KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
(TK 401212)
Penyusun:
Dra. Sri Indriati.
TAHUN 2011
Mata Kuliah
NIP
Buku ajar ini telah diperiksa dan di setujui untuk digunakan sebagai bahan kuliah
bagi mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makassar,
September 2008
Ketua Jurusan
Ketua UP3AI,
Teknik Kimia,
Mengetahui:
Pembantu Direktur I
KATA PENGANTAR
Buku ajar ini di pakai dalam beberapa pokok bahasan berdasarkan Kesehatan dan
keselamatan kerja, zat-zat kimia berbahaya, alat-alat pelindung diri dan kebakaran.
Diharapkan dengan adanya pembagian kategori ini mahasiswa dapat menjelaskan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja, zat-zat berbahaya, alat-alat pelindung diri
dan kebakaran. Di akhir pelajaran diharapkan mahasiswa mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kesehatan dan keselatan kerja, zat-zat kimia
berbahaya, alat-alat pelindung diri dan kebakaran serta mengevaluasi apakah
pengajaran yang dilakukan telah sesuai dengan tujuan pelaksanaan pengajaran
Kesehatan dan keselamatan kerja.
Semester
: Sri Indriati
: I
Jurusan
: Teknik Kimia
: TK 401212
SKS
Semester
Deskrispsi Singkat : Mata kuliah ini memuat pengetahuan dasar tentang bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja,
langkah-langkah yang perlu di ambil untuk menghindari kecelakaan kerja dan peralatan keselamatan di
tempat kerja serta aspek hukum yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.
TIU
: Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini dalam satu semester, mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana bekerja dengan aman di lingkungan laboratorium dan industri, mengenal bahaya dan jenisjenis bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja, mengidentifikasi bahan-bahan kimia berbahaya
berdasarkan sifat fisikanya, mengetahui kegunaan pakaian pelindung diri, mengetahui bagaimana
terjadinya kebakaran, bahaya kebakaran, jenis-jenis pemadaman kebakaran, menjelaskan bagaimana
cara memadamkan kebakaran, mengetahui managemet laboratorium serta aspek-aspek hukum.
Pokok Bahasan
Waktu
Pustaka
No.
1.
2.
Keamanan dan
keselamatan
kerja
Keselamatan
kerja di
laboratorium
3.
Azas
keselamatan
kerja di pabrik
Keamanan dan
keselamatan kerja
Pembatasan keamanan
dan keselamatan kerja
Statistik kecelakaan
akibat kerja
Organisasi keselamatan
kerja
2x50
Keselamatan kerja
dalam laboratorium kimia
Sebab-sebab
kecelakaan di laboratorium
Jenis-jenis kecelakaan
dan bahaya dalam
laboratorium
Sumber-sumber bahaya
dalam laboratorium
Alat keselamatan kerja.
Managemen keamanan
dan keselamatan kerja di
pabrik
Keselamatan kerja di
pabrik
Tujuan keselamatan
kerja di pabrik.
2x50
4) 1 2
4) 2 4
4) 4 5
4) 5 6
1) 292-302
2x50
1) 26-27
1)311-318
1) 1 - 4
Kesehatan kerja
Kebahayaan zat
kimia
2x50
2x50
5) 1 - 9
1) 268-278
4) 7 29
3)2-1 s/d 2-12
3)4-1 s/d 4-12
4) 30 - 53
Kebakaran
Bagaimana terjadinya
kebakaran, meluasnya
kebakaran, merambatnya
kebakaran, menembusnya
api kebakaran, ketahanan
penembusan api, loncatnya
api kebakaran, pembentukan
dan penyebaran asap
Dasar-dasar
pemadaman kebakaran,
jenis-jenis pemadam
kebakaran
Alat pemadam api
ringan
2x50
2x50
Organisasi keselamatan
7.
Alat Pelindung
diri
Managemen
1) 58 62
3)5-1 s/d 5-8
2x50
1) 26 - 27
kesehatan dan
keselamatan
kerja
Aspek-Aspek
Hukum
kerja
Undang-undang
keselamatan kerja, syaratsyarat keselamatan kerja,
kewajiban dan hak tenaga
kerja, kewajiban pangurus
DAFTAR KEPUSTAKAAN:
1. Sumamur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
2. Sutrisno, 1993, Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT Badak LNG Bontang
3. Anonim, Keamanan dan Keselamatan Laboratorium, PEDC Bandung
4. Sumanto Imamkhasani, 1990, Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia, Gramedia
5. Tarba Hermana, 1993, Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT Badak LNG Bontang
2x50
KONTRAK PERKULIAHAN
TK 401212
Pengajar
Sri Indriati
Semester
1. Manfaat Matakuliah
Di jurusan
2. Deskripsi Perkuliahan
bekerja .
3. Tujuan Instruksional
Humidifikasi
Evaporator
4. Strategi Perkuliahan
Metode perkuliahan pada mata kuliah ini menggunakan ceramah dan diskusi
di kelas agar terjadi komunikasi dua arah serta tugas-tugas. Dalam
metode ini
5. Materi/Bacaan Perkuliahan
Buku/bacaan pokok dalam perkuliahan ini :
DAFTAR KEPUSTAKAAN:
6. Sumamur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
7. Sutrisno, 1993, Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT Badak
LNG Bontang
8. Anonim, Keamanan dan Keselamatan Laboratorium, PEDC Bandung
9. Sumanto Imam Khasani, 1990, Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium
Kimia, Gramedia
6. Tugas
1.
2.
3.
Evaluasi tengah semester (Mid Test) dan evaluasi akhir semester (Final Test)
akan dilaksanakan sesuai dengan kelender akademik.
195
Point
Range
80
70 79
60 69
50 59
50
15%
30%
45%
Kehadiran
10%
8. Jadwal Perkuliahan
Pertemuan
I
Topik Bahasan
Bacaan/Bab
Kuliah pertama:
195
Penjelasan
umum
kontrak
perkuliahan dan materi secara
keseluruhan;
Perkenalan setiap mahasiswa
III
Kesehatan kerja
Kebakaran
VII
195
VIII
VIII
XII
XIII
XIV
XV
XVI
Evaluasi Akhir Semester
195
BAB I
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM
1.1. PETUNJUK UMUM
Masing-masing individu bertanggung jawab terhadap keselamatannya
sendiri dan keselamatan orang lain di sekitarnya.
195
Menggunakan Jas Lab, sarung tangan, pelindung mata dan lain -lain.
195
A. Petunjuk Umum
Anggap bahwa semua bahan kimia yang digunakan berbahaya dan hidari kontak
antara bahan kimia dan pekerja.
Bahan kimia disimpan di wadah tertutup.
Bahan kimia harus dipipet dengan menggunakan pippetter atau bulb karet.
Penanganan bahan kimia harus merujuk pada pot ensi bahaya bahan kimia tersebut
sesuai dengan Kepmen 187 tahun 1999 bahan kimia berbahaya.
195
195
195
rendah
titik
di
dih,
berarti
semakin
mudah
195
195
Bahan kimia eksplosif ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan
atau bahan peledak seperti trinitrotoluena (TNT), nit rogliserin, dan amonium
nitrat (NH4NO3). Bahan-bahan tersebut amat peka terhadap panas dan
pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan). Dibawah ini adalah struktur kimia
bahan yang bersifat explosive.
Selain itu ada jenis lain , contohnya di industri, yang bersifat eksplosif, yai tu
debu dan campuran eksplosif. Debu-debu seperti debu karbon industri
batubara, zat warna diazo dalam pabrik zat wama, dan magnesium dalam
pabrik baja adalah debu -debu yang sering menimbulkan ledakan. Eksplosif
dapat pula terjadi akibat pencampuran beberapa bahan, terutama bahan
oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun dalam penyimpanan.
Di bawah ini adalah contoh campuran bahan yang dapat bersifat eksplosif.
195
195
Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan -bahan yang reaktif
terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan -bahan lain,
yaitu:
Kalium klorat/perklorat (KClO3)
Kalium permanganat (KMnO4)
Asam kromat (Cr2O3)
B.5. Bahan kimia korosif
Bahan korosif adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam.
195
Bahan kimia korosif seperti asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang
dioksida dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti kulit, mata, dan saluran
pernapasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan, iritasi
(gatal -gatal), dan sensitisasi jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok dengan
contoh -contoh sebagai berikut:
1) Bahan iritan padat
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata. Contoh senyawa:
Anorganik Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium silikat
Kalsium hidroksida (Ca(OH) 2, CaO)
Kalium hidroksida (KOH)
Organik Asam tricloroasetat
Fenol (C6H5OH)
2) Bahan iritan cair
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang
menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein.
Contoh senyawa:
Anorganik : Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida
195
195
lainnya. Pada umumnya zat -zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian
beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat -zat
tersebut dapat langsung mengganggu organ -organ tubuh tertentu seperti hati,
paru -paru, dan lain -lain, tetapi dapat juga zat -zat tersebut berakumulasi
dalam tulang, darah, hati, ginjal, atau cairan limfa dan menghasilkan efek
kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat -zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencemaan , sel epitel, dan keringat. Sifat
toksik dari suatu zat, selain ditentukan oleh sifat alamiah suatu zat, juga
ditentukan oleh jenis persenyawaan dan keadaan fisik tersebut. Bahan -bahan
beracun dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yakni :
Senyawa logam dan metaloid
Bahan pelarut
Gas-gas beracun
Bahan karsinogenik
Pestisida
Contoh bahan kimia beracun adalah sebagai berikut:
195
terlalu
tinggi.
Zat
menyebabkan tumor pada tikus percobaan yang dibuat menghirup gas ini pada
konsentrasi serendah 1 bpj (bagian per juta - 1 ppm (part per million)). Zat
seperti itu juga dihasilkan pada reaksi -reaksi FriedelCraft menggunakan
metanal dan berbagai jenis klorida logam. Beberapa zat seperti metil yodida,
karbon tetraklorida, kloroform, dikloro metan, dan benzena (benzene) diketahui
195
dapat menimbulkan kanker pada hewan percobaan. Zat -zat berikut ini tidak
boleh digunakan di laboratorium :
1-dan 2- naftilamina;
nitrosamina (nitrosamine);
nitrosolenol (nitrosophenol);
nitronaftalen (nitronaphthalene)
beberapa difenil
benzidin;
seperti
o-dianisidin (o -dianisidine).
Zat-zat korosif atau kaustik ialah zat -zat yang merusak zat yang dikenainya.
Zat korosif sekaligus dapat beracun. Zat -zat jenis ini dapat digolong -golongkan
menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Asam, seperti asam -asam nitrat, asam -asam format, dan asam -asam sulfat.
2) Basa, seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, dan 0,880 larutan
amonia dengan air.
3) Zat-zat yang menghasilkan zat korosif dengan air, misalnya klorida,
asam (acid chlorides), klorida aluminium, dan oksida diklorida sulfur
(sulphur dichloride oxide). Ke dalam golongan ini dapat ditambahkan
b rom, fenol, fosfor, dan sulfurdioksida.
195
195
195
Bila informasi petunjuk keamanan dan pencegahan pada label bahan kimia
tidak jelas maka harus merujuk pada buku katalog bahan kimia yang tersedia di
laboratorium.
Bila akan memindahkan bahan kimia ke kemasan yang lebih kecil harus disertai
dengan label petunjuk bahan kimia.
Bahan kimia ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
Tidak menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
Tidak mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
G. Cara Memindahkan Bahan Kimia Cair
Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligu telapak tangan
memegang botol tersebut.
Tutup botol jangan diletakkan di atas meja karena isi botol dapat terkotori.
Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
H. Cara Memindahkan Bahan Kimia Padat
Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.
Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori
bahan tersebut.
I. Cara Transportasi Bahan Kimia
Cara membawa bahan kimia yang benar yaitu asam atau alkali kuat harus
dibawa dengan menggunakan kemasan sekunder
Bahan kimia/pelarut organik harus dibawa dengan memegang leher dan
ditopang di bagian bawahnya.
J. Cara Memanaskan Larutan Menggunakan Tabung Reaksi
195
Aseton tidak boleh disimpan berdekatan dengan asam nitrat dan sulfat pekat .
Merkuri tidak boleh disimpan berdekatan dengan asetilen dan ammonia .
Wadah atau botol yang digunakan untuk penyimpanan harus dibuat dari bahan
yang kuat. Bila bahan kimia sangat sensitive maka hendaknnya diguanakan
botol yang berwarna gelap. Penggunaan wadah plastic harus dibatasi hanya
195
195
hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama
reaksi berlangsung. Teta pi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas
merupakan salah satu luka yang sangat sering terjadi di laboratorium.
Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyeb abkan bahan kimia yang
berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran. Susunan peralatan gelas harus
dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman. Penggunaan bagian
peralatan yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan tipe gelas yang
berbe da, sambungan peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya.
Susunan peralatan gelas yang kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang
dapat memungkinkan gelas pecah. Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman
(yang terbaik adalah di lemari asam) dan aman dari gangguan.
Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi
atmosfer supaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan,
perkecualian reaktor autoklaf yang terbukan dari bahan logam baja dan non korosif.
Pada banyak kasus, peralatan yang menggunakan listrik umum digunakan seperti
pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain -lain. Peralatan seperti ini harus dalam kondisi
teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi keamanan untuk dioperasikan dengan
listri k. Hal ini harus diperikasa selama kisaran waktu tertentu oleh teknisi yang
ahli meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan, konsluiting dan lain -lain
atau menggantinya jika terjadi kerusakan. Pemeriksaan keamanan yang diperlukan
untuk peralatan ber sifat bergerak juga perlu dilakukan setara dengan peralatan diam.
Pompa dan pengaduk biasanya dioperasikan dengan menggunakan motor listrik.
Peralatan ini biasanya tidak dapat meledak.
Pada eksperimen yang menggunakan bahan kimia yang sangat mudah meledak
seperi gas hidrogen atau hidrogen sulfida, motor listrik dapat diganti dengan
195
menggunakan turbin air atau motor udara. Sebelum memulai eksperimen, bagian
-bagian yang umum pada setiap peralatan perlu diperiksa unjuk kerjanya. Hal ini
meliputi pompa vakum, sistem pendingin, pengaduk dan beberapa peralatan listrik
lainnya - sebelum bahan kimia ditambahkan ke dalam peralatan.
Pemanasan dan Pendinginan
Sebagai sumber panas, kompor Bunsen, pemanas listrik datar, mantel pemanas
dan wadah pemanas dapat digunakan. Pada kasus bahan kimia yang mudah terbakar,
pemanas terbuka tidak boleh digunakan. Penggunaan wadah pemanas adalah
merupakan metoda yang aman untuk transfer panas. Wadah pemanas melakukan
transfer panas dengan temperatur yang tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan
wadah pemanas, wadah harus diisikan dengan ketinggian tertentu, karena
transfer panas oleh cairan merupakan bagian yang tidak terpisahkan saat
terjadinya kenaikan panas yang signifikan saat pemanasan. Lebih lanjut, cairan
untuk transfer panas dan bahan kimia yang dipanaskan tidak boleh mengalami
reaksi satu sama lain yang membahayakan jika peralatan reaksi pecah selama
eksperimen berlangsung. Hal ini harus diterapkan pada banyak kasus sebagai
contoh logam natrium atau kalium terendapkan tidak boleh dipanaskan dengan
menggunakan pemanas air. Sebagai aturan prinsip maka sumber panas harus
ditempatkan pada kedudukan tertentu sehingga pemanas dapat dipindahkan dengan
mudah dan tanpa pengubahan susunan peralatan reaksi. Suatu metoda yang cocok
untuk k asus ini adalah dengan menggunakan pemanas naik turun.
Selama pemanasan, peralatan yang menga ndung bahan kimia dapat terbakar maka
pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini dioperasikan dengan menggunakan
air maka sambungan selang untuk mengumpan dan mengalirkan air harus dijaga
kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini harus dilakukan dengan baik
supaya pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama pelaksanaan eksperimen
guna menghindari kejadian kebakaran api yang membahayakan atau bahkan terjadi
195
ledakan. Pada eksperimen dimana logam alkali dan alkali tanah atau logam hidrida
digunakan, pendingin gelas harus diganti dengan menggunakan pendingin logam
yang lebih stabil. Sebagai bahan pendingin di laboratorium, es, campuran es dan
garam (NaCl - 21 C, CaCl2 - 55 C), campuran es kering dan pelarut ( - 78 C), atau
nitrogen cair umum digunakan. Bahan pendingin ini ditempatkan pada tabung Dewar
sebagai penghambat panas. Tabung Dewar merupakan gelas bulat dengan dinding
lapis yang dihampkan yang dapat pecah dengan mudah. Tepi atas dinding tabung
Dewar biasanya cukup
bahan lainnya, dan pengguna harus menggunakan sarung tangan perlindungan diri.
Cairan yang mudah terbakar harus ditempatkan pada refrigerator atau pendingin jika
bahan ini juga tersusun dari bahan yang mudah meledak.
Bekerja pada Kondisi Pengurangan Tekanan dan Vakum
Saat bekerja di laboratorium, kondisi pengurangan tekanan atau vakum sering
digunakan, sebagai contoh proses destilasi dari senyawa yang mudah
terdekomposisi atau
pengurangan, tekanan sekitar 1 kg/cm2 tetap tersisa pada permukaan gelas yang
dihasilkan dari tekanan atmosfer. Tekanan ini dapat menekan wadah jebol jika
peralatan gelas tidak cukup kuat untuk aplikasi vakum atau peralatan telah retak pada
permukaan (biasanya retak tidak terlihat). Akibat terjadinya ledakan, peralatan
gelas dapat terlempar ke segala arah dan dapat melukai beberapa orang di sekitarnya
(mata atau luka). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan upaya perlindungan yang
efektif untuk mengatasi ledakan ini dengan menggunakan bahan pelindung,
selubung desikator dan lain sebagainya, dan um umnya digunakan pada peralatan
vakum dengan ukuran yang cukup besar. Wadah gelas yang beralas datar
seperti
gelas
erlenmeyer
tidak
boleh
digunakan
untuk
195
proses dapat
berlangsung dengan aman. Batas tekanan dan temperatur yang diberikan oleh
produsen tidak boleh terlampaui.
Pengeringan Peralatan Laboratorium
Oven pengering di laboratorium pengering biasanya tidak didesain tahan ledakan
dan tidak terhubungkan dengan sistem pembuangan udara. Peralatan laboratorium
yang dikeringkan dalam oven dilakukan setelah dibersihkan dan dicuci dengan air.
Untuk pengeringan bahan kimia dan produknya yang mungkin melepaskan gas atau
195
uap mudah terbakar, termasuk juga campuran maka oven yang terbukti tahan ledakan
harus digunakan.
BAB II
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM DAN
KESELAMATAN KERJA DI PABRIK
2.1. Sistem Keselamatan dan Kesehatan pada pekerja
Badan
Eksekutif
Pekerja
Badan
eksekutif
pemerintaha
n pusat
Pemerintah
an propinsi
Pemerintaha
n daerah /
kota
195
Organisasi
yang
menangani
tenaga kerja
Badan
Urusan
Tenaga
Biro Tenaga
Kerja
Kantor
Inspeksi
tenaga
kerja
Biro Tenaga
Kerja
Departeme
n
administras
i tenaga
Departeme
n
Kesejahtera
an tenaga
Badan
konseling
tenaga
kerja asing
Pemilik
Usaha
(Manajemen)
Perusahaan / organisasi
195
Pelatihan Tenaga Kerja, kecelakaan yang disebabkan oleh perilaku yang tidak
aman yaitu:
1.sembrono dan tidak hati hati
2.tidak mematuhi peraturan
3.tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4.tidak memakai alat pelindung diri
5.kondisi badan yang lemah
Persentase penyebab kecelakaan kerja adalah 3% dikarenakan hal hal
yang tidak bisa diprediksi seperti bencana alam, 24% dikarenakan lingkungan
atau peralatan yang tidak aman, dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak aman.
Untuk mencegah kecelakaan kerja, cara yang efektif adalah menghindari 5
perilaku tidak aman yang telah disebutkan diatas.
1. tertusuk, terjepit
2. teriris atau terpotong
3. jatuh karena ketidakseimbangan
4. tindakan yg tidak benar
5. tertabrak
6. kontak dengan bahaya
7. jatuh dari tempat tinggi
8. kejatuhan benda
195
dingin
6. jatuh berguling guling
7. tertusuk, terjepit
8. teriris
9. tindakan yang tidak benar
195
3. ledakan
(sumber: Laporan tahunan statistik tenaga kerja , 2005)
2.4. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan diklat keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah
terjadinya kecelakaan. Agar pelaksanaan diklat efektif, perlu disesuaikan dengan
kapasitas dan kemampuan pekerja, serta perlu ditekankan pentingnya konsep
keselamatan dan kesehatan kerja serta lebih baik mencegah daripada mengobati.
Tujuan Umum
Untuk
menjaga
kesehatan
pekerja,
Tujuan khusus
keselamatan dan kesehatan kerja
kerja
1. Untuk mengantisipasi dan mengendalikan
faktor faktor bahaya
2. untuk mengetahui sumber sumber bahaya
di tempat kerja
195
ergonomi:
pencahayaan
yang
mengisolasi
sumber
bahaya,
administrasi:
pajanan,
keselamatan
dan
mengurangi
menyusun
kesehatan
peraturan
kerja,
195
tanda
peringatan
bahaya,
Tujuan pelatihan
aman.
Untuk
memberikan
pengetahuan
dan
mengembangkan
konsep
dan
195
di tempat kerja
Untuk
mengetahui
tahapan
mencegah
terjadi kecelakaan.
Berdasarkan undang undang keselamatan dan
kesehatan kerja, menyatakan bahwa para
pekerja, staf K3, dan manajer wajib mengikuti
pelatihan K3.
1. Staf keselamatan dan kesehatan kerja
2. Manajer bagian operasional produksi
3. Para operator mesin dan peralatan yang
berbahaya
4. Pekerja paruh waktu
5. Pekerja tetap
6. Penguji dan pengawas kondisi lingkungan
kerja
7. Penilai keselamatan konstruksi
8. Penilai keselamatan produksi
9. Tenaga P3K (pertolongan pertama pada
kecelakaan)
10. Para pekerja baru atau pekerja lama yang
195
Prinsip analisis
Untuk
mengetahui
sumber
dan
sumber
mengidentifikasi
bahaya
hingga
dapat
dapat
melakukan
modifikasi
untuk
mencegahnya.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja,
pertama
mengetahui,
kali
kita
membedakan,
harus
dapat
menilai,
dan
kadar
pajanan
bahaya
195
yang aman.
Penanganan keadaan darurat dan Berdasarkan hukum perlindungan pekerja dan
kecelakaaan kerja
pemilik
usaha
harus
menyediakan
195
195
Peralatan
pusat
tenaga
Terpotong
tenaga listrik
Mesin pusat
tenaga
(seperti 263
60,74
195
peralatan
yang
menggunakan
Tertabrak
69,62
penghantar
listrik,
mesin
tenaga,
mesin
untuk
pengangkutan
gas, Terhirup bahan kimia, kontak 104
86,67
bahan kimia
Jatuh
karena Peralatan gedung dan konstruksi, 230
ketidakseimbangan
47,13
lingkungan,
mesin
bermotor
b. Analisa kasus
Peralatan dengan listrik tegangan tinggi banyak digunakan di industri elektronik dan
menyebabkan kecelakaan dengan tingkatan yang berbeda. Dalam kasus dibawah ini,
kecelakaan yang banyak mengakibatkan kematian adalah terpotong dan tergencet
atau tertekan karena benda yang berputar. Tetapi ada juga kecelakaan yang serius
yang lainnya. Diharapkan dengan diberikannya kasus dibawah ini dapat meyakinkan
pihak manajemen dan pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Tiga tahapan penyebab kecelakaan yang akan dianalisa:
195
ii.
Perilaku kerja yang tidak aman: konsekuensi dari tidak adanya budaya K3,
pekerja yang tidak mematuhi peraturan prosedur kerja, dan bekerja dengan
tidak hati hati.
Klasifikasi diatas tidak terjadi secara terpisah, dalam beberapa kecelakaan
dapat terjadi secara bersamaan.
Sehingga, diperlukan beberapa strategi untuk meningkatkan situasi dan
lingkungan kerja yang ada sekarang untuk meningkatkan efisiensi dan
produktifitas.
Kasus 1
195
Operator/Pekerja
Tanggung jawab
pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang
oksidasi
Jam 5 sore, di Bulan Mei
Bagian produksi
Pekerja pengangkut yang membawa bahan material dan
menyebabkan terjadinya
tiang
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian
195
Analisa
Tahapan penyebab
Penyebab langsung
Keterangan
1. Tidak ada alat pengaman dan isolasi (gambar 2.2).
(lingkungan yang tidak aman)
2. Operator bekerja sendiri tanpa ada asisten ataupun
pengawas
3. Tidak ada pengawas K3 yang melakukan inspeksi
(lingkungan yang tidak aman)
4. Pekerja
tidak
mendapatkan
pelatihan
K3
aman)
tidak 1. Manajemen tidak menyediakan peralatan K3
yang memadai (lingkungan yang tidak aman)
2. Tenaga kerja yang kurang sehingga tidak
memungkinkan 2 orang pekerja bekerja secara
195
tenaga
kerja
yang
sedikit
untuk
adanya
pengawas
di
tempat
kerja.
akar penyebab
Strategi pengendalian
195
Jalur
penumpu
Jalur
Jalur
Dasar
195
Gambar 2.1 Korban yang terjepit diantara dasar dan jalur penumpu
Peralatan
pengaman
dan isolasi
Kasus 2
Operator/Pekerja
Tanggung jawab
195
pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang
menyebabkan terjadinya
produksi
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian
tidak
dapat
digerakkan
pada
papan
195
dia
penghisap
memasukkan
untuk
kepalanya
memasang
dibawah
pisaunya.
alat
Ternyata
Tahapan penyebab
Penyebab langsung
Keterangan
1. Tidak ada alat isolasi untuk menjaga pekerja jauh
dari mesin
aman)
2. Pisau yang tidak dapat digerakkan oleh mesin dan
tidak dapat diambil langsung (dengan satu kali
pencabutan) (lingkungan yang tidak aman)
3. Tombol darurat tidak kelihatan. Teknisi tidak
dapat
menekan
tombol
tersebut
untuk
195
langsung
bergerak.
Pihak
perusahaan
harus
akar penyebab
195
Strategi pengendalian
195
Alat Penghisap
Gambar 2.3 Korban tertekan diantara alat penghisap dan alas dasar
Kasus 3
: Tertabrak
Operator/Pekerja
Tanggung jawab
pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang
menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian
195
terbaring
di
lantai
dekat
dengan
area
kaki,
dan
jaring
pengaman
menutupi
Tahapan penyebab
Penyebab langsung
Keterangan
1. Pengawas memasuki area operasi otomatis tanpa
mematikan mesin terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan, konsep K3 dari pengawas yang tidak
cukup memadai. (perilaku yang tidak aman)
2. Tidak ada peraturan atau pengawasan dimana
seseorang dapat memperingatkan situasi pada saat
Penyebab
langsung
Penyebab
akar penyebab
195
Alat
penggantung
otomatis
195
Peralatan
pengaman
dan isolasi
Gambar 2.5 Memasang peralatan pengaman dan isolasi untuk mengisolasi pekerja
c. Kesimpulan
Kasus kasus kecelakaan kerja diatas dapat berasal dari lingkungan yang
tidak aman atau perilaku yang tidak aman. Baik manajemen dan pekerja bertanggung
jawab terhadap K3. Pekerja harus melaporkan tempat kerja yang tidak aman kepada
pihak manajemen, dan manajemen harus bertanggung jawab untuk memperbaiki dan
meningkatkan tempat kerja yang aman serta memperbaiki perilaku pekerja yang
salah. Konsep ini tergantung pada pendidikan dan pelatihan K3 dalam jangka waktu
yang panjang. Ketika budaya K3 di perusahaan telah terbentuk maka kondisi tempat
kerja juga akan meningkat. Perusahaan harus membentuk gambaran yang baik bagi
195
dirinya dan terintegrasi ke seluruh pekerjanya. Hal ini untuk mencapai kelancaran
produksi dan nol/ tidak ada lagi kecelakaan kerja.
195
Peralatan
pusat
tenaga
195
tenaga listrik
Mesin pusat
Terpotong
tenaga
(seperti 51
9,30
yang
menggunakan
oleh pekerja
dengan Bahan berbahaya dan beracun 30
alat
pemanas
5,47
untuk
Kebakaran
kimia lainnya
Manajemen
penanganan 19
3,47
menyimpan minyak
dengan Gas, uap, debu yang beracun, dan 8
bahan beracun
1,46
b. Analisa kasus
Industri petrokimia adalah industri dengan resiko, konsumsi energi, dan polusi yang
tinggi. Pekerjaan yang beresiko terjadinya kecelakaan yaitu pada saat perbaikan
tahunan pada peralatan elektronik dan gas, pengoperasian alat penopang (scafolding),
pemeliharaan pipanisasi,
(confined space), dan lain lain. Jenis kecelakaan yang terjadi adalah jatuh dari
tampat tinggi, tergencet, kejatuhan benda, terkena sengatan listrik, kekurangan
oksigen, ledakan, jatuh ke dalam parit perlindungan, dimana dapat menyebabkan
195
Kasus 1
Operator/Pekerja
Tanggung jawab
pembengkok
Pembersihan tiang yang melengkung
pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang
menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian
menyatakan:
Saya
menolong
korban
195
menekan
tombol
berhenti
darurat
untuk
Analisa
Tahapan penyebab
Keterangan
195
Penyebab langsung
yang
tepat
di
mesin
pembengkok
langsung
Penyebab
akar penyebab
untuk
melakukan
pencegahan
pekerjaan
kerusakan/
dan
kecelakaan
training
tidak
195
dan
penyakit
akibat
kerja,
serta
195
Kasus 2
Operator/Pekerja
Tanggung jawab
pekerjaannya
Pembersihan jalur EG
Waktu
Tempat kerja
EG
195
dengan
tepat
kuantitas
EG
yang
Analisa
Tahapan penyebab
Keterangan
195
Penyebab langsung
Penyebab
langsung
Penyebab
akar penyebab
yang
berbahaya
2.
Strategi pengendalian
195
Kasus 3
: Kebakaran
195
Operator/Pekerja
Tanggung jawab
pekerjaannya
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang
menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Prosedur/ urutan kejadian
dengan
pengering
(gambar
3.5).
Ketika
195
Analisa
Tahapan penyebab
Penyebab langsung
Keterangan
Tidak ada fasilitas untuk menghilangkan listrik statik
dekat dengan jalur pemisah dan pengering (gambar
Penyebab
langsung
pada pekerja
2. Tidak ada rencana inspeksi alat alat otomatis
sehingga
Penyebab
inspeksi
tersebut
tidak
pernah
dipraktekkan
dasar/ 1. Tidak ada diklat K3 dan pelatihan proses
akar penyebab
pencegahan kecelakaan
2. Tidak ada peraturan bekerja secara sehat dan
aman.
Strategi pengendalian
listrik
penghubung
statik,
ke
kita
tanah,
harus
listrik
menggunakan
farmasi
atau
195
195
c. Kesimpulan
195
195
195
Peralatan
benturan
Jatuh
11
15,94
8,69
penggerak
Mesin bermotor, bahan material,
mesin manual dan peralatan
b. Analisa kasus
Industri konstruksi paling banyak menggunakan mesin dengan energi tinggi,
dan oleh sebab itu kecelakaan yang terjadi seringkali serius atau parah dibandingkan
kecelakaan pada industri yang lain. Jenis kecelakaan lainnya adalah jatuh dari
ketinggian, menyebabkan sakit yang serius. Berikut ini adalah 3 kasus dari jenis
kecelakaan yang sering terjadi dan menyebabkan luka yang parah, yaitu: kecelakaan
akibat tabrakan, luka tergencet, dan kecelakaan akibat jatuh dari ketinggian.
Diharapkan contoh ini dapat menjelaskan kepada manajemen dan pekerja akan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
195
Kasus 1 : Tertabrak
Judul kasus : Kematian pekerja karena ditabrak kendaraan
Operator
Tanggungjawab
Waktu
Tempat kerja
Pekerja
Membantu mengarahkan kendaraan pengaduk beton
Sekitar jam 12.15 AM, di Bulan Maret
Di area konstruksi: dengan korban dibelakang kendaraan
pengaduk beton
kendaraan pengaduk beton
menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Urutan kejadian
195
Tahapan penyebab
Penyebab langsung
Keterangan
Pemahaman pengemudi mobil akan aba aba dari
asisten B yang buruk, sehingga pengemudi
bergerak ke arah yang salah dan menyebabkan
Penyebab
langsung
kematian
tidak 1. Sudut
tempat
kejadian
dari
penglihatan
tidak aman)
Penyebab dasar/ akar Perusahaan mobil telah mengirim asisten untuk
penyebab
menolong.
Pekerjaan
asisten
termasuk
195
1.
yang membantu
mereka
membingungkan.
Selain
itu,
asisten
195
dengan baik dan benar tidak apa apa, hal ini seharusnya
diatur oleh perusahaan. Mereka harus menjelaskan
konsekuensinya dengan contoh kejadian jika seseorang
tidak memakai dan menggunakan helm dengan baik dan
benar.
Kendaraan
pengaduk beton
195
Gambar 4.1 Kendaraan pengaduk beton seharusnya diisolasi dengan pagar pengaman.
Dan seharusnya ada asisten yang membantu ketika kendaraan tersebut bergerak ke
belakang/ mundur.
Helm
Gambar 4.2 Helm yang harus dipasang dengan kencang dan benar.
Kasus 2 : Tergencet
Judul kasus : Kematian pekerja karena tergencet oleh lembaran baja yang jatuh dari
alat derek
Operator
Tanggungjawab
Waktu
Tempat kerja
pekerja
Menyetel lembaran baja untuk memblokir tanah
Tanggal 16 April pada beberapa tahun lalu di Republik China
Tempat konstruksi luar ruangan, menyetel lembaran baja
menyebabkan terjadinya
(gambar 4.3)
kecelakaan
Urutan kejadian
195
Tahapan penyebab
Penyebab langsung
Keterangan
Pekerja B tidak membersihkan baut dengan hati-hati
sebelum memutar skrup, menyebabkan lembaran
Penyebab
langsung
195
Strategi pengendalian
1.
195
menekankan
Yakinkan
alat
pengangkut
telah
dikencangkan
pekerja
seharusnya
dilindungi
dengan
alat
195
Alat derek
Memasang
lembaran baja
untuk
memblokir
tanah
Gambar 4.3 Kasus ini terjadi ketika alat derek yang mengangkat baja untuk
memblokir tanah, menggunakan palangan berbentuk huruf U, yang harus di pasang
dengan kencang dan kuat
195
Tanda tanda
keselamatan
dan barikade
pengaman
Kasus 3 : Tergencet
Judul kasus: Kematian pada pekerja karena tertimpa dinding bata yang roboh
Operator
Tanggungjawab
Waktu
Tempat kerja
Peralatan atau media yang
Dua pekerja
Memindahkan partisi dan lantai ruangan
Sekitar jam 11.45 di Bulan November
Di area kerja
Dinding luar ruangan yang belum dipindahkan
menyebabkan terjadinya
kecelakaan
Urutan kejadian
195
Tahapan penyebab
Keterangan
Penyebab langsung Tertimpa dinding bata yang roboh
Penyebab
tidak 1. Ketika meruntuhkan struktur bangunan seperti
langsung
195
akar penyebab
Strategi pengendalian
1.
2.
Badan/
Lembaga
sosial
harus
menekankan
195
menginformasikan
konsekuensi
dari
tidak
sehingga
mereka
dapat
mengawasi
195
Gambar 4.5 Dinding yang roboh, dimana seharusnya diberi tanda dengan rambu
rambu keselamatan dan barikade pengaman, seperti dalam gambar 4.4.
c. Kesimpulan
Dalam analisa kasus diatas, meskipun penyebab langsung tidak sama, setelah
dianalisa lebih mendalam, kami menyimpulkan bahwa semua kecelakaan
yang terjadi sebagai akibat dari manajemen (pemilik usaha atau perusahaan)
yang mengacuhkan atau membiarkan pekerja tidak mengikuti prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila kita hanya meminta pekerja untuk
mematuhi peraturan tapi perusahaan mengabaikan tanggungjawab untuk
mengawasi dan mengontrol, hasilnya hanya akan mengulang terjadinya
kecelakaan kerja. Kecuali, pekerja dan manajemen saling mengawasi satu
sama lain, dan ketika konsep keselamatan dan kesehatan kerja diaplikasikan
195
195
195
dokter yang dapat mengambilnya. Pengambilan oleh bukan ahlinya, sering justru
akan menimbulkan luka yang lebih parah.
b. Luka Bakar Mata oleh Bahan Kimia
Percikan atau aerosol dari bahan kimia yang korosif atau iritant dapat melukai
mata apabila kita lupa memakai pelindung mata. Pertolongan pertama segera di
berikan dengan mencuci mata dengan air bersih, baik dengan air keran atau
penyemprot air bila ada. Kelopak mata harus dibuka agar benar-benar pencucian
dapat merata ke seluruh permukaan mata. Pencucian atau pembersihan ini sebaiknya
dilakukan terus sampai kurang lebih selama 15 menit dan setelah itu segera bawa ke
dokter ahli. Juga disini ditekankan bahwa pertolongan pertama tidak boleh di cuci
dengan larutan kimia penetral, sebab mungkin akan lebih memperburuk keadaan luka.
Bahan-bahan kimia seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida dan asam fluorida
demikian pula senyawa basah seperti natrium/kalium hidroksida, amonia dan
senyawa-senyawa amin amat berbahaya bila kena mata. Cara pencegahan dengan
memakai kaca mata atau goggles merupaka cara terbaik.
2.7.3. KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang paling sering dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia kedalam tubuh lewat saluran
pernapasan atau lewat kulit dan amat jarang lewat mulut. Meskipun banyak antidote
untuk mengulangi keracunan, tetapi pencegahan masuknya bahan kimia lewat ketiga
jalur di atas merupakan cara terbaik untuk menghindarkan keracunan.
a. Keracunan Lewat Pernapasan
195
Gas, uap, aerosol, embun, dan debu merupakan bentuk zat beracun yang
berbahaya. Gas-gas seperti Cl2,HCl, SO2, formaldehida, amonia adalah amat iritant
dan kita segera dapat merasakannya bila kita menghirupnya karena efek lokal
terhadap saluran pernapasan. Demikian pula uap seperti kloroform, benzena,
hidrokarbon terhalogenasi, dan karbon disulfida dapat tercium baunya waktu kita
menghirup gas-gas tersebut. Gas-gas seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida,
hidrogen sianida dapat menghilangkan kesadaran dan mematikan.
Pertolongan pertama karena keracunan di atas harus segera diberikan yakni
segera memindahkan korban dari keterpaan secepat mungkin menuju udara segar.
Perlu harus diingat, bahwa apabila keracunan terjadi pada ruang tertutup atau oleh gas
racun konsentrasi tinggi, penolong harus memakai pelindung pernapasan dengan
supply udara atau oksigen.Hal ini untuk mencegah jatuhnya korban tambahan dari
pihak penolong. Bila keracunan berat terjadi, segera bawa ke dokter, dengan memberi
keterangan jenis bahan penyebab keracunan. Apabila korban tidak bernapas, segera
berikan pernapasan buatan berupa penekanan bagian dada serta pemberian
pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban (mouth to mouth resusciation)
sebelum di bawa ke dokter. Cara ini merupakan cara standar yang umum di pakai
dalam P3K. Pemberian bahan penetral untuk keracunan lewat pernapasan harus
dihindarkan kecuali oleh dokter. Demikian pula tidak di perkenankan memberikan
obat apa pun lewat mulut bagi korban yang sedang tidak sadar, sebab ini justru akan
mengganggu pernapasan.
b. Keracunan Lewat Kulit
195
Kulit dapat mengalami kerusakan berupa larutnya lemak oleh pelarut organik
(sehingga kulit menjadi sensitif) atau kerusakan jaringan oleh asam-asam kuat. Tetapi
dapat pula kontak dengan bahan-bahan seperti sianida, nitrobenzena, TEL, fenol,
arsen trikloroda dan kresol dapat menimbulkan keracunan sistemik karena adsorpsi ke
dalam tubuh lewat permukaan kulit. Pertolongan pertama yang harus dilakukan
adalah mengambil bahan-bahan tersebut dari permukaan kulit. Ini dapat dilakukan
dengan menyiram atau mencuci dengan air sebanyak-banyaknya, baik untuk zat yang
larut atau tidak larut dalam air. Pakaian yang terkena bahan kimia juga segera dilepas,
dan dicuci bagian kulit yang terkena bahan kimia. Antidote, seperti senyawa basa
untuk asam atau alkohol untuk fenol harus dihindari sebagai pertolongan pertama.
Hanya dokter yang boleh memberikannya sebagai pengobatan.
c. Keracunan Lewat Mulut (Tertelan)
Keracunan lewat mulut atau tertelan jarang terjadi, kecuali kontaminasi
makanan atau minuman dan kesalahan pengambilan bahan. Kebersihan ruang makan
dan minuman, dan hati-hati dalampenanganan bahan-bahan beracun, merupakan
upaya praktis dalam mencegah keracunan lewat mulut.
Pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah memanggil dokter atau
membawa korban ke rumah sakit, dengan memberikan keterangan tentang jenis
bahan kimia penyebab keracunan bila mungkin. Apabila korban muntah-muntah, beri
minum air hangat agar muntah terus dan sekaligus mengencerkan racun dalam perut.
Bila korban tidak muntah, maka perlu di berikan minum segelas air di tambah dua
sendok teh garam dapur agar yang bersangkutan muntah. Kalau tidak berhasil,
195
masukkan jari atau kertas kedalam tenggorokan agar muntah. Semua usaha ini
dimaksudkan untuk segera mengambil bahan racun secepat mungkin sebelum
terserap oleh usus. Usaha untuk memuntahkan tidak dilakukan apabila yang tertelan
adalah pelarut petroleum atau hidrokarbon terhalogenasi. Demikian pula apabila
korban pingsan atau tidak sadar, pemberian sesuatu lewat mulut harus dihindarkan.
Pengobatan selanjutnya korban keracunan hanya diberikan oleh dokter.
2.8. Catatan
Langkah-langkah pertolongan pertama perlu dipahami oleh para pekerja
maupun supervisor atau pengelola laboratorium. Kecepatan dalam menolong korban
kecelakaan akan sangat membantu dalam mencegah akibat yang lebih parah.
Namunpemberian ntidote atau pengobatan selanjutnya hanya dapat diberikan oleh
dokter.
195
BAB III
KEBAHAYAAN ZAT KIMIA
3.1. BAHAN KIMIA YANG BERSIFAT EKSPLOSIF
Pengertian bahan Kimia Bersifat Eksplosif
Bahan kimia bersifat eksplosif yaitu bahan kimia yang bisa meledak pada kondisi
tertentu, bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya eksplosive dapat
meledak dengan pukulan/ benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Resiko ledakan bahan kimia eksplosif di laborotorium, tidak hanya dikarenakan
bahan kimia itu sendiri namun dikarenakan :
1. Adanya perubahan kimia yang cepat dan menciptakan gas yang sangat panas
dalam volume besar yang menggunakan tekanan di media sekeliling.
Ketentuan ini berlaku pada material baik yang meledak atau terbakar dengan
cepat.
2. Panas, cahaya, kejutan mekanis, dan katalis tertentu memulai reaksi ledakan.
Misalanya hydrogen dan klorin beraksi ledakan jika terkena cahaya. Asam,
basa, dan zat lainnya mengkatalisasi dekomposisi kuat dari hydrogen
195
peroksida. Material yang peka terhadap kejutan antara lain asetilida, azida,
nitrogen triiodida, nitrat organic, senyawa nitrat.
3. Menjalankan reaksi baru dan eksotermal dapat menyebabkan bahaya. Di mana
pada reaksi baru terdapat spesies kimia yang terlibat mengandung kelompok
fungsional yang terkait ledakan, tidak stabil di dekat reaksi atau suhu kerja,
dipengaruhi induksi selama reaksi atau menghasilkan gas sebagai produk
sampingan. Reaksi eksotermik dapat kehilangan kendali jika panas meningkat
tidak dihilangkan. Jika mempercepat eksperimen, sediakan pendinginan dan
permukaan yang memadai untuk pertukaran kalor, dan pertimbangkan laju
pencampuran dan pengadukan.
4. Menjalankan reaksi yang memerlukan
periode
induksi
juga
dapat
195
Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api,
lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki
sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci
sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam
atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari
luar tempat penyimpanan.
Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat oli, bensin, bahan sisa yang dapat
terbakar, api terbuka atau nyala api.
Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau
material yang mudah terbakar.
195
Penemuan Keradioaktifan
Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar katode
menghasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat menghitamkan film
potret, walaupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena belum mengenal
hakekatnya, sinar ini dinamai sinar X. ternyata sinar X adalah suatu radiasi
elektromagnetik yang timbul karena adanya benturan kecepatan tinggi (yaitu sinar
katode dengan suatu materi (anode). Sekarng sinar X disebut juga sinar rontgen dan
digunakan untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam.
Penemuan sinar X membuat Henry Bacguerel tertarik untuk meneliti zat
yang bersifat flourensensi, yaitu zat yang dapat bercahaya terlebih dahulu mendapat
sinar radiasi (disinari), Bacquerel menduga bahwa sinar yang dipancarkan oleh zat
seperti itu seperti sinar X. Secara kebetulan, Bacquerel meneliti batuan uranium.
Ternyata dugaan itu benar bahwa sinar yang dipancarkan uranium dapat
menghitamkan film potet yang msih terbungkus kertas hitam. Akan tetapi, Bacquerel
menemukan bahwa batuan uranium memancarkan sinar berdaya tembus tinggi
dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih dahulu. Penemuan ini terjadi pada
195
awal bulan maret 1986, gejala semacam itu yaitu pemancaran radiasi secar spontan,
disebut keradioaktifan, dan zat yang bersifat radioaktif yaitu zat radioaktif.
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah uranium. Pada tahun 1898,
Marie Curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua unsure
lain dari batuan uranium yang jauh lebih aktif dari uranium. Kedua unsur itu mereka
namakan masing-masing polonium (berdasarkan nama Polonia, Negara asal dari
Marie Curie), dan radium (berasal dari kata Latin radiare yang berarti bersinar).
Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat radioaktif. Semua isotop
yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau
kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang
bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif atau radioisotop, sedangkan isotop yang
tidak radiaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari
isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami juga ada radioisotop buatan.
Sinar-sinar Radioaktif
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan
zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang
berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negatif diberi nama sinar
beta. Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak
bermuatan dan diberi nama sinar gamma.
a. Sinar alfa ( a )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar
alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa
195
adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa dipancarkan
dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena memiliki massa
yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara sinar-sinar
radioaktif. Diudara hanya dapat menembus beberapa cm saja dan tidak dapat
menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar alfa
segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media yang
dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami ionisasi.
Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom helium.
b. Sinar Beta
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta
merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan-l
e dan bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa
sehingga dinyatakan dengan notasi
-1
mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih
lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai 300 cm dalam uadara
kering dan dapat menembus kulit.
c. Sinar Gamma
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak
bermuatan dan tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi
y. Sinar
gamma mempunyai daya tembus. Selain, sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif
buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi
elektomagnetik.
195
195
untuk terapi yaitu dengan dosis yang lebih kuat misalnya, 1-131 juga digunakan
untuk terapi kanker kelenjar tiroid.
b. Bidang pertanian.
1) Pemberantasan hama dengan teknik jantan mandul
Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di
laboratorium dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama
tersebut lalu diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama
dilepas di daerah yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara
hama setempat dengan jantan mandul dilepas.
Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas. Dengan demikian reproduksi
hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi.
2) Pemuliaan tanaman
Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan
menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis
yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis
rendah yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan
ditaman berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya.
3) Penyimpanan makanan
Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika
disimpan lama akan bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan
seperti itu. Jadi sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu
sehingga tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama.
195
c. Bidang Industri
1) Pemeriksaan tanpa merusak.
Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam
atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini berdasarkan
sifat bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi yang
diteruskan makin berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat terlihat apakah
logam merata atau ada bagian-bagian yang berongga didalamnya. Pada bagian yang
berongga itu film akan lebih hitam,
2) Mengontrol ketebalan bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng
logam dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa
intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui.
Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih
tebal, maka intensitas radiasi yang diterima detector akan berkurang dan mekanisme
alat akan mengatur penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
3) Pengawetan hahan
Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti
kayu, barang-barang seni dan lain-lain. Radiasi juga dapat menningkatkan mutu
tekstil karena inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu
penyerapan warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis
yang aman sehingga dapat disimpan lebih lama.
195
Radiasi
Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1975 Tentang Izin Pemakaian Zat
Simbol
Sifat
Contoh
Cara Penanganan
195
Radioaktif
Karbon-14,
Uranium,
plutonium.
Kalau
tidak
perlu
jangan
menggunakan bahan-bahan ini,
karena
bahan-bahan
ini
memancarkan sinar radioaktif yang
dapat merusak atau mematikan selsel tubuh.
dapat
juga
menimbulkan
ledakan.
Bahan
kimia
yang
mudah
C,
sedangkan bahan kimia yang sangat mudah terbakar (highly flammable) memiliki
titik nyala di bawah 22 oC seperti aseton dan eter.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:
Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan
cairannya.
195
Uap dan cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk
mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah terbakar.
Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di
permukaan lantai.
Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh ruangan
menjadi berbahaya.
Kebakaran dapat terjadi karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat
Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan
panas. Gunakan penangas uap atau penangas air.
195
Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil
gunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.
Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah
terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan
ledakan/letupan.
Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber
panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.
195
195
kimia yang masuk ke udara tersebut belum melebihi ambang batas yang
diperbolehkan, namun jika terjadi paparan dalam waktu yang lama dan terus menerus
dapat berpengaruh bagi kesehatan kita.
1. Asbes
Asbes merupakan serat mineral silika yang bersifat fleksibel, tahan lama dan tidak
mudah terbakar. Asbes banyak digunakan sebagai penghantar listrik dan penghantar
panas yang baik. Asbes banyak digunakan sebagai isolator panas dan pada pipa
saluran pembuangan limbah rumah tangga, dan bahan material atap rumah. Asbes
banyak digunakan dalam bahan-bahan bangunan. Jika ikatan asbes dalam
senyawanya lepas, maka serat asbes akan masuk ke udara dan bertahan dalam waktu
yang lama.
2. Bioaerosol
Kontaminan biologi seperti virus, bakteri, jamur, lumut , serangga atau serbuk sari
tumbuhan. Kontaminan biologi tersebut jika dihembus oleh angin akan masuk ke
udara dan mencemari udara bersih.
3. Formaldehid
Formaldehid merupakan aldehid sederhana. Gas formaldehid tidak berwarna dan
diemisikan dari bahan-bahan bangunan, industri rumah tangga atau proses
pembakaran. Formaldehid juga terdapat pada produk kayu yang dipres, papan, papan
195
dinding, tekstil (seperti pada karpet dan pakaian). Formaldehid dapat masuk ke udara
akibat terjadi pengikisan dan penguapan akibat panas yang tinggi.
4. Bahan-bahan pertikulat
Dalam kehidupan sehari-hari pertikulat dikenal dengan istilah debu yang
berterbangan di udara. Partikulat juga bisa ditemui dalam bentuk logam-logam berta
yang jika terhirup oleh manusia akan mengakibatkan penyakit.
5. Senyawa organik volatil (Volatil Organic Compound)
Senyawa organik volatil (VOC) mudah menguap pada suhu kamar. VOC sering
ditemui dalam bentuk aerosol yang terdapat pada pembersih, cat, vernis, produkproduk kayu yang di-pres, pestisida, dan semir.
6. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah 129 oC. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas
buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO
sehingga kadar CO dalam uadra relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas
CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil
195
kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara umum terbentuk gas CO
adalah melalui proses berikut ini :
1. pembakaran bahan bakar fosil.
2. pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO 2) dengan karbon C
yang menghasilkan gas CO.
3. pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO diudara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah
perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota atau desa, cemaran
CO diudara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada
bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan
mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat
diudara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena
perpindahan ke tempat lain.
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara
metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah
(hemoglobin) :
195
195
195
akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga
menjadi gas NO2.
Sumber utama NOx pada atmosfer adalah dari jalan lalu lintas. Ini
bertanggung jawab untuk sekitar setengah dari total emisi yang ada di Eropa. Sumber
utama lainnya adalah dari pembangkit tenaga listrik, pabrik pemanas, dan proses
industri.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya
bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman.
Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan
daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis
atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat
berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses
fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan.
Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis
daun sampai sekitar 60% hingga 70%.
195
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxy Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi
pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama
senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto
kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan.
Pada sangat konsentrasi tinggi, dimana mungkin hanya dialami pada
kecelakaan industri yang fatal, paparan NO2 dapat mengakibatkan kerusakan paruparu yang berat dan cepat. Pengaruh kesehatan mungkin juga terjadi pada konsentrasi
ambien yang jauh lebih rendah seperti pada pengamatan selama peristiwa polusi di
kota. Bukti yang didapatkan menyarankan bahwa penyebaran ambient kemungkinan
akibat dari pengaruh kronik dan akut, khususnya pada sub-grup populasi orang yang
terkena asma.
NO2 terutama berkelakuan sebagai agen pengoksidasi yang kemungkinan
merusak membran sel dan protein. Pada konsentrasi tinggi, saluran udara akan
menyebabkan peradangan yang akut. Ditambah lagi, penyebaran dalam waktu-singkat
berpengaruh terhadap peningkatan resiko infeksi saluran pernapasan.
Untuk penyebaran yang akut, hanya konsentrasi yang sangat tinggi (>1880
Mg/m3, 1ppm) mempengaruhi kesehatan orang ; bilamana, orang dengan asma atau
penyakit paru-paru yang akut lebih rentan pada konsentrasi lebih rendah.
195
9. Ozon (O3)
195
dalam udara akibat arus eletrik seperti kilat, dan oleh tenaga tinggi seperti radiasi
eletromagnetik.
Ozon merupakan polutan fotokimia yang dibentuk dari senyawa organik
volatil, NOx dan CO dengan bantuan radiasi matahari pada panjang gelombang
pendek. Ozon dapat masuk kedalam tubuh melalui pernapasan dan dapat menyerang
sistem pernapasan karena ozon tidak larut dalam air. Kontaminasi yang akut ke
tingkatan ozon yang lebih tinggi dapat menginduksi perubahan pada fungsi paru-paru,
peradangan saluran udara dan peningkatan penyakit saluran udara menjadi penyakit
yang berhubungan dengan bronkitis.
B. Zat Kimia Berbahaya dalam Makanan
Ada beberapa zat pewarna dan pengawet yang seharusnya
diketahui masyarakat karena bisa berbahaya bahkan menyebabkan
kematian.
1. Rhodamin B
195
195
3. Formalin
195
Pengawet formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan bau yang
sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid
dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan desinfektan
untuk peralatan rumah sakit serta untuk pengawet mayat.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia. Bila tertelan
formalin sebanyak 30 mililiter atau sekitar 2 sendok makan akan
menyebabkan kematian.
Jika tertelan maka mulut, perut, tenggorokan akan terasa terbakar, sakit
menelan, muntah, mual, dan diare. Tidak jarang juga menyebabkan
pendarahan. Dapat mengkibatkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, sistem
syaraf pusat dan ginjal.
4. Sakarin (Saccharin)
Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis,
kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu ia sangat
populer dipakai sebagai bahan pengganti gula.
195
Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali
lebih mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%).
Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa
getir dan pahit. Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan
sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom
sel-sel tersebut pecah.
Tetapi hewan percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka lama tidak
menunjukkan pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk
makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara
Eropa dan Amerika Serikat.
6. Nitrosamin
195
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu
kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan
tidak berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan
warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju,
kornet, dendeng, ham, dan lain-lain.
Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit
tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan
pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 500 ppm.
Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes
sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan.
Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh
melampaui 500 ppm. Makanan bayi sama sekali dilarang mengandung sodium
nitrit.
7. Monosodium Glutamat (MSG)
195
195
masuk kedalam tubuh relatif kecil/sedikit dan fungsi detoksikasi hati (hepar) baik,
dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejala keracunan. Namun apabila racun yang
masuk jumlahnya besar, fungsi detoksikasi hati (hepar) akan mengalami kerusakan.
D. Gejala-gejala Keracunan
a. Gejala nonspesifik: Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, pandangan
berkunang-kunang, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi,
dan sebagainya.
b. Gejala spesifik: Sesak nafas, muntah, sakit perut, diare, kejang-kejang, kram
perut, gangguan mental, kelumpuhan, gangguan penglihatan, air liur
berlebihan, nyeri otot, koma, pingsan, dan sebagainya.
E. Usaha-usaha Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap industri yang
memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun bahan penolong yang
bersifat racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap waktu dapat terjadi
di lingkungan pekerja yang menangani bahan kimia beracun. Pencegahan secara
preventif tersebut adalah sebagai-berikut:
a. Management
program
pengendalian
sumber
bahaya,
yang
berupa
195
195
195
kadaluarsa, serta beberapa senyawa tertentu yang berupa zat karzinogen yang
diproduksi oleh tanaman (seledri, kurma, dan lada) yang berfungsi untuk
melindunginya dari binatang.
Zat pewarna alami dan sintetik yang digunakan
2.
karsinogen,
misalnya
4-
195
195
lemak dan vitamin juaga akan mengandung residu monomer yang nantinya akan
terakumulasi dan menyebabkan Endrocrine Disruption Chemical (EDC) yang
merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya gannguan pada sistem
endokrinologi dan reproduksi pada manusia.
BAB IV
KEBAKARAN
Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa
terjadi dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain, kebakaran yang
terjadi dirumah tangga biasa mengganggu tetangga sebelah, kebakaran dibengkel
sekolah akan merugikan pihak sekolah.
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah
mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 Dengan perundangan
ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
195
dan
memadamkan
kebakaran,
menyelenggarakan
latihan
195
195
Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi dari 170
derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin, etilin dan lain
sebagainya,
Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain sebagainya,
Klas G: Kebakaran listrik.
Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh
api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya
yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian
persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau
suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian.
195
terbakar,tergantung dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala
dapat membakar batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan.
195
4.5. Ventilasi
Ventilasi atap dibuat menutup secara otomatis. Lubang cahaya atau ruang
ventilasi pada atap sangatlah bermanfaat.
195
195
195
Untuk pencegahan kebakaran yang lebih besar seharus ada alat tanda bahaya
kebakaran yang berupa Detektor Asap, Detektor Panas. Sehingga bias diketahui
adanya kebakaran secepat mungkin.
4.10. Langkah-Langkah ketika tarjadi kebakaran
A. Selamatkan orang lain yang ada di tempat kejadian dalam usaha memadamkan
api kebakaran selama masih mampu mengerjakan.
B. Bunyikan bel atau lonceng dengan jalan memecahkan kaca fire alarm yang
terdekat untuk memberitahukan adanya bahaya kebakaran.
C. Laporkan kejadian di tempat terjadianya kebakaran kesalahan seorang petugas
jaga atau piket kekantor atau pemimpin untuk mendapatkan bantuan dari
dalam dan luar.
D. Hentikan semua kegiatan pekerjaan, hentikan pula semua mesin-mesin dan
putuskan semua aliran listrik, tutup dan amankan semua tempat-tempat gas.
E. Segera pindahkan botol-botol gas menjauhi api, jangan mengosongkannya
dengan membuka katubnya.
F. Induk-
induk
ventilasi
harus
dihentikan
(lemari
asam,
ventilator
dansebagainya.
195
G. Pemakaian jenis alat pemadam api ditentukan oleh apa yang sedang terbakar,
misalnya jangan menggunakan air untuk kebakaran listrik.
H. Pakailah alat pemadam api menurut aturan mempelajarinya sekarang.
I. Api dari orang yang terbakar pakaiannya harus dipadamkan dengan air atau
selimut kebakaran. Bila ini tidak dapat segera dilakukan dapat juga dengan
alat pemadam karbondioksida dengan syarat tidak boleh ditujukan langsung
ke kulitnya. Pada pemakaian selimut kebakaran hendaklah diperhatikan bahwa
kepala dan muka korban harus benar-benar tertutup dan tidak terjadi tabung
selimut, disarankan sebaiknya membaringkan korban itu dilantai kemudian
menutupinya dengan dengan selimut tersebut.
J. Pada waktu kebakaran kadang-kadang diperlukan pengosongan gedung oleh
orang-orang yang ada di dalamnya dengan cepat dan tertib. Dalam hal ini
periksalah pula apakah tidak ada korban yang tertinggal di dalam gedung.
K. Taatilah larangan merokok.
195
yang
didalamnya
terdapat
karbondioksida
cair.
Dengan
membuka
penuh
katup
195
195
195
195
195
195
Menurut tinggi dan jumlah lantai maka bangunan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
E
Ketinggian lebih dari 40m atau diatas 8 lantai
Sumber: Panduan Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum, 1987
a. Sistem Hidran
1.Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran
Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve,
195
195
Kelas I
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose
connection berdiameter 2 inchi untuk mensuplai airnya, khususnya
digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih
untuk menangani kebakaran berat.
Kelas II
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose
connection berdiameter 1 inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh
penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan
pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose
connection 1 inchi jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui
oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.
Kelas III
Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection
berdiameter 1 inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose
connection berdiameter 2 inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam
kebakaran ada orang-orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.
3. Disain/Perancangan
195
melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan
penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas
pemadam kebakaran.
b.
195
jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika
luas area melebihi 80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh harus
didisain untuk 500 gpm.
Connection
in atau lebih besar
195
Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan
lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai
komponen sistem di antaranya:
-
Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik
secara langsung atau melalui riser
Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa
pembagi, baik secara langsung atau melalui riser
1. Jenis Sistem Sprinkler
Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya
panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
Dry Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau
195
suatu
sistem
yang
menggunakan
sprikler
otomatis
yang
195
akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam
sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.
Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi
pengiriman air.
- Dalam versi fusible element, panas mencairkan stopper metal yang
menyumbat lubang pengiriman air.
- Dalam versi bulb, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam
kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.
bulb type
195
195
195
Ordinary Hazard
Area
Jarak
Extra Hazard
Area
Jarak
Proteksi
Maks
Proteksi
Maks
Proteksi
Maks
(ft2)
(ft)
(ft2)
(ft)
(ft2)
(ft)
225
15
130
15
100
12
Non Combustible
Obstructed
Non Combustible
Unobstructed
Combustible
Unobstructed
Combustible
168
15
130
15
100
Obstructed
Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition
12
Dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh
melebihi 225 ft2 (21 m2).
b. Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding
Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler
yang diindikasi dalam tabel 3.1.3 Jarak tersebut harus diukur secara tegak
lurus dari sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak beraturan,
jarak horizontal maksimal antara sprinkler dengan suatu titik pada area
195
lantai yang dilindungi sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali jarak antara
sprinkler yang diijinkan, serta tidak melebihi jarak tegak lurusnya.
c. Jarak Minimal Sprinkler ke Dinding
Sprinkler harus ditempatkan minimal 4 inchi (102 mm) dari dinding.
d. Jarak Minimal antara Sprinkler
Jarak sprinkler (diukur dari tiap pusat sprinkler) tidak boleh kurang dari 6 ft
(1.8m).
e. Jarak di Bawah Langit-langit
Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor sprinkler
dengan langit-langit minimal 1 inchi (25.4 mm) dan jarak maksimal 12
inchi (305 mm).
Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor sprinkler harus diletakkan 1-6
inchi (25.4-152 mm) di bawah benda-benda struktur dan maksimal 22 inchi
(559 mm) di bawah langit-langit atau dek.
f.Jarak antara Penghalang (Obstruction) dengan Keluaran Sprinkler
Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga halangan terhadap
keluaran sprinkler dapat diminimasi.
Sprinkler harus dirancang sesuai dengan tabel 3.1.4 dan gambar 3.1.1
195
Penghalang (b)
0
1 ft - < 1 ft 6 in
1 ft 6 in - < 2 ft
2 ft - < 2 ft 6 in
2 ft 6 in - < 3 ft
3 ft - < 3 ft 6 in
3 ft 6 in - < 4 ft
12
4 ft - < 4 ft 6 in
14
4 ft 6 in - < 5 ft
16
5 ft
18
Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition
Namun jika penghalang terletak disebelah dinding dan lebarnya tidak lebih
dari 30 inchi (762 mm), maka harus diproteksi menurut gambar 3.1.2
g. Jarak antara Perkembangan Keluaran Sprinkler ke Penghalang
Penghalang menerus atau tidak menerus kurang dari 18 inchi (457 mm) di
bawah deflektor sprinkler, yang dapat menghalangi pula perkembangan
penuh sprinkler, harus dipasang sebagai berikut:
Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berjarak tiga kali lebih
besar dari dimensi maksimal penghalang sampai maksimal 24 inchi (609
mm) (Lihat gambar 3.1.3)
195
195
Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga bila head
pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja dari peralatan perlindungan
kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada bagian outlet pompa untuk
melindungi sistem dari kerusakan akibat tekanan yang berlebihan.
i. Persyaratan Kebutuhan Air-metode Pipa Schedule
Tabel 3.1.5 digunakan untuk menentukan penyediaan air minimum yang
dipersyaratkan untuk Light dan Ordinary Hazard Occupancies, yang dilindungi oleh
suatu sistem perpipaan dengan ukuran pipa menurut Pipa Schedule I dan Pipa
Schedule II.
Tabel 3.1.5 Persyaratan Penyediaan Air pada Sistem Sprinkler Pipa Schedule
Klasifikasi
Tekanan Residual
Durasi
Hunian
Min. yang
(menit)
195
Light
Diperlukan (psi)
15
(gpm)
500-700
30-60
Hazard
20
850-1500
60-90
Ordinary
Hazard
Sumber: Installation of Sprinkler Systems, NFPA 13, 1996 Edition
Tabel 3.1.6 Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja
Diameter Pipa
Jumlah
(inchi)
1
Sprinkler (buah)
2
10
30
60
100
Jumlah
(inchi)
1
Sprinkler (buah)
2
195
10
20
40
65
100
150
275
195
Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu
digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika
kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan.
Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa
yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan
menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection.
4. KRITERIA PERHITUNGAN
1
Sistem Hidran
195
2.53
x H
L
tot
2.54
(3.2.1)
Dimana:
Q 1 xxD 2 xv
4
(3.2.2)
195
4.0,0315
D
2
0,089m 89mm
H totalpompa H S H L v
2g
(3.2.3)
Dimana:
Hs = Beda tinggi antara minimum air di tangki dengan titik kritis
Hl = Kehilangan tekanan dari atas tangki ke titik kritis + Sisa tekan pada hidran
Daya yang dibutuhkan pompa (daya air)
PW 0.163 xQxHx
(3.2.4.)
Dimana:
Pw
195
Dimana :
Efisiensi pompa
b. Sistem Sprinkler
Wet pipe system (sistem pipa basah) merupakan sistem yang paling sederhana dan
paling sering dipilih dalam sistem sprinkler. Alat yang digunakan sedikit dan paling
dapat diandalkan dibandingkan sistem lain. Sistem ini menggunakan kepala sprinkler
otomatis yang dipasang pada jaringan pipa berisi air yang bertekanan sepanjang
waktu. Sisa tekan dari sprinkler = 1.5 atm = 15.525 m (NFPA 13).
i. Penentuan Diameter Pipa Cabang, Pipa Pembagi, & Pipa Pembagi
Utama
Cara penentuan diameter pipa cabang, pipa pembagi, dan pipa pembagi utama adalah
sama, yaitu berdasarkan jumlah kumulatif sprinkler pada jalur yang dilayaninya.
ii. Penentuan Diameter Pipa Tegak
Pada tabel 3.1.5, untuk hunian kebakaran Light Hazard, kebutuhan minimum flow
rate = 500 gpm = 1892.55 l/mnt= 0.0315 m 3/dtk. Kecepatan untuk sprinkler berkisar
antara 2-3 m/dtk. Dengan asumsi kecepatan di dalam pipa 2 m/dtk, maka diameter
pipa riser (pipa tegak) adalah:
Q 1 xxD 2 xv
4
4 x0.0315
D
(3.2.6)
0.089m 89mm
195
Q 0.2785 xCxD2.53 x H
Ltot
Dimana:
2.54
(3.2.7)
195
195
BAB V
ALAT PELINDUNG DIRI
5.1. PENDAHULUAN
Melindungi diri dari kecelakaan adalah naluri setiap mahluk hidup terutama
manusia sebagai mahluk yang berakal dan berbudaya. Alat-alat pelindung diri dalam
zaman ini dimana rekayasa mencapai kecanggihan yang sangat pesat sangat dirasakan
kebutuhannya. Perkembanagan sejarah alat pelindung diri ketika teknologi mulai
berkembang, desain alat proteksi diri sama sekali tidak memadai, atau pekerja tidak
memakainya karena mereka lebih senang tanpa perlindungan dengan akibat yang
mungkin terjadi misalnya kecelakaan pada kepala, kaki, mata, tangan dan lainlainnya. Bagi seorang ahli kimia atau orang yang berkecimpung dalam kegiatan
proses-proses kimia, alat pelindung diri ini sangat bermanfaat dan menjadi salah satu
kewajiban yang harus dipatuhi. Alat pelindung diri berfungsi mengisolasi tubuh
pekerja terhadap keterpaan bahan kimia berbahaya. Alat-alat ini ditujukan pada
perlindungan diri manusia, fisik dan phsikis seperti :
- Debu, gas, atau uap yang bersifat racun atau bersifat merangsang
- Benda padat maupun benda cair yang membahayakan kesehatan
- Suhu, tekanan dan sinar yang berbahaya
- Mesin, alat dan perabot yang dapat bergerak, pecah atau meledak.
Alat-alat pelindung diri dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok, seperti :
195
195
melindungi diri terhadap benda-benda keras yang berjatuhan. Beberapa jenis alat ini
dilengkapi pula dengan tabung oksigen.
195
195
yang dapat diambil. Kain Verban yang biasa dipakai hanya efektif untuk partikel debu
yang besar, dan tentu saja tidak bermanfaat untuk kontaminasi gas atau uap beracun.
Untuk gas dan uap baracun dipakai kanister yang dapat menyerap gas-gas tersebut
secara kimia atau fisika.Dengan sendirinya kanister akan berbeda untuk gas atau uap
yang berlainan pula. Biasanya kanister tersebut diberi warna yang berbeda sesuai
kemampuan penyerapan gas, seperti :
Gas asam
: Putih
Gas khlor
Uap Organik
: Hitam
Gas amonia
: Hijau
: Biru
: Kuning
: Cokelat.
195
195
dipakai
dalam cuaca atau suhu yang panas, maka akan ada kemungkinan
ukuran desibel
90
92
95
97
195
100
1.5
102
105
0,5
110
< 0,25
115
Untuk melindungi pendengaran dari kebisingan ada beberapa macam alat pelindung
diri untuk pendengaran. Alat tersebut yang paling sederhana adalah sejumput kapas
yang disumbatkan pada lubang telinga. Alat lainnya berupa bidak catur yang di
bagian dalamnya dipasang sebuah selaput (membran) yang dilindungi oleh selembar
kasa kawat yang halus, alat ini disumbatkan ke dalam lubang telinga. Alat pelindung
pendengaran yang lebih canggih lagi menutupi seluruh telinga
sehingga daun
telinganya pun tertutup oleh alat tersebut. Alat ini sama sekali tidak meneruskan suara
ke dalam telinga.
5.2. Alat pelindung diri bagian badan, untuk
5.2.1. Alat pelindung diri untuk seluruh badan
Yang dimaksud dengan seluruh badan adalah badan tanpa kepala dan anggota
badan. Alat pelindung diri ini termasuk golongan pakaian dan lebih di kenal dengan
pakaian kerja, jas laboratorium atau jas lab. Jas lab berfungsi sebagai pelindung tubuh
atau pakaian pelindung dari kontak dengan bahan kimia asam atau basa yang korosif
atau panas. Jas lab ini terbuat dari kain katun, atau kain yang menolak air (water
repellant), yang terbuat dari kain atau bahan yang tahan air (water proof) disebut jas
195
hujan. Umumnya jas lab berwarna putih, sekalipun warna ini bukan suatu keharusan.
Panjang jas lab dapat setinggi paha atau melampaui lutut.
195
dan krom. Karena itu sarung tangan sangat diperlukan untuk menangani bahan-bahan
kimia. Sarung tangan untuk keperluan pekerjaan kimia lebih mengutamakan segi
praktikum dibandingkan dengan segi estetisnya.
Sarung tangan ini dapat dibuat dari :
a) Kain biasa atau kain rajut, ditujukan agar benda kerja tidak
bersentuhan langsung dengan tangan.
b) Kain tebal atau kain halus, bila ditujukan untuk melindungi tangan
terhadap gesekan dengan benda kerja yang kasar permukaannya.
c) Kulit tebal atau asbes/silika, bila ditujukan untuk melindungi tangan
terhadap benda kerja yang kasar atau terhadap percikan benda
d) Kulit atau bahan polimer lainnya, bila ditujukan untuk melindungi
tangan terhadap percikan larutan atau cairan yang korosif.
195
195
BAB VI
KESEHATAN KERJA
6.1. Kesehatan dan Kecelekaan Akibat Kerja
Bekerja dalam laboratorium kimia, sebagaimana bekerja dalam industri kimia,
pertambangan, dan bangunan, mengandung risiko berupa keselamatan kerja. Risiko
tersebut juga terdapat pada kehidupan yang lain, seperti halnya bepergian dengan
kendaraan bermotor, mendaki gunung, dan bahkan tidak bekerja atau tinggal di rumah
sekalipun. Risiko bahaya tersebut hanya terwujud menjadi kenyataan sebagai akibat
kecelakaan, keteledoran, dan sebab lain di luar kemampuan manusia.
Adalah suatu kearifan bagi manusia untuk mempelajari setiap kemungkinan
bahaya dalam pekerjaan agar mampu mengendalikan bahaya serta mengurangi resiko
sekecil-kecilnya. Kemampuan manusia untuk mengendalikan bahaya seperti racun
pestisida, zat radio aktif atau bahaya kebakaran gas alam cair, memungkinkan
manusia memanfaatkan bahan-bahan berbahaya tersebut dengan aman.
Demikian pula bekerja dalam laboratorium kimia,tak lepas dari kemungkinan
bahaya dari berbagai jenis bahan kimia. Pemahaman dari berbagai aspek bahaya
dalam laboratorium, memungkinkan para pekerja dalam menciptakan keselatan dan
kesehatan kerja.
195
banyak dimiliki oleh perguruan tinggi maupun sekolah lanjutan atas, industri dan jasa
serta lembaga penelitian dan pengembangan. Karena perbedaan fungsi dan
kegunaannya, dengan sendirinya berbada pula desain, fasilitas, teknik, dan
penggunaan bahan. Walaupun demikian, apabila di tinjau dari aspek keselamatan
kerja, laboratorium-laboratorium kimia mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai
akibat penggunaan bahan kimia dan teknik di dalamnya.
195
Kebisingan
Serangan Fisik
Perulangan Gerak
Suhu Ekstrem
Kondisi Fisik
Zat-zat berbahaya
195
Jadwal Kerja
Jam Kerja
Effek
Night Shift
Long Shift
Merangsang penggunan
alkohol, obat perangsang, serta
gangguan pada siklus tidur.
JADWAL KERJA
195
Job Strain
Psychological reactions
Physical reactions
Behavioral reactions
Contoh Spesifik
Marah
Gelisah
Frustasi
Ketidaksenangan kerja
Ganguan hati
Pusing
Kejang perut
Kanker
Merokok
Kecelakaan
Berhenti bekerja
195
Objective
Stressor
Api terjadi
tiba-tiba
Persepsi
Pemberitahuan
Ketegangan
Jangka Pendek
Ketegangan
Jangka Panjang
Karyawan
melihat api
Karyawan
mengabarkan
adanya
ancaman
kebakaran
Karyawan
mengalami
ketakutan dan
melompat dari
jendela
Karyawan
mengalami
trauma,
stress,
kekacauan
6.4.4. ACCIDENTS
Masalah kecelakaan menjadi perhatian utama perusahaan karena berhubungan dengan
biaya organisasional dan pekerja. Untuk mencegah kecelakaan, maka harus
dimengerti penyebab dan bagaimana mengeliminasinya.
195
Faktor Organisasi
195
6.4.5. BURNOUT
Yaitu suatu pernyataan psikologis yang sulit bahwa seorang pekerja akan memiliki
pengalaman setelah bekerja dalam periode waktu tertentu. Burnout mengakibatkan
kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja.
Emotional Exhaustion
Komponen Burnout
Depersonalization
Reduced Personal
Accomplishment
Job stressors
Beban Kerja Berat
Kontrol Rendah
Ambiguitas Peran
Konflik Peran
Job Strain
Burnout
Absen
Ketidakpuasan
Gejala Sakit
Performansi Buruk
Turnover
195
Jaga kontak tangan pada muka, mata, mulut, dan bagian tubuh lainnya
bila masih melakukan kontak dengan bahan kimia.
195
Pemadam kebakaran
Pelindung api
Pencuci mata
Kotak P3K
Shower
Dalam keadaan darurat, ikuti petunjuk emergensi yang telah
195
195
diri dari resiko yang ditimbulkan bahan kimia yang berbahaya, tindakan
emergensi yang dilakukan, dan penerapan program CHP.
6. Prosedur kerja standar yang telah disetujui dan disepakati bersama oleh pihak
manajemen di kampus (melibatkan ketua jurusan, kepala laboratorium, analis,
maupun mahasiswa).
7. Kemudahan untuk konsultasi dengan tenaga medis yang berpengalaman
dalam hal (1) memiliki pengetahuan luas tentang bahan kimia yang berpotensi
menimbulkan bahaya. (2) monitoring tingkat resiko bahan kimia, atau (3)
melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium yang
terkena bahaya.
8. Menetapkan tanggung jawab dari implementasi program CHP, termasuk
persetujuan analis laboratorium.
9. Melengkapi kebutuhan peralatan pelindung lainnya dari bahaya yang
ditimbulkan dari bahan kimia karsinogenik, racun bagi sistem reproduksi, dan
bahan kimia akut lainnya.
10. Melakukan evaluasi terhadap program CHP yang dilakukan minimal satu kali
dalam satu tahun.
6.5.6. Elemen-elemen pendukung dalam Perlindungan Kesehatan terhadap
Bahan Kimia
1. Identifikasi bahaya meliputi pelabelan bahan-bahan kimia yang berpotensi
bahaya, dan membuat daftar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan kimia
yang berbahaya.
195
195
mahasiswa tingkat pertama dan kedua bahkan mungkin pula pada tingkat yang
lebih tinggi.
b. Keadaan yang Tidak Aman
Keadaan yang tidak aman dapat di akibatkan oleh bahan, alat, dan teknik. Bekerja
dengan gas hidrogen sulfida, asam sianida atau metil isosianat, adalah contoh
keadaan yang tidak aman karena bahan tersebut sewaktu-waktu dapat
menimbulkan pencemaran ruang kerja atau lingkungan.Keadaan menjadi lebih
tidak aman seandainya alat ventilasi ruangan, lemari asam atau sistem pengaman
gas (scrubber) tidak bekerja dengan baik. Kesalahan teknik juga merupakan suatu
keadaan tidak aman. Seperti pemanasan eter atau aseton dengan api terbuka atau
melakukan reaksi kimia ekotermis tanpa pendingin.
c. Supervisor (Pengawas)
Pengawas juga memegang peranan penting. Prosedur dan cara kerja perlu di
berikan oleh pengawas secara jelas dan sempurna sebelum dikerjakan oleh para
pelaksana. Juga sangat penting pengetahuan pengawas untuk mengetahui setiap
kemungkinan (mengatisipasi) bahaya yang timbul dari suatu bahan dan percobaan
kimia. Kadang kala seorang pekerja tahu akan bahaya dan tahu pula keharusan
memakai alat pelindung diri, tetapi sangat sering dirasakan bahwa memakai alat
pelindung banyak menghalangi keleluasaan bergerak sehingga cenderung untuk
tidak memakainya. Kalau hal itu tidak mendapat perhatian dari pihak pengawas,
dapat pula menimbulkan kecelakaan atau gangguan kesehatan.
6.7. JENIS BAHAYA DAN KECELAKAAN DALAM LABORATORIUM
195
195
Jadi, jelas laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi
bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbukan kerugian.
Suatu contoh, bahan bakar bensin dan gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran
yang amat besar. Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang baik, transportadi
jutaan ton tiap hari adalah hal yang biasa. Demikian pula dalam produksi dan
penggunaan pestisida yang mempunyai potensi racun, hanya menimbulkan
malapetaka apabila salah penanganan atau karena kecerobohan.
6.8. SUMBER-SUMBER BAHAYA DALAM LABORATORIUM KIMIA
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia dapat di
kelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara
penanganan dan penyimpanannya.
Contohnya: Bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplosif, dan sebagainya
2. Teknik percobaan, yang meliputi pencampuran bahan, distilasi, akstraksi, reaksi
kimia dan sebagainya.
3. Sarana laboratorium, yakni gas, air, listrik dan sebagainya.
Ketiga sumber di atas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta
keterkaitannya perlu dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap
kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi sehingga mampu mencegah atau
menghindarinya.
Selain itu, perlu pula dipahami tentang alat pelindung diri serta cara
penanggulanganya bila terjadi kecelakaan.
195
PADA
KECELAKAAN
DALAM
195
terbakar kedalam air es secepat mungkin. Pendinginan diteruskan sampai rasa sakit
hilang dan tidak timbul kembali bila diangkat dari es. Bila tak mungkin bagian luka
untuk direndam, maka pendinginan dapat dilakukan dengan kompres.
Langkah pertolongan pendinginan diperlukan agar mengurangi rasa sakit dan yang
penting adalah bahwa pendinginan akan menghentikan atau memperlambat reaksi
perusakan akibat kebakaran. Pertolongan pertama ini harus segera diikuti dengan
pengobatan dokter.
Bila luka kebakaran terlalu besar, segera beri tahu dokter. Pakaian yang menempel
pada atau berdekatan dengan luka perlu di lepas. Hindarkan kontaminasi terhadap
luka dan jangan membersihkan luka atau memberikan bahan pengoles. Menutup luka
dengan kain atau verban yang steril dan bersih adalah cara terbaik dan segera di bawa
ke dokter.
b. Luka Bakar Karena Bahan Kimia (Chemicl Burns)
Bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan oksidator dapat melukai atau merusak kulit,
terasa panas seperti terbakar. Pertolongan pertama yang harus segera di lakukan
adalah melepaskan kontak dengan bahan tersebut secepat dan sesempurna mungkin.
Pakaian yang ikut terkena bahan segera di lepas dan bagian jaringan tubuh yang
terluka segera di cuci dengan air sebanyak mungkin. Hindari penggunaan antidote
penetral ato yang lain, sebab mungkin akan menimbulkan reaksi lain dengan jaringan
yang terluka. Bawa kedokter untuk memperoleh pengobatan yang tepat.
6.9.2. LUKA PADA MATA
a. Benda Asing Pada Mata
195
Pecahan kaca atau benda asing lainnya dapat masuk pada mata. Benda-benda tersebut
yang menempel atau terikat longgar dapat di ambil dengan hati-hati. Tetapi kalau
benda-benda tersebut tertancap kuat pada bagian mata atau kornea, hanya dokter yang
dapat mengambilnya. Pengambilan oleh bukan ahlinya, sering justru akan
menimbulkan luka yang lebih parah
b. Luka Bakar Mata oleh Bahan Kimia
Percikan atau aerosol dari bahan kimia yang korosif atau iritant dapat melukai mata
apabila kita lupa memakai pelindung mata. Pertolongan pertama segera di berikan
dengan mencuci mata dengan air bersih, baik dengan air keran atau penyemprot air
bila ada. Kelopak mata harus dibuka agar benar-benar pencucian dapat merata ke
seluruh permukaan mata. Pencucian atau pembersihan ini sebaiknya dilakukan terus
sampai kurang lebih selama 15 menit dan setelah itu segera bawa ke dokter ahli. Juga
disini ditekankan bahwa pertolongan pertama tidak boleh di cuci dengan larutan
kimia penetral, sebab mungkin akan lebih memperburuk keadaan luka.
Bahan-bahan kimia seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida dan asam fluorida
demikian pula senyawa basah seperti natrium/kalium hidroksida, amonia dan
senyawa-senyawa amin amat berbahaya bila kena mata. Cara pencegahan dengan
memakai kaca mata atau goggles merupaka cara terbaik.
6.9.3. KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang paling sering dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia kedalam tubuh lewat saluran
pernapasan atau lewat kulit dan amat jarang lewat mulut. Meskipun banyak antidote
195
untuk mengulangi keracunan, tetapi pencegahan masuknya bahan kimia lewat ketiga
jalur di atas merupakan cara terbaik untuk menghindarkan keracunan.
Demikian
pula
uap
seperti
kloroform,
benzena,
hidrokarbon
terhalogenasi, dan karbon disulfida dapat tercium baunya waktu kita menghirup gasgas tersebut. Gas-gas seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, hidrogen sianida
dapat menghilangkan kesadaran dan mematikan.
Pertolongan pertama karena keracunan di atas harus segera diberikan yakni segera
memindahkan korban dari keterpaan secepat mungkin menuju udara segar. Perlu
harus diingat, bahwa apabila keracunan terjadi pada ruang tertutup atau oleh gas
racun konsentrasi tinggi, penolong harus memakai pelindung pernapasan dengan
supply udara atau oksigen.Hal ini untuk mencegah jatuhnya korban tambahan dari
pihak penolong. Bila keracunan berat terjadi, segera bawa ke dokter, dengan memberi
keterangan jenis bahan penyebab keracunan. Apabila korban tidak bernapas, segera
berikan pernapasan buatan berupa penekanan bagian dada serta pemberian
pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban (mouth to mouth resusciation)
sebelum di bawa ke dokter. Cara ini merupakan cara standar yang umum di pakai
dalam P3K. Pemberian bahan penetral untuk keracunan lewat pernapasan harus
195
195
penyebab keracunan bila mungkin. Apabila korban muntah-muntah, beri minum air
hangat agar muntah terus dan sekaligus mengencerkan racun dalam perut. Bila korban
tidak muntah, maka perlu di berikan minum segelas air di tambah dua sendok teh
garam dapur agar yang bersangkutan muntah. Kalau tidak berhasil, masukkan jari
atau kertas kedalam tenggorokan agar muntah. Semua usaha ini dimaksudkan untuk
segera mengambil bahan racun secepat mungkin sebelum terserap oleh usus. Usaha
untuk memuntahkan tidak dilakukan apabila yang tertelan adalah pelarut petroleum
atau hidrokarbon terhalogenasi. Demikian pula apabila korban pingsan atau tidak
sadar, pemberian sesuatu lewat mulut harus dihindarkan. Pengobatan selanjutnya
korban keracunan hanya diberikan oleh dokter.
Catatan
Langkah-langkah pertolongan pertama perlu dipahami oleh para pekerja
maupun supervisor atau pengelola laboratorium. Kecepatan dalam
menolong korban kecelakaan akan sangat membantu dalam mencegah
akibat yang lebih parah. Namunpemberian ntidote atau pengobatan
selanjutnya hanya dapat diberikan oleh dokter.
195
195
195
manaJemen Laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen lab adalah suatu
bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan Laboratorium. Suatu
manajemenlab yang baik memiliki sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job
description) yang jelas, pemanfaatan fasilitas .yang efektif, efisien, disiplin, dan
administrasi lab yang baik pula.
2. MANAJEMEN LABORATORIUM
Untuk mengelola Laboratorium yang baik kita harus mengenal perangkatperangkat apa yang harus dikelola. Perangkat-perangkat
manajemen lab itu adalah :
1. Tata ruang (lab lay out)
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Lab. Infrastruktur
4. Lab. Administrasi
5. Lab. Inventory & Security
6. Lab. Safety Use
7. Lab. Organisasi
8. Budget-fasilities
9. Disiplin yang tinggi
10. Skill (Keterampilan)
11. Peraturan Dasar
12. Penanganan masalah Umum
13. Jenis-jenis pekerjaan.
Semua perangkat-perangkat ini jika dikelola secara optimal, akan memberikan
optimalisasi manajemen lab yang baik. Dengan demikian manajemen lab itu adalah
suatu tindakan pengelolaan yang komplek dan terarah, sejak dari perencanaan tata
ruang (lab-lay-out) sampai dengan semua perangkat -perangkat penunjang lainnya.
195
195
Pengenalan peralatan Lab adalah merupakan hal yang harus diketahui dengan
pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat
yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi :
a. Siap untuk dipakai (Ready for use)
b. Bersih
c. Terkalibrasi
d. Tidak rusak
e. Beroperasi dengan baik
Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk (manualoperation), mana tahu sesewaktu ada kerusakan kecil/atau kerusakan besar, maka
buku manual ini akan dapat dimanfaatkan oleh technician/technisi lab. Technisi Lab
yang ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan
kemungkinan alat tidak beroperasi dengan baik dapat terjadi. Bagi petugas Lab
maupun tenaga skill yang ada. dengan adanya Manajemen Laboratorium yang baik
akan tercipta pekerjaan yang mantap.
Beberapa peralatan Lab yang dimiliki kiranya dapat disusun secara teratur
pada suatu tempat tertentu/rak atau pada pelataran (bench) yang disediakan. Peralatan
berfungsi untuk melakukan suatu kegiatan pekerjaan, penelitian atau studi tertentu
yang menghendaki adanya bantuan peralatan. Karenanya alat-alat ini harus stand-by,
sewaktu-waktu dapat dipakai segera. Untuk itu alat-alat Lab harus dalam keadaan
yang baik. Alat-alat ini disusun secara teratur, sesuai dengan fungsinya masingmasing.
195
alat ini sebaiknya diberi cover/penutup (misal plastik transparant), terutama bag!
alat-alat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan
cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
195
3. Lab-infra Struktur
Lab infrastruktur meliput :
a. Laboratory assessment
(Lokasi Lab. Konstruksi Lab dan fasilitas lain, termasuk pintu utama,
pintu emergency, jenis pelataran/benches, jenis atap, jenis dinding, jenis
lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai, kamar penangas, jenis
pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan,
jenis-jenis lemari bahan kimia, alat optics, timbangan dan instrument yang
lainnya, kondisi Lab bersih atau kotor etc).
b. General Services (Servise yang umum)
(Kebutuhan listrik, stabilitas tegangan, sumber listrik, distribusi arus, jenis
panel listrik, jenis sockets, sumber air, pendistribusiannya cukup/tidak
cukup, jenis kran yang dipakai. jenis-sink (bak pembuangan air, apakah
tekanan air cukup/tidak, instalasi air. instalasi listrik , keadaan toilet/kamar
kecil, jenis kamar/ruang persiapan dan kamar khusus lainnya seperti
kamar perbaikan/workshop, penyediaan tenaga teknisi, penyediaan dana
Lab dsb.).
4. Lab.Administrasi
Lab Administrasi meliputi kegiatan administrasi yang ada di laboratorium.
Kegiatan itu meliputi :
a. Inventarisasi peralatan lab yang ada.
b. Daftar kebutuhan alat baru, atau alat tambahan (assessories), alat-alat yang
rusak, dan alat-alat yang dipinjam/dikembalikan (lihat daftar form 1,2,3,4
dst, (pada makalah Administrasi Laboratorium).
c. Keluar masuk surat menyurat.
195
administrasi
ini
adalah
merupakan
kegiatan
rutin
yang
195
akan
diberikan
beberapa
petunjuk
umum,
agar
setiap
195
f. Pakaian
Saat bekerja di lab dilarang memakai baju longgar, kancing terbuka,
berlengan panjang, kalung teruntai, anting besar dan lain-lain yang
mungkin dapat ditangkap oleh mesin, ketika bekerja dengan mesin-mesin
yang. bergerak. Yang paling penting lindungi rambut dari masin-mesin
yang bergerak.
g. Berlari di Laboratorium
Tidak dibenarkan berlari di lab atau dikorridor, berjalanlah ditengah
korridor untuk menghindari bertabrakan dengan orang dari pintu yang
hendak masuk.
h. Pintu-pintu
Pintu-pintu harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah
terjadinya kecelakaan (misalnya : kebakaran).
i. Alat-alat
Alat-alat harus diletakkan ketengah atau jauh dari pinggir bench, untuk
menghindari agar alat-alat tersebut tidak jatuh kelantai. Sebaiknya juga
harus diletakkan pada dekat sumber listrik/power jika memang alat
tersebut memerlukan listrik untuk sumber tenaganya. Demikian juga untuk
alat-alat yang menggunakan air sebagai sumber tenaganya harus dekat
dengan sumber air pet.
Penanganan alat-alat
a. Alat-alat kaca
Bekerja dengan alat-alat kaca sangat berhati-hati sekali. Gelas beaker,
flask, testtube, erlenmeyer, dan sebagainya, sebelum dipanaskan harus
benar-benar diteliti apa retak/tidak retak, rusak/sumbing semuanya harus
195
195
g. Pipet
Sebaiknya hindarkan penggunaan pipet dengan jalan mengisap dengan
mulut. Pakailah pipet yang menggunakan pompa pengisap (pipet pump).
Jangan terlalu kuat dan dalam memasukkan pipet kedalam pompa
pengisap, supaya pipet tidak pecah dan pompa pengisap tidak rusak. Awas
jangan ada cairan yang masuk ke pompa pengisap, karena pipet harus
tegak lurus keatas dalam pemakaiannya.
h. Aliran gas dari sumber utama
Persediaan gas untuk alat-alat pembakar harus dimatikan pada kran utama
yang ada di bench, tidak hanya pada kran, tapi jangan pada alat yang
dipakai. Kran untuk masing-masing Lab harus dipasang diluar Lab pada
tempat yang mudah dicapai dan diberi label yang jelas serta diwarnai
dengan wama yang spesifik. Dalam laboratorium harus tetap ada alat
pemadam kebakaran (Fire-Extinguisher), untuk memadamkan api yang
ditimbulkan oleh gas (lihat alat pemadam kebakaran yang khusus.
i. Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret)
Ketok berganti-ganti sisi tutup botol yang ketat tersebut, dengan sepotong
kayu,
sambil
menekannya
dengan
ibu
jari
pada
sisi
yang
195
Kelas Kebakaran
Bahan mudahterbakar
(fire-class)
(Buming material)
Kelas "A"
Kelas "B"
Kelas "C"
Kelas."E"
195
Type
Kelas Kebakaran
Warna Tabung
Air
Busa (foam)
A, B, C
A, B
Merah
Crme
Tepung (powder)
A, B, C, E
Biru
Halon (Halogen)
A, B, C, E
Hijau
Carbondioxida (CO2)
A, B, C, E
Hitam
A, B
Bucket of (sand)
7. Organisasi Laboratorium
195
a. SPP - USU
b. Anggaran rutin/DIP USU
c. OPF (sekarang tidak ada lagi).
b. Dana Fakultas
c. Dana Operasional/Pendukung WUEP
d. Dan lain-lain (sponsor/donor)
195
195
195
pasir, kemudian disapu dan dimasukkan dalam tong yang terbuat dari
logam dan ditutup rapat.
Catatan:
berorientasi/berkonsultasi
dengan
ahlinya
sebelum
195
IV. KESIMPULAN
Bagaimana mengelola Lab dengan baik, adalah menjadi tujuan utama,
sehingga semua pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Untuk
mencapai hal itu perlu pengaturan yang terikat pada :
1. Jenis pekerjaan yang dilakukan.
2. Skill/tenaga kerja/laboran yang terlatih dan terampil
3. Alat/peralatan lab yang canggih dan beroperasi dengan baik dan
terkalibrasi
4. Safety Use (Keselamatan kerja)
5. Disiplin yang tinggi
6. Organisasi lab yang baik
7. Dana yang tersedia.
Dalam penanganannya harus dikelola oleh Kepala Laboratorium yang ahli, terampil
dibidangnya dan berdedikasi tinggi serta penuh tanggung jawab, termasuk peranan
tenaga laborannya yang bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional yang
dilakukan di laboratorium masing-masing.
195
Lampiran : 1
O
B
A
L
M
R
Lab Safety
Use
O
R
Lab Inventory
& Security
Lab
Administrasion
Lab Infra
Strukture
Peraturan
Dasar
Lab Equipment
Tata Ruang
(Lay Out)
Budget
Fasilities
Jenis
Pekerjaan
Lab Organization
Skill
M
G
21
Lampiran : 2
DEKAN
P D II
JURUSAN
PDI
JURUSAN
P D III
JURUSAN
LAB*
LAB*
LAB*
A S I S T E N **
A S I S T E N**
A S I S T E N**