Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 2.

1
REPRODUKSI
MODUL I

KELOMPOK 5 A
ANGGOTA KELOMPOK

1. Miftah Ar
Rahmah

(1710311012)
2. Kelvin
Florentino Kaisar (1710311017)
3. Honest Vania Asari (1710311020)
4. Annisa Kartika Edwar (1710311023)
5. Izka Fadhilah (1710311046)
6. Fakhri Aulia (1710312087)
7. Azaria Ramadhani Zulkifli (1710313024)
8. Aldo Winanda Putera (1710313036)
9. Rifvia Mustikaweni Zachraina (1710313068)
10.Shavira Quincy Harbaindo (1710313069)

TUTOR : dr. Nora Harminarti, M.Biomed, Sp.Park

JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018/2019

SKENARIO 1 : BAGAIMANA YA DOK?


Ny. Rina, 27 tahun, datang ke Puskesmas untuk memeriksakan kehamilan pertamanya yang sekarang
berusia 16-18 minggu. Kepada dokter, Ny Rina menanyakan mengapa ia tidak langsung hamil setelah
pernikahan, mengapa orang lain bisa langsung hamil sedangkan ia baru hamil setelah 8 bulan pernikahan. Ia
juga menanyakan mengenai perobahan-perobahan yang dirasakan seperti payudara dirasakan tegang dan
menghitam dan BAB kurang lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, tanda vital dalam batas normal, fundus uteri 3 jari bawah
pusat, ballotement positif, hasil laboratorium Hb 12,2 g/dL, leukosit 8.000/mm3, trombosit 234.000/mm3,
hasil pemeriksaan USG sesuai usia kehamilan 17-18 minggu. Dokter menjelaskan bahwa menurut skor
Poedji Rochjati, kehamilan Ny Rina termasuk kategori kehamilan resiko rendah. Selanjutnya juga
menjelaskan mengenai perawatan antenatal yang harus diikuti dan pengaturan makanan dan obat-obatan. Ny
Rina cukup mengerti dengan penjelasan dokter dan ia meminta dokter untuk menerangkan tentang persalinan
dan nifas yang akan dijalaninya nanti, apa saja yang harus dipersiapkan dan kondisi apa saja yang harus
diantisipasinya, juga tentang pengaturan kehamilan berikutnya.
Seandainya saudara adalah dokter puskesmas, apa saja yang saudara jelaskan kepada Ny Rina?

STEP 1 (Terminologi)

1. Fundus Uteri : Bagian atas rahim; Puncak rahim yang menonjol ke permukaan abdomen saat
kehamilan.
2. Ballotement : Pantulan yang terjadi ketika atau saat jari pemeriksa mengetuk janin yang
mengapung didalam uterus dan menyebabkan janin berenang/mengapung dalam posisinya
karena adanya cairan ketuban.
3. Pemeriksaan USG : Tes diagnostik non invasif/ultrasonik yang menggunakan gelombang suara
untuk menciptakan gambar visual janin, rahim, plasenta dan organ panggul lainnya.
4. Skor Poedji Rochjati : Skrining berupa kuisioner dengan hasil skor yang digunakan untuk
menentukan tingkat resiko pada ibu hamil.
5. Kategori Kehamilan Resiko Rendah : Kehamilan dengan maslah dan faktor resiko yang rendah
atau biasa diikuti.
6. Perawatan antenatal : Pemeriksaan berkala kehamilan untuk ibu hamil (Kesehatan Antenatal).
7. Persalinan : Proses pengeluaran janin yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalah lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.
8. Nifas : Periode yang terjadi setelah proses persalinan selesai yang diperlukan bagi organ
reproduksi untuk kembali pada ke keadaan seperti sebelum hamil.

STEP 2 (Analisis Masalah)


1.) Mengapa Ny.Rina merasakan perubahan-perubahan tersebut? Bagaimana proses terjadinya?
2.) Apa penyebab Ny.Rina baru hamil setelah 8 bulan pernikahannya dan apa penyebab
terjadinya veriasi tersebut?
3.) Bagaimana perkembangan janin usia 16-18 minggu?
4.) Bagaimana pemeriksaan awal kehamilan dilakukan?
5.) Mengapa hasil Skor Poedji Rochjati menyatakan Ny.Rina termasuk ketegori kehamilan
resiko rendah? Bagaimana interprestasi dan klasifikasinya?
6.) Bagaimana pengaturan nutrisi dan obat-obatan pada ibu hamil?
7.)Mengapa hasil pemeriksaan laboratorium Ny.Rina tidak normal? Apa faktor
penyebabnya?
8.) Bagaimana cara pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) ?
9.) Bagaimana bisa terjadi nifas setelah persalinan?
10.) Apa saja indikasi ibu bisa melahirkan normal?
11.) Bagaimana cara menghitung usia kehamilan?
12.) Apa saja yang diperhatikan dan dihindari oleh ibu hamil?
13.) Kapan pemeriksaan USG harus dilakukan oleh ibu hamil?
14.) Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi saat kehamilan?

STEP 3 (Identifikasi Masalah)


1.) Penyebab Terjadinya perubahan tersebut :
 Payudara Membesar, tegang, dan aerola menghitam (terjadinya hiperpigmentasi).
Karena pengaruh perubahan hormon saat kehamilan terutama estrogen dan progesteron.
H. Estrogen meningkat (+) PIH (-) Prolaktin saat hamil
H. Estrogen menurun (-) PIH (+) Prolaktin laktasi ibu setelah
bersalain.
 BAB kurang lancar Karena pembesaran uterus sehingga saluran pencernaan terdesak ,
otot polos yang di Traktus digestrivus motilitassnya sudah mulai berkurang dan sekresi asam
lambung juga berkurang.

Perubahan lain yang terjadi :


 Terjadinya mual dan muntah karena gangguan metabolisme dan gangguan sistem
pencernaaan.
 Adanya perubahan pada kulit, diantaranya :
 Kulit terlihat lebih bercahaya dan lebih lembab karena pengaruh hormon kehamilan.
Akibatnya produksi minyak meningkay dikulit sehingga timbul banyaknya jerawat dan
terjadi peningkatan sirkulasi darah pada bawah kulit.
 Adanya stertc mark dan striea yang merupakan peregangan kulit karena
bertambahnya ukuran tubuh dab biasanya terdapat pada bagian paha, perut, pantat dan
paha.
 Payudara nyeri, lebih sensitif , lembut, dan bertambah besar.
 Adanya pembuluh darah terlihat kepermukaan kulit (varises) karena volume darah yang
meningkat dan jantung memompanya lebih cepat.
 Terjadi penebalan dinding uterus (endometrium) pada bagian tempat melekatnya embrio
(janin).
 Berat badan ibu meningkat.
 Serviks menjadi lunak dan kebiruan setelah 1 bulan konsepsi akibat proses vaskularisasi dan
edema serviks.
 Traktus urinariusnya mengalami perubahan yaitu pada bulan pertama/ awal kehamilan dan
akhir kehamilan terjadi miksi yang terlalu sering. Pada awal kehamilan terjadi karena uterus
yang mulai membesar akan menekan vesika urinaria ibu, sedangkan pada akhir kehamilan
vesika urinaria tertekan karen bayi yang telah turun masuk PAP ibu.
 Pada vagina terjadi perubahan pada lapisannya yang menebal dan kurang sensitif lagi dan
terjadinya keputihan dan bercakdarah (sedikit) karena proses implantasi berlangsung.

2.) Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya seorang ibu dapat hamil, yaitu:
 Ada 3 hal yang mempengaruhi :
- Bibit = Gamet, contoh : kualitas ovum dan sperma
- Bebet = Penyakit yang diderita ibu
- Bobot = Berhubungan dengan nutrisi dan perilaku
 Dapat juga dipengaruhi oleh stress, konsumsiobat-obatan berbahaya, infeksi pada organ
reproduksi, hormon, frekuensi seks yang dilakukan, dan kondisi vitalitas dalam
berhubungan seksual.

 Obesitas = lemak yang tersimpan dalam tubuh wanita menghasilkan hormon androgen (pria)
yang akan menyebabkan hambatan dalam pematangan folikel. Adanya mengidap penyakit
organ reproduksi
- Ada sumbatan di Tubafallopi
- PCOS (Syndrom Ovarium Polikistik) merupakan gangguan fungsi ovarium, ada kista yang
terdapa diluar ovarium tersebut dan ovarium membesar. Hal ini mengakibatkan gangguan
hormonal menjadi tidak seimbang dan siklus menstruasi menjadi tidak seimbang.
 Pernah menunda kehamilan contohnya dengan menggunakan kontrasepsi hormonal jangka
panjang.

3.) Perkembangan janin pada usia 16-18 minggu


- Mata sudah mulai berkedip
- Proses pembentukan jantung dan pembuluh darah sudah sempurna
- Jari-jari tangan sudah memiliki sidik jari
- Rahim teraba sekitar pertengahan symfisis pubis dan umbilikus
- Jantung sudah berdetak (mulai berdetak 4-8 minggu)

4.) Pemeriksaan awal kehamilan


 Anamnesis ibu = contoh: tentang riwayat kesehatan ibu dan keluarganya
 Melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada ibu
 Pemeriksaan tanda vital ibu dan mengukur IMT
 Menghitung usia kehamilan (HPHT, perkiraan persalinan dan TFU)
 Edukasi pengaturan nutrisi yang baik untuk ibu dan kehamilannya dan bagaimana perawatan
kehamilan yang baik termasuk hal yang harus dihindari dan dianjurkan dilakukan saat
kehamilan.
 Lakukan skrining kehamilan baik pada ibu maupun keadaan sijanin.
 Pemeriksaan Laboratorium diantaranya yaitu darah, urin dan feses
 Menanyakan keluhan yang dirasakan ibu saat kehamilan

5.) Ada 3 klasifikasi pembacaan skrining ini yang berupa kuisioner


- KRR (Kehamilan Resiko Rendah = nilai 2 = lambang hijau
- KRT (Kehamilan Resiko Tinggi = nilai 6-10 = lambang kuning
- KRST ( Kehamilan Resko Sangat Tinggi) = nilai >11 = lambang merah

6.) A. Pengaturan nutrisi pada ibu hamil


 Trimester 1 :
- 1-4 minggu = kalori (min. 2000 kcal/hari)
- 5-6 minggu = sayuran hijau (karena ibu masih mual dan muntah)
-7-8 minggu = kalsium ( untuk pembentukan rangka dan tubuh janin 1000mg/hari)
- 9 minggu = vitamin C dan asam folat (0,6 mg/hari)
- 10 minggu = protein, asam amino, DHA, dan kolin (untuk pertumbuhan otak janin)
 Trimester 2 :
- 13-16 minggu = kalori 3000 kcal/hari untuk tambah energi ibu hamil, pembentukan
sistem saraf pusat dan ibu hamil dilarang minum teh, coklat dan kopi.
- 17-23 minggu = serat, vit.C dan zat besi untuk pembentukan eritrosit, jantung dan
pembuluh darah
-24-28 minggu = dilarang konsumsi garam yang terlalu banyak ( karena kaki bisa bengkak)
, dianjurkan konsumsi Omega-3 dan vit.E sebagai anti oksidan dan membantu kecerdasan
otak.
 Trimester 3 :
- kalori 70-80 ribu kcal/hari untuk meningkatkan volume darah dan cairan ketuban,
pertumbuhan janin dan plasenta.
- peridoksin dan vitamin B6
- yodium untuk mengatur metabolisme
- vit.B1, B2, B3 untuk membantu enzim
B. Pengaturan obat-obatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Sifat fisikokimiawi obat ( lipofilik, derajat ionisasi, berat molekul)
 Kecepatan obat mencapai sirkulasi janin atau melintasi janin.
 Lama pemaparan
 Disteribusi obat
 Periode perkembangan janin
 Efek periode pemberian obat dan kombinasinya
 Dan diperhatikan obat yang berbahaya dan obat teretogenik

7.) Karena telah terjadi berbagai perubahan pada ibu hamil tersebut, diantaranya :
- Vol.darah meningkat 50 % dari sebelumnya
- Meningkatnya resiko anemia karena meningkatnya kebutuhan dan meningkatnya
volume plasma darah.
- leukosit ibu pada awal kehamilan meningkat
8.) Cara mengukut TFU
A.) Meteran = dapat menentukan usia kehamilan
B.) Jari ; yang menjadi patokan adalah :
- Proc.Xympoideus = usia 36 minggu
- Umbilikus = usia 20 minggu
- Symfisis pubis = 12 minggu.
Jika terjadi kenaikan 2 jari antara umbilikus dengan symsisis pubis + 2minggu.
Jika terjadi kenaikan 1 jari antara umbilikus dengan Proc.Xympoideus +2minggu

9.) Nifas merupakan periode terjadinya upaya tubuh ibu setelah melahirkan untuk
mengembalikan keadaan menjadi hampir keadaan semula atau sebelum hamil. Nifas dibagi
dalam beberapa tahap, yaitu :
- Tahap 1= setelah persalinan---24jam
- Tahap 2= 24jam---1 minggu
- Tahap 3= 1 minggu---6 minggu

10.) Indikasi ibu dapat melahirkan normal


 Ukuran pelvic ibu
 Psikologis ibu
 Posisi janin dalam perut ibu

11.) Cara menghitung usia kehamilan


 Menentukan HPHT = untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalina dengan
menggunakan rumus Neagele
+7 = tanggal, -3 = bulan, +1 = tahun
 Pungukuran TFU
 Pemeriksaan USG
- lebih baik dilakukan pada terimester 1 karena kemungkinan terjadinya kesalahan
taksirannya adalah 2-3 hari.
- jika dilakukan pada terimester ke-3 maka kemungkinan terjadinya kesalahan
taksiran adalah 2-3 minggu karena banyangan pada janin pada usia ini.
12.) A. Yang harus dihindari pada saat kehamilan
- Aktivitas yang terlalu berat dan banyak
- Posisi tidur menelentang dan tengkurap karena dapat membahayakan janin
- Mengkonsumsi nanas belebihan
B. Yang dipersiapkan
- Nutrisi
- Kesehatan jasmani dan mental/psikologis
- Kebersihan lingkungan
- Ekonomi/ vinansial

13.) Pemeriksaan USG dianjurkan dilakukan pada :


- Awal kehamilan ( 8-13 minggu pertama) untuk menentukan usia kehamilan
- Pada 11-14 minggu untuk melihat perkembangan janin dan ada tidaknya kelainan yang
terjadi.
- Akhir kehamilan untuk melihat presentasi janin

14.) Faktor yang mempengaruhi saat kehamilan


 Genetik
 Lingkungan
- Gizi
- Radiasi
- Penggunaan obat-obatan
- Pengaruh hormon spesifik
- Stress
- Endokrin

STEP 4 (Skema)

NUTRISI SKOR POEDJI


ROCHJATI
PERAWATAN
ANTENATAL

OBAT-OBATAN PEMERIKSAAN
USG
PROSES IBU PERUBAHAN
FERTILISASI, HAMIL ANATOMI DAN
NIDASI, DAN FISIOLOGI
IMPLANTASI

NIFAS PERSALINAN

STEP 5 (Learning Objective)


Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1.) Proses Fertilisasi, nidasi, dan Implantasi dan faktor yang mempengaruhinya.
2.) Perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada ibu hamil.
3.) Perawatan Antenatal.
4.) Nutrisi pada ibu hamil.
5.) Penggunaan obat-obatan pada ibu hamil.
6.) Pemeriksaan USG pada ibu hamil.
7.) Proses persalinan normal dan faktor yang mempengaruhinya.
8.) Fisiologi nifas.

STEP 6 ( Belajar Mandiri)


1. Proses Fertilisasi, nidasi, dan Implantasi dan faktor yang mempengaruhinya.
I. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah
ampula tuba falopi. Setelah spermatozoa masuk melalui vagina, maka spermatozoa akan bergerak dengan
cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh
kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita,
spermatozoa belum mampu membuahi oosit. Mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita yang pada manusia berlangsung
kira-kira 7 jam.
Tahapan-tahapan yang terjadi pada fertilisasi adalah sebagai berikut:
1. Kapasitasi spermatozoa dan pematangan spermatozoa.
Kapasitasi Spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi. Sperma yang dikeluarkan
dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan fertil atau dapat membuahi ovum apabila belum terjadi
proses kapasitasi. Proses ini ditandai pula dengan adanya perubahan protein pada seminal plasma, reorganisasi
lipid dan protein membran plasma, Influx Ca, AMP meningkat, dan pH intrasel menurun.
2. Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida.
Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum. Perlekatan sperma dan ovum dipengaruhi
adanya reseptor pada sperma yaitu berupa protein. Sementara itu suatu glikoprotein pada zona pelucida
berfungsi seperti reseptor sperma yaitu menstimulasi fusi membran plasma dengan membran akrosom (kepala
anterior sperma) luar. Sehingga terjadi interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang
spesifik.
3. Reaksi akrosom.
Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi pada
pangkal akrosom, karena pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi penetrasi
zona pelucida. Mekanismenya adalah reseptor pada sperma akan membuat lisosom dan inti keluar sehingga
akan merusak zona pelucida. Reaksi tersebut menjadikan akrosom sperma hilang sehingga fusi sperma dan
zona pelucida sukses.
4. Penetrasi zona pelucida.
Setelah reaksi akrosom, proses selanjutnya adalah penetrasi zona pelucida yaitu proses dimana
sperma menembus zona pelucida. Hal ini ditandai dengan adanya jembatan dan membentuk protein actin,
kemudian inti sperma dapat masuk. Hal yang mempengaruhi keberhasilan proses ini adalah kekuatan ekor
sperma (motilitas), dan kombinasi enzim akrosomal.
5. Bertemunya sperma dan oosit.
Apabila sperma telah berhasil menembus zona pelucida, sperma akan menenempel pada
membran oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior (post-acrosomal) di kepala sperma yang
mengandung actin. Molekul sperma yang berperan dalam proses tersebut adalah berupa glikoprotein, yang
terdiri dari protein fertelin. Protein tersebut berfungsi untuk mengikat membran plasma oosit (membran
fitelin), sehingga akan menginduksi terjadinya fusi.

6. Aktivasi ovum sebelum sperma bertemu oosit.


Ovum pada kondisi metafase sebelum bertemu dengan sperma harus diaktifkan terlebih dahulu.
Faktor yang berpengaruh karena adanya aktivasi ovum adalah konsentrasi Ca, kelengkapan meiosis II, dan
Cortical Reaction, yaitu reaksi yang terjadi pada ovum, eksosotosis, dan granula pendek setelah fusi antara
sperma dan oosit.
7. Reaksi zona untuk menghadapi sperma yang masuk setelah penetrasi.
Reaksi ini dikatalisis oleh protease yaitu mengubah struktur zona pelucida supaya dapat
memblok sperma. Protein protease akan membuat zona pelucida mengeras dan menghambat sperma lain yang
masuk zona pelucida. Melalui proses inilah ovum menyeleksi sperma dan hanya satu sperma yang masuk
dalam ovum. Sehingga apabila sudah ada satu sperma yang masuk, dengan sendirinya ovum akan memblok
sperma lain yang ingin masuk dalam ovum. Akan tetapi apabila ovum tidak dapat memblok sperma lain yang
masuk, maka sperma yang masuk akan lebih dari satu. Hal ini menyebabkan rusaknya reseptor sperma dan
kondisinya menjadi toxic sehingga akan terjadi gagal embrio. Keadaan seperti ini dinamakan Polyspermy.
8. Fertilisasi.
Sperma dan ovum akhirnya berfusi dan fertilisasi terjadi. Akhir dari fertilisasi akan terbuntuk suatu
zigot, embrio, kemudian individu baru.

Gambar
proses fertilisasi
Saat fusi
antara sel
membran
sperma dengan
sel telur sudah
terjadi maka
terjadi 3 peristiwa penting pada oosit : :
1. Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap polispermia (spermatozoa
lain tak dapat masuk kedalam sel telur). Hanya satu pronukelus pria yang dapat ber fusi dengan pro
nukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zygote.

2. Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah sperma lain untuk
berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder terhadap polispermia.

3. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeularkan dari sel telur sehingga
memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid. Sekali lagi, hal ini akan menjaga agar zygote
tetap diploid. Kegagalab untuk menjaga sifat diploid pada hasis konsepsi sering menyebabkan
kegagalan proses kehamilan.

Setelah zigot terbentuk, maka zigot yang terbentuk tersebut bergerak menuju uterus sambil membelah diri
menjadi dua, empat, delapan, dan seterusnya, pada saat embrio mencapai 32 sel dan memiliki bentuk seperti
buah arbei, disebut morula. Selanjutnya, morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian dalam
membentuk bakal janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk trofoblas yang akan membentuk
plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus, kemudian membenamkan diri ke dinding uterus yang lunak,
tebal, dan lembut serta mengandung sekret seperti air susu. Proses perlekatan embrio ke dinding sel ini disebut
implantasi. Embrio terus tumbuh dan berkembang membentuk manusia yang seutuhnya, artinya kehamilan
sedang berlangsung.

II. Nidasi (Implantasi)


Nidasi/ implantasi adalah proses menempelnya embrio (tahap blastosis) pada endometrium induk (dinding
rahim) sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput lendir rahim (Poernomo, dkk.,
2005) Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh
sutu sampai disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel
– sel desidua yaitu sel – sel besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.

Proses nidasi (implantasi)


Beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nukleus akan membentuk zigot dan selanjutnya
dalam waktu 3 – 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid berbentuk seperti bola yang disebut
morula. Morula dengan cepat berjalan didalam Tuba Falopii menuju rongga uterus. Selama
perjalanannya, melalui kanalikuli zona pellucida masuk sejumlah cairan membentuk rongga
cairan dalam morula sehinga terbentuk blastosis. Setelah mencapai rongga rahim, zona pellucida
mengembang dan menipis. Blastosis akan menempel dan segera masuk kedalam stroma
endometrium. Sekitar 50% bagian blastosis berada dalam endometrium. Peristiwa terpautnya
blastosis pada stroma endometrium uterus induk disebut implantasi (nidasi). Penempelan
blastosis pada dinding endometrium yang terjadi pada hari ke 6-7 (akhir minggu pertama).

Gambar
perjalanan zigot
menjuju ke
rahim untuk
melakukan
proses
implantasi
(nidasi)

Bagian yang
pertama kali menyentuh endometrium uterus adalah kutub animal (kutub embrionik), yaitu kutub
tempat terdapatnya inner cell mass. Pada waktu itu sel-sel trofoblas mensekresikan enzim-enzim
proteolitik yang akan menghancurkan epitelium uterus sebagai jalan untuk penetrasinya zigot ke
dalam endometrium. Setelah terbentuk “jalan masuk”, Sel trofoblas superfisial mengalami
diferensiasi menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam) dan sinsitiotrofoblas (lapisan luar).

Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di dalam stroma endometrium.
Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu sitrotrofoblas dan sinsitrofoblas. Embrioblas juga
berdiferensiasi menjadi sel kecil kuboid berdampingan dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu lapisan sel
silinder tinggi bersebelahan dengan ruang amnion (epiblas). Pembentukan cakram datar (cakram mudigah
bilaminer). Rongga kecil muncul di dalam epiblas menjadi rongga amnion. Sroma endometrium tempat
implantasi dan sekitarnya tampak edema dan hipervaskuler. Kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan
banyak glikogen dan mucus. Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin dalam
terbenam didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan pada kutub embrionalnya dimana
vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan membentuk lacuna-lakuna (tahap lakunasi). Pada kutub abembrional
terbentuk selaput tipis (selaput eksoselom) yang melapisi sitotrofoblas. Selaput ini bersama hipoblas
membentuk rongga ekoselom (yolk sac /kantung kuning telur).

Gambar 3.
Implantasi
Blastosis Hari ke-9

Blastosis telah
terbenam
seluruhnya pada
hari ke-10-12. Pada
saat yang sama,
sel-sel
sinsitrofoblas
menembus lebih
dalam ke stroma
dan merusak
lapisan endotel
kapiler ibu. Pembuluh darah ini tersumbat dan kemudian melebar (sinusoid). Karena trofoblas terus merusak
sinusoid, darah ibu mulai mengalir melalui sistem trofoblas sehingga terjadi sirkulasi uteroplasma.
Sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam trofoblas dan permukaan luar rongga eksoselom yang
berasal dari yolk sac membentuk jaringan penyambung halus dan longgar.

Gambar 4.
Implantasi
Blastosis hari ke 10

Gambar 5.
Implantasi
Blastosis hari ke-
12

III. Perkembangan
Janin Dalam
Kandungan Mulai
Dari Trimseter I, II,
dan III
Pada manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Satu trimester itu
adalah selama 13 minggu atau kurang lebih tiga bulan.
A. Perkembangan janin pada trimester I (pertama)
Trimester I ( 0-12 minggu)
1. Minggu ke-0: Sperma membuahi ovum kemudian hasil konsepsi membagi
menjadi dua, empat, delapan setelah menjadi morulla masuk untuk menempel 11
hari setelah konsepsi.
2. Minggu ke-4/bln ke-1: Dari embrio, bagian tubuh pertama muncul adalah tulang
belakang, otak dan syaraf, jantung, sirkulasi darah dan pencernaan terbentuk.
3. Minggu ke-8/bln ke-2 : Perkembangan embrio lebih cepat, jantung mulai
memompa darah.
4. Minggu ke-12/bln ke-3: Embrio janin. Denyut jantung janin dapat dilihat dengan
pemeriksaan Ultrasonografi (USG), berbentuk manusia, gerakan pertama di mulai,
jenis kelamin sudah bisa di tentukan, ginjal sudah mempoduksi urine.
Perkembangan janin selama trimester pertama secara ringkas dapat dilihat dalam tabel
berikut:
4 Minggu 8 Minggu 12 Minggu
 Panjangnya kurang dari 1/10  Panjangnya kurang dari  Panjangnya sekitar 3 inci
inci 1 inci dan beratnya sekitar 1 ons
 Awal perkembangan  Wajah sudah berbentuk  Dapat menggerakkan
susunan tulang belakang, dengan mata, telinga, lengan, kaki, jari tangan,
sistem saraf, usus, jantung, mulut, dan pucuk gigi dan jari kaki.
 Sidik jari muncul
dan paru-paru yang belum sempurna
 Dapat tersenyum,
 Katung amniotis  Lengan dengan kaki
memberengut, mengisap,
membungkus lapisan dasar bergerak
 Otak mulai terbentuk dan menelan
seluruh tubuh
 Denyut jantung janin  Jenis kelamin dapt
 Disebut “telur” (ovum)
dapat dideteksi dengan dibedakan
 Dapat kencing
ultrasound
 Disebut “fetus” (janin)
 Disebut “embrio”

B. Perkembangan janin pada trimester II (ke dua)


Trimester II (13-28 minggu)
1. Minggu ke-16/bln ke-4: Sistem muskuloskeletal matang, sistem saraf terkontrol,
pembuluh darah berkembang cepat, denyut jantung janin terdengar lewat doppler,
pancreas memproduksi insulin.
2. Minggu ke-20/bln ke-5: Lanugo menutupi tubuh, janin membuat jadwal untuk tidur,
menelan dan menendang.
3. Minggu ke-24/bln ke-6: Kerangka berkembang cepat, perkembangan pernafasan dimulai.
4. Minggu ke-28/bln ke-7: Janin bernafas, menelan dan mengatur suhu, mata mulai buka
dan tutup, bentuk janin 2/3 bentuk saat lahir
Tabel ringkasan perkembangan janin selama trimester ke II (dua)
16 Minggu 20 Minggu 24 Minggu
 Panjang sekitar 5,5 inci dan  Panjangnya 10-12 inci  Panjangnya 11-14 inci
beratnya 4 ons dan beratnya 0,5-1 pon dan beratnya 1-1,5 pon
 Denyut jantung kuat  Denyut jantung dapat  Kulit mengkerut dan
 Kulit tipis, tembus pandang
didengar dengan tertutup dengan lapisan
 Rambut halus (lanugo) menutup
stetoskop biasa pelindung (vernix
tubuh
 Menghisap ibu jari
 Kuku jari tangan dan kuku jari caseosa)
 Tersedak
 Mata sudah terbuka
kaki sudah berbentuk  Rambut, bulu mata, dan
 Meconium berkumpul
 Gerakan-gerakan terkoordinasi,
alis mata mulai muncul
di dalam usus besar
dapat berguling di dalam cairan
 Mampu memegang
amniotis
dengan kuat

C. Perkembangan janin pada trimester III (ke tiga)


Trimester III (29-42 minggu)
1. Minggu ke-32/ bln ke-8: Lemak coklat berkembang di bawah kulit, mulai simpan zat
besi, kalsium dan fosfor.
2. Minggu ke-38/bln ke-9: Seluruh uterus digunakan bayi sehingga tiak bisa bergerak
banyak, antibody ibu di transfer ke bayi untuk mencapai kekebalan untuk 6 bulan
pertama sampai kekebalan bayi bekerja sendiri. (prawirohardjo, 1999).

Tabel ringkasan perkembangan janin pada trimester ke III


28 Minggu 32 Minggu 36-38 Minggu
 Panjangnya 14-17 dan  Panjangnya 16,5-18 inci  Panjangnya 19 inci
beratnya 2,5-3 ons dan beratnya 4-5 pon dan beratnya 6 pon
 Bertambah lemak tubuh  Memiliki periode tidur dan
 Sangat aktif
bangun
 Kulit kurang
 Gerakan pernapasan yang
 Berada dalam posisi lahir mengkerut
belum sempurna muncul  Tulang kepal lembut dan
 Vernix caseosa tipis
lentur
 Zat besi disimpan di dalam  Lanugo umumnya
hati hilang
 Kurang aktif
 Memperoleh
kekebalan dari ibu
Gambar perkembangan janin mulai dari janin berusia 6 minggu sampai 38 minggu

2. Perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada ibu hamil.


Sistem Reproduksi
1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus
mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada
akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5L bahkan dapat mencapai 20L atau lebih dengan
berat rara-rata 1100 g.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi
miosit yang baru sangat terbatas, terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada
lapisan otot luar yang akan meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-
bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis.
Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oieh hormon estrogen dan
sedikit oleh progesteron. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan ukuran
uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba fallopii, ovarium,
dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus, sementara pada akhir
kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi
penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi
plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan
menyebabkan uterus tidak rata (tanda Piscaseck).
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya. Seiring
dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan
menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan benambah lebih
cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval.
Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar. Pada
akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring
perkembangannya, utems akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan
ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan
berotasi ke arah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri
pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir
kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan
melebar dan menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut
dengan lingkaran retraksi fisiologis.
Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak teratur
dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanuai. Kontraksi ini muncul tiba-tiba dan sporadik, intensitasnya bervariasi
antara 5 – 25 mmHg. Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan
meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan
meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap junction di antara sel-sel miometrium. Pada
saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10 sampai 20 menit, dan pada akhir kehamilan kontraksi ini
akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu.
2. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan akibat
penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks bersamaan dengan
terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Serviks hanya memiliki 10 -
1.5 "h otot polos. Jaringan ikat ekstraselular serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3. Serviks
didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraselular terutama
mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan dan bagian sel yang mengandung otot dan
fibroblas, epitel, sena pembuluh darah.
Pada perempuan yang tidak hamil berkas kolagen pada serviks terbungkus rapat dan
tidak beraturan. Selama kehamilan, kolagen secara aktif disintesis dan secara terus menerus
diremodel oleh kolagenase, yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil. Pada akhir trimester
pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat
penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan
elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah paralel terhadap sesamanya sehingga serviks
menjadi lunak dibanding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan.
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan
menyebar (dispersi) dan rcr-remodel meniadi serat. Penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut
ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. Proses remodelling ini berfungsi agar
uterus dapat mempenahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian proses destruksi serviks
yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan.Proses perbaikan serviks terjadi setelah
persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda.
Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6 - 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil
progesteron dalam jumlah yang relatif minimal. Relaksin, suatu hormon protein yang
mempunyai struktur mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & 11, disekresikan
oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi utamanya adalah dalam proses
remodelling jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi
kehamilan dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh,
tetapi diketahui mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi
miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm.
4. Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan
otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang
(tanda Chadwick). Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan
bertambah paryangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan
gambaran seperti paku sepatu. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana sekresi
akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5 - 6 yang merupakan hasil dari peningkatan
produksi asarn laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari laaobacillws
acidophilus.

Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam (striae
gravidarum). Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna
perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada banyak perempuan kulit di
garis penengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut
dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan
leher yang disebut dengan chloasma atau mehsma graoidarwm. Seiain itu, pada areola dan
daerah genitai juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu
biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa
menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama.

Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan
lebih terlihat. Puting paysdara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama
suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat keluar. Koiustrum ini berasal
dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeiuarkan, air susu belum
dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prokain inbibiting hormone. Setelah
persaiinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron
terhadap albulmin akan hilang.
Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya akan
meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk
menonjol keluar. Jika paludara makin membesar, striae sepeni yang terlihat pada perut akan
muncul. Ukuran pa,yudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya
air susu yang akan dihasilkan.

Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.
Kemudian payrdara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama
kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan
dengan gizi baik dianjurkan menambah berar badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada
perempuan dengan gizi kurang atau beriebih dianjurkan menambah berat badan per minggu
masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini
disebabkan oleh turunnya osmolariras dari 10 mosm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya
ambang rasa haus dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan. Pada
saat aterm + 3,5 I cairan berasal dari janin, plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 liter
lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan pay'udara sehingga
minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l. Penambahan tekanan vena di bagian
bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang bermanifestasi pada adanya
pixing edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir kehamilan. Penurunan tekanan osmotik
koloid di interstisial juga akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan. Hasil konsepsi,
uterus, dan darah ibu secara relatif mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan
lemak dan karbohidrat. WHO menganjurkan asupan protein per hari pada ibu hamil 51 g.
Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan
kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Konsentrasi lemak, lipoprotein,
dan apolipoprotein dalam plasma akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan
sebagian besar di sentral yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan
lemak itu akan berkurang. LDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke-36, sementara HDL
akan mencapai puncaknya pada minggu ke-25 berkurang sampai minggu ke-32 dan kemudian
menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang sebagian besar akan digunakan untuk
pertumbuhan janin. Jumlah itu diperkirakan hanya 2,5 oh dari total kalsium ibu. Penggunaan
suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia tidak terbukti dan tidak disarankan untuk
menggunakannya secara rutin selama kehamilan. Ztnc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan ;'anin. Beberapa penelitian menunjukkan kekurangan zat ini dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Selama kehamilan kadar mineral ini akan menurun
dalam plasma ibu oleh karena pengaruh dilusi. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan
mineral ini 7,3 - L1.,3 mg/hari, tetapi hanya pada perempuan-perempuan berisiko yang
dianjurkan mendapat suplemen mineral ini.
Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel dalam sintesis DNA/
RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik dan defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan
menyebabkan neural tube d{ea pada janin sehingga para perempuan yang merencanakan
kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat a,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12
minggu. Sementara itu, pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida
dianjurkan mengonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu.

Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac outpwt akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk
mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan deny'ut jantung.
Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan
resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga
akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesteron juga akan
menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskular perifers.
Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi untuk memfasilitasi perubahan
cardiac outPut, tetapi kontraktilitasnya tidak berubah. Sejak penengahan kehamilan pembesaran
uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang.
Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya,
terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya
hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup
berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan
mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi terlentang akan
membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena alasan inilah tidak
dianjurkan ibu hamil dalam posisi terlentang pada akhir kehamilan.
Volume darah akan meningkat secara progesif mulai minggu ke-5 - 8 kehamilan dan
mencapai puncaknya pada minggu ke-32 - 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut.
Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 - 45 %. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron
dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh ;'alur renin-angiotensin dan aldosteron.
Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit. Eritropoetin ginjal
akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 - 30 "/o, tetapi tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan
konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 gldl, dan pada 6 "/o perempuan bisa mencapai
di bawah 1l g/dl. Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu merupakan suatu
hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada dengan
hipervolemia. Jumlah zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya
tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zatbesi dan
asam folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 - 7 mg/hari. Hipervolemia selama kehamilan
mempunyai fungsi berikut.
. Untuk menyesuaikan pembesaran uterus terhadap hipertrofi sistem vaskular.
. Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek yang merusak dari arus balik vena dalam
posisi terlentang dan berdiri.
. Untuk menjaga ibu dari efek kehilangan darah yang banyak pada saat persalinan.
Sistem Respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah + 6 cm, tetapi tidak mencukupi
penunrnan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma
yang naik * 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan oksigen per
menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubalian ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu
setelah persalinan.

Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser. Demikian juga
dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan
yaflg nya:a akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala
berupa pyrosis (beartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah
sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah.
Mual terjadi akibat penumnan asam hidroklorid dan penurunan modlias, sena konstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa
menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan
berkurang secara spontan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai
akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.
Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama kehamilan baik secara anatomik maupun
morfologik. Pada fungsi hati kadar alkalin fosfatase akan meningkat hampir dua kali lipat,
sedangkan serum aspartat transamin, alani transamin, y-glutamil transferase, albumin, dan
bilirubin akan menurun.

Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan biia uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika
kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali. Ginjal
akan membesar, glomeruhr filtation rate, dan renal pksma flow juga akan meningkat. Pada
ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih
banyak. Glukosuria juga merupakan suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adarrya diabetes
mellitus juga tetap harus diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria merupakan
suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai peningkatan creatinine clearance lebih
tinggi 30 %. Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih membesar
dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid
dan adanya tekanan yrrg krrrt pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi
uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang di atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai
faktor penyebabnya. Penyebab lainnya diduga karena pengaruh hormon progesteron.

Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar + 135 o/o. Akan tetapi,
kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti Penting dalam kehamilan' Pada peremPuan yang
mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon proi" ktl" ,kri
meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan korrr.nt.r.i rrya
padaplasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menJusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat
dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi kalsium sangat
berhubungan erat dengan magnesium, fosfat, hor-o"r, paratiroid, vitamin D, dan kaliitonin.
Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya.
Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan
meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormon Paratiroid ini adalah untuk memasok
ianini."!rn kalsium-yang d.k rt. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran.dalam produkii
peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat hamil dan menlusui dianiurkan untuk mendapat
asupan vitamin D 10 pg atau 400 IU10. KelenjaruJr.rrd pada kehamilan normal akan mengecil,
sedangkan hormon androstenedion, tesrosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol
akan meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat
kompensasi daii pe.nbesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke
belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis meningkat mobilitasnya, yang
diperkirakan karena pengaruh hormonal.

3. Perawatan Antenatal.
1. Pengertian Ante Natal Care (ANC)

Ante Natal Care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo. S, 2006 :52).

2. Standart Pelayanan Ante Natal Care (ANC)

Standar 1 : Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah :


Pengumpulan data dan analisa data, penentuan diagnosa perencanaan, evaluasi dan dokumentasi.

Standar 2 : Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis


berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Petugas kesehatan melakukan kunjungan rurnah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Petugas kesehatan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi


anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS (Penyakit Menular Seksual) / infeksi HIV (Human Immuno
Deficiency Virus) ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta
tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan
yang diperlukan dan rnerujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Standar 5: Palpasi Abdominal

Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan


palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamila

Petugas melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua


kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Petugas kesehatan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.

Standar 8 : Persiapan Persalinan

Petugas kesehatan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi kadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
kunjungan rumah untuk hal ini. (PPIBI, 1999:26-27)

3. Penatalaksanaan Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care (ANC), selengkapnya
mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan,
pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko
yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk
pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang terdiri atas:

 (Timbang) berat badan


Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya.
Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah.

 (Ukur (tekanan) darah

Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda-
tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

 Ukur (tinggi) fundus uteri

Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.

 Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap.

Untuk mencegah tetanus neonatorum.

Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval (selang waktu minimal) Lama perlindungan % Perlindungan


TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 1-6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur 99

Keterangan : apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi yang
dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum

1. Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan


2. (Tes) terhadap penyakit menular seksual

Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin berlangsung


normal.

1. (Temu) wicara dalam rangka pensiapan rujukan.


Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang tanda-
tanda resiko kehamilan. (Depkes RI, 2001:23)

Menurut buku Maternal dan Neonatal, (Saifudin Abdul Bari, 2002:67), tujuan Ante Natal
Care (ANC) adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal

4. Kunjungan Ante Natal Care (ANC)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk
mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan. Istilah
kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas
pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai
dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001:31)

Kunjungan ibu hamil Kl

Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan.

Kunjungan ulang

Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode
kehamilan berlangsung.
K4

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:

1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).

2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)

3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36).

4) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ante Natal Care (ANC)

Pengetahuan

Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan


berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

Ekonomi

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, tingkat ekonomi rendah keluarga
rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang
timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil kekurangan energi dan protein
(KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan
protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

Sosial Budaya

Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.

Geografis

Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil
ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transpontasi yang sulit menjangkau
sampai tempat terpencil (Depkes RI, 2001:57).
4. Nutrisi pada ibu hamil.

Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan
berlangsung. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan sangat membantu ibu hamil dan
janin tetap sehat. Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara hubungan dan masukan nutrisi. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang
yang harus dikonsumsi selama kehamilan yaitu dengan porsi dua kali makan orang yang tidak
hamil.
 Tujuan
1. Pertumbuhan rahim (uterus)
2. Payudaya
3. Volume Darah
4. Plasenta
5. Air Ketuban
6. Pertumbuhan Janin

 Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus),
payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan
sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang
dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan
untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang
dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi:
 Energi
Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari adalah
1.735,5 kkal.
 Protein
Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya,
sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan dan
Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Protein digunakan untuk:
pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan diferensiasi sel,
pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui.
 Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu,
lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada
kehamilan tirmester III.
 Karbohidrat
Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta meningkatkan asupan serat
untuk mencegah terjadinya konstipasi.
 Vitamin
Seperti: Asam folat, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E dan Vitamin
K.
 Mineral
Mencakup zat besi, zat seng, kalsium, yodium, fosfor, flour dan natrium.

Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG)


Per orang/hari yang dianjurkan

Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi VIII


Sumber: Buku KIA 2016
Pengaruh gizi pada kehamilan mencakup:
1. Gizi pra hamil (Prenatal): Gizi yang baik akan membuat kehamilan minim komplikasi
dansedikit bayi prematur.
2. Gizi Pranatal: Kurangnya gizi mempengaruhi terjadinya bayi premature, gangguan
kongenital, bayi lahir mati.

Penilaian Status Gizi Ibu Hamil bisa diketahui dengan:


 Perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung. Pada akhir kehamilan kenaikan
beratbadan hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk berat badan
ideal cukup 10-12 kg dan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg.
 Hemoglobin merupakan parameter untuk prevelensi anemia.
 Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan untuk menegtahui resiko kekurangan energi
protein. Ambang Batas LILA adalah 23,5 cm, yang artinya wanita tersebut beresiko
melahirkan bayi BBLR. Relative Body Weight (RBW) yaitu standar penilaian kecukupan
kalori.
Cara mendapatkan gizi seimbang saat kehamilan:
Makanlah dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, 1 porsi lebih banyak dari sebelum
hamil. Tidak ada pantangan makanan selama hamil. Cukupi kebutuhan air minum pada saat
hamil (10 gelas / hari). Jika mual, muntah dan tidak nafsu makan maka pilihlah makanan yang
tidak berlemak dalam porsi kecil tapi sering. Seperti buah, roti, singkong dan biskuit.

5. Penggunaan obat-obatan pada ibu hamil.


1. Farmakokinetika dan Farmakodinami Pada Kehamilan
A. Farmakokinetika
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang mempengaruhi farmakokinetika obat.
Perubahan tersebut meliputi peningkatan cairan tubuh misalnya penambahan volume darah sampai 50% dan
curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada
akhir kehamilan aliran darah ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700 ml/menit. Peningkatan cairan
tubuh tersebut terdistribusi 60 % di plasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu. Perubahan
volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan penurunan kadar puncak obat-obat di serum, terutama obat-
obat yang terdistribusi di air seperti aminoglikosida dan obat dengan volume distribusi yang rendah.
Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran albumin serum (hipoalbuminemia) yang
menyebabkan penurunan ikatan obat-albumin.
Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta obat-obat lain yang ikatan protein plasmanya tinggi akan
menjadi lebih banyak dalam bentuk tidak terikat. Tetapi hal ini tidak bermakna secara klinik karena
bertambahnya kadar obat dalam bentuk bebas juga akan menyebabkan bertambahnya kecepatan metabolisme
obat tersebut. Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak menimbulkan efek yang bermakna
pada absorpsi obat. Aliran darah ke hepar relatif tidak berubah. Walau demikian kenaikan kadar estrogen dan
progesteron akan dapat secara kompetitif menginduksi metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau
menginhibisi metabolisme obat lain misalnya teofilin.
Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi bersihan (clearance) ginjal obat yang eliminasi
nya terutama lewat ginjal, contohnya penicilin. Perpindahan obat lewat plasenta. Perpindahan obat lewat
plasenta umumnya berlangsung secara difusi sederhana sehingga konsentrasi obat di darah ibu serta aliran
darah plasenta akan sangat menentukan perpindahan obat lewat plasenta. Seperti juga pada membran biologis
lain perpindahan obat lewat plasentadipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini.
• Kelarutan dalam lemak
Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah melewati plasenta masuk ke sirkulasi janin.
Contohnya , thiopental, obat yang umum digunakan pada dapat menyebabkan apnea (henti nafas) pada bayi
yang baru dilahirkan.
• Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya obat yang terionisasi akan sulit
melewati membran Contohnya suksinil kholin dan tubokurarin yang juga digunakan pada seksio sesarea,
adalah obat-obat yang derajat ionisasinya tinggi, akan sulit melewati plasenta sehingga kadarnya di di janin
rendah. Contoh lain yang memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi adalah
salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh akan melewati akan tetapi dapat cepat melewati plasenta.
Hal ini disebabkan oleh tingginya kelarutan dalam lemak dari sebagian kecil salisilat yang tidak terion.
Permeabilitas membran plasenta terhadap senyawa polar tersebut tidak absolut. Bila perbedaan konsentrasi
ibu-janin tinggi, senyawa polar tetap akan melewati plasenta dalam jumlah besar.
• Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan mudah melewati pori membran bergantung
pada kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi. Obat-obat dengan berat molekul 500-1000 Dalton akan lebih
sulit melewati plasenta dan obat-obat dengan berat molekul >1000 Dalton akan sangat sulit menembus
plasenta. Sebagai contoh adalah heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar ditambah lagi adalah
molekul polar, tidak dapt menembus plasenta sehingga merupakan obat antikoagulan pilihan yang aman pada
kehamilan.
• Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat melewati membran. Derajat
keterikatan obat dengan protein, terutama albumin, akan mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Akan
tetapi bila obat sangat larut dalam lemak maka ikatan protein tidak terlalu mempengaruhi, misalnya beberapa
anastesi gas. Obat-obat yang kelarutannya dalam lemak tinggi kecepatan melewati plasenta lebih tergantung
pada aliran darah plasenta. Bila obat sangat tidak larut di lemak dan terionisasi maka perpindahaan nya lewat
plasenta lambat dan dihambat oleh besarnya ikatan dengan protein. Perbedaan ikatan protein di ibu dan di
janin juga penting, misalnya sulfonamid, barbiturat dan fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari ikatan
protein di janin. Sebagai contoh adalah kokain yang merupakan basa lemah, kelarutan dalam lemak tinggi,
berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan protein plasma rendah (8-10%) sehingga kokain cepat
terdistribusi dari darah ibu ke janin.
Metabolisme obat di plasenta dan di janin.
Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu adalah.
1. Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga sebagai tempat metabolisme beberapa obat
yang melewatinya.
Semua jalur utama metabolisme obat ada di plasenta dan juga terdapat beberapa reaksi oksidasi aromatik
yang berbeda misalnya oksidasi etanol dan fenobarbital. Sebaliknya , kapasitas metabolisme plasenta ini akan
menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah metabolit yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren.
Dari hasil penelitian prednisolon, deksametason, azidotimidin yang struktur molekulnya analog dengan zat-zat
endogen di tubuh mengalami metabolisme yang bermakna di plasenta.
2. Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat vena umbilikal. Sekitar 40-60%
darah yang masuk tersebut akan masuk hati janin, sisanya akan langsung masuk ke sirkulasi umum janin. Obat
yang masuk ke hati janin, mungkin sebagian akan dimetabolisme sebelum masuk ke sirkulasi umum janin,
walaupun dapat dikatakan metabolisme obat di janin tidak berpengaruh banyak pada metabolisme obat
maternal. Obat-obat yang bersifat teratogenik adalah asam lemah, misalnya talidomid, asam valproat,
isotretinoin, warfarin. Hal ini diduga karena asam lemah akan mengubah pH sel embrio. Dan dari hasil
penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pH cairan sel embrio lebih tinggi dari pH plasma ibu, sehingga
obat yang bersifat asam akan tinggi kadarnya di sel embrio.
B. Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan kadang dipengaruhi oleh
hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan
tersebut kadang menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.
Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung
pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi
oleh kehamilan.

Mekanisme kerja obat pada janin.


Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan pesat, yang berkaitan
dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan janin walaupun mekanismenya
masih belum diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila
ada prediksi kelahiran prematur. Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk
metabolisme bilirubin sehingga insidens jaundice ( bayi kuning) akan berkurang. Selain itu fenobarbital juga
dapat menurunkan risiko perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil
untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia jantung.
Kerja obat teratogenik.
Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi struktur janin pada saat terpapar.
Thalidomid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada perkembangan anggota badan (tangan, kaki)
segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek pada saat waktu kritis pertumbuhan anggota
badan yaitu selama minggu ke empat sampai minggu ke tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat yang
menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan mungkin disebabkan oleh multi faktor.
• Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung mempengaruhi jaringan janin.
• Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga mempengaruhi jaringan
janin.
• Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin, misalnya vitamin A (retinol)
yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal. Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah
teratogenik yang potensial.
• Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada abnormalitas. Misalnya pemberian
asam folat selama kehamilan dapat menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf , yang menyebabkan
timbulnya spina bifida.
Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif. Misalnya konsumsi alkohol yang
tinggi dan kronik pada kehamilan , terutama pada kehamilan trimester pertama dan kedua akan menimbulkan
fetal alcohol syndrome yang berpengaruh pada sistem saraf pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka.

2. Farmakokinetika dan Farmakodinamik Pada Menyusui


A. Farmakokinetika
Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam ASI , untungnya konsentrasi
obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada
proses transfer obat ke ASI selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat. Volume darah/cairan tubuh dan curah
jantung yang meningkat pada kehamilan akan kembali normal setelah 1 bulan melahirkan. Karena itu
pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis. Obat yang larut dalam lemak, yang
non-polar dan yang tidak terion akan mudah melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang
ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan
protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa lemah di plasma akan lebih
banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran alveoli dan kapiler susu. Sesampainya
di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran
kembali ke plasma. Fenomena tersebut dikenal sebagai ion trapping. Rasio M:P adalah perbandingan antara
konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu. Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke
ASI , sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini
mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu
menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak
diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari
obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat. Rasio benefit dan risiko penggunaan obat
pada ibu menyusui dapat dinilai dengan mempertimbangkan :
1. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
2. Adanya metabolit aktif
3. Multi obat : adisi efek samping
4. Dosis dan lamanya terapi
5. Umur bayi.
6. Pengalaman/bukti klinik
7. Farmakoepidemiologi data.
Farmakokinetika bayi.
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan orang dewasa. Kecepatan
absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah, misalnya absorpsi fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan
Distribusi obat juga akan berbeda karena rendahnya protein plasma, volume cairan tubuh yang lebih besar dari
orang dewasa. Metabolisme obat juga rendah karena aktivitas enzim yang rendah . Ekskresi lewat renal pada
awal kehidupan masih
rendah dan akan meningkat dalam beberapa bulan. Selain banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui
ASI, juga kinetika obat pada bayi menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu diperhatikan
adalah bila efek yang tidak diinginkan tidak bergantung dari banyaknya obat yang diminum, misalnya reaksi
alergi, maka sedikit atau banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak penting, tetapi apakah si bayi
meminum atau tidak meminum ASI menjadi lebih penting.
B. Farmakodinamika.
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda. Sedangkan farmakodinamik
obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari. Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah,
sebagai contoh, dari hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.

3. PENGKAJIAN / PENILAIAN PERESEPAN (PEDOMAN TELAAH ULANG REGIMEN OBAT


(DRUG REGIMEN REVIEW) )
 Kriteria ibu hamil/menyusui yang mendapat prioritas untuk dilakukan telaah ulang rejimen obat :
- Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih dalam sehari
- Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat yang berisiko tinggi untuk
mengalami efek samping yang serius
- Menderita tiga penyakit atau lebih
- Mengalami gangguan kognitif, atau tinggal sendiri
- Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan
- Akan pulang dari perawatan di rumah sakit
- Berobat pada banyak dokter
- Mengalami efek samping yang serius, alergi
 Tatalaksana telaah ulang rejimen obat :
a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip farmakoterapi
ibu hamil dan menyusui dan ketrampilan yang memadai
b. Melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat ibu hamil / menyusui:
- Meminta ibu hamil/menyusui untuk memperlihatkan semua obat yang sedang digunakannya
- Menanyakan mengenai semua obat yang sedang digunakan ibu hamil/menyusui, meliputi: obat resep, obat
bebas, obat tradisional/jamu, obat suplemen
- Aspek-aspek yang ditanyakan meliputi: nama obat, frekuensi, cara penggunaan dan alasan penggunaan
- Melakukan cek silang antara informasi yang diberikan ibu hamil/menyusui dengan data yang ada di catatan
medis, catatan pemberian obat dan hasil pemeriksaan terhadap obat yang
diperlihatkan
- Memisahkan obat-obat yang seharusnya tidak digunakan lagi oleh ibu hamil / menyusui
- Menanyakan mengenai efek yang dirasakan oleh ibu hamil / menyusui, baik efek terapi maupun efek
samping
- Mencatat semua informasi di atas pada formulir pengambilan riwayat penggunaan obat ibu hamil/ menyusui
c. Meneliti obat-obat yang baru diresepkan dokter
d. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
e. Melakukan tindakan yang sesuai untuk masalah yang teridentifikasi

4. PEDOMAN PEMANTAUAN PENGGUNAAN OBAT


 Tatalaksana pemantauan penggunaan obat :
a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang patofisiologi, terutama pada ibu
hamil dan menyusui, prinsipprinsip farmakoterapi, cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium
dan diagnostik yang berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan berkomunikasi yang memadai.
b. Mengumpulkan data ibu hamil/menyusui, yang meliputi :
- Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama ruang rawat/poliklinik, nomor
registrasi)
- Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat penggunaan obat (termasuk riwayat alergi, penggunaan obat non resep)
- Data hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik
- Masalah medis yang diderita
- Data obat-obat yang sedang digunakan
 Data /informasi dapat diperoleh melalui :
- wawancara dengan ibu hamil / menyusui atau catatan medis
- kartu indeks (kardeks)
- komunikasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat)
c. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya mengidentifikasi adanya masalah-masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat
d. Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai penyelesaian masalah yang
teridentifikasi.
e. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir yang dibuat khusus.
Obat Yang Digunakan Pada Masa Kehamilan
• Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan
• Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibu diharapkan lebih besar
dibandingkan risiko pada janin
• Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester pertama kehamilan
• Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada kehamilan dan biasanya
tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat yang belum pernah dicoba secara klinis
• Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat mungkin
• Hindari polifarmasi
• Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada beberapa obat (misalnya
fenitoin, litium)

Obat Yang Digunakan Pada Wanita Menyusui


• Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan memang diperlukan, perbandingan
manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya.
• Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
• Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar terhadap paparan obat
melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi
penimbunan obat
• Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah kadar obat terkecil yang sampai
pada bayi
• Hindari atau hentikan sementara menyusu
• Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek samping
yang mungkin terjadi
• Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

5. PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


Informasi perlu diberikan kepada semua wanita yang merencanakan kehamilan, peran farmasis selain
memberikan informasi tentang obat, juga memberikan penyuluhan tentang kesuburan dan perencanaan
kehamilan. Informasi yang diberikan secara umum adalah untuk menghindari segala jenis obat, alkohol,
rokok, dan obat penenang. Yang harus ditekankan dalam pemberian penyuluhan tentang penggunaan obat pada
wanita hamil adalah manfat pengobatan pada wanita hamil harus lebih besar daripada risiko jika tidak
diberikan pengobatan. Contohnya adalah pada wanita hamil yang menderita epilepsi, lebih berbahaya apabila
tidak diberikan pengobatan karena risiko terjadi kejang pada ibu dan janin lebih berbahaya dibandingkan
dengan potensi kelainan janin sebagai akibat pemberian obat.
Oleh karena itu, nasehat tentang pengobatan secara berkesinambungan pada wanita hamil yang menderita
penyakit kronis sangat diperlukan. Apabila pemberian obat tidak dapat dihentikan selama kehamilan, maka
pengobatan harus berada dalam pengawasan dan pemantauan dokter. Selain itu, juga harus diberikan informasi
mengenai bahaya penggunaan
beberapa obat selama menyusui. Beberapa obat dapat tepenetrasi ke dalam ASI melalui proses difusi pasif,
dosis yang masuk biasanya 1-2 % dosis yang digunakan ibu. Dengan ini maka bayi akan terpengaruhi,
sehingga penyuluhan penting dilakukan. Metode penyuluhan dapat diberikan dengan penyuluhan langsung
(tatap muka) ataupun dengan penyebaran pamflet ke masyarakat (melalui RS ataupun puskesmas) agar
informasi tersebar dengan luas dan menghindari efek-efek yang merusak janin ataupun bayi.

6. Pemeriksaan USG pada ibu hamil.


A. Pengertian Ultrasonografi
Ultrasonografi sering disingkat USG, atau dalam bahasa inggrisnya Ultrasound adalah suatu alat untuk
memeriksa organ dalam atau jaringan tubuh manusia dengan menggunakan gelombang bunyi berfrekuensi
sangat tinggi. Gelombang tersebut berada di atas daya tangkap pendengaran manusia, karna frekuensi
bunyinya lebih dari 20.000 siklus per detik (20 KHz). Gelombang bunyi ini dibuat sedemikian rupa sehingga
mempunyai efisiensi dan intensitas yang tinggi dalam menembus benda padat maupun cair, sehingga dapat
diperoleh bayangan organ dalam tubuh atau jaringan tubuh pada layar monitor.
B. Cara Kerja Ultrasonografi
Gelombang USG dihasilkan oleh sebuah tranduser (alat transmisi dan penerima gelombang USG) yang
mampu mengubah sinyal elektrik menjadi gelombang mekanis. Tranduser yang sama dapat pula menerima
gelombang yang dipantulkan dan kemudian mengubahnya kembali menjadi sinyal elektrik. Sedangkan
gelombang yang dihasilkan oleh tranduser mempunyai getaran yang frekuensinya 2 hingga 10 MHz (1 MHz
sama dengan 1.000.000 siklus per detik). Durasi dan getaran tersebut adalah sekitar 1 mikro detik (seperjuta
detik) yang berbeda akan mengubah gelombang tersebut dengan cara yang berbeda. Sebagian
memantulkannya secara langsung sedangkan sebagian yang lainnya menghamburkan itu sebelum kembali
kepada tranduser sebagai gelombang eko (echo). Gelombang bunyi melintas jaringan dengan kecepatan yang
berbeda. Getaran USG yang dipantulkan dan terdeteksi lewat tranduser harus diperkuat atau diamplifikasi
dalam skener. Echo yang kembali dari struktur yang lebih dalam tidak sekuat echo yang berasal dari jaringan
yang berada di dekat permukaan, sehingga memerlukan amplifikasi yang lebih besar. Skener USG memiliki
alat kontrol yang dapat mengubah keseluruhan sensitifitas, yaitu nilai ambang dari instrumen tersebut
disamping mengubah amplifikasi echo dari pelbagai kedalaman yang berlainan. Ketika echo kembali pada
tranduser, gambaran dari semua jaringan yang sudah ada dalam berkas pancaran suara tersebut dapat
direkonstruksi. Informasi tersebut disimpan dalam komputer dan diperhatikan melalui monitor video atau
televisi.
C. Manfaat Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) biasanya digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan jaringan atau organ dalam
manusia sebagai pelengkap pemeriksaan klinik dalam pelaksanaan asuhan penderita berbagai penyakit yang
umum dijumpai. Tidak seperti sinar-X, ultrasonografi dapat menunjukkan jaringanjaringan lembut secara
mendetail dan menghasilkan gambar janin yang sangat akurat dan terlihat seperti keadaan sebenarnya.
Ultrasonogrfai digunakan oleh dokter atau oprerator untuk:
1. Memastikan kehamilan
Stadium paling dini ketika suatu kehamilan dapat dikenali dengan pemeriksaan USG yaitu pada
kehamilan lima minggu. Lokasi kantong kehamilan merupakan bukti pertama terjadinya kehamilan. Kantong
kehamilan sering dapat dikenali dalam uterus setelah lima minggu terjadi amenore. Semua kehamilan harus
dapat dikenali setelah enam minggu. Kantong kehamilan yang kecil biasanya disebabkan oleh sel telur yang
kosong (sel telur yang tidak mengandung embrio) dan merupakan gambaran yang cukup sering dijumpai.
Pada kehamilan lima sampai enam minggu, diameter terbesar kantong kehamilan sudah mencapai lebih
1-2 cm. Pada kehamilan delapan minggu, kantong tersebut sudah menempati separuh uterus. Pada kehamilan
sembilan minggu kantong tersebut sudah mengisi dua pertiganya dan pada kehamilan sepuluh minggu, sudah
memenuhi seluruh rongga uterus. Meskipun kantong kehamilan dapat dikenali pada kehamilan lima minggu,
embrio pada minggu ini belum terlihat. dan akan terlihat pada usia kehamilan delapan minggu. jika janinnya
hidup, jantung akan ditemukan berada pada bagian tengah embrio dan aktifitas jantung janin sudah dapat
dilihat setelah kehamilan delapan minggu. Setelah kehamilan mencapai sembilan atau sepuluh minggu, kepala
janin dapat dibedakan dengan bagian tubuhnya dan gerakannya sudah dapat dilihat. Pada kehamilan sepuluh
minggu, penampakan janin sudah lebih menyerupai manusia. Setelah dua belas minggu, bagian tengkorak
akan
terlihat.
2. Mengenali kehamilan tunggal atau kembar
Kehamilan kembar dapat dikenali pada kehamilan lima minggu dan dapat diketahui secara pasti pada
kehamilan delapan minggu. Namun, tidak semua kantong kehamilan akan tetap mengandung janin yang viabel
(mampu hidup). Setelah kehamilan mencapai usia sekitar 14 minggu, baru dapat ditentukan lebih dari satu
janin yang viabel dan masing-masing janin tersebut tumbuh normal. Dan akan terlihat jelas pada kehamilan 17
minggu.
3. Memperkirakan usia kehamilan
Jika usia kehamilan akan diperkirakan dengan menggunakan USG, maka pengukuran harus dilakukan
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai standar. Banyak pilihan dalam pengukuran, disesuaikan
dengan kebutuhan. Apabila usia kehamilan belum mencapai
tujuh minggu atau antar 5-7 minggu, parameternya adalah ukuran atau volume kantong kehamilan. Pada
kehamilan tujuh sampai sebelas minggu parameter yang dapat diandalkan untuk memperkirakan usia
kehamilan adalah pengukuran CRL (Crown-Rump Length), yaitu panjang atau jarak dari puncak kepala
(crown) hingga ujung pantat (rump). Antara crown-rump length usia kehamilan minggu ketujuh hingga
kesebelas terdapat korelasi yang baik sekali, variabilitas biologisnya minimal dan pertumbuhan tidak
dipengaruhi oleh kelainan patologis. Sesudah minggu kesebelas keadaan pengukuran tersebut sudah
terpengaruhi.
Bagi kehamilan usia dua belas minggu sampai dua puluh enam minggu, diameter biparietal (BPD)
merupakan parameter yang lebih akurat. Sesudah itu, akurasinya dapat menurun akibat kelainan patologis dan
variasi biologis yang mempengaruhi pertumbuhan janin. Hasil pengukuran ini harus dipertimbangkan bersama
hasil-hasil pengukuran lainnya, seperti panjang femur dan sirkum ferensia abdomen atau lingkaran perut. BPD
merupakan perkiraan usia kehamilan yang bisa diandalkan kecuali kalau bentuk kepalanya abnormal atau
terdapat kelainan.
Femur length atau pengukuran tulang panjang janin, dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
usia kehamilan kalau hasil pengukuran kepala janin tidak bisa diandalkan karena ada kelainan, dan usia
kehamilan sudah 28 minggu ke depan. Biasanya tulang panjang
janin mudah terlihat pada kehamilan 13 minggu atau lebih. Sedangkan tulang panjang yang mudah dikenali
dan diukur adalah femur.
4. Menentukan jenis kelamin janin
Jenis kelamin janin sudah dapat ditentukan dengan menggunakan USG ketika kehamilan berusia 14
minggu. Mengenali jenis kelamin janin laki-laki lebih mudah daripada jenis kelamin janin perempuan. Pada
minggu ini, selayang pandang dapat dibedakan antara janin laki-laki dan janin perempuan. Skrotum dan penis
merupakan tanda bahwa jenis kelamin janin laki-laki. Sedangkan labia mayora dan minora merupakan tanda
bahwa jenis kelaminnya perempuan.
5. Mengetahui posisi plasenta dan kondisinya
Pemeriksaan plasenta merupakan bagian esensial pada setiap pemeriksaan USG obstetri. Plasenta atau
ari-ari merupakan organ yang esensial bagi kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan janin. Organ ini bisa
diperlihatkan secara handal dan akurat lewat USG. Pada
kehamilan 16 minggu, plasenta akan menempati separuh dari permukaan internal uterus. Pada kehamilan 36-
40 minggu, plasenta menempati ¼ hingga 1/3 dari daerah permukaan internal uterus. Posisi plasenta harus
diuraikan terhadap dinding uterus dan ostium servisis. Jika plasenta menutupi seluruh ostium servisis, keadaan
ini dinamakan plasenta previa sentralis. Jika tepi plasenta menutupi ostium servisis, keadaan ini disebut
plasenta previa marginalis (tetapi ostium servisis masih tertutup seluruhnya oleh plasenta). Jika tepi plasenta
yang bawah berada di dekat ostium servisis, keadaan ini dinamakan plasenta letak rendah. Plasenta previa
dapat dikenali selama bulan-bulan pertama kehamilan juga organ ini dievaluasi hanya ketika kandung kemih
penuh. Pemeriksaan ulang dengan kandung kemih setengah kosong harus dilakukan. Namun plasenta previa
sentralis yang dikenali pada saat kapanpun atau plasenta previa yang diidentifikasi pada atau sesudah
kehamilan 30 minggu, kecil kemungkinannya untuk mengalami perubahan yang bermakna, kalau tidak pernah
terjadi pendarahan dalam trimester kedua. Skening kedua yang rutin dapat ditunda sampai kehamilan 36
minggu untuk memastiakn diagnosis. Dengan diketahui posisi dan kondisi plasenta serta hasil-hasil diagnosis
lainnya maka akan dapat diambil tindakan medis dan apakah janin akan selamat atau tidak, serta harus lahir
secara normal atau caesar agar janin lahir dengan selamat.
Ultransonografi atau USG digunakan dalam dunia kedokteran kandungan sejak 1961. Alat yang menggunakan
gelombang suara ini memiliki banyak manfaat. Beberapa hal yang bisa diketahui dari penggunaan USG antara
lain adalah
1. Konfirmasi kehamilan
Di usia kehamilan lima setengah minggu, embrio dapat dilihat lewat USG. Di usia 8 minggu, detak
jantung janin dapat diketahui.
2. Usia kehamilan
Ukuran tubuh fetus biasanya digunakan untuk mengukur usia kehamilan. Ukuran ini bisa diketahui lewat
pemantauan dengan USG. Tanggal persalinan pun dapat diperkirakan dengan mudah.
3. Pertumbuhan dan perkembangan janin
4. Ancaman keguguran
Jika terjadi pendarahan vagina awal, USG dapat menilai kesehatan dari tetus. Jika detak jantung janin,
jelas berarti prospek yang baik untuk melanjutkan kehamilan.
5. Plasenta bermasalah
USG dapat menilai kondisi plasenta dan menilai adanya masalah seperti plasenta previa (plasenta
menutup jalan lahir).
6. Hamil ganda/kembar
Jumlah fetus dapat dipastikan lewat USG. Karena itu, bila ada bayi kembar, orangtua dapat
mengetahuinya sejak awal.
7. Ukuran cairan ketuban
Lewat USG, cairan ketuban bisa diukur. Jumlah cairan ketuban yang berlebih maupun kurang dapat
mempengaruhi kondisi janin. Mengecek lewat USG sangat bermanfaat untuk keperluan ini.
8. Kelainan posisi janin
Kelainan posisi atau letak janin seperti sungsang dan melintang juga bisa dipantau lewat alat canggih ini.
9. Jenis kelamin bayi
Bagi banyak orang, hal ini merupakan bagian terpenting dalam proses kontrol kehamilan.
Selanjutnya, pada kehamilan trimester I, USG bermanfaat untuk
1. Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.
2. Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat bawaan.
3. Meyakinkan adanya kehamilan.
4. Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda.
5. Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.
6. Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.
7. Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.
8. Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.
9. Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista, mioma.
Pada kehamilan trimester II & III, USG bermanfaat untuk :
1. Menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat disebabkan oleh berlebihnya cairan
amnion atau bukan.
2. Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan terhambatnya perkembangan
janin.
3. Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. Jadi, lebih ke arah pertumbuhan
janinnya normal atau tidak.
4. Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya cairan amnion, dsb.
5. Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.
6. Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
7. Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).

Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka sang ibu dapat bertindak
lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah pada janin dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang sudah berat dapat mengakibatkan kematian.
D. Tingkat Keakuratan yang Dihasilkan oleh Teknologi USG
Tidak seperti sinar-X, ultrasonografi dapat menunjukkan jaringanjaringan lembut secara mendetail dan
menghasilkan gambar janin yang sangat akurat dan terlihat seperti keadaan sebenarnya. Mesin USG dan
software yang digunakan memungkinkan teknisi untuk melihat perkembangan bayi dan juga memperkirakan
bayi. Pada trimester pertama, USG akan mengukur janin dari kepala ke pelvis. Setelah trimester pertama usai,
maka kepala dan perut baru bisa digunakan untuk mengukur usia kehamilan. Tidak hanya itu, cairan amniotik
juga bisa digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan usia kehamilan.
Waktu dari pelaksanaan USG mempengaruhi keakuratan dari penentuan usia kehamilan. Semakin awal
USG digunakan maka akan semakin baik. Jika USG digunakan tidak pada masa awal, maka akan sangat sulit
untuk mengukur dan menentukan usia kehamilan karena perkembangan bayi dalam usia kehamilan yang sama
bisa saja memiliki ukuran yang berbeda. Beberapa bayi memiliki ukuran yang lebih besar dari rata-rata. Hal
ini juga bisa mengakibatkan perbedaan dalam pengukuran dan perkiraan usia bayi.
Untuk mengatasi perbedaan ini biasanya dokter akan mengkombinasikan USG dengan pengukuran kadar
hormon dan tanggal terakhir dari masa menstruasi. Selama kehamilan, ahli kandungan dan juga bidan akan
lebih jauh mengukur perut ibu dari puncak rahim sampai tulang kemaluan. Ukuran ini dicerminkan dalam
senti meter yang akan dihubungkan dengan poin dalam kehamilan. Misalnya wanita yang hamil 24 minggu
akan memiliki ukuran sekitar 24 senti meter. Hal ini akan digunakan untuk menentukan usia kehamilan secara
berkala sampai waktu kelahiran tiba.

7. Proses persalinan normal dan faktor yang mempengaruhinya.


Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif
tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi
secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya
menjelang persalinan, sefta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme
regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium
Selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas benar.Proses
fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi panus dan awitan persalinan belum
diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron
untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir kehamilan. Asumsi ini
didukung oleh temuan-temuan bahwa pada sebagian besar kehamilan mamalia nonprimata yang
diteliti, pelucutan progesteron baik yang terjadi secara alami, terinduksi secara bedah, atau
farmakologis ternyata dapat mendahului inisiasi partus. Pada banyak spesies ini, penurunan
kadar progesteron di dalam plasma ibu yang kadang-kadang terjadi mendadak ini biasanya
dimulai setelah mendekati 95 persen kehamilan. Di samping itu, percobaan dengan pemberian
progesteron pada spesies-spesies ini pada akhir masa kehamilan dapat memperlambat awitan
persalinanl. Namun, pada kehamilan primata (termasuk manusia), pelucutan progesteron
ternyata tidak mendahului awitan partus. Kadar progesteron di dalam plasma perempuan hamil
justeru meningkat sepanjang kehamilan, dan baru menurun setelah kelahiran plasenta, jaringan
yang merupakan lokasi sintesis progesteron pada kehamilan manusia.
A. Fase Fase Persalinan Normal
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi utems yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Banyak
energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena itu, penggunaan istilah in labor (kerja keras)
dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa
nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini.
Tiga Kala Persalinan
Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda.Kala satu persalinan mulai ketika
telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai ketika
serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat.
Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks. Kala dua
persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir.
Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin. Kala tiga persalinan dimulai
segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala
tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.
Diferensiasi Aktifitas Uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah,
relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang
berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analog dengan ismus utems yang melebar dan
menipis pada perempuan yang tidak hamil; Segmen bawah secara benahap terbentuk ketika
kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan (Gambar 23-1 dan
23-2). Dengan palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali
pun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan
konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan bagian
uterus yang berkontraksi secara aktif; segmen bawah adalah bagian yang diregangkan,
normalnya jauh lebih pasif. Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk segmen bawah
uterus dan serviks, berkontraksi secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya
dorong persalinan akan jelas menurun. Di sinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi
segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda bukan
hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologik. Segmen atas berkontraksi, mengalami
retraksi, dan mendorong janin keluar; sebagai respons terhadap gaya dorong kontraksi segmen
atas; sedangkan segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak berdilatasi; dan dengan
cara demikian membentuk suatu saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga
janin dapat menonjol keluar. Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai
kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi; tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang
lebih pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uaerus,
atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan
miometrium tetap konstan. Efek akhirnyaadalah mengencangkanyang kendur, dengan
mempertahankan kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan
mempertahankan otot utems tetap menempei erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi,
setiap konrraksi yang berikutnya mulai di rempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya,
sehingga bagian atas rongga uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya.
Karena pemendekan serat otot yang terusmenerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang
aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi
tebal sekali tepat setelah pelahiran janin (Gambar 23-1). Fenomena retraksi segmen atas utenrs
bergantung pada berkurangnya volume isi utenrs, terutama pada awal persalinan kedka seluruh
uterus benar-benar merupakan sebuah kantong terturup dengan hanya sebuah lubang kecil pada
ostium serviks. Ini memungkinkan semakin banyak isi intrauterin mengisi segmen bawah, dan
segmen atas hanya beretraksi sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.
Reiaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih merupakan
lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap kontraksi segmen
atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relatif tetap mempertahankan
panjangnya yang lebih panjang; namun, tegangan pada dasarnya tetap sama seperti sebelumnya.
Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan regangan, dan masih berkontraksi sedikit
pada saat ada rangsangan.
Ketikapersalinan maju, pemanjangan benurut-turut serabut otot di segmen bawah uterus
diikuti dengan pemendekan, normalnya hanya beberapa milimeter pada bagian yang paling tipis.
Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen
atas, batas antara keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang
disebut sebagai cincin retraksi fisiologik. Jika pemendekan segmen bawah uterus terlalu tipis,
seperti pada partus macet, cincin ini sangat menonjol, sehingga membentuk cincin retraksi
patologik. Ini merupakan kondisi abnormal yang juga disebut sebagai cincin Bandl (Gambar 23-
1,). Adanya suatu gradien aktivitas fisiologik yang semakin mengecil dari fundus sampai serviks
dapat dikemhui dari pengukuran bagian atas dan bawah uterus pada persalinan normal.
Perubahan Bentuk Uterus
Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan
diameter horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses persalinan.
Pertama, pengurangan diameter horisontal menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin,
dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah
didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang
ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10 cm; tekanan yang diberikan
dengan cara ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin. Kedua, dengan memanjangnya uterus,
serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah dan serviks merupakan satu-
satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek ini
merupakan faktor yang penting untuk diiatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.
Perubahan Perubahan Pada Serviks
Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya akan
menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen
bawah utems. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian
terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan
segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya
dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar - pendataran
dan dilatasi - pada serviks yang sudah melunak. Untuk
lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks,
saluran serviks harus dilebarkan sampai berdiameter
sekitar 1O cm; pada saat ini serviks dikatakan telah
membuka lengkap. Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tetapi
paling sering bagian terbawah janin mulai turun sedikit ketika sampai pada kala dua persalinan,
penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas
agak lambat pada nulipara. Namun, pada multipara,
khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan bisa
berlangsung sangat cepat.
Pendataran Serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan
saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm
menjadikannya berupa muara melingkar dengan tepi
hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai
pendataran (fficembnfl dan terjadi dari atas ke bawah.
Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju
segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah.
Seperti digambarkan pada Gambar 23-3a sampai 23-3d, pinggiran os internum ditarik ke atas
beberapa sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomik maupun fungsional) dari
segmen bawah uterus. Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukan
terowongan yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang
sangat tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil dari
aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan, pendataran
sempurna pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum persalinan aktif mulai.
Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika saluran serviks memendek.
Dilatasi Serviks
Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan
daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena iru, selama teriadi kontraksi, struktur
struktur ini mengalami peregangant fang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan
sentrifugal (Gambar 23-4 sampai 23-6). Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila
selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen
bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi
serviks selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks
dan segmen bawah uterus. Proses pendararan dan dilatasi serviks ini menyebabkan
pembentukan kantong cairan amnion di depan kepala, yang akan diuraikan secara rinci
kemudian.
Pola Penurunan Janin
Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin ke pintu atas panggul telah tercapai
sebeium persalinan mulai, dan penurunan janin iebih jauh tidak akan terjadi sampaiawal
persalinan. Sementara itu, pada multipara masuknya kepala .ianin ke pintu atas panggul muia-
mula tidak begitu sempurna, penumnan lebih jauh akan terjadi pada kala satu persalinan. Dalam
pola penurunan pada persalinan normal, terbentuknya kurva hiperbolik yang khas ketika sation
kepala janin diplot pada suatu fungsi durasi persalinan. Dalam pola penurunan aktif biasanya
terjadi setelah dilatasi serviks sudah maju untuk beberapa lama (Gambar 23-8). Pada nulipara,
keceparan turun biasanya bertambah cepat selama fase lereng maksimum dilatasi serviks. Pada
waktu ini, kecepatan tumn bertambah sampai maksimum, dan laju penumnan maksimal ini
dipertahankan sampai bagian terbawah janin mencapai dasar perineum3.
Kriteria Persalinan Normal
Friedman2 juga berusaha memilih kriteria yang akan memberi batasan-batasan persalinan
normal, sehingga kelainan-kelainan persalinan yang signifikan dapat segera diidentifikasi.
Kelompok perempuan yang diteliti adalah nulipara dan multipara yang tidak mempunyai
disproporsi fetopelfik, tidak ada kehamilan ganda, dan tidak ada yang diobati dengan sedasi
berat, analgesia konduksi, oksitosin, atau intervensi operatif. Semuanya mempunyai panggui
normal, kehamilan arerm dengan presentasi verteks, dan
bayi berukuran rata-rata. Dari penelitian ini, Friedman
mengembangkan konsep tiga bagian fungsional perslinan
yaitu - persiapan, dilatasi, dan pelvik - unsuk rnenjelaskan
sasaran-sasarzrn fisiologik pada setiap bagian persalinan
(Gambar 23-8). Ia menemukan bahwa bagian persiapan
dalam persalinan mungkin sensitif terhadap sedasi dan
analgesi konduksi. Meskipun terjadi dilatasi seryiks kecil
pada waktu ini, terjadi perubahan besar pada matriks
ekstraselular (kolagen dan komponen-komponen jaringan
ikat lainnya) pada serviks. Bagian dilatasi persalinan, sewaktu terjadi dilatasi dengan laju yang
paling cepat, pada prinsipnya tidak terpengaruh oleh sedasi atau analgesi konduksi.Bagian pelvik
persaiinan mulai bersamaan dengan fase deselarasi dilatasi serviks. Mekanisme-mekanisme
klasik persalinan, yang melibatkan pergerakan-pergerakan utama janin, terutama terjadi selama
bagian pelvik persaiinan ini. Awal bagian peivik ini jarang dapat dipisahkan secara klinis dari
bagian dilatasi persalinan. Selain itu, kecepatan dilatasi serviks tidak selalu berkurang ketika
telah dicapai dilatasi lengkap; bahkan mungkin malah lebih cepat.
Perubahan Pada Vagina Dan Dasar Panggul
Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang
bersama-sama membentuk dasar panggul. Struktur yang paling penting adalah m. levator ani dan
fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya dapat dianggap
sebagai dasar panggul. Kelompok otot ini menutup ujung bawah rongga panggul sebagai sebuah
diafragma sehingga memperlihatkan permukaan atas yang cekung dan bagian bawah yang
cembung. Di sisi lain, m. levator ani terdiri atas bagian pubokoksigeus dan iliokoksigeus. Bagian
posterior dan lateral dasar panggul, yang tidak diisi oleh m. levator ani, diisi oleh m. piriformis
dan m. koksigeus pada sisi lain.Ketebalan m. levator ani bervariasi dari 3 sampai 5 mm
meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum dan vagina agak tebal. Selama kehamilan, m.
levator ini biasanya mengalami hipertrofi. Pada pemeriksaan pervaginam tepi dalam otot ini
dapat diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang dari pubis dan meiingkari vagina
sekitar 2 cm di atas himen. Sewaktu kontraksi, m. levator ani menarik rektum dan vagina ke atas
sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup vagina. Otot-otot perineum yang lebih
superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih dari sekadar sebagai penyokong. Pada kala satu
persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran penting untuk membuka
bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah, perubahanperubahan dasar panggul
seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang
paling nyata terdiri atas peregangan serabut-serabut mm. levatores ani dan penipisan bagian
tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan berbentuk baji setebai 5 cm menjadi
(kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan dengan tebal
kurang dari 1 cm. Kedka perineum teregang maksimal, anus ;nenjadi jelas membuka dan terlihat
sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah
dan besar pembuluh darah yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul
menyebabkan kehilangan darah yang amat besar kalau jaringan ini robek.
Pelepasan Plasenta
Kala tiga persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi
plasenta. Setelah kelahiran plasenta dan selaput janin, persalinan aktif selesai. Karena bayi sudah
lahir, utems secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang sudah kosong. Normalnya, pada
saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan organ ini berupa suatu massa
otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa sentimeter di atas segmen bawah yang lebih tipis.
Fundus uteri sekarang terietak di bawah batas ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran uterus
yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan bidang tempat implantasi plasenta
(Gambar 23-9). Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang mengecil
ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa
menekuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan lapisan desidua yang paling lemah
lapisan spongisoa, atau desidua spongisoa mengalah, dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh
karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran tempat implantasi di bawahnya.
Pada seksio sesarea fenomena ini mungkin dapat diamati langsung bila plasenta berimplantasi di
posterior. Pemisahan plasenta amat dipermudah oleh sifat struktur desidua spongiosa yang
longgar, yang dapat disamakan dengan garis perforasi pada perangko. Ketika pemisahan
berlangsung, terbentuk hematoma di antara plasenta yang sedang terpisah dan desidua yang
tersisa. Pembentukan hematoma biasanya merupakan akibat, bukan penyebab dari pemisahan
tersebut, karena pada beberapa kasus perdarahan dapat
diabaikan. Namun, hematoma dapat mempercepat proses
pemisahan. Karena pemisahan plasenta melalu ilapisan
spongiosa desidua, bagian dari desidua rersebut dibuang
bersama plasenta, sementara sisanya tetap menempel pada
miometrium. Jumlah jaringan desidua yang tertinggal di tempat
plasenta bervariasi.
Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah pelahiran. Brandta dan
peneliti lain, berdasarkan hasil yang diperoleh dari gabungan penelitian klinis dan radiografik,
mendukung gagasan bahwa karena bagian
perifer plasenta mungkin merupakan bagian
yang paling melekat, pemisahan biasanya mulai
di mana pun. Kadangkala beberapa derajat
pemisahan dimulai sebelum kala tiga persalinan,
yang mungkin menjelaskan terjadinya kasus-
kasus deselarasi denl.ut jantung janin tepat
sebelum ekspulsi Janin.
Pemisahan Amniokorion
Pengurangan besar-besaran luas permukaan rongga uterus secara bersamaan menyebabkan
membran janin (amniokorion) dan desidua parietalis terlepas menjadi lipatan yang banyak sekali
dan menambah ketebalan lapisan tersebut dari kurang dari 1 mm menjadi 3 sampai 4 mm.
Lapisan uterus pada awal stadium ketiga menunjukkan bahwa banyak dari lapisan parietal
desidua parietalis termasuk di dalam lipatan-lipatan amnion dan korion heoe yang melekuk-
lekuk tersebut (Gambar 23-10). Membran-membran tersebut biasanya rctap in situ sampai
pemisahan plasenta hampir lengkap. Kemudian membran ini terkelupas dari dinding uterus,
sebagian karena kontraksi miometrium yang lebih kuat dan sebagian karena tarikan yang
dilakukan oleh plasenta yang terlepas, yang terletak di segmen bawah uterus yang lebih tipis
atau di bagian atas vagina. Korpus uteri pada waktu itu normalnya membentuk suatu massa otot
yang hampir padat, yang dinding anterior dan posteriornya masing-masing mempunyai
ketebalan 4 sampai 5 cm, terlem saling menempel sehingga rongga uterus hampir hilang.

8. Fisiologi nifas.
I. Pengertian Masa Nifas
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
II. Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan
darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah memiliki
keinginan untuk merawat dirinya dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan
perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua sistem tubuh.
3. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.
III. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara
lain:
 Perubahan sistem reproduksi

a. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelumhamil. Perubahan
ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana
TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
Tabel.2 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari
Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr
2 minggu Tak teraba di atas symphisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber: Widyasih, Hesty,dkk.2012. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta
B. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
 Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
 Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4
sampai hari ke-7 post partum.
 Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
 Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.

 Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara
labia menjadi lebih menonjol.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil.
1. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
2. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil
dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema
leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-
ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
 Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
A. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,5 0 – 380C) akibat
dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan
normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagikarena
ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
B. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada
kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.
C. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
D. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila/
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.

Anda mungkin juga menyukai