Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

“KEPUTIHAN”

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

Ketua : Enda Ertiyana Sembiring (18000011)

Sekretaris : Elfrida Ruth Agusinar Sipayung (18000066)

Anggota : Kriskayanti Habeahan (18000012)

Ricky Richardo Sitorus (18000013)

Miskhel Purba (18000014)

Waldy Pasaribu (18000015)

Evangelists Putri (18000041)

Joice Melati Habeahan (18000042)

Harlyana Silaen (18000043)

Winda Sari Sihombing (18000044)

Gilbert Siallagan (18000045)

Leonar Koslin Munthe (18000065)

Andre Daniel Napitupulu (18000075)

Tutor : Dr. dr. Jenny Ria Sihombing, Sp. PK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami haturkan atas berkat-Nya sehingga
pembuatan laporan tutorial ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil diskusi
kelompok 3 dengan kasus pemicu “Mual dan Muntah Pada Ibu Hamil”.
Dalam Kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen fasilitator selama
tutorial ini berlangsung dan anggota kelompok III yang ikut berpartisipasi dalam laporan ini. Kami
menyadari bahwa apa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun untuk membantu dalam penyempurnaan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua yang membaca.

Medan, 4 Mei 2020


Hormat Kami

Kelompok Tutorial III

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………1

DAFTAR ISI ……………………………………………2

DATA PELAKSANAAN TUTORIAL …………………………………………...3

PEMICU ……………………………………………5

UNFAMILIAR TERMS ……………………………………………5

IDENTIFIKASI MASALAH ……………………………………………5

ANALISIS MASALAH ……………………………………………6

CONCEPT MAP ……………………………………………5

HIPOTESA ……………………………………………6

LEARNING ISSUE ……………………………………………6

PEMBAHASAN ……………………………………………8

KESIMPULAN ……………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………22

3
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL

I. JUDUL BLOK
• Reproductive System

II. JUDUL TUTORIAL


• Keputihan

III. NAMA TUTOR

• Dr. dr. Jenny Ria Sihombing, Sp. PK

IV. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL

A. TUTORIAL I
• HARI/TANGGAL : Senin, 20 April 2020
• WAKTU : 10.00 sd selesai
• TEMPAT : Ruang Tutorial 3

B. TUTORIAL II
• HARI/TANGGAL : Kamis, 23 April 2020
• WAKTU : 10.00 sd selesai
• TEMPAT : Ruang Tutorial 3

4
PEMICU

Ny. A, usia 32 tahun P3A0, datang ke Puskesmas dengan keluhan keputihan disertai dengan rasa
gatal dan panas. Tidak dirasakan adanya nyeri perut bawah. Keluhan ini sudah dirasakan 2 bulan ini,
makin lama makin mengganggu. Keluhan bab tidak ada dan rasa perih saat BAK. Ibu ini adalah
akseptor KB dengan pil KB selama 6 bulan terakhir ini. Sudah berobat ke klinik dan diberikan
antibiotik amoksisilin berulang-ulang, tetapi tidak ada perbaikan.
Apakah penyakit yang diderita ibu ini ?

More Info
Pada pemeriksaan didapati BMI (Body Mass Index)30, 1.
Pada pemeriksaan ginekologi, tampak sekret berwarna putih dan agak berbuih.

UNFAMILIAR TERM

IDENTIFIKASI MASALAH

KU : Keputihan disertai dengan rasa gatal dan panas


RPT : -
RPO : Antibiotik amoksisilin , pil KB selama 6 bln terakhir

O : 2 bulan

L : Di Kemaluan

D:-

C:-

A:-

R:-

T:-

5
ANALISA MASALAH

1. Keputihan :
Fisiologis :Faktor stress , aktivitas yang berat , faktor hormonal
• Klinis :
-Normalnya sudah ada seperti lender / keputihan , namun yang
membedakannya adalah keluhan yang normal tdk berbau , tdk disertasi gejala gatal,
panas, dan nyeri.
-Sebelum dan sesudah menstruasi.
-Keluar sebelum koitus.
• Faktor Genetik.
• Patologis : Infeksi Organisme
-Penggunaan sabun pembersih.
-Penggunaan alat kontrasepsi.
-Penggunaan obat2an yang kurang tepat.
-Peradangan pada leher serviks.
-Faktor penyakit lain misalnya CA , neoplasma, ISK, hygiene.
-Penyakit yang didapat (Joice)
• Nyeri saat BAK : adanya peradangan.

HIPOTESA

Ny. A mengalami keputihan.

LEARNING ISSUE

1. Definisi dan etiologi keputihan.


2. Klasifikasi keputihan.
3. Patofisiologi keputihan.
4. Diagnosa banding.
5. Penegakan diagnosa keputihan.
6. Faktor predisposisi, tanda dan gejala keputihan.
7. Flora normal vagina dan perubahan flora normal.
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan nonfarmakologi) dan edukasi.
9. Komplikasi dan prognosis.

6
PEMBAHASAN

1
1. Definisi Leukorrhea

Leukorea berasal dari kata Leuco yang berarti benda putih yang disertai dengan akhiran
rrhea yang berarti aliran atau cairan yang mengalir. Leukorea atau flour albous atau keputihan
atau vaginal discharge merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah.
Keputihan merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain
itu, keputihan juga merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit. Dengan kata lain leukorea/
keputihan merupakan kondisi ketika lendir atau cairan berwarna putih keluar dari vagina yang
sering dialami oleh wanita sepanjang siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, masa
reproduksi maupun masa menopause.

Etiologi Leukorea
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan fisiologis adalah

1) Bayi yang baru lahir kira kira 10 hari


keputihan ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogendari ibunya

2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang


keadaan ini ditunjang oleh hormone estrogen

3) Masa di sekitar ovulasi


Poduksi kelenjar kelenjar rahim dan pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone
4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual
Ransangan seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi
senggama, vagina mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai pelumas dalam senggama
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim,
serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina
6) Akseptor kontrasepsi pil
Akseptor kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen dan progesterone yang dapat
meningkatkan lender servik menjadi lebih encer.

7
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan abnormal adalah :

1. Infeksi alat kelamin


(Infeksi bibir kemaluan, liangsenggama, mulut rahim, jaringan penyangga, dan pada
infeksi karena penyakit menular seksual).

2. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat meningkatnya
pengeluaran energi karena terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras
fisik. Meningkatnya pengeluaran energi menekan sekresi hormon estrogen.
Menurunnyasekresi hormon estrogen menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen
digunakan oleh Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah
asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang
dihasilkansedikit, bakteri, jamur, dan parasit mudah berkembang.

3. Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari meningkatnya
beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan atau sulit diatasi. Meningkatnya
beban pikiran memicu peningkatan sekresi hormone adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon
adrenalin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh
darah. Kondisi ini menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ organ tertentu termasuk
vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam laktat
menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan parasit penyebab
keputihan mudah berkembang.

4. Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam
menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri yang dapat
memicu keputihan adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara
membersihkan alat kelamin (cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi
vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus menerus diluar siklus menstruasi.

8
2. 1Klasifikasi Leukorrhea (Keputihan)

a. Leukorrhea Fisiologis

Cairan yang berwarna putih jernih, tidak berbau, tidak gatal dan tidak menyebabkan rasa
nyeri saat berkemih atau senggama. Pemeriksaan pH vagina: 3,8 – 4,2.

• Pada bayi yang baru lahir: Pengaruh hormone estrogen dari ibu, sehingga bayi
yang baru lahir sampai 10 hari mengalami keputihan.

• Pengaruh estrogen yang meningkat pada menarche.

• Rangsangan seksual pada wanita, sebelum dan saat koitus

• Pada masa kehamilan

• Pada masa ovulasi : adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada serviks.

