25/08/2009
Nu_groz Computer [www.trinoval.web.id]
Trinoval Yanto Nugroho, S.Kep
KONSEP DASAR
1. Pengertian
1. AIDS adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui (Rampengan, 1993).
2. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz
Alimul Hidayat, 2006).
3. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi HIV (Price, 2000 : 224)
4. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immodeficiency
Virus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Depkes RI,
1992 : 2)
5. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat
yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan
kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)
6. AIDS adalah suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik
defisiensi imune yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi
Human Immunedeficiency Virus (Syaefulloh, 1998)
7. AIDS merupakan syndrome defisiensi immune yang didapat, rute satu-satunya
teridentifikasi dari transmisi melalui darah dan semen yang terkontaminasi oleh
HIV (Engram, 1998)
Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan, AIDS adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV yang ditandai dengan syndrome menurunnya sistem kekebalan
tubuh, sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker.
2. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV)
dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui
hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan
dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan
RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya
ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.
Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah
terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah semen, sekresi vagina, ludah,
air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin.Darah,
semen, sekresi vagina dan ASI merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS.
Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah
jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum) seksual (homo bisek/heteroseksual)
perinatal (intra plasenta dan dari ASI)
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga
transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang
berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang)
3. Patofisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk
dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan mengalami
destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan mengulang respons
imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain
terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada saat virus
HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel T
pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka lapisan
protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA
virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama proses
normal pembelahan.
inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor
serebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
1. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung berhubungan
dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat malam, terasa lelah
yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10% yang mengindikasikan
AIDS (slim disease)
2. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia
complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain mielopati,
neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori secara fluktoatik,
bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan motorik. Demensia
penuh dengan adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit
kontitusional.
3. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii protozoa
(PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated
desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi,
salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon;
herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)
4. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
5. Penyakit lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana sistem
imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV
menguasai tubuh.
4. Manifesasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10
tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang
dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada penderita AIDS antara lain:
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke
dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan
38 C sampai 40 C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di
ketiak, disertai dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah
infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis
yaitu pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya
di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam
tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan
berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercakbercak di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas,
kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini di
indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan
menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di serang penyakit
berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak,
infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis
mulut dan pnemonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa
perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama
kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :
1. Berat badan lahir rendah
2. Gagal tumbuh
3. limfadenopati umum
4. Hepatosplenomegali
5. Sinusitis
6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang
7. Parotitis
5. Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC)
2. Pneumonia interstitial limfoid
3. Tuberkulosis (TB)
4. Virus sinsitial pernapasan
5. Candidiasis esophagus
6. Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
7. Diare kronik
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan dua
cara :
1. Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan
menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah
satu cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase chain
reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;
1. Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga
menghambat pemeriksaan serologis.
2. Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
3. Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi
7. Penatalaksanaan
Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS. Penatalaksanaan
AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan penyakit dan
pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan menggunakan tiga parameter: status kekebalan,
status infeksi, dan status klinik. Seorang anak dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa
bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. status imun didasarkan pada jumlah
CD4 atau persentase CD4, yang tergantung usia anak.
Kategorisasi Anak Infeksi HIV dan AIDS
Kategori Imun
Kategori Klinis
(N)
(A)
(B)
Tanpa
Tanda
Tanda
Tanda
dan
dan
dan
Gejala
Gejala
Gejala
Ringan
Sedang
N1
A1
B1
C1
N2
A2
B2
C2
N3
A3
B3
C3
sedang
(3) Tanda supresi berat
Keterangan :
Kategori Klinis HIV
1. Kategori N : Tidak bergejala
Anak-anak tanpa tanda atau gejala infeksi HIV
2. Kategori A: Gejala ringan
Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:
1. Limfadenopati
2. Hepatomegali
3. Splenomegali
4. Dermatitis
5. Parotitis
6. Infeksi saluran pernapasan atas yang kambuhan/persisten, sinusitis, atau otitis
media.
3. Kategori B: Gejala sedang
Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV atau menunjukkan kekurangan
kekebalan karena infeksi HIV: contoh dari kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Anemia, neutropenia, trombositopenia selama > 30 hari
2. Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis
3. Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan
4. Kardiomiopati
5. Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan
6. Diare, kambuhan atau kronik
7. Hepatitis
8. Stomatitis herpes, kambuhan
9. Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1
bulan.
