Anda di halaman 1dari 237

BAHAN AJAR

KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
(TK 401212)

Penyusun:
Dra. Sri Indriati.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

TAHUN 2011

Mata Kuliah

: Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kode Mata Kuliah : TK 401212


Penyusun

: Dra. Sri Indriati,M.Si

NIP

: 19590114 198803 2 001

Buku ajar ini telah diperiksa dan di setujui untuk digunakan sebagai bahan kuliah
bagi mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makassar,

September 2008

Ketua Jurusan
Ketua UP3AI,

Teknik Kimia,

Ir. Abdi Wibowo, M.T.

Ir. Swastanti Brotowati, MSi.

NIP 19650117 199103 1 002

NIP 19560909 198903 2 002

Mengetahui:
Pembantu Direktur I

Ir. Muas, M.T.


NIP

KATA PENGANTAR

Rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT. atas selesainya penyusunanbuku


ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Buku ajar ini disusun sebagai bahan acuan
dalam pengajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Jurusan Teknik Kimia sesuai
dengan kurikulum yang disusun pada tahun 2008.

Buku ajar ini di pakai dalam beberapa pokok bahasan berdasarkan Kesehatan dan
keselamatan kerja, zat-zat kimia berbahaya, alat-alat pelindung diri dan kebakaran.
Diharapkan dengan adanya pembagian kategori ini mahasiswa dapat menjelaskan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja, zat-zat berbahaya, alat-alat pelindung diri
dan kebakaran. Di akhir pelajaran diharapkan mahasiswa mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kesehatan dan keselatan kerja, zat-zat kimia
berbahaya, alat-alat pelindung diri dan kebakaran serta mengevaluasi apakah
pengajaran yang dilakukan telah sesuai dengan tujuan pelaksanaan pengajaran
Kesehatan dan keselamatan kerja.

Diharapkan dengan disusunnya penuntun praktikum ini maka akan meningkatkan


minat mahasiswa terhadap kesehatan dan keselamatan kerja serta membangun
kemampuan penalaran mahasiswa.

Penyusun sangat menyadari kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini, karenanya


sangat diharapkan adanya kritikan atau saran yang menunjang.

Makassar, oktober 2011


Penyusun

Kontrak Perkuliahan/Pedoman Perkuliahan Mahasiswa

KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
Pengajar

Semester

: Sri Indriati

: I

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Jurusan

: Teknik Kimia

Nama Mata Kuliah : Kesehatan dan keselamatan kerja


No. Kode

: TK 401212

SKS

: 2 (2x50=100 menit/minggu x16 minggu/semester = 1600 menit/semester)

Semester

Deskrispsi Singkat : Mata kuliah ini memuat pengetahuan dasar tentang bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
langkah-langkah yang perlu di ambil untuk menghindari kecelakaan kerja dan peralatan keselamatan di
tempat kerja serta aspek hukum yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.

TIU

: Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini dalam satu semester, mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana bekerja dengan aman di lingkungan laboratorium dan industri, mengenal bahaya dan jenisjenis bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja, mengidentifikasi bahan-bahan kimia berbahaya
berdasarkan sifat fisikanya, mengetahui kegunaan pakaian pelindung diri, mengetahui bagaimana
terjadinya kebakaran, bahaya kebakaran, jenis-jenis pemadaman kebakaran, menjelaskan bagaimana
cara memadamkan kebakaran, mengetahui managemet laboratorium serta aspek-aspek hukum.

Tujuan Instruksional Khusus

Pokok Bahasan

Sub Pokok Bahasan

Waktu

Pustaka

No.
1.

2.

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menjelaskan
perbedaan antara keselamatan dan
keamanan, menguraikan sistim
organisasi keselamatan kerja, mampu
menganalisa data-data keselamatan.

Keamanan dan
keselamatan
kerja

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menjelaskan prinsip
keamanan dan keselamatan kerja
serta dapat menyebutkan alat
keselamatan kerja di laboratorium

Keselamatan
kerja di
laboratorium

3.

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menjelaskan prinsip
keamanan dan keselamatan kerja di
pabrik sesuai klasifikasi masingmasing pabrik.

Azas
keselamatan
kerja di pabrik

Keamanan dan
keselamatan kerja
Pembatasan keamanan
dan keselamatan kerja
Statistik kecelakaan
akibat kerja
Organisasi keselamatan
kerja

2x50

Keselamatan kerja
dalam laboratorium kimia
Sebab-sebab
kecelakaan di laboratorium
Jenis-jenis kecelakaan
dan bahaya dalam
laboratorium
Sumber-sumber bahaya
dalam laboratorium
Alat keselamatan kerja.
Managemen keamanan
dan keselamatan kerja di
pabrik
Keselamatan kerja di
pabrik
Tujuan keselamatan
kerja di pabrik.

2x50

3)1-1 s/d 1-4


1) 1 - 4

4) 1 2
4) 2 4
4) 4 5
4) 5 6
1) 292-302

2x50

1) 26-27
1)311-318
1) 1 - 4

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian, tujuan kesehatan kerja,
penyakit akibat kerja, pencegahan dan
penanggulangannya serta faktor-faktor
yang dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja

Kesehatan kerja

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menguraikan
tentang bahaya bahan-bahan kimia
sesuai pengelompokan berdasarkan
sifat-sifat fisika dari bahan-bahan
kimia tersebut.

Kebahayaan zat
kimia

Pengertian dan tujuan


kesehatan kerja
Penyakit akibat kerja
Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit
akibat kerja
Pengendalian
lingkungan kerja
Kebahayaan zat kimia
Bahan-bahan kimia
berbahaya dan cara
penanganannya
Label dan penyimpanan
bahan kimia

2x50

2x50

5) 1 - 9

1) 268-278
4) 7 29
3)2-1 s/d 2-12
3)4-1 s/d 4-12
4) 30 - 53

Setelah mengikut kuliah ini,


mahasiswa dapat menjelaskan kriteria
kebakaran, cara pemadaman
kebakaran, bahan / jenis-jenis
pemadam kebakaran, serta alat
pemadam api ringan

Kebakaran

Bagaimana terjadinya
kebakaran, meluasnya
kebakaran, merambatnya
kebakaran, menembusnya
api kebakaran, ketahanan
penembusan api, loncatnya
api kebakaran, pembentukan
dan penyebaran asap
Dasar-dasar
pemadaman kebakaran,
jenis-jenis pemadam
kebakaran
Alat pemadam api
ringan

2x50

Peralatan perlindungan diri


Alat-alat pelindung diri

2x50

Organisasi keselamatan

7.

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menjelaskan dan
menggunakan macam-macam alat
pelindung diri dari spesifikasinya

Alat Pelindung
diri

Setelah mengikuti kuliah ini,

Managemen

3) 3-1 s/d 3-4


3) 3-5 s/d 3-8
4) 54 56
!) 51 74
1) 104 - 112

1) 58 62
3)5-1 s/d 5-8

2x50

1) 26 - 27

mahasiswa dapat menjelaskan


peraturan-peraturan untuk bekerja di
laboratorium dan pabrik

kesehatan dan
keselamatan
kerja

Setelah mengikuti kuliah ini,


mahasiswa dapat menguraikan aspekaspek hukum, hak dan kewajiban
tenaga kerja maupun pabrik

Aspek-Aspek
Hukum

kerja

Undang-undang
keselamatan kerja, syaratsyarat keselamatan kerja,
kewajiban dan hak tenaga
kerja, kewajiban pangurus

DAFTAR KEPUSTAKAAN:
1. Sumamur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
2. Sutrisno, 1993, Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT Badak LNG Bontang
3. Anonim, Keamanan dan Keselamatan Laboratorium, PEDC Bandung
4. Sumanto Imamkhasani, 1990, Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia, Gramedia
5. Tarba Hermana, 1993, Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT Badak LNG Bontang

2x50

KONTRAK PERKULIAHAN

Nama Mata Kuliah

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kode Mata Kuliah

TK 401212

Pengajar

Sri Indriati

Semester

1. Manfaat Matakuliah
Di jurusan

teknik kimia seluruh rangkaian tugas-tugas praktikum di

laboratorium maupun di bengkel gelas atau bengkel mekanik, harus memperhatikan


dan menjaga keselamatan dalam bekerja, Resiko tersebut juga dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang terwujud karena kecelakaan atau keteledoran dan sebab
lain diluar kemampuan manusia. Mengetahui setiap kemungkinan bahaya dalam
pekerjaan agar mampu mengendalikan bahaya itu serta mengurangi resiko sekecilkecilnya adalah suatu hal yang sangat penting bagi mahasiswa. Kemampuan untuk
mengendalikan bahaya seperti bahaya racun pestisida, zat radioaktif atau bahaya
kebakaran gas alam cair, memungkinkan mahasiswa memanfaatkan mata kuliah ini
dengan sebaik-baiknya. Karena bekerja di laboratorium kimia tak lepas dari
kemungkinan bahaya dari berbagai bahan kimia. Dengan memahami semua aspek
bahaya dalam laboratorium, memungkinkan
kesehatan dan keselamatan kerja.

mahasiswa dalam menciptakan

2. Deskripsi Perkuliahan

Mata kuliah ini merupakan pengetahuan dasar mengenai keselamatan dan


kesehatan kerja. Untuk dapat memahami materi yang diperoleh diperlukan
pengetahuan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja
baik di laboratorium atau bengkel gelas, zat-zat kimia berbahaya berdasarkan sifat
fisikanya maupun

faktor-faktor teknis penyebab terjadinya kebakaran serta

pemadaman kebakaran. Usaha ini selalu diawali dengan memberi pemahaman


kepada mahasiswa betapa pentingnya menjaga keselamatan dalam bekerja
terutama dengan zat-zat kimia.
Materi yang akan diajarkan meliputi, keamanan dan keselamatan kerja,
keselamatan kerja di laboratorium dan pabrik, kebahayaan zat-zat kimia, alat
pelindung diri, kebakaran, management laboratorium dan aspek hukum keamanan
dan keselamatan kerja. Diharapkan dengan materi yang diajarkan ini dapat
membantu

mahasiswa memahami betapa pentingnya arti keselamatan dalam

bekerja .

3. Tujuan Instruksional

Pada akhir perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1

Menjelaskan tentang perbedaan keselamatan dan keamanan serta dapat


menyebutkan batasan-batasannya.

2. Mengetahui cara pertolongan pertama pada korban yang mendapat kecelakaan


dalam bekerja dilaboratorium.
3. Mengetahui kebahayaan zat-zat kimia berdasarkan sifat fisikanya dan cara
penanggulangan limbah zat-zat kimia tersebut.

4. Mengetahui sebab-sebab terjadinya kebakaran, cara memadamkan kebakaran


serta alat dan bahan pemadaman kebakaran.
5. Mengenal dan dapat menggunakan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan
tempat dan kondisi dimana kita bekerja.
6. Menjelaskan managemen keamanan dan keselamatan kerja.
7. Menjelaskan aspek-aspek hukum dari keamanan dan keselamatan kerja.

4. Organisasi Materi = pokok-pokok bahasan dari yang rendah sampai


yang tinggi
Pada Bagian ini dijelaskan organisasi atau urutan materi, dapat ditampilkan dalam bentuk diagram
Kesehatan dan keselamatan kerja

Transfer massa antar fasa

Difusi molekuler dalam kedaan tetap

Humidifikasi

Evaporator

Pengeringan zat padat

4. Strategi Perkuliahan
Metode perkuliahan pada mata kuliah ini menggunakan ceramah dan diskusi
di kelas agar terjadi komunikasi dua arah serta tugas-tugas. Dalam

metode ini

dilakukan ceramah untuk menyampaikan kerangka berpikir, kemudian dilanjutkan


dengan diskusi untuk melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Dan tugas-tugas untuk membantu mahasiswa mencari dan mengenal
media lain sebagai bahan tambahan informasi selain literature dan bahan ajar dari
dosen..

5. Materi/Bacaan Perkuliahan
Buku/bacaan pokok dalam perkuliahan ini :

DAFTAR KEPUSTAKAAN:
6. Sumamur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
7. Sutrisno, 1993, Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT Badak
LNG Bontang
8. Anonim, Keamanan dan Keselamatan Laboratorium, PEDC Bandung
9. Sumanto Imam Khasani, 1990, Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium
Kimia, Gramedia

6. Tugas
1.

Setiap bacaan perkuliahan sebagaimana disebutkan pada jadwal program


harus sudah dibaca sebelum mengikuti kuliah.

2.

Anda diwajibkan mengerjakan tugas individual dan dikumpulkan pada


pertemuan berikutnya.

3.

Evaluasi tengah semester (Mid Test) dan evaluasi akhir semester (Final Test)
akan dilaksanakan sesuai dengan kelender akademik.

195

Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria sebagai


7. Kriteria Penilaian
berikut :
Nilai

Point

Range

80

70 79

60 69

50 59

50

Dalam menentukan nilai akhir akan digunakan pembobotan sebagai berikut :


Tugas

15%

Ujian Tengah Semester

30%

Ujian Akhir Semester

45%

Kehadiran

10%

8. Jadwal Perkuliahan

Pertemuan
I

Topik Bahasan

Bacaan/Bab

Kuliah pertama:

195

Penjelasan
umum
kontrak
perkuliahan dan materi secara
keseluruhan;
Perkenalan setiap mahasiswa

Keamanan dan keselamatan kerja


II
Keselamatan kerja di laboratorium
dan keselamatan kerja di pabrik.

III

Kesehatan kerja

Kebahayaan zat kimia


IV

Kebakaran

Alat pelindung diri


VI

VII

195

VIII

VIII

XII

XIII

XIV

XV

XVI
Evaluasi Akhir Semester

195

BAB I
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM
1.1. PETUNJUK UMUM
Masing-masing individu bertanggung jawab terhadap keselamatannya
sendiri dan keselamatan orang lain di sekitarnya.

195

Secara umum Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan bertanggung jawab


terhadap segala perlindungan keselamatan kerja mahasiswanya.
Setiap individu mengetahui bahwa semua bahan kimia yang digunakan
berbahaya dan hindari kontak antara bahan kimia dan pekerja .

Menyiapkan rencana meliputi:


Metode dan pereaksi yang digunakan
Keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium
Pencatatan data kegiatan selama melakukan penelitian atau analisa "

Menggunakan ruang asap.

Menggunakan Jas Lab, sarung tangan, pelindung mata dan lain -lain.

Menghindarkan bekerja sendiri di dalam laboratorium. Setiap orang harus


bekerja pada jam kerja dan ditemani analis/teknisi atau orang lain yang
mengerti cara kerja di laboratorium kimia. Bila akan bekerja diluar jam
kerja maka harus didiskusikan dulu dengan Dosen pembimbing atau Dosen
lain yang ditunjuk oleh Jurusan.
Dilarang menyalakan api di

Laboratorium Kimia. Untuk Alat Atomic

Absorbsion Spectrometer (AAS) di beri corong asap khusus . Bila


terpaksa maka api dapat dilaksanakan di ruang asap dan tidak boleh ditinggal
Metode penelitian atau metode analisis harus dipelajari terlebih dahulu untuk
mengetahui potensi bahaya, termasuk keamanan dan petunjuk
penggunaaan alat -alat yang akan digunakan pada penelitian atau analisa.
Lingkungan kerja harus dijaga agar tetap bersih.
Pintu keluar dan Emergency Exit di laboratorium harus tetap bersih
dari barang atau peralatan yang dapat menghalangi jalan keluar.

1.2. BAHAN KIMIA


Pendahuluan: Penanganan Bahan kimia
Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut bekerja dengan
bahan kimia bila tahu cara yang tepat untukmenanggulanginya. Yang dimaksud

195

berbahaya ialah dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan,


menyebabkan sakit atau luka, merusak, menyebabkan korosi dan sebagainya .
Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada
kemasannya. Dari data t ersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui dan
upaya penanggulangannya harus dilakukan bagi mereka yang menggunakan
bahan -bahan tersebut. Kadang -kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada
satu jenis bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan
bahan tersebut harus lebih ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah
meledak adalah kelompok bahan oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat
dsb. Bahan -bahan ini bila bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan
ledakan. Lo gam alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan
reaksi yang disertai dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti
eter, dan padatan anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka
ketika menggunakan bahan -bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api. Bahan
kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan racun kuat, harap
bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam tubuh. Asam -asam
anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa kor osi, maka hindarilah
jangan sampai asam tersebut tumpah ke permukaan dari besi atau kayu. Memang
penggunaan bahan -bahan tersebut di laboratorium tidak berjumlah banyak, namun
kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.

A. Petunjuk Umum
Anggap bahwa semua bahan kimia yang digunakan berbahaya dan hidari kontak
antara bahan kimia dan pekerja.
Bahan kimia disimpan di wadah tertutup.
Bahan kimia harus dipipet dengan menggunakan pippetter atau bulb karet.
Penanganan bahan kimia harus merujuk pada pot ensi bahaya bahan kimia tersebut
sesuai dengan Kepmen 187 tahun 1999 bahan kimia berbahaya.

195

B. Bahan Kimia Berbahaya


Berdasarkan Kepmen 187 tahun 1999 bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia
dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya
terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
Yang termasuk kategori bahan berbahaya adalah bahan -bahan yang mempunyai sifat :
Memancarkan radiasi
Mudah meledak
Mudah menyala atau terbakar
Oksidator
Racun
Karsinogenik
Iritasi
Sensitisasi
Teratogenik
Mutagenik
Korosif

B.1. Bahan Kimia Mudah Terbakar


Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat
juga dapat menghasilkan ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila
titik nyala > 21 C dan < 55 C pada tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan
sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21C dan titik didih < 20 C pada
tekanan 1 atm. Gas d inyatakan mudah terbakar jika titik didih < 0 C pada

195

tekanan 1 atm. Bahan mudah terbakar dapat diklasifikasikan menjadi:


1) Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar dalam

laboratorium adalah belerang

(sulfur), fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas. Pada


umumnya zat padat lebih. sukar terbakar daripada dalam bentuk cair.
Meski demikian zat padat berbentuk serbuk halus sangat mudah
terbakar.
2) Zat cair mudah terbakar
Kelompok ini adalah yang paling banyak ditemui di laboratorium
yang dikenal sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol,
aseton, benzena, heksan, dan lain-lain. Pelarut -pelarut tersebut pada
suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu
dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik.
Pengalaman menunjukkan bahwa uap pelarut dapat berdifusi sejauh 3
meter menuju titik api atau seolah -olah kita melihat api menyambar
pelarut organik pada jarak tersebut.

195

Kecenderungan suatu pelarut organik untuk mudah terbakar selain


ditentukan oleh titik nyala, titik bakar, dan daerah konsentrasi
mudah terbakar, juga ditentukan oleh titik didih. Suhu tersebut
menentukan banyak sedikimya, uap dihasilkan pada suhu tertentu.
Semakin

rendah

titik

di

dih,

berarti

semakin

mudah

menguap atau semakin mudah terbakar. Contohnya adalah eter dengan


titik didih 14 oC jauh lebih mudah terbakar daripada alkohol
dengan titik didih 79 oC. Selain itu berat jenis uap relatif terhadap
udara juga penting, karena uap l ebih berat dari udara akan
menyebabkan uap akan merayap di atas tanah. Sedang uap
yang lebih ringan dari udara akan cenderung naik ke atas, atau
membentuk kantong gas di atap gedung. Berat jenis pelarut organik
relatif terhadap air perlu pula diperhatikan. Pelarut organik yang lebih
ringan dari air dan tidak larut dalam air, seperti benzena, bensin, dan
heksan, bila terbakar akan amat berbahaya kalau disiram dengan air.
Contoh penggunaan beberapa pelarut organik dalam industri
antara lain adalah:

Industri cat: petroleum eter, alkohol, aseton, eter, heksan, MIBK


(Metil IsoButil Keton).

Industri kertas: karbon disulfide.


Pengolahan minyak: bensin, benzena, toluena, dan xilene.

3) Gas mudah terbakar


Gas mudah terbakar misaInya adalah gas alam, hidrogen, asetilen,
etilen oksida. Gas-gas tersebut amat cepat terbakar sehingga sering
menimbulkan ledakan.

195

Di bawah ini adalah karakter beberapa bahan organik mudah terbakar:

B.2. Bahan kimia mudah meledak


Bahan kimia mudah meledak adalah bila reaksi kimia bahan ter sebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan di sekelilingnya.

195

Bahan kimia eksplosif ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan
atau bahan peledak seperti trinitrotoluena (TNT), nit rogliserin, dan amonium
nitrat (NH4NO3). Bahan-bahan tersebut amat peka terhadap panas dan
pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan). Dibawah ini adalah struktur kimia
bahan yang bersifat explosive.

Selain itu ada jenis lain , contohnya di industri, yang bersifat eksplosif, yai tu
debu dan campuran eksplosif. Debu-debu seperti debu karbon industri
batubara, zat warna diazo dalam pabrik zat wama, dan magnesium dalam
pabrik baja adalah debu -debu yang sering menimbulkan ledakan. Eksplosif
dapat pula terjadi akibat pencampuran beberapa bahan, terutama bahan
oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun dalam penyimpanan.
Di bawah ini adalah contoh campuran bahan yang dapat bersifat eksplosif.

195

B.3. Bahan kimia reaktif terhadap air


Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat -zat tersebut bereaksi
secara eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar.
Adapun bahan -bahan kimia tersebut adalah :
Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca)
Logam halida anhidrat (alumunium tribromida.)
Logam oksida anhidrat (CaO)
Oksida non -logam halida (sulfuril klorida)
Bahan-bahan tersebut harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang
yang kering dan bebas dari kebocoran air hujan.

B.4. Bahan kimia rektif terhadap asam

195

Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan -bahan yang reaktif
terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan -bahan lain,
yaitu:
Kalium klorat/perklorat (KClO3)
Kalium permanganat (KMnO4)
Asam kromat (Cr2O3)
B.5. Bahan kimia korosif
Bahan korosif adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam.

Bahan kimia korosif antara lain adalah asam sulfat


(HNO3), asam klorida, (HCI), natrium

(H2SO4), asam nitrat

hidroksida (NaOH), kalsium

hidroksida Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).


B.6. Bahan kimia iritan
Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan
kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan
tubuh yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan
pada umumnya adalah bahan korosif.

195

Bahan kimia korosif seperti asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang
dioksida dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti kulit, mata, dan saluran
pernapasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan, iritasi
(gatal -gatal), dan sensitisasi jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok dengan
contoh -contoh sebagai berikut:
1) Bahan iritan padat

Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata. Contoh senyawa:
Anorganik Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium silikat
Kalsium hidroksida (Ca(OH) 2, CaO)
Kalium hidroksida (KOH)
Organik Asam tricloroasetat
Fenol (C6H5OH)
2) Bahan iritan cair
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang
menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein.
Contoh senyawa:
Anorganik : Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida

195

Organik : Asam format (asam semut) Asam asetat (cuka)


Karbon disuffida Hidrokarbon terhalogenasi
3) Bahan iritan gas
Bahaya terutama karena terhirup dan merusak saluran pernapasan.
Tergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya, gas iritan
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
Gas amat larut dalam air, merusak saluran pernapasan bagian atas.
Contoh: amoniak, asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam fluorida.
Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran pernapasan bagian atas
dan

bagian dalam. Contoh: sulfur dioksida, klor, krom .

Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pemapasan bagian dalam.


Contoh: ozon, fosgen, nitrogen dioksida .
B.7. Bahan kimia beracun
Bahan dinyatakan sebagai bahan beracun jika pemaparan melalui mulut LD50 >
25 atau 200 mg/kg berat badan, atau pemaparan melalui kulit LD50 > 25 atau
400 mg/kg berat badan, atau melalui pernapasan LD50 > 0,5 mg/L atau 2 mg/L.

195

Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam


jumlah

kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup

lainnya. Pada umumnya zat -zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian
beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat -zat
tersebut dapat langsung mengganggu organ -organ tubuh tertentu seperti hati,
paru -paru, dan lain -lain, tetapi dapat juga zat -zat tersebut berakumulasi
dalam tulang, darah, hati, ginjal, atau cairan limfa dan menghasilkan efek
kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat -zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencemaan , sel epitel, dan keringat. Sifat
toksik dari suatu zat, selain ditentukan oleh sifat alamiah suatu zat, juga
ditentukan oleh jenis persenyawaan dan keadaan fisik tersebut. Bahan -bahan
beracun dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yakni :
Senyawa logam dan metaloid
Bahan pelarut
Gas-gas beracun
Bahan karsinogenik
Pestisida
Contoh bahan kimia beracun adalah sebagai berikut:

195

B.8. Zat-zat karsinogen


Zat-zat karsinogen ialah zat -zat yang diketahui dapat menimbulkan kanker atau
tumor. Beberapa jenis amina aromatic (aromatic amines) diketahui bersifat
karsinogen. Beberapa hasil sampingan reaksi kimia yang sering dilakukan di
laboratorium juga diketahui bersifat karsinogen. Hasil sampingan seperti ini
tidak boleh diabaikan. Cont oh reaksi seperti itu di antaranya, formaldehida
dan hidrogen klorida di udara bereaksi cepat menghasilkan bischloromethyl
ether dengan konsentrasi tidak

terlalu

tinggi.

Zat

ini diketahui dapat

menyebabkan tumor pada tikus percobaan yang dibuat menghirup gas ini pada
konsentrasi serendah 1 bpj (bagian per juta - 1 ppm (part per million)). Zat
seperti itu juga dihasilkan pada reaksi -reaksi FriedelCraft menggunakan
metanal dan berbagai jenis klorida logam. Beberapa zat seperti metil yodida,
karbon tetraklorida, kloroform, dikloro metan, dan benzena (benzene) diketahui

195

dapat menimbulkan kanker pada hewan percobaan. Zat -zat berikut ini tidak
boleh digunakan di laboratorium :
1-dan 2- naftilamina;
nitrosamina (nitrosamine);
nitrosolenol (nitrosophenol);
nitronaftalen (nitronaphthalene)
beberapa difenil
benzidin;

yang tersubstitusi(substituted diphenyls)

seperti

o-dianisidin (o -dianisidine).
Zat-zat korosif atau kaustik ialah zat -zat yang merusak zat yang dikenainya.
Zat korosif sekaligus dapat beracun. Zat -zat jenis ini dapat digolong -golongkan
menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Asam, seperti asam -asam nitrat, asam -asam format, dan asam -asam sulfat.
2) Basa, seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, dan 0,880 larutan
amonia dengan air.
3) Zat-zat yang menghasilkan zat korosif dengan air, misalnya klorida,
asam (acid chlorides), klorida aluminium, dan oksida diklorida sulfur
(sulphur dichloride oxide). Ke dalam golongan ini dapat ditambahkan
b rom, fenol, fosfor, dan sulfurdioksida.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya


Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh :
C.1. Daya racun
Dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50, dimana makin kecil nilai LD50
atau LC50 bahan
kimia menunjukkan makin tinggi daya racunnya.

195

C.2. Cara bahan kimia masuk ke dalam tubuh (route of entry)


Yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui
kulit. Diantara yang sangat berbahaya adalah melalui saluran pernapasan
karena taut:a disadari bahan kimia akan masuk ke dalam tubuh bersama
udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan
sulit dikeluarkan kembali dari tubuh.
C.3. Konsentrasi macam dan lama paparan bahan kimia
Yaitu besar dosis yang berada di udara atau yang kontak dengan bagian tubuh,
kemudian amanya paparan terjadi apakah terus menerus atau terputus -putus
menentukan jumlah dan dosis yang masuk ke dalam tubuh.
C.4. Efek kombinasi bahan kimia
Yaitu paparan bermacam -macam bahan kimia dengan sifat dan daya racun
yang berbeda, menyulitkan tindakan -tindakan pertolongan atau pengobatan;
C.5. Kerentanan calon korban paparan bahan kimia
Masing-masing individu mempunyai daya tahan yang berbedabeda terhadap
pengaruh bahan kimia. Semestinya individu terhadap pengaruh bahan kirnia
tergantung kepada umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan dan lain -lain.
D. Pengaruh Bahan Kimia terhadap Kesehatan
Menyebabkan iritasi, yaitu terjadi Iuka bakar setempat akibat kontak bahan
kimia dengan bagian-bagian tubuh tertentu, seperti kulit, mata atau saluran
pernapasan.
Menimbulkan alergi, nampak sebagai bintik -bintik merah kecil atau
gelembung berisi cairan, atau gangguan pernapasan berupa batukbatuk, napas

195

tersumbat dan napas pendck terutama di malam hari.


Menyebabkan sulit bernapas, seperti tercekik atau aspiksian karena kekurangan
oksigen akibat diikat oleh gas inert seperti Nitrogen dan Karbon dioksida.
Menimbulkan keracunan sistemik; bahan kimia yang dapat mempengaruhi
bagian -bagian tubuh, diantaranya merusak had, ginjal, susunan syaraf dan lain
-lain.
Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia, sehingga
merangsang pertumbuhan sel -sel yang tidak terkecil dalam bentuk tumor ganas .
Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai oleh kelah iran dalam keadaan
cacat atau kemandulan .
Menyebabkan pnemokoniosis yaitu timbunan debu dalam paru -paru
sehingga kernampuan paru -paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang,
akibatnya penderita mengalami napas pendek .
Menyebabkan efek bias (narkotika) yaitu bahan kimia mengganggu sistem
syaraf pusat menyebabkan orang tidak sadar , pingsan atau kematian.
E. Bekerja Aman dengan Bahan Kimia
Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.
Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih
atau gatal).
F. Cara Menggunakan Bahan Kimia
Label bahan Kimia harus dibaca sekurang-kurangnya dua kali untuk
menghindari kesalahan.
Setiap penggunaan bahan kimia harus memperhatikan label safety
(keamanan) dan precautions (pencegahan) yang tercantum di label (Lampiran
1) .

195

Bila informasi petunjuk keamanan dan pencegahan pada label bahan kimia
tidak jelas maka harus merujuk pada buku katalog bahan kimia yang tersedia di
laboratorium.
Bila akan memindahkan bahan kimia ke kemasan yang lebih kecil harus disertai
dengan label petunjuk bahan kimia.
Bahan kimia ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
Tidak menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
Tidak mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
G. Cara Memindahkan Bahan Kimia Cair
Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligu telapak tangan
memegang botol tersebut.
Tutup botol jangan diletakkan di atas meja karena isi botol dapat terkotori.
Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
H. Cara Memindahkan Bahan Kimia Padat
Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.
Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori
bahan tersebut.
I. Cara Transportasi Bahan Kimia
Cara membawa bahan kimia yang benar yaitu asam atau alkali kuat harus
dibawa dengan menggunakan kemasan sekunder
Bahan kimia/pelarut organik harus dibawa dengan memegang leher dan
ditopang di bagian bawahnya.
J. Cara Memanaskan Larutan Menggunakan Tabung Reaksi

195

Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.


Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
melukai orang lain maupun diri sendiri.
K. Cara Memanaskan Larutan Kimia Menggunakan Gelas Kimia
Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk me nopang gelas kimia tersebut.
Letakkan batang gelas atau batu didih dalam gelas kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.
Jika gelas kimia digunakan sebagai pemanas air, isilah dengan air,
maksimum seperempatnya.
L. CaraPenyimpanan Bahan Kimia
Penyimpanan bahan kimia dikategorikan berdasarkan abjad dan wujudnya,
contoh bahan kimia yang cair ditempatkan di ruangan khusus yang terpisah.
Penyimpanan bahan kimia harus diletakkan ditempat -tempat yang aman dari
resiko jatuh atau terguling, misalnya di pinggir mej a, di depan pintu atau
dilantai.
Bahan-bahan kimia yang tidak kompatibel tidak boleh disimpan berdekatan,
misalnya:

Asam asetat tidak boleh disimpan berdekatan dengan asam


kromat, asam nitrat, asam perklorat .

Aseton tidak boleh disimpan berdekatan dengan asam nitrat dan sulfat pekat .
Merkuri tidak boleh disimpan berdekatan dengan asetilen dan ammonia .
Wadah atau botol yang digunakan untuk penyimpanan harus dibuat dari bahan
yang kuat. Bila bahan kimia sangat sensitive maka hendaknnya diguanakan
botol yang berwarna gelap. Penggunaan wadah plastic harus dibatasi hanya

195

untuk bahan kimia yang tidak reaktif.


Bahan kimia berbahaya untuk pernapasan atau yang bertekanan pada suhu
udara tinggi (contoh hydrogen peroksida, pelarut volatile) harus diletakkan di
fume hood (ruang asap) pada saat akan digunakan, bila tidak digunakan
bahan kimia tersebut ditempatkan di tempat penyimpanannya. Bahan -bahan
kimia berbahaya untuk pernapasan misalnya: asetil klorida, ammonium
hidroksida, bronin, klorin, kloroform, flourin, asam
bromat,
hydrogen sulfide, fosfo klorida, fosfo oksilorida, sulfur dioksida, karbon
monoksida dan lain-lain.

M. Cara Menimbang Bahan Kimia


Menimbang bahan kimia harus dilakukan di ruang timbang atau di
laboratorium untuk timbangan kasar.
Waktu menimbang bahan kimia harus hati -hati agar tidak terkena tangan
atau bagian tubuh lain.
Waktu menimbang hindarkan tumpahan. Bila terjadi tumpahan harus segera
dibersihkan.
Gunakan spatula untuk mengambil bahan kimia dari wadahnya.
Untuk bahan kimia beracun dan menyebabka n iritasi (misalnya garam
Se, Hg, akrilamida) maka:
Harus menggunakan wadah tertutup yang telah ditimbang terlebih dahulu.
Pengisian bahan kimia kedalam wadah dilakukan diruang asam.
Wadah dan isinya ditimbang.
Bila perlu dilakukan pengenceran maka harus d ilakukan di ruang asap.
Safety dan proteksi selanjutnya harus merujuk pada petunjuk pada label
atau katalog bahan kimia.

SARANA DAN ALAT


Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan peralatan
gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia. Gelas tidak

195

hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama
reaksi berlangsung. Teta pi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas
merupakan salah satu luka yang sangat sering terjadi di laboratorium.
Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyeb abkan bahan kimia yang
berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran. Susunan peralatan gelas harus
dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman. Penggunaan bagian
peralatan yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan tipe gelas yang
berbe da, sambungan peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya.
Susunan peralatan gelas yang kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang
dapat memungkinkan gelas pecah. Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman
(yang terbaik adalah di lemari asam) dan aman dari gangguan.
Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi
atmosfer supaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan,
perkecualian reaktor autoklaf yang terbukan dari bahan logam baja dan non korosif.
Pada banyak kasus, peralatan yang menggunakan listrik umum digunakan seperti
pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain -lain. Peralatan seperti ini harus dalam kondisi
teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi keamanan untuk dioperasikan dengan
listri k. Hal ini harus diperikasa selama kisaran waktu tertentu oleh teknisi yang
ahli meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan, konsluiting dan lain -lain
atau menggantinya jika terjadi kerusakan. Pemeriksaan keamanan yang diperlukan
untuk peralatan ber sifat bergerak juga perlu dilakukan setara dengan peralatan diam.
Pompa dan pengaduk biasanya dioperasikan dengan menggunakan motor listrik.
Peralatan ini biasanya tidak dapat meledak.
Pada eksperimen yang menggunakan bahan kimia yang sangat mudah meledak
seperi gas hidrogen atau hidrogen sulfida, motor listrik dapat diganti dengan

195

menggunakan turbin air atau motor udara. Sebelum memulai eksperimen, bagian
-bagian yang umum pada setiap peralatan perlu diperiksa unjuk kerjanya. Hal ini
meliputi pompa vakum, sistem pendingin, pengaduk dan beberapa peralatan listrik
lainnya - sebelum bahan kimia ditambahkan ke dalam peralatan.
Pemanasan dan Pendinginan
Sebagai sumber panas, kompor Bunsen, pemanas listrik datar, mantel pemanas
dan wadah pemanas dapat digunakan. Pada kasus bahan kimia yang mudah terbakar,
pemanas terbuka tidak boleh digunakan. Penggunaan wadah pemanas adalah
merupakan metoda yang aman untuk transfer panas. Wadah pemanas melakukan
transfer panas dengan temperatur yang tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan
wadah pemanas, wadah harus diisikan dengan ketinggian tertentu, karena
transfer panas oleh cairan merupakan bagian yang tidak terpisahkan saat
terjadinya kenaikan panas yang signifikan saat pemanasan. Lebih lanjut, cairan
untuk transfer panas dan bahan kimia yang dipanaskan tidak boleh mengalami
reaksi satu sama lain yang membahayakan jika peralatan reaksi pecah selama
eksperimen berlangsung. Hal ini harus diterapkan pada banyak kasus sebagai
contoh logam natrium atau kalium terendapkan tidak boleh dipanaskan dengan
menggunakan pemanas air. Sebagai aturan prinsip maka sumber panas harus
ditempatkan pada kedudukan tertentu sehingga pemanas dapat dipindahkan dengan
mudah dan tanpa pengubahan susunan peralatan reaksi. Suatu metoda yang cocok
untuk k asus ini adalah dengan menggunakan pemanas naik turun.
Selama pemanasan, peralatan yang menga ndung bahan kimia dapat terbakar maka
pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini dioperasikan dengan menggunakan
air maka sambungan selang untuk mengumpan dan mengalirkan air harus dijaga
kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini harus dilakukan dengan baik
supaya pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama pelaksanaan eksperimen
guna menghindari kejadian kebakaran api yang membahayakan atau bahkan terjadi

195

ledakan. Pada eksperimen dimana logam alkali dan alkali tanah atau logam hidrida
digunakan, pendingin gelas harus diganti dengan menggunakan pendingin logam
yang lebih stabil. Sebagai bahan pendingin di laboratorium, es, campuran es dan
garam (NaCl - 21 C, CaCl2 - 55 C), campuran es kering dan pelarut ( - 78 C), atau
nitrogen cair umum digunakan. Bahan pendingin ini ditempatkan pada tabung Dewar
sebagai penghambat panas. Tabung Dewar merupakan gelas bulat dengan dinding
lapis yang dihampkan yang dapat pecah dengan mudah. Tepi atas dinding tabung
Dewar biasanya cukup

berbahaya. Dengan demikian, tabung Dewar biasanya

diselubungi dengan menggunakan jaket

logam, plastik yang sangat kuat atau

bahan lainnya, dan pengguna harus menggunakan sarung tangan perlindungan diri.
Cairan yang mudah terbakar harus ditempatkan pada refrigerator atau pendingin jika
bahan ini juga tersusun dari bahan yang mudah meledak.
Bekerja pada Kondisi Pengurangan Tekanan dan Vakum
Saat bekerja di laboratorium, kondisi pengurangan tekanan atau vakum sering
digunakan, sebagai contoh proses destilasi dari senyawa yang mudah
terdekomposisi atau

pengeringan bahan kimia dalam desikator. Selama proses

pengurangan, tekanan sekitar 1 kg/cm2 tetap tersisa pada permukaan gelas yang
dihasilkan dari tekanan atmosfer. Tekanan ini dapat menekan wadah jebol jika
peralatan gelas tidak cukup kuat untuk aplikasi vakum atau peralatan telah retak pada
permukaan (biasanya retak tidak terlihat). Akibat terjadinya ledakan, peralatan
gelas dapat terlempar ke segala arah dan dapat melukai beberapa orang di sekitarnya
(mata atau luka). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan upaya perlindungan yang
efektif untuk mengatasi ledakan ini dengan menggunakan bahan pelindung,
selubung desikator dan lain sebagainya, dan um umnya digunakan pada peralatan
vakum dengan ukuran yang cukup besar. Wadah gelas yang beralas datar
seperti

gelas

erlenmeyer

tidak

boleh

digunakan

untuk

195

pemindahan karena penyebabkan terjadinya risiko ledakan.


Hal yang harus dicatat adalah pemvakuman dengan menggunakan pompa air jet
atau pompa diafragma tidak kurang berbahaya jika dibandingkan dengan
menggunakan pompa vakum berkemampuan tinggi. Tekanan yang dihasilkan dari
permukaan gelas hampir selalu sama pada kasus-kasus tersebut. Bahkan untuk
pener apan pemvakuman yang relatif sedang pada cawan penyaring (Buchner)
untuk menyaring endapan akan menghasilkan tekanan sebesar 300 -800 g/cm2
pada permukaan gelas. Suatu aerasi tertentu pada pemanasan, peralatan evakuasi
harus dihindari, karena campuran uap -udara yang dihasilkan dapat menyebabkan
terjadinya ledakan.
Bekerja pada Tekanan Tinggi
Reaksi dengan tekanan yang meningkat (tekanan berlebih) akan dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang terbukti kuat. Peralatan untuk tekanan tinggi (seperti
tabung bomb, autoklaf) harus memenuhi ketentuan yang terkait dengan pembuatan,
penyusunan dan cara kerja sebagai bagian dari laboratorium khusus dengan tekanan
tinggi. Pelapis tabung tidak boleh dihilangkan dari mantel logam atau oven selama
pengisian tekanan. La ngkah kerja autoklaf dilakukan di laboratorium khusus dan
harus selalu diperiksa secara rutin untuk memastikan

proses dapat

berlangsung dengan aman. Batas tekanan dan temperatur yang diberikan oleh
produsen tidak boleh terlampaui.
Pengeringan Peralatan Laboratorium
Oven pengering di laboratorium pengering biasanya tidak didesain tahan ledakan
dan tidak terhubungkan dengan sistem pembuangan udara. Peralatan laboratorium
yang dikeringkan dalam oven dilakukan setelah dibersihkan dan dicuci dengan air.
Untuk pengeringan bahan kimia dan produknya yang mungkin melepaskan gas atau

195

uap mudah terbakar, termasuk juga campuran maka oven yang terbukti tahan ledakan
harus digunakan.

BAB II
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM DAN
KESELAMATAN KERJA DI PABRIK
2.1. Sistem Keselamatan dan Kesehatan pada pekerja
Badan
Eksekutif
Pekerja

Badan
eksekutif
pemerintaha
n pusat

Pemerintah
an propinsi

Pemerintaha
n daerah /
kota
195

Organisasi
yang
menangani
tenaga kerja

Badan
Urusan
Tenaga

Biro Tenaga
Kerja

Kantor
Inspeksi
tenaga
kerja

Biro Tenaga
Kerja

Departeme
n
administras
i tenaga
Departeme
n
Kesejahtera
an tenaga
Badan
konseling
tenaga
kerja asing

Pemilik
Usaha
(Manajemen)

Perusahaan / organisasi

Komite Keselamatan dan


Kesehatan kerja
Pengawas di tempat kerja

2.2. Pencegahan merupakan kebijakan yang terbaik!


Konsep dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja:
Dua hal pokok yang merupakan penyebab kecelakaan kerja yaitu perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman. Berdasarkan data dari Biro

195

Pelatihan Tenaga Kerja, kecelakaan yang disebabkan oleh perilaku yang tidak
aman yaitu:
1.sembrono dan tidak hati hati
2.tidak mematuhi peraturan
3.tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4.tidak memakai alat pelindung diri
5.kondisi badan yang lemah
Persentase penyebab kecelakaan kerja adalah 3% dikarenakan hal hal
yang tidak bisa diprediksi seperti bencana alam, 24% dikarenakan lingkungan
atau peralatan yang tidak aman, dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak aman.
Untuk mencegah kecelakaan kerja, cara yang efektif adalah menghindari 5
perilaku tidak aman yang telah disebutkan diatas.

2.3. Jenis kecelakaan pada beberapa bidang industri


Manufaktur
(termasuk elektronik dan
pabrik produksi baja)

1. tertusuk, terjepit
2. teriris atau terpotong
3. jatuh karena ketidakseimbangan
4. tindakan yg tidak benar
5. tertabrak
6. kontak dengan bahaya
7. jatuh dari tempat tinggi
8. kejatuhan benda

195

9. bertabrakan atau benturan


10. peralatan yang rusak
1. teriris atau terpotong
2. bertabrakan atau benturan
3. kontak dengan bahan kimia
Elektronik (termasuk perakitan)
4. kebocoran gas
5. Turunnya daya pendengaran dan
penglihatan
1. tertusuk, terjepit
Psbrik produksi baja (termasuk
2. terpotong, teriris, terbentur
perakitan)
3. kejatuhan benda
1. jatuh karena ketidakseimbangan
2. kejatuhan benda
3. terinjak
4. peralatan yang rusak
5. suhu yang ekstrim panas dan
Konstruksi

dingin
6. jatuh berguling guling
7. tertusuk, terjepit
8. teriris
9. tindakan yang tidak benar

Industri minyak dan batubara, industri


karet dan plastik

10. bertabrakan atau benturan


1. tertusuk, terjepit
2. terpotong

195

3. jatuh karena ketidakseimbangan


4. tindakan yang tidak benar
5. tertabrak
6. bertabrakan atau benturan
1. tertusuk, terjepit
Industri alat transportasi

2. terpotong, teriris, terbentur

3. ledakan
(sumber: Laporan tahunan statistik tenaga kerja , 2005)

2.4. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan diklat keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah
terjadinya kecelakaan. Agar pelaksanaan diklat efektif, perlu disesuaikan dengan
kapasitas dan kemampuan pekerja, serta perlu ditekankan pentingnya konsep
keselamatan dan kesehatan kerja serta lebih baik mencegah daripada mengobati.

Tujuan Umum

Untuk

menjaga

kesehatan

pekerja,

keselamatan dan kesehatan kerja

meningkatkan efisiensi kerja, dan mencegah


terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

Tujuan khusus
keselamatan dan kesehatan kerja

kerja
1. Untuk mengantisipasi dan mengendalikan
faktor faktor bahaya
2. untuk mengetahui sumber sumber bahaya
di tempat kerja

195

3. Untuk mengevaluasi tingkat bahaya di


tempat kerja
Peraturan yang berlaku

4. Untuk mengendalikan bahaya yang ada


Undang undang dan peraturan mengenai

Faktor faktor yang berbahaya

keselamatan dan kesehatan kerja


1. Kimia: terhirup atau kontak kulit dengan
debu, uap kimia, asap, dan cairan logam,
non logam, hidrokarbon, dan gas beracun
2. Fisik: temperatur lingkungan yang ekstrim
panas dan dingin, radiasi non pengion dan
pengion, bising, vibrasi/ getaran, dan
tekanan udara yang tidak normal.
3. Bahaya

ergonomi:

pencahayaan

yang

kurang, pekerjaan angkat angkut secara


Cara pengendalian kecelakaan kerja

manual, dan peralatan yang tidak sesuai.


1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur
kerja,

mengisolasi

sumber

bahaya,

otomatisasi pekerjaan yang berbahaya,


mengganti bahan kimia dengan yang
berbahan dasar air, memasang ventilasi
yang baik.
2. Pengendalian
waktu

administrasi:

pajanan,

keselamatan

dan

mengurangi

menyusun
kesehatan

peraturan
kerja,

195

pemakaian alat pelindung diri, memasang


tanda

tanda

peringatan

bahaya,

menyediakan informasi keselamatan dan


kesehatan kerja, pelatihan sistem tanggap
darurat atau pelatihan penanganan dan
evakuasi kebakaran.
3. Pemantauan kesehatan: pemeriksaan dan
pengujian kesehatan pada pekerja
Mengapa diklat keselamatan dan Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan
kesehatan kerja penting?

kerja adalah perilaku yang tidak aman sebesar


88%, kondisi lingkungan yang tidak aman
sebesar 10%, dan penyebab tersebut dapat
terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu,
dengan dilaksanakannya diklat K3 dapat
mencegah perilaku yang tidak aman dan
meniperbaiki kondisi lingkungan yang tidak

Tujuan pelatihan

aman.
Untuk

memberikan

pengetahuan

dan

kompetensi mencegah kecelakaan kerja pada


pekerja
Untuk

mengembangkan

konsep

dan

kebiasaan berperilaku yang aman dan sehat


Untuk memahami sumber sumber bahaya

195

di tempat kerja
Untuk

mengetahui

tahapan

mencegah

bahaya dan kerusakan yang lebih besar jika


Peraturan yang harus ditaati

terjadi kecelakaan.
Berdasarkan undang undang keselamatan dan
kesehatan kerja, menyatakan bahwa para
pekerja, staf K3, dan manajer wajib mengikuti

Target/ sasaran peserta diklat K3

pelatihan K3.
1. Staf keselamatan dan kesehatan kerja
2. Manajer bagian operasional produksi
3. Para operator mesin dan peralatan yang
berbahaya
4. Pekerja paruh waktu
5. Pekerja tetap
6. Penguji dan pengawas kondisi lingkungan
kerja
7. Penilai keselamatan konstruksi
8. Penilai keselamatan produksi
9. Tenaga P3K (pertolongan pertama pada
kecelakaan)
10. Para pekerja baru atau pekerja lama yang

Jadwal dan topik pelatihan

akan di rotasi dengan pekerjaan yang baru


Jadwal dan topik pelatihan disesuaikan dengan
tujuan pelatihan

195

Prinsip analisis

Untuk

mengetahui

sumber

dan

sumber

mengidentifikasi

bahaya

hingga

dapat

diketahui akar penyebab terjadinya bahaya


serta
Pencegahan kecelakaan kerja

dapat

melakukan

modifikasi

untuk

mencegahnya.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja,

pertama

mengetahui,

kali

kita

membedakan,

harus

dapat

menilai,

dan

mengendalikan bahaya di tempat kerja.


Untuk membedakan bahaya, kita harus
yakin akan keberadaan bahaya, mengetahui
sumber, dan dampak dari bahaya tersebut.
Dalam melakukan penilaian, kita harus
mengecek

kadar

pajanan

bahaya

dibandingkan dengan standar yang ada. Hal


ini untuk mengetahui kemungkinan bahaya
yang dapat diterima oleh pekerja
Kita juga harus mengetahui alat pengaman
yang dipakai dan persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja dari manajemen
Untuk mengendalikan bahaya, kita harus
mengendalikan sumber bahaya, jalur bahaya,
pekerja yang terpajan, dan prosedur kerja

195

yang aman.
Penanganan keadaan darurat dan Berdasarkan hukum perlindungan pekerja dan
kecelakaaan kerja

penanggulangan kecelakaan kerja. Pemilik


usaha harus mendaftarkan pekerjanya asuransi
kerja, hal ini untuk menjamin keamanan bagi
pekerjanya. Terutama, jika terjadi kecelakaan
kerja,

pemilik

usaha

harus

menyediakan

subsidi untuk pekerjanya. Pemilik usaha harus


membayar jika mereka tidak mendaftarkan
pekerjanya asuransi kerja.

2.5. Studi Kasus


Pada bagian berikutnya, akan dijelaskan analisa kasus kecelakaan kerja dan
strategi pengendaliannya di industri elektronik, industri konstruksi, dan industri
minyak. Dalam setiap kasus akan dijelaskan jenis kecelakaan kerja, waktu, tempat
terjadinya kecelakaan, dan akar penyebab kecelakaan tersebut.
Penyebab langsung hanya merupakan salah satu penyebab dan dapat dijadikan
acuan untuk mengidentifikasi perilaku yang tidak aman dan kondisi lingkungan
yang tidak aman. Sedangkan akar penyebab dapat berasal dari keadaan sosial dan
kebijakan organisasi.
Pada akhirnya, pemecahan masalah harus berdasarkan kasus kecelakaan yang
terjadi, bertujuan untuk menyelesaikan penyebab dasar kecelakaan dan
mengembangkan strategi pencegahan yang relevan.

195

195

2.6. Keselamatan Kerja di Industri Pabrik


2.6.1. Keselamatan dan kesehatan kerja di Industri elektronik
a. Karakteristik industri elektronik
Karakteristik industri elektronik adalah mengoperasikan mesin atau peralatan
dengan tenaga listrik yang besar. Mesin atau peralatan tersebut dapat beroperasi
secara otomatis atau setengah otomatis, atau beroperasi dengan menggunakan bahan
kimia yang korosif. Kecelekaan kerja yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi 3
aspek, yaitu: kimia, fisik, dan ergonomics.
4. Kimia: terhirup atau kontak kulit dengan debu, uap kimia, asap, dan cairan logam,
non logam, hidrokarbon, dan gas beracun
5. Fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas dan dingin, radiasi non pengion dan
pengion, bising, vibrasi/ getaran, dan tekanan udara yang tidak normal.
6. Bahaya ergonomics: pencahayaan yang kurang, pekerjaan angkat angkut secara
manual, dan peralatan yang tidak sesuai.
Tabel 2-1 Hubungan antara jenis kecelakaan dan media penyebabnya
Jenis Kecelakaan

Peralatan

Tergencet, tertekan Mesin

pusat

tenaga

Luka atau meninggal di


semua jenis industri
Jumlah
Persentase (%)
(seperti 407
58,99

karena benda yang generator set), alat penghantar


berputar

listrik, mesin yang menggunakan

Terpotong

tenaga listrik
Mesin pusat

tenaga

(seperti 263

60,74

generator set), bahan, mesin dan

195

peralatan

yang

menggunakan

tenaga listrik dan dioperasikan


oleh pekerja
Alat untuk pengangkatan yang 236

Tertabrak

69,62

bergerak, mesin bermotor, bahan,


alat
pusat
Kebocoran
kontak

penghantar

listrik,

mesin

tenaga,

mesin

untuk

pengangkutan
gas, Terhirup bahan kimia, kontak 104

86,67

dengan langsung dengna kulit

bahan kimia
Jatuh
karena Peralatan gedung dan konstruksi, 230
ketidakseimbangan

47,13

alat untuk pengangkatan yang


bergerak,

lingkungan,

mesin

bermotor
b. Analisa kasus
Peralatan dengan listrik tegangan tinggi banyak digunakan di industri elektronik dan
menyebabkan kecelakaan dengan tingkatan yang berbeda. Dalam kasus dibawah ini,
kecelakaan yang banyak mengakibatkan kematian adalah terpotong dan tergencet
atau tertekan karena benda yang berputar. Tetapi ada juga kecelakaan yang serius
yang lainnya. Diharapkan dengan diberikannya kasus dibawah ini dapat meyakinkan
pihak manajemen dan pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Tiga tahapan penyebab kecelakaan yang akan dianalisa:

195

1. Penyebab langsung: penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya


kecelakaan K3
2. Penyebab tidak langsung: penyebab yang mengakibatkan terjadinya penyebab
utama
3. Penyebab dasar (akar penyebab): penyebab paling dasar yang mengakibatkan
kecelakaan
Setelah setiap tahapan penyebab dijelaskan, diberikan penjelasan tambahan mengenai
kondisi lingkungan yang tidak aman dan perilaku yang tidak aman.
i.

Lingkungan yang tidak aman: manajemen yag tidak menyediakan


peralatan dan prosedur yang aman bagi lingkungan kerja, jadwal kerja
yang tidak baik, dan pelatihan K3 yang tidak efisien, dan lain sebagainya .

ii.

Perilaku kerja yang tidak aman: konsekuensi dari tidak adanya budaya K3,
pekerja yang tidak mematuhi peraturan prosedur kerja, dan bekerja dengan
tidak hati hati.
Klasifikasi diatas tidak terjadi secara terpisah, dalam beberapa kecelakaan
dapat terjadi secara bersamaan.
Sehingga, diperlukan beberapa strategi untuk meningkatkan situasi dan
lingkungan kerja yang ada sekarang untuk meningkatkan efisiensi dan
produktifitas.

Kasus 1

: Tergencet atau tertekan karena benda yang berputar

195

Judul kasus : Kematian dikarenakan tergencet barang bawaan pada pekerja


pengangkut bahan material di area penampungan limbah oksidasi.

Operator/Pekerja

Wanita, 25 tahun, telah bekerja di perusahaan tersebut

Tanggung jawab

selama 1,5 tahun


Menambahkan cairan obat ke penampungan limbah

pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang

oksidasi
Jam 5 sore, di Bulan Mei
Bagian produksi
Pekerja pengangkut yang membawa bahan material dan

menyebabkan terjadinya

tiang

kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian

Suatu hari, sekitar jam 4 5 sore, di perusahaan


elektronik, ketika seorang manajer produksi berkeliling
untuk inspeksi, dan semuanya diketahui berjalan dengan
normal. Ketika dia kembali lagi jam 9:20 malam, dia
melihat seorang pekerja wanita telah tergencet diantara
lantai dasar area berjalan dan tiang. Pekerja tersebut
terkena cairan obat yang dibawanya. Kemudian korban
dibawa ke rumah sakit, setelah mendapatkan selama 1
jam, korban meninggal.
Di bagian produksi memiliki panjang 11 meter dan lebar
2,1 meter. Peralatan yang ada adalah peralatan yang
otomatis. Terdapat 3 penampungan, yaitu penampungan
air untuk mencuci, penampungan asam untuk mencuci,

195

dan penampungan limbah oksidasi. Sepanjang sisi kanan


dan kiri di bagian produksi terdapat tiang 10 x 10 cm
setiap jarak 2 meter. Area/ jalur berjalan dibuat menempel
pada tiang dengan jarak 1,8 meter dari lantai dan pekerja
bekerja pada area berjalan tersebut (gambar 2.1).

Analisa

Tahapan penyebab
Penyebab langsung

Keterangan
1. Tidak ada alat pengaman dan isolasi (gambar 2.2).
(lingkungan yang tidak aman)
2. Operator bekerja sendiri tanpa ada asisten ataupun
pengawas
3. Tidak ada pengawas K3 yang melakukan inspeksi
(lingkungan yang tidak aman)
4. Pekerja

tidak

mendapatkan

pelatihan

K3

sedangkan pengetahuannya akan K3 masih


kurang (perilau yang tidak aman)
5. Tidak ada peraturan K3 sehingga tidak ada
panduan K3 untuk pekerja (perilau yang tidak
Penyebab
langsung

aman)
tidak 1. Manajemen tidak menyediakan peralatan K3
yang memadai (lingkungan yang tidak aman)
2. Tenaga kerja yang kurang sehingga tidak
memungkinkan 2 orang pekerja bekerja secara

195

bersamaan (lingkungan yang tidak aman)


3. Jumlah

tenaga

kerja

yang

sedikit

untuk

memenuhi peraturan dibentuknya bagian K3


sehingga tidak adanya bagian K3. Terlebih lagi,
tidak

adanya

pengawas

di

tempat

kerja.

(lingkungan yang tidak aman)


4. Perusahaan mengindahkan/ tidak perhatian akan
pentingnya pelatihan K3 dan tidak menyediakan
informasi yang relevan dan terkait dengan K3
Penyebab

(lingkungan yang tidak aman)


dasar/ 1. Perusahaan tidak mempunyai rencana tenaga

akar penyebab

kerja yang baik (lingkungan yang tidak aman)


2. Dalam konvensi perusahaan, K3 di industri tidak
penting dan pelatihan K3 juga tidak mencukupi
(lingkungan dan perilaku yang tidak aman)

Strategi pengendalian

1. Pengecekan peralatan dan pengoperasiannya secara


rutin oleh bagian K3
2. Pekerja diharuskan mengikuti pelatihan K3 dan belajar
bagaiamana mencegah kecelakaan
3. Dibentuknya peraturan K3 dan diinvestigasi oleh
institusi terkait, kemudian disosialisasikan dan bersifat
mandatori/ wajib.

