Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Dasar Teori

II.1.1 Pengertian Tingtur


Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau
perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.
Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat
dan 10% untuk zat berkhasiat keras (Dirjen POM, 1979).
II.2.1 Pembagian Tingtur
Tingtur dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut
(Syamsuni, 2006):
a) Menurut Cara Pembuatan
1. Tingtur Asli
Tingtur asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau
perkolasi. Contoh: Tingtur yang dibuat secara maserasi; Opii
Tinctura, Valerianae Tinctura, Capsici Tinctura, Myrrhae Tinctura,
Opii Aromatica Tinctura, Polygalae Tinctura. Tingtur yang dibuat
secara perkolasi, contoh: Belladonae Tinctura, Cinnamomi Tinctura,
Digitalis Tinctura, Lobeliae Tinctura, Strychnini Tinctura,
Ipecacuanhae Tinctura.
2. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Tingtur tidak asli (palsu) adalah tingtur yang dibuat dengan
jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut
tertentu. Contoh: Iodii Tinctura, Secalis Cornuti Tinctura.
b) Menurut Kekerasan (Perbandingan Bahan Dasar dengan Cairan
Penyari)
1. Tingtur Keras
Tingtur keras adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 %
simplisia yang berkhasiat keras. Contoh: Belladonae Tinctura,
Digitalis Tinctura, Opii Tinctura, Lobeliae Tinctura, Stramonii
Tinctura, Strychnin Tinctura, Ipecacuanhae Tinctura.
2. Tingtur Lemah
3

Tingtur lemah adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 %


simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh: Cinnamomi Tinctura,
Valerianae Tinctura, Polygalae Tinctura, Myrrhae Tinctura.
c) Menurut Cairan Penariknya
1. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau
campuran aether dengan aethanol. Contoh: Tingtura Valerianae
Aetherea.
2. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur
dengan aethanol. Contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
3. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan
penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh: pada pembuatan
Tinctura Acida Aromatica.
4. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh:
Tinctura Rhei Aquosa.
5. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika
penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini
harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran
simplisia, contoh: Tinctura Chinae Composita.
II.2.2 Cara Pembuatan Tingtur
Cara pembuatan tingtur terbagi atas 2 yaitu (Syamsuni, 2005):
1) Cara Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut
perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana
zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan
keluar memenuhi syarat-syarat dalam Farmakope. Campur dengan hatihati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut atau
campuran pelarut tertentu secukupnya hingga rata dan cukup basah,
biarkan selama 15 menit. Pindahkan ke dalam perkolator yang sesuai
dan mampatkan. Tuangkan pelarut atau campuran pelarut tertentu
secukupnya sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas perkolator
dan jika cairan sudah hampir menetes dari perkolator, tutup lubang
bawah. Perkolasi dilakukan selama 24 jam atau sesuai dengan waktu
yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak dinyatakan

lain, lakukan perkolasi secara perlahan atau pada kecepatan yang telah
ditentukan, dan secara bertahap tambahkan pelarut atau campuran
pelarut secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur. Prinsip kerja
perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam bejana silinder,
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapa keadaan jenuh.
Perkolasi, kecuali dinyatakan lain sebagai berikut (Syamsuni,
2005):
a. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat
halus yang cocok menggunakan 2,5-5 bagian cairan penyari,
masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
pindahkan massa sedikit demi sedikit dalam perkolator sambil tiap
kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya
sampai cairan mulai menetes, dan diatas simplisia masih terdapat
selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
b. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga
selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia sehingga
diperoleh 80 bagian perkolat.
c. Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat,
tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat
sejuk terlindung dari cahaya.

2) Cara Maserasi
Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan
merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasanya
15-25C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk
pembuatan secara perkolasi. Prinsip kerja maserasi adalah pencucian
zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar, terlindung dari
cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah (proses difusi). Peristiwa tersebu berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel.
Maserasi bahan obat dengan 750 mL pelarut atau campuran pelarut
tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, letakkan ditempat hangat.
Diamkan selama 3 hari sambil dikocok sesekali atau hingga terlarut.
Pindahkan campuran kedalam penyaring, dan jika sebagian besar cairan
telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan sejumlah
pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga diperoleh
1000 mL tingtur. Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas
yang berlebihan. Menurut literatur lain, tingtur adalah sediaan cair yang
dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi simplisia nabati atau
hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut
yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain,
tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat
keras.
Maserasi, kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut
(Syamsuni, 2005) :
a. Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari,

tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk,


lalu diperas. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian.
b. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk
terlindung dari cahaya selama 2 hari. Tuangkan dan saring.
II.2.3 Penyimpanan Tingtur
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih. Untuk bahan dasar yang mengandung harsa
digunakan cairan penyari etanol 90%. Pada umumnya cairan penyari
adalah etanol 70%. Tingtur yang mengandung harsa adalah mira tinctura,
asaefoetida tinctura, capsici tinctura, tingtur menyan.
II.2.4 Contoh Sediaan Tingtur
1) Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan: perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agak
kasar (22/60) dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%
hingga memenuhi syarat.
2) Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk (18/34) akar ipeka
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
3) Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
Cara pembuatan: maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan
dengan 50 g kulit kayu manis yang telah dimemarkan dengan 1000 ml
etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan
penyaringan.
4) Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan: maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala
dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
5) Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)
Cara pembuatan: maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania
dengan etanol 60 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

6) Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)


Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba
Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%,
hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan selama tidak kurang dari
24 jam, saring. Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun
sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal pembuatan.
7) Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji strichni
yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, yang
menggunakan pelarut penyari etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian
tingtur. Tetapkan kadar strichnina, jika perlu dengan etanol 70%
secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.
8) Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan: Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100
bagian etanol 90 %, saring.
9) Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia
dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
10) Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan: maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan
etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
11) Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan: 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah
dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga diperoleh
100 bagian tingtur.
12) Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan: maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan
campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1 bagian air selama 3 jam.
Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.

13) Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)


Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol
encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida,
atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi syarat,
biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring. Penyimpanan: dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak
boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan
14) Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan: perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu
manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
15) Tingtur Digitalis ( Digitalis Tinctura)
Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol
70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan potensi atur potensi
jika perlu encerkan dengan etanol 70 % hingga memenuhi syarat.
16) Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
Cara pembuatan: Larutkan Iodum 1,8 2,2 %, Natriun Iodida 2,1
2,6 % dalam etanol encer.
17) Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan: maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol
70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur
hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70 %
secukupnya.
18) Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatica)
Cara pembuatan: maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis
serbuk (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk
opium dengan campuran etanol 90 % dan air volume sama banyak
hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
19) Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan: Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum dengan
9 bagian etanol encer.
20) Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)

10

Cara pembuatan: maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian


dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
II.2 Uraian Tanaman
II.2.1 Sereh (Cymbopogon Ciratus)
1. Klasifikasi (Lutony, 2002)
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Cymbopogon
Gambar II.2.1 Sereh
Spesies
: Cymbopogon Ciratus L.
(Cymbopogon
2. Tempat Tumbuh
Tanaman sereh Jawa tumbuh pada berbagai Ciratus)
tanah yang memiliki
kesuburan cukup. Tanah jenis geluh pasiran pada ketinggian 180-450 m
di atas permukaan laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur
menghasilkan minyak yang berkualitas tinggi. Hasil minyak sereh yang
paling tinggi diperoleh dari tanaman yang ditanam pada tanah geluh
pasiran dengan pH 6,00 hingga 6,50 Sedangkan tanah dengan pH lebih
rendah tidak cocok untuk tanaman sereh (Sastrohamidjojo, 2004).
Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan
curah hujan setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm merupakan syarat
utama untuk menghasilkan daun dan minyak sereh yang baik.
Kekeringan yang berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan
akan merusak tanaman sereh. Tanaman yang terlindung akan
mempengaruhi kandungan total geraniol. Pada daerah yang memiliki
curah hujan sedikit perlu memperoleh air dari irigasi (Sastrohamidjojo,
2004).
Tanaman sereh tumbuh paling baik pada ketinggian 180 hingga
450 m di atas permukaan laut. Pada ketinggian yang lebih tinggi
daripada 450 m, pertumbuhan tanaman lambat hingga minyak sereh
yang dihasilkan rendah. Tanaman sereh dikembangbiakkan melalui akar
pada permulaan musim hujan. Rumpun tanaman sereh yang sehat

11

dibagi menjadi beberapa bagian. Dua batang tanaman yang


mengandung akar yang sehat ditanam dalam setiap lubang dengan
kedalaman 15 cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran
9090 cm atau ukuran 75 75 cm. Sedangkan jarak tanam lebih dekat
daripada 75 75 cm akan menurunkan hasil daun per satuan area lahan
(Sastrohamidjojo, 2004).
3. Morfologi
Serai atau Cymbopogon citratus atau sering disebut
Cymbopogon nardus (Lenabatu) merupakan tumbuhan yang masuk ke
dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Tanaman ini dikenal
dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti
lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis (Oyen
dan Dung, 1999).
Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m. Panjang
daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau
muda, kasar dan mempunyai aroma yang kuat. Serai umumnya tumbuh
sebagai tanaman liar di tepi jalan atau kebun, tetapi dapat ditanam
dalam berbagai kondisi di daerah tropis yang lembab, cukup sinar
matahari, dan bercurah hujan relatif tinggi (Wijayakusumah, 2005).

12

4. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman sereh antara
lain, sitronelal, geraniol, sitronelol dan sisa hasil destilasi mengandung
sekitar 2% nitrogen yang dapat digunakan sebagai pupuk
(Sastrohamidjojo, 2004).
Senyawa utama penyusun minyak sereh adalah sitronelal,
sitronelol, dan geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak
sereh dikenal sebagai total senyawa yang dapat diasetilasi. Ketiga
komponen ini menentukan intensitas bau harum, nilai dan harga minyak
sereh. Menurut standar pasar internasional, kandungan sitronelal dan
jumlah total alkohol masing-masing harus lebih tinggi dari 35%
(Wijesekara, 1973).
5. Khasiat (Harris, 1990; Agusta, 2002; Kurniawati, 2010)
Termasuk suku rumput rumputan, di budayakan untuk di ambil
daunnya sebagai bumbu masak,atau disuling di ambil minyaknya.
Minyak atsiri serai dapat digunakan untuk penyakit infeksi dan demam
serta dapat untuk mengatasi masalah sistem pencernaan dan membantu
regenerasi jaringan penghubung. Daun serai berfungsi sebagai peluruh
kentut (karminatif), penambah nafsu makan (stomakik), obat pasca
bersalin, penurun panas, dan pereda kejang (antispasmodik).
Akar serai juga bermanfaat sebagai pengencer dahak, obat
kumur, peluruh keringat (diaforetik), dan penghangat badan. Sebuah tim
riset dari Ben Gurion University di Israel pada tahun 2006 menemukan
bahwa serai menyebabkan apoptosis (kematian sel) dalam sel kanker.
Berdasarkan studi in vitro, peneliti mengamati pengaruh molekul sitral
yang ditemukan dalam serai terhadap sel normal dan sel kanker. Pada
konsentrasi sitral 1 gram serai dalam air panas, sitral memicu apoptosis
dalam sel kanker tanpa memengaruhi sel normal.

13

II.3 Uraian Bahan


1. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
Nama lain
Rumus molekul
Berat molekul
Rumus Stuktur

: Aethanolum
: Etanol, etil hidrokarbon, etil hidrat, spiritus dilitus
: C2H5OH
: 46,07 g/mol
:

Pemerian
Kelarutan

: Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas


: Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

pelarut organik
: Desinfektan
: Membersihkan alat dan sebagai zat tambahan
: Dalam wadah tertutup rapat

2. Aqua Destilata (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi
Nama lain
Rumus molekul
Berat molekul
Rumus Struktur

: Aqua destilata
: Air suling
: H2O
: 18,02 g/mol
:

Pemerian

: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau; tidak

Penyimpanan
Khasiat
Kegunaan

mempunyai rasa
: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai pelarut
: Zat tambahan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

14

II.4 Prosedur Kerja


II.4.1 Tingtur Cymbopogon ciratur herba
1.
2.
3.
4.
5.

Dikalibrasi semua alat yang digunakan.


Ditimbanglah bahan simplisia sampai 100 gr.
Dimasukkan simplisia ke dalam wadah yang telah disediakan.
Ditambahkan 150 ml alkohol 60%.
Dilakukan pengadukan secara konstan selama 60 menit sampai

homogen.
6. Disaring menggunakan kertas saring.
7. Dimasukkan filtrat ke dalam botol yang telah disediakan.
8. Ditambahkan dengan aquades sampai 250 ml.

Anda mungkin juga menyukai