Anda di halaman 1dari 8

RMK SAP 2

TINJAUAN TERHADAP ILMU KEPERILAKUAN:


DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI

Oleh:

I Wayan Budi(1406305042)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2016

1. Akuntansi Keperilakuan Secara Umum


1. Ilmu Keperilakuan
American Accounting Associations Committees berdasarkan pada Behavioral Science
Content of the Accounting Curriculum mengembangkan lingkup dan definisi dari Ilmu
Keperilakuan sebagai berikut.
Istilah ilmu keperilakuan adalah penemuan yang relatif baru. Konsep tersebut begitu luas
sehingga lingkup dan isinya lebih baik digambarkan dari awal. Ilmu keperilakuan mencakup
bidang riset apa pun yang mempelajari, baik melalui metode eksperimentasi maupun
observasi, perilaku manusia dalam lingkungan fisik maupun sosial.
Agar dapat dianggap sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, riset tersebut harus
memenuhi dua kriteria dasar. Pertama, riset tersebut harus berkaitan dengan perilaku
manusia. Kedua, riset tersebut harus dilakukan secara ilmiah. Hal ini berarti harus ada
suatu usaha sistematis untuk menggambarkan, menghubungkan, menjelaskan, dan dengan
demikian memprediksikan sekelompok fenomena, yaitu kebiasaan yang mendasari perilaku
manusia harus dapat di observasi atau mengarah pada dampak yang dapat diobservasi.
2. Definisi Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari
organisasi di mana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.
Dengan demikian, definisi akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku
akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan.
Akuntansi keperilakuan menekankan pada pertimbangan dan pengambilan keputusan
akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi akuntansi (misalnya partisipasi penganggaran,
keketatan anggaran, dan karakter sistem informasi) dan fungsi auditing terhadap perilaku,
misalnya pertimbangan (judgment) dan pengambilan keputusan auditor dan kualitas
pertimbangan dan keputusan auditor, dan pengaruh dari keluaran dari fungsi-fungsi akuntansi
berupa laporan keuangan terhadap pertimbangan pemakai dan pengambilan keputusan.
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari
organisasi di mana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.
Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya sistem informasi akuntansi. Keberhasilan
suatu sistem informasi akuntansi tidak lepas dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang

memberikan responnya. Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya
kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang
akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi
khususnya psikologi kognitif, antropologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan.
Banyak bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang
akuntansi keperilakuan. Dua jurnal terkenal, yaitu Behavioral Research in Accounting
(BRIA) dan Auditing: A Journal of Practice & Theory, sangat mempengaruhi perkembangan
akuntansi keperilakuan sampai saat ini.
Akuntansi keperilakuan merupakan cabang ilmu akuntansi yang mempelajari hubungan
antara perilaku manusia dengan sistem informasi akuntansi. Istilah sistem informasi
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti luas meliputi seluruh desain alat pengendalian
manajemen yang meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi
pertanggungjawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain
kolektibilitas biaya, penilaian kinerja, serta laporan keuangan.
Secara lebih terperinci ruang llingkup akuntansi keperilakuan meliputi:
- Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan
penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi; apakah desai sistem pengendalian
-

akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak.


Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku manusia, yang
berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi kinerja, motivasi, produktivitas,

pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.


Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk
mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah
freezing (membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan sistem.
Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai pada

aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.
3. Perspektif pada Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, dan Psikologi Sosial
Tiga bahasan pokok yang juga banyak berkontribusi terhadap khasanah ilmu keperilakuan
adalah psikologi, sosiologi, dan psikologi social. Semua menggambarkan dan menjelaskan
mengenai perilaku manusia. Namun ketiganya berbeda dari segi perspektif terhadap perilaku

manusia. Psikologi secara khusus membahas bagaimana individu berperilaku, focus pada
aksi manusia itu sendiri sebagai respon untuk menstimuli lingkungan mereka.
Sosiologi dan psikologi social, dilain sisi, focus pada kelompok, atau social, perilaku.
Keduanya menekankan pada interaksi antara individu, bukan pada stimuli fisikal. Perilaku
menjelaskan pada hubungan social, pengaruh social, dan kelompok yang dinamis. Percobaan
dibuat untuk memahami bagaimana bagaimana individu berpikir, merasa, dan aksi yang
dipengaruhi oleh imajinasi, atau kehadiran orang lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk kebutuhan
individual dan motivasi-motivasi, tekanan kelompok, permintaan organisasional, sejarah
personal, latar belakang yang unik dari individu-individu, konfli dari dalam dan luar
organisasi, waktu permintaan, tanggungjawab personal dan social, dan seterusnya.

2.

Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi?


Berdasarkan pengalaman, banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu
pemahaman yang lebih dari sekadar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun
harus diakui bahwa banyak system akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan
manusia yang tidak terhitung, bahkan penggunaan dan penerimaan seluruh system akuntansi
terkadang dapat menjadi meragukan. Para manajer terbiasa bebas untuk memanipulasi
laporan informasi system akuntansi.
Pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut pandang
hasil laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih luas terhadap
efektivitas organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat menimbulkan pembatasan yang
tidak diinginkan terhadap inisiatif manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu
sendiri jika semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang lebih luas.
Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan dalam
mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung
jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung jawab
tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan tertentu. Dalam
organisasi, masing-masing mempunyai tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut. Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala
individu memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.

3.

Aspek, Ruang Lingkup dan Sasaran Hasil dari Akuntansi Keperilakuan

1. Aspek Akuntansi Keperilakuan


Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek penting dalam akuntansi keperilakuan,
yaitu:
a. Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajerial
Teori organisasi modern mempunyai perhatian dalam menjelaskan perilaku komponen entitas
perusahaan sebagai dasar untuk memahami tindakan dan motif-motif mereka. Teori
organisasi modern memandang adanya interaksi antarelemen organisasi untuk mendukung
tujuan organisasi. Organisasi adalah sebuah entitas yang lengkap.
Secara lebih spesifik, teori organisasi modern berkonsentrasi pada perilaku pengarahan
tujuan organisasi, motivasi, dan karakteristik penyelesaian masalah. Tujuan organisasi
dipandang sebagai hasil dari proses mempengaruhi dalam organisasi, penentuan batas-batas
dalam pengambilan keputusan, dan peranan dari pengendalian internal yang diciptakan oleh
organisasi. Motivasi dipandang sebagai salah satu penentu kinerja. Faktor-faktor lainnya
adalah kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Namun demikian, hubungan antara
kepuasan kerja dan komitmen organisasional terkadang bersifat resiprokal, yaitu hubungan
yang bersifat timbal balik. Dalam suatu situasi dan kondisi tertentu komitmen organisasional
mempengaruhi kepuasan kerja, dan pada situasi dan kondisi yang berbeda kepuasan kerja
mempengaruhi komitmen organisasional.
b. Penganggaran dan Perencanaan
Fokus dari area ini adalah formulasi tujuan organsiasi dan interaksi perilaku individu.
Beberapa dimensi penting dalam area ini adalah proses partisipasi penganggaran, level
kesulitan dalam pencapaian tujuan, level aspirasi, dan adanya konflik antara tujuan individual
dengan tujuan organisasi. Keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan organisasi
menjadi rerangka manajerial mengembangkan organsasi. Dua isu penting dalam bidang
penganggaran dan perencanaan adalah organizational slack dan budgetary slack.
c. Pengambilan Keputusan
Fokus dalam bidang ini adalah teori-teori dan model-model tentang pengambilan keputusan.
Ada teori normatif, paradoks, dan model deskriptif dalam pengambilan keputusan. Teori
normatif adalah bagaimana seharusnya orang mengambil keputusan. Paradoks adalah sesuatu
yang bertentangan dengan teori normatif, sedangkan model deskriptif menjelaskan apa yang
terjadi ketika orang mengambil keputusan berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada. Apa
informasi (subject matter) yang digunakan untuk pengambilan keputusan? Informasi yang
digunakan tetaplah informasi akuntansi.
d. Pengendalian

Aspek pengendalian sangat penting dalam organisasi. Semakin besar organisasi, memerlukan
tindakan pengendalian yang semakin intensif. Pengendalian selalu dihubungkan dengan
pengukuran kinerja dan adaptasi individu terhadap pengendalian. Dimensi penting dalam
pengendalian adalah struktur organisasi, pengendalian internal, desentralisasi-sentralisasi,
dan hubungan antara dan antarhirarki administrasi. Perkembangan terbaru dalam
pengendalian internal adalah diakuinya lingkungan pengendalian sebagai salah satu kunci
(key succes factor) dalam mengendalikan operasional organisasi.
Lingkungan pengendalian melibatkan banyak aspek keperilakuan di dalamnya.
Lingkungan pengendalian berada pada level dasar dan merupakan prasyarat dari komponenkomponen lainnya. Dengan kata lain, kalau lingkungan pengendalian dapat berjalan baik dan
sehat, maka akan mempermudah pelaksanaan komponen yang lainnya. Tiap organisasi, baik
besar maupun kecil, harus mempunyai lingkungan pengendalian yang kondusif dengan
pengembangan

organisasi.

Lingkungan

pengendalian

yang

tidak

sehat

seringkali

menunjukkan adanya kelemahan dalam komponen pengendalian intern yang lain.


Lingkungan pengendalian merefleksikan sikap dan kesadaran menyeluruh seluruh organisasi
mengenai pentingnya pengendalian intern organisasi.
e. Pelaporan Keuangan
Aspek keperilakuan dalam pelaporan keuangan meliputi perilaku perataan laba dan
keandalan informasi akuntani dan relevansi informasi akuntansi bagi investor. Perataan laba
adalah bagian dari manajemen laba yang disebabkan oleh pihak manajemen mempunyai
informasi privat untuk kepentingan dirinya. Manajemen laba intinya adalah masalah
keperilakuan, yaitu perilaku manajemen yang mementingkan dirinya sendiri dalam suatu
pola keagenan. Ruang lingkup manajemen laba termasuk didalamnya adalah pemilihan
metode akuntansi, estimasi, klarifikasi, dan format yang digunakan dalam pengungkapan
bersifat wajib. Yang perlu diperhatikan di sini adalah antara format/bentuk sama pentingnya
dengan isi yang disajikan/yang dilaporkan. Orang bisa terpengaruh dengan perbedaan format,
padahal memiliki isi yang sama.
2. Lingkup dan Sasaran Hasil dari Akuntansi Keperilakuan
Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran pendapatan dan biaya dan
mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksikan masa depan.
Mereka mengabaikan fakta bahwa konerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku
manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan memengaruhi

perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari
suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan serta
cita-cita individu yang saling berhubungan dalam organisasi. Para akuntan keperilakuan
memusatkan perhatian mereka pada hubungan antara perilaku dan sistem akuntansi. Mereka
menyadari proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian ekonomi makro
yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi itu sendiri, serta dari beberapa faktor
yang dapat memengaruhi perilaku, yang pada gilirannya secara bersama-sama akan
menentukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi.
Para akuntan keperilakuan melihat kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan
penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan
pelanggan melalui telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka
melakukan pekerjaan itu adalah untuk kelangsungan hidup organisasi. Para akuntan
keperilakuan juga menyadari bahwa mereka bebas mendesain sistem informasi untuk
memengaruhi motivasi, semangat dan produktivitas karyawan. Tanggung jawab mereka
menjangkau ke luar pengumpulan dan pengukuran data yang sederhana untuk mencakup
persepsi dan penggunaan laporan akuntansi oleh orang lain. Akuntan keperilakuan percaya
bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah memengaruhi perilaku dalam rangka
memotivasi dilakukannya tindakan yang diinginkan. Sebagai contoh, keberhasilan suatu
perusahaan dalam merundingkan kerja sama dengan kelompok organisasi lainnya sangat
ditentukan oleh apakah orang-orang di organisasi tersebut atau malah ke arah yang
berlawanan. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena bentuk da nisi dari laporan anggaran
telah melemahkan produktivitas karyawan sehingga orang-orang pada akhirny tidak dapat
bekerja sama. Mereka mungkin bahkan menciptakan konflik internal dan memprakarsai
kepuasan individu. Pengenalan hubungan timbal balik antara alat akuntansi dan perilaku
telah memunculkan modifikasi atas definisi akuntansi konvensional. Definisi akuntansi
terbaru dalam lingkaran profesional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data
ekonomi untuk berbagai pengambilan keputusan serta sasaran hasil keperilakuan lainnya.
3. Dimensi Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti
mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain,

konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi
keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system
akuntansi, mencerminkan dimensi social dan budaya manusia dalam suatu organisasi.
Bernard Berelson dan GA. Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai
definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan secara langsung
dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan,
yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.
Sumber :

Akuntansi Keperilakuan, Penulis: Dr.I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si, Halaman: 1-3.

Indo Skripsi, Akuntansi Keperilakuan


(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/akuntansi/akuntansikeperilakuan, diakses pada 15 September 2016)

Keuangan LSM, Definisi dan Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan


(http://keuanganlsm.com/definisi-dan-ruang-lingkup-akuntansi-keperilakuan/, diakses
pada 15 September 2016)

Keuangan LSM, Aspek- Aspek Penting dalam Akuntansi Keperilakuan

Anda mungkin juga menyukai