195

4. Bagian K3 melakukan pelatihan dan inspeksi prosedur


operasi/ kerja
5. Merencanakan ulang mengenai ketenagakerjaan
6. Membuat alat pengaman (lisolasi) dan alat otomastis
untuk berhenti jika mesin dalam keadaan darurat
7. Menyediakan alat peindung diri untuk pekerja

Jalur
penumpu
Jalur

Jalur

Dasar

195

Gambar 2.1 Korban yang terjepit diantara dasar dan jalur penumpu

Peralatan
pengaman
dan isolasi

Gambar 2.2 Memasang peralatan pengaman dan isolasi

Kasus 2

: Tergencet atau tertekan karena benda yang berputar

Judul kasus : Kematian dikarenakan tertekan bagian bawah penghisap mesin


produksi ketika mengoperasikannya

Operator/Pekerja
Tanggung jawab

Seorang wakil pengawas dan seorang teknisi


2 orang mengoperasikan mesin produksi bersama dan

195

pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang

menggunting alumunium foil dengan pisau


Sekitar jam 6:40 sore
Bagian produksi
Pisau yang menempel dan alat penghisap pada mesin

menyebabkan terjadinya

produksi

kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian

Di perusahaan IT (informasi dan teknologi), pada


awalnya seorang teknisi bekerja di departemen pelapisan
lem. Tetapi, kemudian dia dipindahkan. Suatu hari, dia
mengoperasikan mesin pengangkut papan dengan seorang
asisten insinyur. Sekitar jam 06:40, oleh wakil pengawas
insinyur tersebut dipindahkan ke area pengecekan papan.
Kemudian wakil pengawaslah yang megoperasikan mesin
dengan teknisi tadi. Mereka memotong lebih dari 20
papan alumunium, kedua pisau yang mereka gunakan
menempel/

tidak

dapat

digerakkan

pada

papan

alumunium foil dikarenakan sudut pemotongan yang


salah atau karena pisau tersebut telah tumpul. Setelah
dipakai untuk memotong lebih dari 17 papan, mata pisau
harus diganti, karena mata pisau akan menjadi tumpul dan
tidak dapat bergerak. Teknisi yang pertama kali
melepaskan pisaunya dari papan. Wakil pengawas
terlambat mengambilnya dan dia memasukkan kabel
nilon ke lubang di tombol aktivasi sehingga mesin dapat

195

beroperasi secara otomatis. Karena dia ingin hemat


waktu,

dia

penghisap

memasukkan
untuk

kepalanya

memasang

dibawah

pisaunya.

alat

Ternyata

kepalanya tergencet alat penghisap dan dasar dari mesin


( gambar 2.3). Dan teknisi tidak tahu dengan baik cara
kerja mesin tersebut, dia baru bekerja selama 3 hari di
departemen itu. Kemudian dia memanggil pekerja lainnya
untuk memindahkan wakil pengawas tetapi wakil
pengawas tersebut telah meniggal dengan patahnya
daerah trakea dan tidak ada lagi denyut jantung.
Analisa

Tahapan penyebab
Penyebab langsung

Keterangan
1. Tidak ada alat isolasi untuk menjaga pekerja jauh
dari mesin

produksi (lingkungan yang tidak

aman)
2. Pisau yang tidak dapat digerakkan oleh mesin dan
tidak dapat diambil langsung (dengan satu kali
pencabutan) (lingkungan yang tidak aman)
3. Tombol darurat tidak kelihatan. Teknisi tidak
dapat

menekan

tombol

tersebut

untuk

menghentikan mesin. (lingkungan yang tidak


aman)
4. Wakil pengawas memiliki pandangan yang salah

195

tentang K3. Dia membuat keputusan yang salah,


yang bukan merupakan kewenangannya, dan
membuat mesin menjadi setengah otomatis.
Penyebab

(perilaku yang tidak aman)


tidak 1. Manajemen tidak menyediakan peralatan K3 yang

langsung

memadai (lingkungan yang tidak aman)


2. Pisau yang mudah tumpul dan mudah menempel/
tidak

bergerak.

Pihak

perusahaan

harus

menanyakan hal tersebut ke perusahaan penyedia


peralatan untuk mendisain ulang model dari
mesin. (lingkungan yang tidak aman)
3. Manajer di bagian otomatis produksi tidak
menghentikan perilaku yang tidak aman dari
Penyebab

wakil pengawas. (lingkungan yang tidak aman)


dasar/ 1. Tidak ada alat isolasi pengaman di daerah yang

akar penyebab

berbahaya. (lingkungan yang tidak aman)


2. Perusahaan tidak mempunyai kebijakan agar
pekerja bekerja sesuai dengan standar proses atau
standar perbaikan peralatan. (perilaku yang tidak
aman)
3. Dalam budaya perusahaan, K3 di industri tidak
penting dan pelatihan K3 juga tidak mencukupi
(lingkungan dan perilaku yang tidak aman)

195

Strategi pengendalian

1. Pengecekan peralatan harus dilakukan secara rutin dan


hilangkan kondisi lingkungan dan perilaku yang tidak
aman.
2. Pekerja harus dilatih materi K3. Kasus yang ada harus
dimasukkan dalam materi pelatihan untuk mencegah
kecelakaan yang sama terjadi lagi.
3. Dibentuknya peraturan K3 dan diinvestigasi oleh
institusi terkait, kemudian disosialisasikan dan bersifat
mandatori/ wajib.
4. Bagian K3 melakukan pelatihan dan inspeksi prosedur
operasi/ kerja
5. Membuat alat pengaman isolasi dan tombol berhenti
untuk keadaan darurat pada mesin. Pekerja diberikan
alat pelindung diri.
6. Membuat sistem penghargaan atau hukuman/ penalti
untuk memaksa pekerja agar bekerja sesuai dengan
standar operasi prosedur.
7. Mengembangkan prosedur pengoperasian alat dan
hindari pisau yang menempel/ tidak dapat bergerak.

195

Alat Penghisap

Alas dasar untuk


pengangkatan
papan

Gambar 2.3 Korban tertekan diantara alat penghisap dan alas dasar
Kasus 3

: Tertabrak

Judul kasus : Kematian dikarenakan tertabrak alat penggantung otomatis ketika


melapisi PCB dengan nikel

Operator/Pekerja
Tanggung jawab
pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang

Laki laki, 25 tahun


Berkeliling dan melakukan inspeksi di bagian produksi
BGA PCB
Jam 8 pagi di Bulan April
Bagian produksi pada area otomatis
Sebuah alat penggantung otomatis (gambar 2.4)

menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian

Sekitar jam 8 pagi, pengawas dan pekerja bersama sama


berkeliling dan melakukan inspeksi di bagian produksi
pelapisan BGA PCB dengan nikel. Pekerja mendapatkan
panggilan telepon dan pergi ke kantor didepan area bahan
material. Sekitar 2 menit, dia kembali ke area untuk

195

pejalan kaki di bagian produksi. Tetapi dia melihat


pengawas

terbaring

di

lantai

dekat

dengan

area

penampungan air untuk pencucian, kepalanya dilantai


mengalami perdarahan dan kakinya berada di area untuk
pejalan

kaki,

dan

jaring

pengaman

menutupi

punggungnya. Dia sempat dikirim ke rumah sakit tetapi


akhirnya meninggal dunia.
Analisa

Tahapan penyebab
Penyebab langsung

Keterangan
1. Pengawas memasuki area operasi otomatis tanpa
mematikan mesin terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan, konsep K3 dari pengawas yang tidak
cukup memadai. (perilaku yang tidak aman)
2. Tidak ada peraturan atau pengawasan dimana
seseorang dapat memperingatkan situasi pada saat

Penyebab

itu. (lingkungan yang tidak aman)


tidak 1. Pekerja tidak memiliki konsep K3 yang cukup

langsung

sehingga membawa dirinya sendiri dalam bahaya


(gambar 2.5). (perilaku yang tidak aman)
2. Prusahaan tidak membuat tanda/ alarm peringatan
untuk menjaga orang yang tidak relevan jauh dari

Penyebab

area operasi. (lingkungan yang tidak aman)


dasar/ 1. Perusahaan tidak menekan atau memaksa pekerja

akar penyebab

untuk bekerja sesuai dengan standar. (perilaku

195

yang tidak aman)


2. Dalam budaya perusahaan, K3 di industri tidak
penting dan pelatihan K3 juga tidak mencukupi
(lingkungan dan perilaku yang tidak aman)
Strategi pengendalian

1. Pekerja harus dilatih K3 dan mengambil kasus yang


ada untuk dimasukkan dalam materi pelatihan untuk
mencegah kecelakaan yang sama terjadi lagi.
2. Dibentuknya peraturan K3 dan diinvestigasi oleh
institusi terkait, kemudian disosialisasikan dan bersifat
mandatori/ wajib.
3. Bagian K3 melakukan pelatihan dan inspeksi prosedur
operasi/ kerja.

Alat
penggantung
otomatis

Tidak ada peralatan


pengaman dna
isolasi

Gambar 2.4 Proses otomatis tanpa peralatan pengaman dan isolasi

195

Peralatan
pengaman
dan isolasi

Gambar 2.5 Memasang peralatan pengaman dan isolasi untuk mengisolasi pekerja

c. Kesimpulan
Kasus kasus kecelakaan kerja diatas dapat berasal dari lingkungan yang
tidak aman atau perilaku yang tidak aman. Baik manajemen dan pekerja bertanggung
jawab terhadap K3. Pekerja harus melaporkan tempat kerja yang tidak aman kepada
pihak manajemen, dan manajemen harus bertanggung jawab untuk memperbaiki dan
meningkatkan tempat kerja yang aman serta memperbaiki perilaku pekerja yang
salah. Konsep ini tergantung pada pendidikan dan pelatihan K3 dalam jangka waktu
yang panjang. Ketika budaya K3 di perusahaan telah terbentuk maka kondisi tempat
kerja juga akan meningkat. Perusahaan harus membentuk gambaran yang baik bagi

195

dirinya dan terintegrasi ke seluruh pekerjanya. Hal ini untuk mencapai kelancaran
produksi dan nol/ tidak ada lagi kecelakaan kerja.

195

2.6.2. Keselamatan dan kesehatan kerja di Industri Petrokimia


a. Kareakteristik Industri Petrokimia
Pekerja di industri petrokimia bekerja dengan tingkat bahaya karsinogenik yang
lebih tinggi daripada pekerja industri lainnya, karena bahan material di industri
petrokimia adalah bahan kimia yang bersifat bahan organik yang mudah menguap
(polietilen, cloroetilen, benzen, dan lain lain), dimana bahan kimia tersebut
mengeluarkan gas pencemar udara. Hal diatas dapat dianalisa berdasarkan bahaya
kimia, bahaya fisik, dan bahaya ergonomics:
7. Kimia: terhirup atau kontak kulit dengan debu, uap kimia, asap, dan cairan logam,
non logam, hidrokarbon, dan gas beracun
8. Fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas dan dingin, radiasi non pengion dan
pengion, bising, vibrasi/ getaran, dan tekanan udara yang tidak normal.
9. Bahaya ergonomics: pencahayaan yang kurang, pekerjaan angkat angkut secara
manual, dan peralatan yang tidak sesuai.
Tabel 3-1 Indikator hubungan antara jenis kecelakaan dan media penyebabnya

Tabel 3-1 jenis kecelakaan dan media penyebabnya


Jenis Kecelakaan

Peralatan

Tergencet, tertekan Mesin

pusat

tenaga

Luka atau meninggal di


semua jenis industri
Jumlah
Persentase (%)
(seperti 114
20,80

karena benda yang generator set), alat penghantar


berputar

listrik, mesin yang menggunakan

195

tenaga listrik
Mesin pusat

Terpotong

tenaga

(seperti 51

9,30

generator set), bahan, mesin dan


peralatan

yang

menggunakan

tenaga listrik dan dioperasikan


Kontak

oleh pekerja
dengan Bahan berbahaya dan beracun 30

temperatur ekstrim (B3),

alat

pemanas

5,47

untuk

panas dan dingin

menaikkan temperatur, dan bahan

Kebakaran

kimia lainnya
Manajemen

penanganan 19

3,47

kebakaran, bahan berbahaya yang


lain, tangki, dan drum untuk
Kontak

menyimpan minyak
dengan Gas, uap, debu yang beracun, dan 8

bahan beracun

1,46

bahan berbahaya lainnya.

b. Analisa kasus
Industri petrokimia adalah industri dengan resiko, konsumsi energi, dan polusi yang
tinggi. Pekerjaan yang beresiko terjadinya kecelakaan yaitu pada saat perbaikan
tahunan pada peralatan elektronik dan gas, pengoperasian alat penopang (scafolding),
pemeliharaan pipanisasi,

pembersihan tangki, bekerja di tempat yang sempit

(confined space), dan lain lain. Jenis kecelakaan yang terjadi adalah jatuh dari
tampat tinggi, tergencet, kejatuhan benda, terkena sengatan listrik, kekurangan
oksigen, ledakan, jatuh ke dalam parit perlindungan, dimana dapat menyebabkan

195

dampak kerusakan yang parah, polusi, dan konsekuensinya konflik dengan


masyarakat sekitar. Di industri petrokimia, terutama di pabrik produksi bahan dasar
petrokimia, merupakan pabrik yang besar dan melakukan reaksi kimia yang
berbahaya. Peralatan, operasi, jalur penyimpanan, gudang, dan fasilitas umum dapat
mengakibatkan ledakan atau kebakaran yang dikarenakan kebocoran bahan kimia.
Kita mengenalkan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) melalui kasus
kasus berikut.

Kasus 1

: Tergencet atau tertekan karena mesin yang berputar

Judul kasus : Kematian karena tergencet mesin pembengkok, dikarenakan


membersihkan tiang yang melengkung

Operator/Pekerja

Wanita, seorang operator pembersihan tiang mesin

Tanggung jawab

pembengkok
Pembersihan tiang yang melengkung

pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang

Jam 2:30 sore, di Bulan Desember


Bagian pembersihan tiang yang melengkung
Jalur pengiriman

menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian

Pengawas pada hari itu adalah saksi dan yang menolong


korban,

menyatakan:

Saya

menolong

korban

membersihkan tiang yang melengkung sekitar jam 2:30


sore. Saya pindah ke tiang yang menyangga mesin

195

dengan alat pengangkut kemudian memasangnya di


tempat yang tetap. Korban berdiri di tempat yang benar
dan saya menolong pada sebelah kiri dia. Dia menyalakan
mesin pembengkok supaya tiang yang akan dibersihkan
beroperasi. Kita memegang ikatan dari bahan sutera pada
masing masing tangan dan menarik keluar bahan
tersebut searah dengan tiang (gambar 3.1). Tiba tiba,
kaki korban terluka karena bahan sutera tersebut. Dia
segera

menekan

tombol

berhenti

darurat

untuk

menghentikan mesin. Tetapi dia tergulung keatas,


pertama-tama kakinya kemudian bagian badan yang
lainnya. Saya segera menuju ke mesin dan berusaha
mematikan putaran. Akhirnya mesin berhenti tetapi salah
satu kaki saya tergulung keatas oleh bahan sutera. Saya
membuka ikatan bahan sutera di sekitar kaki dan segera
turun kebawah untuk menolong. Ketika manajer pabrik
datang, kita bersama sama membuka ikatan bahan
sutera sekitar badan korban. Kita mengirim korban ke
rumah sakit, tetapi dia meinggal pada jam 3 sore karena
luka yang parah.

Analisa

Tahapan penyebab

Keterangan

195

Penyebab langsung

6. Perusahaan tidak memasang alat pengaman pada


posisi

yang

tepat

di

mesin

pembengkok

(lingkungan yang tidak aman)


7. Perusahaan tidak memasang tanda yang jelas
untuk tombol berhenti darurat dan tidak terpasang
Penyebab

pada posisi yang tepat di mesin (gambar 3.2).


tidak Rencana inspeksi alat alat otomatis tidak ada,

langsung
Penyebab

sehingga inspeksi tersebut tidak pernah dipraktekkan.


dasar/ 4. Diperlukan pendidikan dan pelatihan (diklat) K3

akar penyebab

untuk

melakukan

pencegahan

pekerjaan

kerusakan/

dan

kecelakaan

training
tidak

diberikan kepada pekerja


5. Pekerja kurang sadar akan keselamatan
Strategi pengendalian

8. Menyediakan diklat K3 yang diperlukan untuk


melakukan pekerjaan dan meningkatkan pengetahuan
K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang sama
di masa depan
9. Selama melakukan proses pekerjaan yang mungkin
berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pengujian, perbaikian atau penyetelan, mesin
harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah orang lain
menghidupkan mesin, maka mesin harus di kunci atau
diberi tanda peringatan, dan harus dipasang beberapa

195

alat pengaman untuk menghindari kejatuhan benda.


Ketika melakukan pekerjaan dari awal hingga akhir,
pihak manajemen harus memasang alat pengaman di
sekitar area yang berbahaya. Terakhir, kita harus
mendisain ulang distribusi tenaga kerja
10. Semua pekerja bertanggungjawab untuk bekerja sesuai
dengan K3 dan harus membuat rencana pengendalian
kecelakaan

dan

penyakit

akibat

kerja,

serta

diimplementasikan dengan bagian/departemen terkait.

Gambar 3.1 Mesin pembengkok

195

Gambar 3.2 Peralatan pengaman dan tombol darurat

Kasus 2

: Kontak dengan temperatur ekstrim panas dan dingin

Judul kasus : Terbakar EG karena membersihkan jalur EG

Operator/Pekerja

Laki laki, operator yang membersihkan jalur EG

Tanggung jawab
pekerjaannya

Pembersihan jalur EG

Waktu
Tempat kerja

Sekitar jam13:30, di Bulan April


Area di sekitar jalur EG

Peralatan atau media yang


menyebabkan terjadinya
kecelakaan

EG

Prosedur/ urutan kejadian

Seorang saksi mengatakan: Alat penghisap tersumbat

195

benda benda yang bergumpal sekitar jam 11:50 pagi.


Tuan Tung memanggil saya dan 5 orang lainnya untuk
menyelesaikan hal diatas. Kita selesai membersihkannya
pada jam 13:30. Ketika Tuang Tung, Tuang Lin, dan
Tuang Jing melakukan pembersihan, ada sesuatu hal yang
menyebabkan EG keluar menyembur kaki mereka dan
mereka dikirm ke rumah sakit saat itu (gambar 3.3).
Tuang Su dan saya tidak terkena semburan. Tuang Tu
hanya mengalami luka ringan dan dia langsung kembali
ke pabrik setelah diberi pengobatan. Sistem tekanan
sekitar milibar. Temperatur EG sekitar 82o C. Selama
bekerja, ketiga korban menggunakan baju pengaman,
tetapi mereka tidak melindungi kakinya, pergelangan kaki
mereka terbakar. EG menyimpan kondensor dingin,
dengan tinggi pipa sekitar 15 meter. Maksimum kapasitas
EG sekitar 100 150 kilogram. Meskipun kita tidak dapat
memperkirakan

dengan

tepat

kuantitas

EG

yang

menyembur, tetapi pasti tidak lebih dari 150 kg. Karena


pekerjaan ini hanya sementara, maka tidak ada standar
prosedur pengoperasiannya (SOP).

Analisa

Tahapan penyebab

Keterangan

195

Penyebab langsung

Ketika membersihkan jalur EG, perusahaan tidak


menyediakan alat pengaman yang efektif untuk
pekerja. Pekerja tidak diperingatkan bahaya jalur EG
sebelum melakukan pembersihan (gambar 3.4).

Penyebab

(lingkungan yang tidak aman)


tidak Ketika terdapat material panas yang jatuh, perusahaan

langsung

tidak mengevakuasi pekerja. Apalagi, pekerja tidak

Penyebab

menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.


dasar/ 1. Tidak dilakukan evaluasi pekerjaan

akar penyebab

yang

berbahaya
2.

Tidak ada penerapan standar operasi yang aman


secara tertulis

Strategi pengendalian

1. Ketika ada benda panas yang jatuh, perusahaan harus


mengevakuasi pekerja. Dan pekerja harus memakai alat
pelindung diri yang sesuai
2. Diterapkan standar operasi yang aman secara tertulis

195

Gambar 3.3 Jalur EG

Gambar 3.4 baju pengaman

Kasus 3

: Kebakaran

Judul kasus : Kematian karena terbakar api pada operator pengering

195

Operator/Pekerja

Laki laki, pekerja yang mengoperasikan pengering ke

Tanggung jawab

produk yang dibongkar


Mengoperasikan pengering

pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang

Jam 11:50, di Bulan Agustus


Area pengering
Bahan kimia

menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian

Suatu hari sekitar jam 11:50 pagi, 2 pekerja mmbongkar


produk di lantai 1 dibawah jalur refleksi lantai 3. Mereka
membongkar 25 kilogram tas plastik transparan yang
ditutup

dengan

pengering

(gambar

3.5).

Ketika

membongkar tas yang terakhir, ada asap hitam hasil


pembakaran di permukaan produk tas plastik. Ada
percikan bunga api dengan cepat keluar dari tas plastik
secara tiba tiba, sehingga tas platik dengan cepat
meleleh. Api membakar lantai 1. Api merambat dan
membakar pengering di lantai 1 dan 2. Begitu juga, jalan
ke lantai 3 dan peralatan lain di lantai 4 dan 5 berasap.
Pekerja di lantai 2 terkejut karena panas. Dia tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya meninggal.

195

Analisa

Tahapan penyebab
Penyebab langsung

Keterangan
Tidak ada fasilitas untuk menghilangkan listrik statik
dekat dengan jalur pemisah dan pengering (gambar

3.6). (lingkungan yang tidak aman)


tidak 1. Tidak ada eksekutif/ manajer yang menangani K3

Penyebab
langsung

pada pekerja
2. Tidak ada rencana inspeksi alat alat otomatis
sehingga

Penyebab

inspeksi

tersebut

tidak

pernah

dipraktekkan
dasar/ 1. Tidak ada diklat K3 dan pelatihan proses

akar penyebab

pencegahan kecelakaan
2. Tidak ada peraturan bekerja secara sehat dan
aman.

Strategi pengendalian

1. Jika ada peralatan yang dapat meledak atau terbakar


karena

listrik

penghubung

statik,
ke

kita

tanah,

harus
listrik

menggunakan
farmasi

atau

melembabkan untuk menghindari kecelakaan karena


kebakaran.
2. Harus ada manajer yang menangani K3 pada pekerja
3. Dibuat dan dilaksanakan rencana inpeksi alat alat
otomatis
4. Menyediakan diklat yang diperlukan pekerja untuk
meningkatkan kemampuan melakukan pekerjaan dan

195

pencegahan kecelakaan, meningkatkan pengetahuan


K3.
5. Perusahaan harus bekerja sama dengan wakil pekerja
untuk mengembangkan peraturan K3 dan melaporkan
ke institusi penilai dan mengesahkan sebagai peraturan.

Gambar 3.5 jalur refleksi dan pengering

195

Gambar 3.6 Fasilitas untuk menghilangkan listrik statik

c. Kesimpulan

Untuk mencegah luka-luka dan kecelakaan, sudah seharusnya kita mengetahui


sebab dari kecelakaan tersebut, sehingga kita dapat muncul dengan beberapa
pemecahan masalah. Penyebab utama paling sering muncul adalah situasi yag kurang
aman dan perilaku karyawan di perusahaan, dan akar penyebabnya adalah kurangnya
manajemen keselamatan dan kesehatan atau manajemen yang sakit.
Oleh sebab itu, untuk mencegah sakit dan kecelakaan saat bekerja, manajemen
keselamatan dan kesehatan seharusnya di perbaiki, dan perusahaan seharusnya di
dorong dslsm hal ini. Laporan tentang statistic dari sakit dan kecelakaan kerja serta
analisa tentang kecelakaan tersebut adalah bagian penting dari informasi untuk
mencegah sakit dan kecelakaan kerja terjadi berulangkali. Tujuan utama adalah untuk
menentukan bagaimana kecelakaan terjadi. Apabila kita dapat menggunakan data
investigasi dengan baik, kecelakaan yang sama atau bahkan yang lebih serius lagi
dapat kita hindari.

195

2.6.3. Keselamatan dan kesehatan kerja di industri konstruksi


a. Karakteristik Industri Konstruksi
Dalam industri konstruksi selalu mempertimbangkan jumlah pekerja dan jumlah
mesin mekanik; kecelakaan kerja sering terjadi secara fisik, seperti jatuh dari
ketinggian, kejatuhan benda dari atas, tertimpa benda yang roboh atau terluka karena
tertabrak atau terbentur.
1. Jatuh dari ketinggian merupakan kejadian yang sering terjadi dan
menyebabkan kerusakan yang parah. Hal ini dikarenakan kepercayaan diri
yang berlebih pada pekerja ketika mereka bekerja di tempat yang tinggi, atau
dikarenakan pekerja bekerja tanpa menggunakan peralatan pengaman untuk
memperoleh keamanan dalam bekerja. Maka dari itu, kecelakaan yang fatal
disebabkan tidak adanya perlindungan dari sabuk pengaman atau jaring
pengaman ketika ada yang jatuh. Selain itu, kurangnya ide keselamatan dari
pekerja, perlindungan pekerja yang tersedia seringkali tidak mencukupi dan
tidak lengkap. Sebagai contoh bekerja di scaffolding (alat penopang),
seharusnya dipasang balok menyilang untuk menjaga kestabilan dan
memberikan topangan yang kuat untuk pekerja; hal tersebut juga untuk
melindungi dari jatuh dan meminimalkan dampak yang terjadi. Pihak
manajemen tidak seharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya hanya
untuk kepentingan/keuntungan mereka.
2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan pekerja;
ketika melakukan pemindahan dengan crane (alat derek), parit pembatas atau

195

pagar seharusnya dibuat dalam radius operasional untuk mencegah masuknya


para pekerja. Apabila tetap diperlukan pekerja, pengawas sebaiknya
mengawasi dan memandu langsung selama bekerja. Selain itu, pekerja diarea
tersebut harus memakai helm, sarung tangan, dan sepatu khusus. Ketika
memindahkan beban berat, lebih baik menggunakan mesin daripada tenaga
manusia untuk menghindari kecelakaan.
3. Tertimpa benda yang roboh, biasanya terjadi karena kurangnya pagar yang
membatasi area yang mungkin roboh. Keruntuhan ini biasanya terjadi dalam
waktu yang cepat

dan tidak mungkin diperingatkan terlebih dahulu,

penggunaan pagar yang mengelilingi area tersebut dapat mengurangi bahaya


yang mungkin terjadi.
4. Tertabrak atau terbentur seringkali terjadi karena kecerobohan pekerja. Mesin
dan peralatan yang digunakan dalam industri konstruksi seringkali besar, dan
pandangan operatornya tidak dapat menjangkau seluruh area, sehingga
terjadilah tabrakan atau benturan. Beberapa cara untuk menghindari
kecelakaan tersebut adalah meningkatkan pengetahuan pekerja akan
keselamatan, memberi pagar di sekitar area mesin yang bergerak, pekerja
tidak boleh berjalan di area tersebut. Dan, jumlah instruktur lapangan
sebaiknya di tambah, sebab mereka dapat membimbing operator untuk
mengawasi tempat kerja sehingga dapat mengurangi kerusakan akibat
tabrakan atau benturan.

195

Tabel 4-1 Hubungan antara jenis kecelakaan dan media penyebabnya


Luka atau meninggal di
Jenis Kecelakaan
Jatuh
Roboh
Tertabrak

Peralatan

Tangga, papan untuk rak


Mesin bermotor, bahan material
atau Mengangkat dan memindahkan

benturan

kendaraan, mesin penggerak, bahan


material
karena Peralatan konstruksi dan bangunan,

Jatuh

semua jenis industri


Jumlah
Persentase (%)
4
5,79
11
15,94
3
4,34

11

15,94

8,69

ketidakseimbangan mengangkat dan memindahkan


kendaraan, lingkungan kerja, mesin
Terpotong

penggerak
Mesin bermotor, bahan material,
mesin manual dan peralatan

b. Analisa kasus
Industri konstruksi paling banyak menggunakan mesin dengan energi tinggi,
dan oleh sebab itu kecelakaan yang terjadi seringkali serius atau parah dibandingkan
kecelakaan pada industri yang lain. Jenis kecelakaan lainnya adalah jatuh dari
ketinggian, menyebabkan sakit yang serius. Berikut ini adalah 3 kasus dari jenis
kecelakaan yang sering terjadi dan menyebabkan luka yang parah, yaitu: kecelakaan
akibat tabrakan, luka tergencet, dan kecelakaan akibat jatuh dari ketinggian.
Diharapkan contoh ini dapat menjelaskan kepada manajemen dan pekerja akan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

195

Kasus 1 : Tertabrak
Judul kasus : Kematian pekerja karena ditabrak kendaraan
Operator
Tanggungjawab
Waktu
Tempat kerja

Pekerja
Membantu mengarahkan kendaraan pengaduk beton
Sekitar jam 12.15 AM, di Bulan Maret
Di area konstruksi: dengan korban dibelakang kendaraan

Peralatan atau media yang

pengaduk beton
kendaraan pengaduk beton

menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Urutan kejadian

Pekerja A sedang mengarahkan kendaraan pengaduk beton


untuk berputar di area gedung (gambar 4.1). Meskipun dia
telah berdiri di pintu masuk ruangan bawah tanah, untuk
mengarahkan dan mengatur kendaraan keluar masuk
ruangan bawah tanah, dia tetap tidak kelihatan karena
tertutup bagian belakang mobil.
Perusahaan telah mengerjakan seorang asisten, pekerja B,
untuk mengarahkan kendaraan. Ketika keluar dari ruangan
bawah tanah, dia melihat si A telah ditubruk oleh mobil dan
jatuh bergulingan, dimana helmnya juga telah jatuh di lantai
(gambar 4.2). Dia mendapati si A telah mencoba merangkak
menjauhi belakang mobil. Kemudian, si B segera pergi ke
samping mobil memberikan aba aba kepada pengemudi
mobil untuk berhenti mundur. Kemungkinan pengemudi
tidak mengetahui aba aba tersebut dengan baik, sehingga

195

dia tetap menjalankan mobil ke belakang. Konsekuensinya,


ban bagian dalam sebelah kanan stir melindas kepala A,
menyebabkan dia tewas di tempat.
Analisa

Tahapan penyebab
Penyebab langsung

Keterangan
Pemahaman pengemudi mobil akan aba aba dari
asisten B yang buruk, sehingga pengemudi
bergerak ke arah yang salah dan menyebabkan

Penyebab
langsung

kematian
tidak 1. Sudut

tempat

kejadian

dari

penglihatan

pengemudi kendaraan besar relatif lebih luas,


sebaiknya tidak ada orang yang berdiri di garis
belakang kendaraan atau di area mobil akan
mundur (lingkungan yang tidak aman)
2. Helm keselamatan pekerja A tidak digunakan
dengan benar. Tidak benar-benar dipasang
dengan kencang, sehingga akan mudah jatuh
setelah ditabrak oleh mobil. Dengan demikian
fungsi perlindungannya gagal. (Perilaku yang

tidak aman)
Penyebab dasar/ akar Perusahaan mobil telah mengirim asisten untuk
penyebab

menolong.

Pekerjaan

asisten

termasuk

mengarahkan pengemudi dan mengatur situasi.


Ketika seseorang terlalu dekat dengan area

195

berbahaya, asisten seharusnya memaksa orang


tersebut untuk segera keluar.
Strategi pengendalian

1.

Sudut tempat kejadian dari penglihatan pengemudi


kendaraan besar relatif lebih luas, dua asisten sebaiknya
ditempatkan di depan dan di belakang kendaraan secara
terpisah. Jika tempatnya terlalu bising, mereka sebaiknya
dipasangi alat elektronik

yang membantu

mereka

mengarahkan kendaraan, sebab dengan aba aba saja


cenderung

membingungkan.

Selain

itu,

asisten

seharusnya menolong pengemudi untuk mengamankan


area sekitar, dan mengeluarkan siapapun yang berada di
area berbahaya tersebut.
2.

Pekerja sebaiknya memakai dan menggunakan helm


dengan baik dan benar. Badan/ lembaga sosial sebaiknya
menekankan pentingnya menggunakan helm keselamatan
dengan baik dan benar. Contohnya, mereka bisa
mengkampanyekan lewat poster, menerbitkan iklan
ajakan menggunakan helm yang baik dan benar, dan
menekankan konsep keselamatan ke para pekerja dan
masyarakat umum. Kadang kadang ada pekerja yang
angkuh dan sangat mengandalkan pengalamannya bahwa
tidak memakai dan menggunakan helm keselamatan

195

dengan baik dan benar tidak apa apa, hal ini seharusnya
diatur oleh perusahaan. Mereka harus menjelaskan
konsekuensinya dengan contoh kejadian jika seseorang
tidak memakai dan menggunakan helm dengan baik dan
benar.

Harus ada asisten yang


membantu

Kendaraan
pengaduk beton

195

Gambar 4.1 Kendaraan pengaduk beton seharusnya diisolasi dengan pagar pengaman.
Dan seharusnya ada asisten yang membantu ketika kendaraan tersebut bergerak ke
belakang/ mundur.

Helm

Gambar 4.2 Helm yang harus dipasang dengan kencang dan benar.

Kasus 2 : Tergencet
Judul kasus : Kematian pekerja karena tergencet oleh lembaran baja yang jatuh dari
alat derek

Operator

Tiga pekerja : seorang pengemudi alat derek dan dua asisten

Tanggungjawab
Waktu
Tempat kerja

pekerja
Menyetel lembaran baja untuk memblokir tanah
Tanggal 16 April pada beberapa tahun lalu di Republik China
Tempat konstruksi luar ruangan, menyetel lembaran baja

Peralatan atau media yang

untuk memblokir tanah


Alat derek, palangan berbentuk huruf U, dan lembaran baja

menyebabkan terjadinya

(gambar 4.3)

kecelakaan
Urutan kejadian

Tiga pekerja, A,B dan C telah menyetel lembaran baja untuk

195

memblokir tanah. Pekerja A mengendarai alat derek, pekerja


B menghubungkan sisi palangan berbentuk huruf U dengan
alat derek, dan pekerja C berjalan ke lembaran baja di dalam
dasar lubang yang telah digali. Dikarenakan palangan
berbentuk huruf U terganjal oleh kerikil, pekerja B tidak
dapat memutar skrup dari bautnya dan berpikir baut telah di
kencangkan sehingga menginformasikan pekerja A untuk
mengangkat lembaran baja tersebut. Kemudian lembaran baja
bergoyang goyang, menyebabkan baut bergerak ke
belakang, sehingga lembaran tersebut jatuh ke tanah
menimpa pekerja C yang mencoba mengarahkan lembaran
baja. Dia tewas setelah dikirim ke rumah sakit.
Analisa

Tahapan penyebab
Penyebab langsung

Keterangan
Pekerja B tidak membersihkan baut dengan hati-hati
sebelum memutar skrup, menyebabkan lembaran

Penyebab

baja jatuh dan mencelakai pekerja C sampai tewas


tidak 10.Ketika alat derek sedang beroperasi mengangkat

langsung

benda yang berat, tidak ada tanda tanda


keselamatan dan barikade perlindungan (gambar
4.4). (lingkungan yang tidak aman)
11. Meskipun pekerja C telah mengarahkan lembaran
baja ke dalam dasar lubang, dia seharusnya tidak
berada di lokasi area operasional alat derek.

195

Sebaliknya, dia seharusnya menggunakan alat


lain atau tali yang dihubungkan dari luar area.
Pekerja yang terlalu sembrono. (perilaku yang
tidak aman)
Penyebab dasar/ akar Perusahaan konstruksi tidak mengirim manajer/
penyebab

pimpinan ke lokasi untuk mengawasi pekerjaan.


Disamping itu, ketika pekerjaan berbahaya ini
dijalankan, tidak ada alat perlindungan khusus atau
peralatan yang dapat melindungi pekerja. Sehingga,
ketika pengangkatan benda berat, persiapan kerja
yang ceroboh, menunjukkan tidak ada perhatian dari
pekerja.

Strategi pengendalian

1.

Ketika kendaraan membawa mesin-mesin konstruksi,


orang-orang seharusnya dilarang masuk ke dalam area
operasi, atau tempat yang berdekatan dan yang memiliki
potensi bahaya. Dan pekerja sebaiknya mengikuti
beberapa prosedur keselamatan atau menyediakan fasilitas
untuk mencegah benda yang diangkat melintasi pekerja
dan melarang mereka masuk ke dalam area dibawah
obyek yang menggantung. Apabila ada pekerja yang
melintas di sekelilingnya, tanda tanda peringatan dan
poster-poster harus dipasang. Hal pertama, bahaya dapat

195

dihindari dengan peringatan yang tepat waktu. Kedua, hal


tersebut berfungsi sebagai peringatan,

menekankan

konsep keselamatan pada masyarakat umum.


2.

Yakinkan

alat

pengangkut

telah

dikencangkan

sebelum diangkat keatas. Selain itu, kunci penarik


seharusnya digunakan dengan alat sederhana seperti
palangan berbentuk huruf U, sebab hal tersebut lebih
efektif mencegah kejatuhan benda.
3.

Pada prosedur akhir dalam pengangkatan benda yang


berat,

pekerja

seharusnya

dilindungi

dengan

alat

pelindung diri, sebab pekerjaan ini beresiko tinggi untuk


terjadi kecelakan. Sebagai contoh apabila operator alat
derek mengalami komunikasi yang salah dengan pekerja
yang mengarahkan dibawah, atau kurangnya keahlian
dalam berbagai aspek, kecelakaan mungkin sekali dapat
terjadi. Perusahaan konstruksi seharusnya menyediakan
pekerja yang mengarahkan alat derek dengan peralatan,
sehingga mereka dapat berada di area yang aman ketika
melakukan pekerjaannya.

195

Alat derek

Memasang
lembaran baja
untuk
memblokir
tanah

Gambar 4.3 Kasus ini terjadi ketika alat derek yang mengangkat baja untuk
memblokir tanah, menggunakan palangan berbentuk huruf U, yang harus di pasang
dengan kencang dan kuat

195

Tanda tanda
keselamatan
dan barikade
pengaman

Gambar 4.4 Tnada tanda keselamatan dan barikade pengaman

Kasus 3 : Tergencet
Judul kasus: Kematian pada pekerja karena tertimpa dinding bata yang roboh

Operator
Tanggungjawab
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang

Dua pekerja
Memindahkan partisi dan lantai ruangan
Sekitar jam 11.45 di Bulan November
Di area kerja
Dinding luar ruangan yang belum dipindahkan

menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Urutan kejadian

Dua pekerja sibuk memindahkan partisi batu bata, lantai dan


ubin didalam ruangan. Karena pada hari itu beberapa dinding
batu bata belum selesai dipindahkan, mereka kembali pada

195

jam 8 besok paginya. Pemilik proyek datang di tempat kerja


jam 7.30, membuka pintu dan mengijinkan pekerja A untuk
masuk, dan memberitahunya agar segera menyelesaikan
pekerjaannya. Setelah itu, pemilik proyek pergi dan
meninggalkan pekerja sendirian. Sekitar jam 10 pemilik
proyek datang kembali untuk memeriksa situasi tempat
kerja, mengecek apakah pekerja sudah mematuhi peraturan
yang ada, kemudian dia mengingatkan A tentang
keselamatan dan meninggalkannya lagi. Pada 11:45, ketika
dia kembali lagi untuk memberikan makan siang, dia
mendapati dinding luar pintu masuk telah roboh (gambar
4.5). Beberapa tetangga memberitahu bahwa pekerja A
berada dibawah dinding bata yang roboh itu. Setelah A
dikeluarkan segera dibawa ke ruangan gawat darurat, pekerja
A meninggal pada jam 5.00 hari itu.
Analisa

Tahapan penyebab
Keterangan
Penyebab langsung Tertimpa dinding bata yang roboh
Penyebab
tidak 1. Ketika meruntuhkan struktur bangunan seperti
langsung

dinding, mereka tidak memindahkan sesuai dengan


aturan, yaitu dari bagian tertinggi ke bagian
terendah, dan ketika memindahkan dinding yang
tidak ditopang, mereka tidak menggunakan
penopang atau tali untuk mengendalikannya, untuk

195

menghindari dari kerobohan (lingkungan yang tidak


aman)
2. Pekerja tidak menggunakan helm. Selain itu, dia
tidak tahu bahaya keselamatan sehingga dia bekerja
dekat dengan bangunan yang tidak ditopang dan
Penyebab

dapat roboh (perilaku yang tidak aman)


dasar/ Pemilik proyek tidak mengawasi atau mengirim

akar penyebab

pengawas untuk mengawasi pekerjaan tersebut, tidak


melakukan evaluasi peralatan keamanan untuk
pekerjaan memindahkan partisi batu bata, dan pekerja
tidak pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
mengenai prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.

Strategi pengendalian

1.

Jika ingin merobohkan bangunan atau partisi, maka


seharusnya dibatasi oleh pagar pengaman, atau tiang
penopang seharusnya dipasang didekatnya, hal ini untuk
mencegah pekerja tertimpa. Harus ada pengawas yang
mengontrol dan memonitor situasi di tempat kerja, dan
mencegah pekerja terlalu dekat dengan bangunan atau
partisi yang akan dirobohkan.

2.

Badan/

Lembaga

sosial

harus

menekankan

pentingnya menggunakan dan memakai peralatan


keselamatan dengan benar, seperti helm. Sebagai

195

contoh, mereka dapat menyebarkan poster dan isu


ajakan dalam promosi K3, hal ini untuk memperkuat
konsep keselamatan para pekerja dan masyarakat luas.
Apabila suatu ketika ada pekerja yang tidak memakai
helm dengan benar, manajemen seharusnya menegur
dan

menginformasikan

konsekuensi

dari

tidak

dipakainya helm keselamatan.


3.

Diketahui kasus yang sama dari perusahaan dan


instansi lain dapat membuat mereka memiliki konsep
keselamatan,

sehingga

mereka

dapat

mengawasi

lingkungan sekitarnya (sebagai contoh, anggota keluarga


dari pekerja dan saudaranya dapat mengawasi dan
memberi anjuran kepada pekerja). Pemilik proyek atau
perusahaan konstruksi harus membentuk pengawas
untuk mengawasi dan mengecek peralatan keamanan
dengan tepat. Dan untuk pekerja, mereka seharusnya
mengikuti pelatihan dan pendidikan keselamatan dan
kesehatan kerja agar terhindar dari bahaya. Pemerintah
harus menyediakan bantuan untuk pelatihan yang
relevan, menyusun sistem penilaian, penghargaan, serta
hukuman.

195

Gambar 4.5 Dinding yang roboh, dimana seharusnya diberi tanda dengan rambu
rambu keselamatan dan barikade pengaman, seperti dalam gambar 4.4.
c. Kesimpulan
Dalam analisa kasus diatas, meskipun penyebab langsung tidak sama, setelah
dianalisa lebih mendalam, kami menyimpulkan bahwa semua kecelakaan
yang terjadi sebagai akibat dari manajemen (pemilik usaha atau perusahaan)
yang mengacuhkan atau membiarkan pekerja tidak mengikuti prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila kita hanya meminta pekerja untuk
mematuhi peraturan tapi perusahaan mengabaikan tanggungjawab untuk
mengawasi dan mengontrol, hasilnya hanya akan mengulang terjadinya
kecelakaan kerja. Kecuali, pekerja dan manajemen saling mengawasi satu
sama lain, dan ketika konsep keselamatan dan kesehatan kerja diaplikasikan

195

ke pekerjaan nyata, pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi


berarti, dan peralatan kesehatan dan keselamatan dapat menjadi efektif.

2.7. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium


Meskipun sudah banyak caradan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi
masih pula dapat terjadi kecelakaan dalam laboratorium. Oleh karena itu, untuk
menghindari akibat buruk diperlukan usaha-usaha pertolongan pertama bila terjadi
kecelakaan. Meskipun banyak cara pertolongan pertama pada kecelakaan(P3K) yang
umumnya cukup luas, tetapi P3K dalam laboratorium kimia dapat diarahkan pada
kecelakaan berupa: luka bakar, luka pada mata dan keracunan.
Biasanya pertolongan pertama selalu diikuti pengobatan dengan pemberian
antidote. Pemberian antidote kimia biasanya dihindarkan dan pemberian obat hanya
dapat diberikan oleh dokter. Tetapi dokter jaga ataudi rumah sakit memerlukan
informasi jelas sebab-musabab kecelakaan. Terutama bila terjadi keracunan, maka
jenis bahan kimia penyebab keracunan perlu diberitahukan agar dokter yang
bersangkutan dapat memberikan obat dengan tepat.
2.7.1. LUKA BAKAR
a. Luka Bakar Karena Panas (Thermal Burns)
Luka bakar karena panas dapat terjadi oleh kebakaran atau kontak dengan
gelas atau logam panas. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan mencelupkan
bagian yang terbakar kedalam air es secepat mungkin. Pendinginan diteruskan sampai
rasa sakit hilang dan tidak timbul kembali bila diangkat dari es. Bila tak mungkin
bagian luka untuk direndam, maka pendinginan dapat dilakukan dengan kompres.

195

Langkah pertolongan pendinginan diperlukan agar mengurangi rasa sakit dan


yang penting adalah bahwa pendinginan akan menghentikan atau memperlambat
reaksi perusakan akibat kebakaran. Pertolongan pertama ini harus segera diikuti
dengan pengobatan dokter.
Bila luka kebakaran terlalu besar, segera beri tahu dokter. Pakaian yang
menempel pada atau berdekatan dengan luka perlu di lepas. Hindarkan kontaminasi
terhadap luka dan jangan membersihkan luka atau memberikan bahan pengoles.
Menutup luka dengan kain atau verban yang steril dan bersih adalah cara terbaik dan
segera di bawa ke dokter.
b. Luka Bakar Karena Bahan Kimia (Chemicl Burns)
Bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan oksidator dapat melukai atau
merusak kulit, terasa panas seperti terbakar. Pertolongan pertama yang harus segera di
lakukan adalah melepaskan kontak dengan bahan tersebut secepat dan sesempurna
mungkin. Pakaian yang ikut terkena bahan segera di lepas dan bagian jaringan tubuh
yang terluka segera di cuci dengan air sebanyak mungkin. Hindari penggunaan
antidote penetral ato yang lain, sebab mungkin akan menimbulkan reaksi lain dengan
jaringan yang terluka. Bawa kedokter untuk memperoleh pengobatan yang tepat.
2.7.2. LUKA PADA MATA
a. Benda Asing Pada Mata
Pecahan kaca atau benda asing lainnya dapat masuk pada mata. Benda-benda
tersebut yang menempel atau terikat longgar dapat di ambil dengan hati-hati. Tetapi
kalau benda-benda tersebut tertancap kuat pada bagian mata atau kornea, hanya

195

dokter yang dapat mengambilnya. Pengambilan oleh bukan ahlinya, sering justru
akan menimbulkan luka yang lebih parah.
b. Luka Bakar Mata oleh Bahan Kimia
Percikan atau aerosol dari bahan kimia yang korosif atau iritant dapat melukai
mata apabila kita lupa memakai pelindung mata. Pertolongan pertama segera di
berikan dengan mencuci mata dengan air bersih, baik dengan air keran atau
penyemprot air bila ada. Kelopak mata harus dibuka agar benar-benar pencucian
dapat merata ke seluruh permukaan mata. Pencucian atau pembersihan ini sebaiknya
dilakukan terus sampai kurang lebih selama 15 menit dan setelah itu segera bawa ke
dokter ahli. Juga disini ditekankan bahwa pertolongan pertama tidak boleh di cuci
dengan larutan kimia penetral, sebab mungkin akan lebih memperburuk keadaan luka.
Bahan-bahan kimia seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida dan asam fluorida
demikian pula senyawa basah seperti natrium/kalium hidroksida, amonia dan
senyawa-senyawa amin amat berbahaya bila kena mata. Cara pencegahan dengan
memakai kaca mata atau goggles merupaka cara terbaik.
2.7.3. KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang paling sering dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia kedalam tubuh lewat saluran
pernapasan atau lewat kulit dan amat jarang lewat mulut. Meskipun banyak antidote
untuk mengulangi keracunan, tetapi pencegahan masuknya bahan kimia lewat ketiga
jalur di atas merupakan cara terbaik untuk menghindarkan keracunan.
a. Keracunan Lewat Pernapasan

195

Gas, uap, aerosol, embun, dan debu merupakan bentuk zat beracun yang
berbahaya. Gas-gas seperti Cl2,HCl, SO2, formaldehida, amonia adalah amat iritant
dan kita segera dapat merasakannya bila kita menghirupnya karena efek lokal
terhadap saluran pernapasan. Demikian pula uap seperti kloroform, benzena,
hidrokarbon terhalogenasi, dan karbon disulfida dapat tercium baunya waktu kita
menghirup gas-gas tersebut. Gas-gas seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida,
hidrogen sianida dapat menghilangkan kesadaran dan mematikan.
Pertolongan pertama karena keracunan di atas harus segera diberikan yakni
segera memindahkan korban dari keterpaan secepat mungkin menuju udara segar.
Perlu harus diingat, bahwa apabila keracunan terjadi pada ruang tertutup atau oleh gas
racun konsentrasi tinggi, penolong harus memakai pelindung pernapasan dengan
supply udara atau oksigen.Hal ini untuk mencegah jatuhnya korban tambahan dari
pihak penolong. Bila keracunan berat terjadi, segera bawa ke dokter, dengan memberi
keterangan jenis bahan penyebab keracunan. Apabila korban tidak bernapas, segera
berikan pernapasan buatan berupa penekanan bagian dada serta pemberian
pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban (mouth to mouth resusciation)
sebelum di bawa ke dokter. Cara ini merupakan cara standar yang umum di pakai
dalam P3K. Pemberian bahan penetral untuk keracunan lewat pernapasan harus
dihindarkan kecuali oleh dokter. Demikian pula tidak di perkenankan memberikan
obat apa pun lewat mulut bagi korban yang sedang tidak sadar, sebab ini justru akan
mengganggu pernapasan.
b. Keracunan Lewat Kulit

195

Kulit dapat mengalami kerusakan berupa larutnya lemak oleh pelarut organik
(sehingga kulit menjadi sensitif) atau kerusakan jaringan oleh asam-asam kuat. Tetapi
dapat pula kontak dengan bahan-bahan seperti sianida, nitrobenzena, TEL, fenol,
arsen trikloroda dan kresol dapat menimbulkan keracunan sistemik karena adsorpsi ke
dalam tubuh lewat permukaan kulit. Pertolongan pertama yang harus dilakukan
adalah mengambil bahan-bahan tersebut dari permukaan kulit. Ini dapat dilakukan
dengan menyiram atau mencuci dengan air sebanyak-banyaknya, baik untuk zat yang
larut atau tidak larut dalam air. Pakaian yang terkena bahan kimia juga segera dilepas,
dan dicuci bagian kulit yang terkena bahan kimia. Antidote, seperti senyawa basa
untuk asam atau alkohol untuk fenol harus dihindari sebagai pertolongan pertama.
Hanya dokter yang boleh memberikannya sebagai pengobatan.
c. Keracunan Lewat Mulut (Tertelan)
Keracunan lewat mulut atau tertelan jarang terjadi, kecuali kontaminasi
makanan atau minuman dan kesalahan pengambilan bahan. Kebersihan ruang makan
dan minuman, dan hati-hati dalampenanganan bahan-bahan beracun, merupakan
upaya praktis dalam mencegah keracunan lewat mulut.
Pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah memanggil dokter atau
membawa korban ke rumah sakit, dengan memberikan keterangan tentang jenis
bahan kimia penyebab keracunan bila mungkin. Apabila korban muntah-muntah, beri
minum air hangat agar muntah terus dan sekaligus mengencerkan racun dalam perut.
Bila korban tidak muntah, maka perlu di berikan minum segelas air di tambah dua
sendok teh garam dapur agar yang bersangkutan muntah. Kalau tidak berhasil,

195

masukkan jari atau kertas kedalam tenggorokan agar muntah. Semua usaha ini
dimaksudkan untuk segera mengambil bahan racun secepat mungkin sebelum
terserap oleh usus. Usaha untuk memuntahkan tidak dilakukan apabila yang tertelan
adalah pelarut petroleum atau hidrokarbon terhalogenasi. Demikian pula apabila
korban pingsan atau tidak sadar, pemberian sesuatu lewat mulut harus dihindarkan.
Pengobatan selanjutnya korban keracunan hanya diberikan oleh dokter.
2.8. Catatan
Langkah-langkah pertolongan pertama perlu dipahami oleh para pekerja
maupun supervisor atau pengelola laboratorium. Kecepatan dalam menolong korban
kecelakaan akan sangat membantu dalam mencegah akibat yang lebih parah.
Namunpemberian ntidote atau pengobatan selanjutnya hanya dapat diberikan oleh
dokter.

195

BAB III
KEBAHAYAAN ZAT KIMIA
3.1. BAHAN KIMIA YANG BERSIFAT EKSPLOSIF
Pengertian bahan Kimia Bersifat Eksplosif
Bahan kimia bersifat eksplosif yaitu bahan kimia yang bisa meledak pada kondisi
tertentu, bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya eksplosive dapat
meledak dengan pukulan/ benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Resiko ledakan bahan kimia eksplosif di laborotorium, tidak hanya dikarenakan
bahan kimia itu sendiri namun dikarenakan :
1. Adanya perubahan kimia yang cepat dan menciptakan gas yang sangat panas
dalam volume besar yang menggunakan tekanan di media sekeliling.
Ketentuan ini berlaku pada material baik yang meledak atau terbakar dengan
cepat.
2. Panas, cahaya, kejutan mekanis, dan katalis tertentu memulai reaksi ledakan.
Misalanya hydrogen dan klorin beraksi ledakan jika terkena cahaya. Asam,
basa, dan zat lainnya mengkatalisasi dekomposisi kuat dari hydrogen

195

peroksida. Material yang peka terhadap kejutan antara lain asetilida, azida,
nitrogen triiodida, nitrat organic, senyawa nitrat.
3. Menjalankan reaksi baru dan eksotermal dapat menyebabkan bahaya. Di mana
pada reaksi baru terdapat spesies kimia yang terlibat mengandung kelompok
fungsional yang terkait ledakan, tidak stabil di dekat reaksi atau suhu kerja,
dipengaruhi induksi selama reaksi atau menghasilkan gas sebagai produk
sampingan. Reaksi eksotermik dapat kehilangan kendali jika panas meningkat
tidak dihilangkan. Jika mempercepat eksperimen, sediakan pendinginan dan
permukaan yang memadai untuk pertukaran kalor, dan pertimbangkan laju
pencampuran dan pengadukan.
4. Menjalankan reaksi yang memerlukan

periode

induksi

juga

dapat

menyebabkan ledakan. Pada penambahan reagen harus mendapat perhatian


khusus, karena bahaya reaksi eksotermik atau tidak stabil atau bahan kimia
reaktif diperburuk pada kondisi ekstrem, seperti suhu tinggi atau tekanan
tinggi yang digunakan hidrogenasi, oksigenisasi atau cara kerja dengan cairan
super kritis.
Contoh bahan kimia yang bersifat eksplosif yaitu Asetilen, Diazo, Nitozo, Nitro, Alkil
Polinitro, Oksim, Azo, N-Nitrozo, trinitrotoluene/TNT, dan ammonium nitrat.
Symbol bahan kimia bersifat eksplosif
Bahaya: eksplosif (mudah meledak) pada kondisi tertentu.

195

Contoh: ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT.


Keamanan: hindari benturan, gesekan, loncatan
api, dan panas.
Cara penyimpanan bahan kimia yang bersifat
eksplosif yaitu:

letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60 meter dari sumber


tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan,
agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.

Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api,
lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki
sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci
sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam
atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari
luar tempat penyimpanan.

Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat oli, bensin, bahan sisa yang dapat
terbakar, api terbuka atau nyala api.

Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau
material yang mudah terbakar.

3.2. BAHAN KIMIA YANG BERSIFAT RADIOAKTIF

195

Pengertian Bahan Kimia yang Bersifat Radioaktif


Bahan kimia yang bersifat radioaktif yaitu bahan kimia adalah
bahan

kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif


dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.

Penemuan Keradioaktifan
Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar katode
menghasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat menghitamkan film
potret, walaupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena belum mengenal
hakekatnya, sinar ini dinamai sinar X. ternyata sinar X adalah suatu radiasi
elektromagnetik yang timbul karena adanya benturan kecepatan tinggi (yaitu sinar
katode dengan suatu materi (anode). Sekarng sinar X disebut juga sinar rontgen dan
digunakan untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam.
Penemuan sinar X membuat Henry Bacguerel tertarik untuk meneliti zat
yang bersifat flourensensi, yaitu zat yang dapat bercahaya terlebih dahulu mendapat
sinar radiasi (disinari), Bacquerel menduga bahwa sinar yang dipancarkan oleh zat
seperti itu seperti sinar X. Secara kebetulan, Bacquerel meneliti batuan uranium.
Ternyata dugaan itu benar bahwa sinar yang dipancarkan uranium dapat
menghitamkan film potet yang msih terbungkus kertas hitam. Akan tetapi, Bacquerel
menemukan bahwa batuan uranium memancarkan sinar berdaya tembus tinggi
dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih dahulu. Penemuan ini terjadi pada

195

awal bulan maret 1986, gejala semacam itu yaitu pemancaran radiasi secar spontan,
disebut keradioaktifan, dan zat yang bersifat radioaktif yaitu zat radioaktif.
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah uranium. Pada tahun 1898,
Marie Curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua unsure
lain dari batuan uranium yang jauh lebih aktif dari uranium. Kedua unsur itu mereka
namakan masing-masing polonium (berdasarkan nama Polonia, Negara asal dari
Marie Curie), dan radium (berasal dari kata Latin radiare yang berarti bersinar).
Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat radioaktif. Semua isotop
yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau
kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang
bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif atau radioisotop, sedangkan isotop yang
tidak radiaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari
isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami juga ada radioisotop buatan.
Sinar-sinar Radioaktif
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan
zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang
berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negatif diberi nama sinar
beta. Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak
bermuatan dan diberi nama sinar gamma.
a. Sinar alfa ( a )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar
alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa

195

adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa dipancarkan
dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena memiliki massa
yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara sinar-sinar
radioaktif. Diudara hanya dapat menembus beberapa cm saja dan tidak dapat
menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar alfa
segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media yang
dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami ionisasi.
Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom helium.
b. Sinar Beta
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta
merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan-l
e dan bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa
sehingga dinyatakan dengan notasi

-1

e. Energi sinar beta sangat bervariasi,

mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih
lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai 300 cm dalam uadara
kering dan dapat menembus kulit.
c. Sinar Gamma
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak
bermuatan dan tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi

y. Sinar

gamma mempunyai daya tembus. Selain, sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif
buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi
elektomagnetik.

195

Penggunaan Zat Radioaktif


a. Bidang Kedokteran
Berbagai jenis radio isotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi
(diagnosa) berbagai jenis penyakit al:teknesium (Tc99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(1-131), natrium24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc99 yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah akan
diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati
dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap oleh jaringan yang sehat pada
organ jantung. Oleh karena itu, kedua isotop itu digunakan secara bersama-sama
untuk mendeteksi kerusakan jantung.
I-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari
otak. Oleh karena itu, I-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada
kelenjar gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang
mengandung Na-24 disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya
gangguan peredaran darah misalnya apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi
sinar gamma yang dipancarkan isotop Natrium tsb.
Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk
penyakit mata, tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah
merah. Kadang-kadang, radioisotop yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan

195

untuk terapi yaitu dengan dosis yang lebih kuat misalnya, 1-131 juga digunakan
untuk terapi kanker kelenjar tiroid.
b. Bidang pertanian.
1) Pemberantasan hama dengan teknik jantan mandul
Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di
laboratorium dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama
tersebut lalu diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama
dilepas di daerah yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara
hama setempat dengan jantan mandul dilepas.
Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan demikian reproduksi
hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi.
2) Pemuliaan tanaman
Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan
menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis
yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis
rendah yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan
ditaman berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya.
3) Penyimpanan makanan
Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika
disimpan lama akan bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan
seperti itu. Jadi sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu
sehingga tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama.

195

c. Bidang Industri
1) Pemeriksaan tanpa merusak.
Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam
atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini berdasarkan
sifat bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi yang
diteruskan makin berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat terlihat apakah
logam merata atau ada bagian-bagian yang berongga didalamnya. Pada bagian yang
berongga itu film akan lebih hitam,
2) Mengontrol ketebalan bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng
logam dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa
intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui.
Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih
tebal, maka intensitas radiasi yang diterima detector akan berkurang dan mekanisme
alat akan mengatur penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
3) Pengawetan hahan
Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti
kayu, barang-barang seni dan lain-lain. Radiasi juga dapat menningkatkan mutu
tekstil karena inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu
penyerapan warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis
yang aman sehingga dapat disimpan lebih lama.

195

Bahaya dan Cara Penyimpanan Bahan Kimia Radioaktif


Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatic dan efek
genetic. Efek somatic dapat akut atau kronis, efek somatic akut bila terkena radiasi
200[Rad] sampai 5000[Rad] yang menyebabkan sindroma system saraf sentral,
sindoma ga troinstinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatic kronis
terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetic mempengaruhi alat reproduksi yang
akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua
p[ersenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radiaktif dan sumber
radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja
dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari
BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk
memperoleh radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan,
packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah
ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundang-undangan
mengenai bahan radioaktif diantaranya:

Undang-undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom


Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap

Radiasi
Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1975 Tentang Izin Pemakaian Zat

Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya.


Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat
Radioaktif.

Simbol

Sifat

Contoh

Cara Penanganan

195

Radioaktif

Karbon-14,
Uranium,
plutonium.

Kalau
tidak
perlu
jangan
menggunakan bahan-bahan ini,
karena
bahan-bahan
ini
memancarkan sinar radioaktif yang
dapat merusak atau mematikan selsel tubuh.

3.3. BAHAN KIMIA YANG MUDAH TERBAKAR


Bahan kimia yang mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi
denagn oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat
cepat

dapat

juga

menimbulkan

ledakan.

Bahan

kimia

yang

mudah

terbakar(flammable) umumnya mempunyai titik nyala di antara 22 66

C,

sedangkan bahan kimia yang sangat mudah terbakar (highly flammable) memiliki
titik nyala di bawah 22 oC seperti aseton dan eter.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:

Mudah menguap atau volatile

Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal.

Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan
cairannya.

Kecepatan penguapan bervariasi dan satu cairan ke cairan lainnya sebanding


dengan naiknya suhu.

195

Uap dan cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk
mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah terbakar.

Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di
permukaan lantai.

Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh ruangan
menjadi berbahaya.
Kebakaran dapat terjadi karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat

menyebabkan timbulnya perapian/kebakaran diantaranya: nyala api, permukaan


panas, bubungan pendek (korsluiting) listrik, muatan listrik statis, puntung rokok
menyala, korek api dan sumber lainnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menangani bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, agar keselamatan dan
keamanan tetap terjaga, yaitu:

Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan
panas. Gunakan penangas uap atau penangas air.

Simpan bahan di tempat yang ventilasinya baik.

Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak


digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut.

195

Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil
gunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.

Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah
terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan
ledakan/letupan.

Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.

Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi


atau bahan korosif.

Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh,


sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar
dan jauhkan dan sumber perapian.

Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber
panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.

Kontrol semua bahan secara periodik.

Bahan-bahan kimia mudah terbakar dapat berupa:


1. Pelarut dan pereaksi organik, seperti:
Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil
Alkohol,Toluen, Isopropil Alkohol, Karbondisulfida, Petroleum Eter, Xylen.
2. Bahan anorganik seperti:

195

Logam Alumunium, Magnesium, dan Zinkum (seng) dalam keadaan murni.


Bila terjadi kebakaran terhadap bahan tersebut jangan gunakan pemadam
berisi air tapi gunakanlah serbuk pemadam.
Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan di
dalam air dan kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan
menurun akibat penguapan.
Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan di
dalam air dan kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan
menurun akibat penguapan.
Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air. Simpan di dalam
minyak parafin. Kontrol permukaan minyak parafin tersebut.
3. Gas, seperti: Asetilen, Metana, Hidrogen, Karbonmonoksida, dan Butana.

3.4.Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan kimia beracun dikenal sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Umumnya
zat-zat toksik masuk lewat pernapasan atau kulit, kemudian beredar ke seluruh tubuh
atau ke organ-organ tertentu. Tetapi dapat pula zat-zat tersebut berakumulasi,
tergantung pada sifatnya, ke dalam tulang, hati, darah atau cairan limpa dan organ lain
sehingga akan menghasilkan efek dalam jangka panjang.
A. Bahan Kimia Berbahaya
Berikut ini penulis uraikan beberapa bahan kimia berbahaya yang sering
terkontaminasi dengan tubuh kita tanpa kita sadari. Meskipun kadar bahan-bahan

195

kimia yang masuk ke udara tersebut belum melebihi ambang batas yang
diperbolehkan, namun jika terjadi paparan dalam waktu yang lama dan terus menerus
dapat berpengaruh bagi kesehatan kita.
1. Asbes
Asbes merupakan serat mineral silika yang bersifat fleksibel, tahan lama dan tidak
mudah terbakar. Asbes banyak digunakan sebagai penghantar listrik dan penghantar
panas yang baik. Asbes banyak digunakan sebagai isolator panas dan pada pipa
saluran pembuangan limbah rumah tangga, dan bahan material atap rumah. Asbes
banyak digunakan dalam bahan-bahan bangunan. Jika ikatan asbes dalam
senyawanya lepas, maka serat asbes akan masuk ke udara dan bertahan dalam waktu
yang lama.
2. Bioaerosol
Kontaminan biologi seperti virus, bakteri, jamur, lumut , serangga atau serbuk sari
tumbuhan. Kontaminan biologi tersebut jika dihembus oleh angin akan masuk ke
udara dan mencemari udara bersih.
3. Formaldehid
Formaldehid merupakan aldehid sederhana. Gas formaldehid tidak berwarna dan
diemisikan dari bahan-bahan bangunan, industri rumah tangga atau proses
pembakaran. Formaldehid juga terdapat pada produk kayu yang dipres, papan, papan

195

dinding, tekstil (seperti pada karpet dan pakaian). Formaldehid dapat masuk ke udara
akibat terjadi pengikisan dan penguapan akibat panas yang tinggi.
4. Bahan-bahan pertikulat
Dalam kehidupan sehari-hari pertikulat dikenal dengan istilah debu yang
berterbangan di udara. Partikulat juga bisa ditemui dalam bentuk logam-logam berta
yang jika terhirup oleh manusia akan mengakibatkan penyakit.
5. Senyawa organik volatil (Volatil Organic Compound)
Senyawa organik volatil (VOC) mudah menguap pada suhu kamar. VOC sering
ditemui dalam bentuk aerosol yang terdapat pada pembersih, cat, vernis, produkproduk kayu yang di-pres, pestisida, dan semir.
6. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah 129 oC. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas
buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO
sehingga kadar CO dalam uadra relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas
CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil

195

kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara umum terbentuk gas CO
adalah melalui proses berikut ini :
1. pembakaran bahan bakar fosil.
2. pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO 2) dengan karbon C
yang menghasilkan gas CO.
3. pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO diudara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah
perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota atau desa, cemaran
CO diudara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada
bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan
mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat
diudara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena
perpindahan ke tempat lain.
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara
metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah
(hemoglobin) :

195

Hemoglobin + O2 -> O2Hb (oksihemoglobin)


Hemoglobin + CO -> COHb (karboksihemoglobin)
7. Karbondioksida (CO2)

Sebelum era industrialisasi, kadar karbondioksida di udara masih rendah,


yaitu hanya 280 ppm pada tahun 1860. Dengan semakin banyaknya pembakaran batu
bara, minyak bumi, dan gas alam berakibat kadar gas itu meningkat hingga 315 ppm
pada tahun 1960. Dewasa ini, terjadi peningkatan kadar CO 2 diatmosfer sebesar 1
ppm per tahun. Batu bara terdiri atas sebagian besar karbon, yang apabila dibakar
akan bereaksi dengan oksigen menghasilkan karbondioksida. Gas alam dan minyak
bumi termasuk senyawa hidrokarbon. Pembakaran gas alam dan minyak bumi
menghasilkan karbondioksida dan uap air.
Kayu dan tumbuh-tumbuhan merupakan senyawa karbohidrat. Karbohidrat terdiri
dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Apabila karbohidrat itu bereaksi
dengan oksigen didalam badan kita maka akan dihasilkan energi. Jadi, pertambahan
penduduk dunia akan menyebabkan semakin banyak karbon dioksida yang dibuang
ke udara. Demikian juga dengan semakin luasnya pembabatan hutan, pemanfaatan

195

kembali karbondioksida dari udara dan pengubahannya menjadi oksigen semakin


berkurang.
Pada dasarnya karbon dioksida tidak berbahaya bagi manusia. Namun,
kenaikan kadar CO2 di udara telah mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan
bumi. Fenomena ini disebut dengan efek rumah kaca, yang disebut juga dengan
pemanasan global. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es
di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut yang dapat
mengancam pemukiman pinggir pantai.
8. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO 2 dan gas NOx. Sifat gas
NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut
tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah
diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara
yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya,
kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi
dapat menyebabkan gangguan pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang.
Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO

195

akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga
menjadi gas NO2.
Sumber utama NOx pada atmosfer adalah dari jalan lalu lintas. Ini
bertanggung jawab untuk sekitar setengah dari total emisi yang ada di Eropa. Sumber
utama lainnya adalah dari pembangkit tenaga listrik, pabrik pemanas, dan proses
industri.

Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya
bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman.
Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan
daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis
atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat
berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses
fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan.
Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis
daun sampai sekitar 60% hingga 70%.

195

Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxy Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi
pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama
senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto
kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan.
Pada sangat konsentrasi tinggi, dimana mungkin hanya dialami pada
kecelakaan industri yang fatal, paparan NO2 dapat mengakibatkan kerusakan paruparu yang berat dan cepat. Pengaruh kesehatan mungkin juga terjadi pada konsentrasi
ambien yang jauh lebih rendah seperti pada pengamatan selama peristiwa polusi di
kota. Bukti yang didapatkan menyarankan bahwa penyebaran ambient kemungkinan
akibat dari pengaruh kronik dan akut, khususnya pada sub-grup populasi orang yang
terkena asma.
NO2 terutama berkelakuan sebagai agen pengoksidasi yang kemungkinan
merusak membran sel dan protein. Pada konsentrasi tinggi, saluran udara akan
menyebabkan peradangan yang akut. Ditambah lagi, penyebaran dalam waktu-singkat
berpengaruh terhadap peningkatan resiko infeksi saluran pernapasan.
Untuk penyebaran yang akut, hanya konsentrasi yang sangat tinggi (>1880
Mg/m3, 1ppm) mempengaruhi kesehatan orang ; bilamana, orang dengan asma atau
penyakit paru-paru yang akut lebih rentan pada konsentrasi lebih rendah.

195

9. Ozon (O3)

Ozon merupakan polutan sekunder yang merupakan emisi tidak langsung


kedalam udara tetapi dibentuk oleh reaksi fotokimia. Ozon merupakan senyawa yang
terdiri daripada tiga atom oksigen setiap molekul. Pada suhu dan tekanan biasa ia
berbentuk gas biru. Ozon membentuk cairan biru tua pada suhu bawah -112 oC, dan
cairan biru tua gelap pada suhu di bawah -193 oC. Ozon diketahui menyerap radiasi
UV-B. Ozon terbentuk di lapisan ozon. Lapisan ozon dapat terkikis oleh
klorofluorokarbon (CFC). Ozon terbentuk melalui interaksi cahaya ultraviolet dengan
atmosfer bumi dan membentuk satu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer.
Ozon diyakini sebagai bahan beracun dan bahan pencemar biasa. Ozon
mempunyai bau yang keras, menusuk hidung. Ozon juga terbentuk pada kadar rendah

195

dalam udara akibat arus eletrik seperti kilat, dan oleh tenaga tinggi seperti radiasi
eletromagnetik.
Ozon merupakan polutan fotokimia yang dibentuk dari senyawa organik
volatil, NOx dan CO dengan bantuan radiasi matahari pada panjang gelombang
pendek. Ozon dapat masuk kedalam tubuh melalui pernapasan dan dapat menyerang
sistem pernapasan karena ozon tidak larut dalam air. Kontaminasi yang akut ke
tingkatan ozon yang lebih tinggi dapat menginduksi perubahan pada fungsi paru-paru,
peradangan saluran udara dan peningkatan penyakit saluran udara menjadi penyakit
yang berhubungan dengan bronkitis.
B. Zat Kimia Berbahaya dalam Makanan
Ada beberapa zat pewarna dan pengawet yang seharusnya
diketahui masyarakat karena bisa berbahaya bahkan menyebabkan
kematian.
1. Rhodamin B

195

Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri


tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan
dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar.
Zat itu sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata
dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran
pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan
bahaya kanker hati.
Apabila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan
dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. Penyalahgunaan
rhodamin B untuk pewarna makanan telah ditemukan untuk beberapa jenis
pangan, seperti kerupuk, terasi, dan jajanan yang berwarna merah terang.
Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna rhodamin B antara lain
makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak
memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Segera hindari makanan
dengan ciri tersebut.

2. Pewarna kuning Metanil

Zat pewarna kuning metanil adalah pewarna sintetis yang digunakan


pada industri tekstil dan cat berbentuk serbuk atau padat yang berwarna

195

kuning kecoklatan. Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup,


mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat
berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan
bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih.
Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare,
panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni
menyebabkan kanker pada kandung dan saluran kemih. Penyalahgunaan
pewarna kuning metanil untuk pewarna makanan telah ditemukan antara lain
pada mie, kerupuk dan jajanan lain yang berwarna kuning mencolok dan
berpandar.
Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara
lain makanan berwarna kuning mencolok dan cenderung berpendar serta
banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen.

3. Formalin

195

Pengawet formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan bau yang
sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid
dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan desinfektan
untuk peralatan rumah sakit serta untuk pengawet mayat.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia. Bila tertelan
formalin sebanyak 30 mililiter atau sekitar 2 sendok makan akan
menyebabkan kematian.
Jika tertelan maka mulut, perut, tenggorokan akan terasa terbakar, sakit
menelan, muntah, mual, dan diare. Tidak jarang juga menyebabkan
pendarahan. Dapat mengkibatkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, sistem
syaraf pusat dan ginjal.

4. Sakarin (Saccharin)

Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis,
kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu ia sangat
populer dipakai sebagai bahan pengganti gula.

195

Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari


2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira
setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup). Sekalipun
hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog
dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian
kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para
pemakai, khususnya pada kaum laki-laki.
Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk
membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan
obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.
5. Siklamat (Cyclamate)

Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali
lebih mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%).
Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa
getir dan pahit. Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan
sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom
sel-sel tersebut pecah.
Tetapi hewan percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka lama tidak
menunjukkan pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk
makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara
Eropa dan Amerika Serikat.
6. Nitrosamin

195

Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu
kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan
tidak berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan
warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju,
kornet, dendeng, ham, dan lain-lain.
Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit
tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan
pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 500 ppm.
Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes
sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan.
Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh
melampaui 500 ppm. Makanan bayi sama sekali dilarang mengandung sodium
nitrit.
7. Monosodium Glutamat (MSG)

Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap masakan


dan sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga, warung nasi dan rumah
makan. Hampir setiap jenis makanan masa kini dari mulai camilan untuk
anak-anak seperti chiki dan sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai
makanan tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan padang
sudah dibubuhi MSG atau vetsin.

195

Pada hewaan percobaan, MSG dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosi


sel-sel neuron, degenerasi dan nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina,
menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon dan hati, kanker ginjal,
kanker otak dan merusak jaringan lemak.
C. Proses Fisiologi
Bahan kimia yang masuk ke badan dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan atau keracunan,
bahkan dapat menimbulkan kematian.
1. Penyebaran racun ke dalam tubuh:
Racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, misal pada jalan
pencernaan, pernapasan atau mata. Kemudian melalui peredaran darah akhirnya dapat
masuk ke organ-organ tubuh secara sistematik. Organ-organ tubuh yang biasanya
terkena racun adalah paru-paru, hati (hepar), susunan saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang), sumsum tulang, ginjal, kulit, susunan saraf tepi, dan darah. Efek
racun pada tubuh juga akan memberikan efek local seperti iritasi, reaksi alergi,
dermatitis, ulkus, jerawat, dan gejala lain. Gejala-gejala keracunan sistematik juga
tergantung pada organ tubuh yang terkena.
2. Fungsi detoksikasi hati (hepar):
Racun yang masuk ke tubuh akan mengalami proses detoksikasi (dinetralisasi)
didalam hati oleh fungsi hati (hepar). Senyawa racun ini akan diubah menjadi
senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh. Jika jumlah racun yang

195

masuk kedalam tubuh relatif kecil/sedikit dan fungsi detoksikasi hati (hepar) baik,
dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejala keracunan. Namun apabila racun yang
masuk jumlahnya besar, fungsi detoksikasi hati (hepar) akan mengalami kerusakan.
D. Gejala-gejala Keracunan
a. Gejala nonspesifik: Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, pandangan
berkunang-kunang, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi,
dan sebagainya.
b. Gejala spesifik: Sesak nafas, muntah, sakit perut, diare, kejang-kejang, kram
perut, gangguan mental, kelumpuhan, gangguan penglihatan, air liur
berlebihan, nyeri otot, koma, pingsan, dan sebagainya.
E. Usaha-usaha Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap industri yang
memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun bahan penolong yang
bersifat racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap waktu dapat terjadi
di lingkungan pekerja yang menangani bahan kimia beracun. Pencegahan secara
preventif tersebut adalah sebagai-berikut:
a. Management

program

pengendalian

sumber

bahaya,

yang

berupa

perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan, dan sebagainya.


b. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus, krim
kulit, sepatu, dsb)
c. Ventilasi yang baik.
d. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, kontrol,
dan sebagainya.
e. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.

195

f. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses


produksi, dan mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan
kerja.
g. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap
tahap produksi yang menghasilkan debu.
h. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya disendirikan.
i. Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta analisis
keselamatan dan kesehatan kerja.
j. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam
pemaparan.
k. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan
bahan kimia beracun.
l. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.
m. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta
monitoring biologis (darah, tinja, urine, dan sebagainya).
n. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian,
pengontrolan.
o. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas
kesehatan, desinfektan, dan sebagainya.
p. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.
q. Enclosing, menangani sumber bahaya.
Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahan-bahan kimia itu dalam kehidupan
kita sehari-hari, yang perlu kita lakukan adalah meminimalkan penggunaannya
sehingga tidak melewati ambang batas yang disarankan. Karena selain banyak
tersedia di pasaran, bahan-bahan tersebut juga harganya yang relatif sangat murah.

3.5. BAHAN KIMIA BERSIFAT KARSINOGEN

195

A. Pengertian Bahan Kimia Bersifat Karsinogen


Bahan kimia yang bersifat karsinogen yaitu bahan kimia yang menyebabkan
penyakit kanker. Zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam
deoksiribonukleat (DNA) dalam sel tubuh, sehingga mengganggu proses-proses
biologis.
B. Jenis-jenis Bahan Kimia Karsinogen
Karsinogen dapat ditemukan dalam bahan kimia sintetik maupun bahan kimia
alami yang terkandung dalam senyawa alam. Beberapa zat karsinogen yang
berbahaya yaitu hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon yang merupakan salah satu zat
karsinogenik yang terbentuk selama pembakaran tidak sempurna dari hampir setiap
senyawa organik, misalnya dalam batubara, asap rokok, pembakaran kendaraan
bermotor, gula gosong dan sebagainnya. Namun, tidak semua hidrokarbon aromatik
polisiklik merupakan karsinogen, karena terdapat korelasi yang erat antara
kekarsinogenan dengan ukuran dan bentuk tertentu dari molekul. Sifat karsinogen
tidak hanya disebabkan oleh hidrokarbon semata tetapi dapat terbentuk karena produk
oksidanya dalam hati. Selain itu tidak semua karsinogen merupakan senyawa
aromatik, beberapa diantaranya yaitu adalah nitrosamin dan vinil klorida.

C. Bahan Kimia yang Bersifat Karsinogen dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita menemukan bahan kimia yang
bersifat karsinogen (pemicu timbulnya kanker), diantaranya yaitu:
1. Alfatoksin yang diproduksi oleh jamur aspergillus flavus pada makanan yang
telah tercemar/kadaluarsa misalnya kacang tanah busuk dan keju yang telah

195

kadaluarsa, serta beberapa senyawa tertentu yang berupa zat karzinogen yang
diproduksi oleh tanaman (seledri, kurma, dan lada) yang berfungsi untuk
melindunginya dari binatang.
Zat pewarna alami dan sintetik yang digunakan

2.

sebagai zat pewarna makanan, tekstil, kertas dan


lain-lain. Misalnya b-nafttilamina dan benzinida
yang sangat berefek pada kanker kandung
kemih. Selain itu beberapa pewarna aminoazo juga
menunjukkan

karsinogen,

misalnya

4-

dimetilaminobenzena, senyawa ini dikenala sebagai


pewarna kuning mentega dan senyawa ini digunakan untuk pewarna mentega
sebelum diketahui sifat karsinogennya. Zat warna tekstil (bukan pewarna
makanan) seperti methanyl yellow pada kerupuk, tahu dan lainnya; rhodamin (zat
pewarna merah) pada syrup, menurut penelitian dapat merangsang timbulnya
kanker hati.
3. Pestisida (yang mengandung dioxin, endrin) merupakan bahan kimia yang
bersifat karsinogen.

195

4. Hasil pengolahan makanan yang menimbulkan karsinogen polisiklik hidrokarbon


yaitu akibat proses pengasapan/pembakaran makanan, serta pengolahan makanan
yang tidak tepat, misalnya suhu pemanasan
yang telampau tinggi dan lama menimbulkan
zat trans fatty acid; cara penggorengan yang
berlebihan dan menggunakan minyak goreng
berulangkali dapat menimbulkan radikal bebas seperti peroksida, epioksida dsb;
pengawetan dengan pengasinan yang berlebih.
5. zat kimia nitrosamin, zat fisis karena radiasi nuklir, atau zat biologi yang ada di
alam seperti racun pada tembakau, zat karsinogen tersebut akan merusak
keutuhan sel dan intinya sehingga bersifat mutagenik yaitu sel-sel normal setelah
dicemari zat tersebut menjadi sel ganas dan berkembang biak tidak terkendali.
6. Bahan

tambahan pangan tidak kalah penting untuk


diperhatikan. Pemanis buatan seperti siklamat dan
sakarin, walupun diijankan dalam pemakaiannya
oleh Food and Drug Association (FDA)
namun tetap memberi batas-batas dalam
penggunaannya misalnya siklamat 11mg/kg

berat badan per hari,

karena menurut penelitian epidemiologi dapat

pula menimbulkan kanker kandung kemih. Zat pengawet makanan seperti


formaldehida yang sering digunakan untuk pengawetan baso atau tahu menurut
penelitian dapat meransang timbulnya kanker hati.

195

7. Kemasan makanan berupa plastik (styrofoam) yang benyak digunakan untuk


kemasan mie instant dan kemasan fast food. Styrofoam ini terdiri dari stryne
dimmer dan stryne timmet yang mengandung bahan
polistirene yang sangat berpotensi membehayakan
kesehatan manusia kerena mie instant yang
dikemas dalam styrofoam bila secara langsung
ditambah

air panas maka komposisinya selain karbohidrat, protein,

lemak dan vitamin juaga akan mengandung residu monomer yang nantinya akan
terakumulasi dan menyebabkan Endrocrine Disruption Chemical (EDC) yang
merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya gannguan pada sistem
endokrinologi dan reproduksi pada manusia.

BAB IV
KEBAKARAN
Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa
terjadi dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain, kebakaran yang
terjadi dirumah tangga biasa mengganggu tetangga sebelah, kebakaran dibengkel
sekolah akan merugikan pihak sekolah.
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah
mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 Dengan perundangan
ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

195

disebutkan dalam Pasal ayat 1 Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah,


mengurangi

dan

memadamkan

kebakaran,

menyelenggarakan

latihan

penganggulangan kebakaran di tempatkerja.


Kebakaran diklafisikasikan menurut daerah masing masing, klasifikasi
kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Klasifikasi tersebut adalah,
Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam),
Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar,
Klas C: Instalasi listrik bertegangan,
Klas D: Kebakaran logam
Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada Comite European de
Normalisation sebagai berikut:
Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu,
Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan lain sebagainya,
Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain sebagainya,
Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potassium dan lain sebagainya.

195

Klasifikasi Amerika National Fire Protection Association (NFPA)sebagai


berikut:
Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu,
Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis,
Klas C: Kebakaran karena listrik,
Klas D: Kebakaran logam.
Klasifikasi Amerika U.S. Coast Guard sebagai berikut:
Klas A: Bahan bakar padat,
Klas B: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahrenheit
dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzene dan lain sebagainya,
Klas C: Bahan bakar cair dengantitiknyalalebihkecildari 170 derajat Fahrenheit
danlarutdalam air misalnya: ethanol, acetondan lain sebagainya,
Klas D: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar atau sama dengan 170 derajat
Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya:minyak kelapa, minyak
pendingin trafo dan lain sebagainya,

195

Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi dari 170
derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin, etilin dan lain
sebagainya,
Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain sebagainya,
Klas G: Kebakaran listrik.
Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh
api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya
yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian
persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau
suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian.

4.1. Bagaimanakah Terjadinya Kebakaran


Bila suatu bahan terbakar, maka terbebaskanlah energi, jadi hasil pembakaran
itu berada dalam tingkat energi yang lebih rendah. Suatu bahan harus diaktifkan
dahulu supaya dapat terbakar dan kehilangan energinya. Hal ini di sebabkan oleh
penyebab kebakaran seperti puntung rokok yang belum padam, pancaran panas dari
suatu tungku, loncatan bunga api paku sepatu menggesek jalan, loncatan api listrik
dan sebagainya. Sampai dimana suatu bahan harus di aktifkan supaya dapat

195

terbakar,tergantung dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala
dapat membakar batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan.

4.2. Merambatnya kebakaran


Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perambatan kebakaran. Diantaranya
faktor teknik bangunannya, yaitu sifatnya ruangan dan bahan bangunan apa yang di
pakai serta cara bahan itu di pasang dan tentu saja barang-barang apa yang berada
dalam ruangan itu.
Menembusnya api kebakaran
Bila dalam suatu ruangan terjadi kebakaran maka apinya dapat meluas dan
membakar sampai keluar ruangan. Ini disebut penembusan api kebakaran.
Penembusan api ini dapat terjadi melalui dinding atau suatu lubang padanya. Kalau
dinding itu terbakar atau tidak terbakar, suhu ruangan disebelahnya akan meninggi
sehingga bahan yang mudah terbakar dalam ruangan tersebut dapat terbakar. Suhu
ruangan di sebelahnya akan meninggi sehingga bahan yang mudah terbakar dalam
ruangan tersebut dapat terbakar.
Untuk mencegah penembusan api ini maka konstruksi bangunan harus
disesuaikan dengan syarat ketahanan terhadap api. Konstruksi itu harus mampu
menahan penembusan api.

4.3. Loncatnya api kebakaran

195

Dengan loncatan api kebakaran dimaksudkan bahwa meluasnya kebakaran


melalui udara luar. Ada dua hal yang mempengaruhi loncatan api kebakaran yaitu
pancaran panas dan sambaran atau percikan api
Bahaya pancaran panas dapat di perkirakan. Kerapatan pancaran panas yang
datang dari kobaran api tergantung luasnya api, suhu dan jarak. Dengan percobaan
yang sederhana dapatlah diuji setelah berapa lama suatu bahan akan terbakar bila
terkena pacaran panas dengan kerapatan panas tertentu. Percobaan ini dapat
dilaksanakan dengan atau tanpa adanya sambaran atau percikan api.
Kemungkinan terjadinya sambaran atau percikan api, sebenarnya adalah
pengertian yang tidak jelas. Sambaran atau percikan api dapat berbentuk percikan api
yang kecil dan padam dalam beberapa detik atau seberkas jerami yang menyala, atau
sepotong gaun menyala yang terbang diudara beratus-ratus meter jauhnya.

4.5. Ventilasi
Ventilasi atap dibuat menutup secara otomatis. Lubang cahaya atau ruang
ventilasi pada atap sangatlah bermanfaat.

4.6. Pembentukan dan penyebaran asap


Pembentukan dan penyebaran asap adalah hal yang tak dapat diabaikan demi
keamanan kebakaran. Asap dapat menghalangi atau tidak memungkinkan orang

195

menyelamatkan diri meninggalkan gedung yang terbakar karena terhalangnya


pandangan. Asap juga dapat lebih mengobarkan api dan menimbukan panik. Regu
pemadam kebakaran, dalam menunaikan tugasnya, pada umumnya telebih dahulu
menilai keadaannya dan dengan sendirinya sambil menolong penyelamatan manusia
dapat terhalang oleh asap.
Pembentukan asap adalah persoalan bahan bangunan sedangkan penyebaran
asap adalah persoalan konstruksi bangunan. Lubang ventilasi, tangga ke lantai lebih
atas, dan sebagainya sangat mempenagruhi penyebaran asap.
4.7. Apakah kebakaran itu?
Apa yang dinamakan kebakaran dan apakah yang
diperlukannya ? kita kenal segitiga kebakaran.
Kebakaran hanya mungkin bila ketiga sisinya saling
sambung menyambung merupakan segitiga yang
tertutup, bila diambil salah satu sisinya saja maka tak
mungkin terjadi kebakaran atau terpadamkanlah kebakaran itu. Jadi untuk
menyebabkan atau memungkinkan kebakaran diperlukan 3 unsur:
1. Bahan yang mudah terbakar
2. Oksigen
3. Suhu
Biasanya bahan yang mudah terbakar dan oksigen telah berada berdampingan. Kini
hanya diperlukan kenaikan suhu ini dapat berasal daripercikan api,korek api,api gas,
rokok dan sebagainya.

195

4.8. Apakah Dasarnya Pemadaman Kebakaran ?


Pada pemadaman kebakaran selalu harus diusahakan menghilangkan salah satu segi
dari segitiga kebakaran.
a. Mengeluarkan bahan yang mudah terbakar
b. Menurunkan suhunya
c .Memutuskan hubungan dengan oksigen
4.9. Tindakan pencegahan terhadap kecelakaan akibat kebakaran.
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang perlu diperhatikan adalah
teknik dan taktik pemadaman kebakaran. Kebakaran sering terjadi karena kelalaian,
kurang pengetahuan, peristiwa alam, disengaja. Media pemadam api yang biasa
digunakan antara: air, busa, karbondioksida, gas halon serta pascahalon dan serbuk
kimia kering.
Dengan seringnya terjadi kebakaran, maka dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi para ilmuwan menciptakan berbagai alat pemadam api.
Alat pemadam api dapat dikategorikan menjadi, satu alat pemadam api gerak yaitu
yang dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat yang lain contohnya alat
pemadama piringan (APAR), mobil pemadam api, kedua pemadam api instalasi
permanen contoh springkle, hydrant.

195

Untuk pencegahan kebakaran yang lebih besar seharus ada alat tanda bahaya
kebakaran yang berupa Detektor Asap, Detektor Panas. Sehingga bias diketahui
adanya kebakaran secepat mungkin.
4.10. Langkah-Langkah ketika tarjadi kebakaran
A. Selamatkan orang lain yang ada di tempat kejadian dalam usaha memadamkan
api kebakaran selama masih mampu mengerjakan.
B. Bunyikan bel atau lonceng dengan jalan memecahkan kaca fire alarm yang
terdekat untuk memberitahukan adanya bahaya kebakaran.
C. Laporkan kejadian di tempat terjadianya kebakaran kesalahan seorang petugas
jaga atau piket kekantor atau pemimpin untuk mendapatkan bantuan dari
dalam dan luar.
D. Hentikan semua kegiatan pekerjaan, hentikan pula semua mesin-mesin dan
putuskan semua aliran listrik, tutup dan amankan semua tempat-tempat gas.
E. Segera pindahkan botol-botol gas menjauhi api, jangan mengosongkannya
dengan membuka katubnya.
F. Induk-

induk

ventilasi

harus

dihentikan

(lemari

asam,

ventilator

dansebagainya.

195

G. Pemakaian jenis alat pemadam api ditentukan oleh apa yang sedang terbakar,
misalnya jangan menggunakan air untuk kebakaran listrik.
H. Pakailah alat pemadam api menurut aturan mempelajarinya sekarang.
I. Api dari orang yang terbakar pakaiannya harus dipadamkan dengan air atau
selimut kebakaran. Bila ini tidak dapat segera dilakukan dapat juga dengan
alat pemadam karbondioksida dengan syarat tidak boleh ditujukan langsung
ke kulitnya. Pada pemakaian selimut kebakaran hendaklah diperhatikan bahwa
kepala dan muka korban harus benar-benar tertutup dan tidak terjadi tabung
selimut, disarankan sebaiknya membaringkan korban itu dilantai kemudian
menutupinya dengan dengan selimut tersebut.
J. Pada waktu kebakaran kadang-kadang diperlukan pengosongan gedung oleh
orang-orang yang ada di dalamnya dengan cepat dan tertib. Dalam hal ini
periksalah pula apakah tidak ada korban yang tertinggal di dalam gedung.
K. Taatilah larangan merokok.

195

4.11. Alat-alat Pemadam Api


4.11.1. Alat Pemadam Api Karbondioksida
Alat pemadaman api karbondioksida beserta katup
penutup, slang dan tabung ekspansinya. Alat ini berupa
tabung

yang

didalamnya

terdapat

karbondioksida

dengan tekanan yang tinggi dan karenanya berada dalam


keadaan

cair.

Dengan

membuka

penuh

katup

penutupnya karbondioksida cair akan mengalir melalui


slang ke tabung ekspansi dimana karena ekspansi yang
tiba-tiba ini suhunya menjadi rendah (-790 C) sehingga
menjadi beku dan keluar dari tabung ekspansi berupa
salju.
Cara menggunakannya: Ambillah alat itu dari tempatnya, bawa ke sumber api lalu
padamkan api. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat pemadam ini adalah:
a. Lepaskan pengikatnya kemudian angkat sedikit.
b. Letakkan alat.
c. Lepaskan tabung ekspansi dari tempatnya.
d. Tahan alat dengan kaki

195

e. Buka penuh katub penutupnya


f. Semprotkan salju karbondioksida dari arah atas ke apinya sambil digerakkan
dengan cepat kesamping
Jika api telah padam tutuplah rapat-rapat katub penutupnya kemudian serahkan alat
kepada petugas keamanan supaya diganti dengan yang baru.
4.11.2. Alat Pemadam Api Busa
Alat ini terdiri dari dua tabung yaitu tabung luar dan tabung dalam. Tabung-tabung ini
berisi dua buah larutan yang berbeda. Dengan menarik tuas ke atas dan membalik alat
ini maka kedua larutannya akan tercampur. Dengan demikian terjadilah reaksi kimia
dimana terbentuk gas karbondioksida ini memaksa busa itu melalui lubang
penyemprotan keluar. Sekali alat ini dipakai maka tak dapat dihentikan reaksi
kimianya sehingga harus dipakai sampai habis untuk membuang sisa bahan
pemadamnya dan mengurangi kerugian karenanya maka tabung itu harus ditegakka
kembali, lubang penyemprotnya ditutup dengan jari tangan dan sisanya disemprotkan
ke lubang w.c.
Cara menggunakannya: ambil alat dari tempatnya, bawa kesumber api lalu padamkan
api. Yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat pemadam ini :
a.Alat harus tetap tegak
b. Peganglah dengan kedua tangan, tetap di bawa dalam keadaan tegak

195

c. Setelah tiba di tempat sumber api balikkan alat


d. Semprotkan ke api dari arah atas ke bawah dan dari bagian luar ke bagian dalam
e. Setelah api padam tegakkan kembali alat
f. Jari jempol menutup lubang semprot
g. Dikosongkan sisanya di w.c.
h. Serahkan alat kepada petugas keamanan supaya di ganti dengan yang baru.
4.11.3. Alat PemadamAir
Alat ini berupa tabung yang diisi dengan laruta soda kue. Di dalam tabung itu
terdapat juga sebuah botol gelas yang berisi asam. Bila alat itu di balik dan tombolnya
di tekan maka asam dalam botol itu akan tercantum dengan larutan soda kue. Dengan
demikian terbentuklah gas karbondioksida yang menekan cairan keluar melalui
lubang penyemprot.
Cara menggunakannya: ambillah alat dari tempatnya, bawakesumber api, balikkan
alat dan tekan tombolnya lalu padamkan api. Yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan alat pemadam ini:
a.Pegang dengan kedua belah tangan
b. Jangan dulu di balik

195

c. Tekan tombol dengan keras


d. Tabung tetap dalam keadaan terbalik
e. tujukan pancaran ke api
f. Bila api telah padam tegakkan kembali alat dan jari jempol menutup lubang
semprot
g. Sisa di buang ke w.c.
f. Alat diserahkan kepada petugas keamanan untuk diganti dengan yang baru
4.11.4. Pemadam Api Serbuk
Alat ini terdiri dari suatu tabung berisi serbuk pemadam api dan sebuah botol baja
berisi karbondioksida bertekanan tinggi. Dengan membuka katub botol baja maka gas
karbondioksida mengalir kedalam tabung sehingga tabung itu mendapat tekanan.
Tekanan ini menyebabkan serbuk pemadam api terdesak keluar. Dengan menekan
tuas pembuka di penyemprot maka keluarlah dengan deras serbuk pemadam apinya.
Cara menggunakannya: ambillah alat dari tempatnya, bawa kesumber api lalu
padamkan api. Yang perlu diperhatikan dalampenggunaan alat pemadam ini:
a.Ambil dengan kedua belah tangan
b. Lepaskan penyemprot dari tempatnya

195

c. Buka penutup katub botol baja


d. Tujukan penyemprot kesumber api
e. Tekan batang pembuka penyemprot
f. Bila api telah padam lepaskan batang pembuka penyemprot dan tutup katup botol
baja
g. Serahkan alat kepada petugas keamanan untuk diganti dengan yang baru.
4.12. SISTEM PENANGGULANGAN KEBAKARAN
4.12.1. KRITERIA DESAIN
A. Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok,
yaitu:
a. Kelompok I

195

Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan


yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan
apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
b. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api
sedang.
c. Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.

3. Bahaya kebakaran berat


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.
B. Klasifikasi Bangunan

195

Menurut tinggi dan jumlah lantai maka bangunan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Tabel 3.1.1 Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai


Klasifikasi
Ketinggian dan Jumlah Lantai
Bangunan
A

Ketinggian kurang dari 8m atau 1 lantai

Ketinggian sampai dengan 8m atau 2 lantai

Ketinggian sampai dengan 14m atau 4 lantai

Ketinggian sampai dengan 40m atau 8 lantai

E
Ketinggian lebih dari 40m atau diatas 8 lantai
Sumber: Panduan Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum, 1987
a. Sistem Hidran
1.Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran
Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve,

195

untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan


membuka suatu hose value.
-

Menghemat kerja pompa

Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi,

sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.


Semi Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat
seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya
dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak
pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan
sistem.
Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun
tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem
diperoleh dari fire department pumper.
Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang
permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper,
untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department
connection.

195

2. Kelas Sistem Stand Pipe

Kelas I
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose
connection berdiameter 2 inchi untuk mensuplai airnya, khususnya
digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih
untuk menangani kebakaran berat.

Kelas II
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose
connection berdiameter 1 inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh
penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan
pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose
connection 1 inchi jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui
oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.

Kelas III
Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection
berdiameter 1 inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose
connection berdiameter 2 inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam
kebakaran ada orang-orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.
3. Disain/Perancangan

a. Penentuan letak hose connection


Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat
yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit) atau

195

melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan
penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas
pemadam kebakaran.

b.

Ukuran minimum stand pipe


Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi.

c. Tekanan minimum sistem


Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow-ratenya,
dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection
terjauh untuk yang berdiameter 2 inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang
berdiameter 1 inchi.
d. Tekanan maksimum hose connection
Tekanan residual pada hose connection berdiameter 1 inchi yang
digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar).
Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 100 psi, maka pressure
regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik dan
residual pada outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 1 inchi
dan 175 psi untuk hose connection lainnya.
e. Flow rate (debit) minimum pada stand pipe
Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh
harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus
memiliki flow rate minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan

195

jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika
luas area melebihi 80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh harus
didisain untuk 500 gpm.

f.Flow rate minimum pada hidran gedung


Debit air minimum gedung 400 l/menit
g. Prosedur perhitungan
Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan
denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu
menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga
merupakan jenis pipa Galvanis baru.
h. Drain dan Test riser
Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan
pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device
guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device.
Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya,
diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe
drain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1.2 Ukuran Stand pipe Drain
Ukuran Drain
Ukuran Stand Pipe
Sampai dengan 2 in

Connection
in atau lebih besar

2 in, 3 in, atau 3 in

1 in atau lebih besar

195

4 in atau lebih besar


2 in saja
Sumber: NFPA 14, Standar Installation for Standpipe and Hose Systems,
1996 Edition
i.

Suplai Air (Water Supply)


Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan
sistem seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit.
b. Sistem Sprinkler

Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan
lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai
komponen sistem di antaranya:
-

Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara


langsung atau melalui riser

Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik
secara langsung atau melalui riser

Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa
pembagi, baik secara langsung atau melalui riser
1. Jenis Sistem Sprinkler

Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya
panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
Dry Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau

195

nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas


mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian
air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala
sprinkler yang terbuka.
Wet Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan
segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari
api.
Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air
melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem
deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve
dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari
seluruh sprinkler yang ada.
Preaction System
Adalah

suatu

sistem

yang

menggunakan

sprikler

otomatis

yang

disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik


yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang
dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi

195

akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam
sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.

Combined Dry Pipe-Preaction


Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran,
peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan
pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti
sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti
sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi
pengiriman air.
- Dalam versi fusible element, panas mencairkan stopper metal yang
menyumbat lubang pengiriman air.
- Dalam versi bulb, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam
kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.

fusible element type

bulb type

195

2. Klasifikasi Jenis Hunian


Klasifikasi ini berkaitan dengan pemasangan sprinkler dan suplai airnya saja.
Pengklasifikasian ini didasarkan pada kemudahan terbakarnya barang-barang yang
ada pada gedung.
Hunian bahaya kebakaran ringan (Light Hazard Occupancies)
Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung rendah dan kecepatan pelepasan panas dari api
rendah. Contohnya adalah sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan,
kantor, tempat tinggal, area tempat duduk restauran, teater, dan auditorium.
Hunian bahaya kebakaran sedang (Ordinary/Moderate Hazard Occupancies)
Jenis ini terdiri dari dua golongan, yaitu:
Group I adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas
dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang
mudah terbakar tidak lebih dari 8 ft (2.4 m), kecepatan pelepasan panas dari
api sedang. Contohnya tempat parkir mobil, pabrik roti, pembuatan
minuman, pengalengan, pengolahan susu, pabrik elektronika, tempat cuci
pakaian, dan pabrik gelas.
Group II adalah adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki
kuantitas dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda
yang mudah terbakar tidak lebih dari 12 ft (3.7 m). Contohnya gudang cold
storage, pabrik pakaian, tumpukan buku perpustakaan, percetakan, dan
pabrik tembakau.

195

Hunian bahaya kebakaran tinggi (Extra/High Hazard Occupancies)


Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung tinggi dan memiliki cairan, bubuk, kain, atau benda
lainnya yang mudah terbakar (baik flammable maupun combustible),
sehingga kecepatan pelepasan panas dari api sangat tinggi. Jenis ini terdiri
dari dua group, yaitu:
Group I adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang tidak atau hanya
sedikit mengandung cairan yang flammable atau yang combustible.
Group II adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang mengandung cairan
yang flammable atau yang combustible dalam jumlah sedang.
3. Penempatan Sprinkler
Sprinkler dengan jenis Standard Pendent and Upright Spray Sprinkler, yaitu sprinkler
yang didesain agar pemasangannya sedemikian rupa sehingga air akan menyemprot
(spray) dalam arah tegak lurus terhadap deflektor.
a. Maksimal Area Proteksi Jarak Maksimal antara Sprinkler
Jarak maksimal yang diijinkan antara sprinkler dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

195

Tabel 3.1.3 Area Proteksi dan Jarak Maksimal antara Sprinkler


Light Hazard
Area
Jarak
Tipe Konstruksi

Ordinary Hazard
Area
Jarak

Extra Hazard
Area
Jarak

Proteksi

Maks

Proteksi

Maks

Proteksi

Maks

(ft2)

(ft)

(ft2)

(ft)

(ft2)

(ft)

225

15

130

15

100

12

Non Combustible
Obstructed
Non Combustible
Unobstructed
Combustible
Unobstructed
Combustible
168
15
130
15
100
Obstructed
Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition

12

Dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh
melebihi 225 ft2 (21 m2).
b. Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding
Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler
yang diindikasi dalam tabel 3.1.3 Jarak tersebut harus diukur secara tegak
lurus dari sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak beraturan,
jarak horizontal maksimal antara sprinkler dengan suatu titik pada area

195

lantai yang dilindungi sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali jarak antara
sprinkler yang diijinkan, serta tidak melebihi jarak tegak lurusnya.
c. Jarak Minimal Sprinkler ke Dinding
Sprinkler harus ditempatkan minimal 4 inchi (102 mm) dari dinding.
d. Jarak Minimal antara Sprinkler
Jarak sprinkler (diukur dari tiap pusat sprinkler) tidak boleh kurang dari 6 ft
(1.8m).
e. Jarak di Bawah Langit-langit
Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor sprinkler
dengan langit-langit minimal 1 inchi (25.4 mm) dan jarak maksimal 12
inchi (305 mm).
Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor sprinkler harus diletakkan 1-6
inchi (25.4-152 mm) di bawah benda-benda struktur dan maksimal 22 inchi
(559 mm) di bawah langit-langit atau dek.
f.Jarak antara Penghalang (Obstruction) dengan Keluaran Sprinkler
Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga halangan terhadap
keluaran sprinkler dapat diminimasi.
Sprinkler harus dirancang sesuai dengan tabel 3.1.4 dan gambar 3.1.1

Tabel 3.1.4 Penempatan Sprinkler untuk Mencegah Halangan pada


Keluaran Sprinkler

195

Jarak Maksimal antara


Jarak dari Sprinkler ke Sisi
Deflektor ke Dasar
Penghalang (a)
< 1 ft

Penghalang (b)
0

1 ft - < 1 ft 6 in

1 ft 6 in - < 2 ft

2 ft - < 2 ft 6 in

2 ft 6 in - < 3 ft

3 ft - < 3 ft 6 in

3 ft 6 in - < 4 ft

12

4 ft - < 4 ft 6 in

14

4 ft 6 in - < 5 ft

16

5 ft
18
Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition
Namun jika penghalang terletak disebelah dinding dan lebarnya tidak lebih
dari 30 inchi (762 mm), maka harus diproteksi menurut gambar 3.1.2
g. Jarak antara Perkembangan Keluaran Sprinkler ke Penghalang
Penghalang menerus atau tidak menerus kurang dari 18 inchi (457 mm) di
bawah deflektor sprinkler, yang dapat menghalangi pula perkembangan
penuh sprinkler, harus dipasang sebagai berikut:
Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berjarak tiga kali lebih
besar dari dimensi maksimal penghalang sampai maksimal 24 inchi (609
mm) (Lihat gambar 3.1.3)

195

Gambar 3.1.1 Peletakan Sprinkler Mencegah Penghalangan Terhadap


Keluaran Sprinkler

Gambar 3.1.2 Penghalang Terhadap Dinding

195

Gambar 3.1.3 Jarak Minimum dari Penghalang

Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga bila head
pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja dari peralatan perlindungan
kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada bagian outlet pompa untuk
melindungi sistem dari kerusakan akibat tekanan yang berlebihan.
i. Persyaratan Kebutuhan Air-metode Pipa Schedule
Tabel 3.1.5 digunakan untuk menentukan penyediaan air minimum yang
dipersyaratkan untuk Light dan Ordinary Hazard Occupancies, yang dilindungi oleh
suatu sistem perpipaan dengan ukuran pipa menurut Pipa Schedule I dan Pipa
Schedule II.
Tabel 3.1.5 Persyaratan Penyediaan Air pada Sistem Sprinkler Pipa Schedule
Klasifikasi

Tekanan Residual

Flow yang Diijinkan

Durasi

Hunian

Min. yang

pada Dasar Riser

(menit)

195

Light

Diperlukan (psi)
15

(gpm)
500-700

30-60

Hazard

20

850-1500

60-90

Ordinary
Hazard
Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition
Tabel 3.1.6 Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja
Diameter Pipa

Jumlah

(inchi)
1

Sprinkler (buah)
2

10

30

60

100

Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition


Tabel 3.1.7 Pipa Schedule II untuk Hunian Jenis Ordinary Hazard dengan Bahan pipa
Baja
Diameter Pipa

Jumlah

(inchi)
1

Sprinkler (buah)
2

195

10

20

40

65

100

150

275

Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition


ii. Penyediaan Air dan Pompa untuk Sistem Sprinkler
Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:
Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang
direncanakan
Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi keperluan disain hidrolis
Bejana tekan
Tangki gravitasi
Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran
ringan adalah seperti pada tabel 3.1.5 yaitu 500-750 gpm, untuk waktu pengoperasian
selama 30-60 menit.

195

Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu
digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika
kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan.
Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa
yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan
menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection.
4. KRITERIA PERHITUNGAN
1

Sistem Hidran

Perhitungan pada sistem hidran didasarkan pada:


Flow pada standpipe terjauh minimum adalah 500 gpm (1893 l/mnt)
sedangkan pada stadpipe lainnya (tambahannya) minimum harus 250 gpm
(946 l/mnt)
Jumlah total tidak boleh lebih dari 1250 gpm (4731 l/mnt). Namun jika luas
area melebihi 80000 ft (7432 m2) maka standpipe kedua terjauh bisa
didesain untuk 500 gpm
Flow minimum pada hidran adalah 400 l/mnt
i. Peletakan Fire Hose Cabinet
Fire Hose Cabinet (FHC) ditempatkan pada tempat tertentu sehingga setiap sudut
bangunan berada dalam batas jangkauan semburan air dari selang dengan panjang
maksimum selang adalah 30 m dan sisa tekan yang diinginkan 100-200 psi
(70-140 m)

195

ii. Penentuan Diameter Sistem Hidran


Penentuan diameter dilakukan dengan cara yang sama pada sistem penyediaan air
dingin yaitu dengan menggunakan data flow dan range kecepatan aliran 2-3 m/dtk.
iii. Penentuan Kehilangan Tekanan
Penentuan kehilangan tekanan pada sistem hidran didasarkan pada persamaan HazenWilliams, sbb :
Q 0.2785 xCxD

2.53

x H

L
tot

2.54

(3.2.1)
Dimana:

Q = Flow rate (m3/s)


C = Jenis pipa
D = Diameter pipa (m)
Ltot = Lpipa + Lekiv

iv. Penentuan Kapasitas Pompa


Flow header dan kapasitas pompa didesain untuk memenuhi standpipe terjauh saja
karena kemungkinan besar tidak akan terjadi pengoperasian standpipe secara
bersamaan. Misalnya jika debit tersebut adalah 500 gpm = 0.0315 m 3/dtk = 1.887
m3/mnt, Kecepatan aliran dalam pipa adalah kecepatan aliran pada jalur terjauh,
diasumsikan 2 m/dtk. Maka diameter pipa adalah:

Q 1 xxD 2 xv
4

(3.2.2)

195

4.0,0315
D
2

0,089m 89mm

Diameter pipa yang digunakan adalah 100mm.


Tinggi angkat:

H totalpompa H S H L v

2g
(3.2.3)

Dimana:
Hs = Beda tinggi antara minimum air di tangki dengan titik kritis
Hl = Kehilangan tekanan dari atas tangki ke titik kritis + Sisa tekan pada hidran
Daya yang dibutuhkan pompa (daya air)
PW 0.163 xQxHx
(3.2.4.)
Dimana:

Pw

Daya air (kW)

Kapasitas pompa (m3/mnt)

Head total pompa

Massa jenis air (0.9982)

Daya poros pompa


P PW P
(3.2.5)

195

Dimana :

Efisiensi pompa

b. Sistem Sprinkler
Wet pipe system (sistem pipa basah) merupakan sistem yang paling sederhana dan
paling sering dipilih dalam sistem sprinkler. Alat yang digunakan sedikit dan paling
dapat diandalkan dibandingkan sistem lain. Sistem ini menggunakan kepala sprinkler
otomatis yang dipasang pada jaringan pipa berisi air yang bertekanan sepanjang
waktu. Sisa tekan dari sprinkler = 1.5 atm = 15.525 m (NFPA 13).
i. Penentuan Diameter Pipa Cabang, Pipa Pembagi, & Pipa Pembagi
Utama
Cara penentuan diameter pipa cabang, pipa pembagi, dan pipa pembagi utama adalah
sama, yaitu berdasarkan jumlah kumulatif sprinkler pada jalur yang dilayaninya.
ii. Penentuan Diameter Pipa Tegak
Pada tabel 3.1.5, untuk hunian kebakaran Light Hazard, kebutuhan minimum flow
rate = 500 gpm = 1892.55 l/mnt= 0.0315 m 3/dtk. Kecepatan untuk sprinkler berkisar
antara 2-3 m/dtk. Dengan asumsi kecepatan di dalam pipa 2 m/dtk, maka diameter
pipa riser (pipa tegak) adalah:

Q 1 xxD 2 xv
4

4 x0.0315
D

(3.2.6)

0.089m 89mm

195

Diameter riser yang digunakan adalah 100mm.


iii. Penentuan Diameter Pipa Drain
Pipa drain digunakan untuk memungkinkan adanya test. Berdasarkan referensi NFPA
14 (tabel 3.1.2), untuk riser berukuran 100mm digunakan drain pipe berdiameter 2 in
= 50mm.
iv. Penentuan Jumlah Sprinkler
Metoda yang digunakan untuk menentukan jumlah sprinkler adalah dengan
menggunakan pipa schedule yang sudah ada, yang sudah diperhitungkan kecepatan
dan tekanan di setiap titiknya. Dengan menggunakan tabel 3.1.7 maka dapat
ditentukan jumlah sprinkler yang dapat dilayani.
v. Penentuan Kehilangan Tekanan
Penentuan kehilangan tekanan pada sistem sprinkler didasarkan pada persamaan
Hazen-Williams.

Q 0.2785 xCxD2.53 x H
Ltot

Dimana:

2.54

(3.2.7)

Q = Flow rate (m3/s)


C = Jenis pipa
D = Diameter pipa (m)
Ltot = Lpipa + Lekiv

195

vi. Penentuan Kapasitas Pompa


Dihitung dengan cara yang sama dengan sistem hidran.

195

BAB V
ALAT PELINDUNG DIRI
5.1. PENDAHULUAN
Melindungi diri dari kecelakaan adalah naluri setiap mahluk hidup terutama
manusia sebagai mahluk yang berakal dan berbudaya. Alat-alat pelindung diri dalam
zaman ini dimana rekayasa mencapai kecanggihan yang sangat pesat sangat dirasakan
kebutuhannya. Perkembanagan sejarah alat pelindung diri ketika teknologi mulai
berkembang, desain alat proteksi diri sama sekali tidak memadai, atau pekerja tidak
memakainya karena mereka lebih senang tanpa perlindungan dengan akibat yang
mungkin terjadi misalnya kecelakaan pada kepala, kaki, mata, tangan dan lainlainnya. Bagi seorang ahli kimia atau orang yang berkecimpung dalam kegiatan
proses-proses kimia, alat pelindung diri ini sangat bermanfaat dan menjadi salah satu
kewajiban yang harus dipatuhi. Alat pelindung diri berfungsi mengisolasi tubuh
pekerja terhadap keterpaan bahan kimia berbahaya. Alat-alat ini ditujukan pada
perlindungan diri manusia, fisik dan phsikis seperti :
- Debu, gas, atau uap yang bersifat racun atau bersifat merangsang
- Benda padat maupun benda cair yang membahayakan kesehatan
- Suhu, tekanan dan sinar yang berbahaya
- Mesin, alat dan perabot yang dapat bergerak, pecah atau meledak.
Alat-alat pelindung diri dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok, seperti :

195

A. Alat pelindung diri bagian kepala, untuk :


1. Seluruh bagian kepala
2. Kepala bagian atas
3. Muka
4. Pernafasan ( mulut dan hidung )
5. Penglihatan ( mata )
6. Pendengaran ( telinga )

B. Alat pelindung diri bagian badan, untuk :


1. Seluruh badan
2. Badan bagian sebelah muka
3. Dada

C. Alat pelindung diri untuk anggota badan


. 1. Tangan
2. Kaki, seluruhnya maupun sebagian

5.1. Alat Pelindung Diri Bagian Kepala


5.1.1. Alat pelindung diri seluruh bagian kepala
Alat ini adalah kombinasi dari alat-alat pelindung mata, pernafasan dan
kepala. Bentuknya seperti selubung kepala dengan tujuan perlindungan diri terhadap
debu, gas, uap dan percikan cairan yang berbahaya. Alat ini tidak dapat dipakai untuk

195

melindungi diri terhadap benda-benda keras yang berjatuhan. Beberapa jenis alat ini
dilengkapi pula dengan tabung oksigen.

5.1.2. Alat pelindung diri kepala bagian atas


Alat ini berupa helm yang terbuat dari bahan polimer yang keras atau logam
yang ringan dan ditujukan untuk melindungi kepala terhadap benturan atau tertimpa
benda-benda keras yang berjatuhan. Alat ini tidak langsung mengenai kepala, tapi
diberi jarak kira-kira 2 cm oleh suatu rangkaian tali temali atau pita. Kadang-kadang
juga dilapisi dengan busa padat di bagian dalamnya.

5.1.3. Alat pelindung diri untuk muka


Alat ini berbentuk tameng yang terbuat dari bahan polimer yang keras
serta tembus cahaya. Tujuan dari alat ini adalah melindungi muka terhadap percikan
larutan atau benda-benda keras yang berterbangan. Alat ini tidak dapat melindungi
pemakainya terhadap debu, uap atau gas yang berbahaya maupun benda-benda keras
yang berjatuhan. Suatu kombinasi antara helm dan tameng muka,barulah dapat
melindungi terhadap benturan dan tertimpa benda-benda keras yang berjatuhan
maupun percikan larutan dan benda-benda keras yang kecil beterbangan. Amat baik
dipakai pada waktu menangani asam, basa, dan terutama bahan-bahan atau percobaan
yang bersifat eksplosif.

195

5.1.4. Alat pelindung diri untuk pernapasan


Alat ini dikenal istilah Respirator. Respirator menutupi seluruh bagian
hidung dan mulut sehingga udara yang dihirup terpaksa harus melalui suatu saringan.
Alat ini amat penting mengingat 90% kasus keracunan sebagai akibat masuknya
bahan-bahan kimia beracun atau korosif lewat saluran pernafasan. Alat ini melindungi
saluran pernafasan dan paru-paru terhadap debu, gas atau uap yang bersifat racun atau
membahayakan kesehatan. Respirator yang paling sederhana terbuat dari semacam
kertas saring yang kaku atau busa padat dari bahan polimer. Alat semacam ini hanya
melindungi pernafasan terhadap debu dan bila pori-porinya sudah tertutup debu, alat
ini dibuang. Lain halnya dengan respirator yang terbuat dari bahan polimer, kenyal
dan dilengkapi dengan saringan. Saringannya dapat diganti-ganti dengan saringan
yang sesuai tujuannya, misalnya : saringan debu, gas belerang dioksida, gas khlor dan
sebagainya. Ada pula saringannya yang berbentuk tabung pendek serupa cakram. Alat
pelindung pernafasan ada pula yang dikombinasikan dengan alat pelindung mata. Alat
penyaring udaranya pun dikhususkan untuk gas atau uap yang tertentu saja. Biasanya
ditulis dan diberi sandi warna guna menunjukkan untuk gas atau uap apa alat
penyaring itu dapat digunakan. Bergantung pada jenis dan kadar pencemar, ada
beberapa jenis respirator, antara lain :
Respirator yang memurnikan udara , Jenis ini memakai filter atau kanister
yang dapat menyerap atau mengambil kontaminan dalam udara. Jenis filter atau
kanister yang dipakai bergantung pada jenis kontaminan yang ada. Kontaminan debu
dapat disaring dengan filter mekanik. Semakin halus filter semakin kecil ukuran debu

195

yang dapat diambil. Kain Verban yang biasa dipakai hanya efektif untuk partikel debu
yang besar, dan tentu saja tidak bermanfaat untuk kontaminasi gas atau uap beracun.
Untuk gas dan uap baracun dipakai kanister yang dapat menyerap gas-gas tersebut
secara kimia atau fisika.Dengan sendirinya kanister akan berbeda untuk gas atau uap
yang berlainan pula. Biasanya kanister tersebut diberi warna yang berbeda sesuai
kemampuan penyerapan gas, seperti :
Gas asam

: Putih

Gas asam sianida

: Putih dengan strip hijau

Gas khlor

: Putih dengan strip kuning

Uap Organik

: Hitam

Gas amonia

: Hijau

Gas karbon monoksida

: Biru

Gas asam dan uap organik

: Kuning

Gas asam, uap organik dan


Amonia

: Cokelat.

Kanister-kanister tersebut dapat dilepas dan dipasang kembali sesuai dengan


kebutuhan. Karena Kanister mengandung bahan penyerap, maka umur atau daya
pakai juga bergantung pada lama pemakaian dan besarnya kadar kontaminan.
Meskipun pemakaian kanister terbatas umur pakainya, tetapi cukup praktis dan aman
sehingga banyak dipakai secara rutin. Tetapi alat ini tidak dapat mengatasi adanya
defisiensi ( kekurangan) oksigen. Untuk ini dipakai pelindung pernafasan kedua
dengan pemasok ( supply ) udara atau oksigen.

195

Respirator dengan pemasok udara/ oksigen : Peralatan ini mirip peralatan


pernafasan untuk para penyelam, dimana disediakan udara/oksigen untuk pernafasan.
Alat pelindung demikian digunakan untuk bekerja dalam ruangan yang berkadar
oksigen rendah seperti ruangan tertutup atau terpolusi berat, misalnya : adanya gas
aspiksian ( N2, metan, CO2 ) atau aspiksian kimia ( NH 3, CO, HCN, TEL ) pada
konsentrasi tinggi. Pemasok udara pernapasan berupa udara tekan, dapat dipakai
selama 30 menit, sedangkan oksigen tahan antara 30 menit sampai satu jam dan udara
atau oksigen cair untuk perlindungan antara 1- 2 jam.

5.1.5. Alat pelindung diri untuk mata


Pelindung mata amat penting untuk bekerja dalam laboratorium karena mata
amat rawan terhadap percikan asam, basa, atau terhadap pecahan kaca atau gelas.
Pelindung mata dapat berupa kacamata biasa (spectacle), kacamata dengan sisi yang
tertutup (side shielded spectacle), kacamata dengan pinggiran tertutup (goggle) atau
kacamata yang pinggirannya tertutup serta kacanya menyatu agar batas pandangnya
lebih luas (wide vision goggle). Kacanya pun terdapat dalam berbagai kwalitas,
seperti jenis gelas yang keras agar dapat tahan pada benturan, jenis gelas yang
menyerap sinar ultra violet, kaca dari bahan polimer yang tembus cahaya dan
sebagainya.

Alat pelindung mata yang mana sebaiknya harus dipakai? Sangat

tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Kacamata yang memberi


perlindingan kepada mata secara maksimal adalah kacamata dengan pinggiran
tertutup serta kacanya menyatu (goggles). Sayangnya kacamata semacam ini bila

195

dipakai

dalam cuaca atau suhu yang panas, maka akan ada kemungkinan

mengembunnya keringat pada kacanya sehingga menghalangi pandangan. Kacamata


biasa lebih enak dipakai daripada goggles. Oleh karena itu, di banyak laboratorium,
pemakaian kacamata diwajibkan bagi para mahasiswa atau pekerja sebagai
persyaratan minimal pelindung mata. Lensa pada kacamata atau goggles terbuat dari
plastik atau kaca yang antipecah.
5.1.6. Alat pelindung diri untuk pendengaran ( telinga )
Suara yang bergemuruh atau hiruk pikuk dapat menimbulkan keadaan yang
disebut bising. Suasana bising ternyata mempengaruhi manusia secara fisik maupun
psikis. Tingkat kebisingan digunakan satuan desibel. Pada tingkat kebisingan 130
desibel akan timbul rasa sakit di dalam telinga dan memungkinkan mulai terjadi
gangguan-gangguan pendengaran. Pada tingkat kebisingan < 130 desibel pun akan
dapat menimbulkan gangguan pendengaran bila hal ini berulang selama beberapa jam
setiap harinya.
Tabel di bawah ini menunjukkan kemungkinan timbulnya gangguan pendengaran
dalam kondisi tersebut di atas,
Lamanya dalam jumlah

Tingkat kebisingan dalam

Jam setiap harinya

ukuran desibel

90

92

95

97

195

100

1.5

102

105

0,5

110

< 0,25

115

Untuk melindungi pendengaran dari kebisingan ada beberapa macam alat pelindung
diri untuk pendengaran. Alat tersebut yang paling sederhana adalah sejumput kapas
yang disumbatkan pada lubang telinga. Alat lainnya berupa bidak catur yang di
bagian dalamnya dipasang sebuah selaput (membran) yang dilindungi oleh selembar
kasa kawat yang halus, alat ini disumbatkan ke dalam lubang telinga. Alat pelindung
pendengaran yang lebih canggih lagi menutupi seluruh telinga

sehingga daun

telinganya pun tertutup oleh alat tersebut. Alat ini sama sekali tidak meneruskan suara
ke dalam telinga.
5.2. Alat pelindung diri bagian badan, untuk
5.2.1. Alat pelindung diri untuk seluruh badan
Yang dimaksud dengan seluruh badan adalah badan tanpa kepala dan anggota
badan. Alat pelindung diri ini termasuk golongan pakaian dan lebih di kenal dengan
pakaian kerja, jas laboratorium atau jas lab. Jas lab berfungsi sebagai pelindung tubuh
atau pakaian pelindung dari kontak dengan bahan kimia asam atau basa yang korosif
atau panas. Jas lab ini terbuat dari kain katun, atau kain yang menolak air (water
repellant), yang terbuat dari kain atau bahan yang tahan air (water proof) disebut jas

195

hujan. Umumnya jas lab berwarna putih, sekalipun warna ini bukan suatu keharusan.
Panjang jas lab dapat setinggi paha atau melampaui lutut.

5.2.2. Alat pelindung diri untuk badan sebelah muka


Alat ini juga termasuk golongan pakaian dan dikenal dengan istilah apron.
Pada umumnya apron terbuat dari bahan tahan air. Sekalipun demikian ada yang
terbuat dari kain biasa. Sebagaimana jas lab, apron melindungi pakaian kerja terhadap
percikan larutan, asam atau basa yang korosif. Apron yang terbuat dari kulit, khusus
diperuntukkan pekerjaan las yaitu untuk melindungi pakaian kerja terhadap percikan
logam yang panas.

5.2.3. Alat pelindung diri untuk dada


Alat ini dikenal dengan istilah rompi pelindung. Karena rompi ini bertujuan
untuk melindungi dada terhadap peluru maka rompi semacam ini lebih dikenal
dengan istilah rompi tahan peluru. Rompi ini hampirtak prenah diperlukan dalam
pekerjaan-pekerjaan kimia.

5.3. Alat pelindung diri untuk anggota badan


5.3.1. Alat pelindung diri untuk tangan
Alat ini biasanya disebut sarung tangan dan melindungi tangan dari bahanbahan kimia yang dapat merusak kulit seperti : asam sulfat, asam nitrat, natrium
hidroksida, TCA dan sebagainya atau teradsorpsi lewat kulit seperti : sianida, benzen

195

dan krom. Karena itu sarung tangan sangat diperlukan untuk menangani bahan-bahan
kimia. Sarung tangan untuk keperluan pekerjaan kimia lebih mengutamakan segi
praktikum dibandingkan dengan segi estetisnya.
Sarung tangan ini dapat dibuat dari :
a) Kain biasa atau kain rajut, ditujukan agar benda kerja tidak
bersentuhan langsung dengan tangan.
b) Kain tebal atau kain halus, bila ditujukan untuk melindungi tangan
terhadap gesekan dengan benda kerja yang kasar permukaannya.
c) Kulit tebal atau asbes/silika, bila ditujukan untuk melindungi tangan
terhadap benda kerja yang kasar atau terhadap percikan benda
d) Kulit atau bahan polimer lainnya, bila ditujukan untuk melindungi
tangan terhadap percikan larutan atau cairan yang korosif.

5.3.2. Alat pelindung diri untuk kaki


Alat ini biasanya disebut sepatu pengaman dan bentuknyapun seperti sepatu
biasa. Gunanya untuk melindungi kaki dari kemungkinan tumpahan bahan kimia
korosif, beracun ataupun dari kejatuhan benda-benda keras. Tapi sepatu biasa yang
tidak licin dan bertumit rendah dapat dipakai. Sepatu pengaman ini sesuai dengan
tujuan pemakaiannya dapat terbuat dari kulit, karet atau bahan polimer lainnya.
Sepatu pengaman harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Harus menutupi seluruh kaki bagian bawah (foot)
b) Hidung sepatu tidak boleh meruncing

195

c) Tumit sepatu tidak boleh lebih tinggi dari 3 cm


d) Air atau larutan tidak boleh merembes kedalam sepatu.
\Untuk beberapa pekerjaan lapangan kadang-kadang sepatu pengaman itu juga
dipersyaratkan :
a) Harus menutupi seluruh bagian kaki, mata kaki dan betis
b) hidung sepatu dan alas sepatu harus diperkuat dengan besi baja
yang dapat menahan benda seberat satu ton dan tidak dapat tertembus paku.

195

BAB VI
KESEHATAN KERJA
6.1. Kesehatan dan Kecelekaan Akibat Kerja
Bekerja dalam laboratorium kimia, sebagaimana bekerja dalam industri kimia,
pertambangan, dan bangunan, mengandung risiko berupa keselamatan kerja. Risiko
tersebut juga terdapat pada kehidupan yang lain, seperti halnya bepergian dengan
kendaraan bermotor, mendaki gunung, dan bahkan tidak bekerja atau tinggal di rumah
sekalipun. Risiko bahaya tersebut hanya terwujud menjadi kenyataan sebagai akibat
kecelakaan, keteledoran, dan sebab lain di luar kemampuan manusia.
Adalah suatu kearifan bagi manusia untuk mempelajari setiap kemungkinan
bahaya dalam pekerjaan agar mampu mengendalikan bahaya serta mengurangi resiko
sekecil-kecilnya. Kemampuan manusia untuk mengendalikan bahaya seperti racun
pestisida, zat radio aktif atau bahaya kebakaran gas alam cair, memungkinkan
manusia memanfaatkan bahan-bahan berbahaya tersebut dengan aman.
Demikian pula bekerja dalam laboratorium kimia,tak lepas dari kemungkinan
bahaya dari berbagai jenis bahan kimia. Pemahaman dari berbagai aspek bahaya
dalam laboratorium, memungkinkan para pekerja dalam menciptakan keselatan dan
kesehatan kerja.

6.2. LABORATORIUM KIMIA


Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian,
pelayanan dan uji mutu atau quality control. Berbagai jenis laboratorium kimia telah

195

banyak dimiliki oleh perguruan tinggi maupun sekolah lanjutan atas, industri dan jasa
serta lembaga penelitian dan pengembangan. Karena perbedaan fungsi dan
kegunaannya, dengan sendirinya berbada pula desain, fasilitas, teknik, dan
penggunaan bahan. Walaupun demikian, apabila di tinjau dari aspek keselamatan
kerja, laboratorium-laboratorium kimia mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai
akibat penggunaan bahan kimia dan teknik di dalamnya.

6.3. KESELAMATAN KERJA DALAM LABORATORIUM KIMIA


Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para
pekerjanya. Aman terhadap setiap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakit atau
gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman, bebas dari rasa khawatir
akan kecelakaan dan keracunan, seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan
efisien.
Keadaan aman dalam laboratorium, dapat diciptakan apabila ada kemauan
dari setiap pekerja atau kelompok pekerja untuk menjaga dan melindungi diri.
Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun
orang lain serta lingkungan. Ini adalah tanggung jawab moral dalam keselamatan
kerja, yang memegang peranan penting dalam pencegahan kecelakaan. Selain itu,
disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam
keselamatan kerja. Kedua faktor penting tersebut bergantung pada faktor manusianya,
yang ternyata merupakan sumber terbesar kecelakaan di dalam laboratorium.

195

6.4. PENGARUH KONDISI FISIK TERHADAP KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA
Kondisi fisik cenderung mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja secara
langsung, baik dalam jangka waktu singkat maupun jangka waktu yang lama.
Beberapa kondisi fisik
Penyakit Menular

Kebisingan

Serangan Fisik

Perulangan Gerak

Suhu Ekstrem

Kondisi Fisik

Zat-zat berbahaya

6.4.1. JADWAL KERJA (WORK SCHEDULE)

195

Jadwal Kerja

Jam Kerja

Effek

Night Shift

Adanya jam malam,


biasanya pada perusahaan
yang menggunakan sistem 2
atau 3 shift jam kerja.

Menggangu siklus tidur pekerja,


yang mengakibatkan gangguan
pada sistem hormon dan
pencernaan.

Long Shift

Umumnya selama 8 jam,


untuk 10-12 jam
membutuhkan kemampuan
fisik dan mental yang lebih.

Merangsang penggunan
alkohol, obat perangsang, serta
gangguan pada siklus tidur.

Jam kerja fleksibel,


diserahkan kepada pekerja.
Flexible Work Schedule

Minimnya absensi dan


keterlambatan. Memberikan
kepuasan untuk pekerja bukan
meningkatkan peformansi
kinerja pada sistem.

JADWAL KERJA

JOB STRESS (1)


6.4.2. JENIS KETEGANGAN / STRAIN (Jex and Beehr, 1991) :

195

Job Strain
Psychological reactions

Physical reactions

Behavioral reactions

Contoh Spesifik
Marah
Gelisah
Frustasi
Ketidaksenangan kerja
Ganguan hati
Pusing
Kejang perut
Kanker
Merokok
Kecelakaan
Berhenti bekerja

6.4.3. JOB STRESS (2)

195

Objective
Stressor

Api terjadi
tiba-tiba

Persepsi

Pemberitahuan

Ketegangan
Jangka Pendek

Ketegangan
Jangka Panjang

Karyawan
melihat api

Karyawan
mengabarkan
adanya
ancaman
kebakaran

Karyawan
mengalami
ketakutan dan
melompat dari
jendela

Karyawan
mengalami
trauma,
stress,
kekacauan

MODEL PROSES TERJADINYA STRESS KERJA

6.4.4. ACCIDENTS
Masalah kecelakaan menjadi perhatian utama perusahaan karena berhubungan dengan
biaya organisasional dan pekerja. Untuk mencegah kecelakaan, maka harus
dimengerti penyebab dan bagaimana mengeliminasinya.

195

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Dalam Bekerja


Penggunaan Alkohol dan
Miras dalam bekerja
Faktor Individu

Trauma insiden hidup


Karakteristik individu
Merokok
Work Accidents
Seleksi Karyawan
Design Peralatan

Faktor Organisasi

Absensi dan Turnover


Komitmen Manajemen
Keselamatan
Pelatihan Keselamatan

195

6.4.5. BURNOUT
Yaitu suatu pernyataan psikologis yang sulit bahwa seorang pekerja akan memiliki
pengalaman setelah bekerja dalam periode waktu tertentu. Burnout mengakibatkan
kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja.

Emotional Exhaustion

Komponen Burnout

Depersonalization

Reduced Personal
Accomplishment

Job stressors
Beban Kerja Berat
Kontrol Rendah
Ambiguitas Peran
Konflik Peran

Job Strain

Burnout

Absen
Ketidakpuasan
Gejala Sakit
Performansi Buruk
Turnover

195

6.5. Kesehatan bekerja

Jaga kontak tangan pada muka, mata, mulut, dan bagian tubuh lainnya
bila masih melakukan kontak dengan bahan kimia.

Makanan dan minuman, baik yang terbuka maupun yang masih


tertutup harus dijauhkan dari area bahan kimia.

Jangan pernah menggunakan peralatan laboratorium yang terbuat dari


kaca untuk penggunaan sebagai wadah untuk minum.

Tidak menggunakan kosmetik bila ingin bekerja dalam laboratorium.

Cuci tangan setelah menggunakan sarung tangan, dan sebelum


meninggalkan laboratorium

Menyimpan kembali peralatan pelindung (seperti sarung tangan, jas


laboratorium, apron, kacamata) sebelum meninggalkan laboratorium.

6.5.1. Prosedur Tindakan Gawat Darurat

Ketahui semua lokasi yang menjadi pintu akses keluar dari


laboratorium maupun gedung.

Ketahui nomor telepon emergensi.

195

Ketahui tempat dan cara mengoperasikan alat-alat berikut:

Pemadam kebakaran

Sistem tombol alarm

Pelindung api

Pencuci mata

Kotak P3K

Shower
Dalam keadaan darurat, ikuti petunjuk emergensi yang telah

diinstruksikan oleh dosendan segera mengungsi ke ruangan yang terdekat atau


bangunan terdekat
6.5.2. Program Kesehatan Kimia
Chemical hygiene plan (CHP) atau Program Kesehatan Kimia adalah suatu
program yang ditukis untuk kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab perlindungan
karyawan dari potensi bahaya yang disebabkan oleh bahan kimia yang digunakan
dalam bekerja.

OSHAs Occupational Exposure to Hazardous Chemicals in


Laboratories Standard (Title 29, Code of Federal Regulations, Part 1910.1450)
ditetapkan untuk melindungi setiap person dari resiko bahan kimia. Standar ini
dapat dilihat pada web site OSHA www.osha.gov.

Peraturan ini dapat diterapkan pada setiap person yang bekerja di


laboratorium (seperti dosen dan asisten laboratorium) guna memberikan
perlindungan kepada mahasiswa.

195

Ketua jurusan, Kepala laboratorium, dan dosen adalah orang-orang

yang bertanggung jawab pada program CHP di kampus.

6.5.3. Hal-Hal yang diperlukan dalam Perlindungan Kesehatan terhadap Bahan


Kimia
1. Standar prosedur kerja yang relevan dalam perlindungan kesehatan dari
potensi bahaya bahan kimia.
2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan dan menerapkan control yang
dilakukan pada bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya (seperti
bangunan, peralatan safety, sistem pengontrolan administrasi, dan praktek
kesehatan) dan melakukan seleksi pengendalian terhadap bahan kimia yang
beresiko.
3. Memastikan alat-alat pelindung seperti masker berfungsi dengan baik.
4. Informasikan kepada setiap mahasiswa yang bekerja dengan bahan kimia
yang beresiko menimbulkan bahaya, lokasi CHP, gejala atau tanda bahaya dari
bahan yang bisa meledak, perlatan safety yang tersedia, penanganan bahan
kimia yang berbahaya, penyimpanan, serta daftar Material Safety Data Sheet
setiap bahan kimia.
5. Pelatihan bagi orang-orang yang sering terlibat dengan bahan-bahan kimia
meliputi cara mengetahui bahan kimia yang berbahaya, cara mendeteksi bahan
kimia berbahaya, wujud fisik bahan kimia yang digunakan, mengukur potensi
bahaya yang bisa ditimbulkan, cara penanganan bahan kimia dan melindungi

195

diri dari resiko yang ditimbulkan bahan kimia yang berbahaya, tindakan
emergensi yang dilakukan, dan penerapan program CHP.
6. Prosedur kerja standar yang telah disetujui dan disepakati bersama oleh pihak
manajemen di kampus (melibatkan ketua jurusan, kepala laboratorium, analis,
maupun mahasiswa).
7. Kemudahan untuk konsultasi dengan tenaga medis yang berpengalaman
dalam hal (1) memiliki pengetahuan luas tentang bahan kimia yang berpotensi
menimbulkan bahaya. (2) monitoring tingkat resiko bahan kimia, atau (3)
melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium yang
terkena bahaya.
8. Menetapkan tanggung jawab dari implementasi program CHP, termasuk
persetujuan analis laboratorium.
9. Melengkapi kebutuhan peralatan pelindung lainnya dari bahaya yang
ditimbulkan dari bahan kimia karsinogenik, racun bagi sistem reproduksi, dan
bahan kimia akut lainnya.
10. Melakukan evaluasi terhadap program CHP yang dilakukan minimal satu kali
dalam satu tahun.
6.5.6. Elemen-elemen pendukung dalam Perlindungan Kesehatan terhadap
Bahan Kimia
1. Identifikasi bahaya meliputi pelabelan bahan-bahan kimia yang berpotensi
bahaya, dan membuat daftar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan kimia
yang berbahaya.

195

2. Menetapkan dan memelihara arsip personal yang pernah menglami bahaya di


laboratorium guna memudahkan penelusuran medis.
Sebagai tambahan dalam pengembangan program CHP adalah konsultasikan
hal-hal berikut:
Handbook of Chemical Health and Safety (ACS Handbooks) byRobert J
Alaimo (2001)
Prudent Practices in the Laboratory: Handling and Disposal of Chemicals by
The National Research Council (1995)
6.6. SEBAB-SEBAB KECELAKAAN
Berdasarkan pengalaman baik di dalam laboratorium maupun dalam industri kimia,
penyebab dari kecelakaan atau sakit akibat kerja berturut-turut adalah: sikap dan
tingkah laku para pekerja; keadaan yang tidak aman; dan kurangnya pengawasan dari
pihak pengawas (supervisor).

a. Sikap dan Tingkah Laku Para Pekerja


Sikap dan tingkah laku para pekerja yang lalai, menganggap remeh setiap
kemungkinan bahaya dan enggan memakai alat pelindung diri, menempati urutan
pertama sebagai penyebab kecelakaan. Sikap dan tingkah laku demikian sering
dimiliki oleh para pekerja yang belum banyak pengalaman di dalam laboratorium.
Dalam dunia pendidikan, hal demikian sering terjadi pada praktikum-praktikum

195

mahasiswa tingkat pertama dan kedua bahkan mungkin pula pada tingkat yang
lebih tinggi.
b. Keadaan yang Tidak Aman
Keadaan yang tidak aman dapat di akibatkan oleh bahan, alat, dan teknik. Bekerja
dengan gas hidrogen sulfida, asam sianida atau metil isosianat, adalah contoh
keadaan yang tidak aman karena bahan tersebut sewaktu-waktu dapat
menimbulkan pencemaran ruang kerja atau lingkungan.Keadaan menjadi lebih
tidak aman seandainya alat ventilasi ruangan, lemari asam atau sistem pengaman
gas (scrubber) tidak bekerja dengan baik. Kesalahan teknik juga merupakan suatu
keadaan tidak aman. Seperti pemanasan eter atau aseton dengan api terbuka atau
melakukan reaksi kimia ekotermis tanpa pendingin.
c. Supervisor (Pengawas)
Pengawas juga memegang peranan penting. Prosedur dan cara kerja perlu di
berikan oleh pengawas secara jelas dan sempurna sebelum dikerjakan oleh para
pelaksana. Juga sangat penting pengetahuan pengawas untuk mengetahui setiap
kemungkinan (mengatisipasi) bahaya yang timbul dari suatu bahan dan percobaan
kimia. Kadang kala seorang pekerja tahu akan bahaya dan tahu pula keharusan
memakai alat pelindung diri, tetapi sangat sering dirasakan bahwa memakai alat
pelindung banyak menghalangi keleluasaan bergerak sehingga cenderung untuk
tidak memakainya. Kalau hal itu tidak mendapat perhatian dari pihak pengawas,
dapat pula menimbulkan kecelakaan atau gangguan kesehatan.
6.7. JENIS BAHAYA DAN KECELAKAAN DALAM LABORATORIUM

195

Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia


adalah:
a. Keracunan
Keracunan, sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik,
seperti amonia, karbon monoksida, benzena, kloroform, dan sebagainya.
Keracunan dapat berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah
yang lebih sering terjadi baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan
asbestosis, adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah
kecil tetapi terus menerus.
b. Iritasi
Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asam
klorida, natrium hidroksida, gas klor, dan sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau
peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata.
c. Kebakaran dan luka bakar
Kebakaran dan luka bakar, sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani
pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol, dan
sebagainya. Hal yang sama dapat di akibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif
seperti peroksida dan perklorat.
d. Luka kulit
Luka kulit, sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi pada
tangan atau mata karena pecahan kaca.
e. Lain-lain Bahaya
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu, dan pencemaran
lingkugan.

195

Jadi, jelas laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi
bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbukan kerugian.
Suatu contoh, bahan bakar bensin dan gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran
yang amat besar. Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang baik, transportadi
jutaan ton tiap hari adalah hal yang biasa. Demikian pula dalam produksi dan
penggunaan pestisida yang mempunyai potensi racun, hanya menimbulkan
malapetaka apabila salah penanganan atau karena kecerobohan.
6.8. SUMBER-SUMBER BAHAYA DALAM LABORATORIUM KIMIA
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia dapat di
kelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara
penanganan dan penyimpanannya.
Contohnya: Bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplosif, dan sebagainya
2. Teknik percobaan, yang meliputi pencampuran bahan, distilasi, akstraksi, reaksi
kimia dan sebagainya.
3. Sarana laboratorium, yakni gas, air, listrik dan sebagainya.
Ketiga sumber di atas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta
keterkaitannya perlu dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap
kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi sehingga mampu mencegah atau
menghindarinya.
Selain itu, perlu pula dipahami tentang alat pelindung diri serta cara
penanggulanganya bila terjadi kecelakaan.

195

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dalam Laboratorium

6.9. PERTOLONGAN PERTAMA


LABORATORIUM

PADA

KECELAKAAN

DALAM

Meskipun sudah banyak caradan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi


masih pula dapat terjadi kecelakaan dalam laboratorium. Oleh karena itu, untuk
menghindari akibat buruk diperlukan usaha-usaha pertolongan pertama bila terjadi
kecelakaan. Meskipun banyak cara pertolongan pertama pada kecelakaan(P3K) yang
umumnya cukup luas, tetapi P3K dalam laboratorium kimia dapat diarahkan pada
kecelakaan berupa: luka bakar, luka pada mata dan keracunan.
Biasanya pertolongan pertama selalu diikuti pengobatan dengan pemberian
antidote. Pemberian antidote kimia biasanya dihindarkan dan pemberian obat hanya
dapat diberikan oleh dokter. Tetapi dokter jaga ataudi rumah sakit memerlukan
informasi jelas sebab-musabab kecelakaan. Terutama bila terjadi keracunan, maka
jenis bahan kimia penyebab keracunan perlu diberitahukan agar dokter yang
bersangkutan dapat memberikan obat dengan tepat.

6.9.1. LUKA BAKAR


a. Luka Bakar Karena Panas (Thermal Burns)
Luka bakar karena panas dapat terjadi oleh kebakaran atau kontak dengan gelas atau
logam panas. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan mencelupkan bagian yang

195

terbakar kedalam air es secepat mungkin. Pendinginan diteruskan sampai rasa sakit
hilang dan tidak timbul kembali bila diangkat dari es. Bila tak mungkin bagian luka
untuk direndam, maka pendinginan dapat dilakukan dengan kompres.
Langkah pertolongan pendinginan diperlukan agar mengurangi rasa sakit dan yang
penting adalah bahwa pendinginan akan menghentikan atau memperlambat reaksi
perusakan akibat kebakaran. Pertolongan pertama ini harus segera diikuti dengan
pengobatan dokter.
Bila luka kebakaran terlalu besar, segera beri tahu dokter. Pakaian yang menempel
pada atau berdekatan dengan luka perlu di lepas. Hindarkan kontaminasi terhadap
luka dan jangan membersihkan luka atau memberikan bahan pengoles. Menutup luka
dengan kain atau verban yang steril dan bersih adalah cara terbaik dan segera di bawa
ke dokter.
b. Luka Bakar Karena Bahan Kimia (Chemicl Burns)
Bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan oksidator dapat melukai atau merusak kulit,
terasa panas seperti terbakar. Pertolongan pertama yang harus segera di lakukan
adalah melepaskan kontak dengan bahan tersebut secepat dan sesempurna mungkin.
Pakaian yang ikut terkena bahan segera di lepas dan bagian jaringan tubuh yang
terluka segera di cuci dengan air sebanyak mungkin. Hindari penggunaan antidote
penetral ato yang lain, sebab mungkin akan menimbulkan reaksi lain dengan jaringan
yang terluka. Bawa kedokter untuk memperoleh pengobatan yang tepat.
6.9.2. LUKA PADA MATA
a. Benda Asing Pada Mata

195

Pecahan kaca atau benda asing lainnya dapat masuk pada mata. Benda-benda tersebut
yang menempel atau terikat longgar dapat di ambil dengan hati-hati. Tetapi kalau
benda-benda tersebut tertancap kuat pada bagian mata atau kornea, hanya dokter yang
dapat mengambilnya. Pengambilan oleh bukan ahlinya, sering justru akan
menimbulkan luka yang lebih parah
b. Luka Bakar Mata oleh Bahan Kimia
Percikan atau aerosol dari bahan kimia yang korosif atau iritant dapat melukai mata
apabila kita lupa memakai pelindung mata. Pertolongan pertama segera di berikan
dengan mencuci mata dengan air bersih, baik dengan air keran atau penyemprot air
bila ada. Kelopak mata harus dibuka agar benar-benar pencucian dapat merata ke
seluruh permukaan mata. Pencucian atau pembersihan ini sebaiknya dilakukan terus
sampai kurang lebih selama 15 menit dan setelah itu segera bawa ke dokter ahli. Juga
disini ditekankan bahwa pertolongan pertama tidak boleh di cuci dengan larutan
kimia penetral, sebab mungkin akan lebih memperburuk keadaan luka.
Bahan-bahan kimia seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida dan asam fluorida
demikian pula senyawa basah seperti natrium/kalium hidroksida, amonia dan
senyawa-senyawa amin amat berbahaya bila kena mata. Cara pencegahan dengan
memakai kaca mata atau goggles merupaka cara terbaik.
6.9.3. KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang paling sering dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia kedalam tubuh lewat saluran
pernapasan atau lewat kulit dan amat jarang lewat mulut. Meskipun banyak antidote

195

untuk mengulangi keracunan, tetapi pencegahan masuknya bahan kimia lewat ketiga
jalur di atas merupakan cara terbaik untuk menghindarkan keracunan.

6.9.4. Keracunan Lewat Pernapasan


Gas, uap, aerosol, embun, dan debu merupakan bentuk zat beracun yang berbahaya.
Gas-gas seperti Cl2,HCl, SO2, formaldehida, amonia adalah amat iritant dan kita
segera dapat merasakannya bila kita menghirupnya karena efek lokal terhadap saluran
pernapasan.

Demikian

pula

uap

seperti

kloroform,

benzena,

hidrokarbon

terhalogenasi, dan karbon disulfida dapat tercium baunya waktu kita menghirup gasgas tersebut. Gas-gas seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, hidrogen sianida
dapat menghilangkan kesadaran dan mematikan.
Pertolongan pertama karena keracunan di atas harus segera diberikan yakni segera
memindahkan korban dari keterpaan secepat mungkin menuju udara segar. Perlu
harus diingat, bahwa apabila keracunan terjadi pada ruang tertutup atau oleh gas
racun konsentrasi tinggi, penolong harus memakai pelindung pernapasan dengan
supply udara atau oksigen.Hal ini untuk mencegah jatuhnya korban tambahan dari
pihak penolong. Bila keracunan berat terjadi, segera bawa ke dokter, dengan memberi
keterangan jenis bahan penyebab keracunan. Apabila korban tidak bernapas, segera
berikan pernapasan buatan berupa penekanan bagian dada serta pemberian
pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban (mouth to mouth resusciation)
sebelum di bawa ke dokter. Cara ini merupakan cara standar yang umum di pakai
dalam P3K. Pemberian bahan penetral untuk keracunan lewat pernapasan harus

195

dihindarkan kecuali oleh dokter. Demikian pula tidak di perkenankan memberikan


obat apa pun lewat mulut bagi korban yang sedang tidak sadar, sebab ini justru akan
mengganggu pernapasan.
6.9.5. Keracunan Lewat Kulit
Kulit dapat mengalami kerusakan berupa larutnya lemak oleh pelarut organik
(sehingga kulit menjadi sensitif) atau kerusakan jaringan oleh asam-asam kuat. Tetapi
dapat pula kontak dengan bahan-bahan seperti sianida, nitrobenzena, TEL, fenol,
arsen trikloroda dan kresol dapat menimbulkan keracunan sistemik karena adsorpsi ke
dalam tubuh lewat permukaan kulit. Pertolongan pertama yang harus dilakukan
adalah mengambil bahan-bahan tersebut dari permukaan kulit. Ini dapat dilakukan
dengan menyiram atau mencuci dengan air sebanyak-banyaknya, baik untuk zat yang
larut atau tidak larut dalam air. Pakaian yang terkena bahan kimia juga segera dilepas,
dan dicuci bagian kulit yang terkena bahan kimia. Antidote, seperti senyawa basa
untuk asam atau alkohol untuk fenol harus dihindari sebagai pertolongan pertama.
Hanya dokter yang boleh memberikannya sebagai pengobatan.
6.9.6. Keracunan Lewat Mulut (Tertelan)
Keracunan lewat mulut atau tertelan jarang terjadi, kecuali kontaminasi makanan atau
minuman dan kesalahan pengambilan bahan. Kebersihan ruang makan dan minuman,
dan hati-hati dalampenanganan bahan-bahan beracun, merupakan upaya praktis dalam
mencegah keracunan lewat mulut.
Pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah memanggil dokter atau membawa
korban ke rumah sakit, dengan memberikan keterangan tentang jenis bahan kimia

195

penyebab keracunan bila mungkin. Apabila korban muntah-muntah, beri minum air
hangat agar muntah terus dan sekaligus mengencerkan racun dalam perut. Bila korban
tidak muntah, maka perlu di berikan minum segelas air di tambah dua sendok teh
garam dapur agar yang bersangkutan muntah. Kalau tidak berhasil, masukkan jari
atau kertas kedalam tenggorokan agar muntah. Semua usaha ini dimaksudkan untuk
segera mengambil bahan racun secepat mungkin sebelum terserap oleh usus. Usaha
untuk memuntahkan tidak dilakukan apabila yang tertelan adalah pelarut petroleum
atau hidrokarbon terhalogenasi. Demikian pula apabila korban pingsan atau tidak
sadar, pemberian sesuatu lewat mulut harus dihindarkan. Pengobatan selanjutnya
korban keracunan hanya diberikan oleh dokter.
Catatan
Langkah-langkah pertolongan pertama perlu dipahami oleh para pekerja
maupun supervisor atau pengelola laboratorium. Kecepatan dalam
menolong korban kecelakaan akan sangat membantu dalam mencegah
akibat yang lebih parah. Namunpemberian ntidote atau pengobatan
selanjutnya hanya dapat diberikan oleh dokter.

195

195

BAB V. MANAJEMEN LABORATORIUM


1. PENDAHULUAN
Pengelolaan Laboratorium (Laboratory Management) adalah usaha untuk
mengelola Laboratorium. Bagaimana suatu Laboratorium dapat dikelola dengan baik
sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Beberapa alat-alat lab yang canggih, dengan staf propesional yang terampil
belum tentu dapat beroperasi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya

195

manaJemen Laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen lab adalah suatu
bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan Laboratorium. Suatu
manajemenlab yang baik memiliki sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job
description) yang jelas, pemanfaatan fasilitas .yang efektif, efisien, disiplin, dan
administrasi lab yang baik pula.

2. MANAJEMEN LABORATORIUM
Untuk mengelola Laboratorium yang baik kita harus mengenal perangkatperangkat apa yang harus dikelola. Perangkat-perangkat
manajemen lab itu adalah :
1. Tata ruang (lab lay out)
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Lab. Infrastruktur
4. Lab. Administrasi
5. Lab. Inventory & Security
6. Lab. Safety Use
7. Lab. Organisasi
8. Budget-fasilities
9. Disiplin yang tinggi
10. Skill (Keterampilan)
11. Peraturan Dasar
12. Penanganan masalah Umum
13. Jenis-jenis pekerjaan.
Semua perangkat-perangkat ini jika dikelola secara optimal, akan memberikan
optimalisasi manajemen lab yang baik. Dengan demikian manajemen lab itu adalah
suatu tindakan pengelolaan yang komplek dan terarah, sejak dari perencanaan tata
ruang (lab-lay-out) sampai dengan semua perangkat -perangkat penunjang lainnya.

195

Semua perangkat-perangkat tersebut sebagai pusatnya (core activities) adalah Tata


Ruang (Lab Lay Out) (lihat Lampiran 1).

III. RINCIAN KEGIATAN MASING-MASING PERANGKAT


1. Tata Ruang (Lab lay out)
Untuk tata ruang, sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga lab dapat
berfungsi dengan baik. Tata ruang yang sempurna, dimulai sejak perencanaan gedung
pada waktu dibangun. Tata ruang yang baik harus mempunyai :
a. Mempunyai pintu masuk (in)
b. Mempunyai pintu keluar (out)
c. Mempunyai pintu darurat (emergency-exit)
d. Ruang persiapan (preparation-room)
e. Ruang peralatan (Lab-room)
f. Ruang penangas (fume)
g. Ruang penyimpanan (storage - room)
h. Ruang staff (Staff-room)
i. Ruang seminar (seminar-room)
j. Ruang bekerja (Activiting-room)
k. Ruang gudang (storage-room)
l. Lemari glass (glass-room)
m. Lemari alat-alat optic (opticals-room)
n. Pintu jendela diberi kawat kassa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk.
o. Fan (untuk dehumidifier)
p. AC-room untuk alat-alat tertentu yang memerlukan AC-system.

2. Alat yang Baik dan Terkalibrasi

195

Pengenalan peralatan Lab adalah merupakan hal yang harus diketahui dengan
pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat
yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi :
a. Siap untuk dipakai (Ready for use)
b. Bersih
c. Terkalibrasi
d. Tidak rusak
e. Beroperasi dengan baik

Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk (manualoperation), mana tahu sesewaktu ada kerusakan kecil/atau kerusakan besar, maka
buku manual ini akan dapat dimanfaatkan oleh technician/technisi lab. Technisi Lab
yang ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan
kemungkinan alat tidak beroperasi dengan baik dapat terjadi. Bagi petugas Lab
maupun tenaga skill yang ada. dengan adanya Manajemen Laboratorium yang baik
akan tercipta pekerjaan yang mantap.

Beberapa peralatan Lab yang dimiliki kiranya dapat disusun secara teratur
pada suatu tempat tertentu/rak atau pada pelataran (bench) yang disediakan. Peralatan
berfungsi untuk melakukan suatu kegiatan pekerjaan, penelitian atau studi tertentu
yang menghendaki adanya bantuan peralatan. Karenanya alat-alat ini harus stand-by,
sewaktu-waktu dapat dipakai segera. Untuk itu alat-alat Lab harus dalam keadaan
yang baik. Alat-alat ini disusun secara teratur, sesuai dengan fungsinya masingmasing.

Kelompokkanlah alat-alat ini dalam kelompok yang aman dan terkendali.


Setelah habis dipakai kembali dibersihkan dan disusun seperti semula. Semua alat-

195

alat ini sebaiknya diberi cover/penutup (misal plastik transparant), terutama bag!
alat-alat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan
cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.

a. Untuk alat-alat glass (Glassware)


Alat-alat glass harus dalam keadaan bersih. apalagi yang sesewaktu sering
dipakai. Untuk alat-alat gelas yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya di
sterilisasi sebelum dipakai. Semua alat-alat glass ini harus ada lemari khusus.
b. Untuk bahan - bahan kimia
Untuk bahan-bahan kimia yang bersipat asam, dan alkalis sebaiknya
ditempatkan pada ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan ,gas-gas yang
mungkin timbul). Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap.
Pada ruangan fume ada fan, agar udara/uap yang ada dapat dipompa keluar.
Botol-botol bahan kimia yang berwama coklat/gelap tidak boleh kena sinar
matahari, sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c. Alat-alat mikroskop
Alat-alat mikroskop dan alat-alat optik lainnya harus disimpan pada tempat
yang kering dan tidak lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan
lensa-lensa akan berjamur. Jika jamur ini banyak, maka mikroskop akan rusak
dan tidak dapat dipakai sama sekali. Sebagai tindakan pencegahan, tempatkan
mikroskop dalam kotaknya, plus ada sachet silica-gelnya, dan sebelum disimpan
harap dichek kembali agar tetap bersih. Tempatkan mikroskop ini dalam lemarilemari khusus yang senantiasa tidak lembab. Untuk lemari periu diberi lampu
pijar (15 - 20) watt, agar ruang ini tetap selalu panas dan akan mengurangi
kelembaban (dehumidifier-air). Alat-alat optic lainnya seperti lensa pembesar
(loupe), alat camera, microphoto-camera, juga dapat ditempatkan pada lemari
khusus yang tidak lembab atau dalam alat desiccator.

195

3. Lab-infra Struktur
Lab infrastruktur meliput :
a. Laboratory assessment
(Lokasi Lab. Konstruksi Lab dan fasilitas lain, termasuk pintu utama,
pintu emergency, jenis pelataran/benches, jenis atap, jenis dinding, jenis
lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai, kamar penangas, jenis
pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan,
jenis-jenis lemari bahan kimia, alat optics, timbangan dan instrument yang
lainnya, kondisi Lab bersih atau kotor etc).
b. General Services (Servise yang umum)
(Kebutuhan listrik, stabilitas tegangan, sumber listrik, distribusi arus, jenis
panel listrik, jenis sockets, sumber air, pendistribusiannya cukup/tidak
cukup, jenis kran yang dipakai. jenis-sink (bak pembuangan air, apakah
tekanan air cukup/tidak, instalasi air. instalasi listrik , keadaan toilet/kamar
kecil, jenis kamar/ruang persiapan dan kamar khusus lainnya seperti
kamar perbaikan/workshop, penyediaan tenaga teknisi, penyediaan dana
Lab dsb.).

4. Lab.Administrasi
Lab Administrasi meliputi kegiatan administrasi yang ada di laboratorium.
Kegiatan itu meliputi :
a. Inventarisasi peralatan lab yang ada.
b. Daftar kebutuhan alat baru, atau alat tambahan (assessories), alat-alat yang
rusak, dan alat-alat yang dipinjam/dikembalikan (lihat daftar form 1,2,3,4
dst, (pada makalah Administrasi Laboratorium).
c. Keluar masuk surat menyurat.

195

d. Daftar pemakaian lab, sesuai dengan jadwal kegiatan praktikum/research


yang ada.
e. Daftar Inventarisasi bahan-bahan kimia dan non-kimia, bahan-bahan gelas
dan sebagainya.
f. Daftar Inventarisasi alat-alat meubelair (kursi, meja, bangku, lemari dsb.)
Kegiatan

administrasi

ini

adalah

merupakan

kegiatan

rutin

yang

berkesinambungan. Karenanya persiapkanlah adminsitrasi lab yang baik, teratur


dan terorganiser dengan baik.

5. Lab. Inventory & Secutiry


Kegiatan Lab Inventory & security meliputi :
a. Semua kegiatan inventarisasi (Inventory = inventarisasi), seperti yang
telah disebutkan di atas pada semua peralatan lab yang ada, secara detail.
Inventarisasi ini juga harus memuat sumbernya (= darimana alat-alat ini
diterima). Misalnya : Proyek Dip USU tahun berapa, WUEP, ADB Project,
Bantuan Pemerintah Jepang, Bantuan Direktorat Jenderal Perkebunan dan
sebagainya).
b.

Security (= jaminan, keamanan) : Security disini dimaksudkan apakah


peralatan lab tersebut memang tetap ada di laboratorium, yang anda
pinjam. Apakah ada yang hilang, dicuri, pindah tempat, namun tidak
dilaporkan keadaan yang sebenarnya. Ingat bahwa barang-barang/dan
semua peralatan lab yang ada adalah milik negara, jadi harus tetap tidak
boleh ada yang hilang.
Tujuan yang ingin dicapai dan Inventory & Security ini adalah :
(1) mencegah kehilangan dan penyalah gunaan
(2) mengurangi biaya-biaya operasi
(3) meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya
(4) meningkatkan kualitas kerja

195

(5) mengurangi resiko kehilangan


(6) mencegah pemakaian yang berlebihan
(7) meningkatkan kerjasama.
Disini

akan

diberikan

beberapa

petunjuk

umum,

agar

setiap

laboran/pekerja /asisten dapat bekerja dengan aman. (lihat lab safety)


6. Lab. Safety
1.1.1.1.1.1.1.1.1 Prinsip Umum
a. Tanggung jawab
Kepala Lab dan asisten bertanggung jawab penuh terhadap segala
kecelakaan yang mungkin timbul. Karenanya Kepala Lab harus orang
yang benar-benar berpengalaman, punya skill, profesional dan juga teknisi
Lab yang baik.
b. Kerapian
Semua koridor, jalan keluar dan alat pemadam api harus bebas dari
hambatan seperti botol-botol, dan kotak-kotak. Lantai harus bersih dan
bebas minyak, air dan material lain yang mungkin menyebabkan lantai
licin. Semua alat-alat dan reagent harus segera dikembalikan ketempatnya
semula setelah digunakan.
c. Kebersihan masing-masing pekerja di laboratorium.
d. Perhatian terhadap tugas masing-masing harus berada pada pekerjaan
mereka masing-masing, jangan mengganggu pekerjaan orang lain.
Experiment yang memerlukan perhatian penuh tidak boleh ditinggalkan.
e. Pertolongan pertama (First - Aid)
Semua kecelakaan bagaimanapun ringannya. harus ditangani di tempat
pertolongan pertama. Bila mata terpercik, harus segera digenangi air
dalam jumlah yang banyak. Jika tidak bisa segera panggil dokter. Jadi
setiap lab harus memiliki kotak First-Aid. Ini harus selalu dikontrol.

195

f. Pakaian
Saat bekerja di lab dilarang memakai baju longgar, kancing terbuka,
berlengan panjang, kalung teruntai, anting besar dan lain-lain yang
mungkin dapat ditangkap oleh mesin, ketika bekerja dengan mesin-mesin
yang. bergerak. Yang paling penting lindungi rambut dari masin-mesin
yang bergerak.
g. Berlari di Laboratorium
Tidak dibenarkan berlari di lab atau dikorridor, berjalanlah ditengah
korridor untuk menghindari bertabrakan dengan orang dari pintu yang
hendak masuk.
h. Pintu-pintu
Pintu-pintu harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah
terjadinya kecelakaan (misalnya : kebakaran).
i. Alat-alat
Alat-alat harus diletakkan ketengah atau jauh dari pinggir bench, untuk
menghindari agar alat-alat tersebut tidak jatuh kelantai. Sebaiknya juga
harus diletakkan pada dekat sumber listrik/power jika memang alat
tersebut memerlukan listrik untuk sumber tenaganya. Demikian juga untuk
alat-alat yang menggunakan air sebagai sumber tenaganya harus dekat
dengan sumber air pet.

Penanganan alat-alat
a. Alat-alat kaca
Bekerja dengan alat-alat kaca sangat berhati-hati sekali. Gelas beaker,
flask, testtube, erlenmeyer, dan sebagainya, sebelum dipanaskan harus
benar-benar diteliti apa retak/tidak retak, rusak/sumbing semuanya harus

195

diteliti. Bila terdapat seperti ini, barang-barang tersebut tidak dapat


dipakai.
b. Mematahkan pipa kaca/batangan kaca, jika hal tersebut hendak dilakukan
maka pekerja harus memakai sarung tangan. Bekas pecahan pipa kaca,
permukaannya dilicinkan dengan api lalu beri silicon grease (gemuk
silicon), baru kemudian masukkan kesumbat gabus atau kaca atau pipet
c. Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat. Hal di atas dilakukan dengan
hati-hati. Bila sukar mencabutnya, potong dan belah gabus itu. Untuk
memperlonggar, lebih baik pelubang gabus yang ukurannya telah cocok.
dengan pipa, licinkan dengan meminyaki dan kemudian putar perlahanlahan melalui sumbat. Cara ini juga digunakan untuk memasukkan pipa
kaca kedalam sumbat.
d. Alat-alat kaca yang bergerigi atau sumbing. Jangan gunakan alat-alat kaca
yang sumbing atau retak. Cuci bersih, mana tahu kemungkinan dapat
diperbaiki sebelum dibuang.
e. Pemberian label; semua bejana seperti botol, flask, test tube dan lain-lain
harus diberi label yang jelas. Jika tidak jelas, test-lah dengan hati-hati
secara terpisah isi bejana yang belum diketahui secara pasti, kemudian
dibuang melalui cara yang sesuai dengan jenis zat kimia tersebut.
Biasakanlah menulis tanggal, nama orang yang membuat, konsentrasi,
nama dan bahayanya dari zat-zat kimia yang ada dalam bejana.
f. Tabung-tabung gas
Ini harus ditangani dengan hati-hati walau penuh ataupun tidak penuh.
Simpan ditempat yang sejuk dan hindari dari tempat yang panas. Kran gas
harus selalu tertutup jika tidak dipakai, demikian juga dengan kran
pengatur. Alat-alat yang berhubungan dengan tabung gas harus memakai
"Safety Use" (sejenis alat pengaman jika terjadi tekanan yang kuat).
Sekarang banyak jenis pengaman seperti selang anti bocor dan lain-lain.

195

g. Pipet
Sebaiknya hindarkan penggunaan pipet dengan jalan mengisap dengan
mulut. Pakailah pipet yang menggunakan pompa pengisap (pipet pump).
Jangan terlalu kuat dan dalam memasukkan pipet kedalam pompa
pengisap, supaya pipet tidak pecah dan pompa pengisap tidak rusak. Awas
jangan ada cairan yang masuk ke pompa pengisap, karena pipet harus
tegak lurus keatas dalam pemakaiannya.
h. Aliran gas dari sumber utama
Persediaan gas untuk alat-alat pembakar harus dimatikan pada kran utama
yang ada di bench, tidak hanya pada kran, tapi jangan pada alat yang
dipakai. Kran untuk masing-masing Lab harus dipasang diluar Lab pada
tempat yang mudah dicapai dan diberi label yang jelas serta diwarnai
dengan wama yang spesifik. Dalam laboratorium harus tetap ada alat
pemadam kebakaran (Fire-Extinguisher), untuk memadamkan api yang
ditimbulkan oleh gas (lihat alat pemadam kebakaran yang khusus.
i. Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret)
Ketok berganti-ganti sisi tutup botol yang ketat tersebut, dengan sepotong
kayu,

sambil

menekannya

dengan

ibu

jari

pada

sisi

yang

berlainan/berlawanan dengan ketokan. Jangan coba membuka tutup botol


secara paksa, lebih-lebih jika isinya berbahaya atau mudah meledak.
Dibawah pengawasan kepala Laboratorium, panaskanlah leher botol
dengan air panas secara perlahan-lahan, lalu coba membukanya. Jika gagal
juga goreslah sekeliling leher botol dengan alat pemotong kaca untuk
dipatahkan. Lalu pindahkan isi botol kedalam botol yang baru.
Selanjutnya dalam kegiatan laboratorium juga harus ada tersedia alat
Pemadam Kebakaran (Fire Extinguiser) yang berguna untuk mencegah
kebakaran yang mungkin timbul.

195

Secara umum bahan-bahan yang mudah terbakar dapat diklassifikasikan


sebagai berikut:

Kelas Kebakaran

Bahan mudahterbakar

(fire-class)

(Buming material)

Kelas "A"
Kelas "B"
Kelas "C"
Kelas."E"

Kertas, kayu, textiles, plastic, bahan-bahan


pabrik, atau campuran lainnya.
Larutan yang mudah terbakar
Gas yang mudah terbakar
Alat-alat listrik

Bahan-bahan yang lain, jika terbakar adalah sulit untuk diklasifikasikan,


sebagaimana dia berubah dan padat menjadi cair atau dari cair menjadi gas, jika
temperatur tinggi. Sebab itu resiko yang timbul harus dapat diatasi dengan
memilih peralatan kebakaran yang cocok.
(Ingat: Jiwa Anda lebih berharga dari pada peralatan/bangunan yang ada)
Untuk itu pilihlah alat-alat Pemadam Kebakaran yang sesuai dengan type klas
kebakaran di atas (lihat type alat pemadam kebakaran).

195

Jenis Alat Pemadam Kebakaran :

Type

Kelas Kebakaran

Warna Tabung

Air
Busa (foam)

A, B, C
A, B

Merah
Crme

Tepung (powder)

A, B, C, E

Biru

Halon (Halogen)

A, B, C, E

Hijau

Carbondioxida (CO2)

A, B, C, E

Hitam

Pasir dalam ember

A, B

Bucket of (sand)

7. Organisasi Laboratorium

Organisasi Lab adalah susunan personalia yang mengelola Lab tersebut.


Organisasi tersebut ditanggung jawabi sepenuhnya oleh Kepala Laboratorium. Kepala
Laboratorium harus bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan dan
juga bertanggung jawab terhadap seluruh peralatan yang ada. Para Asisten yang
berada dibawah kepala Lab juga harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap
semua pekerjaan yang dibebankan padanya. Disamping asisten, juga harus ada tenaga
teknisi tetap, yang bertugas di Laboratorium untuk menanggulangi adanya kerusakan
alat-alat Lab. (lihat lampiran 2 ).
8. Budget-fasilities
Tersedianya dana yang memadai akan sangat diperlukan dalam operasional
laboratorium. Tanpa adanya dana yang cukup, kegiatan laboratorium akan berjalan
tersendat-sendat, bahkan mungkin tidak dapat beroperasi dengan baik. Dana dapat
diperoleh dan :

195

a. SPP - USU
b. Anggaran rutin/DIP USU
c. OPF (sekarang tidak ada lagi).
b. Dana Fakultas
c. Dana Operasional/Pendukung WUEP
d. Dan lain-lain (sponsor/donor)

Tersedianya dana, juga dapat ditentukan dari gigihnya Pimpinan Fakultas


memperjuangkannya, yang tidak kalah pentingnya ialah mengusahakan dana sendiri
(make the unit self-funding), misalnya : kegiatan penelitian, kegiatan tugas
akhir/thesis mahasiswa, kegiatan public service (ada borongan dari luar), dan
sebagainya. Jika anggaran rutin tidak ada, maka kegiatan operasional Laboratorium
tidak akan tercapai dengan baik.

9. Disiplin Yang Tinggi


Disiplin yang tinggi dari laboran maupun tenaga skill yang ada, akan
mendapatkan efisiensi kerja yang baik. Untuk mencapai disiplin yang tinggi, akan
dapat tergantung dari altitude laboran yang bersangkutan. Mereka harus dapat
menyadari akan tugas, wewenang dan fungsinya. Selanjulnya sesama laboran harus
ada kerjasama yang baik, dan membimbing staf laboran yang masih muda (belum
punya pengalaman). Selalu berkomunikasi dengan laboran yang lain, sehingga setiap
kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama.
10. Skill (Keterampilan)
Tenaga-tenaga laboran yang memiliki keterampilan (Skill) yang baik harus
dapat ditingkatkan kualitasnya. Peningkatan keterampilan mungkin dapat diperoleh
melalui pendidikan tambahan sebagai pendidikan keterampilan khusus, penataran
(workshop) maupun magang-magang dan sebagainya. Namun diharapkan agar semua

195

laboran dapat berperan aktif di labnya masing-masing. Untuk menunjang


keterampilan ini laboran dapat bertanya pada staf pengajar yang lebih berpengalaman,
atau pada tenaga lab technisi yang ada . Buat team kerja yang baik (TeamConfiguration), mungkin melalui team ini dapat diketahui keterampilan khusus apa
yang diperlukan oleh setiap laboran.
11. Peraturan Dasar
Beberapa peraturan dasar untuk menjamin kelancaran jalannya pekerjaan di Lab
harus dipenuhi, antara lain :
a. Jangan makan didalam laboratorium
b. Jangan minum didalam laboratorium
c. Dilarang merokok (No-smoking). Ini sangat berbahaya karena :
(1) Kontaminasi melalui tangan
(2) Ada api/uap/gas yang bocor/mudah terbakar
(3) Uap/gas beracun, akan terhisap melalui pernafasan
d. Dilarang meludah, akan menyebabkan terjadinya kontaminasi
e. Dilarang berlari, terutama bila ada bahaya kebakaran, gempa, dan
sebagainya. Jadi harus tetap berjalan saja.
f. Jangan bermain dengan alat lab yang anda belum tahu cara
penggunaannya. Sebaiknya tanyakan pada orang yang tahu atau pada
technician.
g. Harus selalu menulis label yang lengkap, terutama terhadap pemakaian
bahan-bahan kimia.
h. Dilarang mengisap/menyedot dengan mulut. Semua alat pipet harus
menggunakan bola karet pengisap (pipet - pump).
i. Pakai baju lab, dan juga pakai sarung tangan dan gogles, terutama sewaktu
menuang bahan-bahan kimia yang berbaya (mis. Asam keras).
j. Jangan membuat peraturan sendiri
Beberapa peraturan lainnya yang spesifik, terutama dalam pemakaian
Sinar X. Sinar Laser, alat-alat sinar ULV, Atomi c Adsorption,

195

Flamephoto-meter, Bacteriological Glove Box With UV light dan


sebagainya, harus benar-benar menuruti peraturan yang khusus untuk hal
itu. Semua peraturan tersebut di atas ditujukan untuk keselamatan kerja.

12. Penanganan Masalah Umum


a. Mencampur zat-zat kimia
Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sipat reaksinya. Jika tidak tahu
tanyakan pada orang yang mengetahuinya.
b. Zat-zat baru atau kurang diketahui
Berkonsultasilah bagi keamanan laboratorium sebelum menggunakan zatzat kimia baru atau yang kurang diketahui. Harus dicheck secara teratur
semua zat-zat kimia yang digunakan, karena mungkin menimbulkan
resiko.
c. Membuang material-material yang berbahaya
Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui
resiko yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara
membuangnya tidak menimbulkan bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada
orang yang mengetahuinya. Demikian juga terhadap air buangan dari
Laboratorium. Apakah ada bak penampung khusus atau dibuang begitu
saja. Sebaiknya harus ada bak penampung khusus, karena disitu telah
banyak tercemar dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Bak ini juga
harus ditreatment, agar dapat dinetralisasi.
d. Tumpahan
Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan
CaC03 atau soda ash, dan untuk basa dengan air dan dinetraliser dengan
asam encer. Setelahnya dipel, dan pastikan kain-kain yang digunakan
bebas dari asam atau alkali. Tumbahan minyak, harus ditaburi dengan

195

pasir, kemudian disapu dan dimasukkan dalam tong yang terbuat dari
logam dan ditutup rapat.
Catatan:

Penanganan terhadap lain-lain masalah yang belum diketahui,


sebaiknya

berorientasi/berkonsultasi

dengan

ahlinya

sebelum

mengambil tindakan. lngat keselamatan (safety used) adalah lebih


diutamakan dari yang lainnya.

13. Jenis Pekerjaan


Berbagai pekerjaan lab (lab-activities) mis : praktek mahasiswa, penelitian
(researchs), praktek thesis mahasiswa, praktek dari Program Pasca Sarjana, public
services (pekerjaan dari luar), harus lebih dahulu didiskusikan dengan Kepala
Laboratorium. Nanti bersama-sama dengan Kalab (Kepala Laboratorium) dibicarakan
bagaimana jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. Jenis pekerjaan yang akan
diteliti/dilaksanakan bertujuan untuk :
a. Efisiensi penggunaan bahan-bahan kimia, air, listrik dan gas dan alat-alat
lab yang dipakai.
b. Efisiensi biaya-biaya (cost)
c. Efisiensi tenaga dan waktu, baik dari staf pengajar maupun dari
laboratorium.
d. Pelaksanaan pekerjaan yang lebih cepat.
e. Meningkatkan kualitas staff pengajar (to improve staff know how as they
works)
f. Meningkatkan sklis/keterampilan laboran.
g. Baik staff pengajar dan laboran harus dapat bekerja sama dengan baik
sebagai satu Team-Work (=Team Configuration). Bekerja dengan satu
team, jauh lebih baik dari pada bekerja secara sendiri/mandiri.

195

h. Meningkatkan pendapatan (income) dari lab yang bersangkutan. Hal ini


dimungkinkan karena orang-orang akan tahu bahwa jenis pekerjaan ini
(mis : yang dituju), dapat dilakukan di lab dari Fakultas Pertanian USU.

IV. KESIMPULAN
Bagaimana mengelola Lab dengan baik, adalah menjadi tujuan utama,
sehingga semua pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Untuk
mencapai hal itu perlu pengaturan yang terikat pada :
1. Jenis pekerjaan yang dilakukan.
2. Skill/tenaga kerja/laboran yang terlatih dan terampil
3. Alat/peralatan lab yang canggih dan beroperasi dengan baik dan
terkalibrasi
4. Safety Use (Keselamatan kerja)
5. Disiplin yang tinggi
6. Organisasi lab yang baik
7. Dana yang tersedia.
Dalam penanganannya harus dikelola oleh Kepala Laboratorium yang ahli, terampil
dibidangnya dan berdedikasi tinggi serta penuh tanggung jawab, termasuk peranan
tenaga laborannya yang bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional yang
dilakukan di laboratorium masing-masing.

195

Lampiran : 1

O
B
A
L
M

R
Lab Safety
Use

O
R

Lab Inventory
& Security

Lab
Administrasion

Lab Infra
Strukture

Peraturan
Dasar

Lab Equipment

Tata Ruang
(Lay Out)

Budget
Fasilities

Jenis
Pekerjaan

Lab Organization
Skill

Penangganan masalah umum


Disiplin

Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium

M
G

21

Lampiran : 2

SUSUNAN ORGANISASI LABORATORIUM

DEKAN

P D II

JURUSAN

PDI

JURUSAN

P D III

JURUSAN

LAB*

LAB*

LAB*

A S I S T E N **

A S I S T E N**

A S I S T E N**

Keterangan : * Dibantu oleh Lab. Teknisi


**
Dibantu oleh tenaga Laboran

Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium

Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium

Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium

Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai