Anda di halaman 1dari 36

12

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gurah Vagina Teknik Ratus


Gurah vagina merupakan suatu istilah yang digunakan untuk perawatan
dan layanan pada fasilitas spa khusus untuk perawatan organ pada alat kelamin
wanita. Secara umum perawatan ini dikenal oleh masyarakat luas terutama di
Indonesia khususnya para wanita dengan berbagai sebutan yang unik-unik yaitu
ratus V, ratus spa, feminine spa, kendedes V spa, spa ratus vaginal ozone serta
gurah vagina. Gurah vagina teknik ratus adalah perawatan dengan penguapan di
daerah kewanitaan yang ramuannya disebut dengan Ratus. Gurah vagina teknik
ratus adalah proses pengasapan organ intim dari rempah untuk menjaga
kebersihan dan menghilangkan bau tak sedap, serta mengurangi lendir yang
berlebih (Asfiani, 2011). Sedangkan ratus merupakan perawatan organ intim
wanita dengan cara penguapan atau pengasapan (Lavander, 2011).
Berbagai jenis perawatan organ intim yang disebutkan di atas mengarah
pada penggunaan bahan-bahan herbal (non chemical). Perawatan organ
kewanitaan ini ternyata tidak hanya menjadi tradisi di Indonesia khususnya di
daerah Jawa (Keraton Solo) dimana Putri Keraton percaya bahwa kecantikan
merupakan kesatuan yang utuh dari dua ruang yaitu kecantikan luar dan dalam,
namun merupakan tradisi yang juga ada di Korea dan Eropa. Kesuksesannya juga
pernah menjadi perbincangan dan mengguncang Amerika Utara yang dirilis
dalam majalah kesehatan di Indonesia, yang dikenal dengan The Vaginal Steam
Bath.

13

2.2 Versi Gurah Vagina Teknik Ratus


Gurah vagina teknik ratus mempunyai dua versi atau jenis yang berbeda,
yang membedakan dari segi tahapan atau proses yang dilakukan serta riwayat dari
pasien gurah vagina dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Lavander, 2011).
1. Gurah vagina teknik ratus versi Tiongkok Kuno
Gurah vagina dengan teknik ratus versi Tiongkok Kuno hanya boleh
dilakukan oleh wanita dewasa yang telah menikah dan pernah melahirkan, dengan
alasan bahwa wanita yang telah melalui proses melahirkan tentunya otot dasar
panggul akan melemah dengan kata lain organ intim mejadi kendur. Bahan-bahan
yang digunakan berupa rempah-rempah seperti kayu manis, bunga melati dan
jenis lainnya yang diracik sedemikian rupa melalui proses pengasapan (Lavander,
2011).
Tahapan dalam gurah vagina teknik ratus versi Tiongkok Kuno adalah
sebagai berikut.
a. Pencucian pada organ intim wanita dengan menggunakan air bunga
ramuan khusus.
b. Dilakukan proses pengasapan pada organ intim wanita selama 15 menit,
dimana saat berlangsungnya proses pengasapan ini apabila organ intim
mengalami masalah kewanitaan seperti infeksi pada vagina secara
langsung akan dirasakan efeknya (terasa panas seperti terbakar, gatal,
iritasi dan nyeri di vagina atau samping vulva).
c. Apabila masalah tersebut ditemukan maka pencucian pada organ intim
dilakukan sebanyak dua kali.

14

d. Ketika proses pengasapan selesai maka dilanjutkan dengan terapi totok


pada otot-otot disekitar perut yang bertujuan untuk mengencangkan otototot organ dalam wanita.
e. Tahapan terakhir dilakukan bantuan tenaga prana oleh terapis.
Manfaat dari gurah vagina teknik ratus versi Tiongkok Kuno antara lain
adalah untuk mencegah timbulnya jamur, membersihkan lendir sehingga
diperoleh organ intim yang rapat dan sempit, serta melancarkan aliran darah
(dengan pengasapan maka pembuluh darah disekitar organ intim akan melebar
dan relaks).
2. Gurah vagina teknik ratus versi Jawa (Warisan Keraton Surakarta)
Gurah vagina teknik ratus ini dikenal familiar dengan sebutan Ratus
Dedes,

selain

menggunakan

rempah-rempah

yang

diasapkan

juga

dikombinasikan dengan meminum minuman jamu tradisional. Komposisi Ratus


Dedes terdiri dari daun sirih, kayu manis, kayu masoyi, dan akar wangi
(Damayanti, 2013). Jamu tradisional yang digunakan berupa jamu sehat wanita,
jamu galian singset, jamu galian rapet, jamu bersih darah, jamu pewangi bulan
dimana semua jamu tradisional ini bertujuan untuk membantu perawatan dari
dalam tubuh (Murtie, 2012).
Bahan-bahan yang digunakan dalam Ratus Dedes dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

15

Gambar 2.1 Ramuan Ratus Dedes (Sumber:http//www.google.com)


Tahapan dalam gurah vagina teknik ratus versi Jawa (Warisan Keraton
Surakarta) ini mempunyai dua metode yaitu: 1) metode pengasapan, dengan
metode pengasapan ini pasien duduk di atas bangku khusus yang tengahnya
berlubang dimana pada lubang tersebut diletakkan air hasil rebusan rempahrempah yang masih panas dengan posisi kaki kiri dan kanan meregang agar uap
dari rempah tersebut mengarah kepada organ intim wanita. Penguapan
berlangsung selama 10-15 menit, 2) metode penguapan, dengan metode
penguapan ini tidak jauh berbeda dengan metode pengasapan, yang membedakan
hanya rempah-rempah yang digunakan tidak direbus secara terpisah namun
rempah-rempah diletakkan diatas bara.
Manfaat dari gurah vagina teknik ratus ini adalah untuk memperlancar
peredaran darah di daerah organ intim, mengurangi keputihan, membersihkan
daerah organ intim agar segar dan wangi, menjaga kesehatan organ intim setelah
melahirkan maupun setelah menstruasi dan mengencangkan organ intim sehingga
kualitas hubungan seksual meningkat (Lavander, 2011).

16

2.3 Versi Gurah Vagina Selain Teknik Ratus


Gurah vagina yang ditawarkan di pasaran selain menggunakan ratus, terdapat
jenis gurah vagina dengan media tongkat yang dikenal dengan Tongkat Gurah
Vagina (TGV) sebagai berikut.

Gambar 2.2 Tongkat Gurah Vagina (Sumber: http://www.google.com)

Gurah vagina ini sesuai dengan namanya yaitu tongkat gurah vagina,
dalam penggunaannya berbeda dengan gurah vagina teknik ratus. Gurah vagina
ini menggunakan tongkat sebagai media dalam perawatan organ intim yaitu
dengan cara memasukkan secara perlahan TGV ke dalam vagina dan diamkan
selama 2 menit kemudian tarik TGV dari vagina secara perlahan. Maka lendirlendir yang kotor dan tidak bermanfaat akan menempel pada TGV tersebut.
Namun teknik gurah vagina dengan TGV ini hanya dianjurkan khusus untuk
wanita yang sudah menikah.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan TGV adalah Clerodendron
serratum (daun senggugu), ekstrak daun sirih, majakan, Parameriae cortex (kayu
rapat), Callae, Gausumae folium dan rempah-rempah lainnya) (Detik.com, 2012).
Selain gurah vagina dengan menggunakan ratus dan tongkat gurah vagina
(TGV), di pasaran banyak berbagai produk yang ditawarkan sesuai dengan

17

perkembangan teknologi dalam segi inovasi produk yang dihasilkan. Sebagai


contoh produk yang ditawarkan berupa tissue untuk melindungi, membersihkan,
dan mengencangkan organ intim kewanitaan yang dikenal di pasaran dengan
nama produk Tissue Majakani. Tissue ini direkomendasikan oleh seorang
dokter Boyke Dian Nugraha (2012), mengungkapkan bahwa tissue majakani ini
mengandung ekstrak buah majakani, lidah buaya, daun sirih dan vitamin E yang
mempunyai berbagai macam khasiat yaitu: 1) mengencangkan otot organ intim
wanita, 2) memberikan sensasi kesat, 3) menyeimbangkan pH asam organ intim
wanita dan mengurangi lendir yang berlebihan, 4) memberikan aroma wangi
pada organ intim wanita, 5) mengencangkan otot perut dan rahim setelah
melahirkan, 6) mencegah keputihan, 7) menghilangkan gatal-gatal pada organ
intim wanita, 8) membersihkan organ intim wanita setelah bersalin dan haid, 9)
mencegah jamur penyebab bau tak sedap, 10) menjaga agar kulit sekitar organ
intim wanita tetap sehat dan terawat, dan 11) mencegah kanker serviks.

Gambar 2.3 Tissue Majakani (Sumber: http://www.google.com)

18

Gambar produk tissue majakani dapat dilihat seperti gambar 2.2 tersebut
di atas, cara penggunaan dari produk tersebut ada dua cara penggunaan adalah
sebagai berikut.
a. Gunakan tissue majakani pada organ intim kewanitaan dengan
memasukkan sebagian saja dari bagian tissue kemudian biarkan di dalam
selama 15-20 menit.
b. Gunakan tissue majakani dengan cara diusap dari arah dalam ke arah luar
organ intim kewanitaan tanpa perlu di bilas kembali.
Selain dua jenis produk tersebut di atas, masih banyak produk-produk lain
dengan merk atau brands berbeda yang ditujukan untuk organ intim kewanitaan.
Penggunaannya pun berbeda antara produk satu dengan lainnya walaupun
fungsinya secara umum sama.

2.4 Jenis Tata Cara Penggunaan Gurah Vagina Teknik Ratus


Gurah vagina teknik ratus ini memiliki tata cara penggunaan yang terdiri
dari dua cara yaitu: 1) ratus bakar, ratus bakar merupakan salah satu teknik gurah
vagina teknik ratus yang dilakukan dengan metode pengasapan, dimana rempahrempah yang digunakan tidak direbus secara terpisah namun diletakkan di atas
bara.
Tahapan penggunaan ratus bakar ini dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Arang dibakar sampai menjadi bara kemudian piring dari tanah liat
diletakkan di atasnya.

19

b. Ketika arang sudah panas dan terlihat ada bara maka ratus (ramuan rempahrempah yang sudah diracik) ditaburkan di atas arang yang sudah menjadi
bara tersebut sehingga akan menimbulkan asap dengan aroma khas dari
rempah-rempah yang sudah disiapkan.
c. Kemudian berdiri di atas ratus yang sudah berasap atau menggunakan kursi
yang berlubang ditengahnya tanpa menggunakan pakaian dalam, hanya
menggunakan sarung sebagai penutup agar proses pengasapan berjalan
maksimal dan diarahkan ke organ intim wanita.
d. Proses ratus bakar ini berlangsung selama 15-20 menit.
2) ratus rebus merupakan teknik gurah vagina dengan cara penguapan, tahapan
dalam ratus rebus ini adalah sebagai berikut.
a. Air direbus dalam wadah panci sampai mendidih.
b. Setelah air mendidih masukkan ratus yang terdiri dari rempah-rempah.
c. Kemudian berdiri di atas rebusan air ratus tersebut tanpa menggunakan
pakaian dalam dan uap diarahkan ke organ intim kewanitaan.
d. Proses ini berlangsung selama 15-20 menit.
e. Air sisa rebusan dari ratus tersebut juga dapat digunakan untuk membasuh
organ intim kewanitaan.
Perawatan gurah vagina teknik ratus ini, baik dengan ratus bakar maupun
ratus rebus dilakukan maksimal 2 kali dalam sebulan. Kondisi terbaik untuk
seorang perempuan dengan siklus menstruasi yang baik adalah melakukan
gurah vagina teknik ratus setelah menstruasi dan 2 minggu menjelang
menstruasi (Lavander, 2011). Berbeda dengan wanita yang baru melahirkan

20

diperbolehkan melakukan perawatan ini setelah 40 hari masa nifas (Primasari,


2012).

