Anda di halaman 1dari 13

GAMBAR DAN FUNGSI TOMBOL PADA OSILOSKOP

1. Tombol Power ON/OFF


Tombol Power ON/OFF berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan Osiloskop
2. Lampu Indikator
Lampu Indikator berfungsi sebagai Indikasi Osiloskop dalam keadaan ON (lampu
Hidup) atau OFF (Lampu Mati)
3. ROTATION
Rotation pada Osiloskop berfungsi untuk mengatur posisi tampilan garis pada
layar agar tetap berada pada posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini,
biasanya harus menggunakan obeng untuk memutarnya.
4. INTENSITY
Intensity digunakan untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar
mudah dilihat.
5. FOCUS
Focus digunakan untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak
kabur

6. CAL
CAL digunakan untuk Kalibrasi tegangan peak to peak (VP-P) atau Tegangan
puncak ke puncak.
7. POSITION
Posistion digunakan untuk mengatur posisi Vertikal (masing-masing
Saluran/Channel memiliki pengatur POSITION).
8. INV (INVERT)
Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang bersangkutan akan dibalikan.
9. Sakelar VOLT/DIV
Sakelar yang digunakan untuk memilih besarnya tegangan per sentimeter
(Volt/Div) pada layar Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran (dual
channel) dengan dua Sakelar VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div
hingga 20V/Div.
10. VARIABLE
Fungsi Variable pada Osiloskop adalah untuk mengatur kepekaan (sensitivitas)
arah vertikal pada saluran atau Channel yang bersangkutan. Putaran Maksimum
Variable adalah CAL yang berfungsi untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt
tepat pada 1cm di Layar Osiloskop.
11. AC DC
Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang mengandung
DC akan ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan pada pilihan posisi
DC maka Input Terminal akan terhubung langsung dengan Penguat yang ada di
dalam Osiloskop dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar Osiloskop.
12. GND
Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT akan terbuka, Input yang
bersumber dari penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).

13. VERTICAL INPUT CH-1


Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 1 (Channel 1)
14. VERTICAL INPUT CH-2
Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 2 (Channel 2)
15. Sakelar MODE
Sakelar MODE pada umumnya terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan
ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2 (Channel 2).
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2
(CH2) secara bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk gelombang pada layar.
16. x10 MAG
Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga 10 kali lipat.
17. POSITION
Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18. XY
Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan menjadi Axis X dan Input
Saluran 2 akan menjadi Axis Y.
19. Sakelar TIME/DIV
Sakelar TIME/DIV digunakan untuk memilih skala besaran waktu dari suatu
periode atau per satu kotak cm pada layar Osiloskop.
20. Tombol CAL (TIME/DIV)
ini berfungsi untuk kalibrasi TIME/DIV

21. VARIABLE
Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah untuk mengatur kepekaan
(sensitivitas) TIME/DIV.
22. GND
GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).
23. Tombol CHOP dan ALT
CHOP adalah menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1 dan saluran 2 secara
bergantian.
24. HOLD OFF
HOLD OFF untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25. LEVEL
LEVEL atau TRIGGER LEVEL digunakan untuk mengatur gambar yang diperoleh
menjadi diam atau tidak bergerak.
26. Tombol NORM dan AUTO
27. Tombol LOCK
28. Sakelar COUPLING
Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC) atau bolak balik (AC).
29. Sakelar SOURCE
Penyesuai pemilihan sinyal.
30. TRIGGER ALT
31. SLOPE
32. EXT
Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar Osiloskop.

Penampilan pada Layar (Display)

A. Layar Osiloskop
B. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang mewakili sinyal
C. Garis Grid Horizontal
D. Garis Grid Vertical
E. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal

KARAKTERISTIK DIODA DAN KEGUNAANNYA

Dioda merupakan salah satu komponen aktif yang banyak kegunaannya dalam
peranti alat elektronika. Dioda sendiri berasal dari kata 2 suku kata romawi yang
berarti DI = dua dan ODA = elektroda atau dua elektroda, dimana elektrodaelektrodanya tersebut adalah ANODA yang merupakan bahan yang terbuat dari
semi konduktor bertipe Positip dan KATHODA yang merupakan bahan yang terbuat
dari semi konduktor bertipe Negatip. Dioda ditemukan pada tahun 1919 oleh
William Henry Eccles. Dioda dapat mengalirkan arus listrik dari kaki Anoda menuju
kaki Kathoda (Forward Bias) akan tetapi sebaliknya dioda menghambat arus listrik
dari kaki Kathoda menuju kaki Anodha (Reverse Bias).
Ada berbagai jenis dioda yang dibuat sesuai dengan fungsinya tanpa meninggalkan
karakteristik serta spesifikasinya, seperti dioda penyearah (rectifier), dioda Emisi
Cahaya (LED), dioda Zenner, dioda photo (Photo-Dioda) dan Dioda Varactor.

1. DIODA PENYEARAH (RECTIFIER)


Dioda penyearah adalah jenis dioda yang berfungsi sebagai penyearah tegangan /
arus dari arus bolak-balik (ac) ke arus searah (dc ripple). Selain digunakan sebagai

penyearah dioda ini juga digunakan sebagai proteksi polaritas pada driver relay.
Dioda penyearah biasanya terdapat kode misal : 1N4001 yang berarti dioda
tersebut memiliki karakteristik dapat dilalui arus maksimalnya 1 A dan tegangan
maksimal sekitar 50V lebih jelasnya anda dapat melihat datasheet dari tiap-tiap
kode dioda tersebut. Secara umum dioda ini disimbolnya.

*Penting* Kaki-kaki dioda yaitu kaki katoda ditandai dengan garis pada ujungnya
2. DIODA ZENER
Dioda Zener merupakan dioda junction P dan N yang terbuat dari bahan dasar
silikon. Dioda ini dikenal juga sebagai Voltage Regulation Diode yang bekerja pada
daerah reverse (kuadran III). Potensial dioda zener berkisar mulai 2,4 sampai 200
volt dengan disipasi daya dari hingga 50 watt. Dioda Zener biasanya terdapat
kode misal DZ 5V1 yang berarti dioda tersebut dapat menghantarkan tegangan
listrik maksimal 5,1 V dimana jika dioda tersebut mendapatkan tegangan diatas 5,1
V maka dioda tersebut membatasi tegangan yang keluar sebesar 5,1 V akan tetapi
jika kurang dari tegangan 5,1 V maka tegangan tersebut tetap diloloskan.

*Penting* Dioda zener memiliki batasan tegangan yang dapat ditahan, sebaiknya
lihat datasheet terlebih dahulu.
3. DIODA EMISI CAHAYA ( LIGHT EMITTING DIODE )

Dioda emisi cahaya atau dikenal dengan singkatan LED merupakan Solid State
Lamp yang merupakan piranti elektronik gabungan antara elektronik dengan optik,
sehingga dikategorikan pada keluarga Optoelectronic. Sedangkan elektrodaelektrodanya sama seperti dioda lainnya, yaitu anoda (+) dan Katoda (-). Dipasaran
LED dikategorikan berdasarkan warna, diameter dan arah bias cahaya yang
dipancarkan.

Ada tiga kategori umum penggunaan LED, yaitu :

- Sebagai lampu indikator

- Untuk transmisi sinyal cahaya yang dimodulasikan dalam suatu jarak tertentu

- Sebagai penggandeng rangkaian elektronik yang terisolir secara total. Simbol,


bangun fisiknya dan konstruksinya diperlihatkan pada gambar berikut.

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan LED adalah bahan Galium Arsenida
(GaAs) atau Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau juga Galium Phospida (GaP),
bahan-bahan ini memancarkan cahaya dengan warna yang berbeda-beda. Bahan
GaAs memancarkan cahaya infra-merah, Bahan GaAsP memancarkan cahaya
merah atau kuning, sedangkan bahan GaP memancarkan cahaya merah atau hijau.
Seperti halnya piranti elektronik lainnya , LED mempunyai nilai besaran terbatas
dimana tegangan majunya dibedakan atas jenis warna.

TABEL WARNA LED DAN TEGANGANNYA

Sedangkan besar arus maju suatu LED standard adalah sekitar 20 mA. Karena dapat
mengeluarkan cahaya, maka pengujian LED ini mudah, cukup dengan
menggabungkan dengan sumber tegangan dc kecil saja atau dengan ohmmeter
dengan polaritas yang sesuai dengan elektrodanya.

4. DIODA CAHAYA ( PHOTO-DIODE)


Secara umum dioda-cahaya ini mirip dengan PN-Junction, perbedaannya terletak
pada persambungan yang diberi celah agar cahaya dapat masuk padanya.

Dioda cahaya ini bekerja pada daerah reverse, jadi hanya arus bocor saja yang
melewatinya. Dalam keadaan gelap, arus yang mengalir sekitar 10 A untuk dioda
cahaya dengan bahan dasar germanium dan 1A untuk bahan silikon. Kuat cahaya
dan temperature keliling dapat menaikkan arus bocor tersebut karena dapat
mengubah nilai resistansinya dimana semakin kuat cahaya yang menyinari semakin
kecil nilai resistansi dioda cahaya tersebut.
Penggunaan dioda cahaya diantaranya adalah sebagai sensor dalam pembacaan
pita data berlubang (Punch Tape), dimana pita berlubang tersebut terletak diantara
sumber cahaya dan dioda cahaya. Jika setiap lubang pita itu melewati antara tadi,
maka cahaya yang memasuki lubang tersebut akan diterima oleh dioda cahaya dan
diubah dalam bentuk signal listrik. Sedangkan penggunaan lainnya adalah dalam
alat pengukur kuat cahaya (Lux-Meter), dimana dalam keadaan gelap resistansi
dioda cahaya ini tinggi sedangkan jika disinari cahaya akan berubah rendah. Selain
itu banyak juga dioda cahaya ini digunakan sebagai sensor sistem pengaman
(security) misal dalam penggunaan alarm.

5. DIODA VARACTOR

Dioda Varactor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya mempunyai
kapasitas yang berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini bekerja didaerah
reverse mirip dioda Zener. Bahan dasar pembuatan dioda varactor ini adalah silikon
dimana dioda ini sifat kapasitansinya tergantung pada tegangan yang diberikan
padanya. Jika tegangan tegangannya semakin naik, kapasitasnya akan turun. Dioda
varikap banyak digunakan pada pesawat penerima radio dan televisi di bagian

pengaturan suara (Audio).

6. MENGUJI DIODA SECARA SEDERHANA


Dioda ini dapat diuji kondisinya secara sederhana dan ada beberapa cara
pengujiannya, yaitu :
1. Pengujian dengan Multitester (Ohmeter)
2. Pengujian dengan Continous Tester
3. Pengujian dengan batere + lampu pijar
4. Pengujian dengan batere + loudspeaker

7. MENGUJI DIODA DENGAN MENGUNAKAN OHM METER


Untuk itu diperlukan sebuah multitester atau sebuah ohmmeter analog/ digital.
Multitester atau Avometer Analog mempunyai fasilitas pengukur hambatan
(ohmmeter) dimana jenis ohmmeter yang digunakan biasanya ohmmeter-seri,
dimana secara konstruksi polaritas batere yang terpasang dalam meter berlawanan
polaritas dengan terminal ukurnya. Atau dengan perkataan lain, terminal positip
meter adalah mempunyai polaritas negatip batere, sebaliknya terminal negatip
meter mempunyai polaritas positip batere.
Dengan demikian guna menguji sebuah dioda dengan menggunakan Avometer
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Anda posisikan Avometer pada posisi ohm dengan skala rendah
2. Tentukan terlebih dahulu elektroda anoda dan katoda dari dioda tersebut
3. Hubungkan terminal + (positip) meter dengan Anoda dari dioda yang akan ditest
sedangkan terminal (negatip) meter dengan Katoda dioda. (hubungan ini adalah
reverse)
4. Dalam posisi semacam ini, jika dioda masih baik, maka jarum meter tidak akan
bergerak. Namun jika dalam posisi ini jarum bergerak, maka dapat dikatakan dioda
terhubung singkat (rusak).
5. Ulangi langkah 2 diatas dengan polaritas sebaliknya, dimana Anoda dihubungkan
dengan negatip meter dan Katoda dengan positip meter. (hubungan ini adalah
forward).

6. Dalam posisi semacam ini, jika dioda masih baik, maka jarum meter akan
bergerak. Namun jika dalam posisi ini jarum meter tidak bergerak, maka dapat
dikatakan dioda putus (rusak).

Anda mungkin juga menyukai