Anda di halaman 1dari 48

DOKTER GIGI

Informasi Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut

Home

About

Klinik Gigi / Praktek Dokter Gigi Jogja

doktergigi.net

Sitemap

Home Konservasi Gigi Restorasi Resin Komposit Kelas I

Restorasi Resin Komposit Kelas I


Posted by drg. Adi Pratama
Konservasi Gigi
Rabu, 17 Juli 2013

Restorasi Resin Komposit Kelas I


Kavitas kelas 1 merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan
fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan
lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi
anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan
sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini
dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta
beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode yang
aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan pada
anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera setelah
mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan

sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka atau karena
kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit
dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).

Gambar 1. Kavitas kelas 1. Gambar 2. Kavitas direstorasi Gambar 3. Tumpatan setelah 6bulan
dengan Ceram-X bulan

RESTORASI RESIN KOMPOSIT

INDIKASI RESTORASI KOMPOSIT


Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum,

resin komposit digunakan untuk:


1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau core buildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4. Prosedur estetis tambahan

Partial veneers

Full veneers

modifikasi kontur gigi

penutupan/perapatan diastema

5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)


6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting

The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin


komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I
dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang
berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika,
dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.
ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang
besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif terhadap
material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ADA
menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi desidui dan

permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan seumur hidup sama
seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.

KONTRAINDIKASI RESTORASI KOMPOSIT


Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material restorasi adalah

berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi dan operator. Jika gigi
tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka resin komposit atau bahan bonding
lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif dan
memerlukan ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi akan

lepas (Summitt dkk., 2006).


Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan
tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa
struktur gigi yang tidak dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya
perluasan restorasi hingga mencapai permukaan akar, menyebabkan adanya celah
pada pertemuan komposit dengan akar. Penggunaan liner pada area permukaaan
akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan sekunder karies. Tumpatan

menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan
tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah aus.
Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga
dianjurkan untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).

FAKTOR ISOLASI
Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu

jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur gigi, yaitu email dan
dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi
cairan mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi pembentukan
ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding yang dilakukan
akan berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded amalgam, atau
ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen penyemenan
yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari kontaminasi, maka yang
digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena kehadiran cairan mulut tidak
menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.

FAKTOR OKLUSAL
Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun

penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan
amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada
seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin
komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal
normal pada struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.

KEMAMPUAN OPERATOR
Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak kompleks

apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan etsa, primer
dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin komposit lebih
sulit dari restorasi amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan komposit lebih sulit
digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta proteksi pulpa menjadi lebih

faktor kritis dibandingkan dengan amalgam karena komposit merupakan material yang bersifat
toksik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih lama dan operator harus lebih
berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus memberikan perhatian yang besar
dan detail pada penyelesaian restorasi komposit secara sempurna. Kemampuan dan
pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator
dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

CLINICAL TECHNIQUE

a.

Initial Clinical Procedure


Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap,

diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu
operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur
restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien,
rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada.

b. Preparation of the Operating Site


Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak
melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi dengan
menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial.
Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut
akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste terdiri dari

flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan sebaiknya
diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa asam.

c.

Shade selection
Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan komposit

material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning, atau
orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan
dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek tetrasiklin,dan
perawatan endodontik.

Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang spesifik, yang pada
umunya tidak dapat diganti dengan material dari pabrik lain. Beda pabrik akan beda shade

guidenya. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna.
Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat, shade guide
diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum. Kemudian seseorang
yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang spesifik disamping area yang
direstorasi. Sebagian label shade sebaiknya diletakkan berdekatan dengan bibir pasien untuk
mendapatkan efek yang natural. Area servikal biasanya lebih gelap daripada area incisal.
Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Beberapa dokter kadang meminta
bantuan asistennya untuk membantu menentukan warna yang tepat. Pemilihan warna final bisa
dicek oleh pasien dengan menggunakan hand mirror.

d. Isolasi dengan Cotton Roll


Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah yang
mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-masalah yang
harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode
dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam dan cotton

roll (Baum dkk, 1995).


Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi sebelum dilakukan
perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan alternatif, dan dilakukan apabila penggunaan
rubber dam dianggap tidak praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton roll memungkinkan
terjadinya kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi. Penggunaan cotton

roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002).
Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan isolasi jangka
pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan aplilan topikal fluoride
(Chandra & Chandra, 2008).

Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang dipegang oleh
asisten dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi seluruhnya oleh saliva, asisten dokter gigi
bertanggung jawab untuk mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang, saliva
pada cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga penggantian

cotton roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk memegang cotton roll dalam
berbagai posisi telah tersedia di pasaran. Tetapi, cotton roll holder harus sering dikeluarkan

dari mulut untuk mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaan cotton roll

holder ini dianggap tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu cotton roll holder
jarang digunakan. Walaupun demikian, cotton roll holder mempunyai keuntungan, yaitu dapat
digunakan untuk meretraksi pipi dan lidah dari gigi, sehingga menyediakan akses dan
pandangan yang baik ke daerah operasi (Roberson, 2002).
Menempatkan cotton roll ukuran sedang pada vestibulum fasial dilakukan untuk
mengisolasi gigi rahang atas (Roberson, 2002). Menurut Anonim (1996), terdapat dua hal
penting yang perlu diperhatikan untuk memudahkan isolasi gigi rahang atas adalah:
1. Atur posisi pasien pada supine position dengan kepala dimiringkan ke belakang dan
dagu menghadap ke atas. Posisi ini meningkatkan kontrol kelembapan secara signifikan,
sekaligus memudahkan pandanghan ke daerah operasi.
2. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan. Tempatkan kaca mulut
pada sisi distal dari gigi yang diisolasi, sehingga didapatkan finger rest yang tepat.
Selain memungkinkan adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan
dalam menjaga agar lidah tetap jauh dari gigi. Kaca mulut juga menahan pasien,
sehingga pasien tidak dapat menutup mulut selama prosedur perawatan.
Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang diletakkan pada
vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan diantara gigi dan lidah. Penempatan

cotton roll pada vestibulum dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan penempatan cotton
roll pada lingual gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan. Penempatan cotton roll pada lingual
gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang ujung mesial dari cotton roll dan
menempatkan cotton roll pada daerah yang diinginkan. Jari telunjuk atau jari pada sisi tangan
yang lain digunakan untuk menekan cotton roll ke arah gingiva sambil memutar cotton roll
dengan penjepit ke arah lingual gigi.
Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah cotton roll ditempatkan,

saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan diatur posisinya. Perlu diperhatikan bahwa
sebelum mengeluarkan cotton roll dari mulut, sebaiknya cotton roll dibasahi dengan air
terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi, dasar mulut, dan bibir
(Roberson, 2002).

TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT

a.

BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk
konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel pada
margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan
diamond atau stone bur.
Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut
sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti dengan
menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas
klas III, IV, dan V.
Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah
perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah
ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,
mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel pada
bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi
sehingga tampak lebih estetik.
Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak ditempatkan
pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada
preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan
enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika
penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional
jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior.

b. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION


Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya sama
seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan
dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin,
membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada
preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan
perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif
pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika
penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional
sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi
desain untuk kelas 3, 4 dan 5.
Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah
(1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar.
Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik
karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara komposit

dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material komposit di dalam
gigi.
Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk
resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam. Bur

inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain
preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya
lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil
preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif
dari ekstensi oklusal fasiolingual.
Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan
amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90
derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding
yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan
area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear

layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika
dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan
terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit.
Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilannya.
Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi
komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi
kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil.
Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional
harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai
area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

c.

MODIFIED TOOTH PREPARATION


Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun kedalaman

pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok
antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak
dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini
diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan
yang lain.
Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif mungkin
dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di

dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini,
yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur
gigi yang dibuang sedikit.

BOX-ONLY

Indikasi:

Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.

Instrument:

Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

Cara kerja:

1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond
stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.
2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.
3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel

junction.

FACIAL ATAU LINGUAL SLOT

Indikasi:

Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi posterior
adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini, lesi terdapat
pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju lesi tersebut dapat
dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.

Instrument:

Round diamond stone/bur.

Cara kerja:

1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.


2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan
lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.
3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.
Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau lebih.
Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior.

PULPAL PROTECTION
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi

komposit diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun


beberapa penulis menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini
merekomendasikan penggunaan liner dari kalsium hidroksida untuk pembukaan
pulpa vital. Karena material komposit merupakan bahan yang retentif dan kuat, maka
penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya tidak diperlukan.

PRELIMINARY STEPS FOR ENAMEL AND DENTIN BONDING


Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi

dari cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau
gulungan kapas dan alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan
bagian email yang mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin
intertubuler dan peritubuler, menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan
permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang betautan.
Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32%

hingga 37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas,
seperti pada sealant dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi
untuk dinding preparasi termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat
digunakan dengan brush atau paper-point en dodontik dengan hati-hati, namun
biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi yang sedang

di preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan yang
ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang. Untuk
preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester
diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada
gigi yang berdekatan.

INSERSI RESIN KOMPOSIT


Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu

aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material restorative. Saat ini terdapat dua tipe
komposit, yaitu self-cured dan light cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan
secara luas karena tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti
berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan
finishingnya pun lebih mudah.
Karena sumber sinar harus diaplikasikan pada komposit light cured agar
menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada preparasi gigi
dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit
dengan sebaik-baiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi, terutama pada
sepanjang dinding gingival.
Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk menginsersi
komposit light cured maupun self cured. Penggunaan instrument tangan lebih popular digunakan
karena lebih mudah dan cepat. Kekurangan dari penggunaan instrument tangan yaitu udara
dapat terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material saat prosedur
insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan kenyamanan dalam memindahkan
material komposit ke preparasi gigidan mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada
preparasi yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena ujung syringe yang
terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong sebelumnya sudah dicobakan pada
preparasi gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa
komposit microfill tidak dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi
sebelum penggunaan klinis.

FINISHING DAN POLISHING COMPOSITE


Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan

polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan

segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah
pengerasan awal.

Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :


1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau
specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau
nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe
disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan
pasta polishing.

Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat
digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.

Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat
mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang
kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan
polishing.

Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk
mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat
permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah
dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk
permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior

Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk
membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa

digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus
berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan
plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis
dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area
proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin
komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada
aspek distal
3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing
permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan
permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan
proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai
dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak
dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna
permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK

INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang


2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika

mempertimbangkan segi estetik


3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat
5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota
7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang
melemah
8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal.

(Summit dkk, 2001)

KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Ketika letak daerah yang akan ditumpat tidak dapat diisolasi


2. Ketika terjadi tekanan oklusal yang berat
3. Ketika seluruh kontak oklusal hanya terjadi pada komposit
4. Pada restorasi yang meluas ke permukaan akar. Kebanyakan, perluasan ke

permukaan akar dengan restorasi komposit akan terbentuk V-shaped gap


(celah kontraksi) di antara akar dan komposit. Celah ini muncul akibat dari
penyusutan polimerisasi komposit lebih besar daripada initial bond strength
komposit terhadap dentin pada akar. V-shaped gap terdiri atas komposit pada

sisi restorasi dan denti yang terhibridisasi pada sisi akar. Efek jangka panjang
dari timbulnya celah tersebut masih belum diketahui
5. Pasien yang memiliki kebiasaan grinding atau clenching

Gambar 4. Celah pada permukaan akar

KEUNTUNGAN RESTORASI KOMPOSIT KELAS I DIREK


Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan restorasi menggunakan bahan tumpatan

resin komposit, yaitu:


1. estetik
2. pengurangan struktur gigi secara konservatif (pengurangan struktur gigi minimal)
3. mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit
4. ekonomis (bila dibandingkan dengan mahkota dan restorasi gigi secara tidak langsung)
5. insulasi
6. keuntungan bonding

microleakage berkurang

mengurangi terjadinya karies sekunder

mengurangi sensitifitas post operative

meningkatkan retensi

meningkatkan kekuatan struktur gigi yang tersisa

7. mudah dipolish
8. tidak mengalami diskolorasi
9. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui mikropit yang ada pada
permukaan email

KERUGIAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK


Beberapa kerugian restorasi dengan resin komposit kelas I direk adalah:

1. Kemungkinan besar penggunaannya terlokalisir


2. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)
3. Tidak diketahuinya biokompatibilitas dari beberapa komponen
4. Membutuhkan waktu lebih untuk restorasi
5. Elastisitas rendah
6. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge
7. Adanya beberapa teknik yang sensitive, seperti:

etching, priming, penempatan bahan adhesif

penumpatan komposit

curing komposit

membentuk kontak proksimal

finishing dan polishing

8. Lebih mahal daripada restorasi amalgam


9. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit
Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan masingmasing koefisien termal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan enamel, penggunaan
oklusi dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora
yang ada, lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran
tepi pada resin komposit.
10. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik terhadap dinding
kavitas.
Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut.

Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik
terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan radang
pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini terutama di
sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh invasi
mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama disebabkan
oleh pengerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat
mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas.

CLINICAL TECHNIQUE FOR DIRECT CLASS I COMPOSITE


RESTORATIONS

a.

Initial Clinical Procedures

Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk digunakan
merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil pada permukaan oklusal
gigi yang cukup sehat dapat dilakukan restorasi dengan komposit etsa asam,
asalkan fisura yang masih ada juga direstorasi pada saat yang bersamaan. Dengan
makin membaiknya sifat fisik dari resin komposit, bahan ini dapat dipertimbangkan
kegunaannya untuk kavitas yang besar. Dewasa ini resin komposit hanya cocok
digunakan untuk restorasi kavitas lingual pada gigi yang sudah dirawat saluran akar.
Sama seperti prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I restorasi komposit didahului
dengan seleksi area yang akan dipreparasi. Diperlukan juga penilaian terhadap hubungan oklusi
dengan gigi antagonisnya untuk meminimilkan terjadinya trauma oklusi. Isolasi pada daerah

operasi pada umumnya tidak menjadi masalah, tetapi sangat menentukan keberhasilan dari
preparasi.

b. Tooth Preparation
Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled conventional,
dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk meningkatkan resistance form
yang dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan bahan komposit pada saat selesai
preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan pada gigi dengan area preparasi yang luas
serta memiliki tekanan oklusal yang besar. Desain bevel konvensional, preparasi konvensional,
atau kombinasi keduanya, dasar kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan
gigi, serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan unsur-unsur yang dapat membantu
dalam menahan kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi.
Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi
modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form pada preparasi
konvensional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurface tanpa
adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebih membulat dan
lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi jenis ini dapat
digunakan cutting instrument.
Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara umun
ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna dalam pembentukan
retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan direstorasi lebih luas,
maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini menghasilkan resistensi dan
retensi yang besar terhadap terjadinya fraktur.

TEKNIK PREPARASI

a.

CONVENSIONAL
Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone

diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu akar
dan mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang
akan dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan kemudian melintasi
mesial.

Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama melakukan
preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang diukur dari sentral

groove (Gb. 5) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual diukur kedalaman,
ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi
ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6). Biasanya kedalaman awal ini
adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond dipindahkan ke mesial (Gb. 7) untuk
menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ (Gb. 8).
Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material restorasi
lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge sebanyak mungkin.
Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu memulihkan beberapa kekuatan
melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual mesial, atau distal struktur gigi, bentuk
outline harus sebagai konservatif mungkin di daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal
mungkin. Perluasan sampai marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi
sisa struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar dan kira-kira 2
mm untuk geraham (Gb. 9). Perluasan terbatas tergantung oleh dukungan dentin pada marginal
ridge email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove dan menghasikan pulpal floor yang
datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups, ini
sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal floor naik ke
oklusal (Gb. 10).

Gambar 5. Diamond is moved mesially to include all faults

Gambar 6. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of
premolar. B, Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.

Gambar 8. Faciolingual extension. Maintain initial 1.5-mmpulpal depth up cuspal inclines.


Gambar 7. Mesiodistal extension. Preserve dentin
support of marginal ridge enamel. A, Molar.
B, Premolar.

Gambar 9. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension
through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial
view.

Gambar 10. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a
45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.

b. MODIFIED
Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketebalan yang cukup bagi
bahan restoratif. Semua tepi harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90 untuk
mendapatkan kekuatan tepi bagi bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat membulat
untuk menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi kemungkinan
terjadinya fraktur.

Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi harus yang berbentuk
tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk divergen ini akan
mempermudah insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya sudut yang
dibentuk tidak tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat divergensi di antara 25 pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument potong digunakan untuk membuat
dinding vertikal sejajar aksis panjang mahkota gigi.
Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan keramik
memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi fraktur pada
restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan halus. Idealnya, tidak
boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada undercut yang kecil, bisa
ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer. Dinding pulpa juga harus rata dan halus.
Jika sisa karies atau bahan restorasi yang sebelumnya akan dibuang, dindingnya direstorasi

dengan liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival dikurangi seminimal mungkin
karena margin pada enamel lebih sering digunakan untuk bonding.
Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies, maka preparasi
dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle agar kerusakan
dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan ketebalan
restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3 atau lebih dari

groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi dikurangi 1,5-2mm dan
mempunyai cavosurface angle 90. Apabila cusps dikapping, terutama centric cusps, shoulder
haruslah dibuat dengan cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi
antagonis.

TEKNIK RESTORASI
Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol secara

langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada restorasi klas
V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured material dimana mempunyai working

time yang lebih lama, sehingga operator dapat membuat kontur pada restorasi apabila material
restorasi masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.

ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE

a.

TEKNIK ETSA

Tujuan:

Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat mengeras, oleh karena itu kebocoran tepi
restorasi lebih mungkin terjadi pada restorasi resin dibandingkan bahan jenis lain. Bahan
komposit yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk menahan kebocoran tepi, sehingga
kebocoran cairan mulut sering terjadi pada bagian yang berdekatan dengan restorasi. Secara
singkat tujuan etsa asam adalah meningkatkan perlekatan mekanis dan menutup tepi. Prosedur
ini memperluas penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang
kuat antara resin dan email serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh restorasi berbasis
resin yaitu perubahan warna di bagian tepi karena kebocoran tepi restorasi yang berhadapan.

Penggunaan

Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif kedokteran gigi, seperti
retensi logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket ortodontik.1 Secara sistematis,
ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan etsa asam : metode, waktu, konsentrasi
asam, dan tipe asam yang digunakan.

Metode
Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan menggunakan kuas atau
injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung yang baik dari kuas akan mengikatkan asam
ke enamel pada preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan mencegah
gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan penurunan retensi akibat fraktur dari
enamel interstitial yang mengelilingi pori-pori yang sangat kecil (micropore).

Waktu
Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama, normalnya 10-60 detik.3
Waktu yang lebih lama tidak akan menambah kekuatan ikatan. Namun, lamanya
pemberian etsa bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat lebih lama
(1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis karena keduanya
bersifat melawan prosedur etsa.

Konsentrasi asam

Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di pasaran.1,3
Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari 50%
dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada permukaan teretsa
yang menghambat kelarutan lebih lanjut.

Tipe asam yang digunakan

Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan larutan encer. Tipe
larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow cairan.2,3 Gel
fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau Ultradent Etching Gel lebih
mudah untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat
dengan menambah silika koloidal atau butiran polimer ke dalam asam.
Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih
dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak
masuk karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah dietsa,
asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan. Tanda
keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih salju. Enamel ini harus

dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan, tujuannya untuk membentuk ikatan yang baik.
Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar dapat menghalangi
pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi,
kontaminan harus segera dibersihkan, enamel dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik
(lebih singkat dari waktu etsa awal).

b. TEKNIK PRIMER
Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi dengan
menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan lama aplikasi bahan primer
serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin seharusnya mengkilap
secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi lapisan primer lagi.

c.

PENEMPATAN ADHESIF
Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka bonding adhesive

diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk mengaplikasikan bahan adhesive


semua bagian atau struktur gig yang telah di etsa dan di primer. Harus diperhatikan agar bahan
adhesive tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah diaplikasikan, bahan adhesive
dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah polimerisasi material komposit akan terikat
secara langsung dengan bahan adhesive tersebut.

INSERSI DAN CURING THE COMPOSITE


Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument tangan atau

syringe. Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi klas V karena light-curing
mempunyai banyak kelebihan dibanding self-curing. Diusapakan campuran komposit self-cured
pada preparasi dengan menggunakan instrument tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat
dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya prosedur ini dilakukan dua kali supaya
preparasi terisi penuh atau lebih. Kemudian eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival
cavosurface margin dengan menggunakan eksplorer No. 2 atau dengan menggunakan blade
pada instrument komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak dipreparasi, gingival
dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika komposit mulai mengeras, maka konturing harus
dihentikan.
Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V disebabkan
oleh working time yang lebih lama dan kontur yang dapat dikontrol sebelum terjadi polimerisasi.

Hal ini sangat berguna pada restorasi dengan preparasi yang besar atau pada preparasi dengan
merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi dapat merusakan struktur gigi.

KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT


Konturing dapat dimulai dengan segera setelah penyinaran light-cured materi komposit

selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi self-cured. Permukaan oklusal
dibentuk dengan round, 12-bladed carbide finishing bur atau bentuk yang serupa untuk finishing
diamond. Special carbide-tipped carvers (carbide carvers;brasseler USA, Savannah,Ga)
digunakan untuk menghilangkan kelebihan komposit yang panjang di daerah tepi oklusal.
Finishing dilakukan dengan piloshing cups atau point atau keduanya setelah oklusi diperoleh.
Setelah itu dilakukan pembentukan anatomi oklusal komposit gigi sehingga juga diperoleh seni
dalam insersinya .

Tahapan:

1. Diamond fine 8274-016 (red band) digunakan untuk membuat kontur dan meperbaikii
morfologi oklusal gigi. Ujung cups, kemiringan instrument diletakkan dengan benar pada
fossa dari arah bukal atau lingual
2. Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk membuat kontur dan antomi oklusal gigi.
Ujung instrument ditempatkan dengan tepat di tengah fossa dan diarahkan daru bukal
maupun sisi lingual. Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial maupun distal.

3. ET6UF(30 blade white band) carnide digunakan untuk finishing restorsai komposit. Instrumen
ini digunakan untuk restorasi komposit dan menfinishing bagian magin gigi.
4. H274uf-016 (30 blade white band) digunakan untuk menfinishing, dan membuat kontur dari
oklusal gigi agar sesuai dengan anatomi.

5.Ujung diamond imprehnated(green)DC1M digunakan untuk mengawali polishing yang


ditempatkakn pada tengah fossa dan diarahkan dari bukal maupun lingual
6. Pada akhir polishing, maka digunakn ujung dari fine (gray)polishing sehingga dapat
diproduksi kilau yang bagus pada gigi
.

7. cup DC3M (medium) digunakan untuk menghilangkan kotoran dan membuat hasil restorasi
baik

8. Hasil akhir dari Poloshing, sehingga restorasi komposit terlihat mengkilat

Tujuan melakukan polishing:


1. supaya tahan dari stain
2. supaya tahan dari formasi plak dan kalkulus
3. mudah dibersihkan
4. meminimalkan iritasi dari jaringan lunak
5. dapat meningkatkan ketahanan restorasi

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK


Indikasi untuk restorasi indirect tooth-colored yang dihubungkan dengan kombinasi

tuntutan estetik dan ukuran restorasi sebagai berikut:


1. Estetik
Restorasi indirect tooth-colored diindikasikan utuk restorasi kelas I dan II yang berlokasi di
daerah yang penting estetiknya bagi pasien.
2. Kerusakan yang luas atau sudah direstorasi sebelumnya
Restorasi indirect tooth-colored dapat dipertimbangkan untuk merestorasi kerusakan pada
kelas I dan II atau dapat digunakan juga untuk mengganti restorasi yang luas, khususnya pada
bagian faciolingual dan disarankan untuk menutup cups/tonjol. Restorasi yang luas paling baik
direstorasi dengan restorasi adhesive sehingga lebih memperkuat struktur gigi. Materi restorasi

indirect tooth-colored dapat lebih tahan lama dibandingkan dengan direct komposit jika
ditempatkan pada restorasi yang luas pada bagian oklusal posterior, khususnya dalam
mempertahankan permukaan oklusal dan kontak oklusal. Resistensi yang didapatkan dari materi

indirect khususnya pada restorasi luas bagian posterior melibatkan semua kontak oklusal. Tanpa
bagian terbesar yang mencukupi, maka keberadaan restorasi komposit/ indirect keramik akan
mudah fraktur terutama pada bagian molar.
3. Faktor ekonomi
Beberapa pasien menginginkan perawatan dental yang terbaik dengan tanpa memperhatikan
biayanya. Untuk pasien yang seperti ini, maka restorasi indirect-tooth colored diindikasikan tidak
hanya untuk restorasi yang luas, tetapi juga untuk restorasi dengan ukuran yang sedang
(biasanya dapat direstorasi dengan materi restorasi direct, misalnya komposit).

KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK


Kontraindikasi untuk tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai

berikut:
1. Tekanan oklusal yang besar

Tumpatan komposit dapat retak/fraktur ketika mendapat tekanan oklusal yang besar,
misalnya pada pasien dengan kebiasaan buruk mengerot gigi (bruxism). Pada
pasien bruxism sebagian besar giginya mengalami atrisi karena lapisan enamelnya
menipis.
2. Area terlalu kering

Tumpatan indirek membutuhkan bahan adhesive untuk merekatkan restorasi dengan


gigi. Bahan adhesive ini memerlukan kelembaban untuk menjaga keawetan restorasi
tersebut. Oleh sebab itu, pada area yang terlalu kering, penumpatan dengan teknik
ini harus dihindari karena keawetan restorasi tidak akan optimal.
3. Preparasi subgingiva yang terlalu dalam

Preparasi dengan batas subgingiva yang terlalu dalam harus dihindari sebab akan
menimbulkan kesulitan saat dilakukan pencetakan.

KEUNTUNGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Keuntungan tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:


1. Meningkatkan sifat fisik

Tumpatan indirek memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan tumpatan resin
komposit metode direk karena tumpatan indirek dibuat dibawah kondisi laboratoris
yang ideal.
2. Teknik dan material dapat bermacam-macam

Tumpatan indirek dapat menggunakan resin komposit maupun ceramic yang dibuat
dengan bermacam-macam proses laboratorium atau dengan metode CAD/CAM.
3. Keawetan

Tumpatan ceramic lebih tahan lama pemakaiannya dibandingkan tumpatan resin


komposit merode direk, khususnya pada penumpatan regio oklusal yang luas pada
gigi posterior.
4. Mengurangi pengekerutan saat polimerisasi

Pengkerutan saat polimerisasi merupakan kelemahan terbesar dari tumpatan resin


komposit metode direk. Dengan metode indirek, sebagian besar preparasi terisi oleh
tumpatan dan tekanan dapat berkurang karena hanya sedikit semen yang digunakan
saat sementasi.
5. Memperkuat struktur gigi pendukung

Struktur gigi yang lemah oleh karena karies, trauma, maupun preparasi dapat
diperkuat dengan bonding adhesive pada tumpatan indirek.
6. Memiliki kontur dan kontak yang lebih baik

Tumpatan indirek biasanya memiliki kontur (khususnya kontur proksimal) dan kontak
oklusal yang lebih baik dibandingkan tumpatan direk. Hal ini dikarenakan pembuatan
di luar rongga mulut akan memudahkan akses dan penglihatan.
7. Biokompatibel dan respon jaringan yang baik

Ceramic merupakan material inert dengan biokompatibiltas yang sempurna dan


respon jaringan yang baik.

KEKURANGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

1. Waktu dan biaya yang lebih banyak


Sebagian besar teknik indirek, kecuali metode CAD-CAM, membutuhkan dua kali kunjungan
pasien, serta pembuatan restorasi sementara. Faktor ini, ditambah dengan biaya laboratorium,
berkontribusi pada lebih mahalnya biaya restorasi indirek dibanding restorasi direk. Meskipun
inlay dan onlay indirek lebih mahal dibanding restorasi direk (amalgam dan komposit), inlay dan
onlay ini lebih murah dibanding mahkota all ceramic atau porcelain fused to metal.
2. Sensitivitas teknik
Restorasi yang dibuat dengan teknik indirek membutuhkan ketrampilan operator yang tinggi.
Ketrampilan ini penting saat preparasi, mengukir model, sementasi, dan finishing restorasi.
3. Kegetasan keramik
Restorasi keramik dapat pecah bila hasil preparasi tidak menghasilkan ketebalan yang adekuat
untuk melindungi dari tekanan oklusal atau bila restorasi tidak didukung oleh media semen dan
preparasi yang baik. Pecahnya keramik juga dapat terjadi selama try in atau setelah sementasi,
yang biasa terjadi pada pasien dengan tekanan oklusal yang tinggi.

4. Kontak berlebih antara gigi antagonis dan restorasi antagonisnya


Material keramik dapat menyebabkan pemakaian yang berlebih pada gigi atau restorasi
antagonisnya.
5. Perlekatan resin dengan resin yang sulit

Restorasi komposit harus diabrasi secara mekanik atau diberi bahan kimia untuk memfasilitasi
adhesi semen. Ikatan antara restorasi komposit indirek dan semen komposit sangat lemah.
6. Kemungkinan kecil dapat diperbaiki
Restorasi indirek, terutama inlay atau onlay keramik, sulit untuk diperbaiki meski hanya pecah
sebagian. Bila pecah terjadi pada restorasi, inlay atau onlay kompist dapat diperbaiki
menggunakan sistem adesif dan resin komposit aktivasi sinar. Kekuatan ikatan restorasi
komposit indirek dan direk relative sama. Namun jika sebuah inlay atau onlay keramik pecah,
perbaikannya tidak sama dengan inlay atau onlay komposit. Karena inlay atau onlay keramik
diindikasikan untuk daerah yang terkena tekanan oklusal tinggi serta estetik yang diutamakan,
perbaikan dengan komposit direk tidak dianjurkan karena komposit tidak sesuai untuk area yang
terlihat dari luar.
7. Try in dan polishing yang sulit
Restorasi komposit dapat dipolish intraoral dengan instrument dan material yang sama untuk
memolish restorasi komposit direk, meski beberapa area tepi sulit untuk dipolish. Namun,
keramik lebih sulit dipolish karena dapat terjadi marginal gap dan kekerasan permukaan
keramik.

INLAY DAN ONLAY KOMPOSIT YANG DIPROSES SECARA


LABORATORIS
Inlay dan onlay komposit yang diproses secara laboratoris lebih resisten terhadap

tekanan oklusal daripada resin komposit direk, terutama pada area kontak bagian oklusal.
Restorasi ini mudah disesuaikan, memberi sedikit tekanan pada dentin, estetik yang baik, dan
dapat diperbaiki.

Gambar 11. Onlay dan inlay komposit pada working model (Alex, 2003)

Gambar 12. Onlay dan inlay komposit pada gigi (Alex, 2003)

Restorasi ini diindikasikan ketika :


1. Wear resistance yang maksimum dibutuhkan
2. Kontur dan area kontak yang baik sulit didapatkan melalui restorasi lain
3. Restorasi keramik merupakan kontraindikasi karena biaya yang besar atau khawatir
terjadi keausan pada gigi antagonis

Restorasi inlay dengan menggunakan bahan komposit pada gigi molar diketahui
memiliki tingkat kegagalan 50%, hal ini mengindikasikan bahwa bahan restorasi komposit lebih
baik digunakan pada gigi molar (Roberson dkk.,2002) .
Keuntungan menggunakan teknik indirek restorasi komposit adalah diperoleh tooth
reinforcement, menjaga stuktur gigi, integritas tepi yang tepat, dan wear resistance yang mirip
dengan enamel. Restorasi ini juga memberikan wear compatibility yang sesuai dengan gigi
antagonis, kontak proksimal yang tahan lama, dan morfologi dan estetik gigi yang tepat (Terry
dan Touati, 2001).
Berikut ini merupakan fabrikasi inlay/onlay komposit menurut Roberson dkk. (2002):
1. Restorasi komposit indirek pertama-tama dibentuk pada working model gigi yang
dipreparasi.

2. Penempatan komposit dilakukan per lapisan, tiap lapisan disinar dengan light curing unit
untuk polimerisasi.

3. Apabila sudah didapatkan bentuk yang sesuai, restorasi tersebut dilapisi gel khusus
untuk mengeluarkan udara dan menghindari terbentuknya lapisan permukaan oxygeninhibited.
4. Curing akhir dilakukan dengan menginsersi inlay pada alat seperti oven.

5. Dilakukan trimming, finishing dan polishing.

PREPARASI KELAS I INDIREK


Restorasi gigi indirek adalah restorasi gigi yang dibuat di laboratorium, di mana

sebelumnya gigi dan rahang pasien sudah dicetak oleh dokter gigi kemudian hasil cetakan
tersebut dikirim ke laboratorium. Umumnya indirect restorations berupa logam tuang yang akan
disemenkan pada gigi yang telah dipreparasi, dan pengerjaannya membutuhkan lebih dari satu
kali kunjungan. Material yang lazim digunakan adalah porcelain, logam paduan emas, atau
logam paduan dasar. Indirect restoration umumnya diindikasikan pada gigi belakang (premolar
maupun molar). Macam dari indirect restorations diantaranya adalah : Inlay, Onlay, dan Crown
atau mahkota tiruan.
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan dari logam tuang yang dibuat di dental lab
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang

dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan
tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan
amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama
karena patah atau lepas.
Teknik preparasi gigi untuk onlay dan inlay berbeda karena langkah-langkah
pembuatannya juga berbeda. Permukaan gigi premolar & molar tidak rata melainkan ada tonjoltonjol (cusps). Inlay adalah tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya
tidak begitu luas. Sementara onlay biasanya lebih luas dan menutupi salah satu atau lebih tonjol
gigi tersebut. Dapat dikatakan onlay adalah merekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya
sudah sangat luas.

Sebelum memulai proses preparasi, dokter gigi sebaiknya benar-benar memastikan jenis
restorasi apa yang akan dikerjakan sesuai dengan indikasi yang terdapat pada kasus gigi
tersebut. Pada kunjungan pertama, langkah awal yang harus dilakukan adalah menganestesi
dan mengisolasi pasien, misalnya dengan rubber dam. Gigi pasien yang mengalami karies
dibersihkan, atau tambalan lama dibongkar. Karies, undercut, dan email yang tidak didukung
dentin harus dihilangkan dari gigi tersebut. Kemudian gigi diasah/dipreparasi untuk kedudukan
inlay/onlay, setelah preparasi selesai gigi pasien dicetak. Hasil cetakan akan dibawa ke dental
lab untuk diproses selanjutnya. Gigi pasien lalu ditutup dengan tambalan sementara. Pada
kunjungan kedua, inlay/onlay dicobakan dan direkatkan ke gigi secara permanen. Dindingdinding direstorasi sampai mencapai bentuk yang ideal dengan bantuan liner/base material
restorasi komposit atau light-cured glass-ionomer.

Tujuan dasar dari preparasi onlay dan inlay adalah menghasilkan ketebaan
yang adequate untuk menampung material restoratif dan pola insersi yang pasif.
Dinding-dinding kavitas membentuk sudut 90 dan sejajar satu sama lain.
Bur yang digunakan adalah bur carbide atau diamond yang berbentuk
tapered yang dapat membentuk dinding facial dan lingual divergen ke oklusal.
Bentuk ini dapat memudahkan terciptanya insersi dan removal hasil restorasi

ssecara pasif. Sudut divergensi yang optimal tidak diketahui secara pasti, tapi dapat
diprkirakan sebesar 2-5
Komposit dan keramik menganjurkan agar luas isthmus dan pemanjangan
groove minimal 1,5 mm untuk mengurangi kemungkinan tejadinya fraktur pada
restorasi. Lantai pulpa harus halus dan rata. Garis cavosurface sebaiknya
membentuk sudut 90 karena inley komposit dan keramik sifatnya mudah retak. Jika
pada permukaan facial ataupun lingual gigi terdapat karies ataupun kerusakan
lainnya, maka pelebaran preparasi harus dilakukan dengan penambahan gingival
shoulder. Jika tonjol-tonjl gigi harus ditutup, maka harus dilakukan pengurangan
terhadap tonjol tersebut sebesar 1,5-2 mm dengan sudut cavosurface sebesar 90.
Aksiopulpal line angle dibuat tajam, dan aksiogingival line angle diberi
groove(alur). Dinding-dinding dibuat tegak atau sedikit divergen ke arah oklusal
untuk memudahkan afdruk malam atau pemasangan inley. Retensi dan resistensi
diperoleh dengan membentuk dinding-dinding kavitas sejajar satu dengan yang lain,
dinding-dinding yang lurus, dasar yang datar dan sudut-sudut yang tajam.

IMPRESSION
Sistem tooth-colored indirect inlay/onlay mengharuskan preparasi gigi dan

gigi-gigi disebelahnya tercetak sesuai dengan interoklusal gigi-gigi yang dicetak,


barulah restorasi tersebut boleh diproses di laboratorium.
Setelah gigi selesai dipreparasi sesuai bentuknya, pencetakan harus segera dilakukan
agar mendapat bentuk cetakan preparasi gigi yang akurat. Material (bahan) cetak harus mampu
mencetak semua permukaan gigi yang telah dipreparasi. Hal ini tidak selalu dapat dicapai jika
gingiva yang mengelilingi gigi yang telah dipreparasi tersebut menghalangi material (bahan)
cetak untuk mencapai seluruh permukaan gigi. Oleh karena itu, retraksi gingiva sering dilakukan
dengan tujuan untuk membuka perlekatan gingiva dari bagian serviks gigi secara sementara.
Tahap dari retraksi gingiva yaitu sebagai berikut : (1) pastikan bagian gigi yang akan dicetak
dalam kondisi kering dan bersih, dapat menggunakan cotton rolls, dri-angles, dan saliva ejector
jika diperlukan. (2) Tempatkan benang retraksi gingiva mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.
(3) Tunggu kurang lebih 4 menit. (4) Kemudian cuci dan keringkan daerah gigi yang akan
dicetak.
Tahap pencetakan gigi setelah dilakukan retraksi gingival, yaitu :
1. Semprotkan material cetakan dengan menggunakan syringe dengan hati-hati hanya

mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.

2. kemudian segera masukkan sendok cetak yang juga telah diberi material cetakan agar
dapat mencetak keselurahan gigi dalam 1 rahang.

(3) Tunggu kurang lebih 5 menit sampai material cetakan mengeras.


(4) Lepaskan sendok cetak.
(5) Lepaskan benang retraksi gingiva yang sebelum telah dipasangkan.
Material cetakan yang sering digunakan untuk pencetakan restorasi indirek yaitu material
cetakan silicon atau polyvinylsiloxane. Ketepatan pencetakan sangat menentukan keberhasilan
restorasi indirek.

TAHAP PRE-ELIMINASI
Penggunaan rubber-dam sangat dianjurkan untuk menghindari kontaminasi

kelembaban dari dari gigi yang dipreparasi atau permukaan restorasi saat sementasi dan untuk
meningkatkan akses serta memudahkan penglihatan saat pengerjaan restorasi. Setelah

penghilangan restorasi sementara, seluruh semen sementara dibersihkan dari


dinding preparasi.

TRY-IN RESTORASI DAN PENYESUAIAN KONTAK PROKSIMAL


Inlay atau onlay diletakkan dalam preparasi menggunakan tekanan ringan

untuk mengevaluasi ketepatannya. Jika restorasi tidak pas, biasanya penyebab


utama hal ini adalah permukaan proksimal yang overkontur. Gunakanlah kaca mulut
jika diperlukan, embrasur harus diamati dari permukaan fasial, lingual, dan oklusal
untuk menentukan di mana kontur proksimal perlu penyesuaian untuk menentukan
penempatan akhir restorasi ketika menciptakan posisi yang tepat dan membentuk
kontak. Melewatkan dental-floss tipis melewati kontak dapat digunakan untuk
mengetahui ketebalan dan posisi, menunjukkan kepada operator yang telah
berpengalaman di mana letak dan derajat ekses kontak. Kertas artikulasi juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kontak proksimal yang terlalu tebal. Abrasive disk
digunakan untuk menyesuaikan kontur proksimal dan hubungan kontak. Ketika
menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak proksimal, successively finer grits dari
abrassive disk digunakan untuk memoles permukaan proksimal karena daerah ini
tidak dapat dipoles setelah sementasi.
Jika kontur proksimal tidak overkontur, dan restorasi masih tetap tidak pas,
preparasi harus dicek kembali untuk residual material sementara atau debris. Jika
preparasi bersih, interferensi internal atau marginal juga dapat mencegah restorasi
untuk pas pada tempatnya. Ketika interferensi telah diidentifikasi menggunakan
inspeksi visual yang teliti pada margin atau menggunakan material fit-checker,
harus dilakukan penyesuaian pada restorasi, pada preparasi, atau pada keduanya.
Interferensi jarang terjadi karena keakuratan material impresi kontemporer dan
sistem keramik, dan laboratorium biasanya menggunakan die-spacer pada aspek
internal dari preparasi untuk menghindari kesulitan pada saat penempatan restorasi.
Jika terjadi diskrepansi yang besar antara preparasi dengan inlay atau onlay,
cetakan baru harus dibuat.
Ketepatan marginal dicek kembali setelah keseluruhan restorasi telah
ditempatkan. Sedikit ekses kontur dapat dihilangkan, jika akses memungkinkan,
dengan menggunakan instrumen fine-grit diamond atau bur 30-fluted carbide

finihing. Penyesuaian ini dilakukan setelah restorasi disemenkan untuk menghindari


fraktur marginal. Kebanyakan restorasi sewarna gigi indirek mempunyai jarak
marginal yang lebih besar daripada restorasi dari emas.

SEMENTASI
Untuk menghasilkan bonding yang baik, maka permukaan internal dari inlay/onlay harus

diberikan perlakuan tertentu lebih dulu. Teknik dan material yang digunakan bervariasi
tergantung pada sistem restorasi yang digunakan. Untuk inlay/onlay komposit, matriks dari resin
telah terpolimerisasi sehingga bonding site pada permukaan internal restorasi telah siap untuk
berikatan secara kimiawi dengan semen komposit. Untuk meningkatkan perlekatan semen
dengan restorasi komposit, beberapa sistem memerlukan penggunaan pelarut sebelum
melakukan sementasi untuk membuat permukaan dalam dari restorasi menjadi lebih halus.
Sistem lain merekomendasikan air abrading / sandblasting dengan menggunakan partikel
aluminium oxide yang abrasif pada permukaan internal restorasi. Hal ini dapat

meningkatkan kekasaran permukaan dan meningkatkan luas permukaan area untuk


bonding.
Asam hidrofluoric biasa digunakan untuk mengetsa permukaan internal dari
inlay/onlay keramik. Asam tersebut meningkatkan dukungan permukaan,
meningkatkan luas permukaan untuk berikatan dan menghasilkan ikatan
mikromekanis semen komposit dengan restorasi keramik. Etsa dengan
menggunakan asam hidrofluoric biasanya dilakukan di laboratorium. Operator harus
memperhatikan permukaan internal dari restorasi untuk memastikan bahwa proses
etsa sudah berhasil dengan baik, yang terlihat dari adanya suatu penampakan putih
yang opaque serupa dengan penampakan email setelah dietsa. Pengetsaan keramik
yang langsung dilakukan dihadapan pasien biasanya memerlukan waktu selama 2
menit untuk mengaplikasikan asam hidrofluoric pada permukaan internal inlay/onlay.
Setelah dietsa, diberikan silane coupling agent untuk memfasilitasi perikatan kimiawi
pada semen komposit.
Prosedur sementasi yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan
strip matriks yang dapat dibuat dari plastik bening yang dipotong kecil-kecil dan
diaplikasikan pada masing-masing sisi proksimal gigi dan dengan menggunakan
wedge (perlu diketahui juga bahwa penggunaan matriks ini bukan merupakan suatu
keharusan). Setelah itu dapat dilakukan try-in inlay/onlay untuk melihat ketepatan

ukuran. Dilakukan pengetsaan pada permukaan preparasi, setelah itu dilakukan


bonding pada email atau dentin. Pada umumnya, langkah terakhir dalam bonding
(misalnya unfilled resin) juga diaplikasikan pada permukaan internal restorasi yang
telah sebelumnya dietsa dan diberikan silane (self-adhesive, semen yang berbasis
semen). Komposit dual-core biasanya dicampur dan diinsersikan pada preparasi
dengan menggunakan syringe atau instrument yang berbentuk paddle. Setelah itu,
permukaan internal dari restorasi dilapisi dengan semen komposit lalu inlay dapat
segera diinsersikan pada gigi yang telh dipreparasi dengan tekanan yang tidak
begitu keras. Untuk menempatkan inlay dengan tepat pada restorasi biasanya
digunakan ball burnisher yang digetarkan dengan lembut sedikit demi sedikit. Jika
terdapat kelebihan pada semen komposit dapat dikurangi dengan menggunakan
thin-bladed composite instrument, brushes atau eksplorer. Perlu diperhatikan oleh
operator untuk berhati-hati dalam menghilangkan komposit dari permukaan marginal
antara gigi dengan inlay. Setelah pas, dilakukan proses light-curingdari arah oklusal, fasial,
dan lingual masing-masing selama 60 detik. Namun dapat juga disesuaikan dengan
rekomendasi pabrik. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah dalam melakukan
sementasi dapat dilihat dari gambar 1-4 yang ada di bawah ini.

Gambar 21. aplikasi asam hydrofluoric pada permukaan internal sebuah inlay keramik

Gambar 22. strip matriks yang berupa plastik bening ditempatkan pada bagian proksimal gigi
(gambar kiri) dan inlay diinsersikan pada gigi (gambar kanan)

Gambar 23. A terlihat enamel dan dentin yang dietsa dengan menggunakan asam fosfor
B Semen komposit diaplikasikan pada inlay
C Setelah itu dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif
D Inlay keramik diinsersikan pada gigi

Gambar 23 E dan F sebelum dilakukan proses light cure, kelebihan semen komposit dihilangkan
dengan menggunakan eksplorer, brushes atau IPC carver. Lalu pada gambar F dilakukan proses
light-cure dari sisi oklusal, fasial dan lingual

FINISHING DAN POLISHING RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I


INDIREK
Kelebihan (ekses) restorasi resin komposit dapat dihilangkan dengan surgical blade.

Setelah ekses dihilangkan, dilakukan pengecekan oklusi dan bila perlu dilakukan penyesuaian.
Kontak prematur dapat dikoreksi dengan instrumen fine-grid diamond, dilanjutkan dengan 30-

fluted carbide finishing burs, bila penyesuaian dilakukan pada restorasi. Pada beberapa
kasus, penyesuaian oklusi dilakukan pada gigi antagonis dari gigi yang direstorasi. Hal ini hanya

dilakukan jika dibutuhkan penyesuaian oklusi untuk mengkoreksi dataran oklusal ( occlusal

plane) dari gigi antagonis atau untuk mengurangi tonjol gigi antagonis agar tidak terjadi trauma
oklusal (Roberson dkk., 2002).
Setelah penyesuaian oklusi dilakukan, restorasi harus dipoles. Pemolesan restorasi resin
komposit indirek menggunakan alat dan bahan yang sama dengan restorasi resin komposit
direk. Pada pemolesan digunakan polishing cups atau polishing points. Dalam penggunaan
instrumen putar harus selalu disertai aliran air dan pemakaian dengan tekanan kecil. Hasil
restorasi yang mengkillap bisa didapatkan dengan mengaplikasikan pasta poles yang
mengandung pumice, silca, alumina, atau tinoxide dengan bantuan sikat (brushes),

rubber cups, atau dental tapes. Setelah pemolesan akhir, restorasi resin komposit dapat
diberi lapisan tipis glaze untuk meningkatkan kehalusan permukaan (Chandra dkk., 2007).

Gambar 24. Finishing dengan egg-shaped 30-bladed

Gambar 25. Polishing dengan silicone carbide bur


tungsten fine finishing bur

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996. Achieving Cotton Roll Isolation, J Am Dent Assoc. 127 (3): 354.
Baratieri LN, Ritter AV, Felippe PJ, Luis A. 1998. Direct Posterior Composite Resin Restoration: Current
Concepts For The Technique. Pract Priodont Aesthet Dent. 10(7):875-886.
Baum L, Phillipis RW, Lund MR. 1995. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 3, W.B. Saunders
Company. Philadelphia.
Chandra S. 2008. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 1. Jaypee Brothers Medical Publisher.
India.
Devlin, Hugh. 2006. Operative Dentistry, A Practical Guide to Recent Innovations . Springer.
Germany.
Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevants Art & Science Opertrive Dentistry ,
Edisi 4. Mosby. Missouri.
Summitt JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz RS. 2006. Fundamentals of Operative Dentistry, A

Contemporary Approach. Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago.


Hermina TM. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit. Fakultas Kedokteran Gigi, Bagian
Pedodonsia, Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library.

Restorasi Resin Komposit Kelas I

Share1

Related Posts

Faktor-Faktor Yang Dapat Menimbulkan Sakit Gigi

Karies Gigi

Klasifikasi Fraktur Ellis

Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black

Restorasi Resin Komposit Kelas I

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.
Posting Lebih Baru
Posting Lama

Beranda

Penulis

drg. Adi Pratama

Popular Posts

Obat Sakit Gigi Yang Biasa Diberikan Oleh Dokter Gigi


Resep Obat Sakit Gigi Obat Sakit Gigi Yang Biasa Diberikan Oleh Dokter Gigi
Sebagian besar dari kita mungkin pernah mengalami apa ...

Restorasi Resin Komposit Kelas I


Restorasi Resin Komposit Kelas I Kavitas kelas 1 merupakan kavitas yang dimulai
dengan kerusakan pada pit dan fissura yang terdapat ...

Perawatan Saluran Akar Gigi


Perawatan Saluran Akar Gigi adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa dari
rongga pulpa suatu gigi Indikasi Pengertian Per...


Kelainan Pada Kelenjar Saliva
Kelainan Pada Kelenjar Saliva Kelainan Pada Kelenjar Saliva - Manusia memiliki
kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva ...

Klasifikasi Impaksi Gigi Molar 3 / Gigi Bungsu


Klasifikasi Impaksi Gigi Molar 3 / Gigi Bungsu Pada postingan kali ini saya akan
menjelaskan secara singkat tentang pembagian / klasifi...

Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black


Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black Pada kesempatan ini saya akan memberikan
pembagian / Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black . Kl...

Teknik Odontektomi Kedokteran Gigi


Teknik Odontektomi Kedokteran Gigi Definisi Menurut Archer: Odontektomi adalah
pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan penga...

Klasifikasi Fraktur Ellis


Klasifikasi Fraktur Ellis Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang
klasifikasi fraktur ellis . Sebelumnya saya akan mende...


Epulis adalah
Epulis adalah Epulis adalah suatu tumor yang bersifat jinak non-neoplastic dan
pertumbuhannya berada di atas gingiva ( interdental ...

Penanganan Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi


Penanganan Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi - Tindakan ekstraksi gigi merupakan
suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan seb...

Arsip Blog
Visitors

Follow

drg. Adi Pratama


Lihat profil lengkapku
Copyright 2016 Dokter Gigi. All rights reserved. Published By Kaizen Template - Support
KaizenThemes.
New Thesis SEO V3. Designed by CB Blogger. Original Theme: Thesis SEO. Powered by
Blogger
CB

Anda mungkin juga menyukai