• Penggunaan kontrasepsi hormonal : mengandung hormone estrogen dan


progesterone yang dapat menyebabkan lendir serviks menjadi lebih encer.

b. Leukorrhea Patologis

Cairan yang keluar dari vagina dengan jumlah, bau dan konsistensi yang bervariasi
berdasarkan penyebabnya. Disertai rasa gatal, nyeri/rasa terbakar di sekitar kemaluan,
nyeri saat berkemih atau saat senggama. Cairan ini mengandung banyak leukosit.

• Infeksi bakteri : Neisseria gonorrhoeae, Sifilis, Chlamydia trachomatis,


Gardnesella vaginalis.

• Infeksi virus: Virus Herpes Simpleks dan Virus Papiloma Human.

• Infeksi jamur: Candida albicans

• Infeksi parasit: Trichomonas vaginalis

• Kelelahan Fisik

• Ketegangan Psikis (stress)

9
3. Patofisiologi Leukorrhea

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi.
Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit
seperti jamur, bakteri,parasit,maupun virus mudah masuk ke liang vagina. Infeksi juga
terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem vagina
merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu estrogen
dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik.Di sini estrogen berperan dalam menentukan
kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen merupakan
nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya. Sisa
metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di
dalam vagina, dengan pH dikisaran 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus
akan subur dan bakteri patogen akan mati Di dalam vagina terdapat berbagai macam
bakteri, 95% Lactobacillus, 5% patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang,
bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu,misalnya
tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun,dan rentan mengalami infeksi.
Ketidakseimbangan ekosistem vagina disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi
oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma,penyemprotan cairan
ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau
menopause.Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman
yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu
untuk tidak tumbuh subur. Jikakeasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman lain
dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
menyebabkan fluoralbus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan. Begitu
seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita tersebut terbuka sekali terhadap
kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa didapat dari kuman
penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita tersebut.

PATOGENESIS

Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang relatif
bervariasi serta mengandung mikroorganisme terutama Lactobacillus. Lactobacillus
mempunyai peranan penting dalam menjaga suasana vagina dengan menekan pertumbuhan
mikroorganisme patologis (Gardnerella vaginalis, Mobiluncus spp., Neisseria
gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius, P. Bivia,dll) dengan cara:

10
• Mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat sehingga pH
vagina tetap dalam keadaan asam (pH : 3,0 - 4,5 / 3,8- 4,2) pada wanita dalam masa
reproduksi.
• Memproduksi hydrogen peroxide (H2O2) sebagai bacterial antagonism. Menghambat
pertumbuhan mikroorganisme melalui interaksi langsung atau melalui human
myeloperoxidase. Hydrogen peroxide yang diproduksi oleh Lactobacillus inaktivasi
HIV-1, herpes simplex virus type 2 (HSV2), Trichomonas vaginalis, G. vaginalis, P.
bivia dan E. coli.
Apabila terjadi ketidakseimbangan suasana flora vagina normal yang dapat disebabkan
oleh penurunan fungsi dari Lactobacillus maka akan terjadi aktivitas dari mikroorganisme yang
selama ini ditekan oleh bakteri pathogen di vagina sehingga menimbulkan reaksi inflamasi

PATOLOGIS

Infeksi candidiasis merupakan fungi oportunistik yang meninfiltrasi ekosistem ketika


pertahanan tubuh penjamu menurun.

Patofisiologi, Patogenesis, Patologis


infeksi

Faktor predisposisi penyebab Terganggunya keseimbangan


ketidakkeseimbangan ekosistem
ekosistem
Keseimbangan ekosistem
1. Kontrasepsi oral
2. Diabetes mellitus mempengaruhi Dipengaruhi oleh
3. Antibiotika
4. Vaginal douching
5. Gangguan hormone estrogen Bakteri lactobacilus
6. pasangan seks

Berperan sebagai kadar zat gula pertumbuhan


Metabolisme
lactobacillus terganggu Penentu suasana asam
Simpanan energy dalam tubuh Asam laktat
di vagina

