Anda di halaman 1dari 70

PENGETAHUAN FARMASI RUMAH SAKIT

A. UMUM
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang antara lain
dapat dicapai dengan penggunaan obat-obatan yang rasional dan berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat (Siregar, 2004).
Biaya yang diserap untuk penggunaan obat merupakan komponen terbesar
dari pengeluaran rumahsakit. Dibanyak Negara berkembang belanja obat di
rumah sakit dadat menyerap sekitar 40-50% dari biaya keseluruhan rumah sakit.
Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar tentunay harus dikelola dengan
efektif dan efisien, hal ini perlu dilakukan mengingat dana kebutuhan obat di
rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.
Kondisi diatas tentunya harus disikapi dengan baik-baik. Saat ini pada
tataran global telah dirintis prongram Good Governance In Pharmaceutical
Sector atau lebih di kenal dengan tata kelola obat yang baik si Sektor Farmasi.
Indonesia termasuk salah satu Negara yang berpartisipasi dalam program ini
bersama 19 negara lainnya. Pemikiran tentang perlunya tatkelola obat yang baik
disektor farmasi berkembang mengingat banyaknya praktek illegal di lingkungan
kefarmasian mulai dari clinical trial, riser dan pengadaan , registrasi, pendaftaran,
paten, produksi, penetapan harga, pengadaan, seleksi, distribusi dan trasportasi.
Bentuk intransparansi dibidang farmasi antara lain : pemalsuan data keamanan

dan enyufikasi, penyuapan, kolosi, donasi, promo yang tidak etis maupun
tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan obat.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah bagian dari rumah sakit yang
bertugas menyelenggarakan, mengkooadinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanaan pembinaan teknis
kefarmasian di rumah sakit, sedangkan Komite Farmasi dan Terapi adalah
bagian yang bertanggung jawab tentang penyusunan formularium rumah sakit
dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukam tenaga professional
dibidang tersebut. Untuk menyiapkan tenaga professional tersebut diperlukan
berbagai masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang tepat
digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah IFRS.
Mengingat pentingnya pelayanan farmasi di rumah sakit, maka calon
apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit,
khususnya Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program
Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit.

B. PENGELOLAAN PEMBEKALAN FARMASI RUMAH SAKIT


Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak
untuk hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya
termasuk di dalamnya mendapat makanan, pakaian, dan pelayanan kesehatan
serta pelayanan sosial lain yang diperlukan.
Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan
dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang.
Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan
pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang kesehatan. Salah satu sarana kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan adalah rumah sakit (Sheina,2010).

Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan/produksi,
penerimaan, pendistribusian, pengawasan, pemeliharaan, penghapusan,
pemantauan, administrasi, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yaitu agar tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu dalam
jumlah dan pada saat yang tepat sesuai spesifikasi dan fungsi yang ditetapkan
oleh panitia farmasi dan terapi secara berdaya guna dan berhasil guna
(Quick,1997).
Pengelolaan obat oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) mempunyai
peran penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit, oleh
karena itu pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap penyimpanan
akan berpengaruh terhadap peran rumah sakit secara keseluruhan
(Sheina,2010).

C. PERENCANAAN DAN SELEKSI


1. Anggaran obat
Menurut Gomes, anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk
mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber pendapatan
yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari
aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan
dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut
atau untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Mulyadi, anggaran merupakan suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Menurut Supriyono, penganggaran merupakan perencanaan keuangan
perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan)
keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang (Anonim,2012).

Jadi, anggaran obat adalah suatu perencanaan yang disusun


berdasarkan kebutuhan obat yang akan diadakan dalam suatu instalasi
farmasi (Anonim,2012).
2. Sistim dan perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis,
jumlah dan harga sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran dalam rangka pengadaan untuk menghindari
kekosongan obat dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar pelaksanaan yang telah ditentukan. Perencanaan berpedoman
pada DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), formularium RS, standart terapi
RS, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus
penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu dan rencana
pengembangan (Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan
jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1). Metode perencanaan
Ada tiga jenis metode perencanaan yaitu konsumsi, epidemiologi, dan
kombinasi keduanya yang disesuaikan dengan anggaran setempat.
Perencanaan dengan metode konsumsi dilakukan berdasarkan data
penggunaan obat diwaktu yang lalu, sedangkan metode epidemiologi
dilakukan berdasarkan data tingkat kejadian penyakit dan standart
pengobatan untuk penyakit tersebut. Data penggunaan obat waktu yang lalu
untuk metode konsumsi harus akurat. Metode konsumsi ini dapat
menyebabkan penggunaan obat yang kurang rasional akan terus terjadi
berbeda dengan halnya metode epidemiologi yaitu mengambil asumsi bahwa
pengobatan disesuaikan dengan penyakit yang ada atau terjadi pada saat
tertentu (Siregar,2004).

Perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan


mempertimbangkan dana yang tersedia. Untuk mencapai efisiensi dalam
penyusunan daftar kebutuhan obat digunakan gabungan dua cara analisis,
yaitu analisis VEN dan ABC (Paretto). Analisis VEN mengelompokan obat
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk pengobatan pasien. Pembagian
VEN adalah sebagai berikut :
a.

Kategori V adalah obat vital dengan jumlah sedikit tetapi harus selalu

disediakan untuk menyelamatkan jiwa pasien


b.

(life-saving drug), misalnya insulin, heparin, adrenalin, atropin sulfat,

albumin dan obat-obat pelayanan kesehatan standar, misalnya serum antibisa


ular.
c.

Kategori E adalah obat esensial yang umum digunakan dalam

pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya obat jantung, obat hipertensi,


obat diabetes.
d.

Kategori N adalah obat non-esensial yang boleh disediakan atau boleh

tidak disediakan karena tidak membahayakan nyawa bila tidak tersedia,


misalnya food suplement dan vitamin (Quick,1997).
Analisis ABC/Paretto mengelompokkan obat berdasarkan volume and value
of consumption obat, yaitu sebagai berikut:
a.

Kelompok A adalah obat yang berharga mahal dan sering ditulis

dengan resep dokter, menyerap dana sebesar 80% dari total dana dengan
jumlah item 20% dari total item obat yang ada.
b.

Kelompok B adalah obat yang dibutuhkan dalam banyak kasus dan

sering keluar, menyerap dana sebesar 15% dari total dana dengan jumlah
item 60% total item obat yang ada.
c.

Kelompok C adalah kelompok obat yang hanya sebagai suplemen saja.

Menyerap dana sebesar 5% dari total dana dengan jumlah item 20% total
item obat yang ada (Quick,1997).

2). Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui:
a.

Pembelian

b.

Produksi atau pembuatan sediaan farmasi

c.

Sumbangan/drooping atau hibah


Pembelian dengan penawaran yang kompetitif( tender) merupakan

suatu metode penting untuk mencapau keseimbangan yang tepat antara


mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus
mendasarkan pada criteria mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai
syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat
dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan.
Tujuan pengadaaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi
dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu berlebihan.
3). Pembelian
Pembelian adalah rengakain proses pengadaan unutuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Hal ini sesuai dengan peraturan presiden RI no 94 tahun
2007 tentang pengendalian dan pengawasan atas pengadaan dan
penyaluran bahan obat, obat spesifik dan alat kesehatan yang berfungsi
sebagai obat dan peraturan presiden RI no 95 tahun 2007 tentang perubahan
ketujuh atas keputusan presiden no 80 tahun 2003 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah.
Ada 4 metode pada proses pembelian :
a.

Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai
dengan criteria yang telah ditentukan.

b.

Tender terbatas, sering disebutkan lelang tertutup. Hanya dilakukan pada


rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik

c.

Pembelian dengan tawar-menawar, dilakukan bila item tidak penting,


tidak banyak, dan biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk item
tertentu

d. Pembelian langsung, pembeli jumlah kecil, perlu segera tersedia. Harga


tertentu, relative agak lebih mahal.

4). Produksi
Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan kegiatan
membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril
atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Kriteria perbekalan farmasi yang di prosuksi :
a.

Sediaan farmasi dengan formula khusus

b.

Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga lebih


murah

c.

Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali

d.

Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran

e.

Sedian farmasi untuk penelitian

f.

Sediaan nutrisi parenteral

g.

Rekonstotusi sediaan perbekalan farmasi sitostasika

h.

Sediaan farmasi yang harus selalu di buat baru

4). Sumbangan /hibah/droping

Pada prinsipn pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/ sumbangan,


mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi regular. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan
disaat situasi normal. (Depkes RI,2008)

5). Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dulakukan oleh petugas yang
bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih
baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat
penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan harus ada tenaga
farmasi.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu
kedatangan
Perbekalan farmasi yang di terima harus sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penerimaan :
1.

Harus mempunyai Material, Safety, Data, Sheet(MSDS), untuk bahan


berbahaya.

2.

Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai serticate of origin.

3.

Sertifikat analisa produk (Depkes RI,2008)

5).

Penyimpanan
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan farmasi

dan alat kesehatan sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah

mempertahankan kondisi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang disimpan


agar tetap stabil sampai ke tangan pasien (Siregar,2004).
Tujuan penyimpanan adalah :
a.

Memelihara mutu sediaan farmasi

b.

Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

c.

Menjaga ketersediaan

d.

Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI,2008)


Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat dihindari

dengan pengaturan sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt out (FEFO)
dan fisrt in fisrt out (FIFO). Sistem FEFO adalah dimana obat yang memiliki
waktu kadaluwarsa lebih pendek keluar terlebih dahulu, sedangkan dalam
sistem FIFO obat yang pertama kali masuk adalah obat yang pertama kali
keluar (Quick,1997).
Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi
penyimpanan masing-masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud
antara lain adalah temperatur/suhu sekitar 20-250C, kelembaban dan atau
paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang digunakan dapat berupa ruang
atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci, lemari es, freezer, atau
ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat atau karakteristik
masing-masing obat (Siregar,2004).
Pengaturan obat digudang dapat dikelompokkan dengan 7 cara yaitu
berdasarkan :
1)

Kelompok farmakologi/terapeutik

2)

Indikasi klinik

3)

Kelompok alphabetis

4)

Tingkat penggunaan

5)

Bentuk sediaan

6)

Random bin

7)

Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang

sebaiknya disimpan dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap


terlindung dari kerusakan (Siregar,2004).
Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan narkotika
disebutkan bahwa RS harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika, dimana tempat tersebut harus seluruhnya terbuat dari kayu atau
bahan lain yang kuat, selain itu tempat penyimpanan narkotika tersebut harus
mempunyai kunci yang kuat dan tempat penyimpanan terbagi menjadi 2
bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan.

6). Distribusi
a.

Distribusi rawat inap


Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu

tugas utama pelayanan farmasi dirumah sakit. Distribusi memegang peranan


penting dalam penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diperlukan ke unit-unit disetiap bagian farmasi rumah sakit termasuk kepada
pasien. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah berkembangnya suatu
proses yang menjamin pemberian sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
benar dan tepat kepada pasien, sesuai dengan yang tertulis pada resep atau
kartu obat atau Kartu Instruksi Obat (KIO) serta dilengkapi dengan informasi
yang cukup (Quick,1997).
Tujuan pendistribusian : tersedianya perbekalan farmasi diunit-unit
pelayanan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah (Depkes RI,2008)
Farmasi rawat inap menjalankan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi
untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di RS, yang diselenggarakan
secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan

lengkap diruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem
kombinasi oleh satelit farmasi.
Ada tiga macam sistem pendistribusian rawat inap, yaitu:
a)

Sistem persediaan lengkap (Floor stock system), meliputi semua

persediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan diruangan. Pelayanan


dalam sistem persediaan ruangan salah satu adalah penyediaan emergency
kit (kotak obat darurat) yang digunakan untuk keperluan gawat darurat
(Siregar,2004).
b)

Resep perorangan (individual prescribing) merupakan cara distribusi

obat dan alat kesehatan berdasarkan permintaan dalam resep atau kartu obat
pasien rawat inap. Sistem ini memiliki keuntungan berupa adanya pengkajian
resep pasien oleh apoteker adanya kesempatan interaksi profesional
penggunaan obat lebih terkendali dan mempermudah penagihan biaya obat
pada pasien. Keterbatasannya adalah adanya kemungkinan keterlambatan
obat untuk dapat sampai kepada pasien (siregar dan amalia, 2004).
c)

sistem unit dose dispensing (UDD) didefinisikan sebagai obat yang

disiapkan dan diberikan kepada pasien dalam unit dosis tunggal yang berisi
obat untuk sekali minum. Konsep UDD bukan merupakan inovasi baru dalam
farmasi dan pengobatan. Unit dose dispensing merupakan tanggung jawab
farmasi yang tidak dapat berjalan disituasi institusi rumah sakit tanpa kerja
sama dengan perawat dan staf kesehatan yang lain. Keuntungan UDD antara
lain penderita hanya membayar obat yang digunakanya saja,mengurangi
kesalahan pengobatan,memperbesar komunikasi antara apoteker-dokter
perawat,serta apoteker dapat melakukan pengkajian penggunaan obat.
Keterbatasannya adalah jumlah tenaga farmasi yang dibutuhkan lebih tinggi
(Siregar dan Amalia,2004).
Kelebihan sistem UDD dibandingkan dengan sistem yang lain diantaranya
adalah:
a)

Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam


sehari dan hanya membayar untuk obat-obatan yang digunakan saja,

b)

Semua obat yang dibutuhkan dibagian perawatan disiapkan oleh


sehingga perawat mempunyai lebih banyak waktu merawat pasien,

c)

Memberikan kesempatan farmasis menginterpretasikan dan memeriksa


kopi pesanan resep, bagi perawat mengurangi kemungkinana kesalahan
obat,

d)

Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang


berlebihandibagian perawat dan farmasi,

e)

Menghemat ruang-ruang di pos perawatan,

f)

Meniadakan kemungkinan terjadi pencurian dan pemborosan obat,

g)

Mengurangi kemungkinan kesalahan obat dan juga membantu menarik


kembali kemasan pada saat obat itu ditarik dari peredaran karena
kemasan dosis unit masing-masing diberi label,

h)

Farmasis dapat mengunjungi pos perwatan untuk menjalankan


tugasnya yang diperluas (Siregar,2004).

b.

Disribusi rawat jalan


Pedoman pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan (ambulatory) di

RS mencakup: persyaratan manajemen, persyaratan fasilitas dan peralatan,


persyaratan pengelohan order atau resep obat, dan pedoman operasional
lainnya (siregar dan amalia, 2003).
Pelayanan farmasi untuk penderita ambulatory harus dipimpin oleh
seorang apoteker yang memenuhi syarat secara hukum dan kompeten
secara professional (Anonim,2012).
Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah
sistem resep perorangan yaitu cara distribusi obat pada pasien secara
individual berdasarkan resep dokter. Pasien harus diberikan informasi
mengenai obat karena pasien sendiri yang akan bertanggung jawab atas
pemakaian obat tanpa adanya pengawasan dari tenaga kesehatan. Apoteker
juga harus bertindak sebagai konsultan obat bagi pasien yang melakukan
swamedikasi (Siregar dan Amalia, 2003).

7).

Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program


yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian : agar tidak terjadi kelbihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)
Kegiatan pengendalian mencakup :
a.

Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.


Jumlah stok ini disebut stok kerja.

b.

Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada


unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan.

c.

Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan


dari mulai pemesanan sampai obat diterima (Depkes RI,2008)

Pengendalian obat di RS terdiri atas:


a.

Sistem satu pintu,

b.

Penandaan pada wadah perbekalan farmasi yang didistribusikan,

c.

Pengembalian wadah bekas,

d.

Penggunaan kartu kendali,

e.

Menghitung dosis obat,

f.

Menghitung biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan dan


membandingkan dengan unit cost yang diterima (Anonim,2012)

8).

Penghapusan/ Pemusnahan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi

standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi


kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku.
Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun
mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar (Depkes
RI,2008)
Prosedur Tetap Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
a.

Melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan yang akan dimusnahkan,

b.

Menyiapkan adminstrasi (berupa laporan dan berita acara


pemusnahan),

c.

Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada


pihak terkait,

d.

Menyiapkan tempat pemusnahan,

e.

Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan,

f.

Membuat laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan,


sekurang-kurangnya memuat:
1)

Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan


perbekalan kesehatan,

2)

Nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,

3)

Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan


perbekalan kesehatan,

4)

Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan


perbekalan kesehatan,

5)

Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


ditandatangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan.

Pemusnahan Narkotika diatur dalam pasal 60 dan 61 UU No.22 Tahun


1997, yaitu:
Pasal 60:
a)

Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku


dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi,

b)

Kadarluarsa,

c)

Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan


kesehatan dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau

d)

Berkaitan dengan tindak pidana.

Pasal 61:
1)

Pemusnahan Narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 60

huruf a, b dan c dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan yang


bertanggung jawab atas produksi dan atau peredaran narkotika, sarana
kesehatan tertentu, serta lembaga ilmu pengetahuan tertentu dengan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk Menkes,
2)

Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan

dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat:


a)

Nama, jenis, sifat dan jumlah,

b)

Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun


dilakukan pemusnahan,

c)

Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan


pejabat yang menyaksikan pemusnahan.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

Pasal 75:
Dalam rangka melakukan penyidikan, penyidik BNN berwenang:
a)

Melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan


tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika,

b)

Memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika,

c)

Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi,

d)

Memeriksa tanda pengenal diri tersangka, menyuruh berhenti orang


yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika serta,

e)

Memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana


dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika,

f)

Memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

g)

Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika,

h)

Melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor


Narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional,

i)

Melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti


awal yang cukup,
j)

Melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di

bawah pengawasan,
k)

Memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika;

l)

Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat

(DNA), dan/atau tes bagian tubuh lainnya,


m)
n)

Mengambil sidik jari dan memotret tersangka,


Melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan

tanaman,
o)

Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-

alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,
p)

Melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika

yang disita,
q)

Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika

dan Prekursor Narkotika,


r)

Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan tugas penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika


dan Prekursor Narkotika, dan
s)

Menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.


Pasal 91
1)

Kepala kejaksaan negeri setempat setelah menerima

pemberitahuan tentang penyitaan barang Narkotika dan Prekursor Narkotika


dari penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia atau penyidik BNN,
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari wajib menetapkan status barang sitaan
Narkotika dan Prekursor Narkotika tersebut untuk kepentingan pembuktian
perkara, kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kepentingan pendidikan dan pelatihan, dan/atau dimusnahkan.
2)

Barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika yang berada dalam

penyimpanan dan pengamanan penyidik yang telah ditetapkan untuk


dimusnahkan, wajib dimusnahkan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari

terhitung sejak menerima penetapan pemusnahan dari kepala kejaksaan


negeri setempat.
3)

Penyidik wajib membuat berita acara pemusnahan dalam waktu paling

lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak pemusnahan tersebut
dilakukan dan menyerahkan berita acara tersebut kepada penyidik BNN atau
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat dan tembusan
berita acaranya disampaikan kepada kepala kejaksaan negeri setempat,
ketua pengadilan negeri setempat, Menteri, dan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
4)

Dalam keadaan tertentu, batas waktu pemusnahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu
yang sama.
5)

Pemusnahan barang sitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 75 huruf k.


6)

Barang sitaan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi diserahkan kepada Menteri dan untuk kepentingan pendidikan


dan pelatihan diserahkan kepada Kepala BNN dan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam waktu paling lama 5 (lima) hari terhitung sejak
menerima penetapan dari kepala kejaksaan negeri setempat.
7)

Kepala BNN dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menyampaikan laporan kepada Menteri


mengenai penggunaan barang sitaan untuk kepentingan pendidikan dan
pelatihan.

9. Pencatatan dan Pelaporan


a.

Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan


IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan

penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik
dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk
digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan
pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok Induk (Anonim,2012).
Fungsi:
1)

Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi

(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa),


2)

Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi

1(satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran,
3)

Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan

pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik


perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan (Depkes RI,2008)
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1)

Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan perbekalan

farmasi bersangkutan,
2)

Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,

3)

Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran,

hilang, rusak/kadaluwarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok,


4)

Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

Depkes RI,2008)

Informasi yang didapat:


1)

Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia (sisa stok),

2)

Jumlah perbekalan farmasi yang diterima,

3)

Jumlah perbekalan farmasi yang keluar,

4)

Jumlah perbekalan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa,

5)

Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.

Manfaat informasi yang didapat:


1)

Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan perbekalan farmasi,

2)

Penyusunan laporan,

3)

Perencanaan pengadaan dan distribusi,

4)

Pengendalian persediaan,

5)

Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan

pendistribusian,
6)

Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS.

Hal-hal yang harus Diperhatikan


1)

Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan

pengeluaran perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk.


2)

Kartu Stok Induk adalah :

a)

Sebagai pencerminan perbekalan farmasi yang ada di gudang,

b)

Alat bantu bagi petugas untuk pengeluaran perbekalan farmasi,

c)

Alat bantu dalam menentukan kebutuhan.

3)

Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi diisi

dengan :
a)

Nama perbekalan farmasi tersebut,

b)

Sumber/asal perbekalan farmasi,

c)

Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan,

dihitung sebesar waktu tunggu,


d)

Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam

persediaan=sebesar stok kerja+waktu tunggu+ stok pengaman.

4)

Kolom-kolom pada Kartu Stok Induk persediaan perbekalan farmasi

diisi dengan:
a)

Tanggal diterima atau dikeluarkan perbekalan farmasi,

b)

Nomor dan tanda bukti misalnya nomor faktur dan lain-lain,

c)

Dari siapa diterima perbekalan farmasi atau kepada siapa dikirim,

d)

Jumlah perbekalan farmasi yang diterima berdasarkan sumber

anggaran,
e)

Jumlah perbekalan farmasi yang dikeluarkan,

f)

Sisa stok perbekalan farmasi dalam persediaan,

g)

Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun

kadaluwarsa, nomor batch dan lain-lain.


b.

Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan

administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang


disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Tujuan:
a)

Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,

b)

Tersedianya informasi yang akurat,

c)

Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan,

d)

Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan (Depkes

RI,2008)
Jenis laporan yang sebaiknya dibuat oleh IFRS meliputi:
Ket.

No
Jenis Laporan
Kegunaan

1.Keuangan (laporan yang telah dikeluarkan oleh IFRS)


Untuk keperluan audit, wajib dibuat.
2. Mutasi perbekalan farmasi
Untuk keperluan perencanaan, wajib dibuat
3. Penulisan resep generik dan non generik
Untuk keperluan pengadaan, wajib dibuat
4.Narkotika dan Psikotropika
Untuk audit POM dan keperluan perencanaan, wajib dibuat
5. Stok opname
Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat
6.Pendistribusian, berupa jumlah dan rupiah
Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat
7. Penggunaan obat program
Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat
8. Pemakaian perbekalan farmasi
Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin Untuk keperluan audit dan
perencanaan, wajib dibuat
9. Jumlah resep
Untuk keperluan perencanaan
10.Kepatuhan terhadap formularium
Untuk keperluan perencanaan, informasikan untuk KFT
11.Penggunaan obat terbesar
Untuk keperluan perencanaan, informasikan untuk KFT

12. Penggunaan antibiotik


Untuk keperluan perencanaan, informasikan untuk KFT
13. Kinerja
Untuk audit
10. Monitoring dan Evaluasi
Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan
farmasi dirumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi.
Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna penyusunan perencanaandan
pengambilan keputsan. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan secara periodic dan
berjenjang. Keberhasilan evaluasi ditentukan oleh supervisor maupun alat yang
digunakan (Depkes RI,2008)
a.

Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan

atas objektif program/memantau perubahan yang fokus pada proses masuk dan
keluar.
1)

Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan

2)

Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita

berikan (Depkes RI,2008)


b.

Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis

menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi program terhadap


perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau
perluasan program (rekomendasi)
1)

Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,

2)

Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok

pembanding,
3)

Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu,

4)

Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus.


Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari

monitoring dan digunakan untuk kontribusi program (Anonim, 2012).


Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan Evaluasi tidak hanya
dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari luar. Tujuan
dari Evaluasi adalah evalausi efektifitas dan cost effectiveness.
Tujuan : meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di
rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum (Depkes RI,2008)

11. Pelayanan farmasi klinik


1) Pelayan farmasi klinik adalah pendekatan profesional yang bertangggung
jawab dalam menjamin penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan prilaku tenaga farmasi serta
bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain. Tujuan pelayanan farmasi
klinik adalah:
2)

Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektivitas,

keamanan dan efisiensi penggunaan obat,


3)

Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain

yang terkait dalam pelayanan farmasi,


4)

Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di

rumah sakit,
5)

Melaksanakan kebijakan obat dirumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat secara rasional (Anonim.2012).


Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah :
1)

Berorientasi kepada pasien,

2)

Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal),

3)

Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai


dan memberi informasi bila diperlukan,

4)

Bersifat aktif, dengan memberi masukkan kepada dokter sebelum


pengobatan dimulai, atau menerbitkan buletin informasi obat atau
pengobatan,

5)

Bertanggungjawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan,

6)

Menjadi mitra dan pendamping dokter.


Sistem pelayanan kesehatan pada konteks farmasi klinik, farmasi
adalah ahli pengobatan dalam terapi. Mereka bertugas melakukan
evalusi pengobatan dan memberikan rekomendasi pengobatan, baik
kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain. Farmasis merupakan
sumber utama informasi ilmiah terkait dengan penggunaan obat yang
aman, tepat dan cost effective.
Kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi:
a)

Pengkajian resep, yaitu merupakan kegiatan dalam pelayanan

kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,


persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan,
b)

Dispensing, yaitu merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari

tahap validasi, interprestasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan


label/tiket, penyerahan obat dengan memberikan informasi obat yang
memadai disertai sistem dokumentasi. Dispensing dibedakan
berdasarkan atas sifat sediaan, yaitu dispensing sediaan farmasi khusus
(nutrisi parental dan pencampuran obat steril) dan dispensing sediaan
farmasi berbahaya (penanganan obat kanker secara aseptis),
c)

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, yaitu merupakan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak


diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi,

d)

Pelayanan informasi obat (PIO), yaitu kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh tenaga farmasi untuk memberikan informasi secara akurat,


tidak bias dan terkini kepada perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.
Tujuan dari PIO adalah:
1)

Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien atau

keluarganya dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit,


2)

Menyediakan inforamasi untuk kebijakan yang berhubungan dengan

obat yang ditetapkan PFT,


3)

Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi,

4)

Menunjang pengolahan dan terapi obat yang rasional dan

berorientasi pada pasien,


5)

Konseling,adalah suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi

dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan


dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
6)

Pemantauan kadar obat dalam darah, yaitu melakukan pemeriksaan

kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dokter yang merawat


karena indeks terapi yang sempit,
7)

Ronde/visite pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini bertujuan:
pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi
terapik, menilai kemajuan pasien, bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain,
8)

Pengkajian penggunaan obat, yaitu program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan


yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien
(Anonim,2001).

KESEHATAN JIWA MILITER

I.

PENGERTIAN

Kesehatan jiwa militer adalah upaya untuk melaksanakan program kesehatan


masyarakat militer dengan penekanan aspek kejiwaan (mental) yang menggunakan
pendekatan dan berorientasi pada komunitas militer dalam hal peningkatan,
konservasi, pencegahan dan penanganan masalah kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa militer matra laut mengandung pemahaman upaya pembinaan
kesehatan jiwa secara komprehensif di lingkungan militer khususnya prajurit yang
berdinas di laut. Hal ini melibatkan segala potensi yang ada berupa sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia berbagai disiplin ilmu baik bersifat medis
maupun penunjang medis.

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan


individu secara menyeluruh. WHO mendefinisikan yang dimaksud sehat adalah
keseluruhan sehat secara fisik, mental bahkan social. Sedangkan kesehatan jiwa
militer adalah upaya-upaya kesehatan dengan menekankan pada aspek kejiwaan
dengan pendekatan dan berorientasi kemiliteran. Dasarnya adalah fakta perbedaan
komunitas militer dengan masyarakat pada umumnya dari segi-segi kepribadian
yang terbentuk, lingkungan militer dengan dinamika yang tinggi serta tuntutan
profesi kemiliteran. Dalam dunia kedokteran jiwa atau psikiatri merupakan
subspesialis tersendiri yaitu psikiatri militer dimana seorang dokter psikiatri harus
menjalani pendidikan lanjutan. Sayang pendidikan ini tidak ada di Indonesia
sehingga sampai saat ini TNI-AL belum mempunyai seorangpun psikiater khusus
militer.

II.

PERAN DAN FUNGSI

Bidang dukungan kesehatan Jiwa


seleksi
Recruitment calon anggota militer
Gold standa r evaluasi dari status kesehatan mental calon anggota melalui
pemeriksaan dokter psikiatri (psikiater) militer :

Pemeriksaan berupa psikometri / tes psikologi atau tes neuro psikiarik


menggunakan alat bantu atau penunjang pemeriksaan.
Pemeriksaan psikiatrik oleh Psikiater Militer umumnya menggunakan
wawancara psikodinamika.

III.

UJI DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA

Ada tiga komponen penting yang dievaluasi dalam pelaksanaan Urikes


terhadap calon dan anggota TNI yaitu : Kesehatan Umum (Kesum ), Kesehatan
Militer(Kesmil) dan Kesehatan Jiwa (Keswa) yang dituangkan dalam Rumus Urikes :
U AB D G J
Keterangan :
U : Aspek Kesehatan Umum
A B D G : Aspek Kesehatan Militer
A : Tungkai atas
B : Tungkai bawah
D : Fungsi Pendengaran
G : Fungsi gigi dan mulut
J : Aspek Keswa yang terdiri dari 5 aksis diagnosis yang berorientasi kemiliteran.

Pedoman Status kesehatan (stakes) Jiwa yang dipakai dilingkungan TNI adalah
sebagai berikut :
Stakes Jiwa diberi kode J :

J1., Sehat jiwa menurut WHO maupun Depkes RI yaitu suatu


kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan intelektual
berkembang secara optimal selaras dengan perkembangan orang lain. Dengan kata
lain tidak dijumpai adanya syndrome perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna yang mengakibatkan disfungsi maupun penderitaan bagi seseorang. Hal
ini dibuktikan dengan tidak dijumpai adanya gejala gangguan mental-emosional dan
perilaku baik melalui pemeriksaan klinis psikiatri maupun pemeriksaan tambahan
seperti tes MMPI dan lainnya.

J2., Dijumpai adanya gejala-gejala gangguan mental emosional dan


perilaku ( psikopatologi) yang minimal dan bersifat sementara dan diperkirakan
tidak mengganggu diri, fungsi sosial dan pekerjaan sehari-hari . Hal ini dibuktikan

dengan pemeriksaan klinis maupun tes psikiatri/ psikologis. Misalnya : Cemas


situasional.

J3., Dijumpai adanya gejala awal/ prodromal atau remisi parsial dari
gangguan jiwa. Ataupun dijumpai adanya kecenderungan gangguan jiwa yang
dibuktikan lewat pemeriksaan klinis maupun tes psikiatri/ psikologis.
J3p., Episode akut dari gangguan jiwa sebagaimana tercantum dalam PPADAGJ
/DSM / ICD terkini , Pasien perawatan jiwa., Maksimal 3 episode.

J4., Dijumpai adanya gangguan jiwa sebagai mana tercantum dalam


PPADAGJ/DSM/ICD yang terkini seperti penyalahguna NAPZA, skizofrenia,
gangguan kepribadian, gangguan depresi, bipolar, gangguan neurotic, gangguan
psikoseksual, dan sebagainya yang kambuh / eksaserbasi lebih dari tiga kali.

IV.

EVALUASI KEJIWAAN UNTUK DUKUNGAN PENJURUSAN KORPS

Secara umum seluruh Korps dibutuhkan kesehatan jiwa dasar yang prima
dimana tidak ada kelainan secara klinis, daya tahan mental baik, daya adaptasi baik,
potensi kinerja secara umum baik. Untuk optimalisasi sumber daya manusia
diperlukan penyesuaian korps terhadap kapasitas mental dan kepribadian yang
dia miliki sehingga performance ( kinerjanya) lebih optimal. Sehingga beberapa
variabel kapasitas mental dan kepribadian kadet disesuaikan dengan tuntutan
profesi / tugas yang berorientasi pada Korps.
Pemeriksaan kesehatan jiwa evaluasi diagnostik multi aksial menerangkan :
Aspek Klinis : ada tidaknya gangguan jiwa
Kepribadian : mengkaji daya tahan kejiwaan
Kondisi medis umum
Identifikasi Stressor Spesifik Afeksi terhadap potensi kinerja .

V.

PENJELASAN DIAGNOSTIK MULTI AKSIAL :

AKSIS I

Klinis gangguan jiwa sesuai ICD / PPADAGJ / DSM-IV


II

AKSIS
:
Ada tidaknya gangguan kepribadian nyata : seperti
psikopat,paranoid, borderline dsb

Potensi daya tahan mental

Bibit perilaku berisiko : ceroboh, maniak, lalai

dsb

. Keterbukaan nurani ( conscientiousness )


, Kemampuan memegang komitment ( agreeableness ).

Keterbukaan terhadap orang lain ( extraversi )

Neuroticism : profil tingkat keberanian

AKSIS III

Neurologis : kelainan fisik, Tanda-tanda halus dari kelainan fungsi


saraf

Kelainan penyakit internistik

Zat psikoaktif : napza

AKSIS IV

Mengkaji pola stressor spesifik yang berorientasi pada kegiatan


militer, keluarga dan masyarakat
Mengkaji paparan stressor yang potensial menimbulkan
gangguan jiwa
-

Kemampuan beradaptasi :menghadapi dinamika tinggi

AKSIS V

Mengkaji afeksi terhadap profesionalitas dari potensi kinerja, apakah


ada kendala psikologis.

Dukungan kesehatan jiwa lainnya yaitu pembinaan kesehatan jiwa satuan


tempur meliputi: konsultasi, penyuluhan, monitoring dan disposisi bagi anggota
untuk mendukung kesiapan tempur.

Pendampingan hukum terhadap anggota militer : Psikiatri Forensik

Penanggulangan gangguan jiwa di daerah operasi atau daerah latihan.


Memberi masukan dan saran kepada pimpinan militer baik di tingkat atas
sampai bawahan dalam menetapkan kebijakan di bidang kesehatan jiwa.

VI.

DIBIDANG PELAYANAN KESWA

Di rumah sakit : rawat jalan, rawat inap, rehabilitasi.

Rumah sakit kapal

Rumah sakit lapangan : insidental

Operasi Bhakti

Operasi khusus / Satgas khusus

Pelayanan Keswa juga ditujukan terhadap keluarga TNI serta


masyarakat umum.
Pembinaan Keswa
Pencegahan secara primer, sekunder Maupun tertier.
Mendukung pendidikan pengembangan reguler militer di pusat
pendidikan militer seperti di Indonesia yakni KOBANGDIKAL
Mendukung pendidikan umum: D3, S1, S2
Peningkatan ketrampilan dan kemampuan personil kesehatan di
bidang jiwa.
Pemisahan prajurit yang menderita penyakit jiwa kronis melalui Sidang
komisi kesehatan.

1).

Peranan kesehatan jiwa Dalam Operasi angkatan laut :

Mendukung operasi tempur


-

Patroli maritim
Operasi penegakan hukum di laut
Gelar pasukan
Latihan
Operasi keamanan laut
Operasi bhakti dan lain-lain

pasukan TNI

oril =spirit = semangat juang / militansi

-.

Stressor moril rendah

-.

Moril rendah kasus perubahan tingkah laku

A
gar dapat menilai serta mengetahui adanya distress dalam suatu Kesatuan, perlu
diketahui keadaan moril = spirit pasukan secara keseluruhan
sebagai indikator moril suatu pasukan antara lain :

Banyaknya anggota yang disersi / mangkir.

Jumlah anggota yang ingin pindah kesatuan lain.


Jumlah alat-alat kesatrian yang hilang, rusak atau dirusak.
Di medan pertempuran indikator moril dapat ditambah dengan:
Penghaburan amunisi dan supply yang diberikan, serta ditinggalkan

beberapa alat yang dianggap kurang perlu pada waktu gerakan operasi.

Jumlah anggota yang mengalami gangguan kejiwaan

Jumlah anggota yang menjalani hukuman / pelanggaran termasuk


penyalahgunaan NAPZA
VII. GANGGUAN JIWA MILITER
Gangguan jiwa pada prajurit umumnya timbul akibat keterkaitan dua hal
penting yaitu faktor daya tahan mental dan faktor stressor . Seseorang tidak muncul
gangguan jiwa walaupun terpapar stressor yang berat bila daya tahan mentalnya
kuat. Sebaliknya bila daya tahan mental seseorang rendah maka stressor yang
ringan pun dapat menimbulkan gangguan jiwa. Begitu pula seseorang yang
kepribadiannya berintegrasi baik dapat timbul gangguan jiwa bila : a. Stressornya
sangat berat, misalnya kematian beberapa keluarga sekaligus, , b. Stressornya
dapat ringan tapi berlangsung lama, misalnya cekcok rumah tangga yang terus
menerus, c. Stressornya spesifik terhadap seseorang, misalnya di nonjobkan dsb.

Gangguan jiwa / sakit jiwa banyak jenisnya mulai yang ringan sampai yang berat.
Paling tidak ada 10 kelompok jenis gangguan jiwa. Tetapi dibidang kedokteran jiwa
militer hanya meliputi 7 kelompok yaitu:

1. Gangguan jiwa yang diakibatkan penyakit otak dan kondisi medis umum,
misalnya: cedera otak, penyakit pembuluh darah otak, infeksi temiasuk
HIV/AIDS, malaria otak atau kondisi heat stroke / dehidrasi.
2. Penyalah gunaan NARKOBA/NAPZA terutama golongan amfetamin yang dapat
menimbulkan gangguan paranoid.
3. Gangguan jiwa psikotik misalnya skizofrema, reaksi psikotik akut (istilah di
lapangan : "kesambet") , dsb.
4. Gangguan emosi misalnya depresi, bipolar, amarah
5. Gangguan neurotic, gangguan terkait stressor, somatoform ( keluhan badaniah)
misalnya gangguan panic, histeris, stress pasca trauma, fobia, "Dasmil Shock", "
Barack ShocK'
6. Gangguan-gangguan psikosomatik dan factor fisiologis misalnya insomnia,
disfungsi sex, terror tidur (ketindihan) mimpi buruk, sommambulisme
7. Gangguan kepribadian dan perilaku misalnya psikopat, impulsif, judi patologis,
mengutil, homosex, pedofilia, sadistic.
Dari jenis gangguan jiwa diatas yang menimbulkan masalah kompleks
dilingkungan militer adalah Skizofrenia, yaitu gangguan jiwa berat yang ditandai
dengan gangguan yang fundamental dan fungsi pikiran, perasaan, perilaku dan
persepsi Biasanya gangguan ini muncul setelah penugasan. Berbeda dengan
gangguan jiwa reaksi psikotik akut maupun gangguan beradaptasi ( baca : Dasmil
Shock/ Barack Shock) yang timbul ketika DIKSARIT atau masa orientasi di
kesatuan.

Gejala skizoftenia antara lain adanya waham paranoid, halusinasi pendengaran


yang memerintah pasien melakukan sesuatu ( ini paling berbahaya), emosi yang
labil dan tidak harmonis serta perilaku yang tidak wajar. Penyakit ini umumnya
kronis, kambuhan, tetapi dapat dikendalikan dengan obat dalam jangka waktu yang
lama. Perjalanan penyakitnya bisa timbul depresi berat sehingga cenderung ada
keinginan bunuh diri. 50% pasien skizofreia cenderung mempunyai ide bunuh diri.

Dari angka tersebut 10% sukses melakukan bunuh diri dengan cara- cara yang tidak
lazim. Dampak dari gangguan jiwa ini sangat luas antara lain, rumah tangga kacau,
hampir 100% cerai, kedinasan sering menimbulkan masalah, perilaku di masyarakat
yang sering menimbulkan konflik sehingga mencoreng institusi. Beberapa kasus
anggota dengan skizofrenia yang pernah dirawat di RSAL Dr. Ramelan antara lain :
KDRT, Merusak fasilitas umum, dikeroyok massa, melawan atasan, membunuh istri,
bunuh diri, mangkir/ desersi, melakukan hubungan sex dengan jauji dikawinid dsb .

Tahun 2007 tercatat jumlah anggota TNI-AL yang masih aktif di wilayah timur
yang menjalam perawatan oleh karena gangguan jiwa sebanyak 188 orang. 95%
golongan bintara dan tamtama. Dengan sendirinya anggota sebanyak itu tidak
produktif lagi di militer. Menurut release dari Bank Dunia dan WHO diperkirakan
tahun 2015 angka morbiditas yang saat ini penyakit metabolisme menduduki urutan
teratas akan digeser oleh penyakit depresi. Untuk itu dalam pembinaan kesehatan
khususnya TNI-AL , kesehatan jiwa hendaknya mendapat prioritas paling tidak sama
dengan penyakit metabolisme.
JUMLAH PASIEN JIWA ANGGOTA TNI YANG RAWAT JALAN TAHUN 2007; 188
ORANG YANG TERDIRI :
PAMEN

: 8 ORANG

PAMA

: 6 ORANG

BINTARA : 77 ORANG
TAMTAMA : 97 ORANG

BERDASARKAN JENIS PENYAKIT PASIEN ANGGOTA TNI RAWAT JALAN TAHUN


2007, ADALAH;
SKIZOFRENIA

: 121 ORANG

PSIKOSA

: 7 ORANG

GMO

: 1 ORANG

TENTAMEN SCUICIDE : 1 ORANG


PSIKOTIK

: 4 ORANG

DEPRESI

: 9 ORANG

CEMAS

: 12 ORANG

LAIN-LAIN

: 33 ORANG

JUMLAH PASIEN ANGGOTA TNI YANG RAWAT INAP DI PAV VI (JIWA) RUMKITAL
Dr. RAMELAN TAHUN 2007 ADALAH : 57 ORANG, YANG TERDIRI:

PAMEN : 1 ORANG
PAMA : 2 ORANG
BINTARA : 18 ORANG
TAMTAMA : 36 ORANG

BERDASARKAN JENIS PENYAKIT PASIEN ANGGOTA TNI RAWAT INAP Dl PAV VI


(JIWA) RUMKITAL Dr. RAMELAN TAHUN 2007

SKIZOFRENIA : 37 ORANG
PSIKOSA : 7 ORANG
GMO : 1 ORANG
BUNUH DIRI : 1 ORANG
PSIKOTIK : 2 ORANG
DEPRESI : 1 ORANG

LAIN-LAIN : 8 ORANG

PROSENTASE ANGGOTA TNI RAWAT JALAN Dl POLI JIWA RUMKITAL Dr.


RAMELAN TAHUN2007
PAMEN

:4%

PAMA

:3%

BINTARA

: 41 %

TAMTAMA

: 52 %

PROSENTASE ANGGOTA TNI RAWAT INAP Dl PAV VI (JIWA) RUMKITAL Dr.


RAMELAN TAHUN 2007
PAMEN

:2%

PAMA

:4%

BINTARA

: 32 %

TAMTAMA

: 62 %

UJI DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA


Dasarnya adalah SKEP PANGAB No.756VI/1982 yang diperbaharui dengan
SKEP Panglima TNI No.485/XU dan No.495/XU tahun 2005 tentang jukLak dan
juknis uji dan pemeriksaan kesehatan bagi calon dan anggota TNI serta KEP KASAL
No. Kep/28 VII/ tahun 1997 tentang Orgapros dan prosedur Diskesal . UndangUndang Kesehatan RI No-23/1992, pasal 24 tentang kesehatan jiwa, serta UndangUndang Kesehatan Jiwa No.3 /1966.

PELAYANAN KEPERAWATAN

I.

Pendahuluan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan

kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososio kultural dan spiritual


yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori
dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori
keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai
pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model
keperawatan serta
pengembangan riset keperawatan dan diimplem entasikan di dalam praktek
keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional
dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada,dengan pendekatan yang
dilakukan tersebut bentuk penyelesaian masalah keperawatan dapat terarah dan
terencana dengan baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa
tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa,perencanaan, implimentasi
tindakan, dan evaluasi. Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori,
yang terdiri dari meta theory, grand theory, middle range theory, dan practice
theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak,hingga practice theory
sebagai yang lebih konkrit. Level ke empat dari teori tersebut (metatheory)
adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan dengan prefix meta, yang
berarti perubahan pada posisi, diluar, pada level tertinggi, atau melebihi dan
merujuk pada body of knowledge tentang body of knowledge atau tentang suatu
bidang pembelajaran seperti metamatematika (Krippendorf 1986 dalam Sell dan
Kalofissudis, 2004). Walaupun metateory sangat abstrak dan tidak mudah untuk
diuji coba, meta theory menyediakan arti-arti, kalimat-kalimat, situas i struktur
interkoneksi,dan bahkan observasi oleh perawat-perawat dalam skala global.
Meta theory dapat terdiri dari beberapa grand theory, middle range theory,
bahkan practice theory

A.

UPAYA KESEHATAN :
Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan
/atau masyarakat. (Bab I Pasal 1 Ayat 11)
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan (pasal 47)
Penyembuhnan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
pengobatan, dan/atau perawatan (pasal 63 ayat 2)
Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya (pasal 63 ayat 3). Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarakan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu (pasal 63 ayat 4)

B.

TUGAS RS
Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

C.

FUNGSI RS :
-

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai standar pelayanan rs


Pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan

perorangan

melalui

pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua dan ketiga


Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan memberikan
pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

informasi yang benar tentang

D.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT


-

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi

dan efektif.
Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien.
Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana.
Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin.
Melaksanakan fungsi social.

E.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT 2


-

Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit.


Menyelenggarakan rekam medis
Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
Melaksanakan sistem rujukan
Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan
Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien

F.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT 3


-

Menghormati dan melindungi hak-hak pasien


Melaksanakan etika rumah sakit
Memiliki
sistem
pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana
Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional
Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital
by laws)
Melindungi dan memberikan bantuan hukum

bagi semua petugas

rumah sakit
Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.

G.

HAK PASIEN
-

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku

di rs
-

Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien


Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur,

dan

tanpa

diskriminasi
Memperoleh layanan kes yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di RS

H.

HAK PASIEN 2
-

Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain (second opinion) yang mempunyai SIP baik didalam maupun diluar RS.
Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh nakes thd penyakit yang dideritanya.
Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

I.

HAK PASIEN 3
-

Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di Rumah Sakit.


Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.

Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya.


Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui

media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

J.

PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN


-

Upaya kesehatan primer: yankes perorangan dan yankes masyarakat

primer
Upaya kesehatan sekunder
Upaya kesehatan tertier
K.

MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN


Dua faktor yang menentukan mutu pelayanan keperawatan/kesehatan,

yaitu:
-

Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga

kesehatan (quality of care)


-

Penyediaan sarana dan prasarana menunjang pelaksanaan tugas

(quality of services)

Indicator mutu pelayanan keperawatan :


-

Patient safety
Kenyamanan
Pengetahuan
Kepuasan Pasien
Self Care
Kecemasan

Jenis tenaga perawat sesuai lingkup pelayanan keperawatan


1.

Strata pertama: pelayanan keperawatan primer


-

Ners
Perawat vokasional

2.

Strata dua: pelayanan keperawatan sekunder


-

3.

Strata tiga: pelayanan keperawatan tertier


-

L.

Ners spesialis
Ners
Perawat vokasional

Ners spesialis/subspesialis
Ners spesialis
Ners
Perawat vokasional

PERAN DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


-

Menyiapkan kebijakan nasional/ Permenkes jenjang karir profesional

bekerja sama dengan PPNI dan stakeholder terkait.


Penyiapan standar yanwat di RS.
Penyiapan pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di RS.
Pendampingan penerapan berbagai model peningkatan mutu dan
kinerja perawat di RS.

KESEHATAN PREVENTIVE
I.

Pendahulan.

Kesehatan preventive merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan.


Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health
promotion. Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of
health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli
kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan
(five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive
medicine for the doctor in his community.
kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam
masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan public
yang berwawasan. (Depkes RI)
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini ,health
promotion di maknai sebagai perluasan dari healt education atau pendidikan
kesehatan.
II.

KESEHATAN PREVENTIF
Adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan

meningkatkan kesehatan fisik, mental dan


masyarakat.

sosial

A. TINGKAT PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer (sebelum menderita sakit)
a.

Promosi Kesehatan (health promotion)


Untuk meningkatkan

daya

tahan

tubuh

terhadap

masalah kesehatan.
b. Perslindungan Khusus (specific protection)
Upaya khusus untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
tertentu contoh : imunisasi, say no to drugs, abcd (aids) dll

2.

Pencegahan Sekunder (setelah mulai sakit)


a.

Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and

promt treatment)
-.

Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit menular.

-.

Mengobati

dan

menghentikan

proses

sakit,

menyembuhkan dan mencegah komplikasi.


b.

Pembatasan kecacatan (disabilty limitation)


mengatasi kemungkinan cacat agar tidak lebih buruk

3.

Pencegahan tertier

Rehabilitasi upaya agar cacat tidak menjadi hambatan dan


dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.

B. TUGAS DAN FUNGSI KESEHATAN


1. Bidang Preventif
Tugas:
Meliputi upaya dan kegiatan terhadap personil TNI AL antara lain beserta
keluarga dan lingkungannnya, bertujuan untuk mempertinggi daya tahan

tubuh dalam bentuk kegiatan promotif, pencegahan, penanggulangan


penyakit serta keselamatan kelompok dengan jalan mencegah timbulnya
penyakit dan memberantas faktor penyebab penyakit menular maupun tidak
menular.
Fungsi:
a. Promosi kesehatan
Membantu dan mendorong anggota TNI AL antara lain guna
memperoleh sikap mental yang positif terhadap kesehatan, sehingga
timbul peran serta secara aktif dari yang bersangkutan untuk
memperbaiki derajat kesehatannya.

Mengetahui kondisi kesehatan mereka sendiri

Memungkinkan untuk mendapatkan diagnosa dini dan tindakan


segera.
Mencegah timbulnya komplikasi yang lebih lanjut.

Kegiatan:
a.

Penyuluhan kesehatan

b.

Peningkatan gizi dan pengawasan makanan

c.

Peningkatan hygiene perorangan


d.Sanitasi lingkungan pemukiman, tempat tugas dan daerah
operasi.

e.

Kependudukan dan keluarga berencana

2.

Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular


Fungsi:
Melaksanakan kegiatan untuk mencegah menular dan meluasnya
penyakit serta bertujuan memberantas berkembangnya penyakit menular.
Kegiatannya:

a.

Imunisasi dan vaksinasi


b.Pengamatan terhadap penyakit (suveylance epidemiologi)

c.

Profilaksis

d.Pemeriksaan kesehatan (screening) untuk penemuan kasus pada


anggota & keluarga
e.Mengobati

dan

menghentikan

berlanjutnya

proses

suatu

penyakit/kelainan tertentu.
f. Mencegah tetidak mampuan yg berkaitan dg penularan penyakit.

3.

Pengumpulan Data Kesehatan Maritim


Fungsi:
Melaksanakan pengumpulan data penyakit menular di daerah-daerah
pantai di seluruh nusantara untuk dapat digunakan sebagai informasi dan
data pada analisa daerah operasi.
Kegiatan:
a. Mengadakan survey penyakit menular (surveylance epidemiologi)
pada daerah pantai di pulau-pulau
b. Mengumpulkan data / informasi penyakit dari pangkalan TNI AL
dan satuan kesehatan TNI serta unsur kesehatan lainnnya yang ada
daerah tersebut.
c. Membuat peta penyakit menular geo MEDIK

III.

Usaha pencegahan (usaha preventif)

1. Usaha pencegahan
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui
posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah

c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui


d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

2.

Usaha pengobatan (usaha kuratif)

Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,


kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita
TB
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
f. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.
3.

Usaha rehabilitasi

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang


dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama.
Usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang,
kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan
dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang
utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik,
serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha
pengobatan maupun rehabilitasi.

2.

TINGKAT-TINGKAT USAHA PENCEGAHAN

Leavell dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine for the Doctor in his
Community , membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang
dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.
Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
a) Masa sebelum sakit
1)

Mempertinggi Nilai Kesehatan (Health Promotion)

Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada


masyarakat. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu,keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak untuk
menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk
berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan
pada umumnya. Beberapa usaha diantaranya :
a.

Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

b.
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air
rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan
air limbah dan sebagainya.
c.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.

d.
Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik.
2). Memberikan Perlindungan Khusus Terhadap Suatu Penyakit (Specific
Protection)
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu yang gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Beberapa usaha diantaranya adalah :
a. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
terhadap penyakit-penyakit tertentu. Contohnya : imunisasi hepatitis diberikan
kepada mahasiswi kebidanan yang akan praktek di rumah sakit.
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadap
pasien penyakit flu burung.
c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum
dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat umum, misalnya adanya rambu-

rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan menyebrang tidak tertabrak
oleh kendaraan yang sedang melintas. Sedangkan di tempat kerja : para
pekerja yang memakai alat perlindungan diri.
d. Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan
narkotik. Contohnya : kursus-kursus peningkatan keterampilan, seperti kursus
menjahit, kursus otomotif.
e. Penanggulangan stress. Contohnya : membiasakan pola hidup yang
sehat , dan seringnya melakukan relaksasi.
b) Pada masa sakit
1.
Mengenal dan Mengetahui Jenis Penyakit pada Tingkat Awal Serta
Mengadakan Pengobatan yang Tepat dan Segera (Early Diagnosis And
Prompt Treatment)
Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau tindakan
pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena
penyakit.Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada
tingkat permulaan sehingga tidak akan menjadi parah. Prinsipnya diterapkan
dalam program pencegahan, pemberantasan dan pembasmian macam
penyakit baik menular ataupun tidak dan memperhatikan tingkat kerawanan
penyakit terhadap masyarakat yang tinggi. Misalnya : TBC paru-paru, kusta,
kanker, diabetes, jantung dll. Sedangkan Prompt treatment memiliki
pengertian pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk
menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt treatment merupakan
tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera dilakukan sebagai
penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a.
Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari seytiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera
b.

Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular

c.

Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit

Beberapa usaha diantaranya :


a.
Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan
misalnya pemeriksaan darah, rontgen, paru-paru dsb, serta memberikan
pengobatan
b.
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul

dapat diberikan segera pengobatan dan tindakan-tindakan yang lain misalnya


isolasi, desinfeksi, dsb.
c.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat
mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu
diberikan. Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan usaha
penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat. Kemungkinan
kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit menjadi lebih lama, biaya
untuk pengobatan dan perawatan menjadi lebih besar.

2.
Pembatasan Kecacatan dan Berusaha Untuk Menghilangkan Gangguan
Kemampuan Bekerja yang Diakibatkan Suatu Penyakit (Disibility Limitation)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi
kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat
(dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.peran bidan dalam hal tersebut yaitu memberikan
pelayanan kesehatan secara professional, melakukan pendampingan pada
pasien untuk mendapatkan kesehatan secara sempurna, serta memberikan
pendidikan kesehatan untuk masyarakat sejak dini
3.

Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam


masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
a.

Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.


Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu
mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu denganmempergunakan
kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.
b.

Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan


perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan

terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan


mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan
sebelum kembali kedalam masyarakat
c.

Rehabilitasi social vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam


masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata palsu.
Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat
mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental dan
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian
dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
pancasila yang berdasarkan unsur kemanusian dan keadailan social. Mereka
yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,
bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata, melainkan juga
berdasarkan hak asasinya sebagai manusia.
Sedangkan peran bidan dalam rehabilitasi (pemulihan) yaitu:
1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan melibatkan
masyarakat
2.

Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali

3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap


penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit
5.

Memberikan konseling pada penderita kecacatan

6. Memberikan keyakinan dalam kesembuhan, menumbuhkan kepercayaan


diri untuk bersosialisasi dgn masyarakat
7.

Memberikan pendidikan kesehatan

D.

PENYAKIT MENULAR DAN PENCEGAHANNYA


Suatu penyakit yang dapat menular ke orang lain dengan melalui kontak

langsung (direct contac) maupun lewat lingkungan/media, yg dapat menimbulkan


kematian apabila tidak ditanggulangi dengan baik.

E.

PENYAKIT-PENYAKIT

MENULAR

YANG

PERLU

MENDAPATKAN

PERHATIAN BAGI ANGGOTA TNI AL DAN KELUARGA


Penyakit-Penyakit Yang Dikatagorikan Penyakit Karantina :
1.

PES
Pandemi abad 16 (the black dead)
Pada tahun 1910, endemis di Surabaya, Malang, Kediri, Madiun

Surakarta, Yogya,.

Pada tahun 1970 endemis di Boyolali, Temenggung, Wonosobo,


Magelang dan Yogyakarta

2.

CHOLERA
Endemis sanitasi lingkungan, water suplpy dan penyajian makanan
yang tidak baik. Pada Th 1972 dalam 6 bulan : 13.327 px 2.262 + (17
%)

3.

CACAR
Small fox kematian yang tinggi

F.

PENYAKIT MALARIA
Tersebar luas diseluruh kepulauan indonesia (penyakit rakyat) :

Thn 1958 30.000.000 px, 12.000 +

Thn 1970 di irian jaya 118.072 px, 87 +

Survey tahun 2001 227 kabupaten di indonesia endemis malaria (66,2 %)

Mortalitas penyakit malaria rendah angka morbiditasnya cukup tinggi-

Menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan tempur prajurit rendah


G.

PENYAKIT TBC

Merupakan masalah kesehatan yang cukup besar bagi indonesia. Dengan


500.000 / tahun dengan kematian 175.000/tahun (35%)
Pemberantasannya sulit sosial ekonomi
kesadaran unt berobat rendah
pengetahuan rendah
fasilitas kesmas belum memadai

H.

FAKTOR AGENT
Karakteristiknya Dibedakan :
1.

Infektivitas (infectivity) : kemampuan agent untuk masuk dan


berkembang biak dalam host

2.

Patogenesis (pathogenecity) : kemampuan untuk menghasilkan suatu reaksi

klinis khusus sesudah infeksi terjadi.


3.

Virulensi (virulence) : kemampuan untuk menghasilkan suatu reaksi patologik

yang berat
4.

Toksisitas (toxicity) : kemampuan untuk menghasilkan suatu reaksi beracun.

5.

Invasifitas (invasiveness) : kemampuan unt merangsang suatu


respons imunologik

I.

FAKTOR HOST

Genetik

Resistensi/kekebalan ( bawaan/alami atau di buat)


anggota TNI AL pra tugas perlu diberi kekebalan sesuai dengan ado.

J.

FAKTOR LINGKUNGAN

Lingkungan fisik

Lingkungan biologis

Lingkungan sosial dengan aspek-aspek cultural

K.

FAKTOR MODEL PENULARANNNYA

Kontak langsung ( kissing, sexual contact, jarum suntik dll)

Lewat media:

L.

Water Borne Infection

Food Borne Infection

Air Borne Infection

Insect Borne Infection

Etc ( Handuk, Tempat Tidur Dll)

FAKTOR - FAKTOR

YANG

HARUS

DIPERHATIKAN

DALAM

PERKEMBANGAN PENYAKIT
1.

Perkembangan sosial ekonomi suatu daerah

2.

Pelayanan kesehatan yang ada

3.

Ketersediaan pangan / produksi makanan

4.

Perilaku masyarakat

5.

Perubahan lingkungan fisik

6.

Kondisi kesehatan masyarakat setempat

7.

Adanya adaptasi microbial penyakit

KESEHATAN KURATIF DAN REHABILITATIF MEDIK

A.

UNDANG-UNDANG RI NO. 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN


Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan.
Pasal 1 : Kesehatan : Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Upaya kesehatan : Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.


Tenaga kesehatan : Setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan.
Pengobatan tradisional : Pengobatan / perawatan dengan cara, obat dan
pengobatannya berdasarkan pengalaman dan ketrampilan secara turun
tumurun sesuai dengan norma masyarakat.

Pasal 10 : Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan :

Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif

: peningkatan kesehatan.
: pencegahan penyakit.
: penyembuhan penyakit.
: pemulihan kesehatan,

Pasal 12 : Keluarga sehat, kecil, bahagia dan sejahtera adalah keluarga yang :

Terbentuk atas perkawinan yang sah.


Mampu memberikan kehidupan spiritual, material yang layak.
Memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
anggota
keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Pasal 49 : Sumber daya kesehatan : Semua perangkat keras dan lunak untuk
mendukung upaya kesehatan meliputi : tenaga kesahatan, sarana kesehatan,
perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan dan Litbang

kesehatan.

B.

PENDAHULUAN

Pembinaan Kesehatan TNI AL ( Binkes TNI AL ) adalah upaya dan kegiatan


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan personel TNI AL agar mereka
mampu melaksanakan tugas kewajibannya sesuai dengan spektrum penugasannya
dan mewujudkan derajat kesehatan bagi personel TNI AL dan keluarganya.

1.

Pembinaan Kesehatan TNI AL diarahkan kepada :


Mendukung langsung pembinaan dan penggunaan kekuatan
TNI AL.
Melayani kesehatan seluruh personel TNI AL dan keluarganya
dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk
memajukan kesejahteraan umum.
Menunjang dukungan pembinaan dan penggunaan kekuatan
serta pelayanan kesehatan personel TNI AL.

Pembinaan kesehatan direncanakan, dikendalikan dan diawasi oleh


unsur kesehatan TNI AL yang diselenggarakan dalam bentuk :

Dukungan kesehatan ditujukan kepada perorangan dan satuan

operasi agar Tupok terlaksana.


Pelayanan kesehatan ditujukan kepada perorangan, kelompok
personel TNI AL dan keluarganya untuk mempertinggi derajat

kesehatan.
Penunjang kesehatan

untuk

menunjang

terselenggaranya

dukungan dan pelayanan kesehatan.

2.

C.

Tenaga Rehabilitasi Medik Meliputi :


-

Dokter Rehabmed.

Perawat Rehabmed.

Fisioterapis.

Okupasi Terapis.

Ortotis dan Prostetis.

Petugas Sosial ( Sosial Worker ).

Speech Terapi (Terapi Bicara ).

KEGIATAN KESKUREHAB

Dilaksanakan di Faskes TNI AL ( tetap dan bergerak ) mengikuti gerakan


Operasi / Latihan Operasi Militer.

Faskes TNI AL yang bersifat tetap meliputi Rumah Sakit Tk I s/d IV, Lembaga

Kesehatan TNI AL, Satuan Kesehatan, Balai Kesehatan, Balai Pengobatan.


Faskes TNI AL yang bersifat bergerak meliputi : Rumkitlap, Peleton
Kesehatan, Unit Kesehatan Kapal, Unit Kesehatan Kontener.
Sasaran Yankes yaitu kesehatan preventif dan kesehatan Kurehabmed.
1.

Kesehatan Preventif

Bertujuan memperpanjang hidup dan mempertinggi daya tahan tubuh


dengan jalan promosi kesehatan untuk mencegah dan memberantas faktor
penyebab timbulnya penyakit menular maupun tidak menular.
Penanggung jawab secara teknis medis : Diskesal.
Fungsi Komando : Panglima, Gubernur dan Komandan.
Pelaksana :

2.

Kesehatan Pangkalan

Unsur kesehatan yang ada di Lemdik, Ksatrian.

Sasaran : anggota TNI AL dan keluarga.

Kesehatan Kurehabmed

Bertujuan mempercepat penyembuhan dan upaya mengembalikan


fungsi tubuh serta jiwa kearah yang normal.
Dengan Jalan :
a.

Pemeriksaan Kesehatan Perorangan


Fungsi
perorangan.

: memberikan pelayanan kesehatan

Kegiatan
: memeriksa fisik dan mental perorangan
dan memberikan disposisi hasil pemeriksaan.
b.

Pelayanan Rawat Jalan


Fungsi : memberikan yankes kepada penderita yang
tidak memerlukan perawatan.
Kegiatan : memeriksa, menentukan diagnose, mengobati,
dan melakukan tindakan medis lainnya terhadap penderita
penyakit umum dan spesialistik termasuk gigi dan mulut.

c.

Pelayanan Rawat Inap


Fungsi : Memberikan yankes kepada penderita karena
keadaan penyakitnya memerlukan pengawasan terus menerus
dengan fasilitas menginap untuk memperoleh kesembuhan
secepatnya.
- Kegiatan : memeriksa, menentukan diagnosa, mengobati dan
tindakan medis lainnya serta pencatatan medik penderita .

d.

Pelayanan Rehabmed
Fungsi : memberikan yankes kepada penderita untuk
mengembalikan fungsi dan atau bentuk organ tubuh dan jiwa ke
keadaan semula.
- Kegiatannya : memberikan layanan fisioterapi, memberikan
alat bantu memberikan pengganti organ tubuh, rehabilitasi
mental.

D.

PENYELENGGARAAN KESKUREHABMED
Meliputi :

Perencanaan
Pelaksanaan
Pengawasan
Pengendalian
Penilaian

KESEHATAN GIGI

I.

Anatomi Gigi

Saturday, December 29th 2012. | Kesehatan Gigi Dan Mulut

Gigi terdiri atas dua macam jaringan, ada jaringan keras yang terletak diluar gigi
yaitu email gigi dan dentin, serta jaringan lunak yang terletak didalam gigi yaitu
pulpa. Email merupakan jaringan pelindung gigi yang memiliki tekstur keras yang
menutupi seluruh permukaan mahkota gigi. Jaringan yang berwarna putih ini
merupakan jaringan yang paling keras di dalam tubuh anda, bahkan jaringan ini jauh
lebih keras dibanding tulang tubuh anda. Email tidak dapat memiliki kemampuan
untuk tumbuh kembali. Sehingga, sekali jaringan ini rusak maka email ngak akan
dapat tumbuh kembali seperti semulanya.
Berbeda dengan email, dentin yang lebih berwarna kuning dan memiliki
tekstur lebih lunak dibanding email, memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali.
Namun pertumbuhannya bukan mengarah ke luar permukaan gigi, melainkan ke
arah pulpa di dalamnya, sehingga ukuran gigi ngak mungkin akan bertambah besar
karena pertumbuhan dentin.
Di dalam dentin terdapat saluran mikroskopis yang biasa disebut sebagai tubulus
dentin. Tubulus dentin berisikan cairan dan berjalan dari permukaan rongga pulpa ke
arah email dan sementum.
Gigi yang berlubang mengakibatkan permukaan dentin dan tubulusnya akan
terbuka. Apabila tubulus dentin yang telah terbuka ini diberi rangsangan seperti
rangsang dingin dan panas, makanan manis dan asam, maka hal ini akan
menyebabkan terjadinya pergerakan cairan di dalam tubulus yang akan merangsang
saraf di dalam pulpa. Sehingga hal inilah yang akan mengakibatkan gigi berlubang
dan terasa linu apabila saat anda memakan dan meminum yang dingin, panas,

ataupun manis. Bagian yang terletak paling dalam dari gigi biasa disebut pulpa.
Bagian pulpa ini mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dentin.
Pulpa merupakan jaringan lunak yang di dalamnya terdapat jaringan ikat, limfe,
saraf, dan pembuluh darah.
Limfe, saraf dan pembuluh darah yang masuk ke dalam gigi melalui suatu
lubang kecil yang berada di ujung akar gigi yang biasa disebut foramen apikal.
Pembuluh darah sangat berperan dalam memberikan nutrisi kepada gigi sehingga
gigi akan tetap kuat dan sehat, sedangkan saraf sangat berperan dalam
menghantarkan rangsang dari luar gigi ke otak anda sehingga anda dapat tahu kalo
ada kerusakan di gigi anda.
Apabila jaringan pulpa kamu mati akibat infeksi dari bakteri yang masuk melalui
lubang gigi, maka pembuluh darah ngak akan bisa lagi memberikan nutrisi kepada
gigi. Sehingga Gigi pun akan menjadi rapuh dan mudah hancur.
A.

FUNGSI DAN JUMLAH GIGI


Gigi merupakan salah satu bagian dari organ manusia yang ada di rongga

mulut. Semua benda yang akan masuk ke rongga mulut harus melalui gigi, tanpa
ada gigi akan banyak menimbulkan gangguan pada manusia, bahkan bisa
mendatangkan berbagai macam penyakit akibat kurang sempurnanya proses
pencernaan sebelum dicerna lebih lanjut. Disamping itu, tanpa gigi manusia tidak
bisa tampil dengan sempurna karena keindahan, kecantikan, ketampanan jadi
berkurang tanpa gigi pula manusia tidak bisa berbicara dengan sempurna, karena
pembentukan huruf-huruf yang dikeluarkan melalui udara yang terbentuk tidak ada
yang mendukung.
Jadi pada dasarnya fungsi gigi sebagai berikut :
1.

Gigi dipakai untuk mengunyah makanan atau membantu proses

pencernaan makanan.
2.

Gigi dipakai untuk berbicara.

3.

Gigi berfungsi menyangga otot-otot mulut, sehingga pipi tampak

kencang.

4.

Gigi juga sebagai estetik atau kecantikan.

Gigi sendiri dalam prosesnya mengalami 2 ( dua ) kali pertumbuhan yaitu


pada anak-anak antara umur 6 bulan 2 tahun, dan tumbuh lagi pada usia 6 20
tahun untuk gigi dewasa. Beda antara gigi anak dan dewasa pada jumlah dan besar
kecilnya gigi. Gigi dewasa lebih besar daripada gigi anak.

Jumlah gigi sendiri adalah sebagai berikut :


1.

Gigi anak jumlahnya 20 buah, terdiri dari :


a.

b.

c.

2.

8 Gigi seri
1)

4 gigi seri RA

2)

4 gigi seri RB

4 gigi taring
1)

2 gigi taring RA

2)

2 gigi taring RB

8 gigi geraham
1)

4 gigi geraham RA

2)

4 gigi geraham RB

Gigi dewasa jumlahnya 32 buah, terdiri dari :


a.

8 gigi seri
1)

4 gigi seri RA

2)

4 gigi seri RB

b.

c.

d.

B.

4 gigi taring
1)

2 gigi taring RA

2)

2 gigi taring RB

8 gigi geraham
1)

4 gigi geraham kecil RA

2)

4 gigi geraham kecil RB

12 gigi geraham
1)

6 gigi geraham besar RA

2)

6 gigi geraham besar RB

JENIS GIGI
Jenis gigi seperti disebutkan dengan meliputi :
1.

Gigi seri atau Insisimus (I)


Gigi seri ini ada 8 buah, 4 atas dan 4 bawah, bentuknya pipih berfungsi

untuk memotong makanan atau menggigit makanan


2.

Gigi taring atau Carimus (C)


Gigi ini jumlahnya ada 4, 2 atas dan 2 bawah, berfungsi merobek

makanan dan berbentuk runcing dengan akar paling panjang dari seluruh gigi
yang ada. Gigi taring ini berfungsi juga menyangga sudut mulut sehingga pipi
tampak kencang. Gigi ini merupakan gigi yag paling kuat dari sekian gigi yang
ada.

3.

Gigi geraham kecil atau Premolar (P)


Jumlah ada 8 buah, 4 atas 4 bawah berfungsi mengunyah makanan,

tetapi tidak sekuat geraham besar, karena rata-rata akarnya cuma satu. Pada
gigi anak-anak gigi ini tidak didapatkan.
4.

Gigi geraham besar atau Molar (M)


Jumlah ada 12 buah, 6 atas dan 6 bawah berfungsi mengunyah

makanan. Letaknya 3 paling belakang dengan jumlah akar 3 buah untuk atas
dan 2 buah untuk bawah. Gigi ini tumbuhnya tanpa didahului gigi anak
langsung tumbuh umur 6 tahun untuk M1, 12 tahun untuk M2 dan 20 atau 21
tahun untuk M3. Kehilangan 1 gigi jenis gigi ini akan merasa terganggu dalam
hal pengunyahan, karena disamping untuk mengunyah, gigi ini juga berfungsi
sebagai kunci gigitan antara atas dengan bawah.

C.

BAGIAN-BAGIAN GIGI
Gigi merupakan bagian tubuh manusia yang paling keras, bahkan meskipun

manusia itu sudah meninggal tetapi gigi tidak akan termakan oleh tanah sampai
beratus tahun lamanya. Gigi melekat erat pada rahang manusia, karena didukung
adanya jaringan penyangga gigi. Jadi pada dasarnya gigi dibagi menjadi :
Mahkota gigi
Merupakan bagian yang muncul diatas gusi. Dibagi menjadi 3 bagian :
a.

Enamel
1)

Merupakan jaringan paling keras dari mahkota gigi

2)

Tebal antara 0,7 1 mm

3)

Merupakan perlindungan pertama terhadap setiap rangsangan

terhadap gigi
b.

Dentin
1)

Merupakan lapisan ke-2 dari mahkota gigi setelah enamel gigi

2)

Tebal sekitar 1 2 mm

3)

Dengan mikroskop elektron tampak adanya tubuli-tubuli dentin

(seperti pipa-pipa kecil) tempat mengalirnya rangsangan dan


pertahanan jika ada rangsangan dari luar. Setiap ada rangsangan akan
diterima dentin dan diteruskan ke bagian yang lebih dalam dari gigi.
4)
c.

Sifatnya lebih lunak daripada enamel

Pulpa
1)

Merupakan lapisan ke-3 dari gigi setelah dentin

2)

Bentuknya berupa saluran mulai dibawah dentin sampai ke

ujung akar gigi


3)

Tempat dilewatinya pembuluh darah, syaraf dan kelenjar getah

bening
4)

Saluran ini sangat lunak, lebih lunak daripada dentin

5)

Merupakan pertahanan terakhir daripada gigi dan menjaga

vitalitas gigi karena adanya aliran darah dan persyarafan, juga kelenjar
getah bening.
Akar gigi, merupakan bagian gigi yang masuk kedalam jaringan rongga
mulut. Jaringan penyangga gigi, merupakan jaringan yang menyangga gigi
agar gigi bisa kuat tertanam dalam tubuh manusia. Jaringan ini meliputi :
a.

Tulang Alveal, meruapkan tulang rahang tempat duduknya akar gigi

b.

Cementum, merupakan lapisan semen yang menempel pada akar gigi

c.

Membran Periodental, merupakan serabut-serabut yang

menghubungkan tulang alveal dengan cementum gigi


d.

Gusi (Bingiva), merupakan jaringan lemak, berwarna merah muda

normalnya, yang meliputi tulang alveal gigi

D.

PENYAKIT GIGI DAN PENYAKIT JARINGAN


1.

Karies gigi
Karies gigi merupakan penyakit gigi dimana penyakit ini bisa

menyebabkan gigi berlubang, akibatnya bila lubang tersebut sangat dalam


akan mengganggu fungsi dari gigi karena dampak lubang gigi tersebut bisa
berupa adanya berbagai macam keluhan seperti dari yang ringan, seperti
sering kemasukan makanan, yang sedang terjadi rasa ngilu atau yang berat
rasa sakitnya cekot-cekot, kepala pusing bahkan bisa bengkak sehingga
wajah menjadi assy metris. Karies gigi pula yang sering mengakibatkan
hilangnya gigi sehingga fungsi pengunyahan akan sangat terganggu jika
kehilangan gigi itu cukup banyak.
Di rongga mulut, karies gigi terjadi karena adanya bakteri-bakteri
rongga mulut yang mengunyah sisa-sisa makanan menjadi asam, suasana
asam tersebut yang melarutkan enamel gigi sehingga gigi jadi berlubang. Di
samping itu faktor tuan rumah (host) dari gigi sendiri sangat berperan. Pada
gigi yang lemah gampang sekali larut sehingga terjadi karies gigi. Macammacam bakteri rongga mulut seperti jenis streptococcus lactobacillus paling
berperan terhadap terjadinya karies gigi. Bakteri ini selalu ada di rongga
mulut, tujuannya untuk keseimbangan suasana rongga mulut. Jika tidak ada
bakteri tersebut maka jamur-jamur di rongga mulut akan berkembang dengan
pesatnya akibat tidak ada keseimbangan.
Akibat perkawinan manusia kadang muncul genetik-genetik tertentu
yang sifatnya lemah, genetik tersebut berakibat pada gigi pula, sehingga
giginya rentan terhadap karies gigi. Disamping faktor-faktor seperti yang
sudah disebutkan diatas, ada faktor lain yang berperan terhadap terjadinya
karies gigi. Faktor tersebut banyak disebabkan oleh makanan, terutama
makanan dengan karbohidrat tinggi yang mengandung banyak gula (sukrosa)
dan makanan lemak. Makanan-makanan ini jika menempel pada gigi dan
tidak segera dibersihkan akan diubah oleh bakteri menjadi suasana asam
sehingga asam tersebut melarutkan enamel gigi, akibatnya gigi bisa
berlubang. Berdasarkan penelitian makanan yang menempel pada gigi
minimal 6 jam dan tidak dibersihkan sudah cukup untuk bisa melarutkan

enamel. Kondisi ini bisa diperparah jika bakteri gigi sendiri (host) kurang
mendukung atau sangat lemah.
Berdasarkan jenisnya, karies gigi dibagi menjadi 3 jenis :
a.

Karies superficial, adalah karies yang mengenai enamel gigi

dan dangkal, kadang belum menimbulkan keluhan pada penderita,


hanya tampak hitam pada garis-garis gigi. Enamel terasa lunak bila
terkena karies daripada sisi enamel yang utuh.
b.

Karies media, adalah karies yang mengenai lapisan dentin

daripada gigi lebih dalam dari superficial, dentin gigi sudah terdeteksi
dengan alat periksa gigi, biasanya mengeluarkan rasa ngilu pada
penderita terutama terhadap rangsangan dingin.
c.

Karies profunda, adalah karies yang sudah mengenai pulpa

dari gigi, pulpa bisa terbuka atau belum. Bisa menimbulkan rasa sakit
yang hebat bila tersentuh rangsangan baik suhu dingin atau mekanis
seperti akat periksa gigi. Pada malam hari sakit ini bisa lebih hebat
daripada siang hari.

2.

Karang gigi
Karang gigi terbentuk akibat reaksi antara sisa makanan yang

menempel pada gigi dan lama tidak dibersihkan dengan air ludah membentuk
suatu endapan dan menempel pada gigi. Karang gigi jika menempel masuk
pada satu gigi disebut subgingival calculus, bila diatas gingiva dekat leher gigi
disebut supragingival calculus. Jika tidak segera dibersihkan karang gigi akan
mempengaruhi aliran darah ke gingiva sehingga suplai makanan ke gingiva
berkurang, akibatnya perlekatan gingiva terhadap gigi menurun, tulang alveal
gigi akan mengecil sehingga lama kelamaan gigi menjadi goyang bahkan bisa
lepas atau terpaksa dicabut. Karang gigi sering timbul terutama dekat dasar
lidah seperti bagian sisi depan dekat lidah pada gigi rahang bawah, dan sisi
belakang gigi geraham besar atas. Dianjurkan pembersihan karang gigi
minimal 2 x dalam 1 tahun agar gigi dan gusi ( gingiva ) tetap sehat

3.

Gingivitis
Gingivitis berasal dari kata Gingiva (gusi)danitis (radang ).Jadi

gingivitis merupakan radang pada gusi, bisa akibat dari karang gigi atau
benda asing yang tidak diterima gusi seperti ke tusuk duri ikan atau alat tusuk
gigi atau akibat gusi yang berlubang dan infeksi sudah menjalar sangat jauh.
Gingivitis bisa disembuhkan dengan menghilangkan faktor penyebab dan
dibantu dengan pemberian obat-obatan baik secara oral atau melalui
diminum.
Gingivitis ditandai dengan :

Warna gusi menjadi lebih merah ( normalnya merah muda ).

Gusi terasa agak sakit .


Ada faktor penyebab di dekat gusi yang sakit seperti benda asing, gigi
berlubang, karang gigi.

Bau mulut kurang sedap.

4.

Periodontitis
Periodontitis berasa dari kata Periodental atau jaringan penyangga

gigi dan It is berarti radang. Jadi periodontitis merupakan radang jaringan


periodental yang melibatkan struktur penyangga gigi seperti gusi, tulang
alveal, cementum dan membran periodental. Periodontitis bisa terjadi karena :

Gigi karies dengan pulpa terbuka


Gingivitis tidak dirawat
Trauma atau benturan pada gigi
Adanya abses akibat gigi yang infeksi

Periodontitis jika tidak dirawat bisa berakibat :

Gigi jadi goyang


Tulang alveal gigi makin mengecil
Bau mulut tidak sedap
Gigi dan gusi terasa sakit

5.

Abses
Abses merupakan perkembangan lebih lanjut dari periodontitis.

Periodontitis yang bertambah parah akan berubah menjadi abses. Abses


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

6.

Adanya pembengkakan pada pipi


Pembengkakan bersifat lunak, terutama kalau diraba
Abses berisi nanah atau cairan yang berisi darah campur nanah
Abses menimbulkan rasa sakit akibat adanya tekanan nanah

yang semakin banyak


Abses jika dibiarkan bisa berubah menjadi tumor.

Stomatitis
Merupakan radang pada jaringan lunak di rongga mulut. Radang ini

berwarna putih ditengah, tampak kemerahan dipinggir. Penyebab radang ini


dari golongan jamur, bisa disebabkan adanya ketidakseimbangan antara
bakteri dan jamur di rongga mulut. Ditambah dengan adanya luka pada
jaringan lunak rongga mulut tambah memperparah radang tersebut. Radang
tersebut bisa terletak pada :

Jaringan pipi
Gusi
Langit-langit rongga mulut
Dasar lidah

Anda mungkin juga menyukai