HAM Internasional
HAM Internasional
Bentrok antara pihak oposisi dan pemerintah sempat terjadi di negara Mesir.
Bermula pada berhentinya rezim presiden Hosni Mubarak yang sudah bertahan
selama 4 dekade. Selama beberapa minggu, ratusan ribu warga Mesir turun ke
jalan dan menyerukan pencopotan Mubbarak dari jabatannya sebagai presiden
Mesir. Hal ini disebabkan karena adanya krisis ekonomi dan politik yang dialami
Mesir. Sebagian warga menganggap presiden Mubarak sebagai presiden yang
baik karena selalu memperhatikan rakyat kecil. Namun sebagian lain
menganggap presiden Mubarak bersifat sikap glamor dan otoriter dan tidak
menghendaki Mubbarak memimpin Mesir lagi. Bentrok antara dua kubu pun
tidak terhindarkan. Selama berminggu-minggu ratusan warga menjadi korban,
banyak dari mereka yang akhirnya meninggal dunia. Konflik antara pemerintah
dan pihak oposisi pun makin meluas. Tak lama Hosni Mubbarak yang terkepung
oleh ratusan warga Mesir dan bersembunyi di dalam selokan ditemukan warga
dan akhirnya meninggal di tangan rakyat yang pernah ia pimpin sendiri.
Peristiwa ini menjadi salah lembar hitam sejarah di Mesir.
Rezim pemimpin otoriter pernah terjadi di negara Italia sejak tahun 1924. Aktor
utamanya adalah Benito Mussolini, yang memimpin faham fasisme di Italia.
Mussolini memerintah di Italia dalam periode 1924 hingga 1943. Selama 19
tahun dalam masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang
otoriter, dan tidak segan membunuh orang-orang yang tidak sepaham
dengannya. Kekejaman Mussolini ini berlaku kepada siapa pun tanpa pandang
bulu. Benito Mussolini juga termasuk salah satu pencetus Perang Dunia II. Ia
turut berkoalisi dengan Adolf Hitler dari Jerman untuk melawan sekutu pada
World War 2.
Nama Adolf Hitler mungkin sudah tidak asing lagi. Ia dianggap sebagai salah
satu pemimpin terkejam yang pernah ada. Adolf Hitler yang merupakan
pimpinan Nazi di Jerman pada medio 1930-an. Ia melakukan banyak kejahatan
kemanusiaan, seperti menangkap tokoh-tokoh politik yang menentangnya dan
melakukan pembasmian pada orang-orang Yahudi. Hitler sendiri memang dikenal
sebagai anti-Yahudi. Ia juga menjadi salah satu penyebab utama terjadinya
Perang Dunia II.
Masalah sengketa antara Israel dan Palestina menjadi salah satu sengketa global
yang berkepanjangan. Hal ini bermula ketika Israel memperluas wilayahnya
dengan menguasai sebagian besar wilayah Palestina. Hasilnya, kini wilayah
Palestina hanya tersisa sedikit saja. Dengan bantuan Amerika Serikat, Israel juga
beberapa kali melancarkan serangan, baik serangan darat maupun udara ke
wilayah-wilayah Palestina. Sudah ratusan ribu korban warga Palestina, termasuk
anak-anak, wanita atau bahkan relawan dari negara lain yang menjadi korban.
Dunia pun sempat mengutuk tindakan Israel tersebut.
Perang sipil sempat terjadi antara Bosnia dengan Serbia. Kejadian ini terjadi di
periode 1992 hingga 1995 setelah pecahnya negara Yugoslavia. Dalam perang di
Bosnia tersebut, terjadi pembunuhan massal terhadap 800 warga muslim Bosnia
yang bermukim di kota Srebenica. Kota Srebenica sendiri memang didominasi
oleh mayoritas warga muslim Bosnia. Hal ini sempat menimbulkan kekacauan di
dunia dan banyak negara yang mengutuk tindakan tersebut.
