Anda di halaman 1dari 21

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI

1. Latar belakang
Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan
negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai
gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan
berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu
koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan
ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan
yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat
koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara berkembang koperasi
dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat
menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan
gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial
maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan
perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat
pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta
dukungan atau perlindungan yang diperlukan.
Perkembangan dunia perkoperasian di Indonesia saat ini banyak mengalami
pasang surut. koperasi sebagai organisasi ekonomi yang merupakan
perkumpulan orang-orang termasuk badan hukum yang mempunyai kepentingan
dan tujuan yang sama, Menggabungkan diri secara sukarela menjadi anggota
dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai pencerminan demokrasi
dalam ekonomi, Kerugian dan keuntungan ditanggung dan dinikmati bersama
secara adil, Pengawasan dilakukan oleh anggota, Mempunyai sifat saling tolong
menolong, dan Membayar sejumlah uang sebagai simpanan pokok dan simpanan
wajib sebagai syarat menjadi anggota.
Pada awalnya, pengembangan koperasi di Indonesia disebabkan oleh dukungan
pemerintah untuk memajukan perekonomian di Indonesia, dengan menjalankan
program-program tersebut dalam kurun waktu yang lama. Jika pada awalnya
ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan
maka pergeseran kearah peran swasta menjadi pesaing terbaru bagi unit-unit
usaha koperasi di Indonesia.

Awal mula perkembangan koperasi di indonesia


Struktur organisasi koperasi di Indonesia mirip dengan lembaga kemasyarakatan
yang strukturnya primer sampai ke tingkat nasional. Karena hal itu,
menyebabkan kurang efektifnya peran organisasi sekunder didalam membantu

koperasi primer. tidak heran, menjadi sebuah fenomena di masa akan datang
yang harus diubah karena adanya perubahan pola pikir terhadap perkembangan
bisnis yang ada di dunia, yaitu era globalisasi.
bersama awal berdirinya koperasi hanya ada koperasi simpan pinjam, sekarang
telah berkembang menjadi beberapa bentuk koperasi yang ada di Indonesia
yang sangat bervariasi bentuknya. koperasi yang didirikan pada abad ke 19
awalnya belum mengalami kemajuan yang begitu pesat di karenakan faktor
antara lain mungkin karena pada saat koperasi didirikan indonesia belum
menggenggam kemerdekaan, koperasi mengalami perkembangan yang cukup
pesat setelah indonesia memproklamirkan kemerdekaan indonesia.
koperasi di indonesia didirikan atas dukungan pemerintah agar dapat
memperluas lapangan pekerjaan, sebelum didirikannya koperasi mungkin lebih
banyak pengangguran di banding dengan saat ini, dengan adanya koperasi
paling tidak dapat mengurangi tingkat pengangguran di negara kita dan
membuka lapangan pekerjaan lebih luas lagi, informasi ini saya dapatkan yang
saya dapatkan dari google bahwa sampai pada bulan november 2001 tercatat di
Indonesia ada sekitar 103.000 unit koperasi, dengan jumlah keseluruhan
anggotanya kurang lebih sebanyak 26.000.000 orang.

Perkembangan koperasi sebelum era kemerdekaan


Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di
Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 mendirikan
sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya
diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode. Pada tahun 1908, Budi Utomo yang
didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk
memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening
op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe
Cooperatieve. Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan
untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusaha-pengusaha pribumi.
Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang
memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Hingga saat ini kepedulian
pemerintah terhadap keberadaan koperasi nampak jelas dengan membentuk
lembaga yang secara khusus menangani pembinaan dan pengembangan
koperasi, Informasi ini saya dapatkan dari situs google.

Perkembangan koperasi setelah kemerdekaan


Setelah era kemerdekaan di Indonesia, koperasi mulai perlahan menunjukkan
perubahan. pada tahun 1945,Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi
serta Perdagangan Dalam Negeri dibawah Kementerian Kemakmuran. Setelah
itu, pada tahun 1946 koperasi memasuki Urusan Perdagangan Dalam Negeri
dimasukkan pada Jawatan Perdagangan, sedangkan Jawatan Koperasi berdiri
sendiri mengurus soal koperasi. kemudian tahun 1947-1948,Jawatan Koperasi

dibawah pimpinan R. Suria Atmadja, pada masa ini ada suatu peristiwa yang
cukup penting yaitu tanggal 12 Juli 1947, Gerakan Koperasi mengadakan Kongres
di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan
sebagai Hari Koperasi. pada tahun 1949 Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di
Yogyakarta, tugasnya adalah mengadakan kontak dengan jawatan koperasi di
beberapa daerah lainnya. Tugas pokok yang dihasilkan telah melebur Bank dan
Lumbung Desa dialihkan kepada Koperasi. Pada tahun yang sama yang
diundangkan dengan Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli 1949 (SBT. No.
179). Tahun 1950 Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta
digabungkan dengan Jawatan Koperasi RIS, bekedudukan di Jakarta. tahun 1954
Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi dibawah
pimpinan oleh Rusli Rahi. Tahun 1958 Jawatan Koperasi menjadi bagian dari
Kementerian Kemakmuran.tahun 1960 Perkoperasian dikelola oleh Menteri
Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa (TRANSKOPEMADA),
dibawah pimpinan seorang Menteri yang dijabat oleh Achmadi. Tahun 1963
Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap dibawah
pimpinan Menteri Achmadi . Tahun 1964 Departemen Koperasi diubah menjadi
Departemen Transmigrasi dan Koperasi dibawah pimpinan Menteri ACHMADI
kemudian diganti oleh Drs. Achadi, dan Direktur Koperasi dibawah pimpinan
seorang Direktur Jenderal yang bernama Chodewi Ami. Informasi ini saya
dapatkan pada situs google.

Perkembangan koperasi pada era sekarang


Sejarahnya koperasi sudah dikenal pada masa peralihan abad 19-20 dan berarti
sudah lebih dari satu abad kemudian juga dipraktekkan oleh para pimpinan
pergerakan nasional. Setelah proklamasi peranan koperasi ditulis dalam
konstitusi sehingga memiliki posisi politis strategis, kemudian pada tahun 1947
gerakan koperasi menyatukan diri dalam wadah gerakan koperasi, yang saat ini
bernama Dekopin, yang berarti tahun ini usia organisasi gerakan koperasi ini
sudah 61 tahun Dengan modal pengalaman selama lebih dari satu abad,
dukungan politis dari negara dan wadah tunggal gerakan koperasi, seharusnya
koperasi Indonesia sudah bisa mapan sebagai lembaga ekonomi dan sosial yang
kuat dan sehat. Tetapi kenyataan menunjukkan, koperasi yang dengan landasan
konstitusi pernah didambakan sebagai soko guru perekonomian nasional itu,
saat ini tidak mengalami perkembangan yang berarti, sehingga amat jauh
ketinggalan dari koperasi-koperasi di negara-negara lain, termasuk koperasi di
negara sedang berkembang.
Perkembangan koperasi di Indonesia pada masa sekarang banyak mengalami
peningkatan. Jumlah koperasi primer tingkat nasional mencapai 873 unit dan
koperasi sekunder menjadi 165 unit. Sedangkan total koperasi Indonesia yang
tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 149.793 Koperasi, jumlah yang tidak
sedikit. Secara Jumlah ini memang cukup luar biasa tetapi secara kualitas masih
jauh dibawah usaha-usaha kapitalis apalagi jika dibandingkan dengan koperasi

internasional, selain itu pada tahun 2008 jumlah koperasi berkualitas mencapai
42.267.
Dengan melihat sejarah dan perkembangan koperasi di Indonesia tersebut, kita
diharapkan dapat terus memajukan dunia perkoperasian di Indonesia dengan
pesat seirig dengan perkembangan zaman. Dan tetap mempertahankan citra
koperasi sebagai salah satu lembaga yang memajukan perkembangan
perekonomian di Indonesia. Akhir kata saya ucapkan terima kasih, apabila
terdapat kesalahan, mohon dimaklumi dan dimaafkan.

II. Pengalaman Koperasi Di Indonesia


Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah,
bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan.
Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai
sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya. Pengalaman
di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh
secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui
dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang
dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran
bagaimana harus mengembangkan koperasi. Paling tidak dengan dasar yang
kuat tersebut sejarah perkembangan koperasi di Indonesia telah mencatat tiga
pola pengembangan koperasi. Secara khusus pemerintah memerankan fungsi
regulatory dan development secara sekaligus (Shankar 2002). Ciri utama
perkembangan koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada
program yaitu : (i) Program pembangunan secara sektoral seperti koperasi
pertanian, koperasi desa, KUD; (ii) Lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi
pegawai negeri dan koperasi fungsional lainnya; dan (iii) Perusahaan baik milik
negara maupun swasta dalam koperasi karyawan. Sebagai akibatnya prakarsa
masyarakat luas kurang berkembang dan kalau ada tidak diberikan tempat
semestinya.
Selama ini koperasi dikembangkan dengan dukungan pemerintah dengan
basis sektor-sektor primer dan distribusi yang memberikan lapangan kerja
terbesar bagi penduduk Indonesia. Sebagai contoh sebagian besar KUD
sebagai koperasi program di sektor pertanian didukung dengan program pembangunan untuk membangun KUD. Disisi lain pemerintah memanfaatkan KUD
untuk mendukung program pembangunan pertanian untuk swasembada beras
seperti yang selama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik pembangunan koperasi. Bahkan koperasi secara eksplisit ditugasi melanjutkan
program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah bahkan bank
pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola pengadaan
beras pemerintah, TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru
(cengkeh). Sehingga nasib koperasi harus memikul beban kegagalan program,
sementara koperasi yang berswadaya praktis tersisihkan dari perhatian berbagai
kalangan termasuk para peneliti dan media masa. Dalam pandangan

pengamatan internasional Indonesia mengikuti lazimnya pemerintah di Asia yang


melibatkan koperasi secara terbatas seperti disektor pertanian.
III. Potret Koperasi Indonesia
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia
tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak
26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi perDesember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi
aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah
koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Corak
koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Satu catatan yang
perlu di ingat reformasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres 4/1984 tentang
KUD telah melahirkan gairah masyarakat untuk mengorganisasi kegiatan
ekonomi yang melalui koperasi.
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan
melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika
semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber
pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru
bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. Meskipun KUD harus
berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, namun
sumbangan terbesar KUD adalah keberhasilan peningkatan produksi pertanian
terutama pangan (Anne Both, 1990), disamping sumbangan dalam melahirkan
kader wirausaha karena telah menikmati latihan dengan mengurus dan
mengelola KUD (Revolusi penggilingan kecil dan wirausahawan pribumi di desa).
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan
kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada
dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60
persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi
koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari
populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir
ini posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua
setelah BRI-unit desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%.
Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan
menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya
menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya
masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi.
Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun
1998 2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya
secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya
Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis
pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian
koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan
koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi.
Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun

pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal.


Oleh karena itu jenjang pengorganisasian yang lebih tinggi harus mendorong
kembalinya pola spesialisasi koperasi. Di dunia masih tetap mendasarkan tiga
varian jenis koperasi yaitu konsumen, produsen dan kredit serta akhir-akhir ini
berkembang jasa lainnya.
Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga
kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini
telah menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam
membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen eksploitasi
sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus
diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan
globalisasi. Untuk mengubah arah ini hanya mampu dilakukan bila penataan
mulai diletakkan pada daerah otonom.
B. Tantangan Pengembangan Koperasi
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan
melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman ter*sebut. Jika
semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber
pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru
bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD.
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan
kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada
dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60
persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang
terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi
atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi
dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa
dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian
koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada.
Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian
koperasi.
Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun
1998-2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya
secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya
Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis
pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian
koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan
koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi.
Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun
pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal.
Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga
kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini

telah menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam


membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen eksploitasi
sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus
diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan
globalisasi.

TANTANGAN KOPERASI INDONESIA PADA ERA OTONOMI DAERAH DAN


PERDAGANGAN BEBAS

A. Koperasi Dalam Era Otonomi Daerah


Implementasi undang-undang otonomi daerah, akan mem*berikan dampak
positif bagi koperasi dalam hal alokasi sum*ber daya alam dan pelayanan
pembinaan lainnya. Namun kope*rasi akan semakin menghadapi masalah yang
lebih intensif de*ngan pemerintah daerah dalam bentuk penempatan lokasi
inves*tasi dan skala kegiatan koperasi . Karena azas efisiensi akan mendesak
koperasi untuk membangun jaringan yang luas dan mungkin melampaui batas
daerah otonom. Peranan advo*kasi oleh gerakan koperasi untuk memberikan
orientasi kepa*da pemerintah di daerah semakin penting. Dengan demikian
peranan pemerintah di tingkat propinsi yang diserahi tugas untuk
pengembangan koperasi harus mampu menjalankan fung*si intermediasi
semacam ini. Mungkin juga dalam hal lain yang berkaitan dengan pemanfaatan
infrastruktur daerah yang semula menjadi kewenangan pusat.

Peranan pengembangan sistem lembaga keuangan koperasi di tingkat


Kabupaten / Kota sebagai daerah otonomi menjadi sangat penting. Lembaga
keuangan koperasi yang kokoh di daerah otonom akan dapat menjangkau
lapisan bawah dari ekonomi rakyat. Disamping itu juga akan mampu berperan
menahan arus keluar sumber keuangan daerah. Berbagai studi menunjukan
bahwa lembaga keuangan yang berbasis daerah akan lebih mampu menahan
arus kapital keluar.
Dukungan yang diperlukan bagi koperasi untuk menghadapi berbagai
rasionalisasi adalah keberadaan lembaga jaminan kredit bagi koperasi dan usaha
kecil di daerah. Dengan demikian kehadiran lembaga jaminan akan menjadi
elemen terpenting untuk percepatan perkembangan koperasi di daerah.
Lembaga jaminan kredit yang dapat dikembangkan Pemerintah Daerah akan
dapat mendesentralisasi pengembangan ekonomi rakyat dan dalam jangka
panjang akan menumbuhkan kemandirian daerah untuk mengarahkan aliran
uang di masing-masing daerah. Dalam jangka menengah koperasi juga perlu
memikirkan asuransi bagi para penabung.
Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi
yang otonom, namun fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri
universalitas kebutuhan yang tinggi seperti jasa keuangan, pelayanan
infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan otonomi selain peluang untuk
memanfaatkan potensi setempat juga terdapat potensi benturan yang harus
diselesaikan di tingkat daerah. Dalam hal ini konsolidasi potensi keuangan,
pengem*bangan jaringan informasi serta pengembangan pusat inovasi dan
teknologi merupakan kebutuhan pendukung untuk kuatnya kehadiran koperasi.
Pemerintah di daerah dapat mendorong pengembangan lembaga penjamin
kredit di daerah.

B. Koperasi dalam Perdagangan Bebas


Esensi perdagangan bebas yang sedang diciptakan oleh banyak negara yang
ingin lebih maju ekonominya adalah menghilangkan sebanyak mungkin
hambatan perdagangan internasional. Melihat arah tersebut maka untuk
melihat dampaknya terhadap perkembangan koperasi di tanah air dengan cara
mengelompokkan koperasi ke dalam ketiga kelompok atas dasar jenis koperasi.
Pengelompokan itu meliputi pembedaan atas dasar: (i) koperasi produsen atau
koperasi yang bergerak di bidang produksi, (ii) koperasi konsumen atau koperasi
konsumsi, dan (iii) koperasi kredit dan jasa keuangan. Dengan cara ini akan
lebih mudah mengenali keuntungan yang bakal timbul dari adanya perdagangan
bebas para anggota koperasi dan anggota koperasinya sendiri.
Koperasi produsen terutama koperasi pertanian memang merupakan koperasi
yang paling sangat terkena pengaruh perdagangan bebas dan berbagai
liberalisasi. Koperasi pertanian di seluruh belahan dunia ini memang selama ini
menikmati proteksi dan berbagai bentuk subsidi serta dukungan pemerintah.
Dengan diadakannya pengaturan mengenai subsidi, tarif, dan akses pasar, maka

produksi barang yang dihasilkan oleh anggota koperasi tidak lagi dapat
menikmati perlindungan seperti semula, dan harus dibuka untuk pasaran impor
dari negara lain yang lebih efisien.
Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari adanya
perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu akan selalu
membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa pada tingkat
keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan terbukanya pilihan barang
dari seluruh pelosok penjuru dunia secara bebas. Dengan demikian konsumen
akan menikmati kebebasan untuk memenuhi hasrat konsumsinya secara
optimal . Meluasnya konsumsi masyarakat dunia akan mendorong meluas dan
meningkatnya usaha koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Selain itu
dengan peniadaan hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui peniadaan
non torif barier dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi
sepenuhnya kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana
masyarakat untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat perdagangan bebas .
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti
mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat
sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama
jika menyangkut masalah informasi.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOPERASI DI INDONESIA

Kebijakan Pembangunan koperasi di indonesia telah menunjukan hasil-hasil yang


cukup baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada krisis ekonomi
terbukti bahwa koperasi mampu bertahan, dalam menghadapi permasalahan
tersebut maka disusunlah kebijakan pembangunan dalam upaya usaha rencana
pembangunan secara nasional. Pembangunan koperasi dapat terus ditingkatkan
sehingga dapat tumbuh menjadi perusahaan yang sehat dan kuat. Peranannya
dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi bangsa dapat lebih ditingkatkan.
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi sampai saat ini masih
cukup relevan untuk dilaksanakan adalah :
1. Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat
agar memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan
menjadi gerakan ekonomi rakyat.
2. Koperasi didukung melalui pemberian kesempatan yang seluasluasnya disegala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri
maupun diluar negeridan memudahkan untuk memperoleh permodalan.
3. Kerjasama antar koperasi dan koperasi antara BUMN dan usaha
swasta lainnya dikembangkan untuk mewujudkan kehidupan perekonomian
berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas
kekeluargaan serta saling mendukung dan menguntungkan.
Pengembangan koperasi yang dilakukan oleh pemerintah yaitu : pembangunan
dan pengembangan usaha, pengembangan SDM, peran pemerintah, kerjasama
internasional. Koperasi mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi
nasional yaitu :
1. Koperasi mampu menggerakan potensi masyarakat golongan ekonomi lemah.
2. Koperasi lembaga ekonomi yang sangat diperlukan oleh bangsa indonesia.
3. Koperasi berperan utama sebagai agen pemerataan pembangunan ekonomi
nasional.

Keberhasilan koperasi diukur dengan satuan-satuan kuantitatif misalnya : jumlah


koperasi, jumlah modal, SHU, KUD, dll. Koperasi sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan bisnis mengglobal mampu bersaing dalam dunia bisnis
secara optimal dan tetap bertahan dimasa depan sebagai wadah perjuangan
ekonomi rakyat.

Pembangunan koperasi di indonesia telah menunjukan hasil-hasil yang cukup


baiki secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada krisis ekonomi terbukti
bahwa koperasi mampu bertahan, dalam menghadapi permasalahan tersebut
maka disusunlah kebijakan pembangunan dalam upaya usaha rencana
pembangunan secara nasional. Pembangunan koperasi dapat terus ditingkatkan
sehingga dapat tumbuh menjadi perusahaan yang sehat dan kuat. Peranannya
dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi bangsa dapat lebih ditingkatkan.
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi sampai saat ini masih
cukup relevan untuk dilaksanakan adalah :
1. Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat agar memiliki
kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi
rakyat.
2. Koperasi didukung melalui pemberian kesempatan yang seluas-luasnya
disegala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun diluar negeri
dan
memudahkan untuk memperoleh permodalan.
3. Kerjasama antar koperasi dan koperasi antara BUMN dan usaha swasta lainnya
dikembangkan untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan
demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas kekeluargaan serta saling
mendukung dan menguntungkan.
Pengembangan koperasi yang dilakukan oleh pemerintah yaitu : pembangunan
dan pengembangan usaha, pengembangan SDM, peran pemerintah, kerjasama
internasional. Koperasi mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi
nasional yaitu :
1. Koperasi mampu menggerakan potensi masyarakat golongan ekonomi lemah.
2. Koperasi lembaga ekonomi yang sangat diperlukan oleh bangsa indonesia.
3. Koperasi berperan utama sebagai agen pemerataan pembangunan ekonomi
nasional.
Keberhasilan koperasi diukur dengan satuan-satuan kuantitatif misalnya : jumlah
koperasi, jumlah modal, SHU, KUD, dll. Koperasi sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan bisnis mengglobal mampu bersaing dalam dunia bisnis
secara optimal dan tetap bertahan dimasa depan sebagai wadah perjuangan
ekonomi rakyat.
Permasalahan-permasalahan koperasi serta upaya pemberdayaan usaha mikro,
menengah, dan sebagai rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) secara
rasional, merupak dasar disusunnya kebijakan pembangunan .

Adapun kebijakan-kebijakan pembangunan koperasi di Indonesia antara lain :


1. Kebijakan pemerintah
Sehubungan dengan semakin terbukanya ekonomi dunia maka peranan koperasi
dan UMKM harus terus ditingkatkan.
Sasaran kebijakan dan pemberdayaan koperasi dan UMKM pada saat dituangkan
dalam RPJM 2004-2009 yang diarahkan pada hal-hal berikut :
a. Mengembangkan usaha kecil dan menengah ( UKM ) yang diarahkan untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan peningktan daya saing. Sedangkan
pengembangan usaha mikro lebih diarahkan dalam penginkatan pendapatan
masyarakat yang berpendapatan rendah.
b. Memperkuat kelembagaan dengan menetapkan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik (Good govermance) dan berwawasan gender
terutama untuk mempeluas basis dan menumbuhkan wirausaha baru untuk
mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja
c. Membangun koperasi yang semakin difokuskan pada upaya-upaya untuk :
1)Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi
2) Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan Stakeholders
3) Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi
4) Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
Dalam menghadapi persaingan ekonomi global saat ini maka peningkatan
kualitas kelmbagaan dan organisasi koperasi mampu tumbuh dan berkembang
secara sehat sesuai dengan jat dirinya menjadi wadah kepentingan bersama
bagi anggotanya untuk memperoleh efesiensi kolektif, sehingga citra koperasi
menjadi semakin baik. Infrastruktur pendukung pengembangan semakin lengkap
dan berkualitas, lembaga gerakan koperasi semaki efektif dan mandiri, best
practice semakin berkembang dikalangan masyarakan luas.
2. Sasaran pembangunan koperasi
Saran utama pembangunan dan pengembangan koperasi yang hendak dilakukan
oleh pemerintah, yaitu :
a. Pembangunan dan pengembangan usaha
b. Pembangunan dan pengembangan SDM
c. Peran pemerintah itu sendiri
d. Kerjasama internasional
3. Pola pembangunan koperasi di Indonesia

Pola pembangunan koperasi sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan


bisnis yang continue dan mengglobal. Sehubungan dengan hal tersebut maka
koperasi harus terus berkembang dan mampu bersaing dengan dunia bisnis
secara optmal.

TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI DI MASA DATANG

Tantangan pertumbuhan Koperasi di tahun-tahun mendatang semakin berat


seiring dengan derasnya arus globalisasi yang menerpa sendi-sendi kehidupan
ekonomi. Hal ini diungkapkan Menteri Koperasi dan UMKM, Suryadarma Ali saat
Peringatan Hari Koperasi Ke-62 di Samarinda, KalimantanTimur, Rabu (15/07).
Menteri Koperasi dan UMKM menjelaskan terdapat tantangan-tantangan koperasi
yang harus dihadapi, di antaranya menjadikan koperasi sebagai alat untuk
mengentaskan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan tantangan lainnya
adalah karena semakin rendahnya semangat gotong-royong melalui koperasi.
Terhadap tantangan-tantangan tersebut, Kementrerian Koperasi dan UKM terus
melaksanakan program pemberdayaan, meliputi pembenahan program
kelembagaan, pembangunan kompetensi Sumber Daya Manusia, peningkatan
aksesbilitas modal dan peningkatan penetrasi pasar domestik maupun ekspor.
Untuk penetrasi pasar, Adi Suryadarma Ali menjelaskan pemerintah melalui
Kementerian UKM telah membangun sarana pemasaran terintergrasi yang
berwujud sebuah gedung berlantai 17 di Jakarta, yang didalamnya terdapat
fasilitas display atau tempat pajang produk unggulan, sarana konvensi,
peluncuran produk, peluncuran merk, tempat pertunjukan seni budaya, tempat
peragaan busana dan gerai pendukung kopersi dan bisnis usaha kecil-menengah.
Disamping itu, Kementerian Koperasi juga telah bekerjasama dengan beberapa
pemerintah provinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, juga telah membangun sarana
pemasaran terintegrasi serupa.
Sementara itu Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono
menjelaskan koperasi kini juga telah bekerja sama dengan sejumlah bidang
usaha lainnya dari segi pemanfaatan teknologi seperti bidang komunikasi dan
untuk lelang komoditas pasar, pengusaha dan koperasi juga dapat
memanfaatkan pasar online melalui www.alibaba.com.
Strategi ini kemudian diterjemahkan ke dalam kebijaksanaan pembinaan
koperasi dan pengembangan usaha koperasi dan program-program yang antara
lain :
(a) Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi para pengurus, manajer,
karyawan, anggota badan pemeriksa, kader koperasi dan Petugas Konsultasi
Koperasi Lapangan (PKKL);
(b) Bimbingan dan konsultasi untuk meningkatkan tertib organisasi terutama
dalam penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT);

(c) Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen koperasi;


(d) Meningkatkan kemampuan penerapan system akuntansi koperasi;
(e) Meningkatkan kemampuan pengawasan internal koperasi primer;
(f) Menigkatkan partisipasi aktif anggota;
(g) Penyediaan informasi usaha;
(h) Pelaksanaan kegiatan praktik kerja atau magang bagi para pengelola usaha
KUD;
(i) Pelaksanaan kegiatan studi banding bagi para manajer koperasi untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan mereka;
(k) Penyediaan sarana usaha koperasi dalam rangka meningkatkan jangkauan
dan kualitas pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat sekitarnya di
daerah tertinggal, transmigrasi, perbatasan dan terisolasi.
Di samping pembinaan kelembagaan koperasi dan pengembangan usaha
koperasi perlu pula didorong kerja sama dan kemitraan usaha antara koperasi
dengan BUMN dan swasta, dengan;
(a) Meningkatkan kegiatan temu usaha;
(b) Meningkatkan penghimpunan dan penyaluran dana yang berasal dari
penyisihan 1-5 persen laba bersih BUMN untuk pembinaan koperasi;
(c) Memperluas kesempatan pemilikan saham perusahaan swasta yang sehat
oleh koperasi terutama untuk koperasi-koperasi primer termasuk KUD di sekitar
lokasi kerja perusahaan, serta untuk koperasi yang mempunyai kaitan usaha di
bidang produksi ataupun di bidang distribusi dengan perusahaan swasta yang
bersangkutan.
Selanjutnya dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun1992
perlu dilakukan:
(a) Kegitan pemasyarakatan undang-undang tersebut;
(b) Penyusunan peraturan pelaksanaanya.
Hasil-hasil yang dicapai dalam (1) pembinaan kelembagaan koperasi, (2)
pengembangan usaha koperasi yang meliputi permodalan, perkreditan,
pengadaan dan penyaluran pangan, penyaluran sarana produksi pertanian dan
pemasaran hasil perkebunan rakyat, usaha perikanan dan peternakan, usaha
kerajinan rakyat/industry kecil, penyaluran barang kebutuhan pokok, usaha
pemasaran jasa angkutan. Pemasaran jasa kelistrikan, KUD mandiri, partisipasi
swasta dan BUMN dalam pembinaan koperasi, serta (3) kegiatan penunjang,
dapat dilihat pada Tabel 3 sampai dengan 30.

Dari data yang ada, jelas bahwa pembangunan koperasi dalam PJP I dapat
dikatakan cukup berhasil ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi
dan nilai usaha koperasi. Selanjutnya kesejahteraan para anggota koperasi
meningkat dari ini tercermin dari peningkatan ragam koperasi, ragam bidang
usaha koperasi, jumlah simpanan anggota, dan jumlah modal usaha.

Karakteristik Soal-Soal Koperasi


Dari hasil kerja nyata yang dilakukan baik dalam rangka pengerahan tenaga
kerja sarjana muda dan penataran koperasi dapatlah dikemukakan berbagai
persoalan yang dihadapi koperasi dewasa ini.
Persoalan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(a) Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara be as
memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi misalnya huller;
(b) Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi
menjalankan usahanya dengan baik, misalnya usaha penyaluran pupuk yang
pada waktu lalu disalurkan oleh koperasi melalui koperta sekarang tidak lagi
sehingga terpaksa mencari sendiri ke Dolog;
(c) Tantangan masyarakat sendiri terhadap koperasi; karena kegagala koperasi
pada waktu yang lalu tanpa adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat
menimbulkan ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi;
(d) Adanya peraturan-peraturan pemerintah (daerah) yang mebcampuri
kehidupan koperasi misalnyamengambilalih usaha koperasi (kasus koperasi
perikanan laut yang sekaligus mematikan usaha kopersi); dan
(e) Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan
sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru menciutkan
usaha.
Kalau soal-soal a sampai dengan e ini merupakan soal-soal yang datang dari luar
maka di bawah ini dicoba untuk mengidentifikasi soal-soal yang datangnya dari
dalam koperasi yang diteliti.
(f) Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya
terbatas;
(g) Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga rangkap jabatan
ini menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap pengelolaan
koperasi berkurang sehingga kurang menyadari adanya perubahan-perubahan
lingkungan;
(h) Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam
memulihkannya;

(i) Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan
fasilitas (mesin-mesin), padahal teknologi berkembang pesat, hal ini
mengakibatkan harga pokok yang relative tinggi sehingga mengurangi kekuatan
bersaing koperasi;
(j) Bahwa administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu
sehingga menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap,
demikian pula dengan data statistis kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan;
(k) Anggota kebanyakan kurang solidaritasnya untuk berkoperasi; di lain pihak
anggota banyak berhutang kepada koperasi;
(l) Dengan modal usaha yang relative kecil maka volume usaha terbatas; akan
tetapi bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak
mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif rendah orang
tidak tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang kompleks.
Pada hakikatnya soal-soal yang dihadapi koperasi Indonesia identik dengan apa
yang dihadapi oleh perusahaan (kecil) lainnya di Indonesia. Dengan demikian
pembinaan koperasi di Indonesia sebenarnya juga identik dengan pembinaan
yang ditujukan pada pengusaha (pribumi) lemah. Akan tetapi mungkin lebih sulit
lagi karena karakteristik koperasi Indonesia yang esensinya tidak lepas dari asas
kekeluargaan /gotong-royong justru bila dikaji menimbilkan berbagai kontradiksi
dalam pelaksanaan (timbul ekses-ekses yang tidak diinginkan).
Tantangan, dan kendala serta peluang pembangunan sebagai berikut :
Ancaman, Tantangan, dan Kendala
(a) Persaingan usaha akan makin ketat
(b) Peranan iptek makin meningkat
(c) Tuntutan akan SDM yang berkualitas yang mampu mengantisipasi dan
merencanakan masa depan makin meningkat
(d) Mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju dan
mandiri serta memilki daya saing
(e) Struktural dan sistem untuk mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berakar kuat dalam masyarakat
(f) Tingkat kemampuan dan profesionalisme SDM koperasi belum memadai
(g) Lemahnya struktur permodalan koperasi
(h) Terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi
koperasi
(i) Kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya, serta belum
berfungsinya secara penuh mekanisme kerja antarpengurus dan antara
pengurus dengan pengelola koperasi

(j) Masihnya kurangnya kepercayaan untuk saling bekerja sama dengan pelaku
ekonomi lain dan antarkoperasi
(k) Kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di wilayah tertentu,
misalnya lembaga keuangan, produksi, dan pemasaran
(l) Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program
pembinaan koperasi antarsektor dan antardaerah
(m)Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi,
kurangnya kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi.
Peluang
(a) Aspek pemerataan diprioritaskan oleh pemerintah.
(b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 memungkinkan konsolidasi koperasi
primer ke dalam koperasi sekunder.
(c) Kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan berkembangnya tuntutan
masyarakat untuk lebih membangun koperasi dalam rangka mewujudkan
demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
(d) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
(e) Perekonomian dunia yang makin terbuka berakibat makin terbukanya pasar
internasional bagi hasil produksi koperasi Indonesia.
(f) Industrialisasi membuka peluang usaha di bidang agrobisnis, agroindustri dan
industri pedesaan lainnya.
(g) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
mendorong diversifikasi usaha koperasi.

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING KOPERASI

Permodalan koperasi adalah aktivitas yang berhubungan dengan atau


pengumpulan dan penggunaaan dana yang memperhatikan prinsip ekonomi dan
prinsip koperasi. Prinsip ekonomi meliputi : Efisiensi, efektivitas, Produktivitas.
Permodalan Koperasi :
- Modal Aktif (Sumber Modal) :
a. Modal sendiri
b. Modal penyertaan
c. Modal Pinjaman
- Modal Pasip (Penggunaan Modal) :
a. Modal Kerja
b. Modal Penyertaan
c. Aktiva Tetap

Didalam suatu bisnis dalam garis besarnya dibagi dalam ada dua biaya, biaya
transformasi, yaitu biaya untuk mengubah input menjadi output dan biaya
transaksi (transaction cost) yaitu biaya sampai barang itu dibeli oleh konsumen.
Dari berbagai rekayasa factor obyektif dan kebijakan akan mengarah kepada
penurunan dua biaya tersebut. Kebijakan kebijakan lain akan memperkuat
strategi menciptakan keunukan produk koperasi.
Faktor faktor obyektif dan kebijakan yang memperkuat strategi penurunan
biaya terdiri dari :
Yang berhubungan dengan usaha ; Fokus Usaha koperasi kepada usaha inti (core
business) dalam struktur pasar persaingan monopolistic/monopoli, focus koperasi
kepada single purpose cooperative (usaha tunggal) dengan multi komoditi
Yang berhubungan dengan skala skala ekonomis/merger/amlgamasi,
Yang berhubungan dengan keanggotaan. Keanggotaan memenuhi criteria
ekonomi sebagai pemilik dan pelanggan, memiliki usaha yang berkaitan erat
dengan usaha koperasi, bersedia mengadakan hubungan kontraktual dengan
koperasi dan jumlah anggota memungkinkan menghasilkan skala ekonomis

Yang berhubungan dengan permodalan, anggota sebagai pemilik koperasi


bersedia melaksanakan konsep proporsionalistis dan menanggung resiko,
bersedia untuk memasok mosal tambahan apabila diperlukan
Yang berhubungan denganpendidikan/pelatihan : Pendidikan/pelatihan yang
terfokus sehingga menigkatkan efisiensi usaha anggota, keterampilan pengurus,
pengelola, dan karyawan
Kemitraan : aliansi strategic dengan koperasi dan swasta dalam dan luar negeri
Yang berhubungan dengan eksternal ekonomis : memanfaatkan kebijakan
Pemerintah, perlindungan hukum, perkreditan, perpajakan, cadangan usaha,
penelitian, pendidikan/pelatihan
Menerapkan prinsip penghematan berdasarkan kaidah koperasi
Secara rinci kita analisis factor obyaktif dan kebijakan tersebar baik terhadap
tarnsformasi maupun terhadap biaya transaksi
Factor dan kebijakan pertama :
Sudah banyak dibahas dan juga contoh contoh empiric tentang keberhasilan
koeprasi single purpose (dengan multi commodity) dibandingkan dengan multi
purpose cooperative. Single purpose cooperative pada umunya dapat menekan :
Biaya untuk menemukan consensus (costs off finding a consensus) yaitu biaya
yang dikeluarkan untuk mencapi consensus
Biaya kompromi (compromise costs) yaitu biaya untuk mencapai kompromi
karena perbedaan antara kepentingan pribadi dan kelompok, dan
Biaya organisasi dan informasi. Dengan perkataan dalam koperasi single purpose
kemungkinan adanya konflik konflik kepentingan dapat diperkecil sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dalam pengambilan keputusan
Faktor dan kebijakan kedua (B) : skala ekonomi, Merger, dan amalgamasi akan
membawa dampak kepada tercapainya ukuran minimum efisiensi (minimum
efficient size). Hal ini dapat terjadi karena real economy of scale dan
pecuniary of scale. Real economies of sacale yaitu skala ekonomis yaitu skala
ekonomis yang yang tercapau karena penurunan biaya akibat dari pertambahan
produksi. Biasanya dibedakan antara internal economies to scale dan ekternal
economies to scale. Internal economies to scale terjadi didalam suatu
perusahaan atau pabrik. Perluasan output mengakibatkan penurunan biaya tetap
rata rata dan biaya variable rata rata. Sedangkan external economies to
scale yaitu dampak dari merger atau amalgamasi dimana unit usahanya
menjadi lebih ekonomis yang pada gilirannya mendorong perbaikan skala
ekonomis pada anggotanya. Pecuniary economies adalah akibat dari perbaikan
posisi tawar (bargaining position) dari koperasi, sehingga dapat menerima
potongan harga untuk barang barang yang dibelinya, atau bunga yang lebih
rendah, biaya angkutan atau biaya iklan yang lebih murah. Factor factor

tersebut dan kebijakan yang mengarah kepada skala ekonomis, merger dan
amalgamasi mempengaruhi biaya transformasi.
Factor dan kebijakan ke 3 (C) : Kriteria keanggotaan koperasi antara lain
anggota mempunyai usaha (pertanian, peternakan, pengrajin, dll) dan
penghasilan. Aspek aspek usaha dari anggota itulah yang akan ditingkatkan
melalui koperasi. Usagha anggota itu akan menentukan kemampuan
kepemilikkan/pendanaan dan pelangganan jasa koperasi. Dengan adanya
kreteria yang jelas tersebut akan lebih memudahkan operai koperasi, pakah
dibidang pengadaan, pemasaran, atau keuangan. Adanya criteria kanggotaan
yang jelas akan membawa dampak kepada rendahnya biaya organisasi dan
informasi yang yang pada gilirannya menurunkan biaya transformasi.
Kebijakan dan factor yang ke 4 (D) : Azaz proporsionalitas dalam hal
permodalan akan mendorong para calon anggota koperasi yang kaya untuk
bergabung dalam koperasi. Berdasarkan azaz proporsionalitas besarnya modal
disesuaikan dengan besarnya usaha atau rencana pelanganan. Hal ini akan
dapat mengatasi kekurangan permodalan dan sekaligus dapat menekan biaya
transformasi.
Kebijakan ke 5 (E) : Pendidikan / pelatihan merupakan usaha yang telah dapat
dipahami oleh semua badan usaha untuk meningkatkan keterampilan SDM. Bagi
koperasi menjadi salah satu prinsip yang berarti harus selalu dilakukan secara
kesinambungan.
Pendidkan/pelatihan diartikan dalam arti luas dan spesifik. Dalam arti luas
memahami mekanisme yaitu bagaimana koperasi dapat menghasilkan manfaat
bagi anggota. Dalam arti spesifik pendidikan/pelatihan dalambidang tertentu
yang relevan atau potensial untuk meningkatkan efisiensi atau untuk mengatasi
masalah masalah tertentu.
Kebijakan dan factor ke 6 (F) : Kemitraan /aliansi strategic/networking
mempunyai dua jenis dampak, pertama menghasilkan eksternal scale of
economies dan kedua mengurangi ketidakpastian. Kedua dampak tersebut
berpengaruh langsung terhadap penurunan biaya dan transasksi.
Kebijakan dan factor ke 7 (G) : kebijakan kebijakan pemerintah yang ditujukan
kepada joperasi pada dasarnya adalah eksternal economies bagi koperasi yang
harus dimanfaatkan oleh koperasi yang membawa dampak kepada penurunan
biaya transformasi.
Kebijakan dan factor ke 8 (H) : merupakan prinsip prinsip penghematan
berdasarkan kaidah kaidah koperasi pada dasarnya menerapkan prinsip
efisiensi koperasi.

Anda mungkin juga menyukai