Anda di halaman 1dari 6

BIOSENSOR DAN APLIKASINYA

Oleh Sinly Evan Putra

Di abad milenium ini, segala sesuatu yang serba


praktis dan mudah serta ditunjang oleh manfaatnya yang besar, pastilah di cari oleh setiap
orang. Salah satunya adalah sensor. Aplikasi sensor yang paling sering kita jumpai adalah
pintu otomatis yang terdapat di pusat-pusat perbelanjaan. Pintu akan terbuka dan tertutup
secara otomatis apabila ada orang yang lewat. Contoh lainnya adalah detektor logam yang
terdapat pada bandara udara, ataupun detektor asap yang terdapat dalam perkantoran.
Secara umum, sensor sebenarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu sensor fisika dan
sensor kimia. Sensor fisika lebih kepada kemampuannya untuk mendeteksi kondisi besaran
fisika seperti tekanan, gaya, tinggi permukaan air laut, kecepatan angin, dan sebagainya.
Sedangkan sensor kimia merupakan alat yang mampu mendeteksi fenomena kimia seperti
komposisi gas, kadar keasaman, susunan zat suatu bahan makanan, dan sebagainya.
Termasuk ke dalam sensor kimia ini adalah biosensor. Dewasa ini, biosensor telah banyak
diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti dan industri, dan dalam dunia biosensor
research, topik yang sedang berkembang sekarang ini adalah biosensor yang berbasis DNA
(genosensor).
Biosensor

Biosensor sendiri didefinisikan sebagai suatu


perangkat sensor yang menggabungkan senyawa biologi dengan suatu tranduser. Dalam
proses kerjanya senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan molekul yang akan dideteksi
yang disebut molekul sasaran. Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus
listrik, potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh transduser. Besaran tersebut
kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang dapat dimengerti.
Biosensor yang pertama kali dibuat adalah sensor yang menggunakan transduser
elektrokimia yaitu elektroda enzim untuk menentukan kadar glukosa dengan metode
amperometri. Sejauh ini, biosensor dalam perkembangannya mempunyai tiga generasi yaitu

generasi pertama; dimana biosensor berbasis oksigen, generasi kedua; biosensor menjadi
lebih spesifik yang melibatkan mediator diantara reaksi dan transduser, dan terakhir
generasi ketiga; dimana biosensor berbasis enzyme coupling.

Untuk produk-produk komersial dari


teknologi biosensor, sekarang ini telah banyak diperjualbelikan. Biosensor eksternal/internal
dalam bentuk chip bahkan telah diproduksi oleh perusahaan Amerika i-Stat, MicroChips,
Digital Angel, VeriChip yang dapat ditanam dalam tubuh manusia. Beberapa Perusahaan
Jepang pun turut berpartisipasi, seperti Matsushita Electric Industrial Co. dengan teknologi
biosensornya yang mampu menetapkan secara cepat dan mudah pengukuran kolesterol
darah. Tokyo Medical and Dental University dengan biosensor nafasnya yang
memanfaatkan enzim monoamine oksidase A (MAO A) dan lain sebagainya. Tetapi secara
umum untuk penguna biosensor, hampir 60% pengunanya berasal dari health-care industri.
Prinsip Kerja Biosensor
Pada dasarnya biosensor terdiri dari tiga unsur yaitu unsur biologi (reseptor biologi),
transduser, dan sistem elektronik pemroses sinyal. Unsur biologi yang umumnya digunakan
dalam mendesain suatu biosensor dapat berupa enzim, organel, jaringan, antibodi, bakteri,
jasad renik, dan DNA. Unsur biologi ini biasanya berada dalam bentuk terimmobilisasi pada
suatu transduser. Immobilisasi sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan
(1) adsorpsi fisik, (2) dengan menggunakan membran atau perangkap matriks atau (3)
dengan membuat ikatan kovalen antara biomolekul dengan transduser.
Untuk transduser, yang banyak digunakan dalam suatu biosensor adalah transduser
elektrokimia, optoelektronik, kristal piezoelektronik, field effect transistor dan temistor.
Proses yang terjadi dalam transduser dapat berupa calorimetric biosensor, potentiometric
biosensor, amperometric biosensor, optical biosensor maupun piezo-electric biosensor.
Sinyal yang keluar dari transduser ini kemudian di proses dalam suatu sistem elektronik
misalnya recorder atau komputer.
Berikut adalah contoh skema umum dari biosensor :

Aplikasi Biosensor
Aplikasi biosensor pada dasarnya meningkat seiring dengan berkembangnya keperluan
manusia dan kemajuan iptek. Tetapi secara umum tetap didominasi untuk aplikasi dibidang
medis dan lingkungan hidup. Beberapa bidang aplikasi lainnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

Penutup
Di Indonesia penelitian di bidang biosensor telah berkembang pesat. Tetapi kebanyakan
penelitian di bidang ini berhenti pada tahap publikasi ilmiah di jurnal-jurnal atau seminarseminar. Dan tidak sampai menyentuh tahap paten/aplikasi untuk di komersialisasikan. Hal
ini sangat di sayangkan, padahal penelitian para ilmuwan Indonesia sangat aplikatif semisal
tentang penelitian pembuatan biosensor untuk mendeteksi kadar alkohol atau daging hewan
tertentu pada produk makanan atau minuman, atau penelitian untuk membuat biosensor
yang mampu mendeteksi pestisida, serta berbagai penelitian lainnya. Semuanya ini
berpotensi untuk dikembangkan.
Secara kualitatif, kebutuhan akan biosensor di Indonesia sangat besar. Dan diperkirakan
permintaan biosensor di pasaran dunia akan selalu meningkat tiap tahun. Sebagai
perbandingan, data statistik menunjukkan untuk penjualan sensor di bidang non milter saja
pada tahun 2008 akan mencapai 50-51 miliar dolar AS. Hal ini dari sisi ekonomis sangat
mengiurkan. Sehingga sudah seyogyanya para peneliti dan pemerintah Indonesia
memanfaatkan momentum tersebut untuk dapat merintis dan mengembangkan sistem
sensor dengan kreatifitas, langkah dan kebijakan yang lebih baik lagi.

Secara umum sensor dibedakan menjadi dua jenis yaitu sensor fisika dan sensor
kimia. Sensor fisika lebih kepada kemampuannya untuk mendeteksi kondisi
besaran fisika seperti tekanan, gaya, tinggi permukaan air laut, kecepatan angin,
dan sebagainya. Sedangkan sensor kimia merupakan alat yang mampu
mendeteksi fenomena kimia seperti komposisi gas, kadar keasaman, susunan zat
suatu bahan makanan, dan sebagainya. Biosensor termasuk ke dalam sensor
kimia.
Biosensor didefinisikan sebagai suatu perangkat atau instrumen analitik yang
menggunakan biomolekul seperti mikroba, jaringan, sel, protein, enzim, antibodi,
dan DNA untuk melakukan pengenalan, deteksi, rekognisi pada suatu zat kimia
tertentu yang menggabungkan komponen biologis dengan komponen detektor
fisikokimia. Fungsi biosensor yaitu untuk mendeteksi atau memonitor kondisi
berbagai hal, antara lain

Mengukur tingkat keasaman (pH)

Kontrol polusi dan mendeteksi & mengukur kadar mikroba atau zat kimia
berbahaya tertentu, toksik di udara, air, dan tanah misalnya pestisida

Mendeteksi kebocoran, menentukan lokasi deposit minyak.

Mengontrol kualitas makanan (mendeteksi kontaminasi mikroba,


menentukan kesegaran, analisis lemak, protein dan karbohidrat dalam makanan.

Mendeteksi & mengukur: kadar glukosa, kolesterol, tekanan darah, flu,


infeksi, alergi dan lain-lain.

Diagnosis untuk : obat, metabolit, enzim, vitamin

Studi efisiensi obat

Biosensor bersifat spesifik, karena bioreseptornya spesifik hanya klop atau cocok
untuk suatu substansiatau zat yang spesifik. Biosensor ada berbagai macam
ukuran dan bentuk, biasanya didesain portable untuk penggunaan lapang secara
efisien. Contohnya biosensor untuk udara.

Komponen Dasar Biosensor adalah


1. Bioreseptor, merupakan komponen biologis yang peka, yang dibuat dengan
teknis biologis. Misalnya jaringan, mikroba, organel, sel, protein, enzymes,
antibodies, nucleic acids dan lain-lain.
2. Transduser, merupakan komponen atau elemen pendeteksi atau detektor,
yang bekerja secara fisikokimia, piezoelektronik, optik, elektrokimia, dan lain-lain
yang mengubah sinyal yang dihasilkan dari interaksi antara analit dengan
bioreseptor menjadi sinyal lain (yaitu, transduser) yang dapat lebih mudah
diukur dan dihitung.
3. Elemen elektronik prosesor sinyal yang terutama bertanggung jawab untuk
menampilkan hasil yg mudah dibaca dan dipahami.

Prinsip kerja biosensor adalah

Biokatalis (bioreseptor) yaitu senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan


substansia atau zat kimia yang akan dideteksi (sampel analit atau molekul
target).

Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus listrik, potensial
listrik atau lainnya akan dimonitor oleh transduser.

Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil


yang dapat dipahami pada suatu layar monitor, recorder, atau komputer.
Berikut sketsa biosensor secara umum:

Anda mungkin juga menyukai