Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Kajian Pustaka
2.1.1 Seleksi Pendamping desa
Seleksi merupakan salah satu bagian penting dalam aktivitas atau kegiatan
Manajemen Sumber Daya Manusia. Terutama untuk pengadaan tenaga kerja, karena dengan
adanya seleksi maka akan menghasilkan tenaga - tenaga yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan baik dan segi umlah maupun mutu, yang akan menjamin kelancaran tugas-tugas
dan jalannya aktivitas. Guna mendapat kandidat seperti yang diharapkan, Kepegawaian harus
melakukan penyeleksian kandidat dengan selektif agar calon kandidat tersebut dapat berkerja
dengan baik.
Menurut Alex Nitisemito (1998:225) Seleksi adalah kegiatan suatu peusahaan untuk
dapat memilih kandidat yang paling tepat dalam jumlah yang cepat pula dari calon - calon
yang dapat ditariknya. Setiap perusahaan juga harus dapat melakukan seleksi secara efektif
dan efisien dengan demikian seleksi yang dilaksanakan tersebut harus dapat memilih atau
menetapkan kandidat yang paling tepat.
Meskipun demikian masalah efisiensi dalam pelaksanaan metode seleksi pun perlu
diperhatikan. Efisiensi disini adalah dalam arti pengorbanan uang, energi, waktu dan
sebagainya
Menurut Manulang (1996:16) dalam melakukan pemilihan kandidat
dapat dilakukan pemilihan melalui tiga tahap yaitu :
1. Menentukan job analisa dalam rangka mendapatkan job description, yaitu
menentukan sifat jabatan yang sesuai dengan pekerjaan.
2. Mengadakan recruitment atau penarik, yaitu proses dimana kandidat ditarik melalui
sumber- sumber kandidat
3. Mengadakan pemilihan kandidat yang tersedia.
Penarikan kandidat baru didalam hal ini menjadi tanggung jawab pada departemen
personalia, karena penarikan kandidat sangat erat hubungannya dengan proses seleksi
penerimaan kandidat.

2.2.1 Landasan Teori dan Konsep tual


2.2.1

Teori Rekrutmen

Henry Simamora (1997:212) dalam buku koleksi digital Universitas Kristen Petra
menyatakan bahwa Rekrutmen (Recruitment) adalah serangkaian aktivitas mencari dan
memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.
Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995:105) menyatakan bahwa rekruitmen merupakan
proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh
suatu organisasi.
Menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) dalam Nanang
Nuryanta (2008), rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan
yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat
menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
2.2.2

Tujuan Rekrutmen

Menurut Henry Simamora (1997:214) rekrutmen memiliki beberapa tujuan, antara


lain sebagai berikut:

Untuk memikat sebagian besar pelamar kerja sehingga organisasi akan mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan terhadap calon-calon

pekerja yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi.


Tujuan pasca pengangkatan adalah penghasilan karyawan-karyawan yang merupakan
pelaksana-pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan perusahaan sampai

jangka waktu yang masuk akal.


Meningkatkan citra umum organisasi, sehingga para pelamar yang gagal mempunyai
kesan-kesan positif terhadap organisasi atau perusahaan.
2.2.3 Sistem Rekrutmen
Menurut Simamora (1997:246) untuk menciptakan suatu sistem rekrutmen yang

efektif para manajer dan manajer sumber daya manusia, seyogyanya menerapkan beberapa
hal, antara lain:

1. Mendiagnosis seefektif mungkin (berdasarkan kendala waktu, sumber daya finansial,


dan ketersediaan staff pelaksana yang ada) faktor-faktor lingkungan dan
organisasional yang mempengaruhi posisi yang perlu diisi dan aktivitas rekrutmen.
2. Membuat deskripsi, spesifikasi, dan standart kinerja yang rinci.
3. Menentukan tipe individu-individu yang sering dikaryakan oleh organisasi dalam
posisi yang sama.
4. Menentukan kriteria-kriteria rekrutmen.
5. Mengevaluasi berbagai saluran dan sumber rekrutmen
6. Menyeleksi sumber rekrutmen yang kemungkinan menghasilkan kelompok kandidat
yang paling besar dan paling sesuai pada biaya yang serendah mungkin.
7. Mengidentifikasikan saluran-saluran rekrutmen untuk membuka sumber-sumber
tersebut, termasuk penulisan iklan, menjadwalkan program rekrutmen.
8. Menyeleksi saluran rekrutmen yang paling efektif biaya.
9. Menyusun rencana rekrutmen yang mencakup daftar aktivitas dan daftar untuk
menerapkannya.

2.2.4 Teori Transparansi


Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Transparan di bidang manajemen berarti adanya
keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang
manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan
dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas
sehingga

bias

memudahkan

pihak-pihak

yang

berkepentingan

untuk

mengetahiunya (Surya Darma,2007).


Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam menungkatkan dukungan
orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program
pendidikan di sekolah. Transparansi ditujukkan untuk membangun kepercayaan
dan keyakinan kepada sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pelayanan
pendidikan yang bersih dan berwibawa, bersih dalam arti tidak KKN dan
berwibawa dalam arti professional. Transparansi bertujuan untuk menciptakan
kepercayaan timbale balik antara sekolah dan publik melalui informasi yang
memadai dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat
(Muhammad,2007).
2.2.5 Dimensi Transparansi

Prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi

tentang

penyelenggaraan

pemerintahan,

yakni

informasi

mengenai

kebijakan,proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai.


Menurut Krina (2003) prinsip ini menekankan kepada 2 aspek :
a. Komunikasi publik oleh pemerintah
b. Hak masyarakat terhadap akses informasi
Menurut Krina (2003) indikator-indikator dari transparansi adalah sebagai
berikut :
1. Penyediaan informasi yang jelas tentang tanggung jawab
2. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau
permintaan untuk membayar uang suap
3. Kemudahan akses informasi
4. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa dan lembaga
non pemerintah
2.2.6 Indikator Pelayanan Publik
Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrument
kinerja pelayanan yang telah dikembangkan oleh Zeithaml, Pasuraman dan Benny dalam
buku mereka yang mereka beri judul Delivering Quality Service. Menurut mereka ada
11(sebelas) indikator kinerja pelayan, yaitu (dalam Hessel Nogi 2005:219):
1. Kenampakan fisik (Tangible);
2. Reliabilitas (Reliability);
3. Responsivitas (Responsiveness);
4. Kompetensi (Competence);
5. Kesopanan (Courtesy);
6. Kredibilitas (Credibility);
7. Keamanan (Security);

8. Akses (Access);
9. Komunikasi (Communication);
10. Pengertian (Understanding the customer);
11. Akuntabilitas (Accountability).
2.2.6 Model Analisis
Pelayanan Publik yang oleh pemerintah dalam hal ini dilakukan oleh program PNPM
yang dilakukan melalui proses merekrutan calon calon pendamping desa yang nantinya
akan ditempatkan ke desa desa yang masih mengalami stagnansi. Pendamping desa tersebut
adalah masyrakat yang diseleksi melalui proses yang telah ditetapkan PNPM dengan
standarisasi penilaian yang cukup sulit karena penerimaan pendamping desa tidak main
main dan disertakan imbalan yang lumayan besar.
Berdasarkan hasil temuan penulis pada studi kasus pada 2015 yakni kasus
Pendamping Desa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia khususnya di daerah Jawa
Barat, terjadi kasus kurangnya kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat dikarenakan
kualitas pendamping desa yang ditempatkan di desanya masing masing kurang mampu
memenuhi target pencapaian program PNPM ini.
Faktor pangkal yang menjadi muara dari kasus tersebut tidak lain adalah proses
rekrutmen yang dilakukan oleh panitia seleksi masing masing daerah yang penulis analisa
terdapat kekurangan terutama dalam transparansi dalam proses rekrutmen, penilaian maupun
hasil akhir dari proses seleksi. Konkrit, penulis mencoba menganalisa kasus ini berdasarkan
indikator dan proses transparansi rekrutmen sehingga digunakan untuk penilaian kualitas
pelayanan yang dirasakan masyarakat desa desa di Kabupaten Tabanan. Adapun untuk
keterangan lebih lanjut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Variabel X

Variabel Y

Indikator ransparansi dalam

Pengimplementasian kualitas

proses Rekrutmen :

pelayanan publik :

Penyediaan informasi
yang jelas tentang
tanggung jawab
Menyusun suatu
mekanisme pengaduan
jika ada peraturan yang
dilanggar atau
permintaan untuk
membayar uang suap
Kemudahan akses
informasi
Meningkatkan arus
informasi melalui
kerjasama dengan media
massa dan lembaga non
pemerintah

Krina (2005:8)

Model Analisis
2

Kenampakan fisik (Tangible);


Reliabilitas (Reliability);
Responsivitas
(Responsiveness);
Kompetensi (Competence);
Kesopanan (Courtesy);
Kredibilitas (Credibility);
Keamanan (Security);
Akses (Access);
Komunikasi
(Communication);
Pengertian (Understanding the
customer);
Akuntabilitas
(Accountability).
Hesel Nogi (2005:67)

Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian pustaka yang telah

dikemukakan, maka hipotesa yang dapat diajukan sebagai berikut :


Ho : Tidak ada pengaruh yang

secara positif dan signifikan antara efektivitas

penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
Ha : Ada pengaruh yang secara positif dan signifikan antara efektivitas penerimaan
pajak hotel dan restoran terhadap peningkatan pendapatan asli daerah

