : kebijakan kebijakan pemerintah yang ditujukan
kepada joperasi pada dasarnya adalah eksternal economies bagi koperasi yang
harus dimanfaatkan oleh koperasi yang membawa dampak kepada penurunan
biaya transformasi.
Kebijakan dan factor ke 8 (H) : merupakan prinsip prinsip penghematan
berdasarkan kaidah kaidah koperasi pada dasarnya menerapkan prinsip
efisiensi koperasi.