Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan
oleh

negara

untuk

membiayai

pengeluaran

rutin

maupun

pengeluaran

pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan


mengurangi laba bersih. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, mulai dari yang masih ada di dalam bingkai peraturan perpajakan
sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya minimalisasi pajak
ini sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning). Melaksanakan
kewajiban pembayaran pajak dengan jumlah yang sebenarnya sesuai peraturan
merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap subyek pajak suatu negara,
dimana tindakan penyelewengan merupakan tindakan melawan hukum, tetapi
melakukan penghematan pajak merupakan suatu hal yang sah-sah saja asalkan
tidak melanggar ketentuan perpajakan yang ada.
Perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan pengecualianpengecualian dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU
No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak
dianggap sebagai pelanggaran yang akan merugikan Wajib Pajak dan tidak
mengarah pada penggelapan pajak. Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami
berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi atau biasa
disebut dengan krisis ekonomi. Di dalam kondisi ekonomi saat ini, banyak
perusahaan mengalami gulung tikar atau memutuskan untuk menutup usahanya.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya meningkatnya tingkat inflasi
dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dollar) yang mengalami
penurunan. Sebagai akibatnya perusahaan harus mengeluarkan biaya usaha yang
besar untuk membiayai kegiatan usahanya, tetapi dengan pengeluaran yang besar
tersebut, perusahaan tidak mendapatkan penghasilan yang sebanding dengan biaya
yang dikeluarkannya. Hal ini akan lebih terasa pada perusahaan yang mempunyai
pinjaman atau hutang berupa dollar dalam jumlah yang besar, perusahaan yang
tergantung pada barang impor atau perusahaan yang masih tergantung pada pihak
asing.
Dalam keadaan seperti ini, maka manajer perusahaan harus dapat
menentukan keputusan serta tujuan dari perusahaan yang dipimpin atau
dikendalikannya. Tugas manajer perusahaan adalah mengambil keputusan yang
didasarkan pada keterpaduan antara fungsi bisnis yang meliputi bidang
pemasaran, produksi, keuangan sumber daya manusia, penelitian serta
pengembangan,

dan

fungsi

manajerial

yang

meliputi

perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan. Berdasarkan masalah di atas


maka sangat perlu pengkajian/pembahasan tentang Perencanaan Pajak Secara
Umum .
1.2 Rumusan Masalah
a. Adapun rumusan masalah yang dibahas adalah.
1) Bagaimana Konsep manajemen strategis dan perencanaan startegis
2)
3)
4)

yang dilakukan oleh manajer?


Apa saja Risiko dan pengaruh pajak atas perusahaan?
Bagaimana manajemen pajak yang baik?
Apa saja motivasi dilakukannya perencanaan pajak?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah yaitu.
1) Mengetahui Konsep manajemen strategis dan perencanaan startegis yang
dilakukan oleh manajer
2) Mengetahui Risiko dan pengaruh pajak atas perusahaan
3) Mengetahui manajemen pajak yang baik
4) Mengetahui motivasi dilakukannya perencanaan pajak

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manajemen Strategi dan Perencanaan Strategis
Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan)
dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi
(program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan)
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Perencanaan strategis dalam organisasi merupakan salah satu aspek dari
materi manajemen strategis yang selalu diperlukan oleh setiap organisasi. Setiap
perubahan lingkungan yang terjadi memerlukan respons strategis, baik dalam
perencanaan, pelaksanakan, maupun evaluasi.
Dari sebutan semula perencanaan perusahaan, berkembang menjadi
strategi perusahaan, perencanaan strategis, kebijakan bisnis, dan akhirnya menjadi
manajemen strategis, yang berisi bagaimana pimpinan puncak suatu organisasi
menanggapi perubahan lingkungan yang sangat kompleks dan dinamis tersebut.
Agar dapat mencapai tujuan, setiap perusahaan melakukan dua fungsi
pokok, yaitu:
a) Fungsi bisnis yang meliputi bidang pemasaran, produksi, keuangan,
sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, dan sebagainya.
b) Fungsi Manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
Tugas manajer perusahaan adalah mengambil keputusan yang didasarkan pada
keterpaduan antara kedua fungsi tersebut sehingga mencapai keterpaduan di
tingkat atas. Menurut Glueck dan Jauch (1980) seperti yang dikutip oleh Martani

Husaeni (1989), yang mengarah kepada perkembangan suatu strategi yang efektif
untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Studi tentang manajemen strategi menekankan pada pemantauan dan evaluasi
kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan lingkungan, di samping
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan.

