Anda di halaman 1dari 11

Kanker payudara (carcinoma mammae) termasuk dalam golongan penyakit kanker,

yaitu suatu kelompok penyakit yang dikarakterisasi oleh pertumbuhan sel tidak terkendali,
invasi jaringan lokal, dan metastasis jauh. Kanker payudara timbul dari pertumbuhan tak
terkendali sel epitel kelenjar mammary sehingga disebut sebagai karsinoma.
PATOFISIOLOGI
Kanker payudara, seperti penyakit kanker lainnya, terjadi karena proses pembelahan
sel yang tidak terkendali akibat terjadinya mutasi gen-gen tertentu yang meregulasi
mekanisme pembelahan dan pertumbuhan sel. Diawali dengan transformasi sel epitel
payudara dari normal menjadi hiperplasia, diikuti dengan kemunculan atipia kemudian
menjadi malignan. Sel-sel malignan terus berkembang dari karsinoma non-invasif menjadi
karsinoma invasif kemudian menjadi sel yang potensial untuk bermetastasis.
Berdasarkan keganasan, kanker payudara dibagi menjadi dua jenis yaitu invasif dan
non-invasif. Masing-masing jenis dibagi lagi menjadi dua jenis berdasarkan tipe sel
kankernya yaitu Lobular dan Ductal.
Kanker payudara non invasiv (Carcinoma in situ)
Sel-sel epitel malignan berproliferasi dan menumpuk pada lobul (kelenjar susu) atau
duktus (saluran susu), tetapi sel-sel ini tidak memiliki perubahan genetik yang cukup untuk
menembus membran basal. Dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Ductal carcinoma
insitu (DCIS) dan Lobular carcinoma insitu (DCIS)
Kanker payudara invasiv (Carcinoma invasive / Infiltrating carcinoma)
Karsinoma invasif berpenetrasi melewati membran basal menuju ke jaringan stroma
payudara. Di bagian ini, sel-sel malignan berpotensi untuk menginvasi pembuluh-pembuluh
sehingga mampu mencapai nodus-nodus limfe dan jaringan yang lebih jauh. Dibedakan
menjadi 5 jenis, yaitu:
1.

Invasive/ Infiltrating LobularCarcinoma

2.

Invasive/ Infiltrating Ductal Carcinoma

3.

Medullary Carcinoma

4.

Mucinous (Colloid) Carcinoma

5.

Tubular Carcinoma

6.

Invasive Papillary Carcinoma

7.

Metaplastic Carcinoma
FAKTOR RESIKO
1. Faktor Usia

2. Faktor Endokrin
Kebanyakan berhubungan dengan durasi menstruasi selama hidup. Yang dapat meningkatkan
faktor resiko terkena kanker payudara diantaranya:

Menstruasi yang lebih awal ( usia < 12 th).

Menopause yang terlambat ( usia 55 th),

Penggunaan terapi pengganti hormon (Hormon replacement therapy/ HRT)


postmenopause.

Nullyparity dan usia yang terlambat kehamilan pertama ( 30 th)


Ooforektomi (pengangkatan rahim) sebelum usia 40 diketahui mengurangi resiko kanker
payudara.
3. Faktor Genetik
Resiko meningkat jika terdapat riwayat pribadi maupun riwayat keluarga yang pernah terkena
kanker payudara. Yaitu adanya abnormalitas gen BRCA1 pada kromosom 17 (17q21), dan
gen BRCA2 pada kromosom 13. Gen-gen tersebut berfungsi sebagai gen supresor tumor,
mempertahankan integritas genomik, dan perbaikan DNA. Mutasi gen baik pada BRCA1
maupun BRCA2 berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara dan ovarium.
Untuk pasien diketahui beresiko tinggi, disarankan melakukan uji mutasi BRCA1 atau
BRCA2. Jika positif, dapat dilakukan beberpa pilihan penanganan, yaitu mastektomi
profilaksis dan atau ooforektomi, kemoterapi preventif (dengan Tamoxifen/Raloxifen), atau
mammography berkala.
Gen lain yang telah diidentifikasi terkait dengan diturunkannya kanker payudara adalah
TP53, CHK2, PTEN, dan ATM.
4. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup

Pola makan yang cenderung tinggi lemak (misalnya daging, mengandung derivat
amin heterosiklik, yang beberapa diantaranya karsinogen) dan kurang serat serta
mikronutrien (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian).

Body Mass Index (BMI) dan distribusi lemak tubuh.

Kurangnya aktivitas fisik.

Mengkonsumsi alkohol.

Terkena paparan radiasi pada usia muda (< 20 th)


GEJALA

1.

Terdapat ruam-ruam pada kulit di sekitar payudara, areola atau puting terlihat
bersisik, memerah dan membengkak.

2.

Keluar cairan dari puting susu.

3.

Terjadi pembengkakan dan penebalan kulit di daerah payudara.

4.

Terdapat benjolan di daerah bawah lengan.

5.

Puting susu menjadi lunak.

6.

Perubahan ukuran atau bentuk payudara.

7.

Putting susu tertekan ke dalam (sebagian atau seluruhnya).


DIAGNOSIS
Diagnosis Awal : tujuannya adalah untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya kanker
payudara. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara dan serta terapi
dini dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan terapi lebih banyak kepada
pasien.
Tiga diagnosis dini yang dapat dilakukan yaitu:
1. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali sebulan.
SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid.
Intinya adalah dengan melihat kesimetrisan atau perubahan bentuk payudara, meraba untuk
mengetahui ada tidaknya benjolan pada permukaan payudara dan pada ketiak bagian bawah,
dan memencet puting untuk mengetahui ada tidaknya cairan/darah yang keluar.
2. SARANIS (Periksa Payudara Secara Klinis)
Jika terdapat ketidaknormalan payudara dari SADARI, maka dilanjutkan ke SARANIS.
Prosedurnya sama seperti SADARI, tetapi dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk lebih memastikan kondisi payudara apakah hal yang dicurigai
termasuk kanker atau bukan.
3. Mammography
Yaitu pemeriksaan penunjang dengan X-ray pada payudara. Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara yang tidak
terlihat saat pemeriksaan fisik. Mammography dapat mendeteksi adanya massa (gumpalan)
dan mikrokalsifikasi. Pemeriksaan ini cukup efektif untuk wanita berusia di atas 40 tahun.

Selanjutnya, jika ditemukan ada kelainan atau kecurigaan dari serangkaian deteksi dini di
atas, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis pasti.
Diagnosis Lanjutan
1. Ultrasound
Yaitu menggunakan gelombang suara yang diarahkan pada jaringan payudara. Hasilnya
diterima oleh komputer dan diinterpretasikan dalam bentuk gambar. Ultrasound dapat
memperlihatkan adanya padatan (benjolan), kista atau campuran keduanya. Kista tidak selalu
menunjukkan terjadi kanker, namun padatan (benjolan) kemungkinan kanker.
2. MRI
Dapat memperlihatkan perbedaan antara jaringan yang normal dan jaringan yang tidak
normal. Jika terdapat benjolan yang dapat teraba, atau adanya ketidaknormalan
dari imaging (Mammography, Ultrasound, atau MRI) maka dilakukan:
3. Biopsi
Untuk menentukan adanya sel kanker dan tipe sel kanker tersebut, dan status hormone
reseptor (ER/PR) dan status gen HER2 (human epidermal growth factor receptor-2). Biospi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu biopsi jarum dan biopsi eksesional (dengan
pembedahan).
STADIUM
UICC (International Union Against Cancer dari WHO) atau AJCC (American Joint
Committee On Cancer) merekomendasikan klasifikasi stadium kanker berdasarkan sistem
TNM.
T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau
pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau
ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla

N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan


N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum
M (Metastasis) , penyebaran jauh :
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
Berdasarkan penilaian TNM tersebut, maka:
Stadium 0 : T0 N0 M0 : Karsinoma insitu, tumor tidak menembus membran basal
Stadium 1 : T1 N0 M0 : Tumor 2 cm dan belum menyebar ke kgb
Stadium 2A : T0 N1 M0, T1 N1 M0, T2 N0 M0.
Stadium 2B : T2 N1 M0, T3 N0 M0.
Stadium 3A : T0 N2 M0, T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0
Stadium 3B : T4 N0 M0, T4 N1 M0, T4 N2 M0 :Tumor telah tumbuh pada dinding dada atau
kulit
Stadium 3C : Tiap T N3 M0
Stadium 4 : Tiap T- N -M1 : telah terjadi metastasis jauh ke organ lain (terutama tulang, hati,
otak, paru-paru) atau ke kgb yang jauh dari payudara.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
a. Operasi/Pembedahan/Mastektomi
Dilakukan untuk menghilangkan tumor primer. Operasi diindikasikan pada kanker payudara
stadium dini (stadium I dan II), kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan
tertentu, keganasan jaringan lunak pada payudara. Operasi dikontraindikasikan pada kondisi
tumor melekat dinding dada, edema lengan, nodul satelit yang luas, mastitis inflamator.
Ada beberapa macam mastektomi:
1.

Lumpektomi: adalah pengambilan benjolan dan sedikit jaringan normal payudara


yang mengelilingi benjolan tersebut.

2.

Mastektomi Total atau Sederhana: adalah pengambilan keseluruhan payudara


termasuk puting susu, beberapa dari nodus limfe di bawah ketiak seringkali diambil pada
prosedur ini untuk dilakukan biopsi. Kadang-kadang operasi dilakukan untuk kedua payudara
(double mastectomy) yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk wanita dengan risiko
tinggi kanker payudara.

3.

Mastektomi Radikal: adalah pengambilan keseluruhan payudara, nodus limfe aksila,


dan otot pektoral (dinding dada) di bawah payudara.

4.

Mastektomi Radikal Termodifikasi: melibatkan pengambilan keseluruhan payudara


dan beberapa nodus limfe aksila, tetapi otot pektoral masih dipertahankan. Operasi ini paling
banyak dilakukan untuk wanita dengan kanker payudara yang keseluruhan payudaranya harus
dibuang.
b. Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar atau partikel berenergi tinggi. Terapi
dengan menggunakan radiasi/ penyinaran digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di
tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening (kelenjar
limfe) regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastasis tulang,
metastasis kelenjar limfe aksila. Ini dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi untuk
tumor yang terlokalisasi pada suatu area. Radiasi memberikan efek samping berupa
peradangan otot, kelelahan, kulit menjadi gatal, kering, dan kemerahan. Efek samping radiasi
yang jarang terjadi adalah cacat paru-paru, lymphoedema, kerusakan hati, sarkoma (kanker
jenis lainnya).
Terapi radiasi ada dua jenis yaitu:
Radiasi eksternal
Radiasi diberikan secara eksternal (dari luar tubuh) dimana radiasi ini dihasilkan oleh mesin
sinar-X berenergi tinggi yang disebut linear accelerator. Radiasi eksternal biasanya tidak
diberikan sebelum jaringan payudara yang dioperasi sembuh. Apabila pasien diberi
kemoterapi, terapi radiasi biasanya ditunda sampai kemoterapi telah selesai. Prosedur radiasi
eksternal ini tidak sakit, dan hanya menghabiskan waktu beberapa menit. Umumnya radiasi
eksternal diberikan 5 kali seminggu selama 6-7 minggu. Dosis radiasi yang diberikan adalah
45-50 Gy dengan 1,2-2 Gy/fraksi atau 42,5 Gy dengan 2,66 Gy/fraksi.
Radiasi internal (Brachytherapy)
Brachytherapy atau radiasi internal menggunakan zat radioaktif yang ditempatkan secara
langsung ke dalam jaringan payudara dekat dengan daerah kanker. Radiasi internal umumnya

digunakan sebagai booster dengan dosis 10-16 Gy dengan 2 Gy/fraksi. Metodenya ada dua
yaitu Intracavitary brachytherapy (dengan menggunakan balon berisi radioaktif yang
ditanam dalam jaringan payudara) dan Interstitial brachytherapy(menggunakan kateter yang
diberikan pelet radioaktif).
c. Pola hidup yang sehat

Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan terutama yang mengandung vitamin C

Menghindari rokok dan alkohol

Berolah raga secara teratur.

Mengurangi lemak.

Mengkonsumsi suplemen anti-oksidan.

Makan lebih banyak serat.

Makan lebih banyak tahu dan makanan yang mengandung kedelai.

Mengurangi terlalu banyak makanan gorengan dan juga yang mengandung protein
dan lemak tinggi serta jeroan.

Membatasi makanan yang diolah dengan suhu tinggi dan lama atau dengan
pengolahan tertentu yang dapat menimbulkan prokarsinogen seperti makanan yang diasinkan,
diasap, dibakar, dipanggang sampai keluar arang (gosong) . Yang terbaik adalah makanan
yang direbus.

Hati-hati dengan penggunaaan pemanis buatan, pewarna makanan serta zat pengawet
yang berlebihan. Makanan terbaik adalah makanan segar.
TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi farmakologi pada kanker payudara dapat berupa adjuvant atau neo adjuvant.
Terapi neoadjuvant diberikan sebelum operasi dilakukan. Tujuannya adalah untuk membuat
modalitas terapi lain lebih efektif dengan mengurangi kelimpahan tumor dan merusak
mikrometastasis.
Terapi adjuvant adalah penggunaan agen sistemik yang diberikan mengikuti terapi operasi
dan pembedahan untuk memusnahkan penyakit mikrometastasis.
Terapi farmakologi terdiri dari kemoterapi, terapi endokrin, dan terapi biologi. Pemilihan
regimen terpai farmakologi yang akan digunakan tergantung pada status menopause, stadium
kanker, status hormon reseptor ER/PR, dan status HER-2 dari pasien.
a. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat yang bersifat sitotoksik baik
secara parenteral ataupun oral. Kemoterapi bekerja dengan menyerang sel-sel yang
membelah dengan cepat sehingga obat ini dapat bekerja pada sel kanker. Tetapi sel-sel lain
dalam tubuh seperti sumsum tulang, epitel usus, folikel rambut adalah sel yang membelah
dengan cepat sehingga sangat dipengaruhi oleh kemoterapi. Kemoterapi bersirkulasi secara
sistemik sehingga dapat mengobati kanker primer dan penyakit metastasis. Berdasarkan hasil
beberapa studi, regiman kemoterapi kombinasi lebih efektif dibandingkan agen kemoterapi
tunggal. Pemberian awal kemoterapi kombinasi efektif ketika tumor masih kecil sehingga
dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan dan meminimalkan munculnya klon sel
tumor yang resisten terhadap obat.
Kemoterapi biasanya diawali 3 minggu setelah operasi penghilangan tumor primer.Walaupun
durasi optimal pemberian kemoterapi tidak diketahui dengan pasti, tetapi biasanya diberikan
12 24 minggu dan tergantung dari regimen yang digunakan. Pemberian kemoterapi
dilakukan secara bersiklus dengan tiap periodenya diikuti periode recovery. Intensitas dosis
dan densitas dosis menjadi faktor penting untuk mencapai hasil terapi kanker payudara yang
optimal. Intensitas dosis adalah jumlah obat yang diberikan per unit waktu dan biasanya
ditulis dalam milligram per luas permukaan tubuh per minggu (mg/m 2 per minggu).
Peningkatan dosis, penurunan waktu, atau keduanya dapat meningkatkan intensitas dosis.
Densitas dosis adalah suatu cara untuk mencapai intensitas dosis tetapi tidak dengan
meningkatkan jumlah obat yang diberikan misalnya dengan peningkatan dosis, tetapi dengan
menurunkan siklus pemberian obat.
Berikut adalah kemoterapi yang sering digunakan dalam terapi kanker payudara.
1. Inhibitor topoisomerase: Adriamisin(doxorubicyn), Epirubicin
Merupakan kemoterapi turunan antrasena. Inhibitor topoisomerase berinterkalasi dengan
DNA sehingga menyebabkan perubahan struktur yang akan mengganggu sintesis DNA dan
RNA.
2. Zat pengalkilasi: Cytoxan (cyclophospamide)
Merupakan kemoterapi turunan nitrogen mustard. Cytoxan membentuk ikatan kovalen antara
gugus alkil yang reaktif dengan gugus nukleofilik dari protein atau asam nukleat sehingga
menyebabkan crosslink DNA dan replikasi DNA terhambat.
3. Antimetabolit: 5-Fluorouracil, Gemcitabine, Methotrexate

5-Fluorouracil merupakan analog basa pirimidin uracil. Dimetabolisme menjadi menjadi


bentuk aktif fluorodeoxyuridine monophosphate, dengan adanya folat bentuk aktif ini
berikatan dan mengganggu kerja timidilat sintase yang berperan dalam sintesis basa timidin.
Gemcitabine merupakan kemoterapi analog cytidine. Gemcitabine bergabung dengan DNA
sehingga menghambat aktivitas DNA polimerase. Juga menghambat aktivitas enzim
ribonukleotida

reduktase

yang

berfungsi

mengubah

ribonukleotida

menjadi

deoksiribonukleotida.
Methotrexate merupakan kemoterapi yang bersifat antifolat. Bekerja dengan menghambat
kerja dihidrofolat reduktase (DHFR) yang berperan dalam mengubah folat menjadi
tetrahidrofolat, dimana tetrahidrofolat diperlukan dalam sintesis purin dan timidin pada DNA.
4. Taxane: Paclitaxel, Docetaxel
Merupakan kemoterapi yang bersifat antimitotik. Bekerja dengan cara berikatan dengan
tubulin sehingga menginduksi polimerisasi tubulin, membentuk mikrotubul nonfungsional
dan menghambat angiogenesis.
b. Terapi endokrin
Terapi endokrin atau terapi hormonal hanya bisa digunakan jika status hormon reseptor
pasien ER/PR positif. Sasaran terapi endokrin pada kanker payudara adalah menurunkan
tingkat estrogen yang bersirkulasi atau mencegah efek estrogen terhadap sel kanker payudara
(terapi sasaran) dengan cara menghambat reseptor hormon atau menurunkan kehadiran
reseptor tersebut. Keberhasilan sasaran pertama tergantung pada status menopause pasien,
tetapi keberhasilan sasaran kedua tidak tergantung pada status menopause.
Terdapat 6 kelas terapi endokrin kanker payudara, yaitu:
1. Inhibitor aromatase: anastrozole, letrozole, dan exemestane
Enzim aromatase mengkatalisis pengubahan androgen menjadi estrogen di ovarium pada
wanita pre menopause dan di jaringan ekstra glandular; termasuk payudara dan sel kanker
payudara pada wanita post menopause. Oleh karena itu, inhibitor aromatase dapat
menurunkan secara efektif tingkat estrogen yang bersirkulasi. Inhibitor aromatase hanya
digunakan pada wanita post menopause.
2. Anti estrogen

Anti estrogen berikatan dengan reseptor estrogen yang menghambat reseptor transkripsi gen
sehingga menghambat efek estrogen pada target. Kelas agen dibagi menjadi dua kategori
farmakologi,

yaitu Selective

Estrogen

Receptors

Modulators (SERMs),

contohnya

tamoxifene dan toremifene, serta anti estrogen murni atau Selective Estrogen Receptors
Downregulating (SERDs) yaitu fulvestrant.
3. Analog Luteinizing Hormon Releasing Hormon (LHRH): goserelin, leuprolide, triptorelin
Mekanisme analog LHRH pada kanker payudara adalah menurunkan reseptor LHRH di
pituitari. Penurunan jumlah hormon luteinizing menyebabkan penurunan estrogen.
4. Progestin: megestrol acetate, medroxyprogesterone
Progestin merupakan obat third-line setelah pasein gagal pada inhibitor aromatase dan anti
estrogen.
5. Estrogen: diethylstilbestrol, ethinyl estradiol, estrogen terkonjugasi
Estrogen dosis tinggi dapat digunakan untuk pengobatan kanker payudara metastasis namun
sampai sekarang mekanismenya tidak jelas diketahui. Sekarang terapi estrogen telah
digantikan dengan terapi anti estrogen.
6. Androgen:fluoxymesterone
Androgen dosis tinggi juga jarang digunakan karena efek sampingnya dan terdapat obat
pilihan yang lebih dapat ditoleransi (contohnya inhibitor aromatase).
c. Terapi biologi
Terapi biologi adalah terapi bertarget dan disebut juga imunoterapi yang akan memicu sistem
imun untuk melawan kanker. Terapi biologi hanya dapat digunakan pada kanker payudara
yang status HER-2-nya positif.
1. Transtuzumab
Trastuzumab adalah antibodi monoklonal manusia yang terikat dengan epitop spesifik dari
protein Human Epidermal Growth Factor Reseptor (HER-2). Mekanisme kerja trastuzumab
adalah dengan memblokir pertumbuhan sel tumor, mensinyal imun dan bekerja bersama
kemoterapi.
Transtuzumab telah disetujui dalam terapi kanker payudara metastatis sebagai obat tunggal
atau dalam kombinasi dengan paclitaxel. Transtuzumab juga menunjukkan manfaat dalam

pengobatan ajuvan pada kanker payudara yang positif HER-2 yang diberikan selama 1 tahun
dalam kombinasi dengan kemoterapi.
2. Lapatinib
Lapatinib adalah inhibitor tyrosine kinase yang menarget HER2 dan reseptor faktor
pertumbuhan epidermal (EGFR atau HER1). Molekul kecil ini bekerja intraselular untuk
mematikan secara aktif jalur signal dari dua reseptor tersebut sehingga menghambat
pertumbuhan dan pembelahan sel. Lapatinib digunakan untuk kanker payudara metastasis,
terutama yg tidak berespon pada kemoterapi dan transtuzumab. Umumnya diberikan dalam
kombinasi dengan capecitabine.
FOLLOW UP
1.

Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan payudara, dada, leher dan ketiak setiap 3
bulan sekali selama dua tahun dan setiap 6 bulan sekali selama 5 tahun sejak didiagnosa
kanker.

2.

Pemeriksaan mammogram dan SADARI secara rutin.


Pasien perlu melaporkan perubahan yang terjadi pada payudaranya dan gejala-gejala lain
yang timbul seperti nyeri, hilangnya nafsu makan atau bobot badan, perubahan dalam
menstruasi, perdarahan pada vagina yang tidak terkait periode menstrual, dan penglihatan
yang kabur.
Prosedur-prosedur diagnostik seperti x-ray, tes darah, bone scan, dan computed tomography
(CT) tidak diperlukan kecuali pasien memiliki gejala-gejala kekambuhan kanker. Karena efek
dari pengobatan kanker payudara ini akan banyak mengubah kehidupan seorang wanita,
maka amat diperlukan dukungan dari keluarga dan teman. Bila diperlukan maka konseling
akan sangat membantu pasien.

Anda mungkin juga menyukai