Kasus HAM juga terjadi di Afrika Selatan, kali ini terkait perbedaan ras dan warna
kulit. Terjadi sekitar tahun 1960, ketika rezim apartheid yang didominasi orangorang kulit putih berhasil menguasai pemerintahan di Afrika Selatan. Mereka
kemudian melakukan kebijakan-kebijakan yang merugikan warga kulit hitam,
hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Peristiwa yang sama sempat terjadi
lagi di tahun 1976 yang menewaskan beberapa warga sipil dan murid-murid
sekolah.
menjadi oposisi terkuat di sana. Namun, faktanya Suu Kyi tampak kikuk dan bak
macan ompong manakala menyaksikan puluhan ribu etnis Rohingnya terancam
jiwanya. Beberapa diantara mereka dibunuh dan disiksa secara massal oleh
junta militer, sementara yang selamat harus terlunta-lunta mencari tempat
suaka ke negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri keberadaan para pengungsi Rohingya sebenarnya sudah
tercium jejaknya sekira dua tahun silam. Sebagian mereka kabur dari Myanmar
lewat jalur laut dan terdampar di Indonesia. Lantas mereka ada yang ditampung
di Rumah Detensi Imigrasi yang dikelola Ditjen Imigrasi, sedangkan yang lainnya
di luar Rudenim statusnya sebagai pengungsi yang ditangani UNHCR. Data resmi
yang tercatat di Ditjen Imigrasi totalnya sekitar 500 pengungsi. Mereka tersebar
di berbagai daerah yang kebanyakan di antara mereka berada di luar Jawa.
Pemerintah Indonesia sendiri terkesan lamban merespons konflik tersebut yang
memuncak sejak Juni 2012. Rumah-rumah tinggal etnis Rohingya
dibumihanguskan, sementara mereka yang tertangkap ada yang dibunuh dan
disiksa atau dipaksa menukar keyakinannya. Tak salah jika ormas-ormas Islam
mendesak pemerintah mengajukan protes resmi ke junta militer Myanmar yang
berkuasa serta ke PBB. Ketua Umum PB Alkhairaat Palu, Habib Ali bin Muhammad
Aljufri, sebagaimana dikutip inilah.com (1/8/2012), misalnya secara tegas
mendesak pemerintah RI mengembalikan Dubes Myanmar ke negaranya sebagai
bentuk protes atas kekejian kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya.Alam
demokrasi di Myanmar kiranya baru dinikmati dan berpihak pada Suu Kyi dan
warga negara selain etnis Rohingnya. Tapi, jika Suu Kyi tak yang berpeluang
besar memimpin Myanmar kelak tak menunjukkan empatinya yang dalam atas
tragedi kemanusiaan itu, sejarah akan mencatat kecacatannya: seorang tokoh
pejuang HAM yang ambigu.
3. 1924 di Italia
Benito Mussolini telah mendirikan sekaligus memimpin faham fasisme di Italia. Ia
telah memerintah pada tahun 1924 1943 dengan sangat otoriter. Lawan
lawan politik yang tidak segaris dengan pemikirannya ditangkap dan dibunuh.
Mussolini telah menduduki Negara asing seoerti Etiophia dan Albania. Ia juga
salah seorang pencetus Perang Dunia II dan berkoalisi dengan Hitler untuk
melawan sekutu
4. 1933 di Jerman
Adolf Hitler yang berhasil memenangkan pemilu melalui Partai Buruh Jerman
Sosialis memimpin Jerman dengan sangat otoriter. Banyak kejahatan
kemanusiaan pada waktu itu. Misalnya dengan penangkapan secara masal
terhadap lawan lawan politiknya, pembasmian terhadap orang orang yahudi,
menduduki Chekoslovakia dan Austria serta memicu tejadinya PD II.
untuk menyelidiki tindakan brutal militer terhadap warga sipil yang menewaskan
lebih dari 300 orang, di lokasi alun-alun Rabaa, Nasr City, danalun-alun depan
Cairo University, Mesir.
Dalam kasus ini terdapat dua pelanggaran Hak asasi manusia, pertama
pelanggaran HAM oleh presiden Mesir sendiri yang kedua pelanggaran HAM yang
dilakukan rakat mesir karena tidak memberi Hosni Mubbarak untuk
mempertanggung jawabakkan kesalahan dan perbuatannya di hadapan hukum
dengan menyiksa dan membunuhnya.
Perang saudara ini, membuat negara lain ikut berperang seperti turki yang
kehilangan 2 pilot F-4 setelah pesawatnya ditembak. Kemudian Jordania yang
merasakan dampak perang dan mengancam menyerang suriah. Sampai
sekarang krisis suriah tengah berada dalam perbincangan bangsa Eropa dan
Amerika yang mengusahakan untuk menghentikan peperangan karena dianggap
telah melanggara HAM rakyat suriah.