2.5 Komposisi Ratus


Ramuan ratus terdiri dari tumbuhan herbal, rempah dan akar tumbuhtumbuhan seperti teh hijau, cempaka, mawar, melati yang dikeringkan terlebih
dahulu. Bahan ratus yang sederhana digunakan dan bisa dilakukan dirumah
tanpa harus pergi ke tempat khusus perawatan spa biasanya menggunakan daun
sirih yang direbus (Asfiani, 2011). Herba lokal yang sering digunakan dalam
ramuan ratus yaitu kunyit, kayu manis, cengkih, serta daun sirih sedangkan
untuk herba impor yaitu rosemary, sage, thyme, dan marjoram (Femina. co.id,
2012).
Komposisi ramuan untuk organ kewanitaan yaitu terdiri dari kunyit, daun
sirih, kayu manis, sereh, temugiring, daun pandan, jahe, brotowali, daun kumis
kucing, kulit kayu pule dan jati belanda (Hanum, 2011). Cara membuatnya
dengan merebus semua bahan-bahan tersebut di atas dalam setengah liter air
selama 10 menit atau sampai warnanya kuning kecoklatan dengan suhu 27-28
derajat celcius kemudian tempatkan rebusan herbal pada sebuah wadah. Setelah
ramuan diracik selanjutnya disiapkan bangku khusus ratus (berlubang di bagian
tengah, sesuai dengan posisi vagina) lalu baskom atau wadah yang berisi
rebusan herbal diletakkan di bawahnya. Komposisi produk dapat dilihat pada
Gambar 2.3 di bawah ini.

21

Gambar 2.4 Ramuan Ratus (Sumber : http://www.google.com)

Seorang dokter ahli kesehatan reproduksi Thamrin (2011) dalam Nirmala,


menyatakan bahwa ratus memiliki sistem kerja yang serupa dengan sauna. Uap
hangat yang ditimbulkan dari ramuan ratus tersebut berfungsi untuk menstimulasi
dan melancarkan peredaran darah, sehingga membantu menyeimbangkan kerja
hormon dan meningkatkan libido seksual. Sedangkan menurut seorang dokter
spesialis Obstetri dan Ginekologi Ocviyanti (2011) dalam Femina rubrik Seks dan
Ginekologi menyatakan bahwa dengan ratus dapat melemaskan otot vagina yang
kaku yaitu uap ratus yang hangat akan membuat otot vagina dan daerah
sekitarnya menghangat.
Kehangatan itulah yang membuat pembuluh darah yang ada disekitar
vagina melebar sehingga aliran darah menjadi lancar sehingga membuat otot-otot
vagina lebih relaks. Efek ini sebenarnya mirip dengan mandi air hangat saat
mengalami kelelahan, dimana aliran darah yang lancar akan membuat tubuh
menjadi segar dan nyaman. Seorang dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi
Nugraha yang juga pemilik Klinik Pasutri menyatakan bahwa perawatan vagina
dengan ratus beberapa tahun terakhir banyak diminati dan menjadi trend

22

dikalangan masyarakat, dimana perawatan ratus yang dilakukan di Klinik Pasutri


tersebut diawali dengan proses pembersihan area vagina, kemudian dilakukan
massage serta digunakanlah rempah-rempah dalam proses penguapan. Gurah
vagina dalam penelitian ini mengarah pada penggunaan ramuan herbal Ratus
tergolong aman karena tidak menggunakan alat dan bahan yang dimasukkan atau
disemprotkan ke dalam vagina, hanya menggunakan konsep penguapan dengan
bahan yang herbal.

2.6 Mekanisme Kerja Ratus


Pada umumnya gurah vagina teknik ratus terdiri dari 3 tahapan yaitu
dengan menggunakan jamu yang diracik secara tradisional untuk mengatasi
masalah kewanitaan dari dalam kemudian dilakukan pijatan yang berfungsi untuk
menstimulasi peredaran darah serta ramuan ratus yang terbuat dari rempahrempah untuk membilas daerah kewanitaan setelah dilakukan gurah vagina
(Lavander, 2011).
Tahapan dalam perawatan ini meliputi berbagai proses yaitu: 1) ratus dituangkan
di atas mangkuk pembakar yang dibawahnya terdapat pembakaran arang, 2)
kemudian wanita yang melakukan perawatan gurah vagina teknik ratus ini berdiri
di atas ramuan ratus yang sudah mengeluarkan uap dengan mengenakan kain
penutup, 3) penguapan diarahkan ke organ kewanitaan dan dilakukan sekitar 1520 menit.

23

Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Ratus dalam Gurah Vagina


(Sumber : http//www.google.com)

Sangat penting untuk diketahui dan dipahami bahwa penggunaan ratus


(bahan-bahan herbal) dalam perawatan organ kewanitaan ini tanpa pemakaian
bahan chemical berbeda dengan vaginal douching yang menggunakan bahan
antiseptik dan antifungus. Kelebihan dari ratus adalah wangi yang didapat bukan
hanya pada area intim tetapi juga ke seluruh badan (Asfiani, 2011).
Perendaman organ intim bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan
pada vagina, namun bukan sebagai terapi kuratif setelah terjadi gangguan
kesehatan pada organ intim (Asfiani, 2011). Dalam hal ini, perawatan organ intim
kewanitaan menjamur dimana-mana dengan berbagai istilah, sebagai contoh
perbedaaan antara perawatan dengan ratus dan douching. Mekanisme kerja ratus
hanya menggunakan konsep penguapan dengan bahan-bahan herbal, namun
berbeda dengan douching yang melalui proses penyemprotan atau memasukkan
suatu cairan ke dalam liang vagina. Sebenarnya fungsi dari kedua jenis perawatan
organ intim kewanitaan tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu menjaga
kesehatan vagina tetapi karena bahan yang digunakan cenderung mengandung

24

bahan kimia berbahaya maka resiko terhadap kedua jenis perawatan tersebut
tentunya akan berbeda pula.
Gurah vagina ini khususnya yang menggunakan ratus sebagai salah satu
bentuk perawatan organ intim sedang banyak diminati oleh kaum wanita,
terutama untuk para calon pengantin (Hanum, 2011). Di Indonesia sejak zaman
kerajaan orang-orang jawa sering menyebutnya dengan istilah Ratus Spa,
sesuai dengan bahan yang digunakan yaitu ratus dari bahan herbal. Proses
perawatannya dengan penguapan dan dijadikan tradisi oleh kebanyakan orang
jawa untuk menjaga kesehatan daerah organ intim. Bahan yang digunakan seperti
daun sirih dipercaya mengandung antiseptik alami sekaligus aman untuk
membersihkan vagina.

2.7 Manfaat dan Syarat Penggunaan Gurah Vagina Teknik Ratus


Kandungan yang terdapat pada ratus (herbal yang digunakan sebagai
bahan dasar proses penguapan pada organ intim kewanitaan pada bagian luar)
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut (Asfiani, 2011).
a. Melancarkan peredaran darah
b. Menghilangkan jamur yang menyebabkan keputihan
c. Membantu membersihkan daerah intim agar segar dan wangi
d. Baik untuk membersihkan tubuh wanita dan menjaga kesehatan daerah
intim wanita sehabis melahirkan maupun setelah datang bulan
e. Untuk yang sudah menikah, mengencangkan daerah intim wanita sehingga
meningkatkan kualitas hubungan seksual

25

f. Mengurangi lendir yang berlebih pada organ kewanitaan


g. Meningkatkan hormon estrogen
h. Menyeimbangkan pH asam
i. Menghilangkan gatal-gatal dan bau yang tidak sedap
j. Mengatasi sindrom pramenstruasi
k. Menghilangkan rasa nyeri dan kelelahan otot
l. Menghangatkan vagina
Syarat penggunaan gurah vagina teknik ratus yaitu: 1) dilakukan setiap dua
minggu sekali (tidak dianjurkan dilakukan terlalu sering), 2) tidak sedang datang
bulan, 3) sebaiknya usia 20 tahun ke atas, maksimal 60 tahun, 4) tidak menderita
penyakit kelamin.
Namun dari berbagai manfaat yang disebutkan di atas, ratus tidak dapat
menyembuhkan infeksi atau keputihan, melainkan hanya mencegah. Oleh karena
itu perawatan dengan ratus sebaiknya dilakukan apabila keadaan vagina sehat.
Ratus vagina juga dapat memberikan efek wangi dan segar pada organ intim
selain diyakini oleh para wanita dengan gurah vagina menggunakan ratus yang
diuapkan dapat mengeluarkan lendir sehingga vagina terasa keset. Namun hal ini
hanya efek sesaat, dimana secara alamiah organ intim wanita tetap mengeluarkan
lendir atau cairan yang secara alami memang untuk menjaga kelembaban.
Perawatan organ intim wanita ini tergolong aman dan diperbolehkan bila
dilakukan secara benar dengan frekuensi yang tepat. Selain itu juga apabila
mengalami keputihan yang banyak, berbau dan berwarna, dianjurkan untuk tidak
melakukan gurah vagina dengan ratus karena akan menyebabkan infeksi yang

26

menyebar sampai ke dalam. Hal-hal tersebut di atas yang telah diuraikan dari segi
subyeknya juga diperhatikan dari segi peralatan dan bahan yang digunakan.
Peralatan harus pada kondisi steril dan bahan yang digunakan juga tidak
mengandung bahan yang berbahaya dan tidak merubah pH vagina sehingga flora
normal yang memang sudah ada secara alami tidak terganggu fungsinya (Suara
Merdeka, 2010).

2.8 Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan Akibat Pencucian Vagina


Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal
dari vagina. Terjadinya infeksi vagina dikarenakan

bakteri cenderung

mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu, ataupun keruh kekuningan, serta


berbau amis. Cairan vagina dikatakan normal apabila jumlah cairan minimal atau
sedikit berubah-ubah, berwarna putih dan bersifat mukoid konsistensi flokular,
dan pH asam (<4,5) (Pudiastuti, 2012). Setelah melakukan hubungan seksual dan
mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat. Sebab,terjadi
penurunan keasaman vagina, sehingga bakteri tumbuh semakin banyak.
Untuk mengendalikan gejala vaginitis dan vulvitis bisa dilakukan
pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak
boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering. Sebab, pembilasan tersebut dapat
meningkatkan risiko terjadinya peradangan panggul (Manan, 2011).
Vagina mempunyai pH yang ideal antara 3,84,2, jika pH vagina di bawah
angka itu maka akan tumbuh jamur dan bila di atas angka itu akan tumbuh bakteri
penyebab infeksi (Madjid, 2011). Pertahanan alami vagina akan terganggu oleh

27

banyak hal, di antaranya konsumsi antibiotik, darah haid, semen (cairan sperma),
douching (cairan pembersih), dan kebiasaan tidak sehat seperti enggan mengganti
celana dalam, atau memakai pakaian atau celana panjang yang sangat ketat.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi media dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina (Kissanti, 2008).
Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks, iritasi
berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel yang
akhirnya menjadi kanker (Anolis, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di Amerika Serikat, bahwa ternyata dengan semakin sering melakukan douching
atau pembersihan vagina ada kemungkinan terkena gangguan kesehatan itu
semakin besar. Sedangkan menurut pakar kesehatan, bahwa sesungguhnya ada
baiknya jika wanita itu tidak terlalu sering melakukan douching untuk
membersihkan vaginanya, karena justru akan membuat pH (tingkat kelembaban)
di vagina menjadi tidak seimbang (Indsrofa, 2010).
Beberapa masalah kesehatan yang disebabkan oleh douching adalah iritasi
pada vagina atau infeksi yang biasa disebut Bacterial Vaginosis (BV). Sedangkan
infeksi yang terjadi pada rongga panggul biasanya disebut Pelvic Inflammatory
Disease (PID). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ternyata douching
berefek pada kemampuan bagi seorang wanita untuk hamil, apabila melakukan
douching lebih dari sekali dalam seminggu ternyata memiliki tingkat kehamilan
yang rendah (Indsrofa, 2010).

28

Selain itu masalah kesehatan lain yang timbul akibat vaginal douching
yang umum dikenal dengan istilah pencucian vagina adalah Kondiloma
Akuminata (KA) yang merupakan salah satu jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di seluruh negara termasuk Indonesia. Dengan kata lain
bahwa vaginal douching yang dilakukan dengan tujuan ataupun alasan untuk
membilas darah setelah menstruasi, membersihkan vagina setelah melakukan
hubungan seksual, mencegah IMS dan membersihkan sperma untuk mencegah
kehamilan dan bau tak sedap secara teoritis dan medis bertolak belakang karena
akan merubah keseimbangan kimiawi dan flora vagina yang dapat menyebabkan
organ intim kewanitaan lebih rentan terhadap infeksi bakteri serta douching dapat
menyebarkan infeksi vaginal atau servikal yang mengarah ke organ-organ panggul
(rahim, tuba fallopii, dan ovarium) (Gama et al, 2008).

2.9 Konsep Perilaku


Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun secara tidak langsung oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku sangat dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan
dari luar, berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dibedakan
menjadi dua jenis yaitu: 1) perilaku tertutup (covert behaviour), reaksi terhadap
stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain, 2) perilaku terbuka (overt behaviour), reaksi

29

terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau praktik, terbuka, dan dapat
diamati oleh orang lain.
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua jenis
sebagai berikut (Maulana, 2009).
1. Determinan (faktor internal), yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, umur, tingkat emosional, jenis
kelamin dan sebagainya.
2. Determinan (faktor eksternal), yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Tim kerja dari WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok yaitu: 1)
pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang
terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b. Kepercayaan

30

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.


Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain.
2) Orang penting sebagai referensi, apabila seseorang itu penting untuknya, maka
apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang
dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), 3)
sumber-sumber daya (resources), sumber daya disini mencakup fasilitas, uang,
waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif, 4) budaya, perilaku normal, kebiasaan,
nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan
menghasikan suatu pola hidup (way of life) pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan
suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun
cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup
masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan di atas.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.

31

2.10 Perubahan (Adopsi) Perilaku


Rogers (1974) dalam Mubarak, (2011) mengungkapkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi perilaku yang baru maka sebelumnya terjadi suatu proses
yang diawali dengan kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), evaluasi
(evaluation), percobaan (trial) dan adopsi (adoption). Teori perubahan perilaku
atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya
melalui 3 tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007).
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya.
Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu: a) pengetahuan tentang sakit dan penyakit, b)
pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, c)
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.
2. Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus
atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya
akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan
tersebut. Indikator untuk sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan
kesehatan yaitu: a) sikap terhadap sakit dan penyakit, b) sikap cara

32

pemeliharaan dan cara hidup sehat, c) sikap terhadap kesehatan


lingkungan.
3. Praktik atau Tindakan (Practise)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Indikator praktik kesehatan
meliputi hal-hal sebagai berikut yaitu: a) tindakan (praktik) sehubungan
dengan penyakit, b) tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, c) tindakan (praktik) kesehatan lingkungan.

2.11 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku


Perubahan perilaku seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya yaitu lingkungan, rangsangan (stimulus), sikap dan juga
persepsi atau pandangan tentang sesuatu hal. Media massa juga merupakan salah
satu faktor yang berperan penting dalam perubahan perilaku karena media massa
merupakan salah satu daya tarik konsumen dalam pengambilan keputusan dimana
media massa baik dalam bentuk brosur maupun media lainnya dikemas secara
menarik untuk mempengaruhi konsumen.
Penelitian yang dilakukan oleh Hendarin (2009) menyatakan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap praktek bilas vagina pada
pekerja seks komersial di lokalisasi Peleman Kabupaten Tegal adalah iklan
kesehatan seksual wanitayang banyak beredar di pasaran.

33

Perubahan perilaku dapat terjadi melalui tiga cara sebagai berikut


(Hikmawati, 2011).
1. Perubahan yang bersifat alamiah (Natural Change)
Perubahan perilaku manusia sebagian besar karena kejadian alamiah seperti
perubahan lingkungan atau fisik dan sosial budaya.
2. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku karena memang sudah direncanakan sebelumnya oleh
subyek yang bersangkutan.
3. Kesediaan untuk berubah
Dalam hal ini ada keinginan untuk berubah karena adanya suatu inovasi yang
ada dalam masyarakat walaupun kesediaan untuk berubah ini antara satu
individu dengan individu yang lain berbeda namun masih dalam kondisi yang
sama.

2.12 Teori Perilaku Lawrence Green


Perilaku sangat dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun
eksternal, dalam hal ini mengacu pada teori perilaku Lawrence Green dimana
perilaku disini berkaitan dengan kesehatan. Perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Perilaku juga
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap (Hikmawati, 2011).

34

Selain itu juga ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Benyamin Bloom (1908) dalam Mubarak, (2012)
menyatakan bahwa perilaku tersebut bersifat sangat kompleks dan mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas dimana perilaku itu terdiri dari tiga domain yang
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Perilaku ditentukan atau terbentuk oleh
3 faktor sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007).
1. Faktor Penentu (predisposing factors)
Faktor faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, misalnya
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu
tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun
janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai
masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa kehamilan.
Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (periksa kehamilan termasuk
memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.
Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku,
maka sering disebut faktor pemudah.
2. Faktor Pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan

35

sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan


sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta dan sebagainya.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau
periksa kehamilan tidak hanya karena tahu dan sadar manfaat periksa kehamilan
melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau
tempat periksa kehamilan, misalnya puskesmas, polindes, bidan praktek ataupun
rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung
atau pemungkin.
3. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun
pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terutama petugas kesehatan.
Afeksi adalah bagian dari interaksi makhluk sosial yang bergerak sesuai
kognisi yang melahirkan berbagai persepsi. Afeksi berlandaskan pola asuh dalam
keluarga yang melahirkan sikap yang dikehendaki. Afektif berbeda dengan
kognitif dari segi pengukurannya, afektif kemampuan yang diukur yaitu: 1)
menerima, meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran dan kerelaan, 2)

36

memberi dan bersedia merespon, 3) menghargai, 4) mengorganisasi. Sedangkan


kognitif diukur berdasarkan kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana sampai pada kemampuan memecahkan masalah
untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide serta gagasan.
Model teori Green dapat digambarkan dalam skema berikut ini.
Mitos
Faktor
Predisposisi

Pendidikan
Kesehatan

Kelompok
perempuan
yang tidak
melakukan
gurah vagina
teknik ratus

Faktor
Enabling

Kesan virginitas

Kesehatan

Kelompok
perempuan
yang
melakukan
gurah vagina
teknik ratus

Faktor
Reinforcing

Gambar 2.5 Model Teori Green yang Diadopsi


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grimley (2006), yang
menyatakan bahwa sebagian besar perempuan Hispanic memprakarsai perilaku
untuk membiasakan douching antara umur 20 dan 24 tahun. Dalam penelitian ini
pada faktor predisposisi terdapat variabel yang tidak diteliti yaitu tradisi atau
kepercayaan, hal ini sangat terkait erat dengan budaya. Menurut Wallendorf et al.,
(2003), budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan
secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota masyarakat

37

tertentu. Menurut Setiadi (2003), setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos


yang mendefinisikan budayanya.
Berbagai mitos yang ada dikalangan masyarakat terutama di Jawa bahwa
gurah vagina yang menggunakan ratus (herbal) bagi wanita sangat baik dilakukan
ketika wanita memasuki jenjang pernikahan dimana dapat memberikan sensasi
virginitas pada pasangan, melancarkan sirkulasi darah, merilekskan tubuh
terutama bagian intim kewanitaan. Berawal dari kebiasaan para perempuan Solo
zaman dahulu hingga kini terus dilakukan dan menjadi salah satu kebutuhan
utama kaum perempuan masa kini dalam merawat organ intimnya. Namun akhirakhir ini telah banyak masyarakat secara menyeluruh melakukan gurah vagina
dengan berbagai alasan, salah satunya karena budaya dan mitos yang berkembang
dari zaman nenek moyang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
kalangan wanita di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 20 sampai 40% wanita
berusia 15 sampai dengan 44 tahun mencuci vagina mereka secara teratur
(Bararah, 2009).

2.13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perempuan Melakukan Gurah


Vagina Teknik Ratus

Dalam penelitian ini menggunakan model perubahan perilaku dari Green


(Sarwono, 2012), maka perilaku perempuan yang melakukan gurah vagina
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, enabling, dan reinforcing sebagai berikut.
A. Persepsi

38

Persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh suatu penginderaan


dengan adanya suatu proses yang diterima berupa stimulus oleh setiap individu
melalui alat indera yang berhubungan dengan proses sensoris (Walgito, 2010).
Alat indera berperan sebagai jembatan penghubung antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Persepsi terjadi saat individu menerima suatu stimulus
yang berasal dari luar kemudian ditangkap secara langsung oleh otak diproses
melalui proses berpikir yang pada akhirnya terjadi suatu pemahaman, hasil dari
pemahaman inilah yang disebut sebagai persepsi (Sarwono, 2012). Persepsi
merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi (aktivitas merasakan
yang terkait dengan emosi) (Setiadi, 2010).
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Walgito, 2010).
a. Obyek
Stimulus yang datang dari luar dihasilkan oleh obyek yang mengenai alat
indera kemudian menghasilkan suatu persepsi.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Syaraf sensoris merupakan suatu alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf.
c. Perhatian
Perhatian sangat mendukung timbulnya persepsi, karena perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada
sekumpulan obyek.

39

Persepsi juga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu karakteristik dari stimuli,
hubungan stimuli dengan sekelilingnya, dan kondisi-kondisi dalam diri individu
itu sendiri yang bersifat internal dan personal (Setiadi, 2010). Organisasi persepsi
mempunyai beberapa prinsip dasar yaitu: 1) wujud dan latar dimana berbagai
obyek yang diamati dari lingkungan sekitar merupakan cerminan wujud, 2) pola
pengelompokkan, terkadang kita cenderung untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu yang kemudian dilakukan proses pengamatan, 3) ketetapan, manusia
cenderung akan mempersepsikan segala sesuatu sebagai sesuatu yang tidak
berubah walaupun sebenarnya indera kita sudah menangkap adanya perubahan.
Dengan adanya prinsip organisasi persepsi tersebut di atas, maka ketika
seseorang mempersepsikan tentang sesuatu hal secara visual, maka akan diperoleh
suatu bentuk persepsi yang utuh dan terarah sehingga makna dari persepsi yang
dibentuk

melalui

proses

awal

stimulus

dari

luar

tidak

salah

dalam

mempersepsikannya. Persepsi setiap individu tidak akan sama dari stimulus yang
didapat dari lingkungan sekitarnya, sehingga sangat penting persepsi ini terwujud
berdasarkan kumpulan dari berbagai obyek yang penilaiannya sesuai dengan
pemahaman karena akan berdampak secara langsung terhadap perubahan perilaku
dari seseorang. Perubahan perilaku juga tidak lepas dari pembentukan persepsi
melalui proses awal yang diterima oleh panca indera yang kemudian terwujud
dalam suatu tindakan. Persepsi akan memberikan perubahan nyata pada perilaku
seseorang yang akhirnya akan memberikan dampak yang positif maupun negatif
tergantung dari fokus permasalahan yang akan diamati.

40

Persepsi sebagai aspek predisposisi yang mendasari perilaku pada


perempuan yang melakukan gurah vagina teknik ratus berasal dari beberapa
faktor sebagai berikut.
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan informasi
yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan yang diperoleh melalui panca
indera tentang suatu obyek terdiri dari dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif yang selanjutnya akan berfungsi sebagai penentu dalam persepsi dan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu (Setiadi, 2010). Terdapat tujuh faktor yang
memengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut (Mubarak, 2011).
1) Pendidikan dan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu bentuk bimbingan yang diberikan
seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai sesuatu hal. Sejak dahulu, cerita-cerita tentang kehidupan
diberikan dalam bentuk dongeng, hikayat atau penjelasan yang hendaknya
menjadi panutan.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3) Umur

41

Dengan bertambahnya umur seseorang maka akan mengalami perubahan


dari segi fisik dan psikologis (mental).
4) Minat
Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu, sehingga
minat menjadi modal untuk mencoba dan menekuni suatu hal. Minat yang
tinggi dari seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
digalinya.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
6) Kebudayaan
Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan tempat tinggal
dan hidup seseorang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pembentukkan sikap.
7) Informasi
Informasi

yang

mudah

diperoleh

akan

mempercepat

usaha

untuk

seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru.

C. Tingkat Pendidikan
Tingkat

Pendidikan

adalah

suatu

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung


seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

42

akan semakin banyak. Semakin rendah tingkat pendidikan, maka akan terbatas
pula perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi (Mubarak,
2011). Grimley et al. (2006) menyatakan bahwa wanita yang secara teratur
melakukan douching diperoleh persentase 28,5% yang tidak sekolah menengah
umum (SMU) atau pendidikan umum, 17,6% wanita yang berjenjang pendidikan
SMU atau pendidikan umum, 13,0% tanpa gelar kesarjanaan, 3,7% dengan gelar
kesarjanaan (S1) atau lebih tinggi dan lainnya 37,2%.
D. Tradisi
Tradisi berkaitan dengan kebudayaan dan juga kebiasaan, dimana
kebudayaan merupakan suatu faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang
yang paling mendasar dalam pengambilan keputusan dan perilaku. Perubahan
dalam nilai-nilai yang dianut selanjutnya akan membawa pada kepercayaan dan
sikap yang baru terhadap produk-produk yang dipakainya Produk atau layanan
yang dikonsumsi akan memperlihatkan perbedaan sosial yang dimiliki, sehingga
berakibat pada perubahan perilaku (Setiadi, 2010). Tradisi atau kebiasaan adalah
sesuatu yang telah dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat (Wikipedia, 2013). Pembentukan
perilaku salah satu caranya adalah kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara
membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut (Walgito, 2010). Kebiasaan merupakan suatu titik
pertemuan yang berasal dari pengetahuan, keterampilan dan keinginan atau
kemauan dari diri sendiri. Apabila kita dapat mengubah kebiasaan yang sering

43

dilakukan maka kebiasaan yang bersifat negatif akan menjadi kebiasaan yang
lebih baik dari sebelumnya dan efektif.
E. Status Ekonomi
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang di lingkungan masyarakat
yang dinilai dan dikategorikan berdasarkan pendapatan per bulan dimana status
ekonomi ini mempunyai kecenderungan yang relatif besar sebagai pembentuk
gaya hidup (life style), pada umumnya status ekonomi yang sudah tergolong di
atas rata-rata biasanya ketersediaan dalam pemenuhan kebutuhan primer dan
sekunder sudah tercover dengan baik (Suparyanto, 2010). Status ekonomi
berhubungan dengan pekerjaan seseorang, pekerjaan akan mempengaruhi barang
dan jasa yang dibelinya (Setiadi, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McKee et al., (2009), vaginal
douching dilakukan oleh perempuan Amerika pada kalangan minoritas khususnya
perempuan yang berkulit hitam sebesar 55%, 34% Latinos dan 53% berasal dari
status sosial ekonomi yang rendah. Data yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian di atas, kalangan minoritas menempati persentase terbesar karena
berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi vagina.
F. Fasilitas Pendukung
Fasilitas merupakan segala sesuatu yang berfungsi sebagai penunjang
dalam memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu kegiatan. Fasilitas yang
disediakan baik berupa sarana dan prasarana merupakan suatu faktor pendukung
dalam pengambilan keputusan seseorang terhadap objek yang dipilih (Tjiptono,
2006). Menurut Notoatmodjo (2007) ketersediaan fasilitas akan mendukung dan

44

memperkuat terbentuknya perilaku. Dengan adanya fasilitas maka akan


mempengaruhi seseorang untuk pengambilan keputusan, karena dengan fasilitas
yang lengkap dan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan maka akan memberikan
suatu kepuasan terhadap konsumen atau pemakai dari suatu pelayanan jasa.
Berbagai pusat layanan kecantikan dalam industri SPA salah satu
perawatan yang disediakan adalah gurah vagina, dimana ditunjang dengan
fasilitas pendukung yang masing-masing penyedia jasa mempunyai suatu ciri
khas tersendiri dalam menyediakan fasilitas tersebut. Tujuan utama fasilitas
pendukung yang disediakan adalah tidak lain untuk menarik konsumen selain
faktor pendorong yang berupa media massa sebagai penarik minat konsumen.
Fasilitas pendukung pada umumnya disediakan oleh penyedia layanan sesuai
dengan konsep yang dimilikinya.
G. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap
rangsangan. Sikap atau dikenal dengan istilah attitude merupakan cerminan rasa
senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang
terhadap sesuatu.
Sikap dinyatakan dalam tiga elemen sebagai berikut (Sarwono, 2012).
1. Affect
Perasaan yang muncul berupa rasa senang dan tidak senang.
2. Behaviour
Perilaku yang mengikuti perasaan itu (mendekat, menghindar).
3. Cognition.

45

Penilaian terhadap obyek sikap dengan kategori bagus dan tidak bagus.
Sikap merupakan suatu respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap rangsangan atau obyek. Sedangkan perilaku merupakan respon individu
terhadap suatu stimulus atau rangsangan yang dapat diamati secara langsung dan
mempunyai frekuensi, durasi dan tujuan yang disadari maupun yang tidak disadari
yang merupakan kumpulan dari berbagai faktor yang saling berinteraksi
(Ferrinadewi, 2008).
H. Dukungan Keluarga
Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat dalam
pengambilan keputusan, pada umumnya dukungan ini berupa dukungan dari
lingkungan terdekat yaitu terutama keluarga yang memberikan motivasi dan
perhatian terhadap suatu obyek. Marliyah dkk, 2004;63 (dalam Sugiarti, 2011;12)
dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk bantuan yang diterima dari
individu lain dalam artian sebagai orang terdekat diantara anggota keluarga.
Dukungan keluarga merupakan pemberian bantuan baik berupa materi maupun
moral dan spiritual yang membuat seseorang merasa diperhatikan, bernilai,
dicintai dan diterima dalam keluarga.
I. Media massa
Media massa merupakan salah satu sumber informasi terhadap suatu
pemanfaatan layanan yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang melalui
iklan baik berupa gambar maupun tulisan. Media merupakan suatu perantara atau
pengantar. Media massa bisa berupa media cetak dan elektronik yang cenderung

46

memberikan pengaruh terhadap seseorang yang membaca dan melihat iklan


tersebut terutama iklan yang secara langsung ditayangkan dalam televisi yang
dibuat semenarik mungkin (Hikmawati, 2011). Media sebagai penyampai pesan
memegang peranan penting dalam proses komunikasi yang terdiri dari surat
kabar, televisi, radio, dan majalah (Setiadi, 2010).
Media massa yang mempunyai fungsi sebagai penyalur informasi oleh
Notoatmodjo (2007), dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: a) media cetak
sebagai alat bantu penyampaian pesan yang berupa booklet, leaflet (brosur), flyer,
flif chart, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar serta foto yang
menggambarkan suatu informasi atau pesan, b) media elektronik sebagai sasaran
dalam menyampaikan pesan berupa televisi, radio, video, slide, dan film strip, c)
media papan (Billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum yang
mengandung informasi.
Media massa yang menjadi fenomena dalam periklanan salah satunya
adalah internet yang perkembangannya semakin meluas seiring majunya
teknologi,

dimana

internet

menyediakan

berbagai

macam

situs

untuk

mempermudah seseorang dalam mencari informasi. Internet merupakan salah satu


media elektronik yang sebagian besar pesan nonpersonal datang melalui media
yang dibayar tanpa melakukan kontak atau interaksi pribadi (Setiadi, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Hendarin (2009) menyatakan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap praktek bilas vagina adalah
iklan kesehatan seksual wanita. Sebagaimana kita ketahui media massa
mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebarluasan informasi juga

47

memberikan dampak besar dalam kehidupan seseorang. Informasi dapat secara


tidak langsung mengubah perilaku seseorang sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh pemberi informasi. Informasi dapat membantu seseorang dalam upaya
mengatasi suatu permasalahan yang dihadapi yang sebelumnya tidak dikenal dan
menjadi lebih siap dalam menghadapi situasi. Namun dalam mencari berbagai
informasi sebagai contoh yang terlihat berdasarkan fakta di lapangan bahwa
sebagaian besar masyarakat dapat mengakses melalui situs-situs internet seiring
dengan perkembangan jaman dan teknologi perlu adanya tingkat pemahaman
yang lebih terhadap suatu informasi yang diperoleh sebelum mengambil suatu
pilihan dalam upaya meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan yang
berasal dari media massa dalam menginformasikan suatu obyek.

Anda mungkin juga menyukai