Suasana asam berkurang glikogen Lactobacillus subur


Produksi Hidrogen Peroxide
mikroorganisme / bakteri (H202) Ekosistem seimbang
candidiasis
pathogen lain tumbuh
95 % Lactobacilus, 5% patogen
Bacterial antagonism
Ekosistem
tidak seimbang 11

Flouralalbus
4. 2Diagnosa Banding Keputihan
1. Bakterial Vaginosis, adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobasillus Spp yang
merupakan flora normal vagina digantikan dengan bakteri anaerob Gardnerella vaginalis,
mycoplasma hominis, bakterioides Spp, Mobiluncus Spp

➢ Penegakan diagnosa :
• Keputihan homogen (keabu-abuan), bau amis
• Disuria dan dyspareunia jarang ditemukan
• Pruritus dan inflamasi tidak ada
• Tes amin atau whiff test (+)
• Clue cells (+) pada pemeriksaan mikroskopis

2. Trikomoniasis, merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas


vaginalis

➢ Penegakan diagnosa :
• Duh tubuh vagina berwarna kuning kehijauan dan berbusa/berbuih
• Gatal dan iritasi
• Edema atau eritema
• Terdapat gambaran strawberry cervix
• Ditemukan parasit dibawah mikroskop pada sediaan langsung duh tubuh penderita dalam
larutan NaCl fisiologik

3. Kandidiasis Vaginalis, adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida
Albicans.

➢ Penegakan diagnosa :
• Pruritus, iritasi vagina, dysuria
• Cairan vagina berwarna putih susu yang bergumpal dan tidak berbau
• Eritema dinding vulva dan vagina disertai dengan cairan vagina berwarna putih susu
• Pemeriksaan cairan vagina dengan KOH, pseudohifa (+) untuk identifikasi jamur

4. Ca serviks, Pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang terjadi pada leher rahim yang
disebabkan oleh Human papiloma virus.

➢ Penegakan diagnosa :
• Perdarahan saat coitus
• Keputihan abnormal: kekuningan, berbau, dan bercampur darah
• Terdapat benjolan-benjolan disekitar serviks
• Dilakukan Pap smears

12
5. Penegakan Diagnosa

a. Anamnesis

1. Umur, harus diperhatikan pengaruh estrogen pada bayi ataupun wanita dewasa. Pada
wanita usia lebih tua diperhatikan kemungkinan keganasan terutama kanker serviks.
2. Metode kontrasepsi yang dipakai, kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi
kelenjar serviks yang diperparah dengan adanya infeksi jamur.
3. Kontak seksual, merupakan salah satu penyebab penyebaran penyakit.
4. Perilaku, seperti tukar menukar alat mandi atau handuk, serta cara membilas vagina
yang salah merupakan faktor terjadinya keputihan.
5. Sifat keputihan, yang diperhatikan adalah jumlah, bau, warna dan konsistensinya,
keruh jernih, ada tidaknya darah, dan telah berapa lama. Ini penting dalam
menegakkan penyebab terjadinya keputihan.
6. Menanyakan kemungkinan menstruasi atau kehamilan.
b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan adalah pemeriksaan genital,


meliputi inspeksi dan palpasi dari genital eksterna, pemeriksaan spekulum untuk melihat
vagina dan serviks, pemeriksaan pelvis bimanual. KVV oleh karena C. albicans keluhan
utamanya adalah gatal, kadang-kadang disertai iritasi atau terbakar. Namun pada
kandidiasis non-albicans, keluhan khas iritasi dan terbakar lebih menonjol daripada
gatalnya, tampak eritema vagina atau tidak ada kelainan sama sekali.

Pemeriksaan Penunjang Keputihan


1. Penilaian nilai PH
normal vagina : 3,8 – 4,5
> 4.5 : menandakan adanya infeksi dari mikroorganisme seperti : bakteri, jamur dan
parasit.

2. Pemeriksaan sediaan basah dengan


-KOH 10 % Untuk
mendeteksi apakah infeksi yang disebabkan oleh jamur yang dilihat dibawah
mikroskop
biasanya dijumpai adanya kuncup jamur, hifa, pseudohifa.
-Pemeriksaan dengan larutan fisiologis
untuk mendeteksi apakah infeksi yang disebabkan oleh parasit yang lihat di bawah
mikroskop dan dijumpai adanya pergerakan flagella.

13
3. Pemeriksaan Gram
dimana pemeriksaan ini juga diperiksa di bawah mikroskop yang mana biasanya
dijumpai
a. Clue cell pertanda adanya bakteri yang menginfeksi
b. Adanya blastospora apabila jamur yang menginfeksi
4. Pemeriksaan kultur sekret vagina
bertujuan untuk melihat kuman secara spesifik penyebab yang menginfeksi
5. Kultur urin
bertujuan untuk deteksi infeksi bakteri/ keputihan yang non-spesifik
6. Whiff test
apabila whiff test (+) maka menunjukkan infeksi bakteri ada dengan gejala fishy odor
(amis)
7. Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks.

14
6. Faktor Risiko Leukorrhea
Fisiologis

• Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
• Waktu di menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen
• Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transduksi dari dinding vagina
• Waktu di sekitar ovulasi dengan sekret dari kelenjar kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer
• Pengeluaran sekret dari kelenjar kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.

Tanda Gejala :

• Tidak berwarna atau berwarna putih kadang berupa mukus


• Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat
• Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam
• Tidak Gatal

Patologis
Penyebab leukorea patologik ialah infeksi.

• Vaginosis Bakterialis
Faktor risiko :

- Pajanan terhadap stres kronis


- Frekuensi bilas vagina yang sering
- Merokok
- Sering berganti pasangan

Tanda dan gejala :

- Bersifat asimtomatis pada 50% kasus


- Cairan tubuh vagina berwarna putih kuabu-abuan dan cair serta banyak
- Cairan tubuh berbau amis

• Trikomoniasis
Faktor risiko:

- Sering bertukar pasangan


- Sering bertukar handuk dan celana.

15
Tanda gejala:

- 10-50% asimtomatis
- Rasa gatal dan disuria
- Cairan tubuh vagina berwarna putih kekuningan dan berbusa
- Gambaran strawberry cervix pada pemeriksaan speculum.
• Kandidosis Vulvovaginalis
Faktor risiko

Kondisi imunosupresi (infeksi HIV) , diabetes melitus, obesitas , dan penggunaan antibiotik
spektrum luas

Tanda gejala

- Rasa gatal
- Disuria
- Cairan tubuh vagina berwarna putih susu dan bergumpal gumpal
- Eritema dan edema pada vagina dan vulva

16
7. Flora Normal Vagina dan Perubahan Flora Normal

1. Lactobacillus sp
Berfungsi membatasi pertumbuhan bakteri jahat(bakteri anaerob) dengan menjaga pH
normal atau tingkat keasaman vagina.

2. Gardnerella vaginalis
Gardnerella vaginalis adalah bakteri anaerob yang berada di flora normal vagina.
Biasanya, flora vagina didominasi oleh spesies Lactobacilli, tetapi ketika organisme
seperti Gardnerella mulai tumbuh berlebihan dan menjadi spesies dominan, dan akan
menyebabkan vaginosis bakteri.

3. Bacteroides dan Peptococcus


Salah satu bakteri anaerob dimana bakteri ini tidak membutuhkan oksigen.
Pertumbuhan bakteri ini bisa terhenti, apabila terdapat oksigen di lingkungan
sekitarnya.

4. Atopobium vaginae
Atopobium adalah genus dari Actinobacteria, dalam keluarga Coriobacteriaceae.
Spesies atopobium adalah bakteri anaerob, berbentuk batang Gram positif atau elips
yang ditemukan sebagai elemen tunggal atau berpasangan atau rantai pendek.

5. Ureaplasma urealitium
Bakteri Ureaplasma hidup seimbang dalam tubuh tanpa menyebabkan masalah.
Namun, terkadang, populasi bakteri ini dapat meningkat dan menyebabkan infeksi dan
masalah kesehatan. Infeksi bakteri ureaplasma juga merupakan penyebab dari infeksi
jamur vagina. Biasanya gejalanya yang tampak adalah keluarnya cairan vagina encer
dan vagina berbau tak sedap.

Perubahan Flora Normal di Vagina

Flora normal di vagina seharusnya tidak menimbulkan penyakit, namun akan menjadi
opurtunistik jika:
• Penggunaan antibiotic
• Lemahnya imunitas
• Mampu menembus barrier pertahanan normal (flora normal lebih sedikit dari flora
patogen)
• Manifestasi infeksi sistemik
• Diperantai kerusakan/luka di vagina

17
8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Farmakologi

a. Candida albicans
Topikal
• Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
• Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
• Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
b. Chlamidia trachomatis
• Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
• Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
• Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
• Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari
c. Gardnerella vaginalis
• Metronidazole 2 x 500 mg
• Metronidazole 2 gram dosis tunggal
• Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
• Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
d. Neisseria gonorhoeae
• Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau-
• Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :
• Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
• Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
• Tiamfenikol 3,5 gram oral
• Kanamisin 2 gram im
• Ofloksasin 400 mg/oral

18
e. Virus herpeks simpleks
• Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
• Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
• Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi
sekunder.

Non farmakologi

1. Perubahan Tingkah Laku


Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang
dilingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan
menjaga kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam
yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat.

2. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat
membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti
penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril.

Pencegahan Penyakit Infeksi Menular


• Menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering
• Menghindari pakaian ketat
• Sering mengganti pembalut saat datang haid
• Menghindari douche (mencuci/membilas) vagina dengan larutan antiseptic
• Mencuci alat kelamin bagian luar dengan bersih
• Penggunaan kondom bagi wanita pekerjaan seksual (WPS)

19
9. Komplikasi Leukorrhea

1.Infeksi saluran kemih


2.Abses bartholini di bibir kemaluan
3.Peradangan rongga panggul
4.Gangguan haid
5.Kemandulan
6.Depresi

Prognosis

Faktor-faktor yang menentukan prognosis, antara lain:


• Prognosis lebih buruk apabila adanya gejala radang panggul.
• Prognosis lebih baik apabila mampu memelihara kebersihan diri (hindari penggunaan
antiseptik vagina yang malah membuat iritasi dinding vagina)

KESIMPULAN
Ny. A mengalami keputihan patologis.

20
Daftar Pustaka

1. Marhaeni GA. Keputihan Pada Wanitta. Skala Husada. 2016;13:30–8.

2. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo;


2010. 576–578 p.

3. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain


pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 2003. Edisi kedua Cetakan Ketiga.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

4. USU R. Keputihan (Fluor Albus. :9–10. Tersedia pada:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47162/Chapter II.pdf;sequence=4

5. Hutabarat H. Radang dan Beberapa Penyakit Lain pada Alat - alat Genital Wanita. In:
Wiknjosastro H, Saifuddin bari abdul, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan.
Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 271.

6. Kairys N, Garg M. Bacterial Vaginosis. StatPearls [Internet]. 2019; Available from:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459216/

7. Kairys N, Garg M. Gardnerella. StatPearls [Internet]. 2019; Available from:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459350/

8. Polatti F. Bacterial Vaginosis, Atopobium vaginae and Nifuratel. Curr Clin Pharmacol
[Internet]. 2012 Jan 31 [cited 2020 May 3];7(1):36–40. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3362959/

9. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit


lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 2003. Edisi kedua , Cetakan Ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

10. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis
pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.

11. Adhi D,Mochtar H,Siti A et al.Infeksi genital non spesifik. Ilmu penyakit kulit dan
kelamim. 2008;edisi 5:366-68

21

Anda mungkin juga menyukai