Laporan Pencemaran Perairan Dan Bioindikator
Laporan Pencemaran Perairan Dan Bioindikator
Oleh :
Kelompok III
Siti Rosa Oktavia
Nadia Puspita Maharani
M. Alwi Nugroho
Ulfa
Taufik Ramadhan
M. Abdillah Syahir
Mona Agatha
Adham Panji
Erin Rachman N
Jeannete C
(C24140006)
(C24140018)
(C24140020)
(C24140028)
(C24140041)
(C24140061)
(C24140065)
(C24140090)
(C24140093)
(C24165001)
Latar Belakang
Air merupakan materi yang esensial dalam kehidupan karena semua mahluk hidup di
dunia ini memerlukan air dan mengandung air. Organisme hidup, baik tumbuhan ataupun hewan,
sebagian besar tersusun oleh air. Pada sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% dan dalam sel
hewan terkandung lebih dari 67%. Sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada dipermukaan dan
di dalam tanah, yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia adalah tidak
lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik). Hal tersebut dikarenakan 97% dari air laut, 2,5 % berbentuk
salju abadi yang baru dalam keadaan mencair dapat digunakan (Widiyanti 2004).
Ketersediaan air bersih semakin berkurang seiring dengan perkembangan pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk yang semakin padat menyebabkan rendahnya kemampuan
tanah untuk menyerap air karena perubahan tata guna tanah yang tidak terkendali sebagai
dampak kepadatan penduduk (Bambang 2014). Mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan
standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga,
limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Harmayani 2007).
Perairan baik di dalam sumur, sungai, danau, laut, dan sumber-sumber lainnya
dipengaruhi oleh faktor yang bersifat biotik dan abiotik. Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam
air terdiri dari bakteri, fungi, mikroalga, protozoa, virus, dan sekumpulan hewan ataupun
tumbuhan air lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok mikroba. Keberadaan mikroba dalam
air dapat mendatangkan keuntungan ataupun kerugian (Widiyanti 2004). Air sumur kini banyak
yang mengalami pencemaran akibat rembesan dari tangki septik maupun permukaan, sehingga
rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri coliform.
Salah satu indikator pencemaran mikroba adalah keberadaan baketri coliform. Bakteri
coliform ada yang bersifat patogen yaitu bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Bakteri
coliform masuk kedalam famili Enterobacteriaceae yang mempunyai 14 genus (Waluyo 2007
dalam Taruraja 2010). Bakteri coliform yang ada dalam air dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok fecal (E. Coli) dan non fecal (Enterobacter aerogenus). Bakteri coliform merupakan
indikator kontaminasi lingkungan atau sanitasi yang kurang baik, sedangkan E. coli sebagai
indikator kontaminasi tinja dari manusia dan hewan berdarah panas (Taruraja 2010).
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah menguji adanya cemaran bakteri coliform
serta mengidentifikasi bakteri Eschercia coli pada air sumur Babakan Lio
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung durham untuk melihat
apakah terdapat gelembung atau tidak. Pipet untuk memipet sampel dan bahan lainnya, tabung
reaksi untuk meletakkan sampel, botol sampel untuk wadah saat mengambil air sampel, label
untuk memberikan tanda pada sampel, pembakar bunsen untuk mensterilkan alat-alat yang
digunakan, rak tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi, lemari pendingin untuk
menyimpan pengencer, inkubator untuk inkubasi, oven, dan auto clave. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam pengujian coliform yaitu air sampel (air sumur Balio), alkohol, LBT
(pengencer), BGLBB, dan E.coli medium.
Prosedur Kerja
Metode yang digunakan dalam analisis coliform ini adalah metode MPN (Most Probable
Number) yaitu metode yang memiliki dua tahap berupa tahap pendugaan dan tahap uji
penegasan. Pada tahap pendugaan digunakan media LTB (Lauryl Tryptose Broth) sebagai
Pengencer. Sebelum proses dimulai dilakukan pemberian label keterangan terlebih dahulu pada
masing-masing tabung. Sampel diambil dengan menggunakan pipet sebanyak 1 ml untuk
pengenceran 100, 0.1 ml untuk pengenceran 10-1 pada masing-masing tabung reaksi. Sampel
diambil 0.1 ml kemudian dilakukan pengenceran menggunakan 9 ml garam fisiologis. Kemudian
sampel yang telah diencerkan diambil 1 ml untuk pengenceran 10 -2 dan 0.1 ml untuk
pengenceran 10-3 pada masing-masing tabung reaksi yang didalamnya terdapat tabung durham
serta larutan pengencer. Sebelum sampel dimasukan cek terlebih dahulu apakah tabung durham
terdapat gelembung gas atau tidak, jika ada maka dilakukan pembalikan sampai gelembung
hilang. Kemudian semua tabung reaksi disatukan dan dilakukan inkubasi selama 2 kali 24 jam.
Setelah 2 hari atau 2 kali 24 jam dilakukan tahap penegasan yaitu melihat apakah tabung
durham terdapat gelembung gas atau tidak serta melihat warna sampelnya. Jika sampel keruh dan
terdapat gelembung maka itu menunjukan positif terdapat coliform. Jika warna sampel bening
dan terdapat gelembung maka itu negatif karena hal tersebut dikarenakan saat memasukan air
sampel sudah terdapat gelembung pada tabung durham. Diambil 3 sampel pengenceran yang
positif, kemudian dicocokkan nilainya dengan tabel MPN. Tabel tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri coliform dalam 100 ml sampel air.
Analisis Data
Menurut Widiyanti (2004) bahwa pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang
menghasilkan gas dan asam atau keruh (3 seri pertama, kedua, dan ketiga), hasil positif tersebut
dibandingkan dengan tabel MPN sehingga didapatkan hasil jumlah bakteri coliform dengan
rumus sebagai berikut:
MPN tabel MPN
10
=
x
100 ml
100 ml
Volume pengenceran
TINJAUAN PUSTAKA
group) sudah lama digunakan sebagai indikator untuk mengetahui adanya pengotoran air. Reaksi
dan pembenihan (kultur) dari golongan coliform telah dipelajari secara luas. Percobaanpercobaan memperlihatkan pentingnya kepekaan dari golongan coli sebagai kriteria dari derajat
pengotoran yang ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan bakteriologi. Kemajuan-kemajuan dalam
teknik pemeriksaan bakteriologi, meningkatkan pula kepekaan dari pemeriksaan golongan coli
dengan cara peragian dengan tabung, sehingga cara ini dapat diterima sebagai metode standar.
Hasil pemeriksaan golongan coli dengan sistem tabung dinyatakan dengan indeks MPN (Most
Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat). Indeks ini merupakan indeks dari
jumlah kuman golongan coli yang paling mungkin, dan bukan perhitungan yang sesungguhnya.
Walaupun begitu, hasil ini memberikan angka yang dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas
air (Widjowati dan Harijoto, 1977).
Selanjutnya penentuan nilai MPN/100 ml air menggunakan rumus berikut:
MPN=
Tabel MPN 10
x
100 ml
v
dengan tabung reaksi tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding tabung reaksi. Berfungsi
untuk menampung hasil fermentasi mikroorganisme berupa gas. berupa gelembung udara.
Tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di
dalam tabung durham.
Media BGLB (Brilliant Green Bile Broth):
Media yang digunakan untuk mendeteksi bakteri coliform (Gram negatif) di dalam air,
makanan, dan produk lainnya. Media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dan menggiatkan pertumbuhan bakteri coliform. Ada atau tidaknya bakteri coliform ditandai
dengan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri
golongan coli (fardias, 1989).
Pendugaan
Jumlah Tabung +
(LTB)
0
3
0
0
Penegasan
Jumlah Tambung +
Jumlah Tabung +
(EC)
(BGLBB)
1
0
3
0
0
0
1
1
1 koloni/100 ml
0,0018 koloni/100 ml
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa hasil analisis bakteri coliform pada uji
pendugaan menunjukkan nilai kombinasi 0-3-0. Setelah uji pendugaan, kemudian dilakukan uji
penegasan. Uji penegasan dilakukan dengan media EC nilainya sebesar 1-3-1. Uji penegasan
juga dilakukan dengan media BGLBB nilainya sebesar 0-0-1.
Pembahasan
Pencemaran perairan dapat diukur dengan beberapa parameter, salah satunya parameter
biologi. Indikator parameter biologi menggunakan coliform. Bakteri coliform adalah bakteri
yang dapat memfermentasi laktosa pada suhu 35C-37C dalam waktu 24-48 jam. Bakteri
coliform dapat dibagi menjadi total coliform dan fecal coliform. Total coliform tidak bersifat
patogen, sedangkan fecal coliform bersifat patogen. Fecal coliform yang biasanya berbahaya dan
dapat menimbulkan penyakit.
Uji coliform dapat menggunakan metode MPN (Most Propable Number) yang dilakukan
dengan dua tahap, yaitu uji pendugaan dan uji penegasan. Uji pendugaan menggunakan media
Lactose Broth (LTB) didapatkan hasil sebesar 0-3-0. Angka tersebut didapat dari banyaknya
tabung yang menghasilkan gelembung pada tabung Durham. Berdasarkan hasil tersebut,
mengindikasikan
adanya
coliform
pada
sampel
air
sumur
Babakan
Lio.
Setelah itu, dilakukan uji penegasan. Uji penegasan berfungsi untuk meyakinkan hasil
positif yang ada pada uji pendugaan. Uji pendugaan dilakukan pada dua media yaitu, BGLBB
(Brillian Green Lactose Bilebroth) untuk mendeteksi total coliform dan media EC untuk
mendeteksi fecal coliform, yaitu bakteri Escherichia coli. Hasil yang didapatkan dari BGLBB
adalah 0-0-1 sehingga diinidikasikan terdapat total coliform . Hasil yang didapatkan dari EC
adalah 1-3-1 sehingga positif terdapat fecal coliform. Hasil akhir yang diperoleh dengan
menggunakan tabel MPN, jumlah total coliform adalah 0,0018 per 100 ml. Karena jumlahnya
sangat kecil maka dapat diasumsikan tidak terdapat bakteri total coliform. Hasil akhir yang
diperoleh dengan menggunakan tabel MPN, jumlah fecal coliform adalah
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup khususnya sebagai air minum, namun air juga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan
terhadap si pemakai khususnya diare. Oleh karena itu, air harus bebas dari pencemaran dan
memenuhi tingkat kualitas tertentu sesuai dengan kebutuhan kadar di dalam tubuh manusia
(Sutrisno 1996 dalam Sunarti 2015). Banyaknya air yang diperlukan tubuh tergantung pada
situasi dan kondisinya setiap hari dipengaruhi oleh suhu udara dan intensitas gerak (Rismunandar
1994).
Air yang aman diminum adalah air bersih yang harus memenuhi persyaratan secara
fisika, kimia, dan mikrobiologi. Secara mikrobiologi, salah satu syarat air bersih yang dapat
dikonsumsi adalah tidak ditemukannya Escherichia coli dalam 100 mL (Afif et al. 2015). Hal ini
mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, yang menyatakan bahwa pengawasan kualitas air
minum harus dilakukan setiap bulan sekali dan kualitas air minumnya harus memenuhi syarat
kesehatan. Air minum yang layak untuk dikonsumsi tidak boleh mengandung bakteri coliform
dan bakteri pathogen termasuk Escherichia coli, Salmonella dan Clostridium perfringens dan
Pseudomonas aeruginosa.
DAFTAR PUSTAKA
Afif F, Erly, Endrinaldi. 2015. Identifikasi bakteri Escherichia coli pada air minum yang
diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Padang Selatan. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4(2): 376-380.
Bambang AG, Fatimawali, dan Kojong NS. 2014. Analisis cemaran bakteri coliform dan
identifikasi Escherchia coli pada air isi ulang dari depot di Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 3 (3) : 325-334.
Harmayani KD dan Konsukartha IGM. 2007. Pencemaran air tanah akibat pembuangan limbah
domestik di lingkungan kumuh. Jurnal Pemukiman. 5 (2) :62-108.
PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Rismunandar. 1994. Fungsi Air dalam Kehidupan dan Kegunaannya Bagi Pertanian. Bandung
(ID): Sinar Baru Press.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Taruraja T dan Mogea R. 2010. Bakteri coliform di Perairan Teluk Doreri, Manokwari aspek
pencemaran laut dan indikasi species. Ilmu Kelautan. 15 (1) : 47-52.
Widiyanti NLPM dan Ristiati NP. 2004. Analisis kualitatif bakteri koliform pada depo air minum
isi ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3 (1) : 64-73.