2.2 Resiko dan Pengaruh Pajak atas Perusahaan


2.2.1 Risiko perusahaan
Beberapa risiko yang mungkin timbul karena investasi, antara lain:
a) Risiko penghasilan, timbul karena adanya ketidakpastian penerimaan
operasi dari biaya saat ini, ketidakpastian atas harga keluaran (output)
perusahaan dibandingkan dengan biaya (input) dimasa yang akan datang.
b) Risiko Modal, timbul karena ketidakpastian ekonomi atas biaya depresiasi
sebab asset yang cepat usang atau berganti mode. Akibatnya, asset yang
diinvestasikan sudah ketinggalan jaman sehingga tidak mampu bersaing
lagi.
c) Risiko Keuangan, timbul karena ketidakpastian tingkat biaya bunga atas
dana pinjaman, akibatnya mungkin perusahaan tidak mampu membayar
kembali pinjaman dan bunganya.
d) Risiko Inflasi, timbul karena ketidakpastian tingkat inflasi pada masa yang
akan datang. Ia akan berpengaruh terhadap penghasilan dan biaya untuk
mengganti asset perusahaan di masa yang akan datang.
e) Risiko atas keputusan yang tidak dapat diubah, timbul karena pembelian
asset atau biaya yang sudah dikeluarkan tidak dapat digunakan untuk

keperluan

lainnya.

Oleh

karena

itu,

investor

harus

betul-betul

memperhitungkan masalah waktu.


f) Risiko politik, timbul karena adanya perubahan kebijakan pemerintah,
misalnya

kebijakan

pemerintah

dalam

bidang

perpajakan (Tax

Policy) yang disesuaikan dengan kondisi perekonomian suatu negara


maupun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2.2 Pengaruh Pajak terhadap perusahaan


Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah,
yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik. Besar pajak
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara
administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan
pajak tidak langsung. Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan yang diterima atau diperoleh dapat dianggap sebagai biaya dan beban
dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan maupun distribusi laba kepada
pemerintah (Smith dan Skousen, 1987).
Secara ekonomis, pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia
untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan. dalam praktik bisnis,
umumnya pengusaha mengindentikan pembayaran pajak sebagai beban sehingga
akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib
menekan biaya seoptimal mungkin.
Pengelolaan kewajiban pajak sering diasosiasikan dengan suatu elemen
dalam manajemen dalam suatu perusahaan yang disebut manajemen pajak.

Manajemen pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan. Manajemen


keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,
pendanaan, dan pengelolaan aset dengan beberapa tujuan secara menyeluruh.
Tujuan manajemen pajak harus sejalan dengan tujuan manajemen keuangan, yaitu
memperoleh likuiditas dan laba yang memadai.
Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan berhubungan
dengan pajak. Langkah pertama yaitu mulai dengan mendaftarkan diri sebagai
wajib pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan terdaftar
di salah satu Kantor Pelayanan Pajak, melaksanakan akuntansi perpajakan, serta
membayar dan menyampaikan SPT masa tahunan sesuai dengan jenis pajaknya
pada tanggal yang telah ditentukan. Langkah kedua adalah merencanakan pajak
(tax planning) yaitu dengan memperhitungkan pengaruh pengambilan keputusan
tertentu terhadap kewajiban pajaknya, misalnya keputusan untuk melakukan
investasi.

2.3 Manajemen Pajak


Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin
untuk

memperoleh

Lumbantoruan,1996).

laba

dan

likuiditas

yang

diharapkan

(Sophar

Menurut Zain (2005:5) manajemen pajak adalah merupakan suatu proses


mengorganisasikan usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa
sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya
berada dalam posisi seminimal mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.
Tujuan manajemen pajak dapat menjadi dua, yaitu :
a)

Menerapkan peraturan perpajakan secara benar

b) Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya


Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen
pajak yang terdiri atas:
1) Perencanaan Pajak (tax planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada
umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban
pajak.
Perencanaan
transaksi terkait

dengan

pajak

merupakan tindakan

konsekuensi

potensi

legal

pajak, pajak

pengendalian
yang

dapat

mengefisiensikan jumlah pajak yang ditransfer ke pemerintah.


Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax
Burden)serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi
berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-undang maka tax planning disini sama
dengan tax avoidancekarena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha

untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.
Dalam buku Mohammad Zain (2006 : 67) pengertian perencanaan pajak
adalah sebagai berikut: Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan
yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah
bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan
di transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak
(tax avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax evasion) yang merupakan
tindak pidana fiskal yang tidak akan di toleransi. Walaupun kedua cara tersebut
kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun
suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan
legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak jelas-jelas
merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan
Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan
apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut
terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda
pembayarannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setip wajib pajak akan
membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Dengan

demikian, bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambilan


faktor non pajak yang material untuk menentukan:
a.
b.
c.
d.

Apakah
Kapan
Bagaimana, dan
Dengan siapa dilakukan transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang
memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah
mungkin dan sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.
Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai

cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Ukuran yang digunakan dalam
mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, adalah:
a. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan
jalan menahan diri untuk tidak membeli produkproduk yang ada pajak
pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau
pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil
dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.
b. Tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan
yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak
yang terhutang.
c. Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak terhutang
secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
(1)

Aspek formal dan administratif perencanaan pajak

a)

Sanksi administrasi maupun pidana merupakan pemborosan

sumber daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak


yang baik.
b) Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban
mendaftar diri untuk memperoleh NPWP dan pengukuhan pengusaha
kena pajak (PKP), menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan,
membayar pajak, Menyampaikan SPT, di samping memotong atau
memungut pajak.
c) Dalam
sistem
antara assessment dengan

perpajakan
sistem

selalu

dipisahkan

pembayaran. Assessment yang

berlaku saat ini adalah self assessment yaitu kewajiban untuk


menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri. Atau
dengan sistem pemotongan oleh pihak ketiga (withholding system.
(2)

Aspek Material dalam perencanaan pajak


Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan,

perbuatan, maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Maka
untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan
pembayaran pajak yang tidak lebih bayar (karena dapat mengurangi optimalisasi
alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar sanksi
administrasi yang merupakan pemborosan dana).

(3) Penghindaran sanksi pajak


Sistem perpajakan menganut prinsip substansi mengalahkan bentuk
formal. Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakan secara

formal, tetapi kalau ternyata substansi menunjukkan lain atau motivasi rekayasa
tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, fiskus dapat menganggap
bahwa wajib pajak kurang patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Apabila terjadi perbedaan interpretasi fakta perpajakan, lembaga peradilan pajak
yang akan memutuskan.
Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu
perencanaan pajak (tax planning) :
a) Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu
perencanaan pajak ingin

dipaksakan

dengan melanggar

ketentuan

perpajakan buat WP merupakan resiko yang sangat berbahaya dan


mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.
b) Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka perencanaan
pajak yang tidak masuk akan akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
c) Bukti-bukti pendukungnya yang memadai
2)

Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation)

Setelah

tahap

perencanaan,

maka

langkah

selanjutnya

adalah

mengimpelementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan


bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan
yang berlaku. manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan
dan jika dalam pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka
praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai
dan dilaksanakan, yaitu :
a)

Memahami ketentuan peraturan perpajakan

b)

Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat


Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik

dan benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang
diantaranya, adalah:
a. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang
dapat diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.
b. Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara
cermat, perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih
akurat,

mengestimasi

kebutuhan

kas

terhadap

pajak

dan

menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal


atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.
c. Pengendalian pajak (tax contol)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi
persyaratan formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak
adalah pemeriksaan pembayaran pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan
pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak.
Strategi dalam Perencanaan Pajak
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak untuk
meminimalkan pajak yang harus dibayar (Sophar Lumbantoruan, 1996), yaitu:

a) Pergeseran pajak, merupakan pemindahan atau mentransfer beban pajak dari


subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian orang atau badan yang
dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.
b) Kapitalisasi, merupakan pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah
pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.
c) Transformasi, merupakan cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan
dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
d) Tax Evasion
e) Tax Avoidance

2.4 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak


Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak. Ada
3 (tiga)unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak:
1.

Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)

Kebijakan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak


dituju dalam sistem perpajakan.
Terdapat faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu:
a)

Pajak yang akan dipungut

b)

Siapa yang akan dijadikan subjek pajak

c)

Apa saja yang merupakan objek pajak

d)

Berapa besarnya tarif pajak

e)
2.

Bagaimana prosedurnya

Undang-undang Perpajakan (Tax Law)


Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-

undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam


pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain(Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan DIrektur Jendral Pajak),
maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undangundang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan
dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.
3.

Administrasi Perpajakan j(Tax Administration)


Secara

umum

motivasi

dilakukannya

perencanaan

pajak

adalah

memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam
pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk
melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan
peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat
oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang
secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain
tertentu) dengan memanfaatkan:
1. Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)
2. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan
pajak (Tax Base)
3. Loopholes (celah) , Shelters ( berlindung) dan Havens

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Manajemen strategi menekankan pada pemantauan dan evaluasi
kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan lingkungan, di samping
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan.
Risiko yang mungkin timbul karena investasi, yaitu risiko penghasilan,
risiko modal, risiko keuangan, risiko inflasi, risiko atas keputusan yang dapat
diubah serta risiko politik. Sedangkan pengaruh pajak atas perusahaan adalah
pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi atau
diinvestasikan kembali oleh perusahaan. dalam praktik bisnis, umumnya
pengusaha mengindentikan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan
berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Ada 3 (tiga) unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan
pajak:kebijakan
perpajakan.

perpajakan,

undang-undang

perpajakan

dan

administrasi

3.2 Saran
a. Dengan adanya kebijakan Tax Planning pada perusahaan yang
dilaksanakan dengan tepat maka akan memberikan keuntungan
karena adanya penghematan pajak.
b. Perusahaan harus lebih memahami ketentuan peraturan perpajakan
yang berlaku serta harus selalu mengikuti perkembagan perubahan
peraturan perpajakan yang terbaru sehingga manajemen dapat
memahami dan melaksanakan peraturan perpajakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly.2008. Perencanaan Pajak, edisi 4. Jakarta: Salemba Empat


Harahap, Ahmad. 2009. kebijakan tax planning untuk menyesuaikan pendapatan
dan beban perhitungan pajak penghasilan pada PT sofara Cipta Kirana
Medan.(online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/9735/1/09E01133.pdf,
diakses tanggal 04 maret 2012)
Gloritho. Pengaruh penerapan perencanaan pajak biaya pegawai pada pt xyz
untuk meminimalkan beban pajak dan hubungannya dengan kinerja
perusahaan. Universitas Gunadarma. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai