i-BAB IX - TEORI DAN APLIKASI PERSAMAAN DIFUSIVITAS Versi Edited Taufiq
i-BAB IX - TEORI DAN APLIKASI PERSAMAAN DIFUSIVITAS Versi Edited Taufiq
(Versi edited)
Salah satu karakteristik utama yang selalu ingin diketahui dari suatu reservoir adalah tingkat
atau kapasitas produksi sebagai fungsi dari waktu. Untuk mengetahui hal tersebut, biasanya
digunakan model yang mengaitkan laju alir dan/atau tekanan terhadap waktu. Model yang
dimaksud di sini adalah model matematis yang mendeskripsikan aliran dalam batuan
reservoir, di mana batuan berperan sebagai media alir berpori. Model matematis tersebut
disebut dengan persamaan difusivitas. Solusi terhadap persamaan ini, baik solusi analitik
maupun solusi numerik (yang umumnya menggunakan pendekatan finite difference)
merupakan dasar untuk melakukan evaluasi dan analisis kinerja produksi dan peramalan
kinerja reservoir pada waktu yang akan datang.
Pada bab ini dibahas tentang pengembangan persamaan difusivitas, khususnya untuk aliran
satu fasa fluida incompressible, solusi eksak dan solusi pendekatan terhadap persamaan
difusivitas, dan aplikasi solusi persamaan difusivitas tersebut dalam berbagai analisis untuk
mengetahui karakteristik reservoir, misalnya analisis data well test (pressure transient test).
Materi yang disajikan dalam bab ini merupakan bagian yang paling penting dan hampir
menentukan semua metode perhitungan dalam teknik reservoir. Di samping itu, bidang kajian
pada bab ini merupakan yang paling khas dan hanya dipelajari dalam bidang ilmu teknik
reservoir.
Pokok-pokok bahasan utama yang disajikan dalam bab ini adalah:
1. Pengembangan persamaan difusivitas yang tergantung pada waktu, geometri media alir,
dan jumlah fasa berdasarkan 3 (tiga) persamaan dasar, yaitu persamaan Darcy, persamaan
kontinuitas, dan persamaan keadaan.
2. Solusi eksak terhadap persamaan difusivitas untuk berbagai kondisi batas luar dan batas
dalam.
3. Solusi pendekatan (aproksimasi) terhadap persamaan difusivitas berdasarkan flow period,
yaitu boundary condition tertentu, berupa aliran transient, pseudosteady state, dan steady
state.
x1
x2
.
di mana
.
.
xn
x1
Bentuk-bentuk operator:
(1) Operator yang disebut nabla atau del
Operator ini digunakan untuk menyatakan gradien medan skalar dan didefinisikan
sebagai berikut :
1
=
x1
i i
x2
x3
a
xi
Simbol i adalah unit vektor untuk masing-masing variabel ke-i. Dengan demikian
nabla suatu variabel skalar adalah berupa vektor yang dibentuk dari turunan dari
komponen-komponen medan skalar. Sebagai contoh, nabla a atau del a adalah
pernyataan untuk gradien a dimana a adalah fungsi skalar dengan komponen variabel
x1, x2, dan x3, yaitu:
a 1
a
a
a
2
3
x1
x2
x3
Dengan demikian, jika gradien medan skalar dinyatakan dalam vektor kolom ditulis :
x1
a
=
x
2
x3
( v ) = ( i i
x i
)( j j v j )
vi
x i
di mana operator (simbol titik) disebut dengan dot dan didefinisikan sebagai
berikut :
x y x1 y1 x 2 y 2 ... dan dibaca x dot y dimana x dan y masing-masing vektor.
v div v
v1 v 2 v 3
x
y
z
( v ) = ( j j
x j
)( k k v k )
v3 v 2
v1 v 3
v 2 v1
= 1
+ 3
+ 2
x1 x 2
x 2 x3
x 3 x1
(4) Operator 2 disebut Laplacian
Operator ini merupakan laplacian dari medan skalar dan didefinisikan sebagai berikut :
2
x1
2
x2
2
x 32
Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas digunakan untuk memodelkan perubahan jumlah massa terhadap
perubahan waktu. Pada dasarnya persamaan ini menyatakan hukum kekekalan massa. Untuk
menjelaskan hal ini, tinjau suatu elemen ds dalam media berpori sebagai berikut:
media
berpori
ds elemen
Gambar 4-1
v n
v
Gambar 4-2
Jika v tidak berarah normal (tegak lurus terhadap permukaan elemen), komponen normal
dari v adalah v n . Karena laju alir massa yang keluar dari elemen = ( v n )ds , maka
total laju alir massa diperoleh dengan cara mengintegralkan laju alir massa yang keluar dari
elemen tersebut, yaitu:
( v n )ds
s
Jika diambil sejumlah volume tertentu sebesar dv yang harganya kecil, laju alir massa hilang
(loss) dari dv adalah :
( )
dv
t
(P)
dv
t
Berdasarkan hukum kekekalan massa, laju alir massa keluar = laju alir massa loss, sehingga
dapat ditulis sebagai berikut :
( v n )ds = (P) dv
t
s
v
Berdasarkan teori divergence (disebut juga teorema Gauss) berlaku hubungan berikut :
( v n )ds = v (v)dv
s
v (v)dv = () dv
t
v
atau
()
v (v) =
(4-1)
Persamaan tersebut dikenal sebagai persamaan kontinuitas atau persamaan dari teori
kekekalan massa yang berlaku untuk semua bentuk geometri aliran.
Untuk mendapatkan persamaan difusivitas, maka dalam derivative di ruas kanan keadaan
massa yang dinyatakan oleh harus dievaluasi dengan cara memasukkan unsur tekanan dan
jumlah massa yang dinyatakan oleh dan harus diubah dalam bentuk keadaan massa pada
suatu waktu (bisa saja dianggap konstan). Unsur tekanan dimasukkan dengan menggunakan
( r u r ) ( )
r r
t
(4-2)
k p
r
(4-3)
(4-4)
k p
( )
r
r
t
dengan asumsi k dan konstan dan menggunakan product rule untuk ruas kanan
diperoleh :
1k
p
r
r r
r
t
t
gunakan product rule pada ruas kiri dan chain rule pada ruas kanan, sehingga
diperoleh :
k 1
p
p
p
p
r
r
r r r
r r
p t
p t
susun ulang persamaan di atas dengan cara mengumpulkan suku sejenis, sehingga
diperoleh :
1 p 1 p
p
p p
r
r r r
r p r
k
p t
p t
2
p
p
r
r r
r
r p
(4-5)
1 1 p
k
p t
p
c b exp[c(p p b )]
p
c
p
1
tinjau bahwa c p
ct = c + cf
1
= p + p
(4-6)
r r r
r
1 p
p
r c
r r r
r
p
ct
k
t
c t p
k t
dengan anggapan c kecil dan konstan serta gradien tekanan kecil, maka
p
0
r
1 p c t p
r
r r r
k t
(4-7)
Persamaan difusivitas di atas berlaku untuk aliran radial, satu fasa, fluida incompressible
(liquid) dengan asumsi-asumsi yang sudah dijelaskan, termasuk asumsi untuk ketiga
persamaan dasar yang digunakan. Dengan demikian, persamaan difusivitas di atas diperoleh
jika asumsi-asumsi berikut dipenuhi:
(1) aliran radial fluida incompressible
(2) aliran laminar (yaitu aliran yang mengikuti hukum Darcy)
(3) permeabilitas konstan dan isotropik, kompresibilitas batuan konstan
(4) mengabaikan efek gravitasi
(5) kondisi isothermal
(6) viskositas konstan terhadap tekanan
(7) porositas konstan
(8) kompresibilitas fluida kecil dan konstan (tidak tergantung pada tekanan)
(9) mengabaikan perkalian gradien compressibility pressure kuadrat.
Jika menggunakan satuan lapangan, persamaan difusivitas dapat diturunkan sebagai berikut:
k p
r
(4-9)
(4-8)
cf
p
p
maka :
t
p t
p
cf
t
t
(4-
10)
r 0.001127
r
r
r
t
0.2339
k p
r 0.001127
r
r
r
t
t
(4-11)
0.2339
k p
p
cf
r 0.001127
r
r
r
t
t
(4-
12)
Persamaan 4-12 di atas merupakan persamaan diferensial parsial (PDP) umum untuk
menggambarkan aliran fluida dalam media berpori (radial flow) dalam satuan lapangan.
Berdasarkan asumsi yang berlaku, persamaan tersebut terbatas untuk aliran laminar, sehingga
hukum Darcy berlaku. Solusi persamaan di atas sulit dicari secara analitik karena adanya sifat
non-linieritas yaitu koefisien persamaan yang terdiri dari , ,
ct
2 p 1 p
p
r 2 r r 0.0002637 k t
dengan
(4-13)
ct
1
, di mana disebut hydraulic diffusivity.
0.0002637k
Dengan cara sama, persamaan serupa dapat diturunkan untuk aliran radial gas nyata, yaitu:
1 p p
r r z r
0.0002637 k t z
di mana z adalah faktor deviasi gas. Begitu pula untuk aliran multifasa minyak, gas, dan air,
persamaan difusivitas dapat diturunkan sebagai berikut :
ct
1 p
p
r
r r r 0.0002637 t t
ct adalah kompresibilitas total dari sistem, di mana
c t So c o S w c w Sg c g c f
dan t adalah total mobility dari sistem yang didefinisikan sebagai jumlah mobilitas dari
ko k w kg
o w g
(2) PDP tersebut bersifat non-linier (koefisien persamaan, , dan ct, yang bergantung pada
dependent variabel, p).
(3) PDP tersebut berorde 2 (orde 2 terhadap ruang, orde 1 terhadap waktu).
(4) Dependent variable dalam persamaan tersebut adalah p (tekanan).
(5) Independent variable dalam persamaan tersebut adalah r (lokasi dalam geometri radial)
dan t (waktu).
Agar dapat diperoleh solusi dari persamaan difusivitas, maka diperlukan 1 (satu) kondisi awal
karena PDP berorde 1 terhadap waktu dan 2 (dua) kondisi batas karena PDP berorde 2
terhadap ruang. Berbagai macam kondisi batas yang dikenal adalah sebagai berikut :
- Constant pressure
* Kondisi batas dalam atau inner boundary condition (IBC), meliputi :
- Constant rate
- Constant pressure
Berkaitan dengan kondisi awal, reservoir pada awalnya dianggap mempunyai tekanan yang
seragam dan konstan di seluruh reservoir, sehingga dapat ditulis :
p r,0 pi
Berdasarkan beberapa kombinasi dari dua kondisi batas dalam dan luar, sampai saat ini telah
diketahui beberapa solusi dari persamaan difusivitas. Solusi-solusi persamaan yang telah
dibuat dan dipublikasikan tersebut diperoleh dengan menggunakan kombinasi kondisi batas
dalam dan batas luar sebagai berikut :
(1) IBC : constant rate production
OBC: infinite acting
(2) IBC : constant rate production
OBC: bounded, no-flow
(3) IBC : constant rate production
OBC: bounded, constant pressure
(4) IBC : constant pressure production
OBC: infinite acting
(5) IBC : constant pressure production
OBC: bounded, no-flow
(6) IBC : constant pressure production
OBC: bounded, constant pressure.
Penyelesaian secara analitik umumnya lebih mudah untuk dilakukan jika menggunakan
metode transformasi. Metode transformasi yang dapat digunakan adalah transformasi
Laplace, transformasi Boltzman, atau transformasi Fourier. Penggunaan metode
transfomasi tersebut pada dasarnya adalah untuk mengubah persamaan diferensial parsial
menjadi persamaan diferensial biasa dengan tujuan untuk mengatasi masalah non-linieritas.
Dalam literatur, transformasi Laplace adalah metode yang paling sering digunakan. Aplikasi
transformasi Laplace dalam penyelesaian persamaan difusivitas pertama kali dilakukan oleh
van Everdingen dan Hurst pada tahun 1949.
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 13
Real
Space
Laplac
e
Space
inverse: L-1
Diperole
h Solusi
Gambar 4-3
Laplace transform inversion dapat dengan menggunakan cara analitik maupun numerik.
Salah satu metode numerik yang paling populer adalah algoritma Stehfest atau GaverStehfest. Namun, metode Laplace transform inversion ini tidak dibahas dalam diktat ini.
Selain solusi yang menggunakan kondisi batas dalam dan batas luar umum seperti tersebut
di atas, telah pula dibuat solusi yang menggunakan kondisi batas khusus pada lubang
sumur dan di sekitar lubang sumur. Kondisi tersebut diantaranya adalah efek wellbore
storage dan efek skin. Efek wellbore storage dimasukkan ke dalam solusi persamaan dengan
menggunakan kondisi batas dalam khusus, sedangkan faktor skin, karena sifat alaminya,
dimasukkan sebagai fungsi tambahan (additional function) pada kondisi batas dalam,
demikian juga dengan batas luarnya. Batas luar khusus telah dibuat dan dikembangkan. Salah
satu batas luar khusus tersebut yang telah terdokumentasi dalam literatur disebut prescribed
flux yang dibuat oleh Doublet dan Blasingame pada tahun 1995 dan prescribed pressure yang
dibuat oleh Permadi dan Damargalih pada tahun 2001 (Permadi, A. K. dan Damargalih, Y :
Decline Type Curves for Reservoirs with Waterflood or Water Influx Using Prescribed
Pressure Models at the Reservoir Outer Boundary, Jurnal Teknologi Mineral, No.2,
Vol.VIII/2001). (Lihat Kasus 8 dan Kasus 9 pada solusi analitik eksak yang akan
disampaikan pada bagian solusi analitik eksak berikut). Batas luar ini menggambarkan
kondisi pada bidang kontak air-minyak jika reservoir berhubungan dengan sebuah aquifer
atau reservoir mengalami proses injeksi air (waterflooding). Gambar 4-4 berikut
menunjukkan kasus ini.
Finite Aquifer
Top View:
Legend:
Oil-Water flow
Water flow
Side View:
rw
ra
re
Gambar 4-4
Sebenarnya, model analogi seperti halnya sistem aliran aquifer ke reservoir dengan sistem
aliran reservoir ke sumur tersebut dapat terus dikembangkan. Artinya, jika ada reservoir yang
dikelilingi oleh aquifer di mana aquifer tersebut juga dikelilingi oleh aquifer lain,
penyelesaian persamaannya dapat menggunakan analogi yang sama, yaitu menggunakan
model aliran yang bertingkat. Kasus ini dikenal dengan model komposit (composite model)
seperti yang telah dikembangkan oleh Ramey atau oleh Ambastha.
Solusi analitik terhadap initial boundary value problem untuk aliran satu fasa di dalam media
berpori terdokumentasi di dalam literatur dalam dua bentuk pendekatan berikut :
1. solusi eksak (exact solution), yaitu dalam bentuk Laplace transform solution,
2. solusi pendekatan (approximation solution), misalnya long-time approximation solution.
Solusi Analitik Persamaan Difusivitas
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mendapatkan solusi persamaan difusivitas radial
berdasarkan kondisi batas dalam (di lubang sumur) dan kondisi batas luar (di pinggir
reservoir) yang tertentu.
pengembangan metode analisis data hasil pressure transient test. Untuk mendapatkan solusi
analitik persamaan difusivitas, terlebih dahulu persamaan tersebut ditransformasikan ke
dalam persamaan dalam bentuk tak berdimensi (dimensionless form) dengan mendefinisikan
variabel tak berdimensi (dimensionless variables). Variabel tak berdimensi tersebut
didefinisikan berdasarkan keadaan produksi di sumur, yaitu constant rate production case di
mana sumur diproduksikan dengan laju produksi yang konstan dan constant pressure case di
mana sumur diproduksikan dengan tekanan bawah sumur yang konstan.
1. Variabel tak berdimensi untuk constant rate production case adalah sebagai berikut :
Dimensionless pressure,
pD
Dimensionless radius, r D
kh
pi p
2 qB
r
rw
Dimensionless time, t D
r
e
rw
1 kt
ct r w 2
3 C
h ct r w 2
2. Variabel tak berdimensi untuk constant pressure production case adalah sebagai berikut :
Dimensionless pressure,
pD
Dimensionless rate, q D
pi p
pi p wf
2 qB
kh pi pwf
Dimensionless
tD
Q pD q Ddt '
0
cumulative
1.119 c t h r w p i p wf
2
production,
Qp
Catatan :
1 pD pD
r D
rD rD rD tD
Kondisi awal dan kondisi batas dituliskan pula dalam bentuk variabel tak berdimensi dengan
menggunakan definisi yang sama seperti ditunjukkan berikut ini.
Solusi Analitik Eksak
Kasus 1: Infinite Acting Reservoir : Constant Rate Production - Line Source Approximation
Kondisi batas untuk kasus ini adalah sebagai berikut :
r D
pD
1 , r D 0
rD
dan
p D r D , t D 0 , r D
Solusinya adalah sebagai berikut :
p D r D , u
1
K0
u
u rD
r D
pD
1 , r D 1
rD
dan
p D r D , t D 0 , r D
Solusinya adalah sebagai berikut :
p D r D , u
K0 u rD
u 3 / 2 K1 u
r D
pD
1 , r D 1
rD
dan
pD
0 , r D r eD
rD
Solusinya adalah sebagai berikut :
K1 u r eD I 0 u r D I1 u r eD K 0 u r D
pD r D , u
u 3 / 2 I1 u r eD K1 u K1 u r eD I1 u
r D
pD
1 , r D 1
rD
dan
p D r D , t D 0 , r D r eD
Solusinya adalah sebagai berikut :
I u r eD K 0 u r D K 0 u r eD I 0 u r D
p D r D , u 0
u 3 / 2 K 0 u r eD I1 u I 0 u r eD K1 u
p D r D , t D 1 , r D 1
dan
p D r D , t D 0 , r D
Solusinya adalah sebagai berikut :
K u rD
p D r D , u 0
u K0 u
p D r D , t D 1 , r D 1
dan
pD
0 , r D r eD
rD
Solusinya adalah sebagai berikut :
K1 u r eD I 0 u r D I1 u r eD K 0 u r D
pD r D , u
u K1 u r eD I 0 u I1 u r eD K 0 u
p D r D , t D 1 , r D 1
dan
p D r D , t D 0 , r D r eD
Solusinya adalah sebagai berikut :
K u r eD I 0 u r D I 0 u r eD K 0 u r D
p D r D , u 0
u K 0 u r eD I 0 u K 0 u I 0 u r eD
Kasus 8: Prescribed Flux Outer Boundary : Constant Rate Production
Kondisi batas dalam (inner boundary condition) untuk kasus ini adalah sebagai berikut :
r D
pD
1 , r D 1
rD
dan kondisi batas luar (outer boundary condition) didefinisikan sebagai berikut :
r D
pD
q Dext t D , r D r eD
rD
Doublet dan Blasingame menggunakan salah satu dari definisi berikut untuk formulasi flux
model:
(a) Step-function rate:
1
K 0 u r D I1 u I 0 u r D K1 u
u
q Dext
I1 u r eD K1 u K1 u r eD I1 u
u r eD
I u r eD K 0 u r D K1 u r eD I 0 u r D
pD rD , u 1
u 3 / 2 I1 u r eD K1 u K1 u r eD I1 u
r D
pD
1 , r D 1
rD
sedangkan kondisi batas luar (outer boundary condition) didefinisikan sebagai berikut :
p D r D , t D p Dext t D , r D r eD
di mana tekanan tak berdimensi dapat dimodelkan oleh sembarang fungsi, misalnya,
menggunakan ide Doublet dan Blasingame, fungsi berikut dapat digunakan :
(a) Step-function pressure :
p t p
Dext
Dext ,
U t D t Dstart
p t p
Dext
Dext ,
1 exp t / t
D
Dstart
I u r D K1 u K 0 u r D I1 u
p Dext u 0
I0 u r eD K1 u K 0 u r eD I1 u
I 0 u r eD K 0 u r D K 0 u r eD I 0 u r D
p D r D , u
u 3 / 2 I 0 u r eD K1 u K 0 u r eD I1 u
Catatan:
Semua solusi analitik eksak yang dipaparkan di atas, mengandung fungsi khusus yang disebut
modified Bessel function. Sebagai contoh, tinjau line-source solution dalam Kasus 1:
P D (rD , u )
1
K 0 ( u , rD )
u
Solusi berbentuk dimensionless dalam Laplace space tersebut mempunyai variable Laplace =
u. Dalam persamaan tersebut, K0 adalah modified Bessel function jenis ke-2, orde ke-0.
Modified Bessel function ini (dan juga fungsi Bessel) dapat dijelaskan secara ringkas sebagai
berikut :
Fungsi Bessel muncul sebagai solusi dari persamaan diferensial
''
'
x 2 y x y ( x 2 n 2) y 0 ;
n0
1 '
y y0
x
2 y 1 y
y0
2
x x x
Persamaan di atas disebut dengan persamaan diferensial Bessel. Solusi persamaan tersebut
adalah sebagai berikut :
y c1 J n (x ) c 2 Y n (x )
di mana
( 1) r ( x / 2) n 2 r
J n (x)
r 0
r!(n r 1)
dengan
fungsi
gamma,
( n ) x n 1 e x dx
0
J n ( x ) cos n J n ( x )
, n 0,1, 2,...
sin n
Y n (x)
J p ( x ) cos p J p ( x )
, n 0,1, 2,...
lim
sin p
p n
2 x2 n2
persamaan diferensial Bessel menjadi seperti berikut :
''
'
x 2 y x y ( 2 x 2 n 2) y 0
Solusi persamaan di atas adalah sebagai berikut :
y c1 J n (x ) c 2 Y n (x )
dengan catatan bahwa jika n bukan bilangan bulat (integer), solusi persamaan di atas adalah
y A J n (x ) B J n (x ) , n 0,1, 2,...
Bentuk persamaan diferensial yang lain akan mendefinisikan fungsi Bessel yang lain pula.
Dalam hal ini persamaannya adalah sebagai berikut :
''
'
x 2 y x y ( x 2 n 2) y 0
Solusi dari persamaan tersebut adalah sebagai berkut :
y c1 I n (x ) c 2 K n (x )
y A I n ( x ) B I n ( x ) , n 0,1, 2,...
di mana
I n (x) I n (x)
, n 0,1, 2,...
2
sin n
K n (x)
I p (x) I p (x)
lim
, n 0,1, 2,...
sin p
p n 2
K1 u r eD I 0 u r D I1 u r eD K 0 u r D
pD r D , u
u 3 / 2 I1 u r eD K1 u K1 u r eD I1 u
Menurut Matthews dan Russel, inversi dari bentuk Laplace transform tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu invers solusi untuk harga tD yang besar dan untuk harga tD yang kecil,
yang masing-masing dapat dituliskan sebagai berikut :
untuk harga tD yang besar :
2
4 4 4 ln
2 1
r 2D
3 r eD
r eD
r eD r eD 2 r eD
pD
t D
ln
2 1 4
2 1 rD
2
r eD
r eD
4 (r 2 1)
eD
sedangkan untuk harga tD yang kecil (perhatikan ruas-ruas dalam persamaan di atas yang
akan berharga nol pada harga tD yang besar) :
q 2
p( r , t ) p i
2
2kh r eD
1
r eD
r 2D
t D
ln
2 1 rD
4
r eD
4 4 4 ln
2 1
3 r eD
r eD r eD 2 r eD
2 1)
4 (r eD
n 1
J1 ( n r eD) Y1 ( n ) J1 ( n ) Y1 ( n r eD) 0
Untuk menghitung tekanan pada rD = 1 atau r = rw, yang artinya di sumur, maka diperoleh :
e n t D J12 ( n r eD)
q 2 t D
3
p( r w , t ) p i
2 ln r eD 2 2 2
2kh r eD
4 n 1 n [J1 ( n r eD) J12 ( n )]
Dengan demikian, persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung tekanan di sumur
(pwf) jika deret infinit dari fungsi eksponensial dan fungsi Bessel dapat ditentukan. Untuk itu,
digunakan cara tabulasi yang berupa harga pD pada berbagai harga tD untuk beberapa harga
reD. Dalam literatur, tabulasi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, masing-masing p D =
2 (untuk finite
f(tD) untuk interval harga tD 1000 (untuk infinite acting) dan tD < 0.25 r eD
reservoir) dan pD = f(tD) untuk interval harga 1.5 < reD < 10.
Tabel berikut adalah tabulasi harga pD terhadap tD untuk kelompok pertama. Perlu dicatat di
sini bahwa tabel tersebut berlaku pula untuk menghitung water influx dari aquifer dengan
menggunakan analogi aliran dari aquifer menuju reservoir sebagai aliran dari reservoir
menuju sumur di mana reservoir sebagai sumur dengan radius rw dan aquifer sebagai
reservoir dengan radius re. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab IX.
tD
0
0.0005
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
pD
0
0.0250
0.0352
0.0495
0.0603
0.0694
0.0774
0.0845
0.0911
0.0971
0.1028
0.1081
0.1312
0.1503
0.1669
0.1818
0.2077
0.2301
0.2500
0.2680
0.2845
0.2999
0.3144
tD
0.15
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.2
1.4
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
15.0
20.0
30.0
40.0
50.0
pD
0.3750
0.4241
0.5024
0.5645
0.6167
0.6622
0.7024
0.7387
0.7716
0.8019
0.8672
0.9160
1.0195
1.1665
1.2750
1.3625
1.4362
1.4997
1.5557
1.6057
1.6509
1.8294
1.9601
2.1470
2.2824
2.3884
tD
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
450.0
500.0
550.0
600.0
650.0
700.0
750.0
800.0
850.0
900.0
950.0
100.0
pD
2.4758
2.5501
2.6147
2.6718
2.7233
2.9212
3.0636
3.1726
3.2630
3.3394
3.4057
3.4641
3.5164
3.5643
3.6076
3.6476
3.6842
3.7184
3.7505
3.7805
3.8088
3.8355
3.8584
tD /
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 26
Aplikasi Solusi Kasus 4 Constant pressure outer boundary: constant rate production
Solusi persamaan difusivitas dalam bentuk Laplace transform untuk kasus ini adalah:
I 0 u r eD K 0 u r D K 0 u r eD I 0 u r D
p D r D , u
u 3 / 2 K 0 u r eD I1 u I 0 u r eD K1 u
Dengan menggunakan cara yang sama seperti pada kasus 3, Matthews dan Russell yang
mengikuti Carslaw dan Jaeger mendapatkan persamaan berikut :
e n t D J 02 ( n r eD)
q
ln r eD 2 2 2
p( r w , t ) p i
2kh
n 1 [J ( ) J 2 ( r eD)]
2
J1 ( n ) Y 0 ( n r eD) Y1 ( n ) J 0 ( n r eD) 0
Jika deret infinit dari fungsi eksponensial dan fungsi Bessel dapat ditentukan, yang biasanya
dilakukan secara implisit dengan menggunakan cara tabulasi yang berupa harga p D pada
berbagai harga tD untuk beberapa harga reD, maka pwf dapat dihitung.
Aplikasi Solusi Kasus 6: Bounded (no-flow) outer boundary: constant pressure production
Untuk kasus ini, tekanan di sumur berharga konstan, sedangkan tekanan pada r D 1 dapat
ditentukan dengan menggunakan solusi seperti disajikan di atas. Dalam literatur disajikan
cara dengan maenggunakan tabulasi seperti telah dibahas pada dua kasus sebelumnya.
Tabulasi tersebut berupa QpD vs. tD untuk berbagai harga reD.
Solusi Analitik Pendekatan
Mendapatkan dan/atau menggunakan solusi analitik eksak dari persamaan difusivitas,
umumnya bersifat kompleks. Oleh karena itu, akan jauh lebih sederhana jika diambil solusi
pendekatan (aproksimasi). Solusi pendekatan yang dimaksud di sini pada dasarnya adalah
sebagai penyederhanaan terhadap solusi eksak yang dikembangkan menurut periode aliran
tertentu di reservoir. Dengan menetapkan periode aliran maka kondisi aliran di reservoir
dapat didefinisikan terlebih dahulu untuk kemudian dirumuskan solusi persamaan difusivitas
yang berlaku khusus pada periode yang sudah didefinisikan. Periode aliran tersebut yang
banyak aplikasinya dalam teknik reservoir, khususnya dalam analisis data well testing adalah:
kh
p
( 2r )
pada r = rw
B
r
Pada waktu awal, selalu dianggap tekanan sama dengan tekanan awal atau dapat ditulis :
p = pi pada t = 0.
Solusi eksak terhadap initial boundary value problem ini telah dapat diperoleh seperti
ditunjukkan di atas. Jika dilakukan inversi secara analitik dari solusi Laplace transform-nya
akan diperoleh hubungan berikut ini :
1 r D 2
p D Ei
2 4 t D
atau dalam variabel lapangan (berdimensi), solusi tersebut adalah :
c t r 2
70.6 q B
Ei
p( r, t ) p i
0.00105 k t
kh
(4-14)
70.6 q B 948 c t r 2
Ei
p( r, t ) p i
kh
kt
(4-
15)
di mana Ei(-x) = fungsi exponential integral dari (-x) yang didefinisikan sebagai berikut:
e u du
Ei( x )
ln x
x
x2
x3
x4
Secara kualitatif sifat integral ini dapat dijelaskan oleh gambar berikut :
(a)
(c)
(b)
e u
e u
u=x
u
(d)
u
Ei( x ) e
x u
du
x
Gambar 4-5
Gambar 4-5 (a) dan gambar 4-5 (b) menunjukkan kurva dari kedua komponen dalam
integrand, yaitu masing-masing kurva e-u untuk gambar 4-5 (a) dan 1/u untuk gambar 4-5 (b).
Hasil perkalian kedua fungsi tersebut ditunjukkan oleh gambar 4-5 (c) yaitu kurva e -u/u.
Integral dari kurva pada gambar 4-5 (c) tersebut yang dievaluasi antara x dan
ditunjukkan
oleh gambar 4-5 (d) yang berbentuk sama dengan kurva pada gambar 4-5 (c). Oleh karena
itu, untuk harga x yang kecil, Ei(x) mempunyai harga yang besar. Hal ini karena harga fungsi
integral tersebut merupakan harga luas daerah di bawah kurva seperti terlihat pada bagian
yang diarsir pada gambar 4-5 (c). Sebaliknya, harga Ei(x) kecil untuk harga x yang besar.
Fungsi Ei(x) biasanya diplot dalam skala log-log seperti ditunjukkan secara skematik pada
gambar berikut :
0.1
10
10
Ei(x)
1
0.01
-ln(x)
Ei(x)
x0 maka
Ei(x)-ln(x)=-ln(x)-0.5772
0.001
0.001
0.01
0.1
0.1
Gambar 4-6
Selain diplot dengan menggunakan skala log-log, fungsi exponential integral juga sering
disajikan dalam bentuk tabulasi. Berikut adalah contoh tabel harga fungsi Ei untuk harga x
antara 0.000 dan 0.209 dengan interval 0.001.
x
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.10
0.11
0.12
0.13
0.14
0.15
0.16
0.17
0.18
0.19
0.20
0
+
4.038
3.355
2.959
2.681
2.468
2.295
2.151
2.027
1.919
1.823
1.737
1.660
1.589
1.524
1.464
1.409
1.358
1.310
1.265
1.223
1
6.332
3.944
3.307
2.927
2.658
2.449
2.279
2.138
2.015
1.909
1.814
1.729
1.652
1.582
1.518
1.459
1.404
1.353
1.305
1.261
1.219
2
5.639
3.858
3.261
2.897
2.634
2.431
2.264
2.125
2.004
1.899
1.805
1.721
1.645
1.576
1.512
1.453
1.399
1.348
1.301
1.256
1.215
3
5.235
3.779
3.218
2.867
2.612
2.413
2.249
2.112
1.993
1.889
1.796
1.713
1.638
1.569
1.506
1.447
1.393
1.343
1.296
1.252
1.210
4
4.948
3.705
3.176
2.838
2.590
2.395
2.235
2.099
1.982
1.879
1.788
1.705
1.631
1.562
1.500
1.442
1.388
1.338
1.291
1.248
1.206
5
4.726
3.637
3.137
2.810
2.568
2.377
2.220
2.087
1.971
1.869
1.779
1.697
1.623
1.556
1.494
1.436
1.383
1.333
1.287
1.243
1.202
6
4.545
3.574
3.098
2.783
2.547
2.360
2.206
2.074
1.960
1.860
1.770
1.689
1.616
1.549
1.488
1.431
1.378
1.329
1.282
1.239
1.198
7
4.392
3.514
3.062
2.756
2.527
2.344
2.192
2.062
1.950
1.850
1.762
1.682
1.609
1.543
1.482
1.425
1.373
1.324
1.278
1.325
1.195
8
4.259
3.458
3.026
2.731
2.507
2.327
2.178
2.050
1.939
1.841
1.754
1.674
1.603
1.537
1.476
1.420
1.368
1.319
1.274
1.231
1.191
9
4.142
3.405
2.992
2.706
2.487
2.311
2.164
2.039
1.929
1.832
1.745
1.667
1.596
1.530
1.470
1.415
1.363
1.314
1.269
1.227
1.187
Tabel 4-2 : fungsi Ei untuk harga x antara 0.000 dan 0.209 dengan interval 0.001.
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 30
Jika diperhatikan, terlihat pada gambar log-log plot di atas bahwa untuk harga x yang kecil
(yaitu x < 0.01) maka Ei(x) dapat didekati oleh harga logaritmik, yaitu:
Ei(x) - ln (x) = -ln (x) - ln () = -ln (x) 0.5772
di mana angka 0.5772 merupakan konstanta Euler. Harga exponensial dari konstanta Euler
ini adalah:
= e 0.5772 = 1.781 , sehingga berdasarkan definisi Ei(x) = - Ei(-x) maka berlaku :
-Ei(-x) - ln (x) 0.5772
Dengan demikian solusi eksaknya dalam real space menjadi seperti berikut :
1 4 t D
p D ln
2 e r D 2
atau dalam variabel lapangan dengan mengganti pD, tD, dan rD, Persamaan 4-15 dapat diganti
dalam bentuk ln sebagai berikut :
ct r2
70.6 q B
0.5772
ln
p( r , t ) p i
0.00105 k t
kh
(4-16)
Karena berlaku ln (x) = 2.303 log (x) dan 70.6 x 2.303 = 162.6 , persamaan tersebut dapat
diganti dalam bentuk log sebagai berikut :
1688 c t r 2
162.6q B
p( r , t ) p i
log
kh
kt
162.6 q B
kt
log
p( r , t ) p i
c r2
kh
3.23
(4-
17)
Perlu dicatat bahwa :
0.5772 = ln (1.781)
1.781/0.00105 = 1696.19
Persamaan 4-15, Persamaan 4-16, dan Persamaan 4-17 dapat digunakan untuk menghitung
pressure drop (pi p) pada tiap titik di reservoir, termasuk di lokasi sumur (r = r w).
Persamaan 4-17 merupakan basis untuk analisis data transient well testing karena pada
lubang sumur (r = rw) pendekatan logarithmik terhadap Ei-function, yaitu untuk argumen Eifunction (x) yang berharga kecil, berlaku.
Perlu dicatat di sini bahwa:
(1) Cylindrical source solution tidak dapat diinversikan secara langsung, sehingga untuk
menghitungnya diperlukan metode integrasi numerik dan pendekatan (aproksimasi),
(2) Long time approximation terhadap cylindrical source solution diperoleh dengan
menggunakan sifat-sifat modified Bessel function untuk argumen yang kecil yang ternyata
ekuivalen dengan pendekatan logaritmik persamaan di atas, yaitu line-source solution.
Dalam hal yang kedua, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
1 t D
0.80907
p D r D , t D ln
2 r D 2
Dengan demikian, line source solution merupakan pendekatan terhadap cylindrical source
solution yang lebih umum, sehingga line source solution mempunyai batasan-batasan dalam
penerapannya. Tabel berikut menunjukkan ringkasan solusi untuk constant rate production
case, reservoir infinite acting serta batasan-batasan yang dimilikinya.
Berlaku
Kasus
Cylindrical-source solution
Line-source solution
Log-approximation of
Line-source solution
p D r D , t D
L-1
u
n
t
u
k
solution
K0 u rD
3/ 2
u K1 u
1 r D 2
Ei
2 4 t D
1 4 t D
ln
2 e r D 2
all
tD
rD
tD
rD
tD
10
25
p( r, t ) p i
c t r 2
70.6 q B
Ei
0.00105 k t
kh
Ei
p 3000
(100)(15)
r (ft)
1
t = 0.1 days
t = 1.0 days
t = 10.0 days
t = 100.0 days
Ei(-x) p (psia) Ei(-x) p (psia) Ei(-x) p (psia) Ei(-x) p (psia)
10.933 2890.70 13.235 2867.69 15.538 2844.67 17.841 2821.65
10
6.332
2936.70
8.630
2913.72 10.933
2890.70 13.235
2867.69
100
1.823
2981.78
4.038
2959.63
6.332
2936.70
8.630
2913.72
300
0.260
2997.40
1.919
2980.82
4.142
2958.59
6.332
2936.70
600
6.2e-3
2999.94
0.774
2992.26
2.783
2972.18
4.948
2950.54
1000
4.2e-6
3000.00
0.219
2997.81
1.823
2981.78
4.038
2959.63
3000
1.2e-5
3000.00
0.260
2997.40
1.919
2980.81
6000
6.2e-3
2999.94
0.774
2992.26
10000
4.2e-6
3000.00
0.219
2997.81
Gambar 4-7
Perlu diperhatikan beberapa catatan berikut ini :
Kurva
pada gambar tersebut berturut-turut dari yang paling atas sampai yang paling bawah
adalah untuk t = 0.1 hari, t = 1.0 hari, t = 10 hari, dan t = 100 hari.
Perhitungan
sedangkan untuk harga r yang besar jika harga t kecil tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan harga fungsi Ei dalam tabel untuk argumen-argumen tersebut.
Persamaan 4-17 menjadi lebih berarti dalam aplikasinya, khususnya dalam analisis data well
testing, jika kita memasukkan efek skin. Karena sifatnya additive dalam hal pressure drop di
sumur, yaitu pada r = rw jika efek skin dimasukkan dalam pressure drop :
p i p wf
70.6 q B 948 c t r w 2
Ei
kh
kt
(p) s
(4-
18)
di mana
(p) s
adalah pressure drop tambahan akibat skin, yaitu perbedaan antara pwf
ideal dan pwf real, yang menurut van Everdingen-Hurst dapat dimodelkan dengan persamaan
steady state aliran radial berikut ini :
(p) s
141.2qB rd 141.2qB rd
ln
ln
ksh
kh
rw
rw
r
141.2qB k
1 ln d
kh
ks
rw
k
r
1 ln d
Jika s
k s rw
141.2qB
s
kh
(4-
19)
pwf, ideal
k
ks
(p)s
pwf, real
rw
rd
Gambar 4-8
Sehingga berlaku persamaan berikut :
70.6 q B 948 c t r w 2
=
Ei
kh
kt
p i p wf
=
141.2qB
s
kh
70.6 q B 948 c t r w 2
2
s
Ei
kh
kt
(4-
20)
Dalam kasus seperti ini, di mana untuk r = rw argumen fungsi Ei cukup kecil setelah
waktu produksi yang pendek, maka pendekatan logaritmik dapat dipakai, sehingga :
70.6 q B 1688 c t r w 2
p i p wf =
2
s
ln
kh
kt
(4-
21)
(2)
Aliran pseudosteady-state terjadi ketika semua batas reservoir pada closed reservoir system
sudah terasa yaitu gangguan akibat aktivitas produksi sudah sampai di batas reservoir. Oleh
karena itu, kondisi ini dicapai pada t yang cukup besar. Kondisi pseudosteady state ini terkait
dengan keadaan reservoir terbatas (finite-bounded), yaitu mempunyai kondisi tidak ada aliran
(no-flow outer boundary condition) dan sumur berproduksi dengan laju alir konstan. Jadi,
kasus pseudosteady state terjadi jika kondisi batas luar berupa no-flow, yaitu :
p
= konstan
t
p
= 0, pada r = re
r
no-flow
Untuk kasus ini, solusi eksaknya telah dibuat dan inversi solusi Laplace-nya diperoleh
sebagai berikut :
r D2
r eD 2 ln r D 3 r eD 4 4 r eD 4 ln r eD 2 r eD 2 1
tD
p D r D , t D
2 4
2
2
r eD 1
4 r eD 2 1
r eD 1
2
e n t D J12 r eD J1 Y 0 r D Y1 J 0 r D
n
n
n
n
n
n 1
n J12 n r eD J12 n
di mana J0 dan J1 masing-masing adalah fungsi Bessel jenis pertama orde nol dan orde
pertama dan Y0 dan Y1 masing-masing adalah fungsi Bessel jenis kedua orde nol dan orde
pertama dan n adalah akar dari suatu persamaan karakteristik. Untuk kasus ini persamaan
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
Y1 n J1 n r eD J1 n Y1 n r eD 0
Karena aliran pseudosteady-state terjadi pada masa produksi yang sudah lama (pada harga t
yang besar), solusi pendekatan dapat diperoleh dengan membuang suku penjumlahan, yang
mendekati nol jika harga t besar, sehingga :
r D2
r eD 2 ln r D 3 r eD 4 4 r eD 4 ln r eD 2 r eD 2 1
tD
p D r D , t D
2 4
2
2
r eD 1
4 r eD 2 1
r eD 1
2
p D 1, t D
2tD
r eD
ln r eD
3
4
3
4
jika variabel waktu tak berdimensi berdasarkan drainage area, tAD, didefinisikan sebagai
berikut :
t AD
1 kt
ct re2
Dalam bentuk variabel lapangan dengan mengganti pD, tD, dan rD, persamaan tersebut ditulis
sebagai berikut :
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 37
qB 2 t D
3
ln r eD
p wf p i 141.2
2
kh r eD
4
atau
qB 0.000527kt
re 3
ln
p wf p i 141.2
kh c t r e 2
r w 4
(4-22)
Jika Persamaan 4-22 di atas didiferensiasi terhadap waktu (selama periode pseudosteady
state), maka
p wf
t
0.0744qB
c t hr e 2
Karena volume pori batuan yang terisi liquid dalam cuft, adalah : V p r e 2 h , maka
berlaku :
p wf
t
0.2337qB
ct Vp
Jadi, selama periode pseudosteady state, laju penurunan tekanan berbanding terbalik dengan
volume pori (yang terisi fluida). Hasil ini memberikan cara dan metodologi analisis terhadap
data hasil pengujian yang disebut dengan reservoir limit testing untuk menentukan ukuran
reservoir.
Selanjutnya, di atas sudah disebutkan bahwa respon tekanan tergantung pada bentuk dan
ukuran reservoir. Dengan prinsip tersebut, Matthew, Brons dan Hazebroek, serta Dietz,
memperoleh persamaan:
p wf p i
162.6 q B
4A
0.2339 q Bt
log
kh
A h ct
1.781 C A rw 2
(4-
23)
di mana :
A = luas daerah pengurasan
CA = Dietz shape factor
Dietz shape factor adalah suatu konstanta yang dimasukkan ke dalam persamaan solusi
pseudosteady state agar persamaan tersebut cocok atau berlaku untuk bentuk luas daerah
pengurasan sumur (drainage area) yang lain selain lingkaran dengan sumur di tengahnya.
Sebagai contoh, CA untuk drainage area dengan lokasi sumur di dalamnya seperti terlihat
pada gambar skematik berikut diberikan oleh harga-harga sebagai berikut:
31.62
30.8828
4.5132
Gambar 4-9
Dalam literatur, shape factor tersebut disajikan untuk berbagai drainage area pada berbagai
geometri reservoir, di antaranya bounded reservoir dan vertically fractured reservoir, bahkan
disajikan juga untuk water drive reservoir dan karakter produksi yang tidak diketahui.
Selanjutnya, pembahasan tentang hal ini disajikan pada bagian di bawah ini.
Aplikasi lain yang sangat bermanfaat dari Persamaan 4-22 di atas adalah bahwa persamaan
tersebut bisa digunakan untuk memperkirakan tekanan reservoir rata-rata pada saat tertentu
setelah sumur berproduksi atau setelah dilakukan tes produksi. Untuk itu, variabel tekanan
awal, pi, diganti oleh variabel tekanan rata-rata di dalam volume daerah pengurasan sumur
(drainage area volume), p . Tekanan rata-rata volumetrik tersebut diperoleh dengan
menggunakan konsep material balance yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Penurunan
tekanan dari pi ke p pada suatu waktu, (pi - p ), yang diakibatkan oleh pengurangan fluida
t
dalam
24
sebanyak qB rb/D untuk waktu t jam, atau total pengurangan sebesar 5.615qB
satuan cubic feet (cuft) adalah sebagai berikut :
t
5.615qB
V
24
pi p
2
ct V
c t ( r e h)
0.0744qBt
ct h re2
pi p
0.0744qBt
ct h re2
p wf p
0.0744qBt 0.0744qBt
qB r e 3
141.2
ln
2
2
kh r w 4
ct h re
ct h re
atau
qB r e 3
p wf p 141.2 ln
kh r w 4
(4-24)
Jika tekanan reservoir rata-rata, p , tersebut disubstitusi dengan cara yang sama ke
Persamaan 4-23 maka diperoleh :
p wf p
162.2 q B
4A
log
kh
1.781 C A rw 2
p wf p
r 2
162.2 q B
ln e 1.5
kh
rw 2
(4-
25)
atau jika ditulis dalam bentuk persamaan untuk laju alir, Persamaan 4-25 dapat ditulis
sebagai berikut :
p p wf
0.00708kh
B ln(re / rw ) 0.75
Persamaan 4-24 juga menjadi lebih berarti dalam aplikasinya, khususnya dalam analisis data
well testing, jika efek skin dimasukkan dalam pressure drop, yaitu:
p p wf 141.2
qB r e 3
ln
kh r w 4
(p) s
di mana
(p) s
formulasi yang sama untuk pressure drop akibat skin seperti dinyatakan di atas, maka
diperoleh :
qB r e 3
p wf p 141.2 ln s
kh r w 4
(4-
26)
Demikian pula dengan Persamaan 4-22 jika faktor skin dimasukkan, maka persamaan
tersebut ditulis sebagai berikut :
qB 0.000527kt
re 3
ln s
p wf p i 141.2
kh c t r e 2
r w 4
(4-
27)
r
p D r D , t D ln eD
rD
2
e n t D J 0 2 r eD J 0 r D Y1 Y 0 r D J1
n
n
n
n
n
n 1
n J12 n J 0 2 n r eD
di mana
J1 n Y 0 n r eD J 0 n r eD Y1 n 0
Pada sumur, yaitu pada rD = 1, persamaan tersebut menjadi seperti berikut :
pD 1, t D ln r eD 2
n 1 n
2
n t Dn
2
J0 n r eD
J02 n reD
2
1 n
Pada harga t yang besar, harga dari suku ke dua pada ruas kanan yang berupa penjumlahan
menjadi kecil sekali, sehingga persamaan solusi untuk kondisi steady-state menjadi lebih
sederhana yaitu :
p D 1, t D ln r eD
pwf pi
141.2qB re
ln
kh
rw
(4-28)
Persamaan di atas dapat juga diperoleh dari Persamaan Darcy untuk aliran radial. Jika ditulis
dalam bentuk persamaan untuk laju alir, Persamaan 4-28 dapat ditulis sebagai berikut :
0.00708 k h (p i p wf )
B ln(re / rw )
Mengingat kondisi batas luar reservoir berupa tekanan konstan, sehingga pe = pi di mana pe
adalah tekanan pada batas luar reservoir, sehingga persamaan tersebut dapat ditulis sebagai
berikut :
0.00708 k h (p e p wf )
B ln(re / rw )
Periode transient, pseudosteady state, dan steady state yang sudah dijelaskan di atas dapat
diobservasi melalui plot pwf terhadap waktu seperti ditunjukkan grafik berikut :
Transient
Transient
Late
Transient
pwf
pwf
Late
Transient
Pseudosteady
State
Pseudosteady
State
Log t
Gambar 4-10
t
Gambar 4-11
p wf p 141.2
qB r e 3
ln
kh r w 4
Harus diingat bahwa solusi ini diperoleh dengan menggunakan kondisi batas dalam laju
produksi konstan (constant well production rate) dan kondisi batas luar tidak ada aliran (noflow outer boundary) dengan sumur berada di tengah-tengah reservoir yang berbentuk
lingkaran. Padahal, dalam kenyataan sumur tidak selalu berada di tengah-tengah reservoir
dan/atau reservoir tidak selalu dapat diasumsikan berbentuk lingkaran. Agar solusi dapat
digunakan untuk lokasi sumur lain selain di tengah-tengah reservoir dan geometri reservoir
lain selain bentuk lingkaran, Dietz mengembangkan sebuah konstanta untuk ditambahkan ke
dalam persamaan solusi. Dengan sedikit manipulasi, Persamaan 4-24 dapat ditulis kembali
dalam bentuk berikut :
p wf p 141.2
qB r e 3
ln
kh r w 4
qB 1 r e 2 1 3 / 2
p 141.2
ln e
ln
kh 2 r w 2 2
4 r e 2
qB 1
p 141.2
ln
kh 2 4 r w 2 e 3 / 2
Dengan menyelesaikan argument natural log sebagai berikut :
4 r e 2
2 3/ 2
4 r w e
4A
56.32 r w
re2
31.62 r w 2
di mana A = luas daerah pengurasan (ft 2) dan = Konstanta Euler = 1.781. Harga 31.62 di
atas disebut dengan Dietz shape factor untuk reservoir berbentuk lingkaran dengan sumur
berada di tengah reservoir. Tinjau bahwa Persamaan 4-23 dapat dengan mudah diubah
menjadi seperti berikut :
p wf p
162.2 q B
4A
log
kh
1.781 C A rw 2
Dietz telah pula mengembangkan shape factor untuk berbagai geometri. Beberapa shape
factor untuk bentuk-bentuk segiempat dan bujur sangkar dengan berbagai posisi sumur.
Distribusi Tekanan Menurut Solusi Analitik
Pada bagian terdahulu telah diberikan contoh distribusi tekanan menurut solusi Ei-function,
yaitu untuk kasus infinite acting reservoir dengan sumur berproduksi pada laju produksi
konstan. Demikian pula halnya jika tekanan dari hasil perhitungan menurut solusi persamaan
difusivitas untuk kasus-kasus yang lain diplot terhadap jarak radial dari sumur mulai dari r =
rw sampai r = re, maka akan diperoleh distribusi tekanan di reservoir. Berdasarkan masingmasing kondisi batas luar dan batas dalam maka plot untuk infinite dan finite reservoir
dengan kondisi produksi di sumur tekanan konstan atau laju alir konstan menghasilkan
berbagai distribusi tekanan terhadap jarak yang khas. Berikut adalah gambar skematik
berbagai plot distribusi tekanan tersebut untuk enam kasus yang paling mungkin ditemui di
lapangan. Dari berbagai plot tersebut, perhatikan kasus-kasus mana yang memberikan plot
distribusi tekanan yang khas untuk periode aliran transient, pseudosteady state, dan steady
state. Juga perhatikan karakteristik plot yang dihasilkan oleh masing-masing periode aliran.
(1)
Kasus Infinite Acting Reservoir dengan OBC = Infinite, IBC = Constant pressure
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 44
pi
rw
Radius
re
pwf = C
Waktu
Gambar 4-12
Gambar 4-13
(2) Kasus Infinite Acting Reservoir dengan OBC = Infinite, IBC = Constant rate
pi
q=C
p
rw
Radius
re
Waktu
Gambar 4-14
Gambar 4-15
(3) Kasus Finite Acting Reservoir dengan OBC = Constant pressure, IBC = Constant
pressure
pi
rw
Radius
Gambar 4-16
re
pwf = C
Waktu
Gambar 4-17
(4) Kasus Finite Acting Reservoir dengan OBC = Constant pressure, IBC = Constant rate
Steady state artinya tekanan di setiap titik di reservoir tidak berubah terhadap waktu.
pi
q=C
p
rw
Radius
re
Waktu
Gambar 4-18
Gambar 4-19
(5) Kasus Finite Acting Reservoir dengan OBC = No flow, IBC = Constant pressure
pi
rw
Radius
re
pwf = C
Waktu
Gambar 4-20
Gambar 4-21
(6) Kasus Finite Acting Reservoir dengan OBC = No flow, IBC = Constant rate.
Pseudosteady state artinya tekanan di setiap titik di reservoir menurun terhadap waktu
dengan laju penurunan konstan.
pi
q=C
p
C
dt
rw
Radius
Gambar 4-22
re
Waktu
Gambar 4-23
Productivity Index
Productivity index didefinisikan sebagai perbandingan laju produksi liquid dalam STB/day
terhadap pressure drawdown di tengah interval atau zona produksi. Secara matematis
productivity index dituliskan sebagai berikut :
q
STB/day/psi
p p wf
Productivity index merupakan besaran untuk mengukur potensi sumur atau kemampuan
sumur untuk berproduksi. Untuk menghitung productivity index dari data uji produksi, sumur
dibiarkan berproduksi sampai waktu yang cukup lama, sehingga dapat dianggap telah
mencapai periode pseudosteady state. Productivity index sebaiknya dihitung pada kondisi
demikian karena hanya pada keadaan aliran pseudosteady state beda antara p dan pwf akan
konstan. Seperti disebutkan di atas periode pseudosteady state dicirikan oleh perubahan
tekanan terhadap waktu yang konstan. Sedangkan untuk periode aliran lainnya, hal tersebut
tidak berlaku, sehingga kemungkinan besar perhitungan productivity index menjadi tidak
akurat. Telah ditunjukkan di atas bahwa untuk periode pseudosteady state berlaku hubungan :
p p wf
0.00708kh
B ln(re / rw ) 0.75
sehingga :
J
0.00708kh
B ln(re / rw ) 0.75
Injectivity Index
Terminologi ini digunakan untuk sumur injeksi. Sumur injeksi tersebut dapat berupa disposal
well atau sumur injeksi dalam proyek perolehan sekunder (secondary recovery) atau pressure
maintenance. Injectivity index didefinisikan sebagai perbandingan laju injeksi dalam STB/day
terhadap kelebihan tekanan di atas tekanan reservoir yang menyebabkan laju injeksi tersebut,
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
q
p wf p
STB/day/psi
Prinsip Superposisi
Dari apa yang telah dipaparkan pada bagian solusi analitik di atas dan keadaan nyata di
lapangan yang dapat dimodelkan oleh masing-masing solusi analitik tersebut, dapat dikatakan
bahwa solusi persamaan difusivitas yang paling banyak aplikasinya adalah solusi Ei-function,
yaitu solusi analitik pendekatan untuk periode aliran transien. Namun, seperti ditunjukkan
pada contoh di atas, terlihat bahwa solusi tersebut seolah-olah hanya dapat digunakan untuk
menghitung distribusi tekanan pada reservoir infinite-acting akibat produksi dari satu sumur
dan yang paling membatasi pemakaiannya adalah bahwa solusi tersebut digunakan untuk
sumur yang berproduksi dengan laju alir konstan dan dimulai dari t = 0. Prinsip superposisi
dapat dipakai untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, sehingga solusi Eifunction dapat digunakan, misalnya untuk kasus reservoir yang diproduksi dengan jumlah
sumur yang lebih dari satu (superposition in space) dan kasus sumur yang berproduksi
dengan laju produksi variabel (variable rate wells superposition in time). Landasan prinsip
superposisi sebenarnya adalah konsep matematik, yaitu berawal dari sifat khusus integral
yang dinyatakan oleh teori integral konvolusi (atau dikenal pula sebagai Faltung atau
Duhamels principle) yang berkaitan dengan definisi Laplace transform. Secara sepintas,
teori integral konvolusi tersebut dapat dijelaskan pada bagian di bawah ini.
Teori Integral Konvolusi
Secara umum, Laplace transform suatu produk dua fungsi bukanlah produk dari masingmasing Laplace transform. Ada sejenis product dari dua fungsi f dan g, yang ditulis
sebagai f g, sehingga :
L[f g ] = L[f ] L[g ]
= F(s) G(s)
di mana F(s) dan G(s) adalah masing-masing Laplace transform dari f(t) dan g(t), sedangkan
L adalah simbol operasi transfomasi Laplace dengan s sebagai parameter transformasi.
Operasi produk (dengan simbol ) di atas disebut dengan konvolusi yang menyatakan
bahwa konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai berikut :
t
(f g )( t ) f ( t )g ()d ,
0
untuk t 0
sehingga
t
Karena bentuk integral seperti itu maka relasi di atas sering disebut dengan integral
konvolusi. Dengan demikian, teori konvolusi menyatakan bahwa transformasi Laplace dari
konvolusi dua fungsi adalah produk dari Laplace transform masing-masing fungsi. Secara
ringkas, sifat-sifat teori konvolusi menghasilkan relasi dan operasi sebagai berikut :
1. L[f g] = F G
2. L-1[FG] = f g
(inversi)
3. f g = g f
(sifat komutatif)
Tentukan L-1
s (s 4) 2
Penyelesaian :
1
Jika F(s) =
dan G(s) =
s
1
(s 4) 2
=1
t e 4 t , sehingga diperoleh :
t e 4t
= 1 e 4 d
0
1 4t
1
1
e [t ]
4
4 16
Selain menjadi dasar prinsip superposisi baik superposition in time maupun superposition in
space, teori integral konvolusi juga diaplikasikan untuk mendapatkan solusi constant
pressure production dari solusi constant rate production (dikenal sebagai van EverdingenHurst identity) dan mengatasi non-linieritas dari persamaan diferensial parsial akibat adanya
product ct dalam persamaan difusivitas untuk aliran gas nyata. Namun, hal ini tidak dibahas
secara rinci dalam diktat ini.
Walaupun landasan teori dari prinsip superposisi berawal dari sifat integral yang dinyatakan
oleh teori integral konvolusi (atau Faltung atau Duhamels principle), namun untuk tujuan
pembahasan aplikasinya dalam teknik reservoir, prinsip superposisi akan dinyatakan dengan
cara berikut :
penambahan solusi pada persamaan diferensial linier menghasilkan solusi baru terhadap
persamaan differensial awal. Oleh karena itu, jika pressure drop suatu sumur dapat
dimodelkan oleh satu solusi, pressure drop di sumur lain yang juga dapat dimodelkan oleh
solusi yang sama (tentu dengan hasil yang mungkin sama atau mungkin juga berbeda) dapat
ditambahkan pada pressure drop sumur pertama dan hasilnya berupa solusi baru untuk sumur
pertama tersebut. Dengan kata lain, pressure drop total, p, pada suatu lokasi di dalam
reservoir sama dengan jumlah pressure drop di lokasi tersebut yang diakibatkan oleh
pressure drop masing-masing sumur, pj, yang ada dalam reservoir tersebut. Sebagai contoh,
anggap tiga buah sumur, yaitu Sumur A, B, dan C mulai berproduksi pada waktu yang sama
dari suatu reservoir infinite-acting, maka pressure drop di Sumur A adalah :
(pi pwf)total di Sumur A = (pi p)akibat Sumur A + (pi p)akibat Sumur B + (pi p)akibat Sumur C
Contoh untuk superposition in space yang lain adalah situasi di mana pressure drop akibat
produksi satu atau lebih sumur dimonitor di satu sumur observasi seperti ditunjukkan oleh
diagram skematik berikut :
Sumur
observasi
r1
r2
Sumur 1
q1 p1
2
Sumur
q
p
2 2
Gambar 4-24
Pada diagram tersebut Sumur 1 berproduksi sebesar q1 dan menyebabkan pressure drop
sebesar p1 dan Sumur 2 berproduksi sebesar q2 dan menyebabkan pressure drop sebesar p2.
Sumur observasi tidak berproduksi. Dengan menerapkan prinsip superposisi, maka pressure
drop yang terukur di sumur observasi adalah :
p t p1 p 2 .
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 50
Dengan contoh kasus di atas, maka solusi persamaan difusivitas dapat digunakan untuk
memodelkan satu jenis well testing yang disebut dengan interference test atau pulse test.
Interference test pada dasarnya adalah untuk menentukan parameter reservoir dari respon
tekanan di suatu sumur akibat produksi dari satu atau lebih sumur yang lain.
Jika kita gunakan solusi Ei-function dan pendekatan logaritmik, untuk contoh kasus pertama,
pressure drop total diberikan oleh persamaan berikut :
pA
(p i p wf ) total di Sumur A
70.6 q A B
c t r wA 2
0.5772 2 s A
0.00105 k t
kh
ln
70.6 q B B
kh
c t r AB 2
Ei
0
.
00105
kt
70.6 q C B
kh
c t r AC 2
Ei
0
.
00105
kt
pt
=
p1 + p 2
70.6 q1 B
70.6 q 2 B
kh
kh
c t r12
Ei
0.00105kt
c t r 2 2
Ei
0.00105kt
Contoh aplikasi superposisi yang lain, yang juga penting, adalah memodelkan pressure drop
dalam reservoir terbatas (finite). Walaupun Ei-function solution diperoleh untuk reservoir
infinite, namun dengan prinsip superposition in space hal tersebut dapat dilakukan. Tinjau
suatu sumur yang berlokasi pada jarak d dari no-flow boundary yang berupa sebuah patahan
seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
Fault (patahan)
Sumur
Sumur Bayangan
q1 p1
r1
r2
Sumur Observasi
pt
Gambar 4-25
Sumur tersebut berproduksi sebesar q1 yang menyebabkan pressure drop sebesar p1. Secara
matematis, kasus ini identik dengan kasus suatu sumur yang berjarak 2d dari suatu sumur
bayangan, yaitu suatu sumur yang mempunyai sejarah produksi yang sama dengan sumur
nyata. Dengan kata lain, sistem satu sumur yang berada dekat no-flow boundary sama
dengan sistem dua sumur nyata - bayangan dan ini disebut dengan method of image. Hal ini
dikarenakan garis yang berada pada jarak yang sama antara kedua sumur nyata-bayangan
dipandang sebagai no-flow boundary yang artinya sepanjang garis tersebut gradien tekanan
adalah nol, sehingga tidak ada aliran. Jadi, kasus ini sama dengan dua sumur yang berada
pada reservoir infinite. Dengan demikian pressure drop di sumur adalah :
(p i p wf )
70.6 q B c t r w 2
0
.
5772
2
s
=
ln
kh 0.00105 k t
70.6qB c t (2d ) 2
Ei
kh 0.00105kt
Pressure drop yang terukur di sumur observasi yang berjarak r1 dari sumur nyata dan r2 dari
sumur bayangan adalah :
pt
=
p1 + p bayangan
c t r12
70.6qB
Ei
kh
0
.
00105
kt
c t r 2 2
70.6qB
Ei
kh
0
.
00105
kt
Contoh aplikasi prinsip superposisi yang paling penting adalah yang menyangkut dimensi
waktu atau yang dikenal dengan sebutan superposition in time.
persamaan difusivitas dengan prinsip superposisi dapat digunakan untuk memodelkan sumur
dengan laju produksi bervariasi (variable-rate producing wells) seperti diilustrasikan oleh
gambar skematik berikut :
q2
q2 - q1
q1
t1
pwf
pi
p akibat q1 : p1
p akibat (q2 q1 ) : p2
t1
Gambar 4-26
Pada gambar di atas, suatu sumur berproduksi sebesar q 1 dari t = 0 sampai t = t 1. Pada t = t2,
laju produksi berubah menjadi q2. Masalah yang harus dipecahkan adalah: pada waktu t > t2,
berapakah tekanan di sumur? Dengan menggunakan prinsip superposisi seperti contohcontoh di atas, kasus ini dapat dipandang sebagai perhitungan tekanan sumur total dari
kontribusi tiap sumur, namun sekarang lokasi sumurnya tetap. Jadi pressure drop total
diakibatkan oleh pressure drop di Sumur 1 akibat q1 dengan t = t, yaitu p1, dan pressure
drop di Sumur 2 akibat q2 q1 dengan t = t - t1, yaitu p2. Superposition in time ini dapat
digambarkan secara skematik sebagai berikut :
q2
q2 - q1
q1
t1
Sumur 1
q1
t1
q
Sumur 2
q2 - q1
t1
Gambar 4-27
Oleh karena itu, pressure drop total yang diakibatkan oleh masing-masing pressure drop
Sumur 1 dan Sumur 2 diberikan oleh hubungan berikut :
p t p1 p 2
c t r w 2
70.6q1B
2s
Ei
kh
0.00105kt
+
c t r w 2
70.6(q 2 q1 )B
Ei
2s
kh
0
.
00105
k
(
t
t
)
1
Karena perhitungan dilakukan r = rw (di sumur), argumen fungsi Ei cukup kecil, sehingga
dapat digunakan pendekatan logaritmik :
70.6q1B 1688 c t r w 2
2s
pt
ln
kh
kt
70.6(q 2 q1 )B
kh
1688 c t r w 2
ln
2s
k
(
t
t
)
1
2
1
500 ft
1000 ft
Penyelesaian:
c t r 2
70.6 q B
Ei
p = p i p( r , t )
0.00105 k t
kh
Jika p1 = pressure drop akibat Sumur 1 dan p2 = pressure drop akibat Sumur 2, berlaku :
(0.16)(0.44)(18x 10 6)(500) 2
70.6 ( 250)(0.44)(1.32)
Ei
p1 =
( 25)(43)
0.00105(25)(8x 24)
= 9.535 [ Ei ( 0.063)]
= 9.535(2.249) = 21.44
(0.16)(0.44)(18x 10 6)(1000) 2
70.6 (400)(0.44)(1.32)
Ei
p1 =
(25)(43)
0.00105(25)(5x 24)
= 15.256[ Ei ( 0.402)]
= 15.256(0.702) = 10.71
Jadi,
p1
sekitar lubang sumur. Beberapa parameter reservoir yang dapat diperoleh dari hasil pressure
transient testing di antaranya adalah tekanan reservoir, permeabilitas rata-rata reservoir (lebih
tepat permeabilitas efektif dalam radius pengujian), transmisibilitas, faktor skin, produktivitas
dan damage ratio (yaitu perbandingan produktivitas teoretis terhadap produktivitas nyata),
jari-jari (atau volume) pengurasan, batas reservoir, dan anomali yang terjadi di reservoir,
misalnya perubahan permeabilitas karena adanya barrier atau layering.
Di atas telah disebutkan bahwa data yang dihasilkan dari pressure transient testing adalah
perubahan tekanan terhadap waktu. Data tersebut diperoleh melalui cara pengujian yang
berupa flow test (pressure drawdown test) di mana sumur dibiarkan berproduksi setelah
ditutup sementara waktu, kemudian penurunan tekanan di sumur dicatat atau melalui cara
pengujian yang berupa pressure buildup test di mana sumur ditutup, setelah berproduksi
dalam selang waktu tertentu, kemudian kenaikan tekanan di sumur dicatat. Pada bagian
berikut dibahas tentang kedua tes tersebut khususnya dalam hal cara analisis data
menggunakan solusi persamaan difusivitas yang telah dibahas di muka. Namun, perlu
disebutkan di sini bahwa pembahasan analisis data dari kedua tes tersebut hanyalah sebagai
pengantar dan bertujuan semata-mata untuk memberikan ilustrasi aplikasi solusi persamaan
difusivitas. Banyak hal yang harus dipelajari untuk memahami secara lebih jauh tentang
metodologi analisis data pressure transient testing.
Flow Test
Sesuai dengan namanya, flow test dilakukan dengan membuka sumur dan mengalirkan fluida
pada laju alir konstan (atau pada laju produksi yang menurun secara kontinu maupun pada
laju alir yang berbeda-beda/multirate) setelah sumur ditutup sementara. Penutupan sumur
harus cukup lama dan aliran harus sampai stabil (stabilized flow). Suatu flow test yang ideal,
berupa pengujian dengan laju alir konstan pada reservoir infinite-acting, dapat dimodelkan
oleh solusi analitik pendekatan persamaan difusivitas, yaitu pendekatan logaritmik terhadap
solusi Ei-function. Oleh karena itu, analisis atau interpretasi data hasil tet dapat dilakukan
dengan menggunakan Persamaan 4-17 :
162.6 q B
kt
log
p( r , t ) p i
r2
kh
ct
3.23
p wf ( t ) p i
162.6 q B
kt
3.23
log
c r 2
kh
t w
1688 c r 2
162.6 q B
t w
log
p wf ( t ) p i
kh
kt
karena log 1688 = 3.23. Untuk suatu reservoir dengan p i, q, , B, k, h, , ct, dan rw konstan,
maka Persamaan 4-22 dapat ditulis sebagai berikut :
pwf = b + m log(t)
di mana :
b = konstanta
m = konstanta =
162.6qB
kh
(4-29)
Dengan demikian, jika data yang digunakan diambil pada waktu-waktu, awal yaitu pada
periode aliran transien, plot pwf vs. t pada kertas semilog akan berbentuk garis lurus dengan
kemiringan m. Sudah tentu, hal tersebut dapat terjadi jika asumsi yang digunakan untuk
mendapatkan Persamaan 4-22 terpenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
162.6qB
mh
p wf p i
162.6 q B
4A
0.2339 q Bt
log
2
kh
A h ct
1.781 C A rw
Jika pi, q, , B, k, h, A, , ct, dan rw konstan, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai
berikut :
pwf = b + mt
di mana :
b = konstanta
m = konstanta =
0.2339qB
Ah c t
Dengan demikian, jika data yang digunakan diambil melalui tes yang dilakukan cukup lama,
sehingga tercapai periode pseudosteady state, plot pwf vs. t pada kertas kartesian akan
berbentuk garis lurus dengan kemiringan m. Pada periode aliran ini, gangguan dari sumur
telah mencapai batas reservoir. Oleh karena itu, data yang diperoleh dapat digunakan untuk
menghitung volume daerah pengurasan (volume reservoir) dengan persamaan berikut :
Ah =
0.2339qB
.
m' c t
Selanjutnya, data dari pressure drawdown test juga dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai kerusakan formasi. Data yang dipakai adalah yang berasal dari periode
transien. Seperti telah dikemukakan di atas, van Everdingen dan Hurst menyatakan bahwa
(p)s, yaitu pressure drop tambahan akibat adanya damage di sekitar lubang sumur, dapat
dimodelkan dengan persamaan steady state aliran radial berikut ini :
( p) s
141.2qB
s
kh
Jika dari data pada periode aliran transien diperoleh plot pwf vs. t pada kertas semilog yang
berbentuk garis lurus dengan kemiringan m :
m=
162.6qB
kh
maka
(p)s = 0.869 m s
(4-30)
Dari Persamaan 4-30 terlihat bahwa jika s berharga positif, terdapat pressure drop tambahan
(pressure drop berharga positif), artinya ada kerusakan di sekitar lubang sumur. Dengan
demikian, jika (p)s ini ditambahkan ke dalam persamaan untuk menghitung pwf ideal
(keadaan normal tanpa kerusakan), diperoleh:
162.6 q B
kt
log
3.23 0.869 s
p wf p i
r 2
kh
ct w
Persamaan di atas dapat diubah bentuk (rearranged) untuk mendapatkan harga skin faktor
sebagai berikut :
p i p wf
kt
s 1.151
log
3.23
c t rw 2
162.6qB
kh
Jadi, jika pi, q, , B, k, h, , ct, dan rw diketahui, skin factor dapat dihitung jika pwf dan t
diketahui. Keduanya diperoleh dari plot pwf vs. t pada periode aliran transien dan biasanya
diambil untuk t = 1 jam, sehingga p = p1 jam. Dengan memasukkan harga m absolut diperoleh :
p i p1 jam
k
s 1.151
log
3.23
2
m
c t rw
(4-
31)
Buildup Test
Pressure buildup testing dimulai dengan memproduksikan sumur dengan laju produksi
konstan untuk waktu yang cukup lama sampai terjadi stabilized pressure pada periode
pseudosteady state, menutup sumur (biasanya di permukaan), sehingga tekanan di sumur naik
(builds up) dan kemudian perubahan tekanan tersebut dimonitor dan dicatat terhadap waktu.
Dengan demikian, keuntungan pressure buildup test adalah dalam hal kontrol karena menjaga
produksi dengan laju produksi konstan sama dengan nol (yaitu menutup sumur) relatif
mudah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak ada produksi selama testing berlangsung.
Bahkan sering terjadi sumur sulit untuk diproduksikan kembali setelah dilakukan penutupan.
Pressure buildup test dapat dimodelkan dengan prinsip superposisi (superposition in time).
Perhatikan proses pengujian buildup seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut :
Sumur 1
q
0
tp
Sumur 2
0
-q
tp
t
t
q
0
Pressure buildup
testing
tp
Gambar 4-28
Suatu sumur dialirkan dengan laju produksi konstan sebesar q. Pada waktu t = t p, sumur
kedua yang berlokasi sama dengan sumur pertama, dialirkan dengan laju produksi konstan
sebesar q, sementara sumur pertama dibiarkan tetap mengalir dengan laju alir q. Waktu
pengaliran sumur kedua dinyatakan sebagai t. Ketika pengaruh kedua sumur dijumlahkan,
sebagai aplikasi dari prinsip superposisi, hasilnya adalah model untuk sebuah sumur yang
diproduksikan pada laju produksi q selama tp dan kemudian ditutup selama t. Oleh karena
itu, untuk menganalisis data pressure buildup test, digunakan persamaan aproksimasi
logaritmik, Persamaan 4-17 , untuk masing-masing sumur :
p( r , t ) p i
162.6 q B
kt
log
c r2
kh
3.23
sehingga, jika pws = tekanan penutupan di sumur, dengan prinsip superposisi diperoleh :
162.6 q B k ( t p t
log
3.23
p ws ( t ) p i
kh
c t rw 2
k t
162.6 (q) B
log
3.23
c r 2
kh
t w
di mana tp = waktu sumur berproduksi sebelum penutupan dan t = waktu penutupan. Jika
persamaan di atas disusun ulang, diperoleh :
p ws ( t ) p i
t p t
162.6 q B
log
kh
t
p ws ( t ) p i
70.6 q B t p t
ln
kh
t
atau
(4-32)
Oleh karena itu, plot antara pws vs. (tp + t)/t pada kertas semilog akan berupa garis lurus.
Plot ini disebut dengan Horner plot dengan kemiringan :
m
162.6qB
kh
162.6qB
mh
Dengan cara yang sama seperti pada analisis data hasil pressure drawdown test, faktor skin
dapat diperoleh dengan persamaan yang sama namun untuk t = tp (t = 0) berlaku :
p (t 0) p
k tp
t
wf
ws
s 1.151
log
3.23
2 t t
m
c t rw p
di mana m berharga negatif. Tekanan penutupan pws diambil secara sembarang dari data pada
selang t dari periode transien. Biasanya, diambil pada t = 1 jam dan disebut dengan p 1 jam.
Karena tp umumnya lebih besar dari 1 jam, maka pada t = 1 jam dianggap (tp + t) = tp,
sehingga:
p wf (t 0) p1 jam
k
s 1.151
log
3.23
2
m
c t rw
(4-33)
Metode analisis dan interpretasi data well test untuk masing-masing jenis tes di atas dengan
menggunakan solusi persamaan aliran dalam media berpori dapat dibedakan satu sama lain
sebagai metode untuk analisis data dari pressure buildup test dan metode untuk analisis data
dari pressure drawdown test seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Radius Investigasi
Radius investigasi adalah jarak rambat tekanan transien yang diukur secara radial dari lubang
sumur. Pandang distribusi tekanan terhadap jarak radial dari sumur yang sedang berproduksi
seperti ditunjukkan di atas. Dua hal penting dari kurva distribusi tekanan tersebut adalah :
(1) Jika sumur berproduksi pada laju konstan, maka tekanan di sumur menurun sejalan dengan
bertambahnya waktu aliran. Demikian pula tekanan di tiap titik di reservoir.
(2)
Radius investigasi penting diketahui, setidaknya untuk menentukan apakah informasi tentang
karakteristik reservoir yang nantinya akan diperoleh dari data test telah mencakup luas atau
radius pengujian yang cukup besar atau tidak. Untuk menentukan radius investigasi, tinjau
solusi persamaan difusivitas (line-source solution) yaitu untuk kasus sumur pada reservoir
infinit berikut :
2
c
p p i 1 e r / 4 t
t
c1 r 2 / 4t c1 r 2 r 2 / 4t
e
e
2
3
t
4t
0.000264k
c t
maka
2
c t r i 2
c t r i 2
ri =
=
tm
948
4 (4)(0.000264)k
k
atau
kt
r i
948
ct
1/ 2
(4-
34)
Metode Analisis Data Buildup Test
(1) Metode Horner untuk infinite acting reservoir. Informasi yang dapat diperoleh adalah skin
faktor s, permeabilitas k, apparent wellbore radius rwa, dan flow efficiency FE.
(2) Metode MDH (Miller, Dyes, and Hutchinson) untuk finite acting reservoir (atau disebut
juga dengan bounded reservoir).
(3) Metode MBH (Mathews, Brons, and Hazebroek) disebut juga dengan metode p* untuk
memperoleh harga tekanan rata-rata reservoir pada daerah pengurasan.
Pressure Buildup Test Ideal
Ideal dalam hal ini artinya sistem reservoir memiliki sifat berikut :
Maka solusi Eifunction dan pendekatan logaritmik berlaku, artinya Horner plot yaitu plot
pws vs. log (t p + t)/t dapat digunakan yaitu menurut persamaan yang diperoleh dari prinsip
superposisi berikut :
p ws ( t ) p i
t p t
162.6 q B
log
kh
t
t p t
pada kertas semilog yang menghasilkan garis lurus.
t
162.6qB
kh
(4)
162.6qB
mh
=1
maka diperoleh pi. Dalam hal ini, waktu penutupan yang lama artinya t harganya besar
sekali dibandingkan dengan tp.
pi
pws
100
10
Gambar 4-29
5. Hitung skin faktor s :
k tp
1 jam p wf
s 1.151
log
3.23
2
m
c t rw t p 1
; m = positif
p1 jam p wf
k
s 1.151
log
3.23
2
m
c t rw
Teori dan Aplikasi Persamaan Difusivitas, hal. 65
Time region:
pws
ETR
MT
R
LTR
ETR = Early
MTR = Middle
LR = Late
p1 jam
t = 1 jam
Gambar 4-30
Sebagian data yang diplot dan memberikan garis lurus adalah hanya pada bagian tengah yang
dikenal dengan middle time region (MTR). Maka, metode Horner harus digunakan pada
MTR.
Untuk menjelaskan hal tersebut, digunakan konsep radius investigasi. Berdasarkan konsep
ini, kurva pressure buildup dapat dibagi menjadi tiga bagian seperti di atas karena secara
logika terdapat pergerakan yang bertahap mulai dari lubang sumur sampai ke batas luar
reservoir seperti ditunjukkan oleh gambar berikut :
Sumur
Gangguan transient
tekanan merambat
menjauhi sumur
Gambar 4-31
ETR = Early Times Region, transien tekanan bergerak di sekitar sumur
MTR = Middle Times Region, transien tekanan sudah menjauhi lubang sumur
LTR = Late Times Region, transien tekanan telah mencapai batas luar daerah
pengurasan/reservoir.
Perkiraan Tekanan Reservoir Dari Buildup Test
Untuk daerah pengurasan sumur yang sederhana, misalnya bentuk-bentuk lingkaran,
segiempat, dan segitiga, pi dapat ditentukan dengan menggunkan teori pressure buildup ideal.
Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi atau menentukan MTR terlebih dahulu,
kemudian diekstrapolasi ke harga (tp + t)/t = 1.
p = pi
ETR
MTR
LTR
pws
Infinite
reservoir
Gambar 4-32
p pi
ETR
MTR
LTR
pws
Jika batas
reservoir telah
dicapai
Gambar 4-33
Untuk menggunakan metode di atas, harus dipenuhi keadaan di mana tidak ada pressure
depletion (volume pengurasan konstan), yang artinya masih dalam keadaan transien. Jika ada
pressure depletion, pi tidak dapat ditentukan dengan cara di atas. Yang bisa dihitung adalah
tekanan rata-rata di dalam daerah pengurasan, p . Seperti telah disebutkan sebelumnya,
metode untuk menentukan p yang populer adalah MBH p* method. Caranya adalah dengan
menggunakan korelasi, yaitu plot :
kh p * p
vs.
70.6qB
dise
0.000264 k t p
c t A
but PDMBH
disebut tDA
p * m PDMBH
2.303
a.
t (jam)
(tp + t)/ t
0
0.15
0.2
0.3
0.4
0.5
1
2
4
6
7
8
12
16
20
24
30
40
50
60
72
90900
68200
45400
34100
27300
13600
6860
3410
2270
1950
1710
1140
853
683
569
455
342
274
228
190
pws (psia)
3534
3680
3723
3800
3866
3920
4103
4250
4320
4340
4344
4350
4364
4373
4379
4384
4393
4398
4402
4405
4407
= 0.039
B = 1.136 bbl/STB
ct =17 x 10-6 psi-1
rw = 0.198 ft (berada di tengah daerah
pengurasan berbentuk segi empat
2640 x 2640 ft; re adalah radius
lingkaran dengan luas yang sama)
re = 1489 ft
o = 53 lbm/cuft
h
= 69 ft
b.
p p
2,303
p DMBH
c.
t DA
0.000264 k t
ct A
4,50
2,9
3,45
1,0
Penyelesaian:
Horner plot yaitu pws vs. (tp + t)/ t dari data tersebut di atas ditunjukkan pada gambar
semilog plot berikut :
Dari plot di atas, ditentukan bagian linier mempunyai hubungan sebagai berikut :
pws (psia
(tp + t)/ t
4290
10000
4440
100
Catatan: Data yang tidak berupa garis lurus di atas adalah ETR karena afterflow distortion
atau wellbore storage effect. Bentuk S pada kurva berakhir pada t = 6 jam. Jika
diperhatikan, dua titik terakhir sudah mulai menyimpang dari garis lurus yang ditentukan.
Dengan kata lain, MTR bermula pada t = 6 jam dan berakhir pada t = 50 jam.
a.
sehingga
k
162.6qB (162.6)(250)(1.136)(0.8)
=
= 7.14 md
(75)(69)
mh
kt
948 c t
1/ 2
r i
(7.14)(6)
(7.14)(50)
948(0.039)(0.8)(17 x10
1/ 2
= 292 ft
dan pada t = 50 jam :
kt
ri
948 c t
1/ 2
948(0.039)(0.8)(17 x10
1/ 2
= 843 ft
Dibandingkan dengan luas reservoir yang dicakup oleh radius ekuivalen = 1489 ft, daerah
yang disampel oleh pressure buildup test ini sudah cukup menggambarkan sebagian
besar dari reservoir.
b.
t DA
0.000264kt p
c t A
0.000264(7.14)(13630)
(0.039)(0.8)(17 x 10 6) ( 2640) 2
= 6.95
Dengan menggunakan persamaan garis dari data grafik MBH yang diberikan, untuk tDA =
6.95 diperoleh pDMBH = 6.74, sehingga :
p p * p DMBH
m
2.303
dengan
t p t
p* p ws @
maka
p p * p DMBH
c.
m
75
= 4590 (6.74)
= 4370 psi
2.303
2.303
Untuk menghitung skin factor diperlukan p1jam yang dapat diperoleh dari gambar dengan
cara ekstrapolasi ke t = 1 jam atau dihitung dengan persamaan garis. Jika digunakan cara
yang pertama, untuk t = 1 jam diperoleh
t t 13631 1
13631
t
1
p1jam p wf
k
s = 1.151
log
3.23
2
m
c t rw
4295 3534
7.14
log
3.23
75
(0.039)(0.8)(17 x 10 6 (0.198) 2
= 1.151
= 5.57
1688 c r 2
162.6 q B
t w 0.8695
log
p wf ( t ) p i
kh
kt
(Persamaan 4-35)
162.6qB
kh
Seperti pada kasus pressure buildup test, permeabilitas k dapat dihitung dari pembacaan harga
m pada kurva. Demikian pula skin factor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
p i p1jam
k
s 1.151
log
3.23
2
m
c t rw
pwf
ETR
, m positif
MTR
LTR
Log t
Gambar 4-34
Contoh 6: Analisis Data Pressure Drawdown Test
Contoh ini diambil dari Problem 7.26 Craft dan Hawkins halaman 269.
Pressure drawdown test dilakukan pada suatu sumur baru dengan laju produksi minyak
(viskositas = 3.3 cp, faktor volume formasi 1.55 bbl/STB) konstan sebesar 550 STB/day.
Tekanan awal reservoir adalah 4150 psia. Jika efek wellbore storage diabaikan, hitung:
a.Permeabilitas formasi
b.
Skin factor
t (jam)
pwf (psi)
4025
4006
3999
3996
3993
3990
10
3989
20
3982
30
3979
40
3979
50
3978
60
3977
70
3976
80
3975
Data lainnya: porositas 34.3%, kompresibilitas total 10-5 psi-1, ketebalan formasi 93 ft, dan
radius sumur 0.5 ft.
Penyelesaian:
a. Berdasarkan plot pwf vs waktu pada kertas semilog berikut dengan kemiringan garis
lurus m = -20.0, maka permeabilitas dihitung sebagai berikut :
k
162.6qB
mh
162.6(550)(3.3)(1.55)
= 246 md
( 20)(93)
b. Dari plot pwf vs. waktu pada kertas semilog yang sama diperoleh p 1 jam = 4008 psi, dan
kemiringan garis lurus m = -20.0, maka faktor skin dihitung sebagai berikut :
p i p1jam
k
s 1.151
log
3.23
2
m
c t rw
4150 4008
(246)
log
3.23 = 2.75
20
(0.343)(3.3)(10 5)(0.5) 2
s 1.151
c. Berdasarkan plot pwf vs. waktu pada kertas kartesian berikut dengan kemiringan garis
lurus m = -0.10, maka volume pengurasan dihitung sebagai berikut :
Ah =
0.2339(550)(1.55)
0.2339qB
=
= 1.99 x 108 ft3
m' c t
(0.10)(10 5)
Daftar Pustaka:
1. Craft, B.C., Hawkins, M.: Applied Petroleum Reservoir Engineering, Revised by Terry,
R.E., Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ (1991).
2. Dake, L.P.: Fundamentals of Reservoir Engineering, Elsevier Scientific Publishing Co.,
New York, NY (1978).
3. Golan, M. and Whitson, C.H.: Well Performance, 2nd Ed., Prentice Hall, Englewood
Cliffs, N.J., 1991.
4. Lee, W.J.: Well Testing, Textbook Series, SPE, Richardson, TX (1982), 1.
5. van Everdingen A.F. and Hurst, W.: The Application of the Laplace Transformation to
Flow Problems in Reservoirs, Trans., AIME (1949) 186, 305-24.
6. Matthews, C.S. and Russell, D.G.: Pressure Buildup and Flow Tests in Wells, Monograph
Series, SPE of AIME, Richardson, TX (1967) 1.
7. Permadi, A.K.: Modeling Simultaneous Oil and Water Flow with Single-Phase Analytical
Solutions, Ph.D. Dissertation, Texas A&M University, College Station, TX (1997).
8. Carslaw, H.S.: Introduction to the Mathematical Theory of the Conduction of Heat in
Solids, Dover Publications, New York, NY (1945).
Definisi
Satuan
Bg
Bo
Bt
Bw
kompresibilitas isothermal
psi-1
CA
CD
tanpa satuan
cf
psi-1
cg
psi-1
ct
psi-1
cw
psi-1
ketebalan formasi
ft
injectivity index
STB/day-psi
productivity index
STB/day-psi
permeabilitas batuan
md
kg
md
ko
md
kw
md
ft
tekanan
psia
pb
tekanan saturasi
psia
pD
tekanan dimensionless
pi
psia
pwf
psia
pws
STB/day (likuid)
ft
rD
jarak/radius dimensionless
re
ft
rw
ft
saturasi fluida
Sg
saturasi gas
So
saturasi minyak
Sw
saturasi air
waktu
jam
tD
waktu dimensionless
tp
jam
bbl/day-ft2
porositas batuan
massa jenis
lb/ft3
viskositas fluida
cp
rasio mobilitas
hydraulic diffusivity
INDEKS
B
Build up test 55
C
Closed outer bondary 16,18
Constant pressure outer bondary 17,18
D
Dietz shape factor 34,35,38
Difusi panas 2
Dimensionless cumulative production 15
Dimensionless outer radius 15
Dimensionless pressure 15
Dimensionless radius 15
Dimensionless rate 15
Dimensionless time 15
Dimensionless variable 15
Dimensionless wellbore storage coefficient 15
H
Hydraulic diffusivity 58
I
Infinite acting reservoir 16,18
Injectivity index 42
Integral konvolusi 43
L
Laplace transform inversion 13
M
Metode solusi 11
Modified Bessel function 20
O
Operator curl 3
Operator del-dot 3
Operator matematika 2
Operator nabla 3
P
Periode pseudo-steady state 25,32
Periode steady-state 25,37
Periode transien 25
Persamaan diferensial parsial 10
Persamaan difusivitas 2
Persamaan gerak 6,7,9
Persamaan keadaan 6,7,9
Persamaan kontinuitas 4,6,7,9
Presscribed pressure outer bondary 19
Prinsip superposisi 43
Productivity index 42
R
Radius investigasi 57
Radial flow 10
Ramp function pressure 19
Ramp function rate 19
S
Solusi analitik 14
Solusi analitik eksak 16
Solusi analitik pendekatan
25