Operasionalisasi Konsep

Tabel 2.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Definisi
Indikator
Transparansi Informasi yang dapat diakses
Penyediaan
proses

masyarakat

rekrutmen

rekrutmen

dalam

proses

informasi
jelas

pendamping

desa

Skala
Likert
yang

tentang

tanggung jawab
Menyusun suatu
mekanisme

(X)

pengaduan

jika

ada

peraturan

yang

dilanggar

atau

permintaan

untuk membayar

uang suap
Kemudahan akses

informasi
Meningkatkan
arus

informasi

melalui
kerjasama dengan
media
massa

dan

lembaga

non

pemerintah
Sri Mudiarti (2005:8)

Implementasi

Pelayanan

kualitas

proses pemenuhan kebutuhan

pelayanan

melalui aktivitas orang lain

publik (Y)

secara langsung. Pelayanan


yang

publik

diperlukan

adalah

manusia

Likert

Kenampakan

fisik (Tangible);
Reliabilitas

(Reliability);
Responsivitas

pada dasarnya ada 2(dua)


(Responsiveness)

jenis, yaitu layanan fisik


yang sifatnya pribadi sebagai
manusia

dan

layanan

administratif

;
Kompetensi

(Competence);
Kesopanan

(Courtesy);
Kredibilitas

(Credibility);
Keamanan

(Security);
Akses (Access);
Komunikasi

(Communication)
Pengertian
(Understanding

the customer);
Akuntabilitas
(Accountability).
Hesel
Nogi
(2004:67)

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Data dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan
data kuantitatif berupa laporan dan juga hasil tes tes dalam proses seleksi, dalam bentul

angka-angka. Sedangkan data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data
tentang peraturan proses tes seleksi Pendamping Desa.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana
subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi membantu dan dapat
memberikan informasi untuk bahan penelitian.
Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam peelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil seleksi dari calon Pendamping Desa
Data data dari proses penyeleksian dari awal pendaftaran hingga pengumuman penetapan
kelulusan pendamping desa diambil dari beberapa sampel
2. Penilaian implementasi pelayanan di Desa
Data data yang diambil dari Desa yang telah dilaksanakan program Pendapiingan Desa
Mandiri dihitung secara merata untuk membuktikan tingkat kualitas pelayanan publik
Metode Analisis Data
Dari data yang diperoleh, maka dilakukan analisis data agar dapat diinterprestasikan. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitaif.
Langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai berikut:

Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117).

Yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh Pendaping Desa yang telah dipilih oleh Pemkab Tabanan dari
proses rekrutmen melalui seleksi yakni sejumlah 850 orang

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. (Sugiyono, 2013: 118). Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan
jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2005:65), sebagai berikut:

N
N d 2 1

Keterangan :
n = jumlah sampel yang digunakan.
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan
Jumlah populasi yang digunakan adalah menurut data jumlah populasi keseluruhan
Pendamping Desa di Kabupaten Tabanan dengan jumlah 850 orang , dengan tingkat
kesalahan 5%. Sehingga jumlah sampel minimal adalah sebagai berikut:
n

n=

N
N d 2 1

850
850. (5%)2 + 1

n=

850
850. (0,05)2 + 1

n=

850
3.2

n = 272
Berdasarkan perhitungan diatas, Dengan demikian, jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 272 narasumber.

Pengumpulan Sampel

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan


sampel yang digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Metode Proportionate Stratified Random Sampling yaitu suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen,
maka populasi harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap
lapisan dapat diambil secara acak. Dengan menggunakan metode ini, berarti semua lapisan
dapat terwakili (Singarimbun, 2006:162).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian mengenai penerimaan
Pendamping Desa di Kabupaten Tabanan dapat diperoleh melalui :
1. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari literatur yang terdiri
dari buku-buku literatur, hasil-hasil penelitian terdahulu, jurnaljurnal, laporan berkala, serta
dokumen lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan guna mendapatkan data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan penelitian lapangan dan
wawancara dengan pengelola atau petugas Panitia Seleksi pendamping desa dan juga data
dari Kementrian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal untuk mendapatkan data primer
di lapangan.
Analisis Deskriptif Kuantitatif
Menurut Arikunto (2006), metode analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif merupakan teknik
penganalisaan data yang menggunakan angka-angka untuk menarik kesimpulan dari
kejadian-kejadian yang dapat diukur. Dalam hal ini adalah dengan melakukan perbandingan
terhadap hasil perhitungan penelitian. Penelitian deskriptif kuantitatif menyajikan data
tentang realisasi penerimaan Pendamping Desa serta Kualitas Pelayanan yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai