Oleh:
I Wayan Budi(1406305042)
memberikan responnya. Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya
kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang
akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi
khususnya psikologi kognitif, antropologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan.
Banyak bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang
akuntansi keperilakuan. Dua jurnal terkenal, yaitu Behavioral Research in Accounting
(BRIA) dan Auditing: A Journal of Practice & Theory, sangat mempengaruhi perkembangan
akuntansi keperilakuan sampai saat ini.
Akuntansi keperilakuan merupakan cabang ilmu akuntansi yang mempelajari hubungan
antara perilaku manusia dengan sistem informasi akuntansi. Istilah sistem informasi
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti luas meliputi seluruh desain alat pengendalian
manajemen yang meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi
pertanggungjawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain
kolektibilitas biaya, penilaian kinerja, serta laporan keuangan.
Secara lebih terperinci ruang llingkup akuntansi keperilakuan meliputi:
- Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan
penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi; apakah desai sistem pengendalian
-
aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.
3. Perspektif pada Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, dan Psikologi Sosial
Tiga bahasan pokok yang juga banyak berkontribusi terhadap khasanah ilmu keperilakuan
adalah psikologi, sosiologi, dan psikologi social. Semua menggambarkan dan menjelaskan
mengenai perilaku manusia. Namun ketiganya berbeda dari segi perspektif terhadap perilaku
manusia. Psikologi secara khusus membahas bagaimana individu berperilaku, focus pada
aksi manusia itu sendiri sebagai respon untuk menstimuli lingkungan mereka.
Sosiologi dan psikologi social, dilain sisi, focus pada kelompok, atau social, perilaku.
Keduanya menekankan pada interaksi antara individu, bukan pada stimuli fisikal. Perilaku
menjelaskan pada hubungan social, pengaruh social, dan kelompok yang dinamis. Percobaan
dibuat untuk memahami bagaimana bagaimana individu berpikir, merasa, dan aksi yang
dipengaruhi oleh imajinasi, atau kehadiran orang lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk kebutuhan
individual dan motivasi-motivasi, tekanan kelompok, permintaan organisasional, sejarah
personal, latar belakang yang unik dari individu-individu, konfli dari dalam dan luar
organisasi, waktu permintaan, tanggungjawab personal dan social, dan seterusnya.
2.
3.
Aspek pengendalian sangat penting dalam organisasi. Semakin besar organisasi, memerlukan
tindakan pengendalian yang semakin intensif. Pengendalian selalu dihubungkan dengan
pengukuran kinerja dan adaptasi individu terhadap pengendalian. Dimensi penting dalam
pengendalian adalah struktur organisasi, pengendalian internal, desentralisasi-sentralisasi,
dan hubungan antara dan antarhirarki administrasi. Perkembangan terbaru dalam
pengendalian internal adalah diakuinya lingkungan pengendalian sebagai salah satu kunci
(key succes factor) dalam mengendalikan operasional organisasi.
Lingkungan pengendalian melibatkan banyak aspek keperilakuan di dalamnya.
Lingkungan pengendalian berada pada level dasar dan merupakan prasyarat dari komponenkomponen lainnya. Dengan kata lain, kalau lingkungan pengendalian dapat berjalan baik dan
sehat, maka akan mempermudah pelaksanaan komponen yang lainnya. Tiap organisasi, baik
besar maupun kecil, harus mempunyai lingkungan pengendalian yang kondusif dengan
pengembangan
organisasi.
Lingkungan
pengendalian
yang
tidak
sehat
seringkali
perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari
suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan serta
cita-cita individu yang saling berhubungan dalam organisasi. Para akuntan keperilakuan
memusatkan perhatian mereka pada hubungan antara perilaku dan sistem akuntansi. Mereka
menyadari proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian ekonomi makro
yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi itu sendiri, serta dari beberapa faktor
yang dapat memengaruhi perilaku, yang pada gilirannya secara bersama-sama akan
menentukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi.
Para akuntan keperilakuan melihat kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan
penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan
pelanggan melalui telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka
melakukan pekerjaan itu adalah untuk kelangsungan hidup organisasi. Para akuntan
keperilakuan juga menyadari bahwa mereka bebas mendesain sistem informasi untuk
memengaruhi motivasi, semangat dan produktivitas karyawan. Tanggung jawab mereka
menjangkau ke luar pengumpulan dan pengukuran data yang sederhana untuk mencakup
persepsi dan penggunaan laporan akuntansi oleh orang lain. Akuntan keperilakuan percaya
bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah memengaruhi perilaku dalam rangka
memotivasi dilakukannya tindakan yang diinginkan. Sebagai contoh, keberhasilan suatu
perusahaan dalam merundingkan kerja sama dengan kelompok organisasi lainnya sangat
ditentukan oleh apakah orang-orang di organisasi tersebut atau malah ke arah yang
berlawanan. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena bentuk da nisi dari laporan anggaran
telah melemahkan produktivitas karyawan sehingga orang-orang pada akhirny tidak dapat
bekerja sama. Mereka mungkin bahkan menciptakan konflik internal dan memprakarsai
kepuasan individu. Pengenalan hubungan timbal balik antara alat akuntansi dan perilaku
telah memunculkan modifikasi atas definisi akuntansi konvensional. Definisi akuntansi
terbaru dalam lingkaran profesional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data
ekonomi untuk berbagai pengambilan keputusan serta sasaran hasil keperilakuan lainnya.
3. Dimensi Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti
mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain,
konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi
keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system
akuntansi, mencerminkan dimensi social dan budaya manusia dalam suatu organisasi.
Bernard Berelson dan GA. Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai
definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan secara langsung
dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan,
yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.
Sumber :
Akuntansi Keperilakuan, Penulis: Dr.I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si, Halaman: 1-3.