10. Herpes zoster, dua atau lebih episode
11. Leiosarkoma
12. Penumonia interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner
(LIP/PLH)
13. Varisela zoster persisten
14. Demam persisten > 1 bulan
15. Toksoplasmosis awitan sebelum berusia 1 bulan
16. Varisela, diseminata (cacar air berkomplikasi)
4. Kategori C : Gejala Hebat
Anak dengan kondisi berikut ini:
1. Infeksi bakterial multipel atau kambuhan
2. Kandidiasis pada trakea, bronki, paru, atau esofagus
3. Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstrapulinoner
1. Obat-obat
yang
telah
dicoba
dipakai
adalah
imunomodulator,
seperti
H. Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit AIDS, adalah :
1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS
2. Mencegah hubungan seksual dengan partner banyak atau dengan orang yang mempunyai
banyak partner
3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotik yang menggunakan obat suntik.
4. Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi donor darah.
5. Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien-pasien yang benar-benar perlu
6. Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau suntiknya
7. Penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil, melahirkan maupun
postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi AIDS jangan hamil dan jangan
melahirkan.
PATHWAY
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Subjektif, mencakup:
1. Pengetahuan klien tentang AIDS
2. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
3. Dispneu (serangan)
4. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
1. Kulit, lesi, integritas terganggu
2. Bunyi nafas
3. Kondisi mulut dan genetalia
4. BAB (frekuensi dan karakternya)
5. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran TTV
2. Pengkajian Kardiovaskuler
3. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung kongestif
sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
4. Pengkajian Respiratori
5. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas
pendek waktu istirahat, gagal napas.
6. Pengkajian Neurologik
7. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-kejang,
enselofati,
gangguan
psikomotor,
keterlambatan perkembangan.
penurunan
kesadaran,
delirium,
meningitis,
8. Pengkajian Gastrointestinal
9. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis mulut,
selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis,
pembesaran limfa.
10. Pengkajain Renal
11. Pengkajaian Muskuloskeletal
12. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
13. Pengkajian Hematologik
14. Pengkajian Endokrin
4. Kaji status nutrisi
5. Kaji adanya infeksi oportunistik
6. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan
3. INTERVENSI
1. Diagnosa 1 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
NOC : immune status
Kriterias hasil :
1.
2.
3.
Status BB normal
4.
5.
6.
Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak kompromi
NIC : imunisation / vaccination administration
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
3 = Penyimpangan sedang
4 = Penyimpangan berat
5 = Extrim
3. Diagnosa III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan
NOC : fluid balance
Kriteria hasil :
1. Tekanan darah normal
2. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam
3. Tidak ada distensi vena jugularis
4. Hidrasi kulit
5. Membran mukosa normal
6. Turgor kulit baik
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjaukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
6. Diagnosa VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar
sering (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kulit anak tetap bersih, utuh dan
bebas iritasi
NOC : Tissue integrity
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan
pigmentasi )
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit
5. Mampu mempertahankan kelembaban kulit
Skala penilaian :
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Kadang-kadang
4 = Jarang
5 = Tidak pernah
NIC : Exercise Therapy
1. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk adanya tanda-tanda iritasi
kemerahan
2. Lindungi permukaan kulit yang bergesekan
3. Masase kulit dengan lembut menggunakan lotion di area yang iritasi
10. Diagnosa X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
penyakit serius
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan orang tua dan anak menunjukan
perilaku kedekatan
NOC : Koping keluarga
Kriteria hasil :
1. Saling percaya dan dapat manghadapi masalah
2. Mengatasi masalah
3. Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga
4. Tetapkan prioritas
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Selalu menunjukan
5 = Sering menujukan
NIC : Support keluarga
Intervensi :
1. Yakinkan keluarga bahwa pasien akan diberi perawatan terbaik
2. Hargai reaksi pasien terhadap kondisi pasien
3. Berikan timbal balik atas koping keluarga
4. Terangkan menhenai rencana medis dan perawatan pasien terhadap keluarga
5. Berikan informasi tentang perkembangan pasien sesuai dengan kondisi
3. EVALUASI
1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
1. Status gastrointestinal normal 4
2. Status respirasi normal 3
3. Status BB normal 3
4. Status integritas kulit normal 3
5. Tidak menunjukan kelemahan 3
6. Menunjukan kekebalan tubuh
2. Dx II : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun
1. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan 2
2. Turgor kulit baik 3
3. Tanda-tanda vital baik 2
3. Dx III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
1. Tekanan darah normal 3
2. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam 3
3. Hidrasi kulit 3
4. Membran mukosa normal 3
5. Turgor kulit baik 3
6. Dx VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar sering
(diare)
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan
pigmentasi ) 3
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
3. Perfusi jaringan baik 4
4. Mampu melindungi kulit 3
5. Mampu mempertahankan kelembaban kulit 3
10. Dx X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius
1. Saling percaya dan dapat manghadapi masalah 5
2. Mengatasi masalah 5
3. Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga 5
4. Tetapkan prioritas 5
DAFTAR PUSTAKA
Muma, Richard D. 1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.
Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta
Source: www.